rdtr bab 3 kota batu

September 28, 2017 | Author: Shabrina Ghaisani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ini peraturan daerah tenteng tata kota batu. semoga membantu kalian yaa...

Description

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

BAB III RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA BWK I (PUSAT KOTA BATU) 3.1.

Rencana Struktur Ruang BWK I

S

truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu sistem hirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur

antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas. Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ; 3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun – alun dengan konsentrasi di sepanjang koridor Jalan Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya Bab III -

1

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

kegiatan perkotaan skala kota yang mengelompok di sekitar koridor jalan tersebut.

 Mengurangi beban pusat kota sebagai pusat pelayanan skala kota, karena

Pengembangan lebih lanjut pusat pelayanan yang ada saat ini dipertahankan dengan

ada beberapa fungsi pelayanan yang telah ada pada tingkat lingkungan.

pengembangan pada kegiatan perkotan yang melengkapi dari yang ada.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan struktur pelayanan dapat dilihat pada

Menyesuaikan dengan konsep pengembangan yang menggunakan konsep

skema berikut dan peta 3.1.

multiple nucklei maka untuk wilayah yang lain akan diarahkan sebagai Unit Lingkungan yang juga memiliki pusat.

Skema Struktur Pusat Pelayanan BWK I (Pusat Kota Batu)

Untuk lebih lebih jelasnya mengenai struktur pusat

Ke Desa Sumberejo

pelayanan BWK I adalah sebagai berikut ;

Ke Desa Sidomulyo

1. Kelurahan Sisir Unit Lingkungan I dengan Pusat di Krajan 2. Kelurahan Temas Unit Lingkungan II dengan Pusat Genengan 3. Kelurahan Songgokerto Unit Lingkungan III dengan Pusat di Songgoriti 4. Kelurahan Ngaglik Unit Lingkungan IV dengan Pusat di Ngalik Utara dan Selatan I

5. Desa Pesanggrahan Unit Lingkungan V Pusat di Srebet III

6. Desa Oro-oro Ombo Unit Lingkungan VI Pusat di Oro – Oro Ombo Untuk lebih mengefesienkan struktur pelayanan dan juga dalam proyeksi

I

IV

Ke Pujon

kebutuhan nantinya, maka pusat Unit Lingkungan yang berdekatan dengan pusat kota/BWK peletakkannya diintegrasikan ke dalam pusat BWK tersebut. Adapun pusat

V

yang dimaksud adalah pusat Unit Lingkungan I dan Unit Lingkungan IV. Hal ini

II

dimungkinkan karena wilayah Krajan (UL I) dan Ngaglik Utara serta Selatan (UL IV)

Ke Desa Beji

masih merupakan pusat BWK/kota. Tujuan dari arahan struktur pusat pelayanana ini ;

 Untuk lebih mengintegralkan wilayah BWK I ke dalam kesatuan ruang yang memilki efesiensi pergerakan baik itu barang maupun manusia sehingga diharapkan VI

akan relatif mampu untuk meminimalisasi konflik lalu-lintas.  Memberikan

arahan

pengembangan

kota

yang

disesuaikan

Ke Desa Beji

dengan

kemampuan daya dukungnya. Sehingga diharapkan akan relatif mampu

Keterangan ;

untuk memberikan keseimbangan ekologis

I.

 Relatif akan lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih merata, karena

Pusat BWK , Pusat Kota, dan pusat unit lingkugan I Krajan, Unit Lingkungan IV Ngalik Utara dan Selatan

pusat – pusat pelayanan telah terdistribusikan sampai pada unit yang tekecil.

II. Pusat Unit Lingkungan II Genengan

Masyarakat akan lebih dapat mengakses dengan lebih mudah terhadap

III. Pusat Unit Lingkungan III Songgoriti

fasiltias yang ada pada pusat pelayanan tersebut.  Dapat menjadi embrio bagi perkembangan wilayah tersebut baik dari segi spatial maupun dari segi non spatial.

V. Pusat Unit Lingkungan V Srebet VI. Pusat Unit Lingkungan VI Oro – Oro Ombo Adapun luasan dari masing – masing desa dan kelurahan tersebut adalah sebagai berikut ;

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

2

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.1. rencana struktur ruang

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

3

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 F 1.5. Perkantoran

TABEL 3.1. LUAS DESA DAN KELURAHAN DI BWK I

No. 1 2 3 4 5 6

BWK/UL UL UL UL UL UL UL

I (Kelurahan Sisir) II (Kelurahan Temas) III (Kelurahan Songgolerto) IV (Kelurahan Ngaglik) V (Desa Pesangrahan) VI (Desa Oro-oro Ombo) Total

 F 2 (Fungsi Sekunder )

LUAS (Ha) 263.40 461.05 566.86 320.27 699.40 1691.63 4002.61

Sumber ; RTRW Kota Batu

 F 2.1. Perdagangan dan Jasa  F 2.2. Pendidikan  F 2.3. Kesehatan  F 2.4. Permukiman  F 2.5. Transportasi Pembagian menjadi dua fungsi pokok ini dimaksudkan agar terjadi pengkhususan fungsi dalam lingkup skala pelayanan yaitu skala kota / BWK dan skala pelayanan Unit Lingkungan. Aktualisasinya akan teraplikasikan pada arahan pengembangan fasilitas kegiatan fungsional yang tentunya akan terjadi pembedaan antara fasilitas skala pelayanan kota / BWK dengan fasilitas skala

3.1.2. Rencana Struktur Kegiatan Fungsional

Sebagai suatu pusat kota maka akan terjadi bayak konsentrasi atau aglomerasi kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini jika tidak diberi arahan yang sistematis akan berpotensial menimbulkan inefesiensi keruangan. Dampak berikutnya lagi akan dapat menurunkan tingkat kemampuan pelayanan dari pusat kota. Salah satu solusi yang ditawarkan disini adalah memberikan suatu arahan sistematis agar struktur fungsional kota dapat berjalan dengan baik sampai pada Unit Lingkungan. Arahan struktur kegiatan fungsional ini diupayakan untuk dapat terdistribusikan secara berjenjang disesuaikan dengan skala pelayanannya. Adapun arahan terhadap rencana struktur kegiatan fungsional di wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai berikut ;  F 1 (Fungsi Primer )  F 1.1. Pariwisata  F 1.2. Perdagangan dan Jasa  F 1.3. Pendidikan  F 1.4. Kesehatan

unit llingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pengembangan kegiatan fungsional dapat dilihat pada peta 4.2 berikut. Berdasarkan kegiatan dan pembagian Unit Lingkungan yang ada di BWK I Pusat Kota Batu maka arahan kegiatan fungsional masing – masing Unit Lingkungan dijabarkan dalam dua kegiatan utama, yaitu :  Kegiatan Primer, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan pelayanan kota dan regional dengan didukung potensi, daya dukung lahan, sosial budaya dan sistem jaringan jalan yang ada maupun yang akan dikembangkan.  Kegiatan Sekunder, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan pelayanan terbatas pada penduduk yang ada di kota maupun di Bagian Wilayah Kota (BWK) dan Unit Lingkungan (BWK). Dari dua dua jenis kegiatan tersebut, pusat-pusat pelayanan yang telah ditetapkan dikembangkan kegiatan sebagai berikut :  Kegiatan Primer  Pasar Induk (F 1.2) arahan pada pasar induk ini berupa kegiatan perdagangan dengan skala aktifitas tingkat grosir dan juga eceran dengan jenis komoditi sembilan bahan pokok. Sentra pasar induk ini

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

4

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

dikembangkan dengan mempertahankan eksistensi pasar di Jalan Dewi Sartika.

 Permukiman

Intensitas

Rendah–Tinggi

(F2.4)

arahan

pengembanganya berupa alokasi lahan bagi fasilitas ini di tiap unit

 Pusat Perdagangan dan Jasa (Kawasan Komersial) (F 1.2) arahan

lingkungan.

fungsi ini berupa pengembangan kawasan komersial dengan komoditi

Sedangkan untuk pusat pelayanan Unit Lingkungan dikembangkan kegiatan

jual

sebagai berikut :

berupa

Konsentrasi

sandang, kegiatan

pangan ini

di

dan

papan,

sepanjang

ruas

serta jalan

pelengkap. Patimura,

1. UL I (Kelurahan Sisir),

Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman bagian bawah sebelum

keberadaan

fasilitas pendidikan Yayasan Sang Timur.

perdagangan dan jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan I :

 Obyek Wisata Rekreasi dan Pusat Pelayanan Usaha Jasa Wisata (F1.1) arahan fungsi ini berupa pengembangan kawasan wisata di lokasi Jatim Park, Agro Wisata, dan Songgoriti.  Fasilitas Umum dan Sosial skala Kota dan BWK (F 1.3, F 1.4, F 1.5) arahan fungsi ini berupa pengembangan fasilitas umum yang diperuntukkan bagi warga Kota Batu secara keseluruhan termasuk wilayah BWK I. Konsentrasi fasilitas ini di Jalan Panglima Sudirman, Sultan Agung, Agus Salim, Samadi, Ikhwan Hadi, WR Supratman, dan seterusnya.  Kegiatan Sekunder  Perdagangan dan Jasa (F 2.1) arahan fungsi sekunder perdagangan

Kantor

pusat pelayanan di Krajan ditandai dengan

 Perdagangan

Kelurahan,

dan

Jasa

tempat

Intensitas

ibadah,

pendidikan,

sedang-tinggi

dan

berada

di

sepanjang koridor Jalan Diponegoro, dan sebagian Gajah Mada.  Fasilitas Umum dan Sosial berada di Agus Salim, Sultan Agung, Bromo, Semeru, Arjuno.  Permukiman Intensitas Tinggi berada di wilayah Meduran dan Kaliputih.  Wisata dan Rekreasi di Jatim Park, dan Alun - Alun 2. UL II (Kelurahan Temas), pusat pelayanan di Genengan ditandai dengan keberadaan pasar Induk Batu di Jalan Dewi Sartika, tempat peribadatan, perkantoran, terminal, dan perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan II :

dan jasa berupa pengembangan fasilitas ini dengan konsentrasi skala

 Pasar Induk berada di Jalan Dewi Sartika

pelayanan hanya pada tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).

 Perdagangan dan Jasa intensitas sedang - tinggi berada di Jalan

 Fasilitas Umum dan Sosial (F 2.2, F 2.3) arahan fungsi ini berupa

Patimura, Dewi Sartika, Imam Bonjol.

pengembangan fasilitas antara lain berupa perkantoran permerintah

 Fasilitas Umum dan Sosial berada di Jalan Wukir, Dewi Sartika.

(keluruhan/desa), pendidikan (TK, SD), Kesehatan (Balai Pengobatan,

 Sub Terminal berada di Jalan Dewi Sartika.

Praktek Dokter), dan fasilitas lain dengan skala pelayanan hanya pada

 Permukiman Intensitas Sedang -Tinggi di wilayah, Raya Oro – Oro

tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).

Ombo, Gelonggong, Besul, Temas Barat, Genting.

 Sub Terminal (F2.5) arahan pengembanganya berupa pengembangan

3. UL III (Kelurahan Songgokerto), pusat pelayanan di Songgoriti ditandai

sub terminal baru di Songgorit (Jalan Arum Dalu) dan mengubah

dengan keberadaan obyek wisata permandian, hotel, villa, pasar wisata,

status terminal Batu menjadi Sub Terminal Temas.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

5

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

tempat ibadah, dan pendidikan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan III :

 Usaha Jasa Wisata Intensitas sedang di Jalan Panglima Sudirman, Hasanuddin, dan Indragiri.

 Wisata Songgoriti dan Pasar Wisata di Jalan Songgoriti.

 Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Suropati, Samadi,

 Pendaratan Paralayang Gunung Banyak.

 Permukiman dan Villa dengan intensitas sedang di Jalan Anggrek

 Perdagangan dan Jasa intensitas sedang di Jalan Songgoriti, dan

dan Mawar. 6. UL VI (Desa Oro-oro Ombo), pusat pelayananan di Oro-oro Ombo di

Arum Dalu  Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Arum Dalu, dan Songgoriti

tandai dengan keberadaan Kantor Desa, pendidikan, dan tempat

 Usaha Jasa Wisata secara terbatas Intensitas sedang di Jalan

peribadatan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan VI :  Perdagangan dan Jasa intensitas rendah-sedang di Jalan Oro –

Arum Dalu, dan Jalan Songgoriti.

Oro Ombo Raya, dan Dresel, serta Gondorejo.

 Sub Terminal di Jalan Arum Dalu.  Permukiman dan Villa Intensitas sedang di Jalan Arum Dalu, dan

 Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Gondorejo, dan Oro – Oro

Jalan Songgoriti. 4. UL IV (Kelurahan Ngaglik),

pusat pelayanan di Ngaglik Utara dan

Selatan ditandai dengan keberadaan fasilitas Kesehatan, Peribadatan, Pendidikan,

Perdagangan/jasa.

 Obyek Wisata Coban Rais di Gunung Panderman

Pengembangan

kegiatan

di

Unit

Lingkungan IV :

Ombo raya sert Dresel.  Permukiman dan Villa dengan intensitas rendah – sedang di Jalan Gondorejo, Dresel, dan Oro – Oro Ombo Raya. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur kegiatan fungsional dapat

 Perdagangan dan Jasa intensitas sedang-tinggi di Jalan Gajah

dilihat peta 3.2 berikut ;

Mada, sebagian Jalan Panglima Sudirman, Brantas.  Wisata Rekreasi di Agro Wisata.  Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Panglima Sudirman, Ikhwan Hadi.  Permukiman dengan intensitas sedang-tinggi di wilayah Ngalik Utara, Ngalik Selatan, dan Ngemul. 5. UL V (Desa Pesanggrahan), pusat pelayanan di Srebet ditandai dengan keberadaan Kantor Desa,

tempat peribadatan, dan pendidikan.

Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan V :  Perdagangan dan Jasa intensitas rendah – sedang di Suropati, Hasanuddin,

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

6

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.2 struktur kegiatan fungsional

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

7

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.2.

Rencana Proyeksi dan Distribusi Penduduk

Kawasan tak terbangun dibagi dalam dua, yaitu kawasan lindung meliputi

Perkembangan suatu kota salah satu indkatornya adalah terlihat dari

kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya (hutan dan gunung);

bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk di wilayah rencana sampai

Kawasan perlindungan setempat (sumber mata air dan kawasan sempadan

tahun akhir perencanaan 2008 sejumlah 73.800 jiwa. Distribusi terbesar sampai

sungai); kawasan rawan bencana (banjir, longsor dan letusan gunung berapi,

tahun 2008 teralokasikan di Unit Lingkungan Sisir sebesar 21.579 jiwa

kebakaran hutan); kawasan ilmu pengetahuan dan cagar budaya (nilai sejarah,

sedangkan yang terkecil di Unit Lingkungan Songgokerto sejumlah 6.622 jiwa.

balai penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan) dan kawasan budidaya

Untuk kepadatan yang tertinggi diarahkan di Unit Lingkungan Sisir sejumlah 81 jiwa/ha, sedangkan yang terendah di arahkan pada Unit Lingkungan Oro-oro Ombo sejumlah 5 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ;

tidak terbangun semak, sawah, tegalan, perkebunan, lahan kosong dan ruang terbuka hijau. Berdasarkan kriteria yang telah dianalisa pada pembahasan sebelumnya, dan arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu maka kawasan lindung

TABEL 3.2. JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI BWK I TAHUN 2003 - 2008 No.

BWK/UL

1 2 3 4 5 6

UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgolerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Oro-oro Ombo) Total

LUAS (Ha) 263.40 461.05 566.86 320.27 699.40 1691.63 4002.61

Jumlah Penduduk (Jiwa) 2001 2003 2008 18,593 19,344 21,358 12,493 12,998 14,351 5,765 5,998 6,622 10,285 10,701 11,814 10,197 10,609 11,713 6,914 7,193 7,942 64,247 66,843 73,800

Kepadatan (Jiwa/Ha) 2003 2008 73.44 81.08 28.19 31.13 10.58 11.68 33.41 36.89 15.17 16.75 4.25 4.69 27.51 30.37

Sumber ; Hasil rencana

di wilayah perencanaan BWK I adalah sebagai berikut ;

3.3.1.1. Kawasan Perlindungan Bawahannya A. Kawasan Hutan Wisata Kawasan hutan wisata merupakan fungsi hutan produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan alam laiinya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan pegunungan.

3.3.

Rencana Penggunaan Lahan

3.3.1. Rencana Kawasan Lindung Non Budidaya Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan mempunyai fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto, sebagai desa terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.

alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa bagi

Taman wisata Songgoriti sebagai daerah peristirahatan dan area rekreasi

kepentingan pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam fungsi kawasan

dimana daerah sekelilingnya sebelah Utara dan Barat merupakan kawasan

lindung adalah kawasan yang memberi perlindungan bagi kawasan bawahannya

hutan produksi sehingga memiliki kawasan alam yang indah, sedangkan sebelah

(kawasan hutan lindung, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat

Barat dan sekelilingnya merupakan kawasan pertanian hortikultura.

(kawasan sekitar sumber mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar

Kawasan Air terjun Coban Rais terletak di Desa Oro-Oro Ombo, termasuk

waduk atau danau, kawasan terbuka hijau); kawasan pelestarian alam dan

area hutan wisata dimana kondisi sekitarnnya dapat digunakan untuk penelitian,

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

olahraga dan camping. Kawasan ini sering digunakan untuk jogging dengan

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

8

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

pemandangan hutan Pinus di sekitar area tersebut. Kesegeran dan nuansa

lahan tetapi pengawasan dan rehabilitasi lahan akan tetap berjalan seiring.

alami merupakan bagian dari ciri hutan wisata yang berfungsi sebagai daerah

Pembukaan areal baru untuk lahan budi daya dilarang dan arel yang telah ada

penyangga kawasan sekitarnya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan

diawasi dengan ketat. Pengawasan dan pengendalian ketat diberlakukan pada

wisata alam.

kawasan ini bekerja sama dengan pihak Perhutani sebagai lembaga teknis dan

Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu untuk kawasan Hutan Wisata di

perangkat legalisasi Perda oleh Pemda Kota Batu.

wilayah perencanaan di arahkan wilayahnya pada Kawasan Wisata Gunung Panderman.

B. Kawasan Hutan Lindung

Pemanfaatan kawasan hutan wisata pada saat ini merupakan fungsi hutan

Kawasan Hutan Lindung di wilayah berdasarkan kriteria diatas dan arahan

produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat

dari RTRW Kota Batu dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I

berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan

Pusat Kota Batu diarahkan pada wilayah ;

alam lainya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini

 Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum Perhutani) yaitu

digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan

di kawasan Gunung Srandil, dan Gunung Panderman.

pegunungan. Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian

Kawasan hutan lindung terdapat di kawasan sekitar Gunung Panderman

menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto,

dan Gunung Srandil dengan kemiringan lahan > 40% dan ketinggian > 2000 M.

sebagai

Pemandangan di kawasan ini sangat indah karena dapat melihat Kota Batu

desa

terakhir.

Gunung

Panderman

berbatasan

dengan

Desa

pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.

secara keselurahan dengan pemandangan yang indah pada malam hari.

Permasalahan saat ini adalah penggunaan kawasan ini untuk budidaya

Kawasan hutan lindung di Gunung Panderman termasuk Desa Pesanggrahan

pertanian sayuran dan perladangan. Hal ini dapat membahayakan karena jenis

dan Desa Oro-Oro Ombo. Fungsi dan kedudukan kawasan hutan lindung

komoditi yang ditanam memiliki perakaran yang kurang kuat kuat sehingga pada

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kedudukan BWK Pusat Kota Batu

musim penghujan akan rawan terjadi erosi.

karena sebagai daerah resapan, penyangga dan penyeimbang bahkan Kota

Arahan Pengendalian dari kondisi ini perlu dilakukan pendekatan yang

Batu secara keseluruhan.

kontinu dan humanis mengingat petani yang menggarap lahan di kawasan ini

Permasalahan sama seperti kawaan hutan wisata, yaitu pemanfaatan

menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok. Sistem kerja sama yang saling

kawasan untuk lahan budidaya pertanian berupa tegalan dengan komoditi

menguntungkan antara petani, dan pemerintah dalam hal ini Perhutani, Dinas

saryuran dan juga digunakan sebagai areal villa estate Panderman Hill.

Pertanian, dan Pemda Kota perlu dilakukan. Langkah strategis seperti

Arahan pengendalian untuk kegiatan perladangan sama seperti pada

penerapan pola sistem tumpang sari antara tanama sayuran dengan tanaman

penanganan kawasan hutan wisata. Sedangkan untuk kawasan villa estate

yang memiliki perakaran kuat dapat dijadikan alternatif

termasuk juga

Panderman Hill akan dibatasi pengembangannya secara ketat, dan mewajibkan

penerapan sistem bertani terasering yang relatif mampu memperlambat laju run

untuk melakukan penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat pada

off air hujan dengan harapan tingkat erosi dapat ditekan. Pola ini diharapkan

kavling yang belum dibangun. Mengingat pada saat ini banyak kavling yang

akan merupakan solusi yang saling menguntungkan dimana petani mengarap

belum dibangun dan dibiarkan kosong tanpa vegetasi penyanggaa. Pola

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

9

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

penanaman vegetasi dapat diatur sinergi dengan rencana pertamanan villa

sedangkan Sumber Pendem, Sumber Belik dan Sumber Torong berada di

tersebut.

daerah pertanian sawah, Kaliputih.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta 3.3 arahan kawasan lindung ;

2. Kelurahan Temas

C. Kawasan Peresapan Air Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu dan berdasarkan kriteria

Sumber mata air terdapat di beberapa titik yaitu, Sumber Genting, Sumber Wunut,

Sumber

Tulus,

Sumber

Torongkubo,

Sumber

Ceprik,

Sumber

kawasan peresapan air adalah kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur

Trenggolan, Sumber Ledok, Sumber Kandang, Sumber Genenggal, Sumber

tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu

Kampungteh, dan Sumber Reco

meresapkan air hujan secara besar-besaran. Maka arahan Rencana Detail Tata

Sumber Genting, Wunut, Tulus, Torongtubo, Kampungteh,

dan Ceprik

Ruang Kota BWK I Pusat Kota Batu untuk kawasan ini adalah ;

berada di daerah pemukiman penduduk; sedangkan Sumber Trenggolan, Ledok,

 Sebelah Barat Daya wilayah perencanaan di lereng Gunung. Srandil dan

Kandang, dan Genenggal, di daerah pertanian sawah.

Gunung Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, dan Desa

3. Kelurahan Nganglik Sumber mata air di Kelurahan Ngaglik hanya satu, yaitu Sumber Belik

Oro-oro Ombo. Permasalahan mengingat kawasan resapan air ini lokasinya integral

Ciduk. Sumber air yang berada di daerah pemukiman dan dalam kondisi baik.

dengan kawan hutan wisata, dan hutan lindung maka memiliki permasalahan

Letaknya di Ngaglik Utara.

yang sama. Untuk itu arahan pengendaliannya juga menerapkan pola yang

4. Kelurahan Songgokerto Sumber mata air yang ada di daerah ada di beberapa titik, yaitu sumber

sama dengan dua kawasan sebelumnya.

Torengdadap, Sumber Kasinan, Sumber Torongbelok, dan Sumber Karang 3.3.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat

Wlico. Sumber Kasinan berada di daerah pertanian hortikultura, sedangkan

A. Sumber Mata Air

Torongbelok, Torengdadap dan Karang Wlico berada di kawasan hutan. Sumber

Kawasan sekitar sumber mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang

Karang wlico dan Kasinan dimanfaatkan untuk sumber air bersih bagi penduduk

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian mata air.

setempat. Debit dan kondisinya masih sangat baik sebagai sumber untuk

Kawasan ini ditentukan sekurangnya dalam radius 200 m sekitar mata air.

kepentingan penduduk.

Sumber mata air yang ada di Pusat Kota Batu jumlahnya 27 sumber yang

5. Desa Pesanggrahan Sumber air yang terdapat di Unit Lingkungan ini ada 2, yaitu Sumber

tersebar di seluruh kawasan ini. Untuk lebih spesifik sumber mata air ini dideskripsikan berdasarkana administrasi di BWK Pusat Kota Batu, yaitu :

Seruk dan Sumber Belik Belur. Sumber Seruk berada di daerah pertanian

1. Kelurahan Sisir

hortikultura dan telah dibuatkan bak penampung air yang ada dan kadang

Sumber mata air yang ada tersebar di beberapa titik, yaitu Sumber Pingkan, Sumber Kauman, Sumber Pendem, Sumber Torong I, II, III. Sumber

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi. Kondisi debit air keduanya cukup baik.

Pingkan dan Kauman berada di daerah permukiman penduduk di Krajan;

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

10

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.3. kaw lindung

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

11

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

6. Desa Oro-Oro Ombo

sempadan sungai yang penggunaan sempadannya masih

didominasi oleh

Sumber yang terdapat di unit linkungan ini ada 3, yaitu Sumber Andong,

kegiatan non terbangun seperti di pinggir Sungai Brantas (batas Utara wilayah

Gondorejo dan Sumber Dami. Sumber Andong dan Gondorejo berada di daerah

perencanaan) maka akan tetap dipertahankan dan pemberlakuan ketetapan

tegalan Gondorejo; sedangkan Sumber Darmi di kawasan hutan Lindung dekat

sempadan sungai berlaku mutlak.

air terjun Coban Rais. Sumber mata air yang ada di wilayah rencana, secara kaidah tata ruang

Adapun arahan pengendalian untuk pengaturan sempadannya adalah sebagai berikut ;

akan ditetapkan memiliki sempadan seperti yang telah disebut diatas, apabila

1) Sungai Brantas yang mempunyai

pada saat ini telah terdapat kegiatan budi daya pada areal sempadan tersebut

sempadan sungainya ditetapkan :

maka perkembangnnya akan dibatasi secara ketat terutama untuk pengunaan

 Sungai Brantas yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan

lahan katagori areal terbangun. Sedang pada areal mata air yang masih alami kawasan sempadan akan berlaku secara mutlak.

kedalaman lebih dari 3 meter untuk

sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai.  Sungai Brantas yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di

B. Kawasan Sempadan Sungai

sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan

2) Sungai kecil yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter di wilayah

sungai, termasuk sungai buatan./kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai

BWK I Pusat Kota terdapat pada Kali Klumprit, Kali Mranak, Kali Brugan dan

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Kali Curah Krikil sempadan sungainya ditetapkan :

Kriterianya adalah :

 Sungai yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan

 sungai besar di luar kawasan pemukiman selebar minimal 100 m  anak sungai di luar kawasan permukiman selebar 50 m

sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai.  Sungai yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan

 sungai di kawasan permukiman selebar 15 m

sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar

 sungai bertanggul sempadannya diukur dari kiri-kanan kaki tanggul bagian

sepanjang kaki tanggul.

luar sempadan tanggul sungai.  Sungai tidak bertanggul diukur dari titik banjir tertinggi ke arah darat.

3) Untuk anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang biasanya dimanfaatkan untuk irigasi (pengairan) dan drainase sekunder untuk yang bertanggul

Permasalahan di beberapa lokasi sungai seperti sungai Brugan, Clumprit,

ditetapkan garis sempadan 1 (satu) meter di sebelah luar sepanjang kaki

Curah Krikil dan Mranak ada sempadan yang digunakan sebagai permukiman.

tanggul untuk yang berada di dalam kawasan permukiman. Dan 3 meter

Untuk Sungai Brugan di wilayah Songgoriti, untuk Sungai Clumprit di wilayah

untuk yang tidak bertanggul dihitung dari tepi sungai.

Sukomulyo, Besul dan Glonggong, Sungai Curah Krikil di wilayah Glonggong, Sungai Mranak di wilayah Genengan.

C. Sempadan SUTT dan SUTET. Keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi yang

Arahan pengendalian bagi kondisi ini adalah pengendalian ketat dengan

berada di wilayah perencanan perlu mendapat perhatian mengingat cukup

membatasi secara ketat pembangunan di sekitar sempadan ini Sedangkan untuk

tinginya perkembangan penggunaan lahan yang dikhawatirkan dapat juga

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

12

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

menggunakan lahan di bawah SUTT dan SUTET. Untuk mengatur hal tersebut beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut ;

No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8.

9.

Arahan Pengendalian untuk wilayah Kampung Teh, dan Genengan pelarangan pembangunan secara ketat terutama secara vertikal, maupun

TABEL3.3

horizontal. Sedangkan untuk Kampung Anyar segera diupayakan semacam jalur

JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET DENGAN TANAH DAN BENDA LAINNYA

larangan membangun mengingat masih ada lahan kosong di wilayah ini tepat di

Lokasi

SUTT 66 SUTT kV 150 kV

Lapangan terbuka pada luar kota Jalan raya Pohon-pohon pada umumnya Bangunan tidak tahan api dan lapangan olah raga Bagian bangunan yang tahan api SUTT lainnya: penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi dan kereta gantung Rek kereta biasa Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar kereta listrik terdekat dan sebagainya Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang/tertinggi pada lalu lintas air

SUTET 500 kV SirkitSirkitganda (m) tunggal (m) 10 11

(m)

(m)

6,5

7,5

8

9

15

15

3,5

4,6

8,5

8,5

bawah jaringan. Penyusunan Perda oleh Pemda dan Peraturan dari PLN mengenai jalur larangan ini perlu segara di lakukan sebelum lahan kosong tersebut berubah fungsi. Selanjutnya setelah pembebasan areal tersebut dapat difungsikan dengan fungsi lahan non terbangun yang dikelola oleh Pemda ataupun oleh PLN. Sedangkan perlakuan fisik konservasi pada daerah yang dilalui SUTT/SUTET diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di jalan kembar Sultan Agung akan tetap dipertahankan. Sedangkan untuk

12,5 3,5

13,5 4,5

14 8,5

15 8,5

SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya dibuat jalan diarahkan untuk dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri dari pulau-pulau taman. Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.4 arahan perlindungan setempat (kawasan konservasi)

3

4

8,5

8,5

8

9

15

15

3

4

8,5

8,5

3.3.2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di wilayah perencanaan BWK I terdapat di beberapa lokasi yaitu di Songoriti, dan Jalan Panglima Sudiman, serta WR. Supratman. Dari dua lokasi tersebut dapat dibagi menjadi dua spesifikasi yaitu

3

4

8,5

8,5

Sumber : Peraturan instalansi listrik tahun 1987

Jaringan SUTT/SUTET di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu berada dari arah Selatan melalui Kelurahan Temas (dusun Kampungteh), Kelurahan Sisir (dusun Genengan – jalan Sultan Agung – dusun Kampung Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (dusun Srebet).

kawasan budaya peninggalan jaman kerajaan berupa keberadaan bangunan Candi di Songgoriti, dan kawasan budaya peninggalan jaman Kolonial Belanda yang dintandai dengan keberadaan bangunan arsitektural Kolonial. Bila dilihat dari kriterianya suatu kawasan disebut memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan apabila ; kawasan yang dimaksud merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.

Permasalahan terdapat sempadan SUTT/SUTET yang peruntukkannya digunakan sebagai lahan terbangun yaitu berada di wilayah Kampung Teh, Genengan dan Kampung Anyar.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

13

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

peta 3.4 arahan perlindungan setempat (konservasi)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

14

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu, untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

Secara keseluruhan gundulnya hutan dan kawasan sekitarnya menjadikan

pengetahuan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu diarahkan pada ;

rawan bencana.

1. Candi Songgoriti atau Candi Supo

Kawasan

rawan

bencana

longsor,

berada

di

Dusun Toyomerto,

2. Bangunan-bangunan Kuno peninggalan dari Belanda pada masa penjajahan

Panderman Hill, Songgoriti, Flamboyan dan Dresel, jalan sepanjang kawasan

yang ada di jalan Panglima Sudirman dan jalan WR. Supratman yang banyak

Payung. Jika ditinjau dari kemiringan lahan kawasan ini berada pada ketinggian

terdapat bangunan tempat tinggal bekas kolonial Belanda.

15-40% dimana berada pada kawasan penyangga dan pengendalian ketat.

3. Bangunan peribadatan seperti Gereja Katolik di Jalan Panglima Sudirman, Gereja GPIB di jalan Raya Trunojoyo yang bercorak gaya kolonial. Permasalahan secara teknis fisik bangunan untuk Candi Suko perlu dilakukan konstruksi ulang agar tampilan candi secara utuh dapat dilihat, sedangkan untuk bangunan dengan corak kolonial adalah masih rentanya persepsi sejarah arsitektur bangunan oleh perubahan. Pemilik bangunan masih

Ditambah lagi keberadaan kawasan hutan sekitarnya telah gundul dan mengalami degradasi lingkungan yang parah. Adapun kawasan rawan bencana tersebut terdapat pada :  Kawasan berlereng di sekitar Gunung Panderman yaitu di Dusun Toyomerto, Oro-Oro Ombo (kawasan Villa Paderman Hill dan sekitarnya).  Payung

sebagian masih belum menyadari bahwa bangunanya merupakan cagar budaya

Permasalahan pada kawasan ini kondisi hutannya terjadi pengundulan

sehingga jika pihak pemilik rumah ingin merenovasi secar total maka hal itu sah

dan beberapa lokasi dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sayur, tanaman

saja.

pangan dan kegiatan permukiman terutama villa. Arahan Pengendalian Pemerintah Kota Batu perlu segera menetapkan

Pengendalian pada kawasan ini berupa penghutan kembali atau reboisasi

Perda yang berkaitan secara spesifik lokasi kawasan cagar budaya, berikut

dengan vegetasi yang memiliki perakaran kuat tetapi memiliki waktu tumbuh

pedoman peraturan yang bersisikan larangan, dan tindakan disintensif bagi

yang relatif cepat. Sedangkan untuk kawasan yang telah dibudidayakan harus

pelanggaran dan intensif bagi pihak yang telah mengikuti peraturan. Hal ini perlu

diawasi dengan ketat perkembangannya, dan berupaya dilakukan pendekatan

dilakukan agar salah satu identitas wajah Kota Batu tidak hilang, dan contoh

kepada para petani agar pola tanam memanfaatkan juga komoditi tanaman yang

kasus di Kota Malang yaitu kawasan Jalan Ijen (kawasan konservasi bangunan)

memiliki sifat perakaran kuat. Sistem pola tanam tumpang sari dimana tanaman

dimana perlahan tapi pasti banyak rumah yang berganti total arsitekturalnya dari

komoditi ditamam dengan tamanan dengan perarakaran kuat juga sangat

gaya Kolonial ke gaya Mediteran serta Romawi tidak terjadi di Kota Batu.

dianjurkan.

Pembuatan

terasiring

dapat

juga

dilakukan

dikombinasikan

penanaman tanaman pelindung dengan sistem tumpang sari. 3.3.3. Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana dikategorikan seperti rawan longsor, kebakaran hutan dan rawan banjir. Kawasan yang rawan bencana dikarenakan gundulnya hutan dan degradasi lingkungan, berada pada kawasan konservasi dan berada pada cekungan jurang jika dipandang dari ketinggian dan kemiringan Kota Batu.

3.3.4. Rencana Kawasan Budidaya Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya meiliputi pemukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, kesehatan, pariwisata, pertanian, perindustrian, dan fasum dan fasos serta ruang terbuka hijau. Penggunaan lahan yang paling dominan adalah untuk pertanian dibandingkan

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

15

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

penggunaan lahan lainnya. Wilayah budidaya dibedakan dalam dua karakter di



wilayah perencanaan, yaitu karakter pedesaan dan perkotaan. Karakter penggunaan lahan pedesaan ada di Unit Lingkungan V dan Unit Lingkungan VI, sedangkan karakter perkotaan ada di Unit Lingkungan I, II, III dan IV. Jelasnya Kawasan permukiman dijabarkan sebagai berikut ;

UNIT LINGKUNGAN V (Pesanggrahan), yaitu : Dusun Toyomerto dan Srebet



UNIT LINGKUNGAN VI (Oro-Oro Ombo), yaitu : Daerah Dresel, Gondorejo Oro-Oro Ombo atas dan Oro-Oro Ombo Raya Permasalahan berdasarkan kriterianya akan dibagi menjadi dua bagian

yang pertama Permukiman Perkotaan yaitu ;  Permukiman padat di wilayah perencanaan yang berada di

3.3.4.1. Rencana Kawasan Permukiman Berdasarkan kriteria dan arahan dari RTRW Kota Batu maka permukiman di wilayah perencanaan masuk dalam katagori

karakter perkotaan berlokasi

Klumusan,

Pesantren, Ngaglik Utara, Krajan, Genteng, Putuk, Klerek, Babatan, Besul Meduran, Toyomerto, Dresel dan Kaliputih. Jika perkembangan permukiman

antara lain di ;

padat ini tidak segera dikendalikan dan ditata, maka dikhawatirkan akan

 UNIT LINGKUNGAN I (Sisir), yaitu : Jalan Diponegoro, Jalan Minwarso,

berkembang menjadi permukiman kumuh.

Jalan Kapten Ibnu, Jalan Sultan Agung, Jalan Diman, Jalan Masowari, Jalan Basket, Jalan.Kartini, Jalan Tenes, Jalan Sudiro.  UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : Jalan Dewi Sartika, Jalan Dewi Sartika Atas, Jalan Imam Bonjol, Jalan Patimura.  UNIT LINGKUNGAN III (Songgokerto), yaitu : Jalan Trunojoyo, Jalan Flamboyan, Jalan Terusan Flamboyan, Jalan Mawar.  UNIT LINGKUNGAN IV (Ngaglik), yaitu : Jalan Panglima Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Ikhwan Hadi, Jalan Suropati, Jalan Kasiman, Jalan Hadi, Jalan WR. Supratman, Jalan Mustari, Jalan Sudarso, Jalan Kasan Kaiso,

persampahannya masih perlu mendapat pembenahan.  Wilayah permukiman padat ini juga miskin akan tata hijau sehingga terkesan kurang asri.  Pembangunan kawasan permukiman mewah dalam hal ini villa yang semakin mendesak kawasan konservasi yaitu Panderman Hill, Villa Songgoriti, Villa Batu Permai dan keberadaan villa di Jalan Flamboyan.  Masih adanya minat untuk membangun permukiman skala besar di wilayah perenanaan BWK I oleh developer karena letaknya yang strategis.

Jalan Terusan Kasiman, Jalan Kasan Kaiso, Jalan Abdul Rachman, Jalan

 Perlahan tapi pasti akan terjadi peningkatan areal kawasan permukiman di

Darsono, Jalan Abdul Jalil, Jalan Abdul Gani, Jalan Abdul Gani Atas, Jalan

wilayah perencanaan sehingga akan berpengaruh pada semakin kecilnya

Gajah Mada.

areal resapan hujan.

 UNIT LINGKUNGAN V (Desa Pesanggrahan), yaitu : Jalan Panglima Sudirman, Jalan Samadi, Jalan Sareh, Jalan Sajid, Jalan Suropati, Jalan Kamboja, Jalan Anggrek, Jalan Seruni, Jalan Sakura dan Jalan Melati. Dan permukiman dengan karakter perdesaan antara lain berlokasi di ; 

 Pada wilayah permukiman padat ini utilitas berupa drainase dan sistem

UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : di Dusun Temas Barat, Putuk dan Babatan

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Arahan penanganan dan pengendalian adalah sebagai berikut ;  Penerapan program perbaikan kampung pada wilayah – wilayah ini yang langsung

diintegralkan

dengan

penanganan

masalah

drainase

dan

persampahan.  Meneruskan program P2KP sebagai salah satu akses untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin kota yang nota bene tinggal di wilayah padat

Bab III -

16

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

sehingga memiliki pendapatan lebih dengan harapan sebagian dapat digunakan untuk melakukan perbaikan lingkungan dan bangunannya.  Mengupayakan

penghijauan

dengan

koordinasi

tiap

RT

dan

 Kondisi lingkungan dan bangunan yang masih kurang memenuhi standar kesehatan seperti ada beberapa rumah yang masih berdekatan dengan

RW

menggunakan bahan-bahan yang sederhana misalnya kaleng bekas dijadikan sebagai pot tanaman, ataupun swadaya dengan pengadaan pot konvensional.  Membatasi secara ketat perkembangan villa estate dengan perangkat Perda antara lain Perda Tata Ruang, dan Perda lainnya yang lebih teknis lagi dan mendetail mengenai pengaturan di kawasan ini.  Pemberlakuan pelarangan pembangunan villa estate di wilayah sekitar kawasan konservasi.

kandang ternak seperti di Desa Toyomerto dan di Dresel Desa Oro-Oro Ombo.  Masih kurangnya utilitas berupa jaringan drainase, dan masih kurangnya tingkat kebersihan yang terkait dengan penanganan persampahan.  Beberap unit rumah di Toyomerto dan Dresel menempati lokasi yang rawan seperti di bawah tebing curam. Arahan penanganan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut ;  Penerapan program pembangunan khusus untuk desa yang memiliki ketertigalan. Dengan program ini percepatan pembangunan di wilayah desa

 Melakukan pola disinsentif bagi kawasan yang memiliki potensi untuk

yang dimaksud dapat dipacu denga lebih cepat lagi. Keterlibatan peran serta

dikembangkan menjadi kawasan villa misalnya dengan tidak mengeluarkan

masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan dapat dimasukan dalam

ijin peruntukan bangunan dan tidak menyediakan akses maupun fasilitas dan

program ini sehingga rasa memiliki terhadap apa yang telah dibangun lebih

uttilitas penunjangnya.

tinggi.

 Arahan untuk pembangunan permukiman perkotaan skala besar oleh

 Untuk lokasi rumah yang berada di daerah rawan pihak pemerintah desa

developer diarahkan ke luar wilayah perencanaan BWK I untuk itu perlu

dengan pemerintah kota dapat bekerja sama dalam melakukan relokasi bila

Perda yang menjadi landasan kuat bagi pengaturan hal ini.

kondisinya sudah benar – benar mengkhawatirkan.

 Untuk pengembangan permukiman masih dapat dilakukan di wilayah BWK I dengan syarat ; sedapat mungkin menghindari kawasan pertanian irigasi teknis, kawasan konservasi, dan kawasan lindung lainnya. Arahan pengembangan kawasan permukiman di wilayah perencanaan diarahkan ke

 Segera melakukan sosialisasi bekerja sama dengan pihak pemerintah desa mengenai lokasi yang tidak boleh diperuntukkan bagi bangunan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan kawasan permukiman dapat dilihat pada peta 3.5 berikut ;

arah arah Krajan Timur dan Desa Genting, Temas Barat, Besul, Ke Selatan Oro-Oro Ombo, Sukoarjo Utara, Jalan Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.  Pembuatan sumur resapan air hujan pada tiap lokasi perumahan yang baru akan dibangun. Untuk Permukiman dengan karakter perdesaan yang masih terdapat di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu Permasalahan adalah ;

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

17

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.5 arahan kaw permukiman

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

18

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.4 JENIS PERDAGANGAN DAN JASA DI BWK I TAHUN 2003

3.3.4.2. Kawasan Perdagangan dan Jasa A. Perdagangan Pada

kawasan perdagangan dan jasa yang telah ada merupakan

No. Unit Lingk 1 Kel Temas

Ruas Jalan Patimura

kawasan perdagangan dan jasa campuran antara lain supermarket (hanya di depan Alun-alun), pertokoan, rumah makan/restauran, show room, bengkel, bank, salon, dan lain sebagainya di Kota Batu saat ini didominasi disekitar jalanjalan utama antara lain di sekitar jalan Diponegoro, jalan Gajah Mada, Panglima

Dewi Sartika

Sudirman bawah, WR Supratman, Kartini, Imam Bonjol, Sudiro, Dewi Sartika, KH. Agus Salim Arahan pengklasifikasian

kawasan

perdagangan

jasa

berdasarkan

komoditi yang dijual adalah sebagai berikut ; Imam Bonjol

 Komoditi Sembako (Sembilan Bahan Pokok) o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu Jalan Dewi Sartika. o Eceran di arahkan di Jalan Dewi Sartika, Oro – Oro Ombo Raya ke arah

2

Kel. Sisir

Oro-oro Ombo Raya Sukoharjo Wukir Diponegoro

Jalan Agus Salim.  Komoditi Sandang o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu. Agus Salim

o Eceran di arahkan di Gajah Mada, dan Panglima Sudirman.

Sultan Agung Imam Bonjol Atas Abdul Gani Atas Gajah Mada Sudirno WR Supratman

 Komoditi Papan (bahan bangunan) o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu Jalan Dewi Sartika. o Eceran di arahkan di Jalan Diponegoro dan Patimura.

3

Kel. Ngaglik

Gajah Mada

 Komoditi Pelengkap (alat listrik, kosmetik, restoran, alat tulis/perkantoran, Sudirman

pecah belah, furniture, hiburan, alat elektronik dan komunikasi untuk grosir dan eceran berada di sepanjang jalan utama. Pola kecenderungan kuat untuk perkembangan perdagangan dan jasa,

4

Desa Pesangrahan

Sudirman

5

Kel. Songgokerto

Indragiri Hasanudin Trunojoyo

6

Desa Oro-Oro Ombo

adalah ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan. Oro-Oro Ombo Raya dan ke

Selatan

arah

Jalan.

Patimura

menuju

Beji.

Pola

kecenderungan

perkembangan untuk perdagangan dan jasa biasanya mengikuti koridor jalan utama atau pusat kegiatan kota. Beberapa jenis perdagangan dan jasa yang

Songgoriti Oro-Oro Ombo Raya

Jenis Peruntukkan Restoran Sate Kelinci, Wartel, pembuatan batako, panti pijat Rini Jaya, restoran Bebek Kwali, cuci mobil, wisma Madura Jaya, toko bangunan Sumber Rejeki, bengkel las, warung makan, Koperasi Citra Abadi, showroom, meubel Sejati counter HP Booam Cell, meubel makmur, pecel Madiun, bengkel motor Awang, Koperasi Pertanian Batu, Koperasi Mandiri, Yulianto Las warung Soto Medan, warung sate hot plate, wartel Tiara, wisma Nala Toko eceran Family, warung, Koperasi Kusuma Jaya, bengkel, BPR Bumi Rinjani, Bank Krisna Mandala, Bank BRI Unit Batu I, meubel sejati, Dermaga Kencana motor, kios buah, bengkel Honda, toko listrik cahaya abadi, dealer Kanzen toko listrik santoso, Bank Jatim, BNI,Columbia kredit, Pegadaian, Krisna Motor, Bank Danamon toko besi sumber jaya, Koperasi simpan pinjam Arta Karya, bank Mandiri, toko alat rumah tangga surya kencana, depot, sanjaya motor, kios oleh-oleh kripik kentang super, wisma Nala, Hotel Imam Bonjol, toko Ismaniya, warung, bengkel, toko kain Barokah, bengkel motor, wartel kios buah, toko kain Mulyo, salon Liana Toko kayu Kalimantan, warung, bengkel Warung, bengkel Warung, bengkel Pembibitan kaktus, depot rejeki, BPR Pancada na Batu, toko material 27, BRI Kacab Batu, toko keramik Anugerah, bengkel Diponegoro, kios oleh-oleh, toko oli mobil Diponegoro 86, restoran rawon brintik, persewaan alat pesta komando, warung amanda, toko oli sinar terang wijaya motor, SPBU, restoran ayam kalasan, subur motor, notaris Roy Pudyo,bougenville café resto, restoran mesir, bank Lippo, depo material rejo agung Warung, bengkel, BPR Tripakarti, Koperasi Pegawai Negeri,wartel, salon, BPR Artorejo toko meubel Olympic, pangkas rambut Koperasi Distribusi Langgeng, Fitri Catering Lesehan Pondok Bambu, Hotel Paleran Soerabaya Batu Plaza Pedagang Kaki Lima makanan dan minuman Asuransi Jiwa Sraya, bengkel, warung, toko onderdil, Toko baju, toko alat tulis dan kantor, restoran Bang Mari'e, toko emas Anda, toko emas Ratna Sarie, warung nikmat, toko alat tulis Pelajar, toko listrik Terang, toko tekstil Santoso, toko sepatu, Bank BCA, restoran Pelangi, Showroom Suzuki Hero Sakti, BPR Dwi Cahaya Nusaperkasa, restoran Metro, foto klasik, toko material Tunggal Jaya Makmur, warung Asri, Salon Kawi, Salon Lili, toko Surya Indah, Pelangi motor, Kurnia Motor, Bumi Putera, BTPN, warung SPBU, Mutiara Batu hotel, Metropole hotel, Apple Green hotel, Asida hotel, Kartika Wijaya hotel, BPR Sumber Dana Makmur, Orchid hotel Batu Permai hotel Nirwana hotel, Batu Inn, SPBU, PKL Payung Palem hotel, showroom, warung, bengkel losmen wisata indah, Aster hotel Kartika Raya hotel, Kami Sato hotel, permandian air panas Songgoriti, Tirtanirwana, Warung, bengkel

Sumber ; Hasil Survey

ada di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ; Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

19

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Permasalahan kawasan perdagangan dan jasa adalah ;  Masih kurangnya areal parkir off street di lokasi ruas jalan Kartini, Gajah

sedang dan kecil o Pasar Induk

Mada, WR. Supratman, Panglima Sudirman Bawah, Diponegoro, Imam

Pasar Induk di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini berada

Bonjol dan Dewi Sartika.

di Jalan Dewi Sartika. Pengembangan lebih lanjut mengenai Pasar Induk

 Sudah tingginya intensitas pemanfaatan lahan pada kawasan di sepanjang koridor jalan tersebut diatas. Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;  Keberadaan perdagangan dan jasa ini tetap dipertahankan dan dapat dikembangkan intensitasnya dengan ketentuan perdagangan dan jasa yang

Kota Batu tetap dipertahankan pada tempat ini dan perlu peningkatan mengenai kondisi bangunan dan lingkungannya yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya musholla, parkir, TPS dan lain sebagainya. o Pasar Wisata

banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan kendaraan diwajibkan memiliki

Pengembangan pasar wisata di Kota Batu diutamakan pada perdagangan

parkir sendiri di dalam bangunan perdagangan itu sendiri (parking off street).

hasil kerajinan (souvenir) masyarakat Kota Batu, makanan dan minuman

 Pembagian pengembangan intensitas pemanfaatan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa ini adalah sebagai berikut ; o

o

o

khas Batu, hasil pertanian (terutama tanaman hias dan bunga potong). Pengembangan pasar wisata selain dekat dengan obyek dan kawasan wisata

Sekitar koridor jalan Patimura, Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol,

juga pada kawasan strategis yang ada ada di pusat Kota Batu untuk

diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang - tinggi dengan

memudahkan para wisatawan mengunjunginya. Adapun lokasi pasar wisata

ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan

diarahkan pada :

kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off

 Pasar Songgoriti

street)

 Pasar Wisata di jalan Sudiro.

Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan

Permasalahan dari pengembangan pasar wisata ini adalah sebagai

Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, dan jalan-jalan

berikut ;

utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan jasa

 Pasar Songgoriti masih perlu pembenahan terutama pada penyediaan

intensitas sedang -rendah.

areal parkir dan areal disekitar pasar yang masih ada yang belum

Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan Jalan Sultan Agung

mendapat perekerasan.

pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan

 Saluran drainase yang masih kurang penyediaanya

secara ketat dan diarahkan untuk kegiatan permukiman dan fasilitas

 Tempat sampah yang masih kurang.

umum serta sosial. Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan

 Penataan kios yang masih kurang rapi.

intensitasnya rendah dengan lingkup pelayanan lokal.

 Untuk pasar wisata di Jalan R.A Kartini masih kurang dalam penataan

 Arahan bagi pengembangan areal perdagangan dan jasa yang baru

pedangangnya dan tempat sampah.

diarahkan ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan Oro-Oro Ombo

Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;

Raya dan Jalan Patimura menuju Beji. Intensitas yang direncanakan adalah

 Melakukan perkerasan dengan paving stone ataupun dengan conblok

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

20

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Membangun saluran drainase di sepajang jalan lokasi pasar wisata Songoriti  Menyediakan tempat sampah di kedua lokasi pasar  Penataan kios di kedua pasar agar lebih menarik dan artistik misalnya

Kedua merelokasi APK agak menjauh dari PKL kearah mendekati AlunAlun.  Membangun saluran drainase di Jalan Sudiro yang kemudian menyatu dengan saluran bawah tanah yang ada di depan Gedung Ganesha.

dengan menggunakan warna tenda dan bervariasi, penataan barang

 Menyediakan tempat sampah yang merata di tiap lokasi PKL

dagangan yang lebih variatif.

 Menata tampilan PKL dengan tenda yang lebih variatif dan cara penyajian

 Membangun pasar wisata di jalan Sudiro

makanan yang lebih unik serta papan nama/daftar menu yang lebih variatif

Untuk melaksanakan hal tersebut maka kerja sama antara Pemda Kota

pula.

dengan Paguyuban pedagang setempat diperlukan. o Pedagang Kaki Lima (PKL)

C. Jasa Jasa merupakan suatu bentuk layanan kepada konsumen dalam bentuk

Pedangang kaki lima terkonsentrasi sebagian besar di ruas Jalan Sudiro,

non fisik. Untuk aktifitas jasa bisanya memiliki kecenderungan untuk menyatu

Munif, R.A Kartini dan disamping Taman Makam Pahlawan. Kondisi saat ini

dengan kegiatan perdaganganl karena memiliki tipikal yang cenderung sama.

untuk lokasi PKL di sekitar Alun-Alun adalah ; PKL siang hari berlokasi di depan Gedung Ganesha berjualan dari pukul 08.00 - 17.00. Pada malam hari lokasinya dialihfungsikan sebagai areal parkir untuk pengunjung PKL di Jalan Munif dan Sudiro.

Arahan pengembangan kawasan jasa di BWK I adalah sebagai berikut ;  Jasa Kursus/Pendidikan (mengemudi, computer, bahasa) diarahkan pada Jalan Imam Bonjol, WR. Supratman, Jendral Sudirman.  Jasa Komunikasi (wartel, Warnet) diarahkan sepanjang koridor jalan utama

Permasalahan dilokasi ini adalah ;

untuk wartel dan Jalan WR Supratman, Jalan Agus Salim, serta Jalan

 Adanya APK dokar/delman yang jaraknya berdekatan dengan lokasi PKL

Panglima Sudirman untuk Warnet.

di depan Gedung Ganesha sehingga bau dari aktivitas APK ini menggangu pengunjung.  Masih kurangnya fasilitas drainase di Jalan Sudiro sehingga pada saat hujan air limpasan dengan deras menggenangi lokasi PKL di depan Gedung Ganesha.  Masih kurangnya tempat sampah di semua lokasi PKL.  Masih dapat ditingkatkan tampilan dari PKL sehingga lebih menarik lagi Arahan Penanganan lokasi PKL Alun – Alun secara garis besar adalah ;  Pertama Menyekat antara lokasi APK dokar dengan lokasi PKL dengan tanaman penghalang. Tanaman ini dapat di tempatkan dalam pot dengan

 Jasa Percetakan (foto kopi, afdruk foto, sablon) diarahkan pada Jalan Panglima Sudirman, Gajah Mada, dan Brantas.  Jasa Kecantikan (salon, pangkas rambut) diarahkan pada Jalan Gajah Mada, Agus Salim, dan Diponegoro.  Jasa Hiburan (rental VCD, Play Station, Billyard) diarahkan pada Jalan Gajah Mada, Diponegoro.  Jasa Kesehatan (fitness, panti pijat, pengobatan alternatif) diarahkan pada Jalan Patimura, Diponegoro.  Jasa Perbengkelan mobil, motor dan alat pertanian, diarahkan pada Jalan Patimura, Diponegro, dan Jalan Dewi Sartika.

dimensi agak besar dan berisikan tanaman yang memiliki morfologi

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.6. arahan kawasan Perdagangan

dedaunan yang rimbun serta mampu meyerap bau secara maksimal.

dan jasa.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

21

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.6. arahan kawasan Perdag dan jasa

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

22

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.3.4.3. Pendidikan

3.3.4.5. Peribadatan

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu pengembangan pendidikan

Fasilitas peribadatan yang ada di BWK I Pusat Kota Batu secara umum

dilihat dari spatialnya di wilayah perencanaan tidak direncanakan dalam bentuk

telah memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk skala pelayanan BWK

kawasan melainkan menyebar sesuai dengan kebutuhannya terutama untuk

dan Kota memusat di alun-alun, Jalan. Panglima Sudirman, Jalan. Trunojoyo

jenis pendidikan TK dan SD. Sedangkan pendidikan jenis SLTP dan SMU/SMK

dan koridor jalan utama lainnya. Juga untuk peribadatan selain Masjid pada

negeri direncanakan tiap BWK terdapat pada fasilitas jenis ini

umumnya ada di kawasan strategis, karena jumlah umatnya tidak banyak dan

Arahan bagi pengembangan fasilitas pendidikan di wilayah perencanan BWK I Pusat Kota Batu adalah ;  Menetapkan keberadaan fasilitas pendidikan yang telah ada sekarang.  Lebih mengarahkan pada penambahan sekolah kejuruan yang mengkhusus pada bidang – bidang aplikatif sesuai tuntutan pasar. Fasilitas ini diarahkan

terbatas. Sedangkan untuk Masjid dan Langgar hampir tersebar di seluruh permukiman penduduk. Arahan bagi kawasan peribadatan tidak perlu dikelompokkan dalam satu kawasan, dirahakan untuk terdistribusikan secara merata di tiap unit lingkungan dan diarahkan berdekatan dengan pemukiman masyarakat.

pada lokasi jalan Sultan Agung.  Pengembagan BLK – BLK yang berkonsentrasi pada perbengkelan dan pertukangan, pariwisata dan sebagainya yang lokasinya dapat menyebar sesuai dengan kondisi lahan yang ada di unit – unit lingkungan. Pengembangan fasilitas pendidikan perguruan tinggi di wilayah perencanaan BWK I tidak direncanakan, karena faktor kedekatan wilayah rencana dengan Kota Malang yang merupakan kota pendidikan dengan keberadaan berbagai jenis pendidikan perguruan tinggi di Kota Malang.

3.3.4.4. Perkantoran Arahan pengembangan perkantoran adalah sebagai berikut ;  Mempertahankan aglomerasi perkantoran yang telah ada sekarang bagi kantor pemerintahan yang telah memiliki fasilitas gedung. Kawasan ini berada di jalan Sultan Agung dan Panglima Sudirman.  Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu bagi instansi pemerintah yang belum memiliki fasilitas kantor diarahkan di luar BWK I yaitu di wilayah Junrejo.

3.3.4.6. Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan berupa Rumah Sakit Paru – Paru, dan Rumah Sakit Hasta Brata yang masing – masing berlokasi di jalan A.Yani dan Puskesmas Batu di jalan Samadi. Serta beberapa balai pengobatan swasta lainnya. Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu pengembangan

lebih

lanjut

mengenai

fasilitas

kesehatan

di

wilayah

perencanaan BWK I sebagai berikut :  Pengembangan Rumah Sakit Umum (RSU) dapat berlokasi di Jalan Sultan Agung  Pengembangan Puskesmas yang didalamnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana inap dan operasi yang memadai.  Pengembangan prakter dokter bersama pada kawasan permukiman baru terutama pada

perumahan baru yang dapat didistribusikan di tiap unit

lingkungan.  Penetapan keberadaan dan peningkatan kualitas pelayanan puskesmas pembantu, BKIA dan posyandu.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

23

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Pengembangan jumlah apotek yang akan didistribusikan di tiap unit lingkungan

 Membatasi perkembangan industri yang sudah menyatu dengan permukiman atau fasilitas yang lain.  Mengawasi secara ketat limbah buangan dari industri dan segera merespon

3.3.4.7. Perindustrian dan Pergudangan Kawasan industri di wilayah perencanaan lokasinya menyebar di beberapa tempat antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di Jalan

jika terjadi peningkatan limbah dalam jumlah yang besar.  Merekomendasikan dan mewajibkan penyediaan fire safety yang memadai di tiap industri.

Sukoharjo, di Jalan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, Jalan Moh Sahar industri minuman, di Jalan Sudiro industri pembuatan kompor minyak tanah, di Jalan Agus Salim industri penyamakan kulit, industri tegel di Jalan

3.3.4.8. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya Fasilitas umum dan sosial disini merupakan fasilitas yang memiliki skala

Brantas, industri genteng dan batu bata di Jalan Abdul Gani, di Jalan Darsono

pelayanan kota, adalah beberapa arahan yang terkait adalah :

industri makanan ringan Double G dan industri tusuk gigi terletak di Jalan

 Alun-alun Kota

Abdulgani.

Bila dilihat dari tipologi kota yang ada di dunia maka keberadaan Alun - Alun

Untuk pergudangan terkonsentrasi di Jalan Dewi Sartika, Sudiro berupa gundang Bawang, Moh Sahar,

jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR.

Supratman. Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah ;  Menyatunya lokasi industri dengan permukiman seperti industri makanan ringan di Jalan Darsono, industri kompor di Jalan Sudiro.  Menyatunya lokasi industri dengan perkantoran seperti industri Wastra Indah dengan Kantor Walikota Batu.

tidak dapat dilepaskan dalam konteks keruangan kota. Kota Batu memiliki sebuah Alun – Alun yang menjadi landmark atau tengaran kota. Lokasinya yang berada di tengah Kota Batu menjadikan Alun – Alun sangat strategis. Mengingat hal tersebut maka arahan bagi Alun – Alun ini adalah mempertahankan keberadaanya dengan melakukan beberapa pendekatan perencanaan berupa upaya penyatuan dalam konsep Identitas Kawasan Pusat Kota. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada bahasan Idenitas Kawasan.

 Kedekatan lokasi ini akan rawan menimbulkan pencemaran bagi kawasan padat disekitarnya  Lokasi yang berdekatan juga rawan bencana misalnya kebakaran Arahan pengedalian adalah sebagai berikut ;  Tidak memperpanjang ijin usaha bagi PT. Wastra Indah dan direlokasi di luar BWK I.  Mempersiapkan relokasi industri ke luar wilayah BWK I dalam hal ini berdasarkan arahan RTRW berlokasi di Giripurno.

 Gedung Olah Raga (Ganesha) Gedung olah raga Indoor di wilayah perencanaan (Kota Batu) terdapat di Jalan R.A Kartini (sebelah Barat) dan Jalan Sudirno (Utara). Kondisi bangunan saat ini sudah perlu mendapat renovasi terlebih bila dikaitkan dengan upaya penataan Alun – Alun dalam Konsep

Identitas Kawasan.

Penampilan kesan arsitektural yang lebih kuat lagi sehingga identitas gedung olah raga dapat muncul merupakan alternatif pertama yang dapat diupayakan dalam renovasi gedung ini.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

24

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Permasalahan yang terkait adalah ;

 Stadion Brantas Stadion Brantas berada di Jalan Stadion Barat, merupakan fasilitas umum

 Kondisi boulevard di Jalan Sultan Agung masih perlu peningkatan lagi

skala kota yang ada di BWK I. Arahan bagi fasilitas ini berupa pelengkapan

terutama dari segi masih kurangnya vegetasi dan pengaturan pola

fasilitas yang ada di dalamnya berikut renovasi dan perbaikan gedung. Lahan

tamannya. Hal ini perlu ditindaklanjuti mengingat ruas jalan ini dilalui oleh

terbuka di sekitar stadion dapat dimanfaatkan sebagai taman atau areal

rute angkutan antar kota sehingga dapat menjadi representasi tampilan

penanaman vegetasi, sehingga kesan hijau dan asri yang identik dengan

keasrian Batu.

kawasan olah raga dapat diinterprestasikan secara baik.

 Ruang terbuka di sekitar Stadion Brantas masih perlu peningkatan terutama

 Gedung Kesenian

karena masih kurangnya pengaturan pertamanan dan vegetasi tambahan

Gedung kesenian tempat dimana dilakukannya acara – acara pementasan budaya

baik

tradisional

maupun

modern

sudah

selayaknya

mulai

dikembangkan. Gedung ini diarahkan memiliki daya tampung yang cukup banyak serta dilengkapi dengan panggung untuk pementasan, work shop dan fasilitas pelengkap lainnya. Lokasi Gedung Kesenian ini diarahkan berada ditempat yang strategis untuk mempermudahkan dalam pencapaiannya, seperti di sekitar jalan Sultan Agung.

misalnya tanaman hias.  Masih kurangnya taman – taman di wilayah perencanaan BWK I  Masih kurangnya perawatan taman yang ada sehingga memiliki kesan kurang terawatt dan tampil apa adanya.  Koridor Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo perlu di tempatkan boulevard sebagai representasi wajah Kota Batu yang asri, indah dan tertata rapi.  Pada permukiman yang padat masih sangat jarang dijumpai ruang yang masih hijau.

3.3.4.9. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ;

Ruang terbuka hijau yang ada di wilayah BWK I Pusat Kota Batu adalah sebagai berikut ;

 Mempertahankan lokasi ruang terbuka hijau yang telah ada.  Mengembangkan boulevard di Jalan Sultan Agung dengan penataan taman

 Alun – alun Kota Batu

yang lebih artistik lagi, dengan penambahan vegetasi dan pengatuan pola

 Boulevard jalan Sultan Agung

pertamanan sehingga mampu memberikan kesan visual yang asri dan indah.

 Stadion Brantas

 Mengembangkan ruang terbuka yang ada disekitar Alun-Alun dengan taman

 Lapangan Olah Raga

– taman bervegetasi tanaman hias dan bunga – bunga.

 Taman pulau di perempatan Jalan Agus Salim, Sultan Agung, dan Imam Bonjol.  Makam yang ada di wilayah perencanaan

 Mengembangkan boulevard di sepanjang Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo dengan penempatan vegetasi tanaman hias yang banyak

(terutama Makam Pahlawan,

Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di Jalan Agus Salim, makam Jalan Sakura, makam di Jalan Arum Dalu, makam di belakang Wastra Indah, makam di Kaliputih).

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

dibudidayakan di Kota Batu. Juga sekaligus menjadi tempat promosi bagi komoditi tanaman hias Kota Batu.  Perawatan yang intensif dan kontinu dari semua taman sehingga tampilan asri, terawat dan alami tetap terjaga.

Bab III -

25

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Untuk permukiman yang padat dapat penggunaan pot – pot dapat menjadi

 Untuk persawahan yang beralih fungsi menjadi lahan terbangun,

diakui

alternatif untuk memberikan kesan hijau dan keindahan. Penggunaan pot

adalah cukup komplek permasalahan yang dihadapi mengingat masih

tersebut dapat secara konvesional dengan pot tamanan khusus maupun

jauhnya margin keuntungan antara hasil produksi pertanian dengan margin

dengan memanfaatkan barang bekas. Program ini dapat dikoordinasikan

keuntungan bila lahan pertanian tersebut dialihfungsikan misalnya untuk

dengan seluruh RT/RW yang ada sehingga tampilan pusat kota yang asri

permukiman. Alternatif yang dapat digunakan untuk memperlambat laju

dan hijau tidak hanya terdapat di jalan – jalan utama saja, tetapi telah merata

pengalihfungsian ini adalah pemberian IMB yang sangat selektif terutama

di seluruh wilayah perencanaan.

untuk lahan pertanian yang akan diubah fungsinya, penerapan harga

 Adapun pemilihan vegetasi diarahkan pada vegetasi yang memiliki fungsi ;

pengalihfungsian dari lahan sawah menjadi lahan pekarangan (pengeringan)

o

Dapat menjadi sarana peneduh bagi penjalan kaki.

yang cukup tinggi untuk per meternya, penerapan disintensif (misalnya tidak

o

Mampu menjadi saran pengendali secara visual contohnya menjadi

membuka atau meningkatkan akses jalan, dan tidak memberikan pelayanan

penghalang untuk menutupi vista yang kurang baik dan menjadi pengarah

utilitas).

untuk vista yang lebih baik dipandang. o Mampu sebagai pembatas antara kawasan pejalan kaki dan arus kendaraan. o

Mampu sebagai pengedali iklim secara mikro.

o

Mampu sebagai peningkat unsur estetika.

 Untuk tegalan yang telah menggunakan kawasan lindung, maka perlu pembatasan yang ketat dan penerapan sistem pola tanam tumpang sari antara tanaman komoditi dengan vegetasi yang mendukung fungsi lindung. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penggunaan tanah dapat dilihat pada peta 3.7 berikut ;

o Mampu meredam polusi baik udara, maupun suara. 3.3.5. Rencana Kawasan Pengendalian Ketat (High Control Zone) 3.3.4.10. Kawasan Pertanian

High control zone merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan

Kawasan pertanian berupa persawahan di wilayah rencana berada di

wilayah perencanaan BWK I sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya.

Utara klumusan, Ngaglik Utara, Kaliputih, Genting, Besul, Babatan, Kampung

Rencana kawasan pengendalian ketat di BWK I dapat diklasifikasikan sebagai

Teh, Putuk dan Gondorejo. Untuk tegalan berada di wilayah ; Oro-Oro Ombo,

berikut :

Sukomulyo, Srebet Timur, dan Songgokerto

1. Kawasan Lindung

Permasalahan yang terkait untuk pertanian dengan pola persawahan yang

Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi untuk melindungi

terkait dengan tata ruang adalah ;

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya

 Adanya pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan terbangun

buatan, dan

Permasalahan yang terkait untuk pertanian dengan pola tegalan yang terkait dengan tata ruang adalah ;

nilai

sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di BWK I yang perlu dikendalikan secara ketat meliputi:

 Lokasi tegalan yang berada di kawasan – kawasan lindung Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ; Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

26

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.7 Rencana Land use 2008

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

27

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

a. Kawasan hutan

permukiman tertutama di sungai Brugan, Clumprit, Curah Krikil, dan

Untuk kawasan hutan akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan dengan melakukan penghijauan kembali, serta melakukan kerja sama saling

Mranak. d.

menguntungkan dengan pihak yang telah terlanjur memanfaatkan sebagai

Penetapan rencana pengendalian ketat sekitar kawasan mata air adalah

lahan pertanian dengan program pertanian yang lebih ramah lingkungan

sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air diluar

dan tetap mengindahkan fungsi utama hutan. Arahan pengendalian ketat

kawasan permukiman dan 100 m didalam kawasan permukiman. Dengan

untuk kawasan hutan pada ;

demikian disekitar kawasan sumber air tersebut dapat ditanami dengan

 Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum. Perhutani)

jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar

yaitu di kawasan Gunung Srandil yang termasuk dalam wilayah Desa

sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan. Dan untuk

Oro – Oro Ombo, dan Gunung Panderman yang termasuk dalam

mata air yang sempadannnya telah dimanfaatkan untuk kawasan

wilayah Desa Pesangrahan.

terbangun dilakukan pengawasan ketat bagi perkembannya. Di wilayah perencanaan terdapat 27 buah mata air yang tersebar di semua unit

b. Kawasan peresapan air

lingkungan.

Kawasan peresapan air merupakan kawasan yang memiliki kemampuan menyerap air hujan secara maksimal dan besar – besaran (masal). Hal ini

e.

Kawasan ruang terbuka hijau

perlu diarahkan dalam rangka memberikan keseimbangan volume air

Kawasan yang perlu dilakukan pengawasan ketat untuk ruang terbuka

tanah yang pada akhirnya nantin akan dimanfaatkan juga. Kawasan yang

hijau terutama di sekitar tepi sungai (garis sempadan sungai). Selain itu

perlu dikendalikan secara ketat yaitu :

juga di sekitar tepi jalan yang dapat digunakan sebagai estetika

 Sebelah Barat Daya BWK I di lereng Gunung Srandil dan Gunung

lingkungan, sekaligus paru-paru kota untuk mengurangi terjadinya polusi.

Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, Desa Oro-

Pengendalian ketat yang terkait dengan kawasan ini antara lain:

oro Ombo dan sebelah Barat Desa Tlekung.

 Pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan fungsi kawasan

Dengan demikian disekitar kawasan ini tidak boleh didirikan bangunan dan

sehingga tidak mengganggu atau merusak konstruksi bangunan

dapat ditanami dengan jenis tanaman yang sesuai dengan fungsinya

disekitarnya.

terutama tanaman keras. c.

Kawasan sumber mata air

 Jenis-jenis ruang terbuka hijau disesuaikan juga dengan fungsi

Kawasan sempadan sungai

kawasan.

Sempadan sungai yang perlu dilakukan pengendalian yang ketat antara

Untuk kawasan RTH dipertahankan di lokasi Alun – alun

lain sempadan Sungai Brantas yang merupakan batas Utara wilayah

Boulevard jalan Sultan Agung, Stadion Brantas, Lapangan Olah Raga,

perencanaan. Untuk kawasan di sekitar sempadan sungai, rencana

pulau jalan di perempatan Agus Salim – Imam Bonjol – Sultan Agung.

pengendalian kawasan terutama digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang

Dan makam yang ada di wilayah perencanaan yaitu ; terutama Makam

tidak membutuhkan masa bangunan. Membatasi perkembangan lahan

Pahlawan, Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di Jalan

terbangun

Agus Salim, makam Jalan Sakura, makam di Jalan Arum Dalu, makam di

pada

sungai

yang

sempadannya

dimanfaatkan

untuk

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

Kota Batu,

28

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

belakang Wastra Indah, makam di Kaliputih. Serta Arahan pengembangan

f.



Tidak berada di kawasan lindung dan pengembangan di kawasan pertanian

di sepanjang koridor Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo.

produktif yang pengembangannya dibatasi. Arahan pengendalian di wilayah

Kawasan sempadan SUTT dan SUTET

Krajan Timur, Meduran, Desa Genting, Temas Barat, Besul, Putuk, Klerek,

Jaringan SUTT/SUTET di BWK I berada Kelurahan Temas (Dusun

Ke Selatan Oro-Oro Ombo, Jalan. Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.

Kampungteh), Kelurahan Sisir (Dusun Genengan – jalan Sultan Agung –

 Pengembangan permukiman diarahkan berada dikemiringan lahan 0 - 15 %

Dusun Kampung Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (Dusun Srebet).

yang tidak berada pada lahan produktif untuk pertanian. Sedangkan

Rencana pengendalian ketat pada daerah yang dilalui SUTT/SUTET

pengembangan permukiman pada kemiringan 25 - 40 %

diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di jalan kembar.

secara ketat atau diperuntukan untuk pengembangan pertanian tanaman

Sedangkan untuk SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya

tahunan atau tanaman keras sebagai kawasan penyangga yang berfungsi

dibuat jalan diarahkan untuk dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri

untuk

dari pulau-pulau taman.

rambahan atau pengaruh perkembangan dan pengembangan kawasan

2. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya juga perlu dilakukan pengendalian yang ketat. Kawasankawasan yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan sosial

menjaga

atau

mengamankan

kawasan-kawasan

dikendalikan

lindung

dari

budidaya terutama kawasan terbangun. Arahan wilayah pengendalian di Desa Toyomerto dan Dresel Desa Oro – Oro Ombo  Wilayah BWK I diarahkan untuk tidak dilakukan budidaya lahan terbangun secara besar – besaran dan diarahkan ke luar BWK.

lainnya (kantor, pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan fasilitas umum lain),

 Tidak berada pada kawasan rawan bencana (daerah yang berbahaya) serta

kawasan wisata, kawasan industri, kawasan pertanian dan kawasan militer.

kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Arahan ini

Rencana pengawasan pengendalian ketat (high control) pada kawasan

dilakukan pada wilayah Desa Toyomerto dan Dusun Dresel. Bagi kawasan

budidaya terbangun, dapat dilakukan dengan pembatasan pengembangan

permukiman yang berada di luar tanggul atau permukiman yang berada di

pada kawasan rawan erosi, kawasan hutan lindung serta kawasan hutan

luar sempadan sungai 10-15 meter, dengan kondisi fisik lingkungan yang

produksi.

sudah baik, maka konsep yang diterapkan disini adalah meningkatkan

A. Kawasan Terbangun

kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan kota dan juga

Untuk budidaya lahan terbangun diarahkan dengan ketat di wilayah Krajan

meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna dan fungsi dari kawasan

Timur, Meduran, Desa Genting, Temas Barat, Besul, Putuk, Klerek, Srebet

konservasi, baik manfaat konservasi, keuntungan maupun kerugian-kerugian

Timur, Ngemul, Ke Selatan Oro-Oro Ombo, Jalan. Indragiri dan ke arah Desa

yang akan dihadapi jika konservasi tidak berfungsi lagi dan dampak-dampak

Gondorejo.

lain yang timbul. Arahan ini dilakukan pada wilayah yang berdekatan dengan

Langkah-langkah spesifik yang dapat diambil dalam rangka pengendalian ketat kawasan budidaya terbangun di wilayah perencanaan BWK I antara lain:

sungai yaitu di Glongong, Sukomulyo, Songgoriti, Srebet Barat dan Timur, Ngalik Utara, Kaliputih, Meduran, Genting, Putuk, Besul, Babatan, Temas Barat, Genting.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

29

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Tidak merusak lingkungan dan harus memperhatikan ketentuan tentang bangunan, seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai

Taman serta Pulau jalan di Jalan Agus Salim, Boullevard di Jalan Sultan Agung, Makam.

Bangunan (KLB) serta Tinggi Lantai Bangunan (TLB). Selain itu juga harus

 Penerapan pola intensifikasi, pertanian organic, dan diversifikasi pola serta

membatasi tingkat kepadatan bangunan agar diperoleh tingkat kepadatan

jenis tanaman terutama untuk jenis komoditi dengan harga jual tinggi.

bangunan ideal. Arahan ini dilakukan di wilayah Ngemul, Srebet Timur,

Arahan untuk wilayah pertanian di Songgoriti, Utara Desa Pesanggrahan,

Srebet Barat, Kampung Anyar, Sukomulyo, Ngaglik Selatan.

Utara Kelurahan Temas, Utara Kelurahan Sisir, Dusun Gondorejo dan Desa

 Membatasi dengan ketat perkembangan industri yang ada di wilayah perencaan antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di Jalan Sukoharjo,

Oro – Oro Ombo. C. Kawasan Perkotaan

di Jalan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, di Jalan WR

Pengendalian ketat pada kawasan perkotaan terutama diarahkan untuk

Supratman industri Kembang Gula, Jalan Moh Sahar industri minuman, di

kegiatan-kegiatan perdagangan dan jasa yang cenderung bersifat komersial.

Jalan Sudiro industri pembuatan kompor minyak tanah, di Jalan Agus Salim

Untuk wilayah perencanaan, tetap mempertahankan keberadaan perdagangan

industri penyamakan kulit, industri tegel di Jalan Brantas, industri genteng

dan jasanya saat ini (yaitu pada kawasan perkotaan). Selain itu juga dapat

dan batu bata di Jalan Abdul Gani, dan industri tusuk gigi terletak di Jalan

dikembangkan

Abdulgani. Dan sedapat mungkin mengusahakan relokasi ke luar wilayah

mendirikan bangunan perdagangan dan jasa serta penyediaan fasilitas

BWK I Pusat Kota Batu.

perparkiran. Khusus untuk perdagangan dan jasa di kawasan pusat kota

 Untuk pergudangan terkonsentrasi di Jalan Dewi Sartika, Sudiro berupa gundang Bawang, Moh Sahar,

jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR.

dengan

syarat,

memenuhi

ketentuan-ketentuan

tentang

terutama yang ada disekitar koridor jalan-jalan utama diarahkan sebagai berikut :  Sekitar koridor jalan Patimura,

Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol,

Supratman. Juga dibatasi perkembangannya dan untuk pembangunan baru

diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang – tinggi dengan

diarahkan ke luar BWK I menyatu dengan lokasi industri di Giripurno.

ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off street)

B. Kawasan Tidak Terbangun Langkah-langkah spesifik lainnya dalam rangka pengendalian ketat pada

 Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan

kawasan budidaya tidak terbangun adalah :

Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, jalan Selecta dan

 Pengembangan pertanian menggunakan sistem terasering, hal ini untuk

jalan-jalan utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan

mengurangi terjadinya gangguan erosi. Selain itu juga sesuai dengan kondisi topografinya.

Arahan

pada

wilayah

Desa

Toyomerto,

dan

Dresel,

Flamboyan, Srebet Tirmur.

jasa intensitas sedang – rendah.  Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan Jalan Sultan Agung pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan secara

 Pada lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai ruang hijau ataupun yang bersifat

ketat dan diarahkan untuk kegiatan fasilitas umum dengan skala kota

khusus, sebaiknya tidak dialihfungsikan untuk kegiatan terbangun sehingga

Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan intensitasnya rendah

menurunkan kualitas lingkungan. Arahan pada Stadion Brantas, Alun – Alun,

dengan lingkup pelayanan lokal.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

30

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Rumah Kapling Kecil dengan luas 150 – 300 M2 ditetapkan KDB 60 – 70%,

D. Kawasan Perdesaan Rencana high control pada kawasan pedesaan di wilayah perencanaan

KLB 0,6 – 1,4 dan TLB 1-2 lantai diarahkan berada di wilayah Meduran,

BWK I diarahkan pada Desa oro-oro Ombo, dan Toyomerto. Langkah-langkah

Ngaglik Utara, Klumusan, Besul, Babatan, Genengan, Genting, dan

yang dapat dilakukan terkait dengan kawasan tersebut antara lain:

Gondorejo.

 Mengembangkan sarana dan prasarana yang memadai, terutama yang

 Rumah Sederhana dengan luas dibawah 150 M2 ditetapkan untuk KDB 70-

dapat mendukung kegiatan pertanian yang merupakan kegiatan dominan di

80 %, KLB 0,6 -1,4

wilayah tersebut

Medurah, Ngaglik Utara, Klumusan,

 Pembatasan pada pengembangan kegiatan perkotaan agar tetap berbasis kearah kegiatan pertanian

dan TLB 1-2 lantai diarahkan berada di wilayah Besul, Babatan, Genting,

dan

Gondorejo.  Rumah Susun dengan segmen pasar menengah ke bawah ditetapkan untuk KDB 20 – 30 %, KLB 0,8 – 1,2 dan TLB 4 lantai diarahkan berada di wilayah

3.3.

Rencana Intensitas Bangunan

Pesanggrahan, dan Temas.

Arahan intensitas bangunan pada wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu dibagi atas ;

B. Perdagangan dan Jasa

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu bilangan pokok atau prosentase atas perbandingan

antara

luas

lantai

dasar

bangunan

dengan

luas

kapling/pekarangan.  Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu bilangan pokok atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan.  Tinggi Lantai Bangunan, yaitu jumlah lantai bangunan. Penetapan KDB, KLB dan TLB ditetapkan berdasarkan tiap jenis peruntukannya yaitu : A. Permukiman Rencana Intensitas bangunan jenis permukiman dibedakan atas :  Rumah Kapling Besar dengan luas > 500 M2 ditetapkan KDB 40 – 50%, KLB 0,4 – 1,5 dan TLB 1-3 lantai diarahkan berada di wilayah Kampung Anyar, Sukomulyo, dan Oro – Oro Ombo.  Rumah Kapling Sedang dengan luas 300-500 M2 ditetapkan KDB 50 -60%,

Intensitas Bangunan untuk jenis perdagangan dan jasa antara lain Pertokoan, Ruko, Bank, Bengkel, Salon, Restauran dan lain sebagainya dibedakan atas :  Perdagangan dan Jasa di Kawasan Pusat BWK I dan Pusat Kota, serta jalan – jalan utama yang meliputi Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Sudirman, dan Trunojoyo ditetapkan untuk KDB 70 – 90 %, KLB 0,7 – 3,6 dan TLB 1 – 3 Lantai. Untuk pengembangan kawaasan baru diarahkan pada ruas jalan Oro – Oro Ombo Raya dan Brantas ke arah Utara.  Perdagangan dan Jasa di luar kawasan Pusat Kota atau di pusat pelayanan BWK (jalan utama) dan sekitarnya ditetapkan untuk KDB 60 - 70 %, KLB 0,6 – 2,1 dan TLB 1 – 3 lantai.  Pasar ditetapkan untuk KDB 40 – 60 %, KLB 0,4 – 1,2 dan TLB 1 – 2 lantai termasuk pengembangan pasar umum di Oro - Oro Ombo.  Supermarket ditetapkan KDB 40 – 60 %, KLB 0,4 – 2,4 dan TLB 1-4 lantai.

KLB 0,4 – 1,2 dan TLB 1 - 2 lantai diarahkan berada di wilayah Glonggong,

Untuk bangunan yang banyak menimbulkan tarikan kendaraan yang cukup

Srebet Timur.

besar dan rawan terjadi kemacetan lalu lintas harus menyediakan parking off sreet (parkir dalam bangunan), dimana tempat parkir tersebut masuk pada

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

31

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.5 RENCANA INTENSITAS BANGUNAN DI WILAYAH BWK I

KDB yang telah ditetapkan terutama perdagangan dan jasa yang ada di kawasan pusat kota.

C. Fasilitas Umum dan Sosial Jenis Intensitas Bangunan fasilitas umum dan sosial ini terdapat pada

NO

Jenis Kegiatan

1

Permukiman - Kapling Besar - Kapling Sedang - Kapling Kecil - Rumah Sederhana - Rumah Kampung Pada - Rumah Susun Perdagangan dan Jasa - Perdagangan dan Jasa di Kawasan Pusat Kota - Perdagangan dan Jasa di Luar Kawasan Pusat Kota - Supermarket - Pasar Fasilitas Umum dan Sosial - Perkantoran - Pendidikan - Kesehatan - Peribadatan Pariwisata - Tempat Wisata (Obyek Wisata) - Hotel Industri & Pergudangan

peruntukan bangunan untuk perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan, gedung olah raga, gedung kesenian dan lain sebagainya ditetapkan untuk KDB 40-60% dan KLB 0,4 - 2,4 dan TLB 1 – 4 lantai. Fasilitas umum dan sosial ini diarahkan pada lahan sekitar Jalan Sultan Agung, dan lahan bekas relokasi PT.

2

Wastra Indah khusus untuk fasilitas pelayanan skala Kota dan BWK.

D. Industri dan Pergudangan Industri di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu tidak direncanakan untuk pengembangan jenis industri arahan pengembangan diarahkan ke luar wilayah perencanaan yaitu di Giripurno. Sedangkan untuk

3

industri hanya diarahkan industri kecil yang lokasinya tidak memerlukan lahan khusus. Sedangkan untuk industri yang telah terlanjur ada, pengendaliannya seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai intensitas bangunan dapat dilihat pada

4

tabel berikut ; 5

KDB (%)

KLB

TLB

40 - 50 50 - 60 60 - 70 70 - 80 80 - 90 20 - 30

0,4 - 1,5 0,5 - 1,2 0,6 - 1,4 0,7 - 1,6 0,8 - 1,8 0,8 - 1,2

1-3 1-2 1-2 1-2 1- 2 4

70 - 90

0,7 - 3,6

1-4

60 - 70

0,6 - 2,1

1-3

40 - 60 40 - 60

0,4 - 2,4 0,4 - 1,2

1-4 1-2

40 - 60 40 - 60 40 - 60 40 - 60

0,4 - 2,4 0,4 - 2,4 0,4 - 2,4 0,4 - 2,4

1-4 1-4 1-4 1-4

20-30

0,2 – 0,6

1–2

40-60 40-60

0,4 – 2,4 0,4 – 0,6

1-4 1

Sumber: RTRW Kota Batu

3.4.1. Ketinggian Bangunan Ketinggian bagunan pada prinsipnya akan menyesuaikan dengan kondisi bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Pengaturan ketinggian bangunan-bangunan pada kawasan perencanaan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

32

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Bangunan yang dikembangkan pola blok (kompleks Ruko), maka perlu

Untuk bangunan individual seluruhnya dikembangkan dalam bentuk



ada penonjolan atas keberadaan serta kompensasi atas rendahnya

overdeck, maka garis muka bangunannya ditetapkan maksimal 1 meter dari

angka KDB. Untuk itu ketinggian bangunan yang diusulkan adalah

batas Damija kearah jalan.

maksimal 3 lantai. Pengembangan diarahkan pada lokasi pengembagan

Untuk bangunan yang dikembangkan dalam bentuk blok, maka garis muka



perdagangan dan jasa yaitu ruas jalan Patimura ke arah Malang, Jalan

bangunannya ditentukan maksimal 2 meter dari batas garis sempadan

Brantas dan Jalan Raya Oro-Oro Ombo.

bangunan yang dapat dipergunakan untuk areal pedestrian. Dari arahan ditas maka ruas jalan yang memiliki fungsi tersebut diatas

 Untuk bangunan pertokoan dan bangunan grosir lain yang tidak dikembangkan dalam bentuk blok, ketinggian bangunan yang diusulkan

bangunan di sisi jalan tersebut menyesuaiakan.

adalah maksimal 3 lantai. Diarahkan di sepanjang ruas jalan Dewi

Pengendalian

Sartika dan Oro – Oro Ombo setelah persimpangan ke arah Selatan.

sebagai berikut ;

dari garis sempadan tersebut dapat dilakukan dengan cara

 Untuk menciptakan kesan visual kawasan yang dinamis pada beberapa

 Untuk daerah terbangun yang sudah teratur dan permanen, namun tidak

blok kapling diperbolehkan bangunan dengan ketinggian lebih 3 lantai,

memenuhi syarat GSB maka penerapannya dilakukan pada saat bangunan

sehingga terbentuk garis langit sky line yang tidak monoton/datar.

melakukan perombakan, peremajaan, rehabilitasi atau renovasi atau pada

Diarahkan sepanjang koridor Jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,

saat keadaan khusus misalnya pelebaran jalan.

Panglima Sudirman bawah, Brantas dan Jalan Agus Salim.  Untuk bangunan dengan garis sempadan muka bangunan lebih besar 8 meter, diberikan intensif untuk membangun bangunan dengan ketinggian 4 lantai. Diarahkan pada lokasi pengembagan baru di sepanjang ruas

 Untuk daerah terbangun yang kurang teratur dan kondisi bangunannya kurang baik maka penerapannya pada saat dilakukan program peremajaan atau rehabilitasi lingkungan.  Untuk daerah yang kosong dilakukan pada saat mengajukan IMB.

Jalan Patimura ke arah Malang, dan Jalan Raya Oro-Oro Ombo.

Untuk lebih jelasnya mengenai KDB, KLB dan TLB dapat dilihat pada peta 3.8 intensitas bangunan berikut ;

3.3.2. Garis Sempadan Bangunan Garis Sempadan Bangunan adalah jarak antara as jalan dengan

3.5.

Rencana Transportasi

tembok/bangunan terdepan. Faktor yang menentukan ukuran GSB adalah fungsi

Arahan rencana pengembangan transportasi akan terkait dan integral

jalan yang berada di depan suatu bangunan. Arahan GSB di wilayah

dengan pola transportasi seluruh kota Batu dan wilayah sekitarnya. Adapun

perencanaan berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengikuti pola

pembagian lingkup wilayahnya adalah ;

pembangunan terdapat dua pilihan dalam membangun, yaitu mengembangkan

 Pengembangan

secara individual atau membangun dengan pola blok. Pengaturan lebar garis

transportasi

muka bangunan sebagai berikut :

kota/kabupaten yang ada disekitar BWK I.

transportasi wilayah

BWK

regional, I

terkait

yaitu

pengembangan

dengan

sistem

sistem

transportasi

 Pengembangan transportasi intra BWK I yang integral dengan Kota Batu, yaitu pengembangan transportasi yang ada di dalam wilayah perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

33

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.8. Intensias pengunaan lahan KDB KLB TLB

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

34

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

BWK I terkait dengan rencana struktur tata ruang dan rencana penggunaan tanah yang akan dikembangkan di Kota Batu keseluruhan. Arahan rencana transportasi di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota

3) Jalan Lokal Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat pelayanan UL dengan pusat pelayanan kawasan permukiman atau antar kawasan permukiman. Jaringan jalan lokal sekunder diarahkan pada :

Batu adalah sebagai berikut ;

jaringan jalan poros desa yang menghubungkan antar pusat kawasan

3.5.1. Rencana Fungsi Jalan

permukiman atau dusun yaitu Jalan Mustari, jalan Sahar, jalan Abdul Jalil,

 Jalan kolektor primer diarahkan pada :

jalan Utomorejo, jalan Flamboyan, jalan Diran, jalan Cempaka.

Jaringan jalan jalan Indragiri - jalan Jalan Trunojoyo

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan fungsi jalan dapat dilihat pada peta 3.9.

 Jalan Sekunder, Yaitu jaringan jalan kota yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan yang ada di Kota Batu maupun yang akan direncanakan sesuai dengan rencana

3.5.2. Rencana Dimensi Jalan Arahan untuk dimensi Jalan di wilayah perencanaan akan disesuaikan

struktur tata ruang maupun rencana pemanfaatan ruang Kota Batu, meliputi :

dengan arahan dari RTRW Kota Batu. Sebelumnya kondisi eksisting dimensi

1) Jalan Arteri Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat

jalan di wilayah perencanaan adalah seperti pada tabel berikut ;

kota dengan pusat pelayanan BWK atau menghubungkan antar pusat

Adapun penentuan dimensi jalan berdasarkan rencana fungsi jalan di

pelayanan BWK.

Kota Batu berdasarkan kajian jalan-jalan eksisting di Kota Batu dan

Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder diarahkan pada :

pengembangan kedepan dapat dilihat pada tabel berikut ;

 Jalan Patimura – Diponegoro - jalan Gajahmada – jalan Panglima Sudirman – jalan Hasanuddin..  jalan raya Oro-oro ombo – jalan raya Dewi Sartika – jalan Sultan Agung -

jalan Abdul Gani – jalan Surapati – jalan Hasanudin (jalan alternatif

pengembangan Kota Batu).  Dari jalan Suropati – jalan Jend. Ahmad Yani - jalan Brantas – jalan Bromo – jalan jalan Semeru sampai jalan Diponegoro. 2) Jalan Kolektor Sekunder, yaitu jaringan yang menghubungkan pusat pelayanan BWK dengan pusat pelayanan Unit Lingkungan atau antar pusat pelayanan Unit Lingkungan. Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder ini diarahkan pada : Jalan Samadi, jalan WR. Supratman, jalan KH. Agus Salim, jalan Imam Bonjol, jalan Songgoriti sampai jalan Arumdalu (jalan keluar dari Songgoriti), jalan Ikwan Hadi.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

D im e n si N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 3 0 3 2

TABEL Tabel3.6 3.7 KONDISI DIMENSI JALAN DI BWK I T a b e l 3 .1 8 . J a l a n D i B W TAHUN K I P u s2003 a t K o ta B a tu T a

R u a s J a la n P a n g lim a S u d irm a n B ra n ta s B ro m o A g u s S a lim T ru n o jo y o F la m b o y a n D ip o n e g o ro P a t t im u ra H a s a n u d in S a m a d i C e m p a k a S a k u ra S a jid M u s ta ri S u ro p a ti M a s o w a ri A b d u l G a n i S u lt a n A g u n g Im a m B o n j o l O ro -O ro O m b o R a y a D ira n Ic h w a n h a d i A b d u l R a h m a n D a rs o n o M e la t i K a m b o ja K a rt in i G a ja h M a d a D e w i S a rt ik a In d r a g i r i A ru m d a lu S u m b e r : H a s il S u r ve y

h u n

2 0 0 3

D a m a ja

D a m ija

D a w a sja

1 8 .5 1 6 .5 1 1 .5 1 3 1 2 .5 6 .5 1 4 .5 1 5 .5 1 2 5 .7 6 .5 6 .5 6 .5 6 .5 1 2 6 .5 8 2 6 .5 1 0 .5 1 0 7 .5 6 8 .5 6 .5 6 .5 6 .5 1 2 1 8 .5 1 8 .5 8 .5 8

2 0 .5 1 7 .5 1 2 .5 1 7 1 6 .5 8 .5 1 7 .5 2 1 .5 1 4 6 .5 9 9 9 9 1 6 9 1 0 3 0 .5 1 5 1 6 1 1 8 1 1 9 9 9 1 6 2 0 .5 2 2 .5 1 4 1 2

2 5 .5 1 7 .5 1 4 .5 2 0 1 8 .5 1 2 .5 2 1 .5 2 6 .5 1 6 9 .5 1 2 1 2 1 2 1 2 2 0 1 2 1 2 4 0 .5 2 2 2 2 1 4 1 0 1 5 1 2 1 2 1 2 2 0 2 0 .5 2 8 .5 2 4 1 7

Bab III -

35

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.9. arahan Fungsi Jalan

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

36

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Panglima Sudirman kondisi eksisting

TABL 3.7 RENCANA DIMENSI JALAN DI BWK I TAHUN 2003 - 2008 Badan Lebar No

Fungsi Jalan

Jalan

Perkerasan DAMAJA

Minimum

Minimum

damaja 18,5 m, damija 20,5,

dawasja 25,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.  Hasanuddin kondisi eksisting DAMIJA

DAWASJA

damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.  Raya Oro- Oro Ombo kondisi eksisting damaja 10 m, damija 16 dawasja

1

Arteri Sekunder

10

8

14 -20

20-35

35 - 45

2

Kolektor Primer

9

7

13-18

18 -26

.26 - 40

3

Kolektor

8

6

12-15

15 - 20

20 - 35

Sekunder

22. Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.  Dewi Sartika kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 22,5 dawasja 28,5 m. Diarahkan dawasja 35 m.  Sultan Agung kondisi eksisting damaja 26,5 m, damija 30,5 dawasja

4

Lokal Primer

7

5

9-12

12-18

18 - 25

5

Lokal Sekunder

5

4

7-10

10-15

15 - 20

Sumber : Arahan RTRW Kota Batu 2003 – 2013

40,5. Diarahkan untuk tetap dipertahankan dimensinya.  Abdul Gani kondisi eksisting

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.  Surapati kondisi eksisting

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu tersebut maka ada beberapa ruas jalan yang diarahkan untuk mendapatkan penyesuaian dimensi jalannya. Arahan penyesuaian dimensi jalan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu disesuaikan dengan rencana fungsi jalan yang terdiri dari :  Jalan Kolektor primer

damaja 12 m, damija 16 dawasja 20.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.  A. Yani kondisi eksisting

damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.  Bromo kondisi eksisting

damaja 11,5 m, damija 12,5 dawasja 14,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

 Indragiri kondisi eksisting damaja 8,5 m, damija 14, dawasja 24. Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.  Trunojoyo kondisi eksisting damaja 12,5 m, damija 16,5, dawasja 18,5. Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.  Jalan Arteri Sekunder

 Semeru kondisi eksisting

damaja 12 m, damija 14 dawasja 10,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.  Jalan Kolektor Sekunder  Samadi kondisi eksisting

damaja 5,7 m, damija 6,5 dawasja 9,5.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

 Patimura kondisi eksisting damaja 15,5 m, damija 21,5 dawasja 26,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.  Diponegoro kondisi eksisting damaja 14,5 m, damija 17,5, dawasja 21,5. Diarahkan menjadi damija 20 m, dawasja 35 m.  Gajah Mada kondisi eksisting

damaja 8 m, damija 10 dawasja 12.

damaja 18,5 m, damija 20,5, dawasja

20,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

 WR. Supratman kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5. 9,5. Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.  Agus Salim kondisi eksisting

damaja 13 m, damija 17 dawasja 20.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.  Imam Bonjol kondisi eksisting damaja 10,5 m, damija 15 dawasja 25. Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja tetap.

Bab III -

37

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

 Songgoriti kondisi eksisting

damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.  Arum Dalu kondisi eksisting

damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.  Ikhwan Hadi kondisi eksisting

damaja 8 m, damija 9 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.  Jalan Lokal Sekunder

 Arus dua arah pada ruas Jalan Patimura – Diponegoro akan tetap dipertahankan.  Arus pada Jalan Gajah Mada akan diarahkan satu arah dengan arah arus dari Malang – Kediri/Jombang.  Arus pada ruas jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo akan tetap dipertahankan dua arah.  Khusus sirkulasi di wilayah obyek wisata Songgoriti akan memiliki arahan

 Mustari kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12. Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

sebagai berikut ; o Khusus untuk kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat,

 Sahar kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 10 dawasja 12. Diarahkan

Entering Gate (gerbang masuk) diarahkan pada gerbang keluar saat ini.

menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.  Abdul Jalil kondisi eksisting

damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.  Utomorejo kondisi eksisting

Arus lalu – lintas masuk melalui Jalan Arum Dalu – Jalan Songgoriti dan keluar (Exiting Gate) melalui gerbang masuk saat ini. o Khusus untuk angkutan umum diberlakukan dua arah, dalam arti

damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.

kendaraan dari arah Kota Batu arah masuk melewati gerbang masuk

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

saat ini di Jalan Songgoriti kemudian Jalan Arum Dalu (Sub Terminal

 Flamboyan kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 8,5 dawasja 12,5. Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.  Cempaka kondisi eksisting

Songgoriti) lalu keluar dengan melewati gerbang keluar saat ini. o Untuk mencegah terjadinya pemberhentian yang cukup lama di obyek

damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.

wisata permandian Songgoriti, maka perlu diarahkan penempatan rambu

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m. Untuk jaringan jalan eksisting yang sekitar koridornya jalannya terdapat permukiman padat dan

tidak memungkinkan untuk pengembangan dimensi

jalan sebagaimana yang telah ditetapkan, maka lebih diutamakan pada

peraturan waktu berhenti dan penempatan petugas.  Arus kendaraan berat yang akan melewati BWK I akan diarahkan sebagai berikut ; o Kendaraan dari arah Kediri/Jombang diarahkan melewati ruas jalan

penentuan dimensi jalan Daerah Milik Jalan (Damija) dengan lebar minimum.

Trunojoyo – Indragiri ke arah Utara (Talangsari).

Untuk jalan eksisting yang kondisi dimensinya terutama damija melebihi

o Kendaraan dari arah Pasuruan/ Surabaya diarahkan melewati ruas jalan

dari ketetapan minimum sebagaimana tabel diatas maka dimensi jalan yang

Giripurno – Raya Dieng – Raya Sidomulyo – Raya Punten – ke arah

digunakan adalah dimensi jalan eksisting.

barat sampai dengan jalan Indragiri – Jl. Trunojoyo. Kendaraan dari arah Malang lewat jalan Raya Oro – Oro Ombo – Sultan

o 3.5.3. Rencana Sirkulasi Lalu Lintas 3.5.3.1. Rencana Sirkulasi Arus sirkulasi di wilayah perencanaan akan diarahkan sebagai berikut ; Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Agung – Abdul Gani – Suropati – Hasanuddin – Trunojoyo. Untuk lebih jelas mengenai arahan pengembangan sirkulai lihat peta 3.10 berikut ; Bab III -

38

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Gambar dimensi jalan 3.1

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

39

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Gambar dimensi jalan 3.2

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

40

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.10. arahan sirkulasi lalu lintas

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

41

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.5.3.2. Rencana Sirkulasi Persimpangan Sirkulasi lalu – lintas tidak selalu dalam lintasan yang lurus dan dalam satu lintasan saja. Sangat dimungkinkan terjadi persilangan arus lalu – lintas terutama di persimpangan. Persilangan arus lalu – lintas ini dapat menjadi sumber dari terjadinya konflik yang berakibat pada kemacetan atau setidaknya perlambatan arus lalu – lintas. Wilayah perencanaan BWK I yang terletak di pusat kota sangat rawan akan terjadinya konflik di persimpangan jalan. Hal ini dimungkinkan mengingat

 Menggeser Pos Polisi ke sebelah Barat.  Membangun pulau jalan di bekas Pos Polisi.  Pemasangan rambu dan marka. D. Jembatan Jalan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq)  Membongkar jembatan dan menyatukannya dengan ruas Jalan Agus Salim. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penanganan permasalahan persimpangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ;

BWK I merupakan sentra aktifitas termpat teraglomerasinya fasilitas pelayanan skala kota. Kondisi ini menimbulkan tarikan lalu – lintas dalam jumlah yang besar dibandingkan wilayah BWK yang lain. Persimpangan yang rawan titik konflik di wilayah perencanaan BWK I ;

3.5.3.3. Rencana Sirkulasi Angkutan Kota Pengembangan angkutan perkotaan sudah mulai diupayakan untuk dikembangkan. Hal ini perlu mengingat perkembangan Kota Batu umumnya dan

 Persimpangan Jalan Imam Bonjol – Sultan Agung – Agus Salim.

BWK I khsususnya akan ditunjang oleh keberadaan angkutan kota yang terarah.

 Marka Timbul / Pemisah Jalan di Jalan Patimura – Glonggong (Temas).

Keberadaan angkutan kota dapat menjadi akses pembuka bagi perkembangan

 Persimpangan Jalan Dewi Sartika – Patimura.

suatu wilayah secara spatial.

 Jembatan Jalan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq). Arahan rencana penanganan untuk sirkulasi pada tiga persimpangan tersebut adalah sebagai berikut ; A. Persimpangan Jalan Imam Bonjol – Sultan Agung – Agus Salim  Memperpanjang dimensi boulevard Jalan Sultan Agung.

Beberapa kondisi yang perlu diperhatika dalam pengembangan angkutan perkotaan adalah ; 1. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan dengan simpul – simpul pusat orientasi pergerakan dalam kota. 2. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan pusat bangkitan

 Perlebaran dimensi jalan, dan mengurangi taman jalan.

(permukiman) dengan pusat – pusat tarikan (pendidikan, perdagangan dan

 Memasang rambu pengatur lalu – lintas pada ruas jalan Imam Bonjol,

jasa, rekreasi dan hiburan, peribadatan, perkantoran)

Raya Oro – Oro Ombo, dan Sultan Agung. B. Marka Timbul / Pemisah Jalan di Jalan Patimura – Glonggong (Temas)  Memotong marka timbul ± 20 m agar persimpangan jalan yang menuju perkempungan Temas dapat bebas.  Pemasangan marka dan rambu – rambu. C. Persimpangan Jalan Dewi Sartika - Patimura

3. Arahan untuk kawasan permukiman sebaiknya jarak maksimum yang ditempuh adalah 250 meter menuju ke salah satu jalur angkutan umum. 4. Diupayakan untuk dapat menghubungkan antar pusat – pusat pelayanan yang ada di BWK I dengan permukiman yang ada. 6. Melakukan arahan pengembangan berupa pengadaan halte sebagai titik pemberhentian dengan lokasi pada sentara – sentra bangkitan dan tarikan.

 Peningkatan daya dukung jembatan sebelah Barat.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

42

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Gambar persimpangan 3.4.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

43

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Gambar persimpangan 3.5.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

44

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Arahan pengembangan sirkulasi angkutan kota di BWK I akan integral dengan

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengenai relokasi terminal

pengembanan sirkulasi angkutan Kota Batu secara umum. Adapun arahanya

Batu di Jalan Dewi Sartika maka fungsi dari terminal yang lama adalah sebagai

ruas jalan yang akan dilalui angkutan umum adalah ;

sub terminal. Fungsi dari Sub Terminal ini adalah ; untuk membantu pergerakan

 Rute A melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) – Patimura –

perangkutan perkotaan dan perdesaan dari Terminal Regional, maka diperlukan

Imam Bonjol - Sultan Agung – Abdul Gani – Suropati – Hasanuddin –

sub terminal untuk mengoptimalkan pelayanan dan distribusi barang serta jasa

Trunojoyo – Arum Dalu – Sub Terminal Songgoriti – Jalan Songgoriti –

di wilayah Kota Batu secara keseluruhan. Penempatan lokasi Sub Terminal ini

Trunojoyo – Panglima Sudirman – Brantas – Bromo – Semeru – Diponegoro

berdasarkan pada kawasan yang saat ini muncuk kegiatan-kegiatan ekonomi

– Dewi Sartika (Sub Terminal Temas ).

maupun kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan di kawasan tersebut.

 Rute B melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) - Oro Oro Ombo

Adapun rencana sub terminal

Raya – Agus Salim – WR. Supratman – A. Yani – Panglima Sudirman -

diarahkan pada ;

Trunojoyo – Arum Dalu – Sub Terminal Songgoriti – Jalan Songgoriti –

 Sub Terminal Temas.

yang akan dikembangkan di

Trunojoyo – Samadi – Suropati – Abdul Gani – Sultan Agung – Oro Oro

Sub Terminal Temas merupakan terminal Kota Batu saat ini. Pengalihan

Ombo Raya - Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika).

status dari terminal induk ke sub terminal ini disusuaikan dengan arahan

 Rute C melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) – Patimura –

pengembangan Terminal Induk ke arah Giripurno. Kondisi terminal masih

Diponegoro – Gajah Mada – A. Yani – W R. Supratman – Agus Salim –

cukup layak untuk dijadikan sebagai sub terminal oleh sebab itu fasilitas

Imam Bonjol – Wukir - Putuk – Babatan – Besul - Patimura - Sub Terminal

yang ada akan tetap dipertahankan.

Temas (Jalan Dewi Sartika). Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.11 arahan lokasi terminal dan rute angkutan

 Sub Terminal Songgoriti Sub Terminal Songgoriti

diarahkan untuk melayani perangkutan

perdesaan dan perkotaan di Songgoriti sekitarnya dan wilayah Sumberejo –

umum ;

Gunungsari. Sub terminal Songgoriti akan berlokasi di Jalan Arum Dalu sebelah 3.5.4. Rencana Prasarana Perangkutan

barat sungai Brugan. Kemenyatuan antara terminal dan obyek wisata Songgoriti

Di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini memiliki 1 unit

perlu diperhatikan, oleh sebab itu dalam arahan pengembangan nantinya perlu

Terminal di jalan Dewi Sartika. Jumlah prasaran terminal yang terbatas ini

pula dikembangkan pedestrian way yang dikhususkan bagi penjalan kaki.

mengharuskan Kota Batu umumnya masih tergantung dengan fasilitas terminal

Pengembangan jalur pedestrian dibuat seatraktif mungkin dengan mendesain

yang ada di Malang yaitu Terminal Arjosari dan Terminal Landungsari. Dari

senyaman mungkin berikut elemen peneduh seperti pengadaan vegetasi pohon

kedua terminal ini terjadi pergantian moda kendaraan dimana untuk angkutan

dan tanaman hias sehingga pada

antar kota antar propinsi di terminal Arjosari, sedangkan untuk terminal

secara nyaman dan menyenangka.

pejalan kaki dapat menempuh perjalanan

Landungsari melayani penumpang dari Kota Malang yang akan ke Kota Batu atau Kota Jombang/ Kediri (antar kota dalam Propinsi)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

45

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Arahan sirkulasi 3.11

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

46

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.5.5. Rencana Prasarana Jalan Lainnya Rencana prasarana jalan lainnya yang perlu dikembangan lebih lanjut di

Diponegoro, Jalan Panglima Sudirman sampai Jalan Trunojoyo. Median jalan ini direncanakan lebarnya antara ½ - 1 meter tergantung kapasitas jalannya.

wilayah perencanan BWK I Pusata Kota Batu adalah :

Selain itu untuk menambah nilai estetika median jalan, dapat digunakan pot-

1. Halte

pot tanaman yang menarik ataupun pemilihan jenis tanaman yang sesuai dan

Perletakan halte di Kota Batu diarahkan pada lokasi tempat mengumpulkan

dapat juga ditambahlan lampu-lampu hias sebagai pemanis kota pada waktu

penumpang yang biasaya terdapat pada kawasan yang banyak menimbulkan

malam. Rencana pembangunan median jalan tersebut mempunyai tujuan

bangkitan dan tarikan penduduk, seperti di kawasan perdagangan dan jasa,

juga untuk mengarahkan pandangan bagi pengemudi kendaraan serta

perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya.

mengatur lalu lintas agar tertib.

Lokasi halte seperti yang disebutkan diatas diarahkan pada : jalan utama yaitu jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan

3. Tempat Penyeberangan

Trunojoyo. Sekitar Makam Pahlawan, sekitar Pasar di Jalan Dewi Sartika,

Tempat penyeberangan bagi pejalan kaki berupa zebra cross yang beralokasi

sekitar kawasan pendidikan di jalan KH. Agus Salim, sekitar perempatan

di ruas jalan pada wilayah perencanaan sebagian besar sudah ada, hanya

Immanuel, pada ruas jalan Suropati, A. Yani, Hasanuddin, Sultan Agung,

perlu penambahan pada lokasi-lokasi yang mendatangkan/tarikan dan

sekitar kantor Desa Oro-Oro Ombo, jalan Brantas, Bromo, dan Semeru.

membangkitkan penduduk. Hal ini seperti fasilitas-fasilitas perkantoran,

2. Median Jalan Median jalan yang merupakan jalur pemisah sirkulasi lalu lintas sebelah kanan dan kiri jalan pada wilayah perencanaan yang volume lalu lintasnya cukup tinggi diarahkan menggunakan median permanen/bullevard. Hal ini untuk menghindari adanya penyeberangan kendaraan disembarang tempat sehingga akan menyebabkan sirkulasi akan terhambat dan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Median jalan ini jika kondisi geometri jalan memungkinkan juga bisa dibuat jalur hijau sebagai

pendidikan, pasar, pariwisata, kesehatan / rumah sakit, dan lain sebagainya. Adapun rencana lokasi-lokasi tersebut antara lain seperti : a. Jalan. Gajahmada (depan Plaza Batu) b. Jalan. Dewi Sartika (disekitar pasar dan terminal) c. Pada tiap-tiap traffic light d. Didepan fasilitas umum yaitu di Jalan Agus Salim, Sudarno, Suropati, Ikhwan Hadi, Hasanuddin, A.Yani, Abdul Gani, Sutan Agung, Brantas, Bromo, Semeru, dan WR Supratman.

paru-paru kota, penyerap gas C02, peredam polusi suara, peneduh, estetika dan lain sebagainya. Untuk rencana sistem median di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu, utamanya tetap mempertahankan median jalan yang sudah ada seperti di ruas Jalan Sultan Agung. Sedangkan koridor jalan lainnya yang perlu direncanakan median jalannya antara lain : di ruas Jalan Patimura, Jalan

4. Sistem Parkir Sistem parkir yang ada saat ini berupa parkir badan jalan (on street) dan parkir di luar badan jalan (off street). Arahan parkir on street terutama pada ruas jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya, dan sebaiknya pada setiap bangunan (terutama perkantoran, fasilitas umum dan komersial) sudah menyediakan tempat parkir khusus sehingga tidak

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

47

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

mengganggu kelancaran lalu lintas. Parkir on street ini terutama diarahkan pada wilayah-wilayah dengan intensitas bangunan padat.

 Kawasan obyek wisata Songgoriti Jalan Arum Dalu, Jalan Songgoriti. 6. Perabot Jalan

Rencana arahan pengembangan sistem perparkiran di wilayah perencanaan

Perabot jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat

BWK I Pusat Kota Batu adalah sebagai berikut ;

mendukung terbentuknya pola transportasi kota. Termasuk dalam perabot

a. Koridor Jalan Gajahmada direncanakan merupakan kawasan on street

jalan ini adalah jaringan listrik, jaringan telepon dan telepon umum, hidrant,

dengan menggunakan salah satu bagian bahu jalan (sebelah kanan jalan

bak sampah, pertandaan dan bus surat. Sesuai dengan kebutuhan

dari arah Kota Malang). Sudut kemiringannya 450.

perancangan ditinjau dari segi lokasi, ketinggian, jarak dan pembentukan

b. Ruas jalan yang direncanakan sebagai parkir on street di kedua sisinya (sejajar) yaitu Jalan. Brantas, Jalan. Agus Salim, Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Diponegoro.

lingkungan.  Jaringan listrik dan telepon Jaringan listrik merupakan salah satu perabot jalan yang harus ada di

c. Ruas Jalan WR. Supratman direncanakan sistem on street sejajar di sebelah kiri jalan.

setiap ruas jalan sehingga meminimalkan potensi kecelakaan dan kejahatan. Elemen perancangan jaringan listrik meliputi jarak antar tiang

d. Parkir off street direncanakan pada intensitas bangunan yang mempunyai

listrik, posisinya terhadap jaringan telepon, jarak terhadap tanah dan jarak

tarikan kendaraan cukup besar, misalnya hotel, villa, plaza, rumah sakit,

dengan benda lain terdekat dan kesesuian dalam tata cara penempatan

dan fasilitas rekreasi.

jaringan utilitas pada jaringan jalan. Terkait dengan jaringan listrik ini adalah pemasangan lampu penerangan jalan dengan sistem partial atau

5. Pendestrian Way

menerus.

Untuk penataan tiang listrik baik SUTM maupun SUTR di

Pembangunan pedestrian Way lebih diarahkan untuk koridor jalan yang

wilayah perencanaan diarahkan berjarak antara 40 sampai 50 meter,

mempunyai intensitas kegiatan yang cukup tinggi di sekitarnya, dengan lalu

sedangkan jarak penghantar/kabel listrik diarahkan minimal 5 meter dari

lintas

tanah, sedangkan jarak dengan benda terdekat diarahkan sekitar 0,5

jalan

yang

cukup

ramai.

Pembangunan

ini

bertujuan

untuk

mengarahkan pengguna jalan kaki agar tidak memakai badan jalan, sehingga

meter. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyaman.

lalu lintas tidak terganggu dan pejalan kakipun dapat dengan aman berjalan.

Sedangkan untuk jaringan telepon relatif tidak memelukan persyaratan

Untuk wilayah BWK I, kawasan-kawasan yang perlu diberi dan dipertahankan

yang ketat, yaitu hanya tergantung pada posisinya terhadap jaringan

pedestrian way-nya antara lain:

listrik. Kebutuhan akan telepon umum ternyata tidak memiliki syarat

 Kawasan-kawasan di sekitar pusat kota, antara lain: Jalan. Patimura,

tertentu terhadap jumlah ataupun lokasi penempatannya. Untuk optimasi

Jalan Diponegoro, Jalan. Gajahmada, Jalan. Panglima Sudirman.

penempatannya maka digunakan pendekatan; pusat kegiatan atau

 Kawasan di sekitar perkantoran dan fasilitas umum, antara lain: Jalan.

perbelanjaan memerlukan telepon umum dengan jarak kemampuan rata-

Sultan Agung, Jalan. Suropati, Jalan. Agus Salim, dan Jalan. Abdul Gani

rata pejalan kaki, terletak di luar bangunan, tidak berdekatan dengan

 Kawasan-kawasan di sekitar pusat kegiatan perdagangan dan jasa, antara

perempatan jalan, tidak terletak pada larangan berhenti dan larangan

lain: Jalan. Dewi Sartika, Jalan. Imam Bonjol . Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

48

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

parkir, tidak terletak pada pusat kebisingan dan memiliki ruangan yang

-

cukup.

Iklan yaitu untuk efesiensi penempatan dan estetika maka diarahkan untuk pemasangan iklan secara permanen dan pemasangan jenis umbul-umbul sebaiknya dihindari.

 Hidrant PMK Penempatan hidrant pemadam kebakaran pada dasarnya diarahkan pada kawasan-kawasan yang mempunyai

kerawanan terjadi

kebakaran,

3.6.

Rencana Identititas Kawasan

misalnya pada kawasan perdagangan, kawasan permukiman yang padat

Upaya untuk menampilkan identitas kawasan Pusat Kota Batu

dan kawasan-kawasan lainnya yang mempunyai kerawanan terjadi

merupakan salah satu elemen kuat yang dapat mewakili image atau gambaran

kebakaran yang sulit ditempuh dengan mobil kebakaran. Hidrant PMK

Kota Batu secara keseluruhan. Kota Batu yang sudah dikenal sebagai kota

diarahkan pada ruas jalan utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,

wisata alam baik itu buatan maupun alami yang memiliki iklim sejuk, dengan

Panglima Sudirman, dan Trunojoyo. Ruas Jalan Dewi Sartika, Agus Salim,

beragam hasil pertanian dan perkebunan seperti buah – buahan, sayuran,

Sultan Agung, Moch. Sahar, Sudarno, Suropati, Semeru, dan Indragiri.

maupun bunga dan tanaman hiasnya.

 Bus Surat

Dari hasil analisa didapat gambaran bahwa BWK I Pusat Kota Batu adalah

Penentuan kebutuhan akan bus surat ternyata tidak ada strandart baku.

kawasan yang sangat ideal dalam pembentukan identitas kawasan tidak hanya

Dengan demikian maka arahan lokasi penempatan bus surat yaitu pada

untuk lingkup BWK I saja tetapi juga untuk lingkup Kota Batu secara

kawasan-kawasan yang mempunyai tingkat keramaian yang tinggi,

keseluruhan.

misalnya kawasan perdagangan, kawasan pendidikan ataupun pada jalan-

Identitas

kawasan

secara

konseptual

memiliki

beberapa

elemen

jalan utama yang strategis. Arahan penempatan bis surat pada ruas jalan

pembentuk yang apabila digabungkan akan dapat menghasilkan suatu kawasan

utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan

yang memiliki citra yang mendalam. Adapun elemen yang dimaksud adalah

Trunojoyo. Ruas Jalan Agus Salim, dan A.Yani

sebagai berikut ;

 Pertandaan

 Path adalah ;

Jenis pertandaan disini adalah nama jalan, rambu lalu lintas, papan

elemen pembentuk ruang kota (biasanya linier) yang dapat berupa jalan

pengumuman, dan iklan. Biasanya lokasi pertandaan ini berada di tepi

setapak, jalur pedestrian, jalan kendaraan dan sungai. Path merupakan

jalan dan trotoar. Sesuai dengan kebutuhan penempatannya, maka tata

rute – rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan

cara penempatan penandaan ini adalah:

pergerakan secara umum, yakni jalan, gang – gang utama, jalan transit,

-

-

Petunjuk nama jalan penempatannya pada ujung ruas jalan dan

lintasan kereta api, saluran, dan sebagainya. Path mempunyai identitas

keberadaannya mudah dilihat.

yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang lebih besar (misalnya tugu, alun

Rambu lalu lintas yaitu pengaturan dan penempatannya disesuaikan

– alun, dan lain – lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad,

dengan hasil pengaturan sirkulasi dan penataan parkir.

pohon, dan lain – lain), atau ada belokan yang jelas

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

49

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

serta fungsi dan posisi-posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri

 Landmark adalah ; elemen pembentuk kota yang dapat berupa bangunan fisik atau gubahan

sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).

massa atau ruang, atau detail arsitektur yang ‘sangat spesifik’ dan

Kesemua citra Kota Batu yang telah ada tersebut akan diupayakan untuk

terkadang sangat konstektual terhadap kawasan. Elemen ini dapat

ditampilkan dalam penataan Pusat Kota Batu yang lebih variatif dengan

berupa lapangan, gapura, dan kemungkinan juga berkaitan dengan

menggabungkan elemen yang telah disebut diatas dalam visualisasi yang dapat

historis dari kawasan tersebut. Merupakan elemen penting dari bentuk

dilihat pada halaman berikut ;

kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah.

3.7.

Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Fasilitas

3.7.1. Permukiman

 Node adalah ; Nodes adalah area yang menjadi pusat aktivitas dimana orang dapat

Perumahan merupakan kebutuhan esensial dari masyarakat untuk dapat

merasakan perubahan aktivitas dari suatu struktur ruang kesuatu struktur

hidup layak Kebutuhan perumahan akan sejalan dengan perkembangan

ruang yang lain, misalnya tempat dimana transportasi berhenti,

penduduk yang ada.

pertemuan network, pusat kegiatan bisnis dan ujung jalan.

disesuaikan dengan perkembangan penduduk. Jumlah rumah yang ada

Kebutuhan akan perumahan harus direncanakan dan

berdasarkan kondisi eksisting kurang lebih sebesar 13.369 rumah.

 Edges Edges adalah ujung tepian dari matrik atau kawasan kota. Merupakan

Sampai tahun akhir perencanaan 2008 diperlukan pertambahan unit

elemen linear yang tidak dipakai sebagai path, berada pada batas antara

rumah sejumlah 14.760 unit dengan perincian 1.476 unit tipe besar dengan luas

dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear. Edges

lahan lebih dari 500 M2, 4.428 unit tipe sedang dengan luas lahan 300 M2, dan

merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district

8.856 unit tipe kecil dengan luas lahan 150 M2.

dengan yang lainnya.

Edges memiliki identitas yang lebih baik jika

kontinuitas tampak jelas batas dan fungsinya.  District

Dari pertambahan yang ada jumlah terbesar berada di unit lingkungan Sisir dengan jumlah 4.272 unit rumah untuk semua tipe, sedangkan jumlah yang terkecil di unit lingkungan Songgokerto sejumlah 1.324 unit rumah untuk semua

areal spesifik yang dapat diidentifikasikan batas-batasnya secara fisik.

tipe. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fasilitas permukiman dapat dlihat

Citra district akan mempengaruhi citra kawasan karenanya tidak boleh

pada tebel berikut ;

hilang, jika hilang maka citra dari kawasan juga menjadi kabur. Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya) dan khas pula batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai indentitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen,

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

50

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Gambar 3.3. Identitas

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

51

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.4

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

52

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.5.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

53

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.6

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

54

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.7

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

55

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.8

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

56

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.9

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

57

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.10

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

58

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.8 RENCANA FASILITAS PERUMAHAN DI BWK I TAHUN 2008 2008 No. BWK/UL BESAR SEDANG KECIL 1 UL I (Kelurahan Sisir) 427 1281 2563 2 UL II (Kelurahan Temas) 287 861 1722 3 UL III Kelurahan Songgokerto 132 397 795 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 236 709 1418 5 UL V (Desa Pesangrahan) 234 703 1406 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 159 477 953 1476 4428 8856 Total

yang subur dan produktif, tetapi lebih memprioritaskan lahan kosong dan pertanian yang tidak produktif. Oleh karena itu rambu-rambu pengarahan dan kebutuhan fasilitas perumahan harus diperhatikan dan diprioritaskan karena JUMLAH 4272 2870 1324 2363 2343 1588 14760

Sumber ; Hasil Rencana

dengan mayoritas penduduk dari golongan masyarakat kecil maka rumah yang banyak dibutuhkan adalah rumah tipe kecil dan sedang. Asumsi perbandingan rumah berdasarkan standart dibagi dalam 3 kategori, yaitu rumah dengan skala besar, sedang dan kecil. Untuk pencapaian tujuan yang maksimal atau memenuhi standar kenyamanan rumah yang layak. Berdasarkan standard yang pemerintah,

karakter kota.

3.7.2. Perdagangan dan Jasa Perkembangan Pusat Kota Batu harus disertai dengan peningkatan pelayanan fasilitas perdagangan lokal di setiap Unit Lingkungan (UL). Kawasan

Kecenderungan perkembangan rumah yang paling dominan sejalan

dikeluarkan

merupakan fundamental dalam pemanfaatan lahan dan representasi dari

maka

perbandingan

rumah

didasarkan

pada

perbandingan besaran luas rumah, yaitu tiap 1 rumah berukuran besar, terdapat 3 rumah berukuran menengah dan 6 rumah berukuran kecil (perbandingan 1 : 3 : 6). Kapling tanah untuk rumah ukuran besar seluas 500 M2, rumah berukuran menengah seluas 300 M2, dan rumah ukuran kecil seluas 150 M2. Berdasarkan analisa tersebut rumah berukuran besar yang dibutuhkan di wilayah perencanaan adalah sebanyak 1476 rumah, sedangkan rumah tipe menengah dibutuhkan sebanyak 4428 rumah, dan tipe kecil dibutuhkan sebanyak 8.856 rumah. Selain faktor tipe rumah yang ada di kawasan perencanaan juga harus mempertimbangkan faktor lokasi/harga, aksesbilitas serta kenyamanan dan keamanan lokasi. Untuk perumahan umum diharapkan perkembangannya mengisi kantong-kantong pemukiman yang telah ada dan lahan yang kosong, serta diusahakan tidak mengkonversi lahan pertanian yang subur dan produktif. Untuk devoleper yang ada diharapkan juga tidak mengkonversi lahan pertanian

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

perdagangan dan jasa di Kota Batu cenderung tersebar di pusat kota terutama untuk jenis perdagangan skala kota terdapat di kekitar jalan Panglima Sudirman, jalan Hasanudin, jalan Dewi Sartika tepatnya disekitar alun-alun, pasar dan jalur transporatasi utama. Untuk kawasan perdagangan skala kecil dan menengah tersebar di beberapa tempat mengikuti pola permukiman penduduk. Sedangkan untuk kawasan jasa pada umumnya berkembang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti perbengkelan, warung, wartel, salon dan lainlain. Fasilitas perdagangan dan jasa harus dibedakan dalam 2 aspek, yaitu fungsi perdagangan dan jasa skala pelayanan kota dan regional serta fungsi pelayanan skala unit lingkungan yang ada di BWK Pusat Kota Batu. Skala perdagangan dan jasa mengikuti fungsi dan pelayanan utama kota seperti kegiatan yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan RTRW yaitu di Pasar Batu di sekitar Jalan.Dewi Sartika, Jalan. Ahmad Yani, Jalan Munif dan Jalan. Agus Salim serta Jalan. Sudiro, sedangkan skala pelayanan unit lingkungan dijabarkan dalam kebutuhan setiap unit lingkunan di wilayah perencanaan. Sampai tahun akhir perencanaan di wilayah rencana direncanakan terdapat 7 unit pasar umum, 30 unit toko, 295 unit kios, 295 unit warung, dan 1 unit pasar swalayan. Untuk fasilitas perdagangan yang telah ada sekarang akan tetap pertahankan, jika jumlah rencana masih lebih kecil dari kondisi yang ada Bab III -

59

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

maka jumlah yang ada sekarang masih tetap dipertahankan. Beberapa standar

kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas

yang digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan fasilitas perdagangan dan

ini

jasa ini adalah ;

LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 17 unit, UNIT LINGKUNGAN II

Untuk lebih jelasnya mengenai pertambahan fasilitas perdagangan dan jasa dapat dilihat pada tabel berikut ;

UNIT

LINGKUNGAN

adalah

sebagai

berikut

:

UNIT

dibutuhkan sebanyak 10 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 5 unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 8 unit, UNIT LINGKUNGAN V

TABEL 3.9 RENCANA FASILITAS PERDAGANAN DAN JASA DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

dibutuhkan sebanyak 8 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 7 unit.

Eksisting 2003 2008 Fasilitas Perdagangan dan Jasa Fasilitas Perdagangan dan Jasa 2 3 5 2 3 5 1 4 1 4 1 UL I (Kelurahan Sisir) 1 69 100 0 0 2 9 85 85 1 2 UL II (Kelurahan Temas) 1 69 100 0 0 1 6 57 57 0 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 1 0 28 25 0 1 3 26 26 0 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 1 26 0 16 0 1 5 47 47 0 5 UL V (Desa Pesangrahan) 1 0 43 48 1 1 5 47 47 0 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 0 0 0 0 0 1 3 32 32 0 Total 5 164 271 89 1 7 30 295 295 1 Sumber ; Hasil Rencana Keterangan ; 1. Pasar umum, 2. toko, 3. Kios, 4. Warung, 5. Swalayan No.

berdasarkan

Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah

Unit Lingkungan

ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan Tk baru diharapkan di pusat sub unit lingkungan dan berdekatan dengan posyandu dan balai pengobatan masyarakat.

2. SD Berdasarkan standart fasilitas pelayanan SD dibutuhkan daya dukung penduduk sebesar yaitu 1600 jiwa dengan luas lahan yang ideal adalah 0,24 Ha.

3.7.3. Pendidikan Jenis fasilitas pendidikan yang akan dikembangkan di wilayah rencana

Kondisi saat ini di wilayah perencanaan jumlah SD ada 24 yang tersebar di seluruh UNIT LINGKUNGAN. Jumlah terbesar ada di UNIT LINGKUNGAN IV

adalah Taman Kanak – Kanak, Sekolah Dasar, SLTP dan SMU.

dengan 6 unit. Sedangkan UNIT LINGKUNGAN lainnya telah merata

1. TK Berdasarkan standar pelayanan fasilitas pendidikan TK, jumlah penduduk pendukungnya sebesar 1000 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu unit TK sebesar 0,12 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di kawasan perencanaan adalah sebanyak 19 unit sekolah yang tersebar di seluruh unit lingkungan. UNIT LINGKUNGAN I sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN III sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN IV sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 4 unit dan UNIT

Sampai tahun akhir perecanaan fasilitas pendidikan TK di wilayah perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 74 unit. Jadi dibutuhkan penambahan TK sebanyak 55 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan Penambahan

fasilitas

wilayah perencanaan sampai tahun 2008 maka dibutuhkan 46 unit dengan jumlah penduduk 73.800 jiwa. Penempatan fasilitas SD di wilayah perencanaan diprioritaskan di daerah yang membutuhkan dan mengoptimalkan daya tampung yang telah ada. Penambahan fasilitas SD juga diharapkan sekaligus peningkatan mutu dan kualitasnya.

Penempatan

LINGKUNGAN,

LINGKUNGAN VI sebanyak 1 unit.

datang.

keberadaan SD. Berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas SD yang ada di

pendidikan

disesuaikan

dengan

yaitu

fasilitas

UNIT

SD

diupayakan

LINGKUNGAN

I

berdasarkan

sebesar

13

unit,

UNIT UNIT

LINGKUNGAN II sebesar 5 unit, UNIT LINGKUNGAN III sebesar 1 unit, UNIT LINGKUNGAN IV sebesar 1 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebesar 3 unit, UNIT LINGKUNGAN VI sebesar 5 unit.

prioritas

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

60

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Dalam pengembangannya di masa mendatang pemerataan kebutuhan SD

Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah

ini sebaiknya menggunakan asumsi perbandingan jumlah SD berdaya tampung

ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan SLTP baru dikembangkan

besar, sedang dan kecil, dimana kapasitas tiap kategori adalah sebagai berikut :

juga di pusat UNIT LINGKUNGAN atau kawasan khusus karena supaya

- SD berdaya tampung kecil

= kurang dari 200 murid

- SD berdaya tampung sedang

= 200 – 400 murid

- SD berdaya tampung besar

= lebih dari 400 murid

pengembangannya optimal. Untuk masa mendatang dengan adanya kemungkinan perkembangan wilayah tertentu, maka akan diperlukan penambahan pada kawasan yang belum

Perbandingan sekolah dengan daya tampung besar : sedang : kecil adalah 1 : 7

terdapat fasilitas pendidikan SLTP ini sesuai dengan arahan kegiatan di tiap

: 27.

kawasan. Sedangkan di wilayah lainnya akan diperkirakan mengalami pengurangan karena berkurangnya jumlah murid. Penambahan yang dilakukan

3. SLTP

sebaiknya mempertimbangkan asumsi perbandingan SLTP dengan daya

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas pendidikan SLTP, jumlah penduduk pendukungnya sebesar 4500 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk

tampung besar, sedang dan kecil, dimana masing-masing mempunyai kapasitas murid yang berbeda, yaitu :

satu unit SLTP sebesar 0,27 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di

- SMP berdaya tampung kecil

= kurang dari 350 murid

kawasan perencanaan adalah sebanyak 6 unit sekolah yang tersebar di 5 UNIT

- SMP berdaya tampung sedang

= 350 – 700 murid

LINGKUNGAN, kecuali UNIT LINGKUNGAN III. UNIT LINGKUNGAN I sebanyak

- SMP berdaya tampung besar

= lebih dari 700 murid

1 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN IV

Perbandingan sekolah berdaya tampung besar : sedang : kecil adalah 1 : 1 : 2.

sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 2 unit dan UNIT 4. SMU

LINGKUNGAN VI sebanyak 1 unit. Sampai tahun akhir perencanaan fasilitas pendidikan SLTP di wilayah

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas pendidikan SMU, jumlah

perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 16 unit. Jadi dibutuhkan

penduduk pendukungnya sebesar 4800 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk

penambahan SLTP sebanyak 9 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan

satu unit SMU sebesar 0,27 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di

datang.

prioritas

kawasan perencanaan adalah sebanyak 8 unit sekolah yang tersebar di 4 UNIT

kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas

LINGKUNGAN, kecuali UNIT LINGKUNGAN III dan UNIT LINGKUNGAN V.

ini

UNIT

UNIT LINGKUNGAN I sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 1 unit,

LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan

UNIT LINGKUNGAN IV sebanyak 2 unit, dan UNIT LINGKUNGAN VI sebanyak

sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 1 unit, UNIT

4 unit.

Penambahan

berdasarkan

UNIT

fasilitas

pendidikan

LINGKUNGAN

disesuaikan

adalah

sebagai

dengan

berikut

:

LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN V

Sampai tahun akhir perencanaan fasilitas pendidikan SMU di wilayah

dibutuhkan sebanyak 1 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 1

perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 15 unit. Jadi dibutuhkan

unit.

penambahan SMU sebanyak 7 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan datang.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Penambahan

fasilitas

pendidikan

disesuaikan

dengan

Bab III -

prioritas 61

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.10 RENCANA FASILITAS PENDIDIKAN DI BWK I TAHUN 2008

kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas ini

berdasarkan

UNIT

LINGKUNGAN

adalah

sebagai

berikut

:

UNIT

LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan

No.

sebanyak 3 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 1 unit, UNIT

1 2 3 4 5 6

LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan sebanyak 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 2 unit. Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah

Unit Lingkungan UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgokerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Oro-oro Ombo) Total

JUMLAH DAN JENIS FASILITAS EKSISTING TK SD SLTP SMU PONPES AKADEMI 4 4 1 1 0 0 4 4 1 1 0 0 2 3 0 0 0 1 4 6 1 2 0 1 4 4 2 0 1 0 1 3 1 4 0 0 19 24 6 8 1 2

TK 21 14 7 12 12 8 74

RENCANA TAHUN 2008 SD SLTP SMU AKADEMI 13 5 4 0 9 3 3 0 4 1 1 1 7 3 2 1 7 3 2 0 5 2 2 0 46 16 15 2

Sumber ; Hasil Rencana

ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan SLTA baru dikembangkan juga di pusat UNIT LINGKUNGAN atau kawasan khusus karena supaya

Kebutuhan pelayanan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan dapat

pengembangannya optimal dan peningkatan mutu dari sekolah yang ada. Berikut standar daya tampung untuk sekolah dengan daya tampung besar,

- Daya tampung kecil

= kurang dari 550 murid

- Daya tampung sedang

= 550 – 1.000 murid

- Daya tampung besar

= lebih dari 1.000 murid

pelayanan lokal dan pelayanan regional. Pelayanan lokal seperti Kantor Kelurahan dan Kantor kecamatan, sedangkan kantor pemerintahan berskala kota seperti kantor Dinas yang jangkauannya skala pelayanan Kota bahkan regional.

Perbandingan sekolah daya tampung kecil : sedang : besar adalah 1 : 4 : 5. Penambahan fasilitas pendidikan ini merupakan ukuran standard yang yang

dibedakan, yaitu perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta. Perkantoran pemerintah dibagi dalam 2 kategori dari sudut pandang pelayanan, yaitu

sedang dan kecil :

normantif,

3.7.4. Perkantoran

bersifat

dapat

menyesuaikan

dengan

kebutuhan

dan

kemampuan pendanaan dari pemerintah kota dalam pembangunannya. Sedangkan untuk fasilitas yang telah ada keberadaannya akan tetap dipertahankan. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jumlah fasilitas pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ;

Perkantoran swasta terkait dengan pelayanan pada sektor perdagangan dan jasa. Kantor swasta biasanya terkait dengan investasi dan peluang pasar, dimana pasar melihat berkembangnya peluang ekonomi yang terkait dengan pengembangan Kota Batu. Pusat Kota Batu sebagai pusat kegiatan skala pelayanan kota dan regional, maka kemingkinan berkembangya fungsi perkantoran sangat besar. Perkantoran yang berpotensi sangat besar untuk berkembang adalah kantor pengacara, notaris, konsultan, bank, kegiatan ekspedisi dan jasa terkait dengan pariwisata. Fasilitas perkantoran juga akan dikembangkan dalam koridor dan zoning wilayah perkantorannya. Diharapkan keberadaan kantor baru sejalan dengan view dan koridor sky line di kawasan perencanaan yang ada. Sarana perkantoran juga harus dilengkapi dengan parkir dan sarana umum lainnya yang mendukung kegiatan tersebut. Sarana parkir dan sirkulasi

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

62

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

tranportasi harus menjadi acuan utama penentuan kawasan perkantoran supaya

distribusi dari kantor polisi untuk idealnya disesuaikan dengan master plan dari

tidak menimbulkan kemacetan dan titik konflik baru di wilayah perencanaan

kepolisisan itu sendiri. Diharapkan keberadaan kantor polisi berada di lokasi

tersebut. Kebutuhan fasilitas perkantoran diarahkan di sekitar Jalan. Sultan

strategis dan dapat memberikan rasa pengayoman masyarakat.

Agung, Jalan Panglima Sudirman, Jalan. Wr. Supratman dan Jalan. Diponegoro dan Jalan. Oro- Oro Ombo Raya Untuk fasilitas perkantoran yang memiiliki standard dalam penyediaanya

3.7.5. Peribadatan Pelayanan kebutuhan fasilitas Peribadatan harus disesuaikan dengan

adalah ;

karakter masyarakat dan kesesuaian dengan prinsip pluralisme yang menjadikan

1. Kantor Pos

Kota Batu sebagai kota terbuka sejalan dengan prinsip pariwisata dan

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk

agropolitan yang madani. Kebutuhan akan pelayanan fasilitas peribadatan

adalah 1 kantor pos kota didukung oleh 120.000 jiwa dengan luas lahan yang

disesuaikan dengan jenis agama yang ada yaitu, Islam, Kristen Protestan dan

dibutuhkan sebesar 0,05 m2/orang. Kategori kantor pos ini termasuk kantor pos

Katholik, Hindu dan Budha. Selain itu juga kebutuhan akan pengembangan

dengan skala pelayanan kecamatan. Kebutuhan akan kantor pos tidak hanya

masyarakat yang menganut sistem kepercayaan juga harus diberikan tempat,

skala pelayanan BWK, tetapi juga dibutuhkan sebuah kantor pos untuk skala

tetapi dalam analisa kebutuhan fasilitas peribadatan tidak diproyeksikan. Dalam

pelayanan kota.

proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan yang diproyeksikan adalah Masjid,

Kondisi eksisting di wilayah perencanaan sampai saat ini belum memiliki

Langgar, Gereja dan Wihara.

kantor pos untuk pelayanan skala kota, berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka dibutuhkan sebuah kantor pos untuk pelayanan kota. Dalam lima tahun yang akan datan maka adanya penambahan 1 unit. Letaknya diarahkan di pusat Kota sekitar Jalan Sultan Agung.

1. Masjid Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas peribadatan di masa mendatang digunakan perkirakan jumlah penduduk menurut agama yang dianutnya selama periode perencanaan. Sedangkan dasar perkiraan jumlah pemeluk agama di

2. Pos Polisi

masa mendatang adalah dengan menggunakan proporsi pemeluk agama saat

Berdasarkan standart kebutuhan pelayanan yang ideal, 1 pos polisi

ini. Dengan anggapan bahwa tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi

didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan 0,13 m2/orang.

sehingga proporsi tersebut tetap selama masa periode perencanaan. Daya

Kondisi eksisting di wilayah perencanaan saat ini ada 1 pos kantor polisi di

dukung untuk Masjid di kawasan perencanaan secara standart adalah 30.000

Jalan. Ahmad Yani. Berdasarkan estimasi kebutuhan sampai dengan tahun

penduduk. Berdasarkan kondisi eksisting Jumlah Masjid yang ada di kawasan

2008 dengan umlah penduduk mencapai 73.800 jiwa maka dibutuhkan 2 kantor

perencanaan sebanyak 38 unit, dengan komposisi 1 Masjid Agung. Jumlah

pos polisi. Sehingga dibutuhkan penambahan 1unit di BWK I untuk skala

Masjid yang ada tersebar di 6 UNIT LINGKUNGAN, yaitu : UNIT LINGKUNGAN

pelayanan BWK.

I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V

Penambahan kebutuhan ini juga seiring peningkatan kepolisian di Kota Batu menjadi Polresta dan rencananya akan dibangun kantornya di Junrejo, Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

masing-masing memiliki 8 Masjid, sedangkan UNIT LINGKUNGAN III dan UNIT LINGKUNGAN VI ada 3 unit. Bab III -

63

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas maka hanya dibutuhkan total 2

4. Wihara

unit Masjid di wilayah perencanaan, sedangkan saat ini telah memiliki 38 unit,

Jumlah fasilitas ibadah Vihara saat ini sebanyak 3 unit yang terletak di

oleh karena itu keberadaan yang telah ada akan tetap dipertahankan. Mengingat

UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Berdasarkan jumlah

peran serta masyarakat dalam pembangunan tempat ibadah ini cukup tinggi

penduduk pendukung untuk 1 unit Vihara dapat melayani 1000 penduduk, maka

maka penambahan jumlah berdasarkan swadaya masyarkat akan tetap

sampai

diperbolehkan.

keberadaannya masih memadai.

dengan

tahun

2008

tidak

dibutuhkan

penambahan

karena

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kebutuhan fasilitas ibadah dari 2. Langgar Berdasarkan standart kebutuhan keberadaan langgar didukung oleh

tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, maka dijabarkan dalam tabel di bawah ini. TABEL 3.11 RENCANA FASILITAS PERIBADATAN DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

jumlah penduduk sebesar 2500 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk sebuah langgar yang ideal adalah 0,03 Ha. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada jumlah langgar di wilayah perencanaan sebanyak 162 unit yang tersebar di seluruh UNIT LINGKUNGAN yang ada dengan jumlah terbesar di UNIT LINGKUNGAN I dan UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 47 unit. Sedangkan jumlah terkecil ada di UNIT LINGKUNGAN III Songgokerto sebanyak 9 unit. Sampai tahun 2008 kebutuhan langgar sampai dengan 2008 dibutuhkan sebanyak 27 unit sedangkan saat ini telah berjumlah 162 unit langgar. Oleh

No. 1 2 3 4 5 6

Tahun 2003 Masjid Langgar Gereja UL I (Kelurahan Sisir) 8 47 0 UL II (Kelurahan Temas) 8 47 0 UL III (Kelurahan Songgokerto) 8 9 0 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 8 13 6 UL V (Desa Pesangrahan) 3 27 2 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 3 19 0 Total 38 162 8 Unit Lingkungan

Wihara 0 0 0 2 1 0 3

Tahun 2008 Masjid Langgar Gereja 1 8 1 1 6 0 0 2 0 0 4 6 0 4 2 0 3 0 2 27 9

Wihara 0 0 0 2 1 0 3

Sumber ; Hasil Rencana

karena itu sampai tahun 2008 tidak dibutuhkan penambahan langgar lagi apabila dilihat secara standar. Tetapi bila ada penambahan maka masih dapat diterima mengingat swadaya masyarakat yang tinggi. 3. Gereja

3.7.6. Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan BWKI Pusat Kota Batu meliputi : Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Swasta, Puskesmas,

Berdasarkan standart kebutuhan fasilitas, Gereja didukung oleh 10.000

Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, tempat praktek dokter, dan Apotik.

jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,05 Ha dengan sarana penunjang

Proyeksi ke depan maka berdasarkan kondisi eksisting akan ditambah BKIA dan

seperti parkir, gedung pertemuan dan perpustakaan mini. Kondisi saat ini di

Rumah sakit Bersalin. Adapun penambahan fasilitas kesehatan mengikuti

BWK I Pusat Kota Batu memiliki 8 gereja yang tersebar di UNIT LINGKUNGAN

standart disesuaikan dengan daya dukung penduduk di wilayah perencanaan.

IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Di UNIT LINGKUNGAN IV ada 6 gereja,

Perkiraan jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan ini diperlukan dalam

sedangkan di UNIT LINGKUNGAN V ada 2 gereja. Peribadatan gereja dapat

rangka mempersiapkan kemampuan pelayanan atas meningkatnya jumlah

dibedakan menjadi dua, yaitu Gereja Katholik dan Gereja Protestan.

penduduk di masa mendatang. Peningkatan pelayanan kesehatan perlu pula

Sampai tahun akhir perencanaan tahun 2008 maka dibutuhkan total

disertai dengan peningkatan kesadararan masyarakat akan masalah kesehatan.

keseluruhan penambahan hanya 1 unit gereja di UNIT LINGKUNGAN I. Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

64

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Berdasarkan standart di atas maka proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan

Namun jika berdasarkan pada perhitungan analisa yang dilakukan, yaitu

dijabarkan sesuai jenis fasilitas kesehatan yang dibutuhkan oleh penduduk.

dengan standar daya tampung 1 unit Puskesmas, maka harus didukung oleh

1. Apotek

120.000 penduduk maka berdasarkan analisa itu sampai tahun 2008 masih

Berdasarkan standart dan ratio perbandingan dengan penduduk, maka

belum dibutuhkan penambahan. Satu unit puskesmas disesuaikan dengan

jumlah penduduk pendukung untuk 1 unit apotek adalah 10.000 jiwa dengan

jumlah penduduk di Pusat Kota Batu sampai tahun 2008 mencapai 73.800 jiwa.

luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,035 Ha (350 m2). Sarana penunjang untuk

Lokasi yang ideal untuk puskesmas sebaiknya diletakkan di pusat BWK. Sarana

apotik adalah adanya tempat parkir sehingga tidak menimbulkan kemacetan.

pendukung untuk puskesmas adalah tempat parkir, pelayanan pemerintah dan

Lokasinya diharapkan ada pada pusat unit lingkungan. Jumlah apotik yang ada

sosial yang terkait, gedung serba guna dan apotik. Luas lahan yang layak untuk

di wilayah perencanaan saat in sebanyak 9 buah untuk melayani kebutuhan

fasilitas Puskesmas sebesar 2400 m2.

penduduk dengan skala pelayanan BWK dan Pusat Kota Batu dengan jumlah penduduk sebesar 66.843 jiwa.

Kebutuhan

pendekatan

ini

sebaiknya

menggabungkan

kebutuhan

berdasarkan standart pelayanan dan penyesuaian dengan kewilayahan

Jumlah apotek yang ada di kawasan perencanaan terletak di 4 UNIT

sehingga setiap UNIT LINGKUNGAN ada 1 Puskesmas pembantu untuk

LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT

menunjang pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal. Penambahan

LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Jumlah apotik di UNIT

puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak dan setiap tahun

LINGKUNGAN I sebanyak 3 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 2 unit, UNIT

terjadi 1 penambahan sehingga sampai tahun 2008 seluruh UNIT LINGKUNGAN

LINGKUNGAN IV sebanyak 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 2 unit.

di BWK Pusat Kota Batu telah memiliki puskesmas pembantu. Oleh karena itu

Sampai tahun akhir perencanaan 2008 berdasarkan rencana masih belum

Puskesmas pembantu di wilayah perencanaan dibutuhkan penambahan

dibutuhkan penambahan, karena berdasarkan standad dibutuhkan 7 unit

sebanyak 5 unit. Luas lahan yang layak untuk puskesmas pembantu adalah

sedangkan saat ini masih terdapat 9 unit apotek.

sebesar 1200 m2 dengan sarana pendukung lainnya.

2. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

3. Tempat Praktek Dokter

Konsep pengembangan Puskesmas yang digunakan di BWK Pusat Kota

Sarana praktek dokter juga merupakan salah satu sarana yang

yaitu konsep kewilayahan, jadi tidak hanya berdasarkan standar

terintegrasi pada kawasan perumahan dengan daya dukung 5000 penduduk.

penduduk pendukungnya. Dalam hal ini diharapkan ada 6 puskesmas pada

Lokasi tempat praktek dokter dapat terintegrasi dengan rumah atau tempat

BWK Pusat Kota Batu Saat ini jumlah Puskesmas yaitu 1 unit di UNIT

praktek tersendiri. Sampai saat ini jumlah tempat praktek dokter di BWK I Pusat

LINGKUNGAN III Songgokerto. Jika dikaji berdasarkan konsep kewilayahan

Kota Batu ada 16 unit yang tersebar di 4 UNIT LINGKUNGAN, yaitu UNIT

maka pertambahan Puskesmas harus ada pada setiap UNIT LINGKUNGAN

LINGKUNGAN I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT

karena fungsi dan perannya yang sangat vital bagi kesehatan masyarakat,

LINGKUNGAN V. Jumlah praktek dokter di UNIT LINGKUNGAN I ada 7 unit,

khususnya masyarakat kelas bawah. Kondisi ideal ini mengoptimalkan fungsi

UNIT LINGKUNGAN II ada 2 unit, UNIT LINGKUNGAN IV ada 11 unit dan UNIT

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

LINGKUNGAN III ada 3 unit.

Batu

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

65

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Praktek dokter biasanya ada pada pemukiman berkarakter perkotaan

Rumah sakit paru-paru secara kewenangan langsung berada di bawah Propinsi

karena masyarakat cenderung modern dan biayanya relatif lebih mahal daripada

Jawa Timur. Sedangkan di Batu belum memiliki rumah sakit umum maka ada

puskesmas dan mantri secara umum. Berdasarkan proyeksi sampai tahun 2008

dua kemungkinan untuk pengembangan ke depan, yaitu memperluas dan

praktek dokter dibutuhkan sebanyak 25 unit dengan tersebar di seluruh UNIT

meningkatkan pelayanan rumah sakit Paru-Paru ditambah dengan pelayanan

LINGKUNGAN yang ada di BWK Pusat Kota Batu. Jumlah terbesar ada di UNIT

medis umum atau menyiapkan 5 tahun ke depan untuk mendirikan rumah sakit

LINGKUNGAN

umum daerah untuk skala pelayanan Kota Batu.

I

dengan

7

tempat

praktek

dokter,

sedangkan

UNIT

LINGKUNGAN II ada 3 unit, UNIT LINGKUNGAN III ada 2 unit, UNIT

Fasilitas keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah harus dikembangkan

LINGKUNGAN IV ada 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V ada 3 unit dan UNIT

dan dipersiapkan karena sebagai Kota Batu belum memiliki rumah sakit

LINGKUNGAN VI ada 3 unit.

tersendiri. Oleh karena itu mengingat fasilitas ini merupakan salah satu sarana vital untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya yang

4. Rumah Sakit

murah maka perlu dikembangkan. Keberadaannya juga sangat mendukung

Rumah sakit umum merupakan rumah sakit dengan jangkauan pelayanan

untuk pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan mandiri. Arahan

skala kota dengan pendukung yaitu 240.000 penduduk. Luas tanah yang

untuk pengembangan rumah sakit umum ini berloksi di UNIT LINGKUNGAN II

dibutuhkan secara ideal untuk sebuah rumah sakit adalah 86.400 m2. Sarana

Temas di ruas Jalan Sultan Agung.

pendukungnya dapat berupa taman, area parkir, sekaligus apotik dan penunjang kebutuhan kesehatan lainnya. Lokasinya tidak harus bergabung dengan fasilitas lainnya,

5. Balai Pengobatan

tetapi dibutuhkan kawasan yang tenang dan nyaman diharapkan

memiliki aksesbilitas yang cukup baik.

Berdasarkan standart yang ada, Fasilitas Balai Pengobatan harus didukung dengan jumlah penduduk 3000 orang dengan kebutuhan standart

Sampai saat ini di BWK Pusat Kota Batu telah memiliki 3 unit Rumah Sakit

untuk setiap unitnya seluas 0,03 Ha. Sarana pendukungnya diharapkan adanya

yang terletak di UNIT LINGKUNGAN IV ada 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN V

tempat parkir. Lokasinya diharapkan dalam radius ideal yaitu 500 m2 dan

ada 1 unit. Sampai tahun 2008 berdasarkan proyeksi kebutuhan penduduk di

keberadaannya di Pusat Unit Lingkungan. Sampai saat ini jumlah Balai

BWK Pusat Kota Batu, maka tidak dibutuhkan keberadaan rumah sakit. Oleh

Pengobatan di kawasan perencanaan adalah sebanyak 5 unit yang tersebar di 2

karena itu BWK Pusat Kota Batu sebagai pusat pelayanan skala Kota maka

UNIT LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I dan UNIT LINGKUNGAN IV.

fungsi dan pelayanan rumah sakit yang ada tidak dapat digunakan acuan

Di UNIT LINGKUNGAN I ada 3 unit dan UNIT LINGKUNGAN IV ada 2 unit

berdasarkan skala pelayanan BWK saja, tetapi penduduk Kota Batu secara

dengan jumlah penduduk saat ini sebesar 66.843 jiwa.

keseluruhan. Rumah Sakit yang ada di BWK I, ada secara khusus yaitu Rumah Sakit

Berdasarkan analisa sampai dengan tahun 2008, kebutuhan akan fasilitas Balai

Pengobatan dibutuhkan sebanyak 25 unit untuk mendukung jumlah

Paru-Paru bahkan untuk skala pelayanan regional Jawa Timur. Keberadaan

penduduk 73.800 jiwa. Sampai tahun 2008 maka dibutuhkan penambahan

Rumah Sakit Paru-paru ada di Batu karena kesegaran dan kenyamanannya

fasilitas Balai Pengobatan sebanyak 20 unit. Penempatan kebutuhan sebanyak

yang mendukung untuk pengobatan dan penyembuhan paru-paru. Keberadaan

20 unit, yaitu di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 7 unit, UNIT LINGKUNGAN II

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

66

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

dibutuhkan 5

unit,

UNIT

LINGKUNGAN

III

dibutuhkan

2

unit,

UNIT

Sampai tahun akhir rencana 2008 di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9

LINGKUNGAN IV dibutuhkan 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 4 unit,

unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III

dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Diharapkan distribusi Balai

dibutuhkan 3

Pengobatan ada pada daerah pemukiman dan Pusat Sub Unit Lingkungan.

LINGKUNGAN V dibutuhkan 5 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3

Kebutuhan penambahan prioritas Balai Pengobatan lebih diutamakan

unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5

unit, UNIT

unit. Pembangunan pos hansip dan balai pertemuan juga seringkali atas

pada UNIT LINGKUNGAN yang belum memiliki Balai Pengobatan dan jauh dari

swadaya masyarakat dan sumbangan dari dunia usaha di sekitarnya.

jangkauan pelayanan fasiltas kesehatan lainnya : seperti UNIT LINGKUNGAN VI 2. Gedung Serbaguna

dan UNIT LINGKUNGAN V, penambahan fasiltas Balai Pengobatan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan berdasarkan skala prioritas.

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk

TABEL 3.12 RENCANA FASILITAS KESEHATAN DI BWK I TAHUN 2003 - 2008 No. 1 2 3 4 5 6

Unit Lingkungan UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgokerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Oro-oroOmbo) Total

1 3 2 0 2 2 0 9

Eksisting 2003 Jenis Fasilitas Kesehatan 3 4 2 5 0 1 7 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 11 2 0 0 3 1 0 0 0 0 1 1 16 3

6 3 0 0 2 0 0 5

1 2 1 1 1 1 1 7

2008 Jenis Fasilitas Kesehatan 3 4 2 5 0 1 7 1 0 0 5 0 0 0 2 0 0 0 4 0 1 0 4 0 0 0 3 0 1 2 25 1

adalah 1 gedung serbaguna didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 0,13 m2/orang. Gedung serbagunan masuk dalam skala kategori pelayanan BWK atau Kecamatan 6 7 5 2 4 4 3 25

Sampai tahun akhir rencana maka dibutuhkan 2 unit gedung serbaguna di BWK I Pusat Kota Batu. Dalam lima tahun yang akan datang maka dibutuhkan penambahan 2 unit. Jika dikaji dari jumlah penduduk dan komposisi kewilayahan maka penempatannya di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 1 unit, dan UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 1 unit.

Sumber ; Hasil Rencana

Keterangan ; 1. Apotek, 2. Puskesmas, 3. Puskesmas Pembantu, 4. Praktek Dokter, 5. Rumah Sakit, 6. Balai Pengobatan

3. Lapangan Olahraga Berdasarkan standart pelayanan fasilitas lapangan olahraga memiliki daya dukung penduduk sebesar 30.000 jiwa. Lapangan olahraga merupakan sarana

3.7.7. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya 1. Pos Hansip Berdasarkan standart pelayanan fasilitas kebutuhan pos hansip dan balai pertemuan didukung oleh 2500 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 2

0,16 m /orang. Kategori kebutuhan pos hansip dan balai pertemuan termasuk dalam kategori pelayanan sub unit lingkungan. Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka dibutuhkan pos hansip dan balai pertemuan sebanyak 30 unit dari masing-masing. Penambahan

sosialisasi masyarakat dan memiliki nilai strategis dalam menciptakan harmoni sosial. Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka kebutuhan lapangan olahraga di kawasan perencanaan dibutuhkan 2 unit. Dalam lima tahun yang akan datang maka adanya penambahan 2 unit. Penempatannya berdasarkan jumlah penduduk dan faktor kewilayahan maka diletakkan di UL I dan UL IV. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas umum di BWK I Pusat Kota Batu lihat tabel berikut ;

dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

67

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.13 RENCANA FASILITAS UMUM DI BWK I TAHUN 2008 JENIS (UNIT) GEDUNG SERBAGUNA POS HANSIP GEDUNG MAKAM LAPANGAN OLAH RAGA SERBAGUNA 1 UL I (Kelurahan Sisir) 1 9 1 9 1 2 UL II (Kelurahan Temas) 0 6 0 6 0 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 0 3 0 3 0 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 0 5 1 5 0 5 UL V (Desa Pesangrahan) 0 5 1 5 0 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 0 3 0 3 0 2 31 3 31 2 Total No.

Unit Lingkungan

Sumber ; Hasil Rencana

3.7.8. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Persebaran taman biasanya ada di lingkungan pemukiman dan sebagian lagi berada di ujung dan pertemuan jalan-jalan raya, serta taman kota (alunalun), sedangkan dari sisi pemanfaatannya RTH dapat sebagai penyejuk, daerah resapan, respirasi dan estetika lingkungan dan juga sebagai sarana sosialisasi masyarakat dan olahraga. RTH yang ada di Pusat Kota Batu tersebar di Kelurahan/desa yang ada :  Taman Makam Pahlawan berada di Jalan Suropati  Stadion Gelora Brantas berada di Jalan Sultan Agung  Alun-alun Kota Batu berada di Selatan Jalan Gajah Mada.  Taman-taman lingkungan yang berada di kawasan perumahan,villa dan hotel  Lapangan olahraga dan makam yang tersebar di setiap Kelurahan Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam keseimbangan lingkungan dan pertumbuhan kota yang berkelanjutan. Berdasarkan kebutuhan standart untuk taman di perumahan dan taman pada lingkup pelayanan RW. Taman di lingkup perumahan dibutuhkan dengan jumlah penduduk 250 jiwa, sedangkan taman lingkup RW didukung dengan jumlah 2500 jiwa penduduk. Estimasi kebutuhan taman di BWK I Pusat Kota

UL dengan asumsi 1 m2/jiwa, dan kebutuhan taman pada lingkup RW dengan luasan 0,5 m2/jiwa. Jelasnya lihat tabel berikut untuk estimasi kebutuhan taman di BWK Pusat Kota Batu. TABEL 3.14 RENCANA FASILITAS RUANG TERBUKA HIJAU DI BWK I TAHUN 2008 No. Unit Lingkungan 1 2 3 4 5 6

UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgokerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Oro-oro Ombo) Total Sumber ; Hasil Rencana

Tahun 2008 Taman (m2/jiwa) Taman ( Lingkup Taman (Lingkup Perumahan) RW) 85 8,54 57 5,74 26 2,65 47 4,73 47 4,69 32 3,18 295 29,52

Makam merupakan fasilitas umum yang penting, tetapi seringkali diabaikan dan disepelekan. Permasalahan makam seringkali muncul khususnya perumahan devoleper karena masyarakatnya bukan asli dari kampung setempat ketika meninggal ditolak untuk dimakamkan di makam kampung. Oleh karena itu masalah makam merupakan fasilitas umum yang perlu dipertimbangkan ke depan karena keterbatasan lahan. Berdasarkan standart pelayanan untuk makam didukung oleh 2500 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 0,16 m2/orang. Berdasarkan Arahan rencana sampai tahun 2008, maka dibutuhkan makam sebanyak 30 unit. Penambahan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas. Berdasarkan estimasi di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan 3 unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 5 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Kondisi makam yang ada telah memadai di kawasan perencanaan. Pemukiman masyarakat pada umumnya telah memiliki tanah pemakamannya masing-masing.

Batu sampai tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 73.800 jiwa maka dibutuhkan taman untuk perumahan disesuasikan dengan kebutuhan per Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

68

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.8.

TABEL 3.15 RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA DI BWK I TAHUN 2008

Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Utilitas

3.8.1. Listrik Untuk pemenuhan kebutuhan listrik di BWK I secara umum seluruh wilayah terlayani jaringan listrik dari PLN. Sehingga untuk perencanaan masa mendatang kebutuhan listrik yang perlu diperhatikan yaitu perluasan jaringan ke wilayah-wilayah permukiman baru dan penyediaan daya sesuai dengan perkiraan kebutuhan. Kebutuhan terhadap listrik ini tidak hanya untuk konsumsi

No. 1 2 3 4 5 6

rumah tangga, tetapi juga untuk penerangan jalan, fasilitas sosial, perdagangan dan jasa. Standar yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan listrik di suatu

Unit Lingkungan UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgokerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Oro-oro Ombo) Total

Sumber ; Hasl Rencana TABEL 3.16 RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI BWK I TAHUN 2008

wilayah adalah sebagai berikut  Rumah tangga kapling besar

: 1300 watt

 Rumah tangga kapling sedang

: 900 watt

 Rumah tangga kapling kecil

: 450 watt

 Kebutuhan komersial

: 15 % dari kebutuhan rumah tangga

 Kebutuhan sosial

: 10 % dari kebutuhan rumah tangga

 Kehilangan daya

: 10 % dari kebutuhan rumah tangga

 Cadangan

: 10 % dari kebutuhan rumah tangga

 Penerangan Jalan

: 40% dari kebutuhan rumah tangga

Kebutuhan 2008 (watt) 2.861.908 1.922.972 887.371 1.583.108 1.569.562 1.064.230 9.889.150

No. 1 2 3 4 5 6

Kebutuhan Tahun 2008 (Watt) 9.889.150 1.483.373 988.915 988.915 988.915 3.955.660 18.294.928

Jenis Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Sosial Kehilangan Daya Cadangan Penerangan Jalan Total

Sumber ; Hasl Rencana

Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan listrik di BWK I

Dalam pengembangannya dibutuhkan koordinasi dengan instansi terkait,

Pusat Kota Batu, maka sampai dengan tahun 2008 diperkirakan kebutuhan

khususnya PLN Batu sehingga utilitas kebutuhan listrik dapat terkait dengan

untuk perumahan kavling besar, sedang dan kecil totalnya sebesar 9.889.150

pemanfaatan rencana ruang di BWK I Pusat Kota Batu. Utilitas listrik di kawasan

watt. Sedangkan kebutuhan jaringan listrik secara keseluruhan di BWK I Pusat

perencanaan dibutuhkan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dan

Kota Batu adalah sebesar 18.294.298 Watt.

bagaimana mensosialisasikan hemat listrik sehingga kebutuhan listrik dapat terlayani dengan baik dan keberlanjutan. Perlu juga dipertimbangkan sumber alternatif listrik baru di kawasan perencanaan yang berbasiskan pedesaan dengan pemanfaatan kotoran sapi dan panas bumi sebagai sumber energi baru serta pemanfaatan teknologi sinar matahari.

Untuk lebih jelas mengenai

kebutuhan listrik dan arahan pengembangan jaringan listrik di BWK I Pusat Kota Batu sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat di tabel dan peta 3.12 berikut ;

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

69

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta Jar Listrik 3.12

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

70

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.8.2. Air Bersih Sumber air bersih untuk BWK I Pusat Kota Batu ada dua, yaitu

Kota Batu adalah 9.741.600 lt/hr. Jelasnya kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan lihat pada tabel berikut ; TABEL 3.17 RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI BWK I TAHUN 2008

berdasarkan sumber mata air dan pelayanan air bersih PDAM. Sumber air bersih untuk wilayah perkotaan dan khususnya jalan-jalan utama maka sumbernya berdasarkan PDAM, sedangkan untuk daerah yang berkarakter pedesaan dan agak jauh dari jalan-jalan utama, seperti Toyomerto, Oro-Oro Ombo, Srebet Pesanggrahan, Songgoriti dan Trunojoyo menggunakan sumber mata air. Kawasan perdagangan dan jasa, sentra perkantoran, perhotelan dan kawasan wisata pada umumnya menggunakan sumber PDAM. Sumber mata air yang ada di BWK I Pusat Kota Batu ada 30 titik sumber

No. 1 2 3 4 5 6

Unit Lingkungan UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgokerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Oro-oro Ombo) Total

KEBUTUHAN 1 ORANG/HARI (80 Lt) 2008 1.708.640 1.148.080 529.760 945.120 937.040 635.360 5.904.000

Sumber ; Hasil Rencana

yang pemanfaatan airnya digunakan oleh PDAM adalah Sumber Darmi, Sumber

TABEL 3.18 RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH PER FASILITAS DI BWK I TAHUN 2008

Kasinan, dan Sumber Torongbelok. Kondisinya dari sumber air yang ada baik

No.

dan kelestarian lingkungan sekitar dan daerah penyangganya harus dilestarikan

1 2 3 4 5 6

mata air yang tersebar di seluruh UL yang ada. Sedangkan sumber mata air

supaya debit dan kualitas airnya tetap baik. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan penduduk terhadap penyediaan air minum/bersih ini, maka digunakan standar bahwa :  Setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr, sehingga rumah tangga dengan jumlah keluarga 5 orang dibutuhkan 400 lt/kk/hr.  Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 % dari kebutuhan rumah tangga.  Fasilitas komersial sebesar 20 % dari kebutuhan rumah tangga.  Industri sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga.  Cadangan kebocoran 10 % dari kebutuhan total.  Pemadam kebakaran sebesar 10 % dari kebutuhan total. Dengan demikian berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum sesuai proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2008 adalah 5.904.000 lt/hr. Sedangkan untuk total kebutuhan air bersih secara keseluruhan di BWK I Pusat

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Jenis Kebutuhan

Rumah Tangga Komersial Sosial dan Perkantoran Industri Cadangan Pemadam kebakaran Total Sumber ; Hasil Rencana

Kebutuhan Tahun 2008 (lt/hari) 5.904.000 1.180.800 885.600 590.400 590.400 590.400 9.741.600

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, perlu pula dipertimbangkan adanya permasalahan yang akan datang yaitu dapat berkurangnya debit air yang dihasilkan oleh sumber air yang digunakan PDAM sekarang ini. Masalah tesebut terjadi karena semakin gundulnya hutan dan degradasinya fungsi lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air dan konversi penggunaan lahan khususnya kawasan lindung menjadi perumahan dan villa. Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan berkurangnya sumber air yang ada dengan pemanfaatan sumber mata air baru untuk mengantisipasi kebutuhan air bersih ke depan dan penghijauan serta rehabilitasi hutan dan

Bab III -

71

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

lingkungan yang mengalami degradasi. Pusat Kota Batu memiliki banyak

yang sedang dalam proses pemekaran untuk menjadi kota yang bercitrakan kota

sumber air bersih yaitu sekitar 30 sumber air dan sangat ironis jika kesulitan air

wisata dan bersifat agropolitan.

bersih pada masa yang akan datang. Disamping permasalahan utama diatas, dalam pelayanannya PDAM

Berdasarkan hasil evaluasi rencana sebelumnya dapat diketahui bahwa ;  Saluran drainase eksisting di sepanjang ruas Jalan Panglima Sudirman

menghadapi permasalahan yang khususnya di bidang teknis, yaitu :

kurang besar dimensinya, sehingga di saat hujan aliran air hujan tidak dapat

1. Tingginya biaya operasional akibat adanya kenaikan tarif listrik dan kenaikan

tertampung di dalam saluran tersebut.

barang-barang kebutuhan PDAM.

 Saluran di Jalan Gajah Mada dimensinya kurang besar.

2. Tingginya tingkat kehilangan air akibat masih dioperasikannya jaringan pipa

 Di sepanjang ruas Jalan Diponegoro, seharusnya aliran air hujan dapat

distribusi lama dan kurangnya akurasi meter air yang dipasang pada

tertampung di dalam saluran drainase eksisting, tetapi kemungkinan karena

pelanggan.

bentuk saluran ayng tertutup (berupa bis beton) maka dibutuhkan waktu

3. Rendahnya tingkat pelayanan.

untuk menuju saluran tersebut. Stret Inlet saluran harus diperlebar, agar air

4. Kurang efisiennya penyediaan air bersih dalam hal pemasangan jaringan,

yang tergenang di ruas Jalan. Diponegoro cepat mengalir ke dalam saluran.

sehingga perlu adanya alternatif baru dengan adanya kerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait. Dengan pertimbangan permasalahan yang terkait dengan pelayanan air

Untuk merencanakan pengembangan saluran drainase di BWK I harus dititik beratkan pada darah yang berpotensi terjadi genangan air sesaat yaitu di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan. Gajahmada. Maka harus dilakukan

minum/air bersih itulah, untuk masa mendatang diperlukan adanya terobosan

normalisasi saluran. Normalisasi saluran dapat dilakukan dengan cara:

baru dalam hal sumber air baru dan penanganan masalah teknis yang dihadapi.

 Memperbesar dimensi dengan memperbesar saluran

Upaya yang dilakukan dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan

 Memperdalam saluran dengan pengerukan sediment transport

instansi/pihak terkait lainnya.

 Mengubah dimensi saluran dengan talud (dimensi trapezium)

Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.13 arahan pengembangan air bersih.

 Mengubah cathment area dengan memotong arah aliran ataupun menyudet (by pass)

3.8.3.

Drainase

Pada perencanaan pengembangan kali ini, normalisasi saluran dilakuka

Drainase dan sanitasi sangat erat kaitannya dengan air buangan atau

dengan cara memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran

limbah. Air buangan atau limbah yang terbesar dalam suatu kawasan

eksisting yang berbentuk saluran segi empat. Secara estetika maupun jalannya

perencanaan, berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga). Umumnya dapat

arah aliran, memang lebih baik menggunakan saluran drainase yang berbentuk

mencapai prosentase 80% dari limbah yang dihasilkan dari suatu kota,

trapesium. Kekurangan dari saluran drainase yang berbentuk trapesium adalah

sedangkan sisanya adalah limbah non domestik.

memakan lahan yang luas (lebar), sementara daerah potensi genangan sesaat

Saat ini belum ada keluhan yang menyolok terhadap gangguan masalah drainase dan sanitasi, meskipun demikian perlu antisipasi dini untuk mencegah

berada di tengah kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan saluran drainase eksisting akan menjadi masalah.

masalah-masalah yang akan timbul. Hal ini juga untuk menunjang Kota Batu Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

72

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

3.13. rencana air bersih

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

73

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Selain normalisasi saluran drainase eksisting di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan. Gajahmada, untuk mengatasi masalah genangan air sesaat di ruas Jalan Dipongoro harus dilakukan:

serta tidak menutup street inlet yang telah dibangun di sepanjang saluran yang telah dinormalisasi Untuk mengetahui lebih jelas tentang rencana drainase dan sanitasi ini,

 Memperbesar street inlet, terutama untuk saluran sebelah kanan jalan

dapat dilihat pada peta 3.14 arahan jaringan drainase ;

 Pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi 3.8.4. Telepon

masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersbut Pengembangan drainase terutama drainase sekunder diutamakan pada

Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting

kolektor.

bagi masyarakat saat ini sehingga harus ditingkatkan kualitas pelayanannya di

Pengembangan drainase tersebut antara lain terdapat pada koridor Jalan

masa mendatang, terutama penyediaan sarana telekomunikasi dan pelayanan

Suropati, Jalan Sultan Agung, Jalan Abdul Gani, Jalan Hasanudin. Selain itu

jaringan baru untuk pemukiman yang belum memiliki sambungan telepon.

juga perlu pembangunan drainase terasering yang dimulai dari wilayah Temas.

Perkembangan telekomunikasi ke depan juga berjalan sangat cepat sehingga

jalan-jalan

utama

yang

berfungsi

sebagai

jalan

arteri

dan

Untuk mengatasi masalah genangan air sesaat dapat diambil tindakan sebagai berikut:  Melakukan pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada

perlu diantisipasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penambahan fasilitas telepon untuk pelayanan umum berupa wartel, dan telepon

umum

juga

perlu

dipertimbangkan

sesuai

dengan

kebutuhan

seluruh saluran drainase yang ada

masyarakat. Sarana telekomunikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai

Untuk menghindari masukknya sampah ke dalam saluran drainase dan

fasilitas pelayanan umum, dimana dalam penempatannya dititikberatkan pada

pemanfaatan lahan bagian atas saluran sebagai trotoar, saluran tetap

lokasi-lokasi yang merupakan pusat pelayanan dan juga didistribusikan secara

mengikuti pola aliran terbuka tetapi diberi tutup pada bagian atas saluran

merata sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat. Dalam penyediaan

 Warga setiap bulan diajak berpartisipasi/gotongroyong untuk melakukan

telepon umum ini digunakan standar, yaitu setiap kelompok penduduk dengan



pengerukan dan pembersihan saluran-saluran drainase

jumlah 1.000 jiwa perlu disediakan 20 unit telepon, setiap 200 penduduk

 Melakukan normalisasi saluran dengan memberbesar dimensi saluran

disediakan 1 unit telepon umum dan setiap 1000 penduduk terdapat 1 unit

eksisting di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Gajah Mada dan street

wartel. Perkiraan kebutuhan sarana telekomunikasi ini disesuaikan dengan

inlet setiap 2 meter panjang saluran

proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2008 seperti yang terdapat

 Untuk ruas Jalan Diponegoro, dilakukan pembesaran stret inlet terutama

pada tabel berikut dan peta 3.15 arahan jaringan telepon ;

untuk saluran sebelah kanan jalan serta pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersebut  Mengadakan penyuluhan pada masyarakat atau warga supaya ikut menjaga kebersihan aluran dan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

74

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.12 Jarigan Drainase

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

75

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.13 Jarigan Telepon

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

76

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.19 RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI BWK I TAHUN 2008 No.

TELEPON PRIBADI Unit Lingkungan

1 2 3 4 5 6

sejumlah 2.648 liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ;

2008

WARTEL JUMLAH SAMBUNGAN (Sst) 2008

427

18

4

287

12

3

132

6

1

236

10

2

234

10

2

159 1.476

7 61

2 15

JUMLAH SAMBUNGAN (Sst)

UL I (Kelurahan Sisir) UL II (Kelurahan Temas) UL III (Kelurahan Songgokerto) UL IV (Kelurahan Ngaglik) UL V (Desa Pesangrahan) UL VI (Desa Orooro Ombo) Jumlah

8.543 litr, dan yang terendah di unit lingkngan III Kelurahan Songgokerto

TELEPON UMUM JUMLAH SAMBUNGAN (Sst) 2008

Sumber ; Hasil Rencana

3.8.5. Persampahan Persampahan yang ada diwilayah perencanaan dirahkan untuk lebih ditanganai dengan memperhatikan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang meningkat maka akan terjadi pula peningkatan jumlah produksi

TABEL 3.20 PRODUKSI SAMPAH DOMESTIK DI BWK I TAHUN 2008 No. 1 2 3 4 5 6

Unit Lingkungan UL UL UL UL UL UL

Volume Sampah Rumah Tangga (L/kk/hari)

I (Kelurahan Sisir) II (Kelurahan Temas) III (Kelurahan Songgokerto) IV (Kelurahan Ngaglik) V (Desa Pesangrahan) VI (Desa Oro-oro Ombo) Total

8,543.01 5,740.21 2,648.87 4,725.69 4,685.26 3,176.81 29,519.85

Sumber ; Hasil Rencana

TABEL 3.21 PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I TAHUN 2008 No. 1 2 3 4 5

Jenis Kegiatan

Volume sampah (L/hari)

Rumah Tangga Perdagangan Pasar Perdagangan Jalan Lain-lain Total

29,520 7,380 1,476 2,952 2,952 44,280

Sumber ; Hasil Rencana

sampah. Peningkatan ini diprediksikan dengan asumsi sebagai berikut ; 1. Sampah rumah tangga 2,5 lt/hari. 2. Pasar menghasilkan sampah sebanyak 25% dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari sampah rumah tangga. 3. Jalan menghasilkan 10% dari sampah rumah tangga. 4. Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga. Dari hasil prediksi didapat bahwa jumlah tetinggi untuk sampah rumah tangga terdapat di unit lingkungan unit lingkungan I Kelurahan Sisir sejumlah

Untuk pembuangan sampah akhir TPA berada di Kelurahan Ngalik tepatnya di Ruas Jalan arah Ke Panderman Hill. TPA ini merupakan penampungan sampah untuk seluruh Kota Batu. Untuk masa datang keberadaan TPA in perlu untuk mendapat relokasi yang berdasarkan arahan RTRW Kota Batu diarahkan ke wilayah Desa Sumberejo. Berdasarkan jumlah produksi sampah maka untuk penanganannya diperlukan

prasarana

berupa

pengadaan

tong

sampah,

TPS

(Tempat

Pembuangan Sampah Sementara) biasannya berupa container kapasitas 4000 liter, dan gerobak sampah kapasitas . Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ;

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

77

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

TABEL 3.22 PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I PER JENIS DAN KEBUTUHAN PERALATAN TAHUN 2008 No.

1 2 3 4 5 6

Desa/Kelurahan

Oro-oro Ombo Temas Sisir Ngaglik Pesangrahan Songgokerto

Sampah Rumah Tangga 3176 5740 8543 4725 4685 2648

Pasar 794 1435 2135.75 1181.25 1171.25 662

Produksi Sampah Perdagangan dan Jasa 158.8 287 427.15 236.25 234.25 132.4

Jalan

Lain Lain

Jumlah

317.6 574 854.3 472.5 468.5 264.8

158.8 287 427.15 236.25 234.25 132.4

4605.2 8323 12387.35 6851.25 6793.25 3839.6

Kebutuhan Peralatan Tong Sampah Gerobak TPS 40 Ltr Sampah 4000 Ltr 115 2 1 208 2 2 309 4 3 171 2 2 169 2 2 95 2 1

Sumber ; Hasil Rencana

Kondisi yang ada saat ini, tidak semua penduduk di wilayah Kota Batu



Sistem pembuangan sampah dilakukan dengan sistem pengambilan

mendapatkan pelayanan persampahan. Hal ini disebabkan karena Dinas

sampah dari ruimah penduduk oleh petugas kebersihan, kemudian dibawa

Kebersihan dan Pertamanan Kota Batu masih melayani 30% pengangkutan dari

ke TPS dan selanjutnya ke TPA.

seluruh jumlah timbulan sampah yang ada. Untuk perencanaan selanjutnya,

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.16 arahan lokasi TPS sebagai

pelayanan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan harus ditingkatkan.

berikut ;

Untuk perencanaan TPS di BWK I, didasarkan pada jumlah timbulan sampah yang harus diangkut dan juga luas lahan. Diasumsikan bahwa satu TPS dapat menampun ± 4000 liter sampah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penduduk dalam membuang sampah, sehingga apabila jaraknya terlalu jauh maka akan mempersulit masyarakat untuk menjangkaunya. Pengelolaan sampah BWK I dapat juga direncanakan sebagai berikut: 

Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Kota Batu akan menggunakan sistem container yang ditempatkan pada :  Setiap pasar  Pusat kegiatan penduduk  Sekitar permukiman penduduk  Sekitar perkantoran dan fasilitas sosial lainnya



Untuk lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) diarahkan di luar BWK I

berdasarkan RTRW Kota Batu tahun 2003 – 2013 yaitu di

Sumberejo.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

78

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Peta 3.14 Lokasi TPS

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008

Bab III -

2

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF