Referat Dr. Djoko Jiwa Delirium
May 20, 2018 | Author: Aisya Fikritama | Category: N/A
Short Description
jkmnn...
Description
REFERAT
DELIRIUM
Oleh: Aisya Fikritama Aditya G99141150
em!im!i"#: D$%k% &'(it%) dr*) &+,-
,EA.ITERAA. ,LI.I, ILMU ,EDO,TERA. -I/A FA,ULTA& ,EDO,TERA. U.& R&UD DR* MOE/ARDI &URA,ARTA
1
015 BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Setiap Setiap ganggua gangguan n kogniti kognitiff dapat dapat menyebab menyebabkan kan kebingun kebingungan gan,, misalny misalnyaa
berkurangnya kejelasan dan koherensi fikiran, persepsi, pengertian, atau tindakan. Bingung merupakan gambaran pertama dari gangguan kognitif yang diperhatikan oleh anggota keluarga atau pemeriksa. Keadaan bingung akut adalah sindroma umum yang terdiri dari gangguan global dari fungsi kognitif yang disertai dengan deficit perhatian dan kesadaran. Gangguan kognitif biasanya meliputi orientasi berubah, persepsi abnormal, penalaran yang terganggu dan ingatan yang lemah. Delirium Delirium adalah suatu keadaan keadaan mental yang abnormal yang dicirikan dicirikan oleh adanya adanya disori disorient entasi asi,, ketakut ketakutan an iritab iritabili ilitas tas,, salah salah persep persepsi si terhada terhadap p stimul stimulasi asi sensorik dan sering kali disertai dengan halusinasi visual. Tingkah laku yang demikian biasanya menempatkan penderita disuatu alam yang tak berhubungan dengan dengan lingkun lingkungany ganya, a, bahkan bahkan kadang kadang pasien pasien sulit sulit mengena mengenali li diriny dirinyaa sendir sendiri. i. Biasany Biasanyaa deliri delirium um menimb menimbulk ulkan an delusi delusi sepert sepertii alam mimpi mimpi yang yang komple kompleks, ks, sist sistem emat atis is sert sertaa berl berlan anju jutt sehi sehing ngga ga taka taka da kont kontak ak sama sama seka sekali li deng dengan an lingkunganya serta secara psikologis tidak mungkin dicapai oleh pemeriksaanya. enderita umumnya menjadi talkative, bicaranya keras, offensive, curiga, agitatif. Keadaan ini timbulnya cepat dan jarang berlangsung lebihh dari !"# hari namun salah persepsi dan halusinasinya dapat berlangsung sampai berminggu" minggu minggu terutama terutama pada penderita alkoholik atau penderita penderita yang berkaitan berkaitan dengan penyakit vaskuler kolagen. Keadaan delirium biasanya tampil pada gangguan toks toksik ik dan dan meta metabo boli licc susu susuna nan n sara saraff seper seperti ti kerac keracuna unan n atro atropi pine ne yang yang akut akut,, sindroma putus obat, gagal hati akut, ensefalitis, penyakit vaskuler kolagen. Dala Dalam m deli deliri rium um sese seseor oran ang g indi indivi vidu du meng mengal alam amii kesu kesuli lita tan n dala dalam m mengger menggerakk akkan, an, memusa memusatka tkan, n, mengal mengalihk ihkan an dan memper mempertaha tahanka nkan n perhat perhatian ian.. Bebe Bebera rapa pa simt simtom om yang yang penti penting ng untu untuk k didi didiag agnos nosis is seba sebagai gai deli deliri rium um yait yaitu u 2
gangguan perseptual, pembicaraan tidak koheran, insomnia atau mengantuk pada siang hari, aktivitas psikomotor meningkat atau menurun, dan disorientasi dan gangguan ingatan $ Sarason % Sarason, &''() Delirium merupakan penyakit yang umum dan ditemukan pada lebih dari &*+ pasien berusia - tahun yang dirujuk ke rumah sakit. Delirium dapat terjadi sebagai akibat kondisi otak yang akut atau kronis. da empat penyebab delirium yaitu penyakit otak, penyakit atau infeksi dari bagian tubuh lain yang mempengaruhi otak, intoksikasi, putus dari /at yang menjadi ketergantungan individu. Kejadian delirium sangat tinggi pada orang"orang yang sudah tua dan tidak diketahui apa sebabnya mereka mengalami delirium yang sangat tinggi selain hanya di ketahui bah0a frekuensi penyakit otak organic dan penyakit sistemik meningkat pada usia tua. Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum. Tremor, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum. Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak $beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masing"masing dari ciri karakteristikk tersebut dapat bervariasi pada pasien individual. Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian besar penyebab delirium terletak di luar sistem saraf pusat" contoh, gagal ginjal atau hati. Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang didiagnosis. Bagian dari masalah adalah bah0a sindrom disebut dengan berbagai nama lain" sebagai contoh, keadaan konfusional akut, sindrom otak akut, ensefalopati metabolis, psikosis toksis, dan gagal otak akut.
3
Kepentingan untuk mengenali delirium adalah $&) kebutuhan klinis untuk mengidentifiaksi dan mengobati penyebab dasar dan $1) kebutuhan untuk mencegah perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium. Komplikasi tersebut adalah cedera kecelakaan karena kesadaran pasien yang berkabut atau gangguan koordinasi atau penggunaan pengekangan yang tidak di perlukan. Kekacauan rutin bangsal adalah merupakan masalah yang terutama mengganggu pada unit nonpsikiatrik, seperti pada unit pera0atan intensif dan bangsal medis dan bedah umum.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi Delirium adalah sindrom neuropsikiatrik yang sering dialami oleh pasien
ra0at inap paliatif. 2sia lanjut adalah factor risiko untuk perkembangan delirium. Kira"kira (* sampai !* persen pasien ra0at di rumah sakit yang berusia lebih dari - tahun mempunyai suatu episode delirium. 3aktor predisposisi lainnya untuk perkembangan delirium adalah cedera otak yang telah ada sebelumnya, ri0ayat delirium, ketergantungan alkohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi. danya delirium merupakan tanda prognostik yang buruk.
2.2 Deini!i Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut. Kata
delirium berasal dari bahasa 4atin 5de lira6 yang berarti 5keluar dari parit6 atau keluar dari jalurnya. Dalam karyanya $1), 7ngel dan 8omano menyebut delirium sebagai 5suatu sindrom insufisiensi serebral6. Keduanya menganggap delirium bsebagai sindrom terkait dengan insufisiensi organ lain 9 Ginjal, jantung, hepar dan paru"paru. Sebagai perbandingan, 4ipo0sky dalam 5Delirium 9 cute Brain 3ailure :n ;an6, mengemukakan bah0a berkurangnya ke0aspadaan terhadap lingkungan dapat diasosiasikan dengan gangguan memori, disorientasi, gangguan bahasa dan gangguan kognitif tipe lainnya. Beragam pasien mempunyai pengalaman disorientasi yang berbeda seperti salah identifikasi, ilusi, halusinasi, dan 0aham. Dengan onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Kebiasaan pasien menunjukkan variasi dengan adanya agitasi yang menonjol pada beberapa individu, dan hipoaktif pada pasien lainnya, dan pada individu yang sama pun akan menunjukkan variasi berbeda dari 0aktu ke 0aktu. Delirium harus dibedakan
5
dari demensia, kondisi kronis kemerosotan fungsi kognitif yang merupakan faktor risiko terjadinya delirium. Diagnostic Statisitical ;anual
of
;ental
Disorders
$DS;":al itu mungkin sulit dibedakan dengan keadaan fatigue dan somnolen, bedanya pasien akan dengan mudah dibangunkan dan dalam berada dalam tingkat kesadaran yang normal. 8angsang yang kuat diperlukan untuk membangunkan , biasanya bangun tidak komplet dan transient. enyakit yang mendasari adalah metabolit dan enchepalopati. 2." Etiologi 3actor predisposisi9 &. Demensia 1. ?bat"obatan multiple (. 2mur lanjut !. Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit arkinson -. Gangguan penglihatan dan pendengaran . Ketidakmampuan fungsional #. >idup dalam institusi @. Ketergantungan alcohol '. :solasi social &*. Kondisi ko"morbid multiple &&. Depresi &1. 8i0ayat delirium post"operative sebelumnya
7
3actor presipitasi9 . ;edikasi B. enyakit9 &. :nfeksi 1. ;etabolik (. Kelainan SS !. erubahan lingkungan -. enurunan rangsang sensoris . 4ainnya9 bedah, syok, demam, hipotermia, anemia Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. enyebabnya bisa berasal dari penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut $reaksi putus obat) dan /at toksik. enyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Secara lengkap dan lebih terperinci penyebab delirium dapat dilihat pada tabel diba0ah ini. Tabel &. enyebab Delirium
Ta#el 2.1 enyebab Delirium
8
9
10
$am#ar 2.1 enyebab Delirium :ntrakranial dan 7kstrakranial
2.% Patoi!iologi ;ekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya.
Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Aeuropatologi dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan
11
hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol. >ipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel neurotransmiter. Aeurotransmiter utama yang berperan terhadap timbulnya delirium adalah asetilkolin dan
daerah
neuroanatomis
utama
adalah formasio
retikularis. Beberapa penelitian telah melaporkan bah0a berbagai faktor yang menginduksi delirium diatas menyebabkan penurunan aktivitas asetilkolin di otak. ;ekanisme patofisiologi lain khususnya berkenaan dengan putus /atalkohol
adalah
hiperaktivitas lokus
sereleus dan
neuron
non
adrenergiknya. Aeurotransmiter lain yang juga berperan adalah serotonin dan glutamat. a. ?bat dan Delirium 4ansia lebih sensitif terhadap efek obat atau dosis rendah dan secara khusus beresiko delirium pada saat lebih besardari obat yang digunakan. ?bat"obatan yang mele0ati sa0ar darah otak menyebabkan delirium. Delirium karena toksisitas obat juga disebabkan oleh obat"obatan dengan Cindeks terapi sempitC, meskipun beberapa obat seperti digoin dilaporkan menyebabkan delirium pada keadaan normal. asien dengan intoksikasi alkohol dapat menyebabkan delirium selama pera0atan
meskipun
withdrawal alkohol dapat menyebabkan delirium &"( hari setelah dira0at, seperti withdrawal $ reaksi putus obat) hipnotik dan sedatif. ?bat paling sering menyebabkan delirium adalah sedatif dan hipnotik, antikolinergik dan narkotik. enggunaan preparat ini sebaiknya berhati"hati pada lansia, khususnya pada gangguan kognitif sebelumnya. Eika obat ini harus dipakai sebaiknya dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan. ?bat hipoglikemi, khususnya kerja sedang dapat menyebabkan hipoglikemi yang juga bermanifestasi konfusio. $&) setilkolin Data studi mendukung hipotesis bah0a asetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. >al yang mendukung teori ini adalah bah0a obat antikolinergik diketahui sebagai 12
penyebab keadaan bingung. pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini. ada pasien post operatif, delirium serum antikolinergik juga meningkat. $1) Dopamine ada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. ada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik. engobatan simptomatis muncul pada pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine. b. Aeurotransmitter lainnya Serotonin = terdapat peningkatan
serotonin
pada pasien
dengan
encephalopati hepatikum. GB $Gamma"minobutyric acid)= pada pasien dengan hepatic encephalopati, peningkatan inhibitor GB juga ditemukan. eningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic encephalopati, yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine $kedua asam amino inimerupakan precursor GB). enurunan level GB pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus ben/odia/epine dan alkohol. c. ;ekanisme peradanganinflamasi Studi terkini menyatakan bah0a peran sitokin, seperti interleukin"& dan interleukin",dapat menyebabkan delirium. ;engikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik, bahan pirogen endogen seperti interleukin"& dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium, terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh interleukin"& dan interleukin . d. ;ekanisme reaksi stress Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium. e. ;ekanisme struktural ada pembelajaran terhadap ;8: terdapat data yang mendukung hipotesis bah0a jalur anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya. 3ormatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan delirium. Ealur tegmentum dorsal diproyeksikan dari
13
formation retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium. Kerusakan pada sa0ar darah otak juga dapat menyebabkan delirium, mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neurotoksik dan sel"sel peradangan $sitokin) untuk menembus otak.
2. & Diagno!i!
erbandingan kriteria diagnosis delirium DS;"- dan DS;":<
Kriteria Diagnostik untuk Delirium utus Fat a. Gangguan kesadaran $yaitu penurunan kejernihan kesadaran tehadap lingkungan) dengan penurunan
kemampuan
untuk
memusatkan,
mempertahankan
atau
mengalihkan
perhatian. b. erubahan kognisi $seperti defisit daya ingat, disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah 14
ada sebelumnya, yang telah ditegakkan atau yang sedang timbul. c. Gangguan timbul setelah suatu periode 0aktu yang singkat dan cendrung berfluktiasi selama perjalanan hari. d. Terdapt bukti"bukti dari ri0ayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bah0a gejala dalam kriteria a dan b berkembang selama, atau segera setelah
suatu
sindrom pututs.
Kriteria Diagnostik untuk Delirium yang Tidak Ditentukan Kategori ini harus digunakan untuk mendiagnosis suatu delirium yang itdak memenuhi kriteria salah satu tipe delirium yang dijelaskan dalam bag ian ini. a. Suatu gambaran klinis delirium yang dicuriagai karena kondisi karena kondisi media umum atau pemakaian /at tetapi di mana tidak terdapat cukup bukti untuk menegakkan suatu penyebab spesifik b. Delirium karena penyebab yang tidak dituliskan dalam bagian ini missal pemutusan sensorik
emeriksaan"pemeriksaan yang dilakukan adalah 9 a. namnesa terutama ri0ayat medis menyeluruh, termasuk penggunaan obat" obatan atau medikasi. b. emeriksaan fisik lengkap terutama dilakukan secara rutin pada pasien yang ra0at inap. c. emeriksaan neurologis, termasuk status mental, tes perasaan $sensasi), berpikir $fungsi kognitif), dan fungsi motorik. emeriksaan status kognitif mencakup 9 &) Tingkat kesadaran
15
1) Kemampuan berbahasa () ;emori !) praksia -) gnosia dan gangguan citra tubuh d. emeriksaan penunjang berupa 9 &)
2ji darah Tujuannya untuk memeriksa adanya gangguan organik, memeriksa komplikasi fisik akibat gangguan psikiatri untuk menemukan gangguan metabolik. 2ji darah serologis, biokimia, endokrin dan hematologis yang harus dilakukan termasuk 9
1)
•
emeriksaan darah lengkap
•
2rea dan elektrolit
•
2ji fungsi tiroid
•
2ji fungsi hati
•
Kadar vitamin B&1 dan asam folat
•
Serologi sifilis 2ji urin
16
Skrining obat terlarang dalam urine perlu dilaksanakan untuk memeriksa penyalahgunaan /at psikoaktif yang samar. ()
7lektroensefalogram $77G)
!)
"ray dada -) HT scan kepala
)
;8: scan Kepala
#)
nalisis cairan serebrospinal $HS3)
@)
Kadar obat, alkohol $toksikologi)
')
2ji genetik enggolongan kariotipe merupakan pemeriksaan penunjang klinik kedua yang bisa memastikan adanya gangguan akibat kelainan kromosom. 2ji ini terutama berguna untuk menyelidiki orang dengan disabilitas belajar $retardasi mental).
emeriksaan fisik dan 4aboratorium Delirium biasanya didiagnosis pada sisi tempat tidur dan ditandai oleh onset gejala yang tiba"tiba. enggunaan status pemeriksaan mental bedside seperti";ini ;ental State 7amination $;;S7) pemeriksaan fisik sering kali mengungkapkan petunjuk adanya penyebab delirium. danya penyakit fisik yang diketahui atau ri0ayat trauma kepala atau ketergantungan alkohol atau /at lain meningkatkan kemungkinan diagnosis. emeriksaan laboratorium untuk seorang pasien dengan delirium harus termasuk tes"tes standar dan pemeriksaan tambahan yang diindikasikan oleh situasi
17
klinis. 77G pada delirium secara karakteristik menunjukkan perlambatan umum pada aktivitas dan dapat berguna dalam membedakan delirium dari depresi atau psikosis. 77G dari seorang pasien yang delirium sering kali menunjukkan daerah fokal hiperaktivitas. asa kasus yang jarang, mungkin sulit membedakan delirium yang berhubungan dengan epilepsi dari delirium yang berhubungan dengan pen yebab lain.
2. ' $am#aran Klini!
Gambaran kunci dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, keadaan delirium mungkin didahului selama beberapa hari oleh perkembangan kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi transien, mimpi menakutkan di malam hari, dan kegelisahan. Selain itu. asien yang pernah mengalami episode rekuren di ba0ah kondisi yang sama. &. Kesadaran $rousal) Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium. Satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. ola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. asien dengan delirium yang berhubungan dengan putus /at sering kali mempunyai delirium yang hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan, kulit pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual muntahdan hipertermia. asien dengan gejala hipoaktif kadang"kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik, atau mengalami demensia.
asien
dengan
pola
gejala
campuran
hipoaktivitas
dan
hiperaktivitas juga ditemukan dalam klinis. 1. ?rientasi Terhadap 0aktu, tempat, dan orang harus diuji pada pasien dengan delirium. ?rientasi terhadap 0aktu
seringkali hilang, bahkan pada kasus
delirium yang ringan. ?rientasi terhadap tempat
dan kemampuan untuk
mengenali orang lain mungkin juga terganggu pada kasus yang berat. asein delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri. 18
(. Bahasa dan kognisi asien dengan delirium sering kali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat
berupa
bicara
yang
ngelantur,
tidak
relevan,
atau
membingungkan $inkoheren) dan gangguan untuk mengerti pembicaraan. 3ungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adah fungsi ingatan dan kognitif umum.
Kemampuan untuk menyusun,
mempertahankan, dan mengingat kenangan mungkin terganggu, 0alaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. asien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai 0aham yang tidak sistematik, kadang paranoid. !. ersepsi asien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka, akibatnya pasien sering kali tertarik oleh stimuli yang yang tidak relevan atau menjadi teragitasi jika dihadapkan denga informasi baru. >alusinasi juga relative sering pada pasein delirium. >alusinansi yang paling sering adalah visual dan auditoris, 0alaupun halusinansi dapat juga taktil atau olfaktoris. >alusinasi visual dapat terentang dari gambar geometric sederhana atau pola ber0arna orang yang berbentuk lengkap dengan pemandangan. :lusi visual dan auditoris adalah sering pada delirium. -. ;ood asien dengan delirium juga mempunyai kelainan dalam pengaturan mood. Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan mood lain yang sering ditemukan pada pasien delirium adalah apatis, depresi, dan euphoria. Beberapa pasien dengan cepat berpindah di antara emosi tersebut dalam perjalanan sehari.
2. ( $e)ala Pen*erta 19
Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah terganggu. asien sering kali mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tertidur sekejap. Tetapi tidur pada pasien delirium hampir selalu singkat dan terputus"putus. Sering kali keseluruhan siklus tidur bangun pasien dengan delirium semata"mata terbalik. asien sering kali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning . Kadang pasien dengan delirium mendapat mimpi buruk yang terus berlangsung ke keadaan terjaga sebagai pengalaman halusinasi. Gejala neurologis. asien dengan delirium sering kali mempunyai gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan inkontinensia urin. Tanda neurologis fokal juga ditemukan sebagai bagian pola gejala pasien dengan delirium.
2. + Diagno!i! Banding
&. Delirium vs demensia enting untuk membedakan delirium dari demensia, dan sejumlah gambaran klinis membantu membedakannya. Berbeda dengan onset delirium yang tiba"tiba, onset demensia biasanya perlahan"lahan. Ialaupun kedua kondisi
melibatkan
gangguan kognitif, perubahan dementia adalah lebih stabil dengan berjalannya 0aktu dan tidak berfluktuasi selama perjalanan sehari. Sebagai contoh seorang pasien dengan demensia biasanya siaga= seorang pasien dengan delirium mempunyai episode penurunan kesadaran. Kadang"kadang delirium terjadi pada pasien yang menderita demensia, suatu keadaan yang dikenal sebagai pengaburan demensia $beclouded dementia). Suatu diagnosis delirium dapat dibuat jika terdapat ri0ayat definitif tentang demensia yang ada sebelumnya.
Ta#el 2.2 3rekuensi Gambaran Klinis Delirium dibandingkan Demensia Ta#el 2.2 erbedaan klinis delirium dan Demensia
20
$am#aran
Deliri,m
Demen!ia
8i0ayat
enyakit akut
enyakit kronik
0al
Hepat
4ambat laun
Sebab
Terdapat penyakit lain $infeksi, dehidrasi, gunaputus obat
Biasanya penyakit otak kronik $spt l/heimer, demensia vaskular)
4amanya
Ber"hari"minggu
Ber"bulan"tahun
erjalanan sakit
Aaik turun
Kronik progresif
Taraf kesadaran
Aaik turun
Aormal
?rientasi
Terganggu, periodic
:ntak pada a0alnya
fek
Hemas dan iritabel
4abil tapi tak cemas
lam pikiran
Sering terganggu
Turun jumlahnya
Bahasa
4amban, inkoheren, inadekuat
Sulit menemukan istilah tepat
Daya ingat
Eangka pendek terganggu nyata
Eangka pendek % panjang terganggu
ersepsi
>alusinasi $visual)
>alusinasi jarang kecuali sundo0ning
sikomotor
8etardasi, agitasi, campuran
Aormal
Tidur
Terganggu siklusnya
Sedikit terganggu siklus tidurnya
tensi % kesadaran
mat terganggu
Sedikit terganggu
8eversibilitas
Sering reversible
2mumnya tak reversibel
enanganan
Segera
erlu tapi tak segera
-atatan pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang bertumpang tindih dengan demensia adalah umum.
1. Delirium vs sikosis atau Depresi Delirium juga harus dibedakan dengan ski/ofrenia dan gangguan depresif. asien dengan gangguan buatan mungkin berusaha untuk mensimulasi gejala delirium= tetapi mereka biasanya mengungkapkan sifat berpura"pura dari gejalanya dengan inkonsistensi pada pemeriksaan status mentalnya, dan 77G dapat secara mudah memisahkan kedua diagnosis. Beberapa pasien dengan gangguan psikotik, biasanya ski/ofrenia, atau episode manik mungkin mempunyai episode perilaku yang sangat terdisorganisasi yang mungkin sulit dibedakan dari delirium. Tetapi pada umumnya, halusinasi dan 0aham pada ski/ofrenik biasanya tidak mengalami perubahan dalam tingkat kesadaran atau orientasinya. asien dengan gejala hipoaktif dari delirium
21
mungkin tampak agak mirip dengan pasien yang depresi berat tapi dapat dibedakan atas dasar 77G. Diagnosis psikiatrik lain yang dapat dipertimbangkan dalam diagnosis banding delirium adalah gangguan psikotik singkat, gejala ski/ofreniform, dan gangguan disosiatif.
2. / Per)alanan dan Progno!i!
Ialaupun onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal $sebagai contoh, kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan , 0alaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari satu mingggu. Setelah identifkasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasanya menghilang dalam periode tiga sampai tujuh hari, 0alaupun beberapa gejala mungkin memerlukan 0aktu sampai dua minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien, dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama 0aktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. :ngatan tentang apa yang di alami selama delirium, jika delirium telah berlalu, biasanya hilang timbul, dan pasien mungkin menganggapnya sebagai mimpi buruk atau pengalaman yang mengerikan yang hanya di ingat samar"samar. Terjadinya delirium berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan oleh sifat serius dari kondisi medis penyerta yang menyebabkan delirium. pakah delirium berkembang menjadi demensia belum ditunjukkan dalam penelitian terkontrol yang cermat. Tetapi, suatu observasi klinis yang telah disahkan oleh suatu penelitian, adalah bah0a periode delirium kadang"kadang diikuti oleh depresi atau gangguan stress pasca traumatic.
2. 10 Pengo#atan
Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Eika kondisinya dalah toksisitas antikolinergik, penggunaan physostigmine salicylate $ntrilirium) &" 1 mg intravena $:aldol), suatu obat antipsikotik golongan butyrophenone. Tergantung pada usia, berat badan, dan kondisi fisik pasien, dosis a0al dapat terentang antara 1 sampai &* mg :;, dapat diulang dalam satu jam jika pasien tetap teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan dua pertiga dosis diberikan sebelum tidur. 2ntuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral harus kira"kira &,- kali lebih tinggi dari dosis parenteral. Dosis harian efektif total dari haloperidol mugnkin terentang dari - sampai -* mg untuk sebagian besar pasien delirium. Droperidol $:napsine) adalah suatu butyrophenone yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif, 0alaupun monitoring elektrokardiogram adalah sangat penting dalam pengobatan ini. Golongan phenothia/ine harus dihindari pada pasien delirium, karena obat tersebut disertai dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna. 23
:nsomnia paling baik diobati dengan golongan ben/odia/epine dengan 0aktu paruh pendek atau dengan hydroy/ine 1- sampai &** mg. Golongan ben/odia/epine dengan 0aktu paruh panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk gangguan dasar $sebagai contohnya, putus alkohol).
2. 12 Penatalak!anaan Klini!
ertama, kondisi medis diperbaiki seoptimal mungkin. Sampai kondisi baik, pemantauan harus tetap dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk observasi rutin, pera0atan konsisten, menenangkan dengan penjelasan sederhana secara berulang. ;engurangi ketegangan ji0a diperlukan oleh pasien dengan agitasi tinggi meskipun pengalaman menunjukkan bah0a pada beberapa pasien cenderung mengalami peningkatan agitasi. 8angsangan eksternal diperkecil. Karena bayangan atau kegelapan mungkin menakuti mereka. asien delirium sangat sensitif terhadap efek samping obat, jadi pengobatan yang tidak perlu harus dihentikan termasuk golongan hipnotik"sedatif $contoh ben/odia/epin). asien dengan agitasi tinggi ditenangkan dengan dosis rendah obat antipsikotik potensi tinggi $contoh 9 haloperidol, thiothiene). ?bat dengan efek antikolinergik seperti klorpoma/ine, tiorida/in di hindari karena dapat memperburuk atau memperpanjang delirium. Kenyataannya, tingkat antikolinergik plasma yang memicu delirium ditemukan pada pasien"pasien bedah. Bila sedasi diperlukan gunakan dosis rendah ben/odia/epin dengan kerja singkat seperti oa/epam, lora/epam.
Rekomendasi untuk penatalaksanaan Delirium
Lingkungan rumah sakit yang tenang, penerangan yang baik adalah terapi yang baik untuk pasien. 1. Pribadi yang konsisten menenangkan pasien delirium
24
2. Secara rutin pasien dilatih mengingat hari, tanggal, waktu dan situasi dalam ruangan pasien 3. Pengobatan untuk penatalaksanaan tingkah laku harus di batasi
Hanya obat-obatan yang penting
diberikan pada pasien, poliarmasi
harus dihindari
Hipnotik-sedati dan ansiolitik harus dihindari
!ingkah laku yang sulit dikoreksi diberikan neuroleptik dosis rendah, ben"odia"epin dengan ker#a singkat
2. 12 Progno!i!
?nset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal $kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan, 0alaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari & minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode ( " # hari, 0alaupun beberapa gejala mungkin memerlukan 0aktu 1 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama 0aktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Beberapa pada lanjut usia susah untuk diobati dan bisa melanjut jadi kronik. ;orbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk sudah dengan delirium dibandingkan dengan pasien yang menjadi delirium setelah di 8umah Sakit. Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoikasi, infeksi, faktor iatrogenik, toisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit biasanya cepat membaik dengan pengobatan.
25
26
BAB III PENUTUP ". 1 Simp,lan Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut. Dengan
onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Delirium dapat disebabkan oleh berbagai penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut $reaksi putus obat) dan /at toksik. Delirium hampir selalu merupakan kondisi sementara yang sembuh apabila penyebab yang mendasarinya berhasil diatasi. kan tetapi, pada beberapa kasus yang penyebab deliriumnya, seperti cedera kepala atau ensefalitis, dapat menyebabkan klien mengalami gangguan kognitif, perilaku, atau emosional, bahkan setelah penyebab yang mendasarinya diatasi.
27
DATA PUSTAKA
merican sychriatric ssociation. >ighlight of Hhanges from DS; :< T8 to DS; . :, Sadock B.E. Homprehensive Tetbook of sychiatry. @th 7d Kurt E. :sselbacher, &'''. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Vol I. Edisi !. Eakarta9 7GH. Sadock, Benjamin Eames= Sadock,
View more...
Comments