Regulasi Asuhan Gizi Terintegrasi

May 22, 2018 | Author: Jiron Ariel John Chrysostom | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Regulasi Asuhan Gizi Terintegrasi...

Description

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAJAWA NOMOR :

TENTANG KEBIJAKAN PERENCANAAN TERAPI NUTRISI PADA PASIEN DENGAN RISIKO NUTRISI DIRUMAH SAKIT UMUM UMUM DAERAH BAJAWA DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAJAWA

Menimbang

:

a. Bahwa dalam upaya peningkatan Pelayanan Unit Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa perlu dipandang adanya kebijakan mengenai Perencanaan Terapi Gizi.  b. Bahwa terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyembuhan  penyakit baik akut maupun kronis, kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun. c. Bahwa terapi gizi medis merupakan integrasi a ntara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien. d. Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pengaturan dan  pemberian makanan yang memenuhi memenuhi kecukupan zat gizi pasien

Mengingat

:

1. Undang - Undang RI Nomor 23 Tahun 1993 tentang kesehatan. 2. UU nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 3. UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. UU nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/ 2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan. 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI R I No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi. 7. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.4.1819 HK.00.06.3.4.1819 tanggal 24 maret 2007 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di RS.

 

MEMUTUSKAN MENETAPKAN

:

KESATU

: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAJAWA TENTANG KEBIJAKAN PERENCANAAN TERAPI NUTRISI PASIEN DENGAN RISIKO NUTRISI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAJAWA.

KEDUA

: Kebijakan Perencanaan Terapi Nutrisi Pasien dengan Risiko Nutrisi di Rumah Sakit Umum Umum Daerah Bajawa seabagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini.

Ketiga

: Kebijakan Perencanaan Terapi Nutrisi Pasien dengan Risiko Nutrisi di Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa agar di jadikan jadikan pedoman dan acuan dalam memberi pelayanan gizi di Rumah Sakit.

Keempat

: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki sebagimana mestinya. Ditetapkan di : Pada tanggal : Direktur RSUD Bajawa

Lampiran : Peraturan Direktur RSUD Bajawa Nomor : ……………………………………………….. Tanggal : ………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kualitas hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi. Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah Sakit Umum di Jakarta tahun 19951999 menunjukkan 20-60% pasien menderita kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat penyembuhan dan membantu mencegah memburujnya kondisi kesehatan pasien. Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari  pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara tepadu dengan upaya  pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitatif. Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di rumah sakit yang disebut dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter spesialis, dokter, dietisien, perawat ruangan, seta ahli farmasi yang mempunyai komitmen komitmen terhadap pelayanan gizi klinik. Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi dan memberikan manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa intervensi gizi oleh Tim Terapi Gizi Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan  pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang pelayanan kesehatan yang berfokus kepada  pasien, dimana kebutuhan terbaik t erbaik pasien yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya melalui

 pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut dengan pelayanan gizi berbasis  patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi.

B. RUANG LINGKUP 1. Organisasi Tim Terapi Gizi 2. Pelayanan Tim Terapi Gizi

C. BATASAN OPERASIONAL 1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstuktur yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Berpikir kritis  adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan mengevaluasi  pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki keinginan untuk tahu lebih dalam. 3. Dietetik   adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secar individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di  berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek palayanan. 4. Konseling Gizi  adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan  perlaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya. 5. Kolaborasi  yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingann yang sama bergabung untuk

menangani

masalah

yang

teridentifikasi.

Pada

pelaksanaan

PAGT

dietisien

mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada  pasien dan petugas kesehatan lain yang menangani menangani masalah gizi tersebut. 6. Membuat Keputusan   yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 7. Memecahkan Masalah  yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi, formulasi  pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil. 8. Monitoring dan Evaluasi Gizi   adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. 9. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh  pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatana teknis fungsional di bidang pelayanan gizi,

makanan dan dietetik, baik dimasyarakat maupun rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya. 10. Nutrisionis Registered (NR)   adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 11. Pelayanan Gizi  adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. 12. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi   adalah identifikasi dan pengaturan berbagai kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang menekankan pada pemahaman dan  pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang objektif untuk perbaikan berkelanjutan. 13. Preskripsi diet  adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang  berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan  prosedur serta kesukaan dan niali-nilai yang dianut oleh pasien/klien. 14. Proses Asuhan Gizi Trestandar (PAGT)   adalah pendekatan sistematikdalam meberikan  pelayanan asuahan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang teroganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian  pelayanannya untuk ememnuhi ememnuhi kebutuhan gizi. 15. Registered Dietision (RD) adalah   tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri. 16. Rujukan gizi  adalah sistem dalam pelayanan pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal. 17. Technical Registered Dietisien (TRD)  adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan  pendididkan diploma tiga gizi sesuai ses uai aturan yang berlaku atau at au Ahli Madya Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

18. Tenaga Gizi  adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan  peraturan perundang-undangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD),  Nutrisionis Registered (NR) dan Registered Dietisien (RD) D. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penyelangaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi 7. Perturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).

BAB II PENGERTIAN, TUJUAN DAN PRINSIP DASAR TERAPI GIZI

A. PENGERTIAN

Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan  penyakit pasien. (Nutrition and Diet Theraphy Dictionary, 2004) Terapi gizi medik dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet (dietary treatment) yaitu  pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadwal makan setiap hari yang bertujuan membantu  penyembuhan pasien. Terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun. Didalam terapi gizi medik merupakan alur proses kegiatan perencanaan makan sampai makanan disajikan kepada pasien yang melibatkan beberapa orang yang memiliki profesi yang berbeda seperti dokter spesialis gizi klinik, ahli gizi dan pramusaji dengan menghasilkan suat makanan yang sesuai dengan standar perencanaan sampai makanan disajikan harus sesuai dengan jumlah, jenis, dan jadwal makan pasien. Proses tahapan dari terapi gizi medik dimulai dari preskripsi diet, kitir makanan,  pemorsian makanan dan makanan disajikan untuk untuk pasien. Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien. B. TUJUAN

Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pengaturan dan  pemberian makanan yang memenuhi memenuhi kecukupan zat gizi pasien, diharapkan akan: 1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status gizi optimal. 2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit. 3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan. 4. Mempercepat proses penyembuhan. 5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian. C. PRINSIP DASAR

Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam dan komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual dan tepat. Pasien harus dilibatkan dalam menentukan tujuan terapi. Hasil dari terapi gizi medis dievaluasi dengan baik sampai mencapai tujuan terapi.

Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain: 1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang. 2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan t ujuan menyembuhkan pasien. 3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi pasien. 4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya sendiri. Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan proses pengobatan meliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan. Selain itu konsistensi dan jenis makanan disesuaikan dengan penerimaan pasien. Pelaksanaan terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamis mengikuti perkembangan klinis pasien. Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter, dietisien,  perawat dan petugas lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan Tim Asuhan Gizi di rumah sakit

BAB III ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang dapat melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku. A. VISI Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu berorientasi kepada kualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan pasien. B. MISI Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh berdasarkan bukti klinis, teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui: 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya. 2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi. 3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal. 4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal efisiensi biaya dan dampaknya. C. PENGORGANISASIAN Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan diketuai oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik serta menyediakan waktu  penuh untuk pelayanan pela yanan gizi klinik. Anggota Tim Terapi Gizi terdiri dari tenaga kesehatan kes ehatan di RS yang  berkaitan dengan penyelenggaraan terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi. Agar Tim Terapi Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasian dan jalur koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut:

PENGORGANISASIAN TIM TERAPI GIZI RUMAH SAKIT

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PELAYANAN

TIM TERAPI GIZI

RUANG RAWAT INAP

D. PERAN DAN FUNGSI 1. Pelayanan Pasien Rawat Inap Kajian status gizi dan metabolik serta pengelolaan pasien yang membutuhkan terapi gizi oral, enteral maupun parenteral, serta pengawasannya melalui visite tim. 2. Pencatatan dan Pelaporan Dilakukan oleh seluruh anggota tim sesuai dengan fungsi masing-masing anggota.

PERANAN ANGGOTA TIM TERAPI GIZI No. 1.

2.

Kegiatan Kajian nutrisi awal

Anamnesis

Dokter

1.

Keluhan utama

1.

2.

Riwayat penyakit

2.

3.

Riwayat dahulu Riwayat keluarga

3.

4.

3.

Pemeriksaan fisik

Tindakan

penyakit

Riwayat masalah gizi

6.

Riwayat kelahiran

1.

Analisis hasil  pemeriksaan antropometri 2. Pemeriksaan tingkat kesadaran dan tanda kegawatdarurata

1.

2.

Kebiasaan makan sebelum sakit dan saat sakit Analisis asupan gizi (food recall/food frequensi) sebelum dan selama sakit Analisis dietary history

penyakit

5.

3.

4.

Dietisien

Pemeriksaan antropometri awal

Pemeriksaan status generalis, inspeksi,  perkusis, palpasi, dan auskultasi Menetapkan status 1. gizi pasien

Menentukan terapi gizi awal sesuai diagnosis medis 3. Preskripsi terapi gizi awal(jenis, bentuk,  jumlah, frek makan

2.

3.

Analisis asupan selama perawatan (jumlah & komposisi asupa Menyediakan diet sesuai kondisi medis & daya terima pasien Monitoring & Evaluasi Terapi Gizi

Perawat Perawat tim terapi gizi/perawat ruang rawat inap 1. Identitas pasien

2.

Farmasi

Mengkaji keluhan  pasien

3.

Cairan bebrapa hari terakhir 4. Mengkaji  perkembangan keluhan pasien 5. Riwayat alergi/intoleran 6. Riwayat alergi dan intoleransi 1. Penimbangan BB dan Pengukuran TB/PB 2.

Evaluasi tanda vital (TD, RR, nadi, suhu) dan kegawatdarura tan

1.

Pemantauan tanda vita

1.

Mempersiapkan obat, elektrolit & nutrisi parentera

2.

Pemantauan status gizi

2.

3.

Pemantauan intake dan output cairan Pemantauan penyakit dan keluhan pasien. Pemantauan tanda infeksi,perawata n infus dan NGT Membuat surat kontrol ulang

Menentukan kompatibilitas zat gizi yg akan diberikan kepada  pasien.

4. 5.

6.

BAB IV PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

A. PROSES TERAPI GIZI Tahapan langkah proses terapi gizi dari skrininng/penapisan, kajian, diagnosis medis dan diagnosisi gizi (penentuan masalah gizi), formulasi terapi (intervensi gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, penyususnan rencana ulang terapi atau penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut  bertujuan untuk memberi dampak terapi yang yang optimal bagi pasien dan mempunyai keefektifan biaya. 1. Skrining Gizi Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat ruangan dan penetapan diet awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mendidentifikasi  pasien yang berisiko, tidak berisisko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelaianan metabolik, hemodialisis, anak, geriatri, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya. Idealnya skrinng awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Contoh metode skrining antar lain Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition Screening Tools (MST), Nutrition Risk Sreening (NRS) dan sebagainya. Bila

hasil

skrining

gizi

menunjukkan

pasien

berisiko

malntrisi,

maka

dilakukan

 pengkajian/assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar. 2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Pasien Masuk

TUJUAN TERCAPAI Tidak berisiko Skrining Gizi

STOP

Diit Biasa

Pasien Pulang

Berisiko malnutrisi/sudah malnutrisi PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

TUJUAN TERCAPAI

Pengkajian

Diagnosisi

Intervensi

Monitoring dan

gizi

gizi

gizi

evaluasi

TUJUAN TERCAPAI

a. Assesmen/Pengkajian Gizi Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu : 1) Anamnesisi riwayat gizi Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola makan, diit saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan makakak dapat digali melaluai anamnesis kualitatif dan kuantitatif. 2) Biokimia Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. 3) Antropometri Merupakan pengukuran fisik individu yang dilakukan dengan berbagai cara, antar lain pengukuran Tinggi Badan (TB), pengukuran Berat Badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB), Tinggi Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal lipat kulit, lingkar kepala, dan lain sebagainya dapat dilakukan. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks Masa tubuh (IMT). Pemeriksaan fisik yang paling sederhana

untuk melihat status gizi pada pasien rawat inap adalah BB. BB pasien sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat dan dilakukan pengukuran BB secara periodik selama  pasien dirawat minimal 7 hari. 4) Pemeriksaan fisik/klinis Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan kinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Contoh beberapa data  pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, masa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk. 5) Riwayat personal Data riwayat personal meliputi : 

Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.



Sosial budaya, meliputi sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial.



Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait maslah gizi, riwayat penyakit dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan penyakit kronik atau risiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, stastus kesehatan mental serta kemampuan kognitif.



Data umum paisen antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

 b. Diagnosis Gizi Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data yang terkumpul dan kemungkinan  penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstuktur dengan konsep PES atau Problem, Etiologi dan Signs/Symptoms. Diagnosisi gizi dikelompokan menjadi tiga (3) domain, yaitu : 1. Domain Asupan Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan enteral. 2. Domain Klinis Doamin klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi organ. 3. Domain Perilaku/Lingkungan Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,  perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses keamanan makanan.

c. Intervensi Gizi Terdapat dua (2) komponen intervensi gizi yaitu : 1. Perencanaan Intervensi Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diit dan strategi pelaksanaan (implementasi). Perencanaan intervensi meliputi : 

Penetapan tujuan intervensi



Preskripsi diit



Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual,  jenis diit, bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuaensi makan/jadwal pemberian diit, jalur makanan.

2. Implementasi Intervensi Dietisien melaksanakan dan megkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respon paisen dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi. d. Monitoring dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan keberhasilan implementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi. Empat (4) langkah kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu : 1. Monitor perkembangan, antar lain : mengecek pemahaman dan ketaatan diit pasien, mengecek asupan makan, menetukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status gizi pasien tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status hemodinamik serta kondisi metabolikn pasien, dan mengidentifikasi hasil pemeriksaan lain. 2. Mengukur hasil 3. Evaluasi hasil 4. Pencatatan dan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi antara lain Subjektive Objektive Assesment Planning (SOAP) dan Assesment Diagnosisi Intervensi Monitoring (ADIME). Format ADIME merupak model yang sesuai dengan langkah PAGT. e. Konseling Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan mampu mengubah  perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang membutuhkan untuk mendapatkan penjelasanan tentang diet yang harus

dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.

BAB V PENUTUP

Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi penyembuhan pasien dan menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat dan biaya perawatan. Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi Gizi dalam bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi Gizi, meningkatkan profesionalisme tenaga dan  penetapan biaya makan pasien dipisahkan dari biaya perawatan, sehingga biaya gizi merupakan bagian dari  biaya makan pasien. Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar pelayanan rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi. Sehingga mutu pelayanan gizi RS dapat ditingkatkan secara  berkesinambungan.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF