Rekayasa Ide
April 10, 2019 | Author: Putry Wulandarii | Category: N/A
Short Description
Pentingnya profesionalisasi guru...
Description
REKAYASA IDE
Pentingnya “ Pentingnya
Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan” Dosen Pengampu:
Dra. Erlinda Simanungkalit, M.Pd.
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan Tahun akademik 2017/2018) Disusun Oleh : PUTRI WULANDARI (7173142030)
Kelas: B
PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan rekayasa ide yang berjudul “ Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan” Pendidikan ” ini dengan baik. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan. Penulis sangat berharap hasil makalah ini dapat berguna bagi semua orang. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, sar an dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa m asa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang lain. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Medan,
Penulis
i
Maret 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ .......................... .... i DAFTAR ISI .................................................... .......................................................................... ............................................. ................................. .......... ii BAB I ............................................. ................................................................... ............................................ ............................................ ............................. ....... 1 PENDAHULUAN ........................................... ................................................................. ............................................ ................................. ........... 1 1.1 Rasionalisasi Permasalahan / Isu .......................................... ................................................................. ......................... .. 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................... ................................................................ ............................................ ......................... ... 1 1.3 Tujuan Penulisan ............................................... ..................................................................... ............................................ ...................... 2 1.4 Manfaat Penulisan ................................................. ....................................................................... ........................................ .................. 2 BAB II ............................................... ...................................................................... ............................................. ............................................. ......................... .. 3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN............................................ ................................................................... ......................... .. 3 2.1 Definisi Guru ............................... ..................................................... ............................................ ............................................ ...................... 3 2.2 Definisi Guru Ideal ............................. .................................................... ............................................. .................................... .............. 3 2.3 Masalah Masala h Pada Guru .............................................................. .................................................................................... ......................... ... 4 2.4 Profesionalisme Guru ..................................... ........................................................... ............................................. ......................... .. 6 2.5 Tantangan Profesionlisme Profes ionlisme Guru ........................................... .................................................................. ......................... .. 7 2.6 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA ........................................... ........................................... 7 BAB III ............................................. .................................................................... ............................................. ............................................. ......................... .. 9 SOLUSI DAN PEMBAHASAN .............................................................. ............................................................................ .............. 9 BAB IV ............................................. .................................................................... ............................................. ............................................. ....................... 12 PENUTUP............................................................... ...................................................................................... .............................................. ....................... 12 4.1 Kesimpulan .................................. ........................................................ ............................................ .......................................... .................... 12 4.2 Saran ................................................... .......................................................................... .............................................. .................................. ........... 12 DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 13
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasionalisasi Permasalahan / Isu
Saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam bidang pendidikan. Bisa dilihat dari jumlah anak didik yang tidak lulus ujian nasional selalu bertambah setiap tahunnya. Hal Hal ini menujukan bahwa pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran yang drastis. Salah satu faktor utama yang sangat
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
suatu
pembelajaran
adalah
profesionalisme yang dimiliki oleh pendidik, dalam hal ini adalah guru. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Kurangnya profesioalisme guru saat ini, mungkin disebabkan ketidaktahuan tentang apa yang disebut sebagai guru yang profesional, apa saja kriterianya dan bagaimana cara menjadi seorang guru yang profesional dalam bidangnya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penjelasan yang lebih rinci mengenai pentingnya profesionalisme guru dalam suatu pembelajaran. Makalah ini akan membahas
pentingnya
profesionalisme
guru
dalam
mengajar,
sehingga
diharapkan mampu menjadi motivasi bagi para guru untuk lebih meningkatan profesionalisme yang dimilikinya di milikinya guna menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan guru? 2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal? 3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru dalam mengajar? 4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu guru 2. Untuk mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal 3. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar 4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar 1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui apa itu guru 2. Dapat mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal 3. Dapat mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar 4. Dapat mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar
2
BAB II IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 2.1 Definisi Guru
Menurut Husnul Chotimah (2008),”guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik”. Memfasilitasi berarti seorang guru berperan sebagai jembatan penghubung ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Hal ini berarti peran seorang guru sangat menentukan keberhasilan dari suatu pendidikan, disamping orang tua. Oleh karena itu guru sering disebut sebagai orang tua kedua di sekolah. Guru adalah kunci keberhasilan anak didiknya. Seorang guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik. Mengajar
hanya
sebatas
memberikan
ilmu,
namun
mendidik
adalah
mentransformasikan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai moral kepada anak didik. Untuk itu seorang guru harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Jadi syarat yang paling utama yang harus dimiliki oleh guru adalah memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mampu mentranformasikan ilmu tersebut kepada anak didikya. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru. 2.2 Definisi Guru Ideal
Guru yang pandai belum tentu bisa menjadi guru ideal. Menurut Wijaya Kusumah (2009),”guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan keteladaan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya”. Pada dasarnya seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidangnya, namun seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi muridmuridnya. Menurut Desi Reminsa (2008),” syarat untuk menjadi guru ideal antara lain harus memiliki kemampuan intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan, keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi
pembelajaran,
mampu
memahami
3
konsep
perkembagan
anak/psikologi perkembangan, kemampuan mencari problem solving (pemacahan (pemacahan masalah), kreatif dan memiliki seni dalam megajar”. Dari beberapa pendapat para pakar diatas, guru ideal adalah sosok seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi dalam mengajar anak didiknya. Oleh karena sangat penting bagi seorang guru untuk memiliki prefesionalisme yang tinggi dalam mengajar. 2.3 Masalah Pada Guru
Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh keberhasilan murid-muridnya dalam studi berupa prestasi belajarnya. Guru dapat dipandang sebagai sutradara sekaligus sebagai pemain dan penonton. Sebagai sutradara guru hendaknya mampu menyusun skenario dan rencana yang akan dilaksanakan sendiri di saat bertugas sebagai pemain. Sebagai pemain, guru berkewajiban melaksanakan rencana yang dibuatnya, berinteraksi dalam situasi belajar mengajar. Sebagai penonton, guru berkewajiban mengevaluasi proses dan hasil belajar (MD. Dahlan, 1982: 14). Pengertian guru secara etimologi adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru dalam arti profesi mempunyai tugas mengajar dan mendidik dalam konteks pendidikan (belajar-mengajar) sebab sementara ada guru yang mengajar menganggap sebagai pekerjaan yang menyenangkan, menyebalkan, dan menjemukan sehingga perlu dikaji mengenai hakikat guru yang sebenarnya (Imam Syafi'ie, 1992: 30). Thomas Gordon, dalam rangka memahami masalah yang dihadapi guru, mengemukakan definisi "guru ideal" yang kebanyakan dianut para guru, yaitu diambil dari mitos umum tentang guru dan pengajaran. Ia mengembangkan 8 mitos guru yang dianggapnya baik. Kedelapan mitos tersebut adalah: 1. Guru yang baik adalah guru yang kalem, tidak pernah berteriak, selalu bertemperamen baik, selalu tenang, dan tidak pernah menunjukkan emosi yang tinggi.
4
2. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk. Guru yang baik tidak pernah membeda-bedakan anak atas dasar suku, ras dan lain jenis. 3. Guru yang baik menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya kepada murid-muridnya. 4. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama. Guru yang baik tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih. 5. Guru yang baik menyediakan lingkungan belajar yang menarik, merangsang, tenang, bebas, dan sesuai dengan aturan pada setiap saat. 6. Guru yang baik selalu konsisten. Guru yang baik tidak pernah merasa tinggi, rendah, tidak pernah lupa atau membuat kesalahan, tidak pernah menunjukkan sebagiansebagian dan tidak pernah beraneka r agam. 7. Guru yang baik selalu tahu jawaban. Guru yang baik mempunyai pengetahuan yang lebih banyak banyak dibandingkan dengan muridmuridnya. muridmuridnya. 8. Guru yang baik selalu membantu satu sama lain, selalu menjadi barisan dalam menghadapi anakanak tanpa memperhitungkan perasaan nilai atau hukuman. Dari kedelapan mitos tersebut, bila disimpulkan guru yang baik adalah harus lebih baik, lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih sempurna dari pada anak didiknya. Orang yang menganut mitos ini berarti guru dituntut untuk mengatasi kelemahan manusia itu sendiri. Guru dituntut untuk berbuat sesuai dengan idealismenya, sehingga ia akan berperan pura-pura sebagai seorang yang ideal di satu sisi, dan di sisi lain ia harus berperan sebagai pribadi ada adanya (Imam Syafi'I, 1992: 32). Pandangan lain tentang guru yang baik juga dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1973: 60). Menurutnya guru yang baik dan disukai adalah guru yang mempunyai sifat ramah dan bersedia memahami setiap orang, bersifat sabar dan suka membantu memberi perasaan tenang, bersifat adil dan tidak memihak namun tegas, cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam (luas), memiliki rasa humor dan kesegaran pergaulan, dan memperlihatkan tingkah laku dan lahiriyah yang menarik.
5
Guru pada pada dasarnya harus mempunyai mempunyai idealisme dan kepribadian kepribadian yang baik, sebab diharapkan guru mampu menjadi suri tauladan dalam semua tindakannya. Adapun hakikat guru adalah seorang yang memberikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada orang lain dan harus mempunyai kepribadian yang baik serta mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara baik. 2.4 Profesionalisme Guru
Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi tinggi dan kode etik profesi. Dengan demikian profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Pemahaman secara scientific profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat bahwa suatu profesi
harus
dilksanakan
oleh
profesional
denganmengacu
kepada
profesionalisme (Wirawan: 2003). Berbicara tentang profesionalisme guru tentunya berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki kemampuan pedagogic, emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik yang professional. Seperti yang teramanat pada UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan bagian dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat professional”. Kompeten berada di dalam diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu,yang berkaitan dengan pola-pola perilaku yang dapat diamati Harris dalam Mantja (2007:219).
6
2.5 Tantangan Profesionlisme Guru
Dalam
rangka
meningkatkan
profesionalisme
guru,
terjadinya
revolusi teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus ha rus mampu dipecahkan secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi pendidikan di lapangan. Perkembangan
teknologi
(terutama
teknologi
informasi)
menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak t idak dapat tergantikan,
misalnya hubungan
mengembangkan kepribadian
atau
guru-murid
dalam
membina hubungan
sosial,
fungsi rasa
kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula s emula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi m enjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru. Apakah perannya akan digantikan oleh teknologi informasi,
atau
guru
yang
memanfaatkan
teknologi
menunjang peran profesinya. 2.6 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA
7
informasi
untuk
Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor sektor- sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain. Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), serta kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan sekolah-sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin, sekolah teknik bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan berbagai ketrampilan yang ada. Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena siswa akan diajarkan bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif.
Sedangkan kompetensi
membangun jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan mengelola sumber daya manusia seperti, kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.
8
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN
Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja, melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai serta beliefs (Purwanto, 2004). Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya bila kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu menjalankan tugasnya dengan dengan baik. Terkait dengan hal ini guru guru sendiri harus mau membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di samping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapanmasyarakat. Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena: 1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara. 2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya. Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
9
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk
lewat organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasiinovasi di bidang profesinya. Keempat, mengembangkan
etos
kerja
atau
budaya
kerja
yang
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan pel ayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai stakeholder . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik. Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan
dalam
kemampuannya
mengelola
pembelajaran.
Guru
dapat
memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatanpendekatan baru bidang teknologi pendidikan pendidikan (soft technologies) . Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan artinya kesejahteraan kesej ahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa harus kesejahteraan guru yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi yang sangat luas. Di satu sisi, dengan kesejahteraan guru yang memadai akan mampu mendukung kinerja guru secara optimal. Guru tidak lagi memikirkan bagaimana
mencari
"pekerjaan
sampingan"
untuk
mempertahankan
dan
membiayai kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya.
10
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru. Berbagai masalah dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan dengan kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap kualitas kualita s pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negaranegara di sekitar Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru sudah berkembang berkembang dengan pesat. Perbaikan
sumber
daya
dalam
hal
ini
adalah
guru
merupakan
prioritas,perbaikan dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam kemampuan penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini. Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana pendidikan mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Hal tersebut akan terwujud apabila komponen-komponen di dalam pendidikan mampu beradaptasi pula.
Guru sebagai salah satu komponen
pendidikan harus mampu beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru terhadap teknologi informasi melalui stimulusstimulus yang mengharuskan guru berhubungn langsung dengan teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi. Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi, tentunya juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan kemampuan guru
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang perlu disaiapkan adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan. j aringan. Apabila hal tersebut t ersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta mempunyai profesionalisme yang baik dalam bekerja.
11
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan profesional. Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru
sebagai
profesional
dituntut
untuk
bisa
bekerja
dalam
koridor
profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Tantangan
yang
menghadang
di
depan
dalam
mewujudkan
profesionalisme guru adalah bagaimana guru mampu menguasai teknologi dan informasi, desentralisasi dan sentralisasi dalam pendidikan sehingga terkadnag membatasi gerak guru untuk menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling besar adalah adanya MEA yang mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn SDM dari luar yang yang kan masuk ke Indonesia. 4.2 Saran
Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan, baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling bahu membahu dalam perbaikan profesionalisme guru.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mantja, W. 2007. Profesionalisasi 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran. pengajaran. Malang : Elang Mas. Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Guru . Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta: UT Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Dosen . Jakarta : Depdiknas
13
View more...
Comments