Referat Cerebral Palsy

November 16, 2017 | Author: Derianti Nurhidayah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

weqeq...

Description

REFERAT

CEREBRAL PALSY

Pembimbing : dr. Dyah Nuraini, Sp.S

Disusun Oleh : Derianti Nur Hidayah 030.11.068

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Periode 28 Desember 2015-31 januari 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Nama NIM Fakultas Universitas Tingkat Bidang Pendidikan Periode Kepaniteraan Klinik Judul Referat Diajukan Pembimbing

: : : : : : : : : :

Derianti Nur Hidayah 03011068 Kedokteran Trisakti Program Pendidikan Profesi Kedokteran Ilmu Penyakit Saraf 28 Desember 2015 – 31 Januari 2016 Cerebral Palsy Januari 2016 dr. Dyah nuraini, Sp.S

Telah diperiksadan disahkan tanggal : Mengetahui,

Ketua SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD Kota Semarang

dr. Dyah nuraini, Sp.S

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2 2.1 Anatomi dan fisiologi otak .............................................................................................. 2 ................................................................................................................................................ 5 2.3 Epidemiologi.................................................................................................................... 6 2.4 Etiologi dan faktor resiko ................................................................................................ 6 2.5 Klasifikasi........................................................................................................................ 8 2.6 Patofisiologi .................................................................................................................... 11 2.7 Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 14 2.8 Diagnosis.......................................................................................................................... 17 2.9 Penatalaksanaan............................................................................................................... 18 2.10 Pencegahan.................................................................................................................... 19 2.11 Prognosis........................................................................................................................ 20

BAB III. KESIMPULAN .................................................................................................... ............................................................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... ............................................................................................................................................... 22

3

BAB I PENDAHULUAN Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.1 Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis. 2,3 Walaupun sulit, etiologi Cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.4 Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam penanganan penderita Cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.2

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisiologi Otak Otak manusia kira-kira merupakan 2 % dari berat badan orang dewasa.otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme glukosa. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi: a. Otak besar (cerebrum) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu: hemisfer kiri dan kanan. Kedua hemisfer dipisahkan oleh fisura longitudinalis mayor dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum). Bila otak dibelah secara vertical tampak bagian otak sebelah luar berwarna abu-abu (gray matter) dan otak bagian dalam berwarna putih (white matter). Di dalam white matter tertanam massa gray matter yan disebut ganglia basalis. Yang termasuk ganglia basalis yaitu klaustrum, putamen, globus palidus, nucleus kaudatus dan amigdala. Kapsula interna berada di dalam ruang yang dibatasi oleh thalamus, nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis. Daerah ini penting sebagai jalur lintas bagi semua serabut saraf yang menghubungka serebrum dengan bagian susunan saraf pusat lainnya.

Gambar 2.1. potongan horizontal serebrum 5

Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, dibagi ke dalam empat lobus yang dibatasi oleh gyrus da sulkus yaitu -

Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.

-

Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.

-

Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.

-

Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan

Gambar 2.2. Lobus otak b. Otak kecil (cerebellum) Cerebellum terletak dibelakang fossa kranialis dan melekat ke bagian belakang batang otak. Cerebellum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmenn posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisiposisi sendi.

6

Gambar 2.3. Permukaan posrterior cerebellum

Gambar 2.4. Potongan sagital cerebellum c. Batang otak Menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). o Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot

7

yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah. o Pons o

Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formatio retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bangun, mengontrol refleks menelan dan muntah.

d. Diensefalon Dibagi menjadi empat wilayah : o Thalamus Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls aferen dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi. o Hipotalamus Hipothalamus berkaitan dengan pengatura rangsangan susunan saraf autonom perifer yang menyertai tingkah laku dan emosi. o Subtalamus Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan involunter biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki. o Epitalamus Epitalamus dengan sistim limbik dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius 2.2 Definisi Cerebral palsy merupakan kumpulan gejala kelainan perkembangan motorik dan postur tubuh yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak sejak dalam kandungan atau di masa kanak-kanak. Kelainan tersebut biasanya disertai dengan gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, tingkah laku, epilepsi, dan masalah muskuloskeletal. Cerebral berarti bahwa penyebab kesulitannya berada di otak, bukan di otot. Palsy dapat berarti memiliki kesulitan dengan pergerakan dan postur tubuh.

8

Gejala cerebral palsy mulai dapat diamati pada anak-anak di bawah umur 3 tahun, yaitu manifestasi berupa hipotonia awal pada 6 bulan pertama hingga 1 tahun dan umumnya diikuti spastisitas. Cerebral palsy merupakan penyakit yang tidak progresif. Pengaruh gangguan otak terhadap pergerakan dan postur tidak hilang. Namun, efeknya pada tubuh bisa menjadi lebih atau kurang jelas seiring berjalannya waktu. Misalnya pada penderita cerebral palsy yang dapat menjadi semakin lebih baik dalam mengelola kesulitan mereka sebagai hasil dari intervensi terapi.2, 4 2.3 Epidemiologi Prevalensi cerebral palsy secara global berkisar antara 1-1,5 per 1.000 kelahiran hidup dengan insiden meningkat pada kelahiran prematur. Di negara maju, prevalensi cerebral palsy dilaporkan sebesar 2-2,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup sedangkan di negara berkembang berkisar antara 1,5-5,6 kasus per 1.000 kelahiran hidup.2 Beberapa instansi kesehatan di Indonesia sudah mulai bisa mendata kasus cerebral palsy, antara lain yaitu YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) cabang Surakarta jumlah anak dengan kondisi cerebral palsy pada tahun 2001 berjumlah 313 anak, tahun 2002 berjumlah 242 anak, tahun 2003 berjumlah 265 anak, tahun 2004 berjumlah 239 anak, sedangkan tahun 2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 sampai dengan bulan Desember berjumlah 112 anak, sedangkan tahun 2007 sampai dengan bulan Desember yaitu berjumlah 198 anak. Pada klinik tumbuh kembang Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang sepanjang tahun 2005 mencatat kunjungan pasien anak dengan diagnosis cerebral palsy sebanyak 2,16%. 2.4 Etiologi dan faktor resiko Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu prenatal, perinatal, dan pascanatal. 1. Prenatal Infeksi terjadi dalam masa kandungan menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubella, dan penyakit inklusi sitomegalik. Kelainan yang mencolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar x, dan intoksikasi kehamilan dapat menimbulkan cerebral palsy. 2. Perinatal a. Anoksia/hipoksia

9

Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah trauma kepala. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan instrumen tertentu, dan lahir dengan seksio kaesar. b. Perdarahan otak Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan, dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subarakhnoid akan menyebabkan penyumbatan cairan serebrospinal sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spatis. c. Prematuritas Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah, dan lain-lain masih belum sempurna. d. Ikterus Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah. e. Meningitis purulenta Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy. 3. Pascanatal Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis, dan luka parut pada otak pasca-operasi.7 Faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP semakin besar antara lain adalah: 2 a. Letak sungsang. b. Proses persalinan sulit. Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. c. Apgar score rendah.

10

Apgar score yang rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran. d. BBLR dan prematuritas. Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF