REFERAT KATARAK KONGENITAL

February 8, 2018 | Author: murdiaulf | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

STUDY...

Description

1

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh dan tak tembus cahaya sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina sehingga penderita tidak dapat melihat dengan jelas. 1 Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa mata yang ditemukan pada

bayi

galaktosemia,

baru

lahir.

Katarak kongenital mungkin bisa disebabkan

sindroma kondrodisplasia,

rubella

oleh

kongenital, sindroma down

(trisomi 21), trisomi13, sindroma displasia ektodermal, sindroma marinescosjogren dan lain-lain.2,3,4,5,6,7 Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan kesadaran visual terhadap lingkungan disekitarnya dan kadang terdapat nistagmus (gerakan mata yang cepat dan tidak biasa).2,3,4 Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan mata lengkap oleh seorang ahli mata. Sedangkan untuk mencari kemungkinan penyebabnya, perlu dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen.2,3 Gangguan penglihatan pada penderita katarak tergantung dari letak kekeruhan lensa mata. Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka penderita akan merasa adanya gangguan penglihatan. Bila kekeruhan terdapat pada bagian tengah lensa, maka tajam penglihatan akan terganggu.2 Katarak harus diangkat sesegera mungkin agar fungsi penglihatan bisa berkembang secara normal, katarak dibuang melalui pembedahan , yang diikuti dengan pemasangan lensa intraokuler. Jika penyebabnya diketahui, maka dilakukan pengobatan terhadap penyebab terjadinya katarak kongenital.2,3,4,6

BAB I I

2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2. 1 Embriologi dan Anatomi Lensa 2.1.1 Embriologi Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif yaitu ektoderm permukaan, termasuk derivatnya krista neuralis, ektoderm neural dan mesoderm. Ektoderm permukaan selain membentuk lensa juga membentuk glandula lakrimalis, epitel kornea, konjungtiva, glandula adneksa dan epidermis palpebra.1 Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf, lekukan-lekukan ini membentuk kantong-kantong keluar pada otak depan, yaitu gelembung mata. Gelembung ini selanjutnya menempel pada ektoderm permukaan dan menginduksi perubahan ektoderm. Gelembung mata melakukan invaginasi dan membentuk piala mata yang berdinding rangkap.1 Lapisan dalam dan luar mata ini mula-mula dipisahkan oleh suatu rongga, ruangan intraretina, yang segera akan menghilang dan kemudian kedua lapisan tersebut saling berlekatan. Invaginasi juga meliputi sebagian permukaan inferior piala yang membentuk fisura koroidea. Pembentukan fissura ini memungkinkan arteri hyaloidea mencapai ruangan dalam mata. Pada minggu ke-7, bibir-bibir fissura koroidea bersatu dan mulut piala mata menjadi lubang bulat yang menjadi pupil.1 Sel-sel ektoderm permukaan yang semula menempel pada gelembung mata mulai memanjang dan membentuk plakoda (lempeng) lensa. Plakoda ini melakukan invaginasi dan berkembang menjadi vesikel (gelembung) lensa. Vesikel ini terdiri dari satu lapis sel-sel kuboid yang menjadi membran dasar (kapsul lensa), dan mempunyai diameter kira-kira 0,2 mm. Pembentukan vesikel ini terjadi pada hari 33 kehamilan.1 Setelah pembentukan gelembung lensa, sel-sel dinding posterior memanjang ke arah depan dan membentuk serabut-serabut panjang yang berangsur-angsur mengisi lumen gelembung lensa tersebut. Pada hari ke 40 kehamilan lumen gelembung lensa secara lengkap menghilang. Sel-sel yang memanjang

disebut

primary lens

fiber

(serabut

lensa

primer).

Nuklei

3

serabut lensa primer bergerak mendekati lamina basalis posterior ke dalam serabut lensa dan selanjutnya menjadi piknotik sebagai organel intraseluler. Walaupun selsel lapisan posterior gelembung lensa berdiferensiasi menjadi serabut lensa primer, sel-sel anterior gelembung lensa tidak berubah. Satu lapisan kuboid ini menjadi epitel lensa.1 Pada kehamilan 7 minggu, sel-sel epitel lensa pada daerah ekuator mulai bermultiplikasi secara cepat dan memanjang untuk membentuk serabut lensa sekunder. Sisi anterior berkembang ke arah polus anterior lensa yang menyusupkan dirinya di sebelah bawah epitel lensa. Sisi posteriornya berkembang ke

arah

polus

posterior

lensa

di

salam

kapsul

lensa. Serabut

lensa posterior terbentuk pada usia kehamilan 2-8 bulan yang membentuk nukleus fetal.1 Serabut-serabut lensa tumbuh pada bagian anterior dan posterior, ketika serabut-serabut bertemu dan bersatu di bagian anterior dan posterior lensa, serabut tersebut membentuk pola “suture”. Suture bentuk Y tegak muncul di anterior dan bentuk Y terbalik di posterior. Pembentukan lensa selesai padausia 7 bulan penghidupan fetal.1 Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus sepanjang hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Berat lensa saat lahir sekitar 90 mg, dan makin meningkat massanya rata-rata 2 mg pertahun sebagai bentuk serabut yang baru.1 Setelah 20 tahun pada daerah tengah serabut lensa kurang lunak dan nukleus lensa menjadi kaku. Setelah umur 40 tahun kekakuan nukleus lensa secara klinis menurunkan daya akomodasi dan umur 60 tahun nukleus menjadi sklerosis dan berubah warna yang sering membuat suture lensa sulit dibedakan.1 Saat lensa berkembang, suatu struktur pendukung nutrisi , tunika vaskulosa lentis terbentuk mengelilinginya. Pada usia kehamilan 1 bulan, arteri hialoid memberikan kapiler-kapiler kecil yang membentuk jaringan anastomosis yang menutupi daerah posterior lensa yang sedang berkembang.1 Cabang-cabang kapsul vaskuler posterior masuk ke dalam kapiler-kapiler kecil yang kemudian tumbuh ke arah ekuator lensa, dimana mereka beranastomosis dengan vena koroid dan membentuk bagian kapsul pupilari dari

4

tunika vaskulosa lentis. Cabang-cabang arteri lentis yang panjang beranastomosis dengan cabang bagian kapsulopapilari yang menutupi permukaan anterior lensa.1 2.1.2 Anatomi Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa ditahan di tempatnya oleh Zonula Zinni (ligamentum suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa menghubungkannya dengan korpus siliaris.1,2 Zonula zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliaris. Zonula zinni melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 mm pada bagian posterior. Di sebelah anterior lensa terdapat

humor

akuos sedangkan

di

sebelah posteriornya

adalah

humor

vitreus. Lensa dan vitreus dipisahkan oleh membrana hyaloidea.1,2 Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung dari pada permukaan anterior. Pada saat baru lahir, jarak ekuator lensa sekitar 66,4 mm dan jarak anteroposterior 3,5 mm dengan berat 90 mg. Pada lensa dewasa jarak ekuator sekitar 9 mm dan jarak anteroposterior 5 mm dengan berat sekitar 255 mg.1,2 Lensa tidak mempunyai persarafan dan pembuluh darah. Selama embriogenesis mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloid dan setelah itu secara total suplainya tergantung pada humor akuous dan vitreus.1 Lensa terdiri dari tiga bagian yaitu kapsul elastis dan epitelium lensa yang terletak pada permukaan anterior lensa, korteks dan nukleus.1,2

5

Gambar 2.1. Anatomi Lensa Mata (Sumber: http://www.perretoptic.ch/optometrie/anatomie_oeil/anatomie_oeil_image/cristallin.jpg) a. Kapsul Lensa Kapsul lensa merupakan membrana basalis elastis yang dihasilkan oleh epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Pada bagian anterior dibentuk oleh sel-sel epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa kapsul anterior berlangsung sepanjang kehidupan sehingga ketebalannya meningkat, sedangkan kapsul posterior relatif konstan. Ketebalan kapsul anterior 15,5 mikrometer dan kapsul posterior 2,8 mikrometer.1 Di bawah mikroskop cahaya kapsul lensa terlihat homogen, tetap dengan mikroskop elektron tampak terdiri dari 40 lamella. Lamella terdiri dari serabut retikular yang berisi matriks yaitu glikoprotein berhubungan dengan kolagen tipe IV dan glikosaminoglikan sulfat. Mukopolisakarida heparin sulfat tersusun kurang dari 1% pada kapsul lensa tetapi peranannya sangat penting dalam penentuan struktur dari matriks, dimana pada keadaan kritis mempertahankan kejernihan lensa.1

6

b. Epitel Lensa Epitel lensa hanya ditemukan pada permukaan anterior lensa, pada daerah ekuator sel ini memanjang dan membentuk kolumner yang tersusun secara meridional. Epitel ini mempunyai kapasitas metabolik untuk membawa keluar semua aktivitas sel normal, termasuk DNA, RNA, protein, biosintesa lemak dan untuk menghasilkan ATP yang berguna untuk menghasilkan energi yang diperlukan lensa.1 c. Nukleus dan Korteks Nukleus

lensa lebih

keras dari

korteks.

Serabut-serabut lamellar

subepitelial terus berproduksi sesuai dengan usia, sehingga lensa secara gradual menjadilebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar k konsentris memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat inisaling berhubungan di bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh gabungan ujung ke ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu celah berbentuk “Y”.1,3 2.2 Katarak Kongenital 2.2.1 Definisi Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir pada bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.2 Katarak jenis ini dapat terjadi pada kedua mata bayi (bilateral) maupun sebelah mata bayi (unilateral). Keruh atau buram di lensa terlihat sebagai bintik putih jika dibandingkan dengan pupil hitam yang normal dan dapat dilihat dengan mata telanjang.2,3,4,6 2.2.2 Epidemiologi Hasil penelitian yang dilakukan di Inggris bahwa insidensi katarak kongenital dan infantil tertinggi pada tahun pertama kehidupan, yaitu 2,49 per 10.000 anak. Insidensi kumulatif selama 5 tahun adalah 3,18 per 10.000 meningkat menjadi 3,46 per 10.000 dalam waktu 15 tahun. Insidensi katarak

7

bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang unilateral, insidensi ini tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan tempat.8 2.2.3 Etiologi dan Patogenesis Etiologi terjadinya katarak kongenital dapat dibagi kedalam lima kategori:2,3,4,5,6,7 a. Familial (inherediter dan biasanya autosomal dominan) b. Infeksi Intrauterin TORCH (Toxoplasmosis,

Syphilis,

Rubella,

Cytomegalovirus, dan HSV) c. Sindroma (Down, Edward, Patau atau Lowe, Hallerman-streiff, Conradi, Displasia Ektodermal dan Marinesco-sjogren) d. Metabolik (Galaktosemia, Diabetes melitus,

Hipo/Hiperglikemia

atau

Hipokalemia) e. Idiopatik Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi rubella pada ibu kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji reduksi urin positif, mungkin katarak ini terjadi karena galaktosemia. Sering katarak ditemukan pada bayi prematur dan gangguan fungsi saraf seperti retardasi mental. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan idiopatik.2,6 Mekanisme patogenik katarak kongenital belum sepenuhnya dimengerti, walaupun ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara katarak dengan gangguan metabolik yang diwariskan dan baru-baru ini reaksi oksidatif yang merusak lensa serta struktur sekitarnya oleh oksigen yang berasal dari radikal bebas telah dilibatkan sebagai penyebab.6

8

Radikal Bebas

Protein Membran

Lipid Membran

Perubahan Struktur Membran

Metabolisme Membran Terganggu

Kristalin

Agregasi Kristalin

Peningkatan Peroksidasi Lipid

Integritas Serat Lensa Terganggu

Katarak Bagan 2.1. Patogenesis Katarak Berdasar Radikal Bebas 6

9

Katarak Kongenital Warisan Genetik

Riwayat Keluarga Ya Tidak

Dismorfik Ya

Analisis Kromosom Warisan Genetik

Tidak

Infeksi Selama Hamil, Ig TORCH (+)

Infeksi Intrauterin Ya

Tidak

Uji Reduksi Urin (+) Gagal Pertumbuhan Masalah Sistemik

Ya

Nilai Sistem Metabolik

Tidak

Sporadik (Unilateral) Ya

Nilai Adanya: Mikroftalmus PHPV Masalah Segmen Anterior/Posterior Bagan 2.2. Alur Pencarian Penyebab Pendasar Katarak Kongenital 6 2.2.4 Klasifikasi Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain : a.

Katarak Hialoidea Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi

makan pada lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan normal, pada waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tidak berlangsung sempurna,sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa, berbentuk ekor yang dimulai di

10

posterior lensa. Gangguan terhadap visus tidak begitu banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak memerlukan tindakan.3,4 b.

Katarak Polaris Anterior Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut

juga katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai penglihatan yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk. Pada umumnya stationer, sehingga tidak memerlukan tindakan operatif.3,4 c.

Katarak Polaris Posterior Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak

polaris anterior. Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi.Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.3,4 d.

Katarak Aksialis Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama

dengan katarak polaris posterior.3 e.

Katarak Zonularis Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat,

tersusun sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders,

merupakan

tanda

khas

untuk

katarak zonularis.

Kekeruhannya berupa cakram (discus), mengelilingi bagian tengah yang jernih, sedang korteks di luarnya jernih juga. Biasanya progresif, namun lambat. Kadangkadang keluhan sangat ringan, tetapi kekeruhannya dapat pula menjadi padat, sehingga visus sangat terganggu dan anak tidak dapat lagi sekolah dan membaca, karena hanya dapat menghitung jari.3,4

11

Kekeruhan lensa pada katarak zonularis terdapat pada zona tertentu:3 a. b.

Kekeruhan pada nukleus disebut katarak nuklearis. Katarak lamelaris, kekeruhan terdapat pada lamela yang mengelilingi area calon nukleus yang masih jernih. Bagian di luar kekeruhan masih jernih. Gambarannya seperti cakram dengan jari-jari radier. Faktor penyebabnya

f.

diduga herediter dengan autosomal dominan. Katarak Stelata Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa

bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.3 g.

Katarak Kongenital Membranasea Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan

di serap, maka lensa semakin menjadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.3,4 h. Katarak Kongenital Total Katarak

kongenital

total

disebabkan

gangguan

pertumbuhan

akibat

peradangan intrauterin. Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa tampak putih, rata, keabu-abuan seperti mutiara.3,4 2.2.5 Gejala Klinis Gejala klinis pada katarak kongenital adalah sebagai berikut:2,3,6 a. b.

Bercak putih pada pupil (leukokoria) Penglihatan berkurang, cahaya tidak dapat melalui lensa karena tidak lagi

c. d.

transparan Ada riwayat keluarga Disertai anomali okuler atau sistemik, terutama dengan kelainan kromosom dan gangguan metabolik. Seperti mikroftalmus, megalokornea, aniridia,

e.

koloboma, pigmentasi retina dan atrofi retina. Adanya kelainan non-okuler seperti retardasi mental, gagal ginjal, anomali

f.

gigi, penyakit jantung bawaan dan fasies mongoloid. Nistagmus bisa ditemukan sebagai deprivasi visual dini karena mata tidak bisa fokus dengan baik. Nistagmus muncul pada 50% anak dengan katarak

g.

kongenital bilateral. Pada beberapa kasus, strabismus dapat ditemukan sebagai tanda adanya katarak kongenital, terutama unilateral.

12

Gambar 2.2. Klinis Katarak Kongenital (Sumber: http://drugline.org/img/ail/541_544_3.jpg) 2.2.6 Diagnosis Pemeriksaan mata yang menyeluruh oleh seorang dokter ahli mata (oftalmologis) dapat mendiagnosa dini katarak kongenital. Pemeriksaan untuk pencarian penyebab, membutuhkan pemeriksaan dari dokter yang berpengalaman dibidang kelainan genetik dan tes darah, atau dengan sinar X.4 Pemeriksaan dengan slit lamp pada kedua bola mata (dilatasi pupil) tidak hanya melihat adanya katarak tetapi juga dapat mengidentifikasi waktu terjadinya saat di dalam rahim dan jika melibatkan sistemik-metabolik. Pemeriksaan dilatasi fundus direkomendasikan untuk pemeriksaan kasus katarak unilateral dan bilateral.2,3 Untuk katarak, pemeriksaan laboratorium yang dilakukan seperti hitung jenis darah, BUN, titer TORCH dan VDRL Tes, tes reduksi urin, Red Cell Galaktocinase, asam amino, kalsium dan fosfor. Bila fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi indirek, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).2,3,6 Skrining pada bayi baru lahir sangat membantu penemuan dini katarak kongenital bilateral. Skrining dengan menilai refleksi fundus yang ireguler atau negatif merupakan suatu indikasi adanya katarak kongenital. Kekeruhan lensa sentral atau kortikal > 3mm sudah dapat dideteksi dengan oftalmoskop direk.

13

2.2.7 Tatalaksana Operatif Pada katarak kongenital bilateral total, operasi harus dikerjakan pada bulan pertama, sejak katarak itu diketahui pada kedua mata. Pada katarak unilateral total, tindakan pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.3,4 Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak kongenital dilakukan bila reflek fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.2,3 Pengobatan katarak bergantung pada :2,3 1.

Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya

2.

segera katarak terlihat. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi

3.

ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera. Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan

4.

pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya prognosis yang lebih baik. Operasi katarak harus dilakukan sebelum pasien berumur 17 minggu guna

meminimalkan atau meniadakan deprivasi. Para ahli mata memilih untuk melakukan operasi lebih awal, idealnya sebelum pasien berumur 2 bulan, untuk mencegah terjadinya ambliopia yang reversibel dan nistagmus sensoris.3,4,8 Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan, tergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia, bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.2,3,4,5,6 a.

Tindakan pengobatan pada katarak kongenital yang umum dikenal :3,5,6 Disisio Lensa

14

Pada prinsipnya adalah kapsul lensa anterior dirobek dengan jarum, massa lensa diaduk, massa lensa yang masih cair akan mengalir ke bilik mata depan. Selanjutnya dibiarkan terjadi resorbsi atau dilakukan evakuasi massa. b.

Ekstraksi Linier

Pada prinsipnya yang dilakukan adalah bilik mata depan ditembus dan kapsul anterior lensa dirobek. Kemudian massa lensa dievakuasi dan dibilas dengan larutan Ringer Laktat. c. Ekstraksi Irigasi-Aspirasi Mekanis Terapi bedah untuk katarak infantilis dan katarak pada masa anak-anak dini adalah ekstraksi lensa melalui insisi limbus 3 mm dengan menggunakan alat irigasiaspirasi mekanis. Jarang diperlukan fakoemulsifikasi karena nukleus lensa lunak. Hal ini mencegah pembentukan kekeruhan kapsul sekunder, atau after-cataract (katarak ikutan).8 Rehabilitasi tajam penglihatan dapat dilakukan dengan pemberian kaca mata atau lensa kontak atau pemasangan lensa tanam. Koreksi optis sangat penting bagi bayi dan anak. Koreksi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan implantasi lensa buatan (IOL) setelah dilakukan ekstraksi lensa, pemberian kaca mata atau lensa kontak.3,5,6,8 Implantasi lensa buatan pada bayi masih menjadi kontroversial. Alasannya antara lain: 1.Kesulitan dalam menetukan kekuatan lensa yang harus diberikan, terutama pada mata yang masih dalam pertumbuhan. 2. IOL tidak dapat berakomodasi.8 Oleh karena itu beberapa pakar lebih menganjurkan penggunaan lensa kontak dan kaca mata sebagai koreksi optis pada anak dan bayi setelah bedah katarak.8 2.2.8 Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan katarak kongenital antara lain:2,3,4,6 a. Kehilangan penglihatan b. Ambliopia

15

c. Strabismus d. Glaukoma 2.2.9 Prognosis Katarak kongenital total atau unilateral mempunyai prognosis yang buruk bila dibandingkan dengan katarak kongenital bilateral parsial, dikarenakan mudah sekali terjadi ambliopia. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin dan dilakukan koreksi optik segera. Pasien dengan kelainan mata lain atau disertai dengan penyakit sistemik akan memiliki prognosis lebih buruk. 2,3,4,6

BAB I I I KESIMPULAN Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir pada bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Pemeriksaan mata yang menyeluruh oleh seorang dokter ahli mata (oftalmologis) dapat mendiagnosa dini katarak kongenital.

16

Prinsip terapi katarak kongenital adalah setelah diketemukan katarak maka harusdicari faktor penyebab, apakah galaktosemia, rubella, toksoplasmosis, dan lain-lain.Selain itu dilakukan pembedahan untuk membersihkan lintasan sinar dari kekeruhan. Prognosis visus tergantung dari jenis katarak (unilateral/bilateral, total/parsial),ada tidaknya kelainan mata yang menyertai katarak, komplikasi dan rehabilitasi tajam penglihatan pasca operasi.

DAFTAR PUSTAKA 1.

Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: WidyaMedika, 2000.

2.

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003.

3.

Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta,1993 : 190-196.

4.

PERDAMI, Katarak Kongenital. page=content.view&alias=custom_88

http://www.perdami.or.id/?

17

5.

Yorston, David. Surgery for Congenital Cataract. Review Article. Community Eye Health Vol. 17 No. 50. 2004. 23-26. http://www.cehjournal.orgdownloadceh/1750023/pdf/

6.

Llyod IC, dkk. Neonatal Cataract:Aetiologi, Pathogenesis and Management. Eye Vol.6. 1992. 184-196. http://www.nature.comeyejournal/v6n2pdf/eye199237a.pdf/

7.

Factsheet Congenital Cataract. The Children’s Hospital at Westmead, Sydney Children’s Hospital, Randwick & Kaleidoscope * Hunter Children’s Health Network 2005 – 2010. http://www.chw.edu.au/parents/factsheets/pdf/congenital_cataracts.pdf

8. Jugnoo S. R., Carol D. and for the British Congenital Cataract Interest Group,Measuring and Interpreting the Incidence of Congenital Ocular Anomalies: Lessonsfrom a National Study of Congenital Cataract in the UK(Investigative Ophthalmologyand Visual Science. 2001;42:1444-1448.) www.iovs.org/misc/terms.html 9. http://www.perret-optic.ch/optometrie/anatomie_oeil_image/cristallin.jpg. 10. http://drugline.org/img/ail/541_544_3.jpg

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF