Rekab SKB 2

July 22, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Rekab SKB 2...

Description

 

1. COVID COVID 19 19 (Coro (Corona na Viru Viruss Diseas Diseasee 2019) 2019) 1.1 Emerging Emerging Infectious Infectious Disease (EID) 1.2 Sejarah Sejarah COVIDCOVID-19 19 1.3 Karakteris Karakteristik tik Virus SARS-Cov SARS-Cov (2) 1.4 Gejala Gejala COVID-19 COVID-19 1.5 Klasifikas Klasifikasii kasus kasus -- OTG ODP - PDP - Konfirmasi -  Negatif  1.6 Tatakelola Covid-19 di Fasilitas Fasilitas Kesehatan 1.7 Tatakelola Tatakelola Karanti Karantina na 1.8 Standar Standar APD APD - Level 1 - Level 2 - Level 3 1.9 Upaya Penanggulang Penanggulangan an di Indonesia Indonesia -

PSBB Pembatasan kerumunan Karantina Mandiri Upaya GERMAS untuk mencegah penularan COVID-19

2. Prog Progra ram m Keseh Kesehata atan n Keme Kemenke nkess 2.1 Triple Burden Health Health Problem (Masalah (Masalah Kesehatan di Indonesia) Indonesia) ''lndonesia sekarang sedang menghadapi transisi epidemiologi. Terkait dengan penyakit, kita menghadapi ga beban penyakit (triple burden of diseases ),'' ucap Menkes Nila. Tiga beban penyakit itu

1. Telah bergesernya penyakit menular ke arah penyakit dak menular, seper penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes, kanker, dan sebagainya.

2. Muncul ancaman penyakit infeksi baru, seper u burung, ebola, dan TBC Resisten Obat. 3. Masyarakat masih dihadapkan pada masalah penyakit menular yang belum selesai, seper Demam Berdarah, TBC, Malaria, HIV/AIDS, Filariasis, dan Kecacingan. Terkait masalah gizi, lndonesia menghadapi beban ganda (double burden of nuon problem). Di satu sisi Indonesia menghadapi masalah undernutrisi (gizi kurang, pendek/stunng, dan kurus), di sisi lain Indonesia telah dihadapkan pada masalah overnutrisi, yakni masalah obesitas / kegemukan. kege mukan.

2.2 Upaya Kesehatan Kesehatan - Upaya Primer sekunder, dan tersier  -

Upay Upaya a Kes eseh ehat atan an Prim rimer 

 

Upaya kesehatan primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer dan masyarakat  primer. o

Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer

Pelayanan ini memberikan penek ekaanan pa pad da pengobatan, pemulihan tanpa mengaba men gabaika ikan n upaya peningkatan dan pencegahan termasuk gaya hidup sehat. PKPP dapat diselenggarakan dalam bentuk pelayanan bergerak (ambulatory ( ambulatory)) ataupun menetap. o

Pelayanan kesehatan Masyarakat primer

Pe Pela laya yana nan n ini ini mene meneka kank nkan an pa pada da pe pela laya yana nan n pe peni ning ngka kata tan n da dan n pencegahan  tanpa pengo ngoba bata tan n da dan n pe pemu muli liha han n denga dengan n sa sasa sara ran n kelua keluarg rga, a, ke kelo lomp mpok  ok  mengabaikan  pe masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Pelaksanaan PKMP didukung dengan kegiatan surveilans surve ilans,, pencatatan, pencatatan, dan pelaporan pelaporan yang diselenggara diselenggarakan kan oleh institusi institusi kesehatan  berwenang. -

Upay Upaya a Kes Keseh ehat atan an Sek Sekun unde derr

Upaya Upa ya keseha kesehatan tan sekunde sekunder r merupak merupakan an upaya upaya(PKPS) keseha kesehatan tan ruj ukan lanjut lanjutan an yang yang ter terdir dirii atas atas  pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder (PKMS) o

Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder

Merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilaksakanan oleh spesialis atau dokter  yang telah mendapatkan pendisdikan khusus dan mempunyai ijin praktik yang didukung oleh ole h tenaga tenaga keseha kesehatan tan lainny lainny melalu melaluii peneri penerimaa maan n rujukan dari PKPP  dan merujuk  kembali ke fasilitas kesehatan yang merujuk. o

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder

Meru Me rupa paka kan n pe pela laya yana nan n ya yang ng dila dilakuk kukan an mela melalu luii mener menerim imaa ru ruju jukan kan ke kese seha hata tan n da dari ri  pelayanan kesehatan masyarakat primer dan d an memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi dan sdmk, serta didukung oleh pelayanan kesehatan tersier. -

Upay Upaya a Kes eseh ehat atan an Ters Tersie ierr  o Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)

Merupakan Merupak an pelaya pelayanan nan keseha kesehatan tan perora perorangan ngan yang yang meneri menerima ma rujukan rujukan sub-spesialistik  darii pelayan dar pelayanan an kesehat kesehatan an dibawa dibawahny hnya, a, dan dapat dapat meruju merujuk k kembal kembalii ke faskes faskes yang yang dirujuk. o

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier

 

Merupakan pelayanan kesehatan masyarakat tersier yang menerima rujukan kesehatan darii pelayan dar pelayanan an keseha kesehatan tan sekunde sekunderr dan member memberika ikan n fasili fasilitas tasii dalam dalam bentuk bentuk sarana sarana,, teknologi, sdmk dan rujukan operasional, serta melakukan penelitian dan pengembangan  bidang kesehatan masyarakat, penapisan teknologi, dan produk teknologi yang terkait. -

Upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative (oke)

2.3 Program Program Indonesia Indonesia Sehat dengan Pendekatan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) (PMK no.39 Tahun 2016) TUJUAN PIS-PK: a. mening meningkat katkan kan akses akses keluar keluarga ga berser berserta ta anggota anggotanya nya ter terhada hadap p pelaya pelayanan nan keseha kesehatan tan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif  dasar;   b. menduk mendukung ung pencapaian pencapaian standar standar pelayanan pelayanan minimal minimal kabupaten/kot kabupaten/kota; a; melalui melalui peningkatan peningkatan akses dan skrining kesehatan; c. menduku mendukung ng pelaks pelaksanaa anaan n jamina jaminan n kesehat kesehatan an nasion nasional al dengan dengan mening meningkat katkan kan kesada kesadaran ran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional; d. mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. 4 (empat) area PRIORITAS yang meliputi:

a. Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.  b. Perbaikan Gizi Masyarakat, khususnya untuk Pengendalian untuk Pengendalian Prevalensi Balita Prevalensi Balita Pendek (Stunting).  c. Pengendalian Penyakit Pengendalian Penyakit Menular , khususnya HIV-AIDS, TB, dan Malaria. d. Pengendalian Penyakit Tidak  Menular,  Menular, khususnya Hipertensi, DM, Obesitas, dan Kanker (khususnya Leher Rahim dan Payudara) dan Gangguan jiwa. 12 INDIKATOR UTAMA sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga: a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);  b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif; e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan; f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan pengo batan sesuai standar; g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan; i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;  j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); 

k. keluarga mempunyai mempunyai akses akses atau sarana air bersih; jamban sehat. l. keluarga menggunakan

 

Pelaksanaan PIS-PK dilakukan oleh Puskesmas dengan kegiatan: a. melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;  b. membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas; c. menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana Puskesmas; d. melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;  e. melaksanakan Sistem pelayanan kesehatan danPuskesmas. luar gedung) melalui pendekatan siklus hidup; f. melaksanakan Informasi dan (dalam Pelaporan 3 Pilar PIS (Program Indonesia Sehat): 1. Pener Penerap apan an Par Parad adig igma ma Seh Sehat at 2. Pengu Penguat atan an Pelay Pelayan anaa Keseha Kesehata tan n 3. Pela Pelaks ksan anaa aan n JKN JKN Pembiayaan PIS-PK dari APBD, APBN, dan dana lain yang sah. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan, melalui: a. advok advokas asii d dan an sos sosia iali lisa sasi si  b. pendidikan dan pelatihan;

c. pemant pemantau auan an dan evalu evaluas asi. i. 3 Peran Utama Dinkes Kab/Kota dalam PIS-PK: 1. Pengembangan Sumber Daya 2. Koordinasi dan Bimbingan 3. Pemantauan dan Pengendalian 3 Peran Dinkes Provinsi = Dinkes Kab/Kota, tapi Dinkes Prov memFasilitasi  dan Koordinasi  Dinkes Kab/Kota agar berupaya sungguh-sungguh. 4 peran Kemenkes dalam pelaksanaan PIS-PK: 1. Pengembangan Sumber Daya 2. Koordinasi dan Bimbingan 3. Pemantauan dan Pengendalian 4. Kebijakan dan Pedoman 2.4 Nusantara Nusantara Sehat (PMK (PMK no.33 Tahun 2018) Program Nusantara Sehat bertujuan untuk: a. menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan;  b. menangani masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah; c. meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas; d. memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan; e. menggerakkan pemberdayaan masyarakat; f. mewujudkan pelayanan kesehatan terintegrasi; g. meningkatkan dan melakukan pemerataan pelayanan kesehatan

 

SASARAN Sasaran akhir Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan dalam Mendukung Program  Nusantara Sehat yaitu: 1. Terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan standar di pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit. 2. Terwujudnya penguatan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan di pusat kesehatan masyarakat dalam mendukung Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. STRATEGI 1. Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan. 2. Peningkatan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. 3. Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan 4. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.

A. SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN 1. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim a. Peserta Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim paling sedikit terdiri atas 5 (lima) jenis tenaga kesehatan.  b. Lima jenis tenaga kesehatan tersebut dipilih dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, ahli teknologi laboratorium medik, terapis gigi dan mulut, dan jenis tenaga kesehatan ya yang ng masu masuk k dalam dalam ke kelo lomp mpok ok te tenag nagaa gi gizi zi,, te tena naga ga keseha kesehata tan n li ling ngkun kunga gan, n, te tenag nagaa kefarmasian, dan tenaga kesehatan masyarakat. 2. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Individual a. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Individual dilakukan secara perorangan  yang terdiri atas dokter, dokter gigi, perawat, bidan, ahli teknologi laboratorium medik, terapis gigi dan mulut, dan jenis tenaga kesehatan yang masuk dalam kelompok tenaga gizi, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan masyarakat.  b. Menteri Kesehatan dapat menetapkan jenis tenaga kesehatan lain untuk diangkat dalam Penugasan Penugas an Khusus Khusus Tenaga Kesehatan Individual Individual atas usulan pemerintah pemerintah daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan pelayanan kesehatan di wilayahnya. B. LOKASI PENUGASAN 1. Lokasi Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat  pada  pusat kesehatan masyaraka t de deng ngan an krit kriter eria ia pu pusa satt ke kese sehat hatan an masy masyar arak akat at kawasan rumah h sakit  sakit   di daerah perkota per kotaan, an, perdes perdesaan, aan, terpenc terpencil, il, dan sangat sangat terpenc terpencil il  se serta ruma daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan, daerah bermasalah kesehatan , dan daerah lain untuk  memenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. Pusat kesehatan masyarakat dengan kriteria pusat kesehatan masyarakat kawasan perkotaan, perdesaan, terpencil, dan sangat terpencil  di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, dan daerah lain untuk memenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota sesuai ketentuan peraturan  perundangundangan. 3. Pene Peneta tapa pan n pu pusa satt ke kese seha hata tan n masy masyar arak akat at da dan n ru ruma mah h sa saki kitt se seba baga gaii lo loka kasi si penempatan dilakukan oleh direktur jenderal yang membidangi pelayanan kesehatan.

 

C. POLA PENEMPATAN 1. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim a. Penemp Penempata atan n pesert pesertaa Penugas Penugasan an Khusus Khusus Tenaga Tenaga Kesehat Kesehatan an Berbas Berbasis is Tim di pusat pusat kesehatan masyarakat harus merupakan satu tim yang paling sedikit terdiri atas 5 (lima)  jenis tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan pemetaan ketenagaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam formasi Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat Berbasis Tim.  b. Masa penempatan  peserta peserta Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Kesehatan dalam Mendukung Mendukung Program Nusantara Sehat Berbasis Tim selama 2 (dua) tahun. 2. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Individual a. Pe Pene nemp mpat atan an pe pese sert rtaa Pe Penug nugas asan an Khusu Khususs Te Tena naga ga Keseh Kesehat atan an In Indi divi vidu dual al di pu pusa satt kesehatan masyarakat dan rumah sakit disesuaikan dengan pemetaan ketenagaan yang diteta ditetapkan pkan oleh oleh Kement Kementeri erian an Keseha Kesehatan tan dalam dalam formas formasii Penugas Penugasan an Khusus Khusus Tenaga Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat Individual.  b. Masa penempatan peserta Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Individual Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat selama 2 (dua) tahun. c. Dalam Dalam hal adany adanyaa kebu kebutuh tuhan an penanga penanganan nan masalah masalah kesehata kesehatan n tert tertentu entu, dapat dilakukan dilak ukan Penugasan Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Kesehatan Individual dalam Mendukung Mendukung Program Program  Nusantara Sehat paling lama 1 (satu) tahun. d. Peserta Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Individual yang sudah menyelesaikan masaa baktin mas baktinya ya dapat dapat mendaf mendaftar tar kembal kembalii menjad menjadii pesert pesertaa Penugas Penugasan an Khusus Khusus Tenaga Tenaga Kesehatan Individual. e. Peserta Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim yang telah menyelesaikan masa baktinya dapat mendaftar menjadi peserta Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat Individual dengan status diprioritaskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Pemerintah daerah dapat memberdayak memberdayakan an tenaga kesehatan kesehatan pasca Penugasan Khusus Dalam Menduku Men dukung ng Progra Program m Nusant Nusantara ara Sehat Sehat berdas berdasark arkan an kompet kompetens ensi, i, st standa andarr ketena ketenagaan gaan,, dan kebutuhan daerah sehingga tercapai kemandirian pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat dapat dila dilaks ksan anak akan an oleh oleh pe peme meri rint ntah ah da daer erah ah se sesu suai ai de deng ngan an ke kebu butu tuha han n ma masi sing ng-m -mas asin ing g da dan n mempertimbangkan kearifan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Dala Dalam m ke keada adaan an te tert rten entu tu Pe Peme meri rint ntah ah Daera Daerah h da dapa patt mela melakuk kukan an penda pendayag yagun unaa aan n te tenag nagaa kesehatan melalui Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat di fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah tersebut. 6. Pendayagunaan tenaga kesehatan oleh pemerintah daerah melalui penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat oleh pemerintah daerah harus mendapat  persetujuan Menteri Kesehatan.

 

PEMBERHENTIAN NUSANTARA SEHAT a. Masa penugasan tenaga kesehatan berakhir apabila: 1) selesai melaksanakan tugas; 2) diberhentikan atau pemutusan secara sepihak;

3) tidak dapat melaksanakan tugas profesinya; 4) tewas; atau 5) wafat.  b. Pemberhentian/pemutusan secara sepihak dilakukan apabila peserta tersebut melakukan  pelanggaran dalam melakukan tugasnya. c. Dalam melaksanakan pemberhentian/pemutusan secara sepihak dikarenakan peserta tersebut melakukan pelanggaran terlebih dahulu harus melalui TAHAPAN: 1) Teguran lisan, bagi peserta yang tidak melaksanakan tugas tanpa keterangan yang sah selama 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja secara kumulatif. 2) Peringatan tertulis, bagi peserta yang tidak melaksanakan tugas tanpa keterangan yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja secara kumulatif. 3) Pengh Penghen enti tian an pe peng nghas hasil ilan an,, bagi bagi peser peserta ta ya yang ng ti tida dak k mela melaks ksan anak akan an tu tuga gass ta tanp npaa keterangan yang sah selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 29 (dua puluh sembilan) hari kerja secara kumulatif. 4) Pember Pemberhent hentian ian tidak tidak dengan dengan hormat hormat,, bagi bagi pesert pesertaa yang yang ti tidak dak melaks melaksanak anakan an tugas tugas tanpa keterangan yang sah selama 30 (tiga puluh) hari kerja secara kumulatif atau lebih. d. Pemberhentian karena tidak dapat melaksanakan tugas profesinya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan berdasarkan usulan kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota. e. Peserta Penugasan Khusus Tenaga kesehatan dalam Mendukung Program Nusantara Sehat yang tewas dalam menjalankan menjalankan tugas kewajibannya, kewajibannya, kepada ahli warisnya warisnya diberikan diberikan uang duka sebesar 12 (dua belas) kali penghasilan terakhir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan  peraturan perundangundangan. f. Peserta Penugasan Khusus Tenaga kesehatan dalam Mendukung Program Nusantara Sehat yang wafat pada waktu menjalankan masa penugasan, kepada ahli warisnya diberikan uang duka sebesar 6 (enam) kali penghasilan terakhir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan  perundang-undangan. 2.5 PHBS PHBS (oke) (oke) 2.6 GERMAS GERMAS (oke) (oke) 2.7 TOSS-T TOSS-TBC BC TOSS TBC itu sendiri merupakan singkatan dari Temukan dan Obati Sampai Sembuh TBC . Salah satu pendekatan pendekatan untuk menemukan, mediagn mediagnosis, osis, mengobati, mengobati, dan  menyembuhkan  pasien TBC, untuk menghentikan penularan TBC di masyarakat. Langkah-langkah  TOSS TBC juga perlu diketahui, yaitu: 1. Te Temu mukan kan gej gejal alaa di masy masyar arak akat at

2. Obati Obati TBC dengan dengan tepat tepat dan cepat cepat

 

3. Pantau Pantau pengoba pengobatan tan TBC sampai sampai sembuh sembuh Gejala Tuberkulosis (TBC) yang dapat Anda ketahui: 1. Batu Batuk k lebi lebih h dari dari 2 mingg minggu. u. 2. Mengal Mengalami ami sesak sesak p pada ada pernaf pernafasa asan n 3. Berker Berkering ingat at di mala malam m hari hari tanpa tanpa aktivi aktivitas tas

2.8 Program Program Pemberantasan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular  Menular  - Posbindu PTM (oke) - CERDIK   Kement Kem enteri erian an Kesehat Kesehatan an mengaj mengajak ak masyar masyarakat akat untuk untuk CERDIK CERDIK dalam dalam mengen mengendal dalika ikan/ n/ mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM). Mari menuju masa muda sehat, hari tua nikmat tanpa penyakit tidak menular dengan perilaku CERDIK. CERDIK adalah slogan kesehatan yang setiap hurufnya mempunyai makna yaitu; C= Cek kesehatan secara berkala, E= Enyahkan asap rokok, R= R ajin ajin aktifitas fisik, D= Diet sehat dengan kalori seimbang, I= Istirahat cukup K= K elola elola stress. Perilaku CERDIK  ini  ini dapat diterapkan melalui kegiatan Posbindu PTM.

    

- PATUH (sudah terkena penyakit PTM, misal.Hipertensi,DM,dll) Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter  Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur  Tetap diet dengan gizi seimbang U payakan aktivitas fisik dengan aman. Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik  -

Gentas (oke)

2.9 Masalah Masalah Gizi di Indonesia dan Upaya Mengatasinya Mengatasinya - Stranas Stunting (Strategi Nasional 2018-2024) sumber: Stunting-TNP2K  St Stu unting atau sering disebut ke kerrdil atau pen pendek ada adalah kon ond disi gagal tum tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama terut ama pada periode periode 1.000 Hari Hari Pertama Kehidupan Kehidupan (HPK), (HPK), yaitu yaitu dari janin janin hingga anak   berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di  bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Sasarran pr Sasa priiorita itas adalah ibu hamil dan anak anak berusia berusia 0-23 bulan bulan atau rumah rumah tangga 1.000 1.000 HPK (har (harii Pertama Pertama Kehidupan) Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab stunting yang meliputi: 1) Kecukupan asupan makanan dan gizi;

 

2) Pember Pemberian ian makan, makan, perawa perawatan tan dan pola pola asuh; asuh; 3) Pengoba Pengobatan tan infeks infeksi/ i/peny penyaki akit. t. Strategi percepa Strategi percepatan tan perbaika perbaikan n gizi  dalam dalam dokume dokumen n perenca perencanaa naan n RPJMN RPJMN 2015-2 2015-2019 019 adalah: a. Peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan

 b. Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan focus utama  pada 1.000 hari pertama kehidupan (ibu hamil hingga anak usia 23 bulan), balita, remaja,dan calon pengantin. c. Peningka Peningkatan tan prom promosi osi peril perilaku aku masya masyarak rakat at tenta tentang ng keseha kesehatan tan,, gizi, gizi, sanit sanitasi asi,hi ,higie giene, ne, dan pengasuhan d. Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi termasuk me melalui Upaya Kesehatan Kesehatan Berbasis Berbasis Masyar Masyarakat/ akat/UKBM UKBM (Posyandu (Posyandu dan Pos Pos PAUD) PAUD) e. Penguatan pelaksanaan, dan pengawasan regulasi dan standar gizi f. Pe Penge ngemb mban anga gan n forti fortifi fika kasi si pang pangan an g. Pe Peng ngua uata tan n pe pera ran n lint lintas as se sekt ktor or da dala lam m ra rang ngka ka in inte terv rven ensi si se sens nsit itiv ivee da dan n spes spesif ifik ik ya yang ng didu diduku kung ng ole oleh h pe peni ning ngka kata tan n ka kapa pasi sita tass peme pemeri rint ntah ah pusa pusat, t, pr prov ovin insi si da dan n ka kabu bupa pate ten/ n/ko kota ta dalam pelaksanaan pelaksanaan rencana rencana aksi pangan dan gizi gizi

-

1000 hari Pertama Kehidupan

 

-

Isi Piringku

 

-

Makanan Pokok (sumber Karbohidrat) => 2/3 dari ½ piring Sayuran (sumber Vit & mineral) => 2/3 dari ½ piring Lauk Pauk (sumber protein) => 1/3 dari ½ piring Buah-buahan (sumber Vit & mineral) => 1/3 dari ½ piring

3. Penyalahgunaan Penyalahgunaan NAPZA (UU no.35 no.35 th 2009/narko 2009/narkotika tika + PP 25 th 2011/pelaporan 2011/pelaporan + PMK no 44 tahun 2019/penggolongan narkotika) 3.1 Penggolongan Penggolongan NAPZA Narkotika Golongan 1 Contoh:  Papaver somniferum, somniferum, Opi Opium men enta tah h dan dan mas masak, ak, koka kokain in,, Ganj Ganja, a, Her Heroi oin, n, Met/Amfetamin (MDMDA/ektasi), Tiofentanil, Jicing, Katinon,.

 

Narkotika Golongan I ini DILARANG diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak  boleh  boleh untuk Pengobatan/terapi. Potensi ketergantungan sangat tinggi.

Lembaga ilmu pengetahuan Lembaga pengetahuan yang berupa lembaga pendidikan pendidikan  dan pelatihan  serta penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh, menanam, menyimpan, dan menggunakan Narkotika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi setelah mendapatkan izin Menteri. Narkotika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pedagang besar farmasi tertentu kepada lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

[ Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat memberikan  Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada  pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ]

Narkotika Golongan 2 Contoh: Alfentanil, Benzilpiperazin, Benzetidin, Oripavin, Fentanil, Metadon, Morfin, Petidin, Tebakon, Benzetidin Golongan narkotika ini berkhasiat untuk pengobatan, namun digunakan sebagai pilihan terakhir. Selain itu, dapat digunakan untuk terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

 Narkotika Golongan 3 Kodein, in, Propir Propiram, am, Bupren Buprenorf orfina ina,, Dekstr Dekstropr opropok opoksif sifena, ena, Etilmorfi morfina, na, Nikokodina, Nikokodina, Contoh: Kode Polkodina. Golong Gol ongan an narkot narkotika ika ini berkhas berkhasiat iat untuk untuk pengoba pengobatan tan dan banyak banyak digunak digunakan an dalam dalam ter terapi api da dan/ n/at atau au tuju tujuan an pe peng ngem emba bang ngan an ilmu ilmu pe peng nget etah ahua uan, n, se sert rtaa memp mempun unya yaii po pote tens nsii ri ring ngan an mengakibatkan ketergantungan. 3.2 Perubahan Perubahan Fisik dan Perilaku Perilaku Pengguna NAPZA Ketika penyalahgunaan NAPZA tidak dihentikan dan terjadi terus-menerus, hal itu dapat menyebabkan kecanduan. Pada fase ini, gejala yang dirasakan dapat berupa: 







Keinginan untuk menggunakan obat terus-menerus, setiap hari atau bahkan beberapa kali dalam sehari. Muncul dorongan kuat untuk menggunakan NAPZA, yang bahkan mampu mengaburkan pikiran lain. Seiringnya berjalannya waktu, dosis yang digunakan akan dirasa kurang dan muncul keinginan untuk meningkatkannya. Muncul kebiasaan untuk selalu memastikan bahwa NAPZA masih tersedia.

 



 





 

Melakukan apa pun untuk mendapatkan atau membeli NAPZA, bahkan hingga menjual barang  pribadi. Tanggung jawab dalam bekerja tidak terpenuhi, dan cenderung mengurangi aktivitas sosial. Tetap menggunakan NAPZA meski sadar bahwa penggunaan NAPZA tersebut memberikan dampak buruk pada kehidupan sosial maupun psikologis. Ketika sudah tidak memiliki uang atau barang yang dapat dijual, pecandu NAPZA mulai berani melakukan sesuatu yang tidak biasa demi mendapatkan zat yang diinginkan, misalnya mencuri. Melakukan aktivitas berbahaya atau merugikan orang lain ketika di bawah pengaruh NAPZA yang digunakan. Banyak waktu tersita untuk membeli, menggunakan, hingga memulihkan diri dari efek NAPZA. Selalu gagal saat mencoba untuk berhenti menggunakan NAPZA.

Ketika penderita telah mencapai fase kecanduan dan mencoba untuk menghentikan penggunaan, dia akan mengalami gejala putus obat atau sakau. Gejala putus obat itu sendiri dapat berbeda-beda pada tiap orang, tergantung keparahaan dan jenis NAPZA atau narkoba yang digunakan. Apabila NAPZA yang digunakan adalah heroin dan morfin (opioid), morfin (opioid), maka gejalanya dapat berupa:      

Hidu ng tersumba Hidung ters umbatt. Gelisah. Keringat berlebih. Sulit tidur. Sering menguap.  Nyeri otot.

Setelah satu hari atau lebih, gejala putus obat dapat memburuk. Beberapa gejala yang dapat dialami adalah:       

Diare. Kram perut. Mual dan muntah. Tekanan darah tinggi. Sering merinding. Jantung ber debar ar.. Jan tung berdeb Penglihatan kabur/buram.

Sedangkan apabila NAPZA yang disalahgunakan adalah kokain, maka gejala putus obat yang dirasakan dapat berbeda. Beberapa di antaranya adalah:       

Depr esi.. De presi Gelisah. Tubuh terasa lelah. Terasa tidak enak badan.  Nafsu makan meningkat. Mengalami mimpi buruk  dan  dan terasa sangat nyata. Lambat dalam beraktivitas.

 

Fase kecanduan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang terus dibiarkan, bahkan dosisnya yang terus Overdosis ditandai  ditandai dengan munculnya meningkat, berpotensi menyebabkan kematian akibat overdosis. Overdosis gejala berupa:      

Mual dan muntah. Kesulitan bernapas. Mengantuk. Kulit dapat terasa dingin, berkeringat, atau panas.  Nyeri dada. Penurunan nan kesada kesadaran ran.. Penuru

3.3 Faktor-Fakto Faktor-Faktorr yang Memicu Memicu Penyalahgunaan Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi. Di sisi lain, kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya gangguan bipolar  atau  atau skizofrenia. Seseorang yang menderita gangguan mental dapat lebih mudah menyalahgunakan NAPZA yang awalnya bertujuan untuk meredakan gejala yang dirasa. Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan menderita gangguan mental, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan penyalahgunaan NAPZA, antara lain:    

Memiliki teman yang seorang pecandu NAPZA. Mengalami masalah ekonomi. Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual. Memiliki masalah hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga.

3.4 Kelompok Kelompok Berisiko Berisiko Menyalahgunakan Menyalahgunakan NAPZA Kelompok Remaja yang paling berisiko. 3.5 Alur Pelaporan Pelaporan Penyalahgunaan Penyalahgunaan NAPZA NAPZA Wajib Lapor dilakukan oleh: a. orang tua atau wali Pecandu Narkotika yang belum cukup umur; dan  b. Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur atau keluarganya (1) Wajib Lapor Pecandu Narkotika dilakukan di Institusi Penerima Wajib Lapor. (2) Pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor ditetapkan oleh Menteri. (3) Lembaga rehabilitasi sosial sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di  bidang sosial Pasal 54 Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

 

Pasal 55 (1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. (2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 107 Masyar Pasal Masyaraka akatt dapat dapat melaporkan ke kepa pada da pe peja jabat bat ya yang ng be berw rwen enang ang at atau au BNN  jika mengetahui adanya penyalahgunaan  atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

3.6 Tahapan Tahapan Rehabilitasi Rehabilitasi NAPZA NAPZA 3.7 Upaya Kesehatan Primer, Primer, Sekunder, dan Tersier dalam Kasus Penyalahgunaan NA NAPZA PZA

4.Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pelayanan Kesehatan

4.1 Rangkuman Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 4.2 Rangkuman Undang-Undnag No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

5.Pencegahan Infeksi (Permenkes no.27 Tahun 2017). 5.1 Konsep Pengendalian dan Pencegahan Infeksi

Pedoman PPI di Fasilitas Fasilitas Pelayanan Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di fasil fas ilita itass pelayan pelayanan an kesehat kesehatan, an, sehing sehingga ga melindungi  sumber sumber daya manusia manusia kesehat kesehatan, an, pasien pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi tingkat pertama, kedua, dan ketiga. Pasal 2

 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi pelaksanaan PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas, klinik , dan praktik mandiri tenaga kesehatan. Pasal 3

(1) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan PPI. (2) PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penerapan:

 

a. prinsip kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi;  b. penggunaan antimikroba secara bijak; dan c. bundles. (3) Bundles sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan seku sekumpulan mpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan keluaran poses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten. (4) Penerapan PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan terhadap infeksi terkait pelayanan HAIs dan infeksi yang bersumber dari masyarakat. (5) Dalam pelaksanaan PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus melakukan: a. surveilans; dan b. pendidikan dan pelatihan PPI . Pasal 5

(1) Pelaksanaan PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan melalui pembentukan Komite atau Tim PPI. (2) Komite atau Tim PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisa organisasi si nonstruktural nonstruktural  pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang mempunyai fungsi utama menjalankan PPI serta menyusun kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk pencegahan infeksi yang bersumber dari masyar mas yarakat akat berupa berupa Tuberku Tuberkulosis, losis, HIV (Human Immunodeficienc Immunodeficiency y Virus), dan infeksi menular lainnya. (3) Dikecua Dikecualikan likan dari ketentuan pembentukan komite atau tim PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1),, pelaks (1) pelaksana anaan an PPI pada praktik mandiri  tenaga kesehatan kesehatan dilakukan dilakukan dibawah koordinasi dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari (1) masyarakat/komunitas (Community Acquired Acquire d Infection Infection) atau (2) dari rumah sakit (Healthcare-Associated Infections/HAIs).   Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu   disebut sebagai sebagai Infeksi Nosokomial Nosokomial diubahpengertian (Hospital Acquired Infection). Saat penyebutan  menjadi Infeksi Layanan atau “HAIs ” (Healthcare (HealthcareAssoci Associated atediniInfections) Infection s) dengan yang Terkait lebih luas , yaituKesehatan kejadian infeks inf eksii tidak hanya berasa  berasall dari rumah sakit, tetapi tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan Tida dak k terb terbat atas as infe infeks ksii kepad kepadaa pa pasi sien en na namu mun n dapat dapat ju juga ga kepad kepadaa petug petugas as keseha kesehata tan n da dan n lainnya. Ti  pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasi merekomendasikan kan 11 (sebelas) komponen utama yang harus dila dilaks ksana anaka kan n da dan n dipa dipatu tuhi hi da dala lam m kewasp kewaspadaan adaan standar, ya yait itu u (1 (1)) keber kebersi siha han n ta tang ngan, an, (2 (2)) Al Alat at Pelindung Pelind ung Diri (APD), (3) dekontaminas dekontaminasii peralatan peralatan perawatan perawatan pasien, (4) kesehatan kesehatan lingkungan, lingkungan, (5)  pengelolaan limbah, (6) penatalaksanaan linen, (7) perlindungan kesehatan petugas, (8) penempatan  pasien, (9) hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, (10) praktik menyuntik yang aman dan (11) praktik  lumbal pungsi yang aman. 5.2 Kebersihan Tangan

 

Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai  perhiasan cincin. Cu denga gan n sabun  biasa/ biasa/ant antimi imikro kroba ba dan bilas bilas dengan dengan air mengal mengalir, ir, Cuci ci tanga tangan n  den dilakukan pada saat: a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai sarung tangan.  b) Bila tangan beralih b eralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih, b ersih, walaupun pada pasien yang sama. Indikasi kebersihan tangan/5 momen Cuci Tangan: - Sebelum kontak pasien; - Sebelum tindakan aseptik; - Setelah kontak darah dan cairan tubuh; - Setelah kontak pasien; - Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien Kriteria memilih antiseptik:

 - Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negative,virus lipofilik,bacillus dan tuberkulosis,fungiserta endospore) - Efektifitas - Kecepatan efektifitas awal - Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan - Tidak menyebabkan iritasi kulit - Tidak menyebabkan alergi Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah agar tidak terjadi infeksi, kolonisasi  pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas.

 

5.3 APD

APD terdiri dari (1) sarung tangan, tangan, (2) masker/Respir masker/Respirator ator Partikulat, Partikulat, (3) pelindung mata (goggle), (goggle), (4)  perisai/pelindung wajah, (5) kap penutup kepala, (6) gaun pelindung/apron, (7) sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot). adalah jika jika melakuk melakukan an tindak tindakan an yang memungkin memungkinkan kan tubuh tubuh atau atau membra membran n mukosa mukosa Indikasi  APD adalah terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan. Tidak dibenarkan menggantung  masker di leher, memakai sarung tangan sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan. lingkungan.

 

Sarung Tangan (Handscoen)

Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu: ⁻ Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif  atau  atau pembedahan. ⁻ Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin. ⁻ Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

 

Masker

Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test (penekanan di  bagian hidung). Terdapat tiga jenis masker, yaitu: ⁻ Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet. ⁻ Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne. ⁻ Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur. Pemakaian Pemakai an Respirator Partikulat Respirator  partikulat partikulat untuk pelayanan kesehatan kesehatan N95  atau FFP2 (health care particular respirator), merupakan masker khusus dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel berukuran 35 Tahun 7.7 Kontrasepsi Pasca Salin 7.8 Kontrasepsi Pasca Keguguran 7.9 Kontrasepsi Darurat

8. Hari Kesehatan Januari

25 Ja Januari

Hari gizi N Naasional

26 Ja Januari

Hari Kusta Se Sedunia

Februari

4 Fe Februari

Hari Ka Kanker Se Sedunia

15 Febr Februa uari ri Maret

Hari Hari Ka Kank nker er Anak Anak Se Sedu duni niaa

3 Mar Maret

Hari Hari Kese Keseha hattan Teli Teling ngaa dan dan Pend Penden enga gara ran n Nas Nasio iona nall

8 Maret

Hari Ginjal Sedunia

8 Maret

Hari Perempuan Internasional

22 Maret

Hari Air Sedunia

24 Maret

Hari Tuberkulosis Sedunia

26 Maret

Hari Epilepsi Sedunia

April

 

2 April

Hari Autis Sedunia

7 April

Hari Kesehatan Sedunia

8 April

Hari Anak-Anak Balita

11 April

Hari Kanker Tulang

17 April

Hari Hemopilia

18 April

Hari Diabetes Nasional

19 April

Hari Demam Berdarah

25 April

Hari Malaria Sedunia

29 April

Hari Posyandu

Mei

1 Mei

Hari Asma Sedunia

8 Mei

Hari Palang Merah Sedunia

10 Mei

Hari Lupus Sedunia

17 Mei

Hari Hipertensi Sedunia

29 Mei

Hari Lanjut Usia Sedunia

31 Mei

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Juni

1 Juni

Hari Susu Sedunia

24 Juni

Hari Bidan Sedunia

26 Ju Juni Juli

Hari An Anti Na Narkotika IIn nternasional (H (HANI)

1 Juli

Hari Buah Sedunia

17 Juli

Hari Saka Bakti Husada

23 Juli

Hari Anak Nasional

28 Juli

Hari Hepatitis Sedunia

Agustus   Agus gustus tus

Bula Bulan n Imuni munissas asii Anak Anak Seko Sekola lah h

5 Ag Agus usttus

Hari Dh Dharmawan aniita Na Nasiona nall

 

7 Agustus

Pekan ASI Sedunia

14 Ag Agustus

Hari Pramuka

September

9 Sept Septem ember ber

Hari Hari Ol Olahr ahrag agaa Nasi Nasiona onall

12 September

Hari Kesehatan Gigi dan Mulut

16 September

Hari Pangan Nasional

17 September

Hari Palang Merah Indonesia

28 September

Hari Rabies Sedunia

29 September

Hari Jantung Sedunia

Oktober

 

Oktobe Oktoberr

Bulan Bulan Elimin Eliminasi asi Kaki Kaki Gajah Gajah (BELKA (BELKAGA) GA)/se /sejak jak 2015 min 5 tahun tahun ber bertur turutut-tur turut ut

4 Oktober

Peka kan n Pedu dulli Hepa pattitis B

9 Ok Oktober

Hari Peng nglliha hattan Se Sedun uniia

10 Okto Oktobe berr

Hari Hari Ke Kese seha hata tan n Jiw Jiwaa Sed Sedun unia ia

15 Okto Oktobe berr

Hari Hari Cuci Cuci Ta Tanga ngan n Paka Pakaii Sab Sabun un Se Sedun dunia ia

16 Oktob ktober er

Hari Hari Pang Pangan an Sedu Seduni niaa

18 Oktob ktober er

Hari Hari Meno Menopa paus usee Sed Sedun uniia

20 Oktob ktober er

Hari Hari Ost Osteopo eoporrosi osis

24 Ok Oktober

Hari Dokter Nasional

29 Oktob ktober er November

Hari Hari Str Stroke oke Sedu Seduni niaa

12 Novem November ber Hari Hari Keseh Kesehata atan n Nasional (Tahun 2019 yang ke-55) 28 November November Hari Menanam Pohon Indonesia Indonesia Desember

1 Dese Desem mber ber

Hari Hari AIDS AIDS Sedu Seduni niaa

3 Des Desem ember ber

Hari Hari Pe Penya nyand ndang ang Caca Cacatt Sed Seduni uniaa

5 Des Desem embe berr

Hari Hari Re Rela lawa wan n Sed Sedun unia ia

20 Desem Desember ber Hari Hari Keseti Kesetiakaw akawana anan n Sosial Sosial

 

22 Des Desem embe berr Hari Hari Ibu Ibu 27 Desem Desember ber Hari Hari Kesat Kesatuan uan Gera Gerak k PKK 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF