referat pemeriksaan penglihatan pada bayi

January 23, 2018 | Author: Vonny Riska | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

opthalmology...

Description

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan penglihatan merupakan disabilitas keempat yang paling sering terjadi di United State dan merupakan kecacatan dengan prevalensi terbanyak pada masa anak-anak. Penelitian menunjukkan hanya sekitar 31% anak-anak dengan usia 6-16 tahun yang cenderung melakukan pemeriksaan mata dan penglihatan secara komprehensif, sedangkan usia di bawah 6 tahun hanya 14%. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa 5,851 anak dengan usia 9-15 tahun, hampir 20% memerlukan kacamata tetapi hanya 10% yang mendapatkannya. (1) Tujuan dari screening mata dan penglihatan secara periodik adalah untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memiliki gangguan pada mata sehingga dapat diberikan penanganan secara dini. American Academy of Opthalmology, American Association for Pediatric Ophtalmology and Strabismus, American Academy of Pediatrics (AAP), dan United Stases Preventive Services Task Force (USPSTF), merekomendasikan beberapa bentuk skrining visual secara periodik untuk anak-anak tanpa gejala. Beberapa metode skrining pada anak-anak prasekolah telah terbukti efektif dalam mendeteksi anak-anak yang beresiko amblyopia, dan penanganan pada amblyopia menunjukkan hasil peningkatan visual dibandingkan dengan tanpa penanganan. Selain itu, banyak bukti menunjukkan bahwa pengobatan yang berhasil akan meningkatkan kualitas hidup. (2)

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Visual Fungsi penglihatan berkembang seiring dengan perkembangan otak dan mata. Saat mata berkembang, akson sel ganglion retina mencari jalan keluar dari mata dan melalui nervus optik dan jalur visual saraf mencapai korteks visual. Perkembangan mata sebagian besar terjadi pada tahun pertama kehidupan. Perubahan panjang sumbu axial mata terjadi dalam 3 fase yaitu fase pertama 0-6 bulan, fase kedua 2-5 tahun, fase ketiga 5-13 tahun. Fase pertama ini terjadi perkembangan secara cepat, sumbu mata memanjang lebih kurang 4 mm. Fase kedua dan ketiga merupakan fase perkembangan lambat, dimana panjang sumbu axial mata hanya bertambah lebih kurang 1mm pada masing-masing fasenya.(3) Pertumbuhan visus tergantung usia anak. Tajam penglihatan bayi baru lahir berkisar dari 20/400 sampai dengan 20/600. Bayi tersenyum ketika melihat wajah manusia saat berumur 6 minggu dan mengenal objek pada usia 8 minggu. Pada usia 1 tahun visus sudah 20/60 dan visus 20/20 tercapai pada usia 3-5 tahun. (4)

2

Gambar 2.1 Perkembangan visual (5) 2.2 Epidemiologi Gangguan Penglihatan pada Anak Salah satu penelitian terbesar yang melaporkan prevalensi gangguan penglihatan spesifik pada anak-anak dilakukan oleh Health Examination Surveys pada tahun 1963-1965. Data dikumpulkan dari sampel 7.119 anak berusia 6-11 tahun yang menjalani pemeriksaan mata standar. Dari anak-anak yang diperiksa, 9,2 persen mengalami ketidakseimbangan otot mata, suatu kondisi penyakit, atau

3

kelainan lain pada satu atau kedua mata. Sekitar 2,4 persen mengalami strabismus konstan dan 4,3 persen memiliki heteroforia signifikan. Kombinasi prevalensi kondisi kelopak mata (hordeolum, konjungtivitis, dan blefaritis) adalah sekitar 1 persen. (1) Tahap kedua dari proyek penelitian menentukan prevalensi gangguan mata pada

anak usia 12 - 17 tahun. Dari 6.768 anak yang diperiksa, 7,9 persen

mengalami ketidakseimbangan otot mata, suatu kondisi penyakit, atau kelainan lainnya pada satu atau kedua mata, sekitar 3,4 persen mengalami strabismus konstan,

dan

1,8

persen

mengalami

heteroforia

signifikan.

Prevalensi

konjungtivitis adalah 0,6 persen, dan blefaritis, 0,3 persen. (1) Sebuah tinjauan yang lebih baru dari literatur menemukan angka prevalensi berikut untuk gangguan mata dan penglihatan pada anak-anak: amblyopia, 2-3 persen; strabismus, 3-4 persen; gangguan refraksi, 15-30 persen; dan penyakit okular, kurang dari 1 persen. Sebuah penelitian prospektif besar dari prevalensi gangguan penglihatan dan penyakit mata terfokus pada populasi klinis anak antara usia 6 bulan hingga 18 tahun. Pemeriksaan mata yang komprehensif dilakukan pada 2.025 pasien berturut-turut yang menunjukkan bahwa, selain gangguan refraksi, kondisi yang paling umum yang dokter mata dapat temui dalam populasi yaitu penglihatan binokular dan gangguan akomodatif . (1)

4

Gambar 2.2 Tabel Prevalensi Gangguan Penglihatan pada anak (1) 2.3 Pemeriksaan Penglihatan pada Anak Pemeriksaan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa walaupun hanya fokus pada sistem visual, pemeriksaan penglihatan pada anak membutuhkan kesabaran dan talenta. (6) 2.3.1 Anamnesis Sebagian besar anamnesis diperoleh dari orang tua, pengasuh, dan orang terdekat, akan tetapi data yang berasal dari anak juga penting. Kebanyakan anak tidak akan mengeluhkan penglihatan kabur atau penglihatan ganda, akan tetapi gejala ini dapat terjadi pada proses akut. Akan tetapi data secara detail sering terhambat karena kurang kooperatif dari anak. (6) Pada keluhan mata anak, pertanyaan harus meliputi usial awal terjadinya keluhan, baik pada gangguan mata yang didapat ataupun kongenital. Jika keluhan utama merupakan masalah visus, akan sangat membantu jika orang tua bisa

5

menjabarkan secara spesifik apa yang dapat dilihat maupun tidak dapat dilihat oleh anak, seperti apakah anak merespon dengan cahaya, wajah, mainan dalam jarak dekat atau jauh, dan benda-benda kecil. Pada kasus strabismus, data mengenai frekuensi dan stabilitas dari deviasi dan berhubungan dengan postur kepala sangat penting. Faktor pencetus dapat mencakup kelelahan, penyakit lain, sinar matahari, dan jarak jauh atau dekat. Pada kasus katarak, dapat ditanyakan mengenai riwayat trauma, obat-obatan, atau kondisi medis lain seperti riwayat keluarga. Pada pasien anak dengan keluhan mata berair, harus ditanyakan mengenai mata merah, fotofobia, atau sekret pada bulu mata. (6) Aspek penting pada riwayat penyakit dahulu, termasuk riwayat masalah pada prenatal dan perintal, berat badan lahir, usia kehamilan, dan metode kelahiran. Selain itu, dapat ditanyakan juga mengenai riwayat alergi, seperti alergi obat-obatan. Perkembangan awal juga harus dinilai, seperti berguling, duduk dan berjalan. Denver Development Scale merupakan salah satu cara untuk menilai perkembangan awal. (6) 2.3.2 Pemeriksaan visus Pada usia dini, ketajaman visual harus dinilai sebagai bagian dari setiap pemeriksaan umum anak yang normal. Cara terbaik adalah tidak menunggu sampai anak cukup tua untuk merespon grafik visual, karena hal ini mungkin tidak memberikan informasi yang akurat sampai usia sekolah. Sekitar 80 % dari anak-anak antara usia 2 hingga 6 tahun mengalami hipermetropia, 5 % mengalami miopia, dan 15 % mengalami emetropia. Sekitar 10 % mengalami gangguan refraksi yang memerlukan koreksi sebelum usia 7 atau 8 tahun. Hipermetropia masih relatif statis atau secara bertahap berkurang hingga usia 19 atau 20 tahun.

6

Miopia sering berkembang antara usia 6 hingga 9 tahun dan meningkat sepanjang masa remaja, dengan perubahan terbesar pada saat pubertas. Astigmatisma relatif umum pada bayi namun menurun prevalensinya selama beberapa tahun pertama kehidupan. Setelah itu, prevalensi dan derajat tetap relatif konstan sepanjang hidup. (7)

Gambar 2.3 Tabel Perkembangan Ketajaman Penglihatan (7) Metode pemeriksaan tajam penglihatan pada anak secara umum dapat dibagi dalam 2 kategori : (8) 1. Metode Objektif Teknik pemeriksan objektif ini membutuhkan sedikit kerjasama dengan pasien. Tes ini digunakan pada anak -anak yang lebih kecil atau anak yang lebih besar dengan kasus tertentu. Metode objektif dapat dilakukan dengan cara : a. Observasi (8) Pada metode ini kita dapat mengamati apakah anak tampak Melihat atau peduli terhadap lingkungan sekitarnya? Apakah anak respon terhadap lingkungan sosial seperti mengenali wajah pemeriksa atau anggota keluarganya. Apakah anak melihat jari tangan dan kakinya sendiri? Adanya pengenalan dan perhatian sianak menunjukan visusnya baik.

7

Metode ini sulit di nilai pada anak yang keterbelakangan mental, karena mungkin ia melihat tapi tidak respon terhadap sekitarnya. b. Fiksasi dan Mengikuti Benda (4,8) Pada teknik ini kita lihat apakah anak tetap terfiksasi pada objek yang menarik. Apakah anak mengikuti objek yang menarik tersebut. Respon anak mengikuti objek ini biasanya didapatkan pada 1 atau 2 bulan kehidupan dan ini membuktikan bahwa visus anak baik. Untuk melihat fiksasi pada mata anak juga dapat digunakan metode CSM. C

: Central. Lokasi reflek kornea pada saat pasien berfiksasai dengan

cahaya senter dengan 1 mata ditutup (monokuler). Normal reflek kornea ada pada sentral kornea. Jika eksentirk disebut dengan uncentral (UC) S

: Steadines. Artinya tetap. Fiksasi pada senter sat digerakan dan diam

(monokuler).Jika tidak tetap disebut unsteady(US) M : Maintain Aligment. Kemampuan pasien untuk mempertahankan kelurusan mata dengan cara atau satu mata ditutup kemudian dibuka. Jika tidak mampu mempertahankan disebut UnMaintain (UM) c. Optalmoskopi (7, 8) Optalmoskopi langsung atau pun tidak langsung dipakai untuk mengetahui keadaan media mata dan mempelajari karakteristik fisik dari retina dan nervus optikus. Terdapatnya media yang jernih dan retina yang utuh dengan nervus optikus yang yang normal dapat menunjukan bahwa visus baik.

8

d. Reflek Pupil (8) Adanya Reflek langsung dan tidak langsung pupil terhadap cahaya menunjukan bahwa, (1) Jalur afferent reflek pupil baik. (2) Jalur efferent reflek pupil baik. Manuver sederhana yang pakai untuk memeriksa reflek ini dapat digunakan untuk menilai keadaan saraf penglihatan bagian depan.Tapi respon normal dari pemeriksaan ini belum mengindikasikan bahwa pasien dapat melihat,hanya menunjukan penyampaian sinyal ke korteks. Jika cahaya senter pada satu mata menyebabkan konstriksi pada kedua pupil berarti retina, nervus optikus, traktus optikus berfungsi baik. e. Optokinetik Nistagmus (OKN) (4,6) Optokinetik Nistagmus : merupakan sebuah silinder yang dapat berputar pada sumbunya dan pada dindingnya terdapat garis-garis tegak yang mempunyai ketebalan tertentu. Tes ini sangat berguna untuk mengetahui fungsi penglihatan pada anak. Dengan memutar alat ini didepan mata anak akan terlihat nistagmus pada mata anak tersebut yang gerakannya berlawanan dengan arah perputaran silinder. Makin halus garis yang terdapat pada tabung silinder,yang memberikan respon nistagmus maka makin baik pula visus bayi yang diperiksa. f. Visual Evoked Response (VER) (4) Tes Visual Evoked Response (VER) merupakan pemeriksaan kualitatif dari pemeriksaan tajam penglihatan. Tes ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kebutaan kortek. VER ditentukan dengan menstimulasi mata dengan cahaya terang, dengan mengunakan suatu alat perekam

9

aktivitas listrik otak lewat stimulasi cahaya pada retina. Pemeriksaan ini lebih bermanfaat pada anak dengan retardasi mental. 2. Metode Subjektif Teknik pemeriksan subjektif ini membutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien. Metode subjektif dapat dilakukan dengan cara: a. Finding Objects Metode ini gunakan pada anak umur 1-3 tahun, dengan cara meletakan benda secara diam–diam dilantai sekeliling ruangan dan minta anak untuk mengambil dan meletakan kembali. b. HOTV chart

(2,4)

Pada pemeriksaan ini digunakan satu set simbol dengan ukuran yang bertingkat, dan satu set simbol yang masing-masing bertuliskan huruf H,O,T,V sebagai interpretasi. Kepada si anak diminta menunjukan huruf yang sama dengan yang ditunjuk pemeriksa.

Gambar 2.4 HOVT Symbol Test (2)

10

c. Tumbling “E” Chart (2,4,7) Pemeriksaan dengan metode ini hampir sama dengan pemeriksaan kartu snellen, bedanya pemeriksan ini hanya menggunakan satu huruf “E”(pada gambar 4,5) dengan berbagai ukuran dan posisi. Pemeriksaan berdiri di samping Alat, dan minta orang tua berdiri di sisi lain, Tanya kepada anak kemana arah dari kaki Huruf ‘E’. Ke bawah, ke atas , ke kiri atau ke arah si pemeriksa atau ke arah orang tua? Cara yang lain si pemeriksa dapat meminta si anak untuk menunjuk dengan tangan atau jari arah yang sama dengan huruf “E” yang di tunjuk si pemeriksa.

.

Gambar 2.5 Tumbling “E” Chart (2) d. Alphabet Test (2,4,7) Pemeriksaan secara objektif ini digunakan pada anak usia sekolah dengan mengunakan kartu snellen yang biasanya berisikan huruf –huruf alphabet.

11

Pemeriksaan dilakukan pada jarak 5 – 6 meter dari kartu Snellen.Tentukan baris huruf terkecil yang masih dapat terbaca.Penglihatan normal mempunyai visus 6/6.Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dapat dilakukan uji hitung jari.Jari dapat dipisahkan oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan seseorang itu 3/60 . Pemeriksaan secara objektif ini dapat juga dilakukan dengan uji lambaian tangan.Orang normal dapat melihat lambaian tangan atau gerakan tangan pada jarak 300 meter. Kadang–kadang mata hanya dapat mengenal sinarsaja.Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/ ~

Gambar 2.6 Snellen Chart

12

2.3.3 Pemeriksaan Segmen Anterior dan Posterior Pemeriksaan lebih lanjut harus disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak untuk bekerja sama. Pemeriksaan segmen anterior pada anak muda terutama bergantung pada penggunaan cahaya senter dan kaca pembesar, namun pemeriksaan slitlamp lebih memungkinkan pada bayi dengan kerjasama ibu dan anak dengan dorongan yang tepat. Pengukuran tekanan intraokular dan gonioskopi memiliki lebih banyak masalah dan sering memerlukan pemeriksaan di bawah anestesi. Pemeriksaan fundus bergantung pada midriasis yang baik. Umumnya lebih mudah pada neonatus dan bayi dibandingkan pada anak-anak karena mereka dapat dikendalikan dengan mudah dan pemeriksaan sering mudah dicapai selama pemeriksaan (7). Refleks cahaya fovea tidak dijumpai pada bayi. Sebaliknya, makula memiliki tampilan “mother-of-pearl” terang dengan elevasi. Pada usia 3-4 bulan, makula menjadi sedikit cekung dan refleks cahaya fovea muncul. Fundus perifer pada bayi tampak abu-abu, berbeda dengan fundus dewasa yang tampak merah-oranye. Pada bayi berkulit putih, pigmentasi lebih mencolok di dekat kutub posterior dan secara bertahap berkurang ke perifer sampai hampir putih. pada bayi berkulit hitam, lebih banyak pigmen tedapat di fundus, dan di perifer tampak kilau abuabu biru (7).

13

BAB 3 PENUTUP Skrining mata dan penglihatan secara periodik sangat penting untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memiliki gangguan pada mata. Pemeriksaan dimulai dari history taking (anamnesis), dan diikuti dengan pemeriksaan yang lain. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak merupakan bagian penting dalam pemeriksaan mata. Pemeriksaan tajam penglihatan harus disesuaikan dengan umur, kooperatif, kondisi neurologik dan kemampuan membaca pasien. Metode pemeriksan tajam penglihatan pada anak secara umum dapat dibagi 2 kategori yaitu secara objektif dan subjektif. Selain pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen anterior dan posterior juga dapat dilakukan sesuai dengan indikasi.

14

DAFTAR PUSTAKA 1. Scheiman MM, et al: “Pediatric Eye And Vision Examination”, Optometric Clinical Practice Guideline, American Optometric Association, 2002. (06-122016) available from: https://www.aoa.org/documents/CPG-2.pdf 2. American Academy of Ophtalmology: “Pediatric Eye Evaluation”, 2012. p.1037. (06-12-2016) available from: https://www.aao.org/preferred-practicepattern/pediatric-eye-evaluations-ppp--september-2012 3. Fulton Anne B, Ronald M.H, Anne M, and D Luisa Mayer: “Normal and Abnormal Visual Development”, Creig S Hoyt and David Taylor, Pediatric Ophtalmology & Strabismus, 4th ed. Elsevier Saunders, London, 2013, p.2328.

(07-12-2016)

Available

from:

https://books.google.co.id/books?

id=8Ank8iDro2sC&pg=PA23&dq=Pediatric+ophthalmology+and+strabismus +normal+and+abnormal+visual+development&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi K65yktZnRAhUMqo8KHT46AhIQ6AEIGzAA#v=onepage&q=Pediatric %20ophthalmology%20and%20strabismus%20normal%20and%20abnormal %20visual%20development&f=false 4. Sergott CR and Arunagiri G: “Clinical Testing of visual function”, Neuro Ophlalmology the Practical Guide. Thiemi Medical Publishers Inc, New York, 2005, p.3-10. (07-12-2016) Available from: https://books.google.co.id/books? id=NxhDURDj1rcC&pg=PA3&dq=clinical+testing+of+visual+function+neuro +ophthalmology+the+practical+guide&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiMJvcupnRAhXLO48KHXgHByoQ6AEIGTAA#v=onepage&q=clinical %20testing%20of%20visual%20function%20neuro%20ophthalmology%20the %20practical%20guide&f=false

15

5. Ontario, 2008, Blind-Low Vision Early Intervention Program. Available from: http://www.yrdsb.ca/schools/ChildCare/Documents/EL-blindlowvision.pdf 6. Stout A.U, and Jana Kuo: “Pediatric Eye Examination”, Pediatric Ophtalmology and Stabismus, 3rd ed. Oxford University Press, New York, 2012, p.79-95. (7-12-2016) available from: https://books.google.co.id/books? id=mRWSBAAAQBAJ&pg=PA79&lpg=PA79&dq=ann+U+stout+and+Jana+ Kuo+Pediatric+eye+exAmination&source=bl&ots=AgwIGlx02P&sig=NSgnTGG96PqOMw4EfX02tnawsk&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwixwd6iuZ nRAhVEL48KHevhDGMQ6AEIJDAB#v=onepage&q=ann%20U%20stout %20and%20Jana%20Kuo%20Pediatric%20eye%20exAmination&f=false 7. Fredrik R.D : “Subjek Khusus yang Berkaitan dengan Pediatri“, Vaughan dan Asbury-Oftalmologi Umum, edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007. h.354-363 8. George S, Ellis JR, Pritchard C: “Visual Assesment”, Pediatric Ophtalmology. Thiemi Medical Publisher Inc, New York, 2000. p.14-22. (8-12-2016) available from:

https://books.google.co.id/books?

id=boLzAlGAXk8C&pg=PA14&dq=pritchard+cindy+pediatric+ophthalmolog y+thieme&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjF3sfmxPHQAhVLrY8KHRWyDvw Q6AEIGTAA#v=onepage&q=pritchard%20cindy%20pediatric %20ophthalmology%20thieme&f=false

16

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF