Referat Sidik Jari

September 30, 2017 | Author: Indra Sary | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

referat...

Description

REFARAT

NOVEMBER 2015

IDENTIFIKASI SIDIK JARI

Oleh :

Indri Mayasari Sesa (N 111 13 002) Vonny Maharani Nyoto (N 111 13 006)

Pembimbing : dr. Annisa Anwar Muthaher, SH, M.Kes, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO NOVEMBER 2015

0

BAB I PENDAHULUAN Pengetahuan mengenai identifikasi seseorang pada awalnya berkembang karena kebutuhan dalam proses penyidikan suatu tindak pidana khususnya menandai ciri kriminal. Dengan adanya perkembangan masalah-masalah sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan maka identifikasi dimanfaatkan juga untuk keperluan yang berhubungan dengan kesejahteraan umat manusia.1 Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.1 Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam atau huru hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar atau diragukan orang tuannya.1 Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka identifikasi

jenazah/

sisa-sisa

manusia/potongan/kerangka

adalah

tugas

kedokteran forensik. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi DNA.2 Identifikasi primer adalah jenis metode identifikasi primer dan yang paling dapat diandalkan, yaitu identitas sidik jari, analisi komprensif gigi, dan alasisa DNA. Jenis metode identifikasi sekunder meliputi deskripsi personal, temuan medis, serta bukti dan pakaina yang ditemukan pada tubuh. Jenis identifikasi ini berungsi untuk mendukung identifikasi dengan cara lain dan biasanya tidak cukup sebagai satu-satunya alat identifikasi.2 Pemeriksaan sidik jari merupakan metode yang membandingkan gambaran sidik

jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem. Sampai saat ini,

1

pemeriksaan sidik jari merpakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.1 Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi jenasah adalah KUHP pasal 133:2 1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah maya. 3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2

A. DEFINISI Sidik jari merupakan salah satu identitas manusia yang tidak dapat diganti atau dirubah. Menurut Reinhard Hutagaol, sidik jari sebenarnya adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk suatu “punggungan” pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak akan hilang sampai seseorang meninggal dunia dan busuk, goresan-goresan atau luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yamg sama, namun sidik jari dapat rusak oleh karena kulit tersebut terkena luka bakar yang parah.3 Identifikasi sidik jari merupakan salah satu biometrik yang paling terkenal dan dipublikasikan. Pemeriksaan sidik jari (Daktiloskopi) adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada ruas ujung jari baik tangan maupun kaki.4,5 Sidik jari merupakan identitas diri seseorang yang bersifat alamiah, tidak berubah, dan tidak sama pada setiap orang. Sidik jari merupakan alat bukti yang sah yaitu sebagai alat bukti keterangan ahli (sesuai dengan pasal 184 kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana/KUHAP.3 Sidik jari menjadi teknologi yang dianggap cukup handal, karena terbukti relatif akurat, aman, mudah dan nyaman untuk dipakai sebagai identifikasi bila dibandingkan dengan sistem biometri yang lainnya seperti retina mata/DNA (Deoxyribo Nucleic Acid adalah jenis asam nukleat yang berisi perintah genetik yang digunakan di dalam perkembangan dan berfungsi pada semua organisme dan virus). Penerapan teknologi sidik jari ini tidak hanya pada sistem absesnsi pegawai perusahaan, tetapi juga berkembang di bidang kedokteran forensik, yaitu proses visum et repertum. Visum et repertum merupakan laporan tertulis dokter untuk memberikan keterangan demi keperluan peradilan mengenai suatu hal yang ditemukan atau diketahui. Identifikasi sidik jari dapat digunakan untuk identifikasi kasus korban kecelakaan, korban tenggelam, kasus tindak pembunuhan, dan lain-lain.3 3

Sidik jari merupakan bukti jati diri seseorang yang dipercaya 100%. Di dunia, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama, bahkan juga tidak pada kembar monozygot (identical twins). Sidik jari merupakan hasil pencetakan tapak jari, baik secara diambil, dicelupkan pada tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan maupun kaki. Kulit telapak tangan yang dimaksud merupakan kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari dimana pada bagian tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah/alur yang membentuk bentuk unik tertentu. Ilmu sidik jari ini didasari 3 dalil, yaitu:4,5 1. Setiap jari memiliki ciri-ciri garis tersendiri yang bila ditinjau dari segi detailnya, tidak sama dengan jari lain, maupun dengan jari orang lain. 2. Ciri-ciri garis ini telah terbentuk sejak janin berumur kira-kira 120 hari dalam kandungan ibu dan tidak berubah selama hidup, sampai hancur (dekomposisi) setelah meninggal dunia. 3. Seperangkat sidik jari dapat dirumuskan, sehingga dapat diarsipkan. B. Sejarah Identifikasi sidik jari Pengetahuan identifikasi (pengenalan

jati

diri)

secara

ilmiah

diperkenalkan pertama kali oleh dokter Perancis pada awal abad 19 bernama Alfonsus Bertilon (1853 – 1914) dengan memanfaatkan ciri-ciri umum seseorang seperti ukuran – ukuran antrophometri, warna rambut, mata, dan lain-lain. Cara ini banyak kendala-kendalanya oleh karena perubahan – perubahan

yang

terjadi

secara

biologis

pada

seseorang

dengan

bertambahnya usia selain sulitnya menyimpan data secara sistematis, walaupun demikian sistem Bertilon saat ini masih dipakai untuk menambah khasanah data seseorang.6,7 Sistem yang berkembang kemudian adalah pendeteksian melalui sidik jari. Praktek metode sidik jari untuk identifikasi personal telah lama digunakan sejak akhir abad kesembilan belas ketika karekteristik sidik jari

4

Sir Francis Galton dapat teridentifikasi. “Galtont Point” ini merupakan landasan ilmu identifikasi sidik jari, yang telah diperluas dan dialihkan pada abad terakhir. Identifikasi sidik jari mulai transisi untuk otomatisasi di akhir 1960-an seiring dengan munculnya tekhnologi komputer. Daktiloskopi diperkenalkan oleh dokter Hanry Fauld (1880) dan Francis Dalton (1892), berdasarkan perhitungan mereka secara matematis kemungkinan adanya dua orang yang memiliki sidik jari yang sama adalah 64x10 9:1 – (64 triliun : 1).6,7 C. Sifat-Sifat Sidik Jari Biometrik merupakan

cabang

matematika

terapan

untuk

mengidentifikasi individu berdasarkan ciri atau pola yang dimiliki oleh individu tersebut, misalnya bentuk wajah, sidik jari, warna suara, retina mata, dan struktur DNA. Sidik jari merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk mengidentifikasi identitas seseorang karena polanya yang unik, terbukti cukup akurat, aman, mudah, dan nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik yang lainnya. Hal ini dapat dilihat pada sifat yang dimiliki oleh sidik jari yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, pola ridge tidaklah bisa menerima warisan, pola ridge dibentuk embrio, pola ridge tidak pernah berubah dalam hidup, dan hanya setelah kematian dapat berubah sebagai hasil pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya berubah secara kebetulan akibat, luka luka, kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar satu telur. Dalam dunia sains pernah dikemukakan, jika ada lima juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi 300 tahun kemudian, atas dasar ini, sidik jari merupakan sarana yang terpenting khususnya bagi kepolisian didalam mengetahui jati diri seseorang.8 1. Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup. 2. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius. 5

3. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang. D. Pola Sidik Jari Penentuan rumus sidik jari didasarkan pada analisis pola lokal yang terdapat pada guratan-guratan jari yang disebut ridge pattern atau garis papiler seperti diperlihatkan pada gambar 1. Dua komponen pada lokal yang sangat penting keberadaannya dalam penentun rumus sidik jari adalah core (titik fokus dalam) dan delta (titik fokus luar). Setiap pixel dalam sidik jari betautan dengan pola orientasi lokal dominan dari sidik jari. 5

Gambar 1: Bagian-bagian sidik jari5 1. Core (interminus) titik fokus dalam, adalah pusat atau tengah yang terdapat pada garis sidik jari loop yang terdalam dan terjauh dari delta. 2. Delta (outer terminus) titik fokus luar adalah titik fokus yang terletak di depan pusat berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok lukisan merupakan dua buah garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang berjajar (pararel) dan memisah serta cenderung atau melingkupi pokok lukisan (pattern area). E. Klasifikasi Sidik Jari Ada sejumlah sistem klasifikasi yang telah diusulkan, tetapi salah satu sistem yang sudah

lama digunakan adalah sistem klasifikasi dari Sir

Edward Henry, yang kemudian dikenal dengan nama Henry Clasification 6

System. Sistem ini dikembangkan oleh Sir Edward Henry antara tahun 1896 hingga 1897. Pada sistem ini setiap jari tangan diberi nomor urut dari 1 sampai dengan 10. Penomoran dimulai dari jari-jari pada tangan kanan kemudian dilanjutkan pada jari-jari tangan kiri. Pada masing-masing tangan, penomorannya dimulai dari ibu jari dan berakhir pada jari kelingking. Dengan demikian ibu jari tangan kanan bernomor 1, telunjuk tangan kanan bernomor 2 dan seterusnya sampai kelingking tangan kanan bernomor 5. Untuk tangan kiri penomorannya juga dimulai dari ibu jari dan berakhir pada jari kelingking. Ibu jari tangan kiri bernomor 6, telunjuk kiri bernomor 7, dan seterusnya sampai jari kelingking tangan kiri bernomor 10. 5,9 Sidik jari dibagi menjadi tiga golongan besar. Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya. Ketiga golongan besar bentuk sidik jari tersebut adalah sebagai berikut:5,9 1. Busur (arch) Bentuk busur merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garisgarisnya datang dari satu sisi, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang di tengah-tengah. Arch dibagi menjadi dua sub golongan yaitu, plain arch dan tented arch.

Gambar 2: bentuk pokok sidik jari Arch3 2. Sangkutan (Loop). Bentuk loop merupakan bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu lukisan, melengkung menyentuh suatu garis bayangan (Imaginary line) yang ditarik antara delta dan core dan 7

berhenti atau cenderung kembali ke sisi datangnya semula. Bentuk lingkaran terbagi menjadi Ulnar Loop dan Radial Loop.

Gambar 3: bentuk pokok sidik jari Loop3 3. Lingkaran (Whorl) Bentuk whorl merupakan bentuk pokok sidik jari yang mempunyai paling sedikitnya dua buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar di hadapan hkedua delta. Bentuk lingkaran terbagi menjadi Plain whorl, Double loop whorl, Central pocket loop whorl, dan Accidental Whorl.

8

Gambar 4: Bentuk sidik jari Wkorl3 a. Plain Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai dua delta atau sedikitnya satu garis melingkar penuh yang berbentuk spiral (pilin), oval (bulat panjang), sirkular (lingkaran), atau variasi dari lingkaran yang berjalan didepan kedua delta. b. Double Loop Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang terdiri dari dua loop yang terpisah. Masing-masing loop mempunyai bahu sendiri dan mempunyai dua delta. c. Central Pocket Loop Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai dua delta dan sedikitnya satu garis melingkar atau satu garis rintangan yang membentuk sudut siku-siku pada aliran garis terdalam. Apabila di taris garis khayal antara kedua delta maka garis bayangan itu tidak melintasi atau menyentuh satupun garis melingkar. d. Accidental Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang terdiri dari campuran dua atau lebih bentuk pokok sidik jari kecuali plain arch dan mempunyai dua delta atau lebih.

9

Gambar 5: gambaran beberapa pola sidik jari3 F. Macam-Macam Sidik Jari 1. Latent Prints (Sidik Jari) Walaupun kata “latent” berarti tersembunyi atau tidak tampak, pada penggunaan modern di ilmu Forensik istilah sidik latent berarti kemungkinan adanya

atau impressi secara tak sengaja yang

ditinggalkan dari alur-alur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Tekhnik memproses secara elektronik, kimiawi, fisik dapat digunakan untuk melihat residusidik latent yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-alur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam lipid) walaupun impresi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.5 2. Patent Prints ( sidik jari paten) 10

Sidik jari ini adalh impresi dari alur-alur tonjola kulit dari sumber yang tak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disebabkan oleh transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena sudah dapat

langsung dilihat, sidik

ini tidak butuh

tekhnik-tekhnik

enchacement, dan diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya difoto.1 3. Plastic Prints (sidik jari plastik). Sidik plastik adalah impresi dari sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan bentuk dari alur-alur tersebut secara detail. Contoh umum pada lilin cair, deposit lemak pada permukaan mati. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik latent yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada permukaan tersebut. Usaha untuk melihat impresi-impresi non plastik pun harus dilaksanakan.5 Sidik jari banyak ditemukan dalam tempat kejadian perkara dan sangat mudah rapuh jika tidak dijaga dan ditangani dengan baik. Untuk dapat memudahkan proses identifikasi sidik jari maka seringkali digunakan serbuk atau bahan kimia lain atau bahkan fotografi pollilight. G. CARA PENGAMBILAN SIDIK JARI Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penentuan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya yang telah membusuk.5,9 Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting (penaburan bubuk) biasanya metode ini digunakan pada sidik jari laten atau yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel lempeng alumunium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti lem (sianorkrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidirin. Lem sianokrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya

11

pada permukaan benda alumunium yang disimpan didalam wadah tertutup, misalnya toples. Dalam toples tersebut, ditaruh juga permukaan benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat stoples. Sinoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak sinoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.10 Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuning-kekuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida /NaCl) yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah lima menit, permukaan benda akan kering dan perak nitratpun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak atau keringat menghasilkan warna ungu. 5,9 Jika jari pelaku kejahatan mengandung minyak atau keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan terlihat dengan cara menyemprotkan larutan ninhidrin 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas lampu. Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah 12

tekhnik micro X-ray flouresence (MCRF). Tekhnik ini dikembangkan oleh Christoper Worley, ilmuan asal University of California yang bekerja di Los Alamos National Laboratory. Apabila kulit sudah kering dan mengelupas dapat memakai vaselin yang digosokkan untuk melembutkan kulit, kemudian dicuci dan disuntikkan parafin supaya kulit keriput menjadi tegang lagi. Pada korban tenggelam untuk mendapatkan sidik jari yang baik, yaitu ujung jari direndam kira-kira lima belas jam dalam campuran

Formaldehyd

40%

20

cc,

gliserin

60

cc,

alcohol

90%,Sodbichromate 1% 100 cc dan H2O2 600 cc.10 Orang yang akan diambil sidik jarinya berdiri disebelah kanan dan diperintahkan untuk mengikuti gerakan dengan dilemaskan (relax). Setelah itu mulai dengan menggulingkan jari - jari pada tinta di kaca satu persatu, dimulai dengan ibu jari kanan. Jari yang diberi tinta cukup diambil satu ruas ujung ditambah dengan setengah ruas kedua. Cara pengambilan teraan semacam ini disebut “Teraan berguling” maksudnya agar mendapatkan seluruh gambaran atau permukaan teraan jari yang seluas -luasnya (rolled impression). Setelah itu dibuat “Teraan rata”, yaitu pengambilan teraan secara sekaligus dari kelima jari kanan dan kiri. Akan tetapi karena keadaan kelima jari itu tidak sama panjang, biasanya diambil dulu empat jari bersama - sama (telunjuk sampai dengan kelingking), lalu ibu jari dan cara menempelkannya supaya sejajar dengan keempat jari lainnya, cara ini disebut : Teraan rata (plain impressions), yang diambil dari seluruh bagian jari - jari itu. Pengambilan sidik jari dapat dilakukan dengan cara: 9 a. Mengecapkan jari - jari itu dengan digulingkan b. Mengecapkan jari - jari itu dengan ditekan rata saja. Setelah sidik jari ditemukan di TKP, maka akan dicocokan dengan sidik jari tersangka atau orang yang dicurigai. Sebelum sidik jari latent yang ditemukan di tempat kejadian perkara dibandingkan dengan sidik jari tersangka atau sidik jari yang tersimpan di file yang tersimpan di data base.

13

H. Alat dan Bahan yang Digunakan Dibawah ini adalah alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari yang diantaranya adalah:9,6,11 a) Slamping kit Adalah seperangkat alat yang terdiri dari Roller, Tinta, Plat kaca atau stenles stell, alat penjepit kartu Ak-23, yang sangat bermanfaat dan praktis untuk kegiatan pengambilan sidik jari dilapangan dan mudah dibawah e tempat kejadian perkara (TKP). b) Kartu Sidik Jari AK-23. Adalah kartu sidik jari yang spesifikasi tekhnisnya sudah dibakukan (standard) di seluruh wilayah RI. Kartu ini dibuat atau dicetak dengan kertas karton/tebal warna putih licin dengan ukuran 20x20 cm, gunanya adalah untuk merekam kesepuluh sidik jari dan empat jari bersama kanan dan kiri, serta data-data umum dan khusus serta pas photo dan tanda tangan. c) Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari Ak-24. Kartu sidik jari AK-24 juga sudah dibakukan (standard) di polda-polda. Dibuat dicetak dengan karton/tebal wana putih licin dengan ukuran: 7 x 13 cm. Gunanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses verifikasi kartu AK-23. Artinya setelah kartu sidik jari AK-23 tesebut sudah terisi rekaman sidik jari, harus ibubuhi rumus dan rumus dibuatkan kartu tiknya (AK-24). d) Tinta Daktilioskopi Tinta khusus daktiloskopi adalah sejenis tinta cetak hitam yang dicampur dengan minyak khusus sehingga cepat kering. Gunanya adalah: bila diratakan sangat mudah dan cepat kering. Tinta yang ada di tangan muda dicuci. e) Roller Adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat berdiameter ± 2 cm panjang ± 5-6 cm. Kegunaannya adalah meratakan tinta pada plat kaca dengan gerakan maju mundur, sampai tinta rata betul. f) Magnifier/Loop Yaitu kaca pembesar yang digunakan untuk merumus sidik jari atau untuk memperbesar gambar garis-garis papilair sidik jari, sehingga sangat memudahkan proses perumusannya. Cara penggunaannya adalah

14

sebagai berikut: Loop diletakkan diatas lukisan sidik jari, sehingga garis-garis papilairnya aka terlihat jelas dan besar. Bayang-bayangan yang ada di tengah atau di dalam kaca diletakkan antara Delta dan Core, digunakan untuk mengitung garis-garis papilair sidik jari. g) Sinyalemen Adalah ciri-ciri khusus pada seseorang yang harus dituangkan pada urutan kolom data-data kartu sidik jari AK-23. Kegunaannya adalah apabila seseorang mengetahui suatu tindak pidana di lapangan atau di TKP, bisa mengenal atau menghafal ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan bahan penyidikan untuk memberikan keterangan kepada penyidik. Terdapat pula berbagai macam alat yang berhubungan dengan sidik jari yang digunakan dalam identifikasi dan penyidikan, alat-alat tersebut adalah: a) Fingerprint Magnifier Kegunaannya adalah sebagai alat-alat untuk melakukan proses pemeriksaan sidik jari. b) Forensic Comparator Type FC-281 Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan dan perbandingan sidik jari. c) Forensic Opsical Comparator Type FX-84 Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan pemeriksaan dan perbandingan sidik jari. d) Laboratory Fuming Cabinet Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada dokumen atau kertas yang berpori dengan mengunakan yodium kristal atau super glue. e) Fingerprint Devolopment Station Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent kertas dokumen dengan menggunakan yodium, nihydrin, dan sinar ultra violet. f) Laser Photonic Printfinder Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada permukaan yang kasar seperti kulit jeruk atau yang tidak bisa dikembangkan dengan sistem serbuk atau sistem kimia.

15

BAB III KESIMPULAN Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Sidik jari merupakan bukti jati diri seseorang yang dipercaya 100%. Di dunia, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama, bahkan juga tidak pada kembar monozygot (identical twins). Sidik jari merupakan hasil pencetakan tapak jari, baik secara diambil, dicelupkan pada tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan maupun kaki. Sifat sidik jari adalah: Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius, Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang. Sidik jari dibagi menjadi tiga golongan besar. Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya. Ketiga golongan besar bentuk sidik jari tersebut adalah Arch, Loop, dan Whorl.

16

DAFTAR PUSTAKA 1. Gani, Husni M. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2002. 2. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FK UI.2007. 3. Veneza DA. Fungsi Sidik Jari dalam Mengidentifikasi Korban dan Pelaku 4. 5. 6. 7.

Tindak Pidana. Makasar : Fakultas Hukum UNHAS.2013. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang : UNDIP. 2004. Solichin, S. Identifikasi Forensik. Surabaya : FK UNAIR. 2007. Mabes Polri. Penuntun Daktiloskopi. Jakarta. Pusat Identifikasi Polri .1993. Iqbal AM, Siget, Haryadi. Implementasi dan analisis Transformasi Autentikasi Sistem Biometrik Sidik Jari. Bandung. Institut Tekhnologik

Bandung. 2005 8. Ivayandri. Sistem Keamanan Akses Menggunakan Pola Sidik Jari Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan. Projek Akhir Tekhnik Elektro. Bandung:ITB. 2001. 9. Butarbutar A. Teknik Daktiloskopi dalam Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan dengan Barang Bukti Honda Jazz di Baturraden. Purwokerto : Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. 2013. 10. John D. Woodward. Etc. Biometrics. In: Fingerprint Recognition. New York: McGraw Hill Osborne. 2003. 11. Yudha Prasasti. Peran Daktiloskopi Dalam Mengungkap Kasus Tindak Pidana Pencurian

(Studi

Kasus

Di

Wilayah

Hukum

Polres

Sragen),

Jawa

Tengah:Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. 2011.

17

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF