Referat Meniere Disease

December 12, 2018 | Author: cinthya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

miniere disease referat...

Description

BAB I PENDAHULUAN Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang ditandai dengan tetrad berupa timbulnya episode vertigo, tinnitus, perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif. Pada tahun 1861, seorang dokter asal Prancis bernama Prosper Meniere menggambarkan sebuah kondisi yang sekarang kondisi tersebut diabadikan dengan menggunakan namanya. Pendapat ini kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan penyakit Meniere.1 Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo dengan gangguan pada telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat bilateral. Insiden penyakit bervariasi, mencapai 15 kasus per 100.000 populasi di Amerika Serikat hingga 157 kasus per 100.000 populasi di Inggris dan 750 kasus per 100.000 populasi di Swedia. 1,2,3 Sebuah episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo, ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan kelelahan dan harus beristirahat selama beberapa jam hingga hari tergantung seberapa berat serangan yang terjadi.1,2,3 Variabilitas dalam gejala dan durasi serangan yang dialami pasien tergantung seberapa berat penyakit yang dialami. Sekitar 50% dari kasus penyakit Meniere dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menyisakan sequelae berupa ketidakseimbangan konstan dan tuli sensorineural.1,2 Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Meniere. Diagnosis ditegakkan selain berdasarkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan telinga, juga termasuk pemeriksaan audiometri, CT scan kepala atau MRI untuk menyingkirkan suatu tumor saraf kranial VIII (vestibulokokhlearis) serta penyakit lain dengan gejala serupa. Karena tidak adanya uji yang defintif untuk penyakit Meniere, penderita biasanya didiagnosis ketika semua penyebab lain dapat disingkirkan.1,2

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan posisi berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.4 Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah, dan pusing.1,3 Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.3 Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan pendengaran pada penyakit Meniere yang berat dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran secara permanen.1,2 2.2. Anatomi Telinga Dalam4,5,6 Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin. Telinga dalam terdiri dari kokhlea yang berupa dua setengah 2

lingkaran dan vestibuler yang dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis.

Gambar 1. Anatomi telinga dalam

Labirin (telinga dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars petrosus os temporal. Labirin terdiri dari :  Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum, dan kokhlea  Labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus, dan duktus endolimfatikus serta kokhlea. Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan diresirbsi pada sakkus endolimfatikus. Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan perilimfa skala timpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran reissner sedangkan dasar skala media disebut membran basilaris yang terletak organ korti di dalamnya. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basilaris melekat sel

3

rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis korti. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeksnya (nada rendah).

Gambar 2. Potongan melintang koklea

Terletak diatas membran basilaris dari basis ke apeks adalah organ korti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan akan menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus dengan makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis memiliki satu ujung yang melebar yang membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista dan diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan

4

dari endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor. Vaskularisasi telinga dalam Telinga dalam memperoleh pendarahan dari arteri auditori interna (arteri labirintin) yang berasal dari arteri serebelli anterior atau langsung dari arteri basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang tiga, yaitu :  Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis 

superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan



sakulus serta putaran berasal dari kokhlea. Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluhpembuluh arteri spiral yang memperdarahi organ korti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis.

Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori interna berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus kokhlearis berasal dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akquaduktus vestibularis berasal dari kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan masuk ke sinus sigmoid. Inervasi telinga Inervasi telinga terdiri dari nervus akustikus bersama nervus fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus internus dan bercabang dua sebagai nervus vestibularis dan nervus kokhlearis. Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan pada mediolus terletak ganglion spiralis.

5

2.3. Epidemiologi Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam.2,3 Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun, namun penyakit ini pernah juga ditemukan pada anak berusia 9 tahun dan manula berusia 90 tahun.1 Tidak ada predileksi telinga pada penyakit Meniere. Penyakit ini mengenai laki-laki dan perempuan dengan insidensi yang sama walaupun beberapa sumber ada yang mengatakan insidensi sedikit lebih tinggi pada perempuan.7 Kemungkinan ada komponen genetik yang berperan dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21% pada pasien dengan penyakit Meniere.1 Pasien dengan resiko besar terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi aspirin. 2,7 Sekitar 10% dari seluruh kasus vertigo diakibatkan oleh penyakit Meniere.1 2.4. Etiologi Penyebab pasti Meniere belum diketahui. 1 Namun terdapat berbagai teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan autoimun, infeksi, serta gaya hidup terutama merokok.2 Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.3 Selain itu para ahli juga mengatakan terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur.1,3 Hal ini menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah terhadap saraf (microvascular compression syndrome). 6

Selain itu gejala dari penyakit Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas, aspirin, merokok, alkohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum ada yang tahu secara pasti apa penyebab tunggal penyakit Meniere.3,7

2.5. Patofisiologi Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa (peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir). Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.1,2,8

Gambar 3. Labirin normal dan pada penyakit Meniere

Penyakit Meniere dapat menimbulkan : 1,2  Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah

7

Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan kemunduran fungsi.  Perubahan mekanisme telinga Diakibatkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus juga mengalami pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit ini. 2.6. Manifestasi Klinis Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada rendah.2 Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigo bersifat periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya.1,2,8 Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap

8

walaupun diluar serangan. Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada telinga.1,2 Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam beberapa jam atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ).3 Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus sering didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging, berdengung, dan denging dalam telinga.1,3 Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum terjadi pada frekuensi yang rendah. Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan toynbee.1,2,7

2.7. Diagnosis Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam rangka menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan

9

pada anamnesi yang sangat hati-hati. Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis AAO-HNS 1995 :1,2 1. Vertigo  Episode rekuren dari dari vertigo berupa perasaan berputar  Durasi serangan 20 menit sebanyak minimal 2 episode definitif  Serangan vertigo disertai dengan nistagmus  Dapat disertai dengan mual dan muntah  Tidak disertai ganggua neurologis

2. Tinnitus  Bervariasi, umumnya bernada rendah dan semakin menjadi keras saat serangan Biasanya terjadi unilateral pada sisi yang terkena Bersifat subjektif dan nonpulsatil

 

3. Gangguan pendengaran  Gangguan berfluktuasi  Bersifat sensorineural  Bersifat unilateral dan progresif  Terjadi minimal satu kali saat serangan Klasifikasi skala diagnostik penyakit Meniere menurut AAO-HNS 19951,2 1. Possible Meniere Disease  Episode vertigo karakteristik pada penyakit Meniere tanpa 

disertai gangguan pendengaran Tuli sensorineural yang bersifat fluktuatif atau menetap dengan gangguan keseimbangan namun tanpa episode

definitif vertigo  Tidak ditemukan penyebab lain untuk kondisi di atas 2. Probable Meniere Disease  Satu episode definitif dari vertigo  Gangguan pendengaran yang dibuktikan dengan audiometri  

minimal satu kali Tinnitus dan perasaan penuh di telinga Tidak ditemukan penyebab lain untuk kondisi di atas

10

3. Definite Meniere Disease  Dua atau lebih episode vertigo dengan durasi minimal 20 

menit Gangguan pendengaran yang dibuktikan dengan audiometri

 

minimal satu kali Tinnitus dan perasaan penuh di telinga Tidak ditemukan penyebab lain untuk kondisi di atas

4. Certain Meniere Disease  Kriteria definitif untuk penyakit Meniere disertai konfirmasi histopatologi a.

Anamnesis1,3,6,9  Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII  Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung lama.

b. Pemeriksaan fisik6,9 Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere. c. Pemeriksaan penunjang1,3

11

Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah:  Pemeriksaan audiometri

Gambar 4. Audiogram tuli sensorineural pada penyakit Meniere

 Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui

secara

objektif

kuantitas

dari

gangguan

keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar pasien dengan penyakit Meniere mengalami penurunan respons nistagmus terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yag digunakan pada tes ini  Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda yang ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini juga menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang berlebihan pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan

adanya

pelebaran

bentuk

gelombang

bentuk

gelombang dengan puncak yang multipel  Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada pasien dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang

12

terdapat penurunan pendengaran ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat  Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut gadolinium spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan kokhlea dan kanalis semisirkularis

2.7. Penatalaksanaan Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :1,2,3 1. Diet dan gaya hidup Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan

memengaruhi

regulasi

sodium

di

endolimfe

sehingga

mengurangu serangan penyakit Meniere. Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga. Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga merupakan stimulan vasoaktif dan

13

menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat tinnitus. Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras, berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan. 2. Farmakologi Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir. Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium. 14

3. Pembedahan2,7,10 Operasi yang direkomendasikan bila serangan vertigo tidak terkontrol antara lain :  Dekompresi sakus endolimfatikus Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan menyebabkan kembali normalnya tekanan terhadap ujung saraf vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan air cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus endolimfatikus untuk

mengalirkan

cairan

ke

rongga

mastoid.

Secara

keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi terkontrol, 20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil namun jarang yang membaik dan tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo tetap ada.  Labirinektomi Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlearis. Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini menghilangkan fungsi pendengaran telinga.  Neurektomi vestibuler Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan

pilihan

untuk

menyembuhkan

vertigo

dan

pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan pada fossa duramater dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf

15

keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi. Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat. Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85% vertigo dapat terkontrol.  Labirinektomi dengan zat kimia Merupakan operasi dimana

menggunakan

antibiotik

(streptomisin atau gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini bertujuan mengurangi proses penghancuran

saraf

keseimbangan

dan

mempertahankan

pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere, diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan.  Endolimfe shunt Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap operasi ini merupakan plasebo. Ada dua tipe dari operasi ini yaitu: a. Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba diantara endolimfe dan kranium b. Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus endolimfatikus dan rongga mastoid 2.8. Prognosis Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. 2,3 Penyakit ini berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari hingga tahun.1 Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.2,7

16

Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit. Sebaiknya pasien dengan vertigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga dan berenang.2,3

BAB III KESIMPULAN

Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya kelainan pada telinga dalam berupa hidrops (pembengkakan) endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut tetrad meniere yang

17

terdiri dari vertigo, tinnitus, gangguan pendengaran fluktuatif berupa tuli sensori neural, dan perasaan penuh di telinga. Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Pasien dengan resiko besar terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengonsumsi aspirin dan kafein. Pada dasarnya, etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui. Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere dengan akurat, kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere harus disingkirkan. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesis yang sangat hatihati tentang gambaran khas gejala pada penyakit Meniere sesuai dengan kriteria diagnosis AAO-HNS. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab yang berasal dari telinga luar atau telinga dalam. Pemeriksaan penunjang seperti audiometri, elektronistagmografi, elektrokokhleografi, BERA, dan MRI terkadang diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere. Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik serta diberikan edukasi mengenai penyakitnya. Pengobatan yang diberikan untuk penyakit Meniere yang persisten dan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari adalah dengan operatif.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Li, J.C. 2014. Meniere Disease. Available at: http://www.emedicine.medscape.com/article/1159069. Accessed on November 17th, 2015 2. Lalwani, A.K. 2008. Meniere Disease. In: Current Diagnosis and Treatment: Otolaryngology Head and Neck Surgery,2nd Ed. Elsevier,USA.p716-721. 3. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 102-103. 4. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 27-38. 5. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006. 176-189. 6. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam: BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 39-45. 7. Bansal,M. 2013. Meniere’s Disease In: Diseases of Ear, Nose and Throat.Edisi ke-1. Jaypee Brothers, New Delhi, India, p241-244. 8. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta Otolaryngol (Stockh). 2006 ; (suppl 485)26. 9. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 136137. 10. Levenson, Mark J. Home of the Surgery Information Centre. Meniere

Syndrome. 2009. Available at : http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/menieressyndrome.php. Accessed on November 19th, 2015.

19

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF