Raft Foundation

July 17, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Raft Foundation...

Description

 

 

BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK

IV.1 Uraian Umum

Pada bab ini penulis akan membahas analisa pengamatan yang dilakukan ketika melakukan kerja praktek pada Proyek Graha Gatsu. Analisa pengamatan dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan meninjau langsung ke lapangan, pengambilan data, dan dengan cara berkonsultasi kepada pembimbing di lapangan.  Pada umumnya, konstruksi suatu bangunan mempunyai 2 (dua) bagian yaitu struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure) dimana dalam setiap tahapan pekerjaannya tidak terlalu berbeda. Sebelum pelaksanaan proyek  perlu dikaji tentang metode yang tepat dalam pelaksanaannya. Metode  pekerjaannya harus sesuai dengan spesifikasi spesifik asi yang ditetapkan agar dapat tercapai hal-hal sebagai berikut : 1.  Mutu pekerjaan yang sesuai 2.  Tepat dalam waktu pelaksanaan 3.  Efisiensi biaya dan waktu 4.  Resiko pekerjaan seminimal mungkin 5.  Kesehatan, keselamatan, dan keamanan pekerjaan 6.  Mengulangi pekerjaan atau RE-Work (perbaikan) yang yang menimbulkan cost (biaya)

Mengingat banyak sekali hal yang di amati sewaktu kerja praktek dan dapat dijadikan sebagai suatu objek pengamatan. Maka, pada kerja praktek ini  pengamatan dibatasi pada pekerjaan Pondasi Rakit yang mencakup proses  pekerjaan tanah, pembesian, pengecoran, dan perawatan beton.

99

 

100

IV.2 Pelaksanaan Pekerjaan Dilapangan IV.2.1 Pekerjaan Pekerjaan Pondasi Rakit

Pondasi adalah suatu komponen struktur utama yang harus diperhatikan,

karena

pondasi

merupakan

rancangan

utama

untuk

 berdirinya suatu bangunan yang berfungsi untuk menerima beban keseluruhan dari atasnya . Pada Proyek Graha Gatsu pekerjaan Pondasi Rakit menggunakan metode  zoning casting,  casting,  Pembagian area ini tidak semudah yang pikirkan, hal utama adalah metode ini harus mengetahui kemampuan produksi pengecoran proyek per jam (informasi dari batching  plant concrete juga penting) dan jumlah manpower yang di miliki. Pembagian area ini juga memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya cold  joint yang dapat mengakibatkan retakan

Gambar 4.1 Denah Pondasi Rakit pada proyek Berikut merupakan pembahasan metode pelaksanaan Pondasi Rakit dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan meliputi : Alur pekerjaan pondasi rakit yang diamati adalah sebagai berikut :

 

101

1)  Pekerjaan Tanah 2)  Pemasangan Chemical Anchor 3)  Penentuan As Pondasi 4)  Pemasangan Bekisting&Lantai Kerja Pondasi 5)  Pemasangan Tulangan Pondasi 6)  Pemasangan Stop Cor/Zonasi 7)  Pengecoran beton pondasi 8)  Perawatan Beton

IV.2.1.1 Pekerjaan Pekerjaan Tanah

Gambar 4.2 Pekerjaan Tanah pada proyek   Pekerjaan Tanah pada proyek yang saya tinjau dibagi menjadi  beberapa jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan seperti Galian tanah dan Pengamanan Galian pondasi rakit untuk galian harus diperhatikan: 1.  Kedalaman galian untuk Raft Foundation sudah sesuai ses uai dengan level yang telah ditentukan, 2.  Galian basemen sekaligus galian pondasi raft sehingga elevasi dasar galian galian adalah elevasi konsultan perencana

 

102

yang meminta CBR min 50%. Sehingga harus ada  perbaikan tanah dasar Kedalaman galian sudah mencakup untuk lantai kerja dan  bekisting

IV.2.1.2 Penentuan Penentuan As Pondasi

Pekerjaan pengukuran harus cermat dan teliti, agar elevasi sama  pada pembuatan pondasi raft .Pekerjaan pengukuran ini dilakukan untuk menjaga agar pondasi berada pada posisi yang direncanakan. Cara menentukan as Pondasi menggunakan alat theodolit, yaitu dengan menentukan garis marking seperti pada gambar yang telah di rencanakan. Letak as ini harus selalu di kontrol agar tidak terjadi kesalahan pada pekerjaan pada pondasi tersebut

4.3 Gambar Penentuan As Titik

 

103

IV.2.1.3 Pemasangan Chemical Column

Gambar 4.4 Chemical Column  Untuk pemasangan rebar/ besi sepanjang 70 cm diameter 25 mm  pada beton Diafragma-WALL apabila terjadi perubahan desain dan besi beton tertinggal atau terpaksa ditinggal dengan alasan kemudahan pekerjaan. Metode kerjanya adalah sebagai berikut: dipasang sebelum beton dicor ( cas in place) . Dapat dibuktikan dengan test tarik dengan alat yang tersedia. -

Beton dibor sedalam 40 cm

-

Lubang bor dibersihkan dengan disemprot air

-

Chemical (lem) dimasukkan ke lubang yang berfungsi

sebagai merekatkan/mengikat angkur ke beton -

Rebar/Besi dimasukkan pada lubang beton yang telah

diisi chemical tadi. Setelah beberapa jam saat rebar yang terpasang di beton tadi akan terpasang dengan kuat pada beton. Keadaan ini menyerupai keadaan dimana rebar dipasang sebelum  beton dicor ( cas in place) . Dapat dibuktikan dengan test tarik dengan alat yang tersedia .

 

104

IV.2.1.4 Pemasangan Pemasangan Bekisting Bekisting & Lantai kerja Pondasi

Bekisting pada proyek ini menggunakan bekisting batu kali   dengan tebal 15 cm. Bekisting ini di tanam dalam tanah kali untuk mencagah kebocoran pada saat pengecoran dan kedudukan tulangan tidak bergeser dari tempat nya, Proses Pekerjaan Pemasangannya bekisting sebagai berikut : 1.  Pembersihan lahan 2.  Galian tanah di sesuaikan dengan gambar yang ada dan sebagai bentuk dari bekisting itu sendiri 3.  Pemasangan marking menggunakan benang sebagai as agar  bekisting tersusun rapi dan tidak miring dan sedikit dibantu dengan waterpass 4.  Batu

kali

lalu

disusun

satupersatu

dan

direkatkan

menggunakan semen yang sudah di campur air dan proses ini membutuhkan waktu cukup lama karena harus menunggu  bekisting bawah yang sebelum nya cukup kering agar  bekisting tidak jatuh/hancur

Gambar 4.5 Pemasangan Bekisting

 

105

Setelah pemasangan bekisting telah selesai,pekerjaan selanjutnya membuat lantai kerja pondasi, Langkah kerja nya sebagai berikut : 1.  Menentukan Elevasi tanah 2.  Pembentukan tanah, seperti pemadatan tanah agar rata 3.  Pembuatan

semen

acuan

dengan

spesi

dan

diaduk

menggunakan mixer manual 4.  Tanah yang sudah padat dicor dengan semen dan ketebalan nya sampai 5 cm kemudian diratakan atau di perhalus

IV.2.1.5 Pemasangan Tulangan Pondasi Rakit

Pondasi pada proyek ini memakai Pondasi rakit mempunyai  beberapa ukuran dan tulangan yang bervariasi, (Gambar detail terlampir). Perakitan tulangan pondasi dikerjakan di tempat lokasi pondasi yang akan di buat. Langkah –  Langkah –  langkahnya  langkahnya sebagai  berikut :

1.  Pemotongan tulangan dengan bar cutter  dan  dan pembengkokan tulangan dengan bar bender  

Gambar 4.6 Pemotongan besi menggunakan bar cutter

 

106

Gambar 4.7 Pembengkokan besi menggunakan bar bender 2.  Untuk sambungan besi pondasi rakit menggunakan coupler

yang memiliki ulir seperti baut sepanjang 8 cm dari masing2 sisi besi untuk di ikat menggunakan coupler, lalu di putar seperti sistem baut 

Gambar 4.8 Sambungan Coupler besi 3.  Tulangan atas dan tulangan bawah masing-masing diikat dengan menggunakan kawat bendrat 4.  Pemasangan Tulangan diatur jarak 100 mm, dan bagian  bawah 6 lapis besi dan bagian atas at as 3 lapis dalam arah tegak lurus 5.  Beton Decking Dipasang agar Besi tidak tersentuh dengan lantai kerja

 

107

Gambar 4.9 Perakitan tulangan pondasi IV.2.1.6 Pemasangan Pemasangan Stop Cor/Zonasi

Pada proyek ini karena mengunnakan metode zoning casting , maka

pembesian

pondasi

dikasih

stop

cor.

Stop

cor

menggunakan jaring kawat untuk membagi setiap zona dan membagi setiap volume agar terhindar dari cold joint dan kemudian retak,

Gambar 4.10 Zonasi Stop Cor IV.2.1.7 Pengecoran Pondasi IV.2.1.7.1 Slump Test

Pengujian mengetahui

Slump

Test

dilakukan

bertujuan

untuk

kadar air beton yang berhubungan dengan mutu

 beton dengan memerikas

tinggi slump

yang

memenuhi

 

108

syarat teknis atau tidak. Dalam proyek pembangunan gedung  perkantoran Graha Gatsu

tempat penulis kerja praktek, nilai

slump yang dipakai untuk bagian atas 13 ± 2 cm dan untuk  pondasibagian bawah 16 ± 2 cm. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut abrams abrams.. Seperti yang dijelaskan pada Bab II bahwa uji slump

mengacu pada pada SNI dan mempunyai mempunyai nilai

standar sesuai dengan jenis

strukturnya. Karena itu nilai slump

 pada struktur atas dan bawah berbeda namun tetap mengacu pada nilai slump yang disyaratkan pada SNI. Cara Pengujiannya adalah sebagai berikut : 1.  Pengambilan sampel benda uji dilakukan kurang dari 15 menit dari kedatangan truck mixer. 2.  Slump Test dibuat kurang dari 5 menit sejak sampel diambil dan diaduk 3.  Peralatan uji Slump yaitu kerucut abrams disiapkan dengan ukuran diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm serta tinggi 30 cm. Tongkat baja dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm. 4.  Kerucut abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air, biasanya menggunakan alas berupa tripleks. 5.  Kemudian adukan beton dimasukkan dalam tiga lapis yang kira-kira sama tebalnya, dan setiap lapis ditusuk/dirojok 25 kali dengan menggunakan tongkat baja supaya adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat. 6.  Adukan yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan, lalu  permukaannya diratakan dan kerucut ditarik vertikal dengan hati-hati. 7.  Kerucut abraham dibuka dan penurunan puncak kerucut diukur terhadap tinggi semula. 8.  Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan nilai kekentalan dari adukan beton tersebut.

 

109

9.  Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh digunakan. 10. Hasil test slump dicatat pada doket/surat jalan.

Gambar 4.11 : Pengecekan Slump Test IV.2.1.7.2 Test Kuat Kuat Tekan Beton

Tes uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan  beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran), serta dapat menentukan waktu untuk pembongkaran bekisting balok dan  pelat lantai. Tes kuat tekan beton pengujiannya tidak jauh berbeda  pada teori bab 2. Tes kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan benda uji dengan memberikan gaya tekan dengan kekuatan tertentu pada benda uji. Pada proyek Graha Gatsu benda uji yang akan dilakukan tes kuat tekan beton diambil dari

pengujian

slump

test

sebelumnya

dengan

 pengambilan 4 sampel dari truck yang mengangkut beton untuk  pengecoran. 1 buah benda uji ditest pada saat berumur 7 hari, 1  buah pada berumur 14 hari dan 1 lagi pada saat beton berumur 28 hari, dan 1 untuk cadangan apabila pengujian pada ketiga sampel gagal, maka sampel keempat di uji.

 

110

Cara pengujian :   1. 

Silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dipersiapkan.

2. 

Cetakan silinder diletakkan pada pelat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya

untuk mempermudah pelepasan beton dari

cetakannya. 3. 

Adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test dimasukkan

ke dalam cetakan yang dibagi dalam tiga

lapisan yang sama.

Gambar 4.12 : Sample Untuk Pengujian Crushing Test 4. 

Adukan beton ditusuk-tusuk sama seperti saat pengujian slump test

5. 

Bagian atasnya diratakan dan diberi kode tanggal  pembuatan.

Gambar 4.13 :Tata Cara Penandaan Benda Uji

 

111

6. 

Kemudian benda uji didiamkan selama 24 jam dan direndam

dalam

tertentu,kemudian

air

(curing)

diserahkan

ke

selama laboratorium

dilakukan pengetesan beton pada usia 3,7,14

waktu untuk

dan 28 hari.

7. 

Tes uji beton dilakukan dengan mesin uji tekan

8. 

Ambil benda uji dari bak perendam yang direndam selama 3  –   28 hari, bersihkan dengan kain untuk menghilangkan kotoran yang menempel.

9. 

Menimbang

berat

benda

uji

dan

menghitung

luas

 permukaannya. 10. 

Benda uji diletakkan pada mesin tekan secara sentris.

11. 

Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur kemudian mencatat beban maksimum yang terjadi selama  pemeriksaan benda uji.

IV.2.1.7.3 IV.2.1.7. 3 Pengecoran Beton 

Pengecoran dilakukan apabila pekerjaan bekisting, lantai kerja dan  pembesian telah selesai dan telah mendapat persetujuan perset ujuan dari quality control   dan dan manajer konstruksi. Urutan pengecoran pondasi yaitu :

1.  Cek zonasi pengecoran proyek

Gambar 4.14 Zonasi Pengecoran

 

112

2.  Beton ready mix didatangkan mix didatangkan dari batching plant   3.  Beton

dituang

ke

dalam

lory,

kemudian

dilakukan

 pengujian slump  pengujian  slump  

Gambar 4.15 Pengujian Slump test

4.  Setelah nilai  slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix  mix  dari mixer truck   dituang dalam bucket pump truck , kemudian dengan boom pipa pada truk semen disemprotkan menggunakan pump dan diarahkan menurut zona yang akan di cor

 

113

Gambar 4.16 beton ready mix dari mixer truck dituang dalam bucket pump truck

Gambar 4.17 Boom Pipa Pump Truck

5.  Di lokasi pengecoran, pompa dinyalakan , dan beton dialirkan ke dalam zona pondasi rakit menggunakan selang  besi

Gambar 4.18 Pengecoran Pondasi

 

114

6.  Pada saat pengecoran, dilakukan vibrasi yang cukup pada adonan beton 7.  Vibrator   diusahakan tidak berinteraksi langsung dengan  bekisting maupun tulangan pada saat dilakukan pemadatan 8.  Penuangan beton maksimal setinggi 1,5 m dari bagian atas untuk menghindari agregat kasar terlepas dari adukan beton 9.  Selama pelaksanaan pengecoran dilakukan pengawasan secara terus menerus

IV.2.1.8 Perawatan Beton

Pada masa pengikatan awal yaitu saat beton mulai mengeras, harus diadakan perawatan beton (curing  (curing ), ), yaitu menjaga suhu per layer lingkungan harus ≤ 20° celcius, untuk menghindari retak thermal permukaan beton Perawatan beton (curing) berfungsi untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan  perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Perawatan beton dilakukan untuk menghindari : 1. 

Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal  pengerasan beton

yang akan mempengaruhi proses

 pengikatan awal beton 2. 

Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama

3. 

Perbedaan

temperatur

dalam

beton,

yang

akan

mengakibatkan retak-retak pada beton Untuk mencegah pengeringan/ penguapan secara tiba-tiba di bidang-bidang beton, selama paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus. Pada proyek ini perawatan beton  pondasi dilakukan dengan penutupan beton dengan kain berbahan seperti kanebo dan sterofoam/busa. sterofoam/busa. 

 

115

Gambar 4.19 Curing Pondasi Raft IV.2.2 Pekerjaan Ground Anchor

Dalam hal hubungan antara Ground Anchor dengan pembebanan, metoda penjangkaran merupakan aplikasi khusus dari prestressing pada  pondasi dan pekerjaan tanah. Penjangkaran yang yang berkaitan dengan kondisi geologi dan topografi proyek ini menggunakan jangkar tanah. Penggunaan anchor pada struktur yang dijangkar tergantung ter gantung pada jenis jangkar yang digunakan. Jangkar yang yang digunakan pada proyek graha gatsu ini adalah  permanen / terus menerus Anchor dilaksanakan setelah diafragma wall telah selesai. Pekerjaan Ground Achor meliputi kegiatan beberapa lain : Penentuan Titik, Pengeboran Beton, Pemasangan kabel strand Baja, Grouting Grouting ground anchor, anchor, Dimensi Ground achor seragam tapi panjang ada yang berbeda dan sebagai menahan beban lateral dari timbunan tanah di belakang dinding penahan tanah, seperti abutment pada jembatan sehingga abutment tidak patah. Di daerah lereng, ground anchor digunakan untuk membuat kestabilan lereng tetap terjaga dari bahaya pergerakan tanah (misalnya gempa) dan longsoran yang mungkin terjadi. Konstruksi Ground Anchor pada proyek ini terbuat dari Jenis tendon terdiri dari yang diatur dalam bentuk ulir di sekitar sekita r suatu terdiri dari 7 kabel strand, ukuran yang yang tersedia 13 mm (0.5in), 15 mm). dan . Kekuatan tarik

 

116

ultimate tendon jenis ini adalah dari 1570 sampai sampai 1765 N/mm2 ( 228-256 ksi), tetapi untuk kondisi tertentu kekuatannya dapat dinaikkan menjadi 2000 N/mm2

Gambar 4.20 Ground Anchor IV.2.2.1. Penentuan Titik  

Pada analisis perencanaan dan studi tentang pemasangan  jangkar, faktor pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi kondisi geologi dan kekuatan dari pondasi struktur. Beberapa jenis tanah tidak dapat digunakan untuk penjangkaran, khususnya tanah lunak (soft materials) karena daya penjangkaran melebihi batas kekuatan tanah. Penentuan titik menggunakan theodolit untuk memberikan marking dan memastikan pengeboran ground anchor

Gambar 4.21 Titik Ground Anchor

 

117

IV.2.2.2

Pengeboran Ground Anchor

 pengeboran lubang jangkar jangkar dan flushing ( pembersihan lubang jangkar), watertesting,pembuatan tendon dan  pemasangannya, stressing dan pengujian, perlindungan perlindungan terhadap korosi. Untuk aplikasi umum, diameter lubang berkisar antar antar 75 sampai 150 mm (3-6 inch). Pada tanah yang mudah runtuh, diperlukan casing yang fungsinya untuk mencegah runtuhnya tanah diatas casing sehingga dapat memperlancar proses pengeboran Langkah langkah pengeboran ground anchor dilapangan sebagai  berikut : a.

Arahkan dan setting posisi mesin bor, pastikan mesin tidak akan bergeser/bergerak pada waktu pengeboran pen geboran sedang  berlangsung,

 b.

Arahkan mata bor pada sudut pengeboran pengeboran yang telah ditentukan dan pastikan/kunci sudut yang telah didapat,

c.

Pekerjaan pengeboran dapat dilaksanakan dengan diameter lubang bor Æ 20 cm,

d.

Sistem pengeboran menggunakan Rotary Percusive Wet Drilling, air pembilasan harus terus dijalankan untuk membuang lumpur dan kotoran lain dari lubang yang telah dibor,

e.

Lanjutkan pekerjaan sampai kedalaman yang ditentukan, yaitu 1 m lebih panjang dari panjang free length dan bond length ( 26 m + 1 m = 27 m ),

f.

Sebelum mencabut mata bor dan pipa bor, bilas sekali lagi agar kotoran/lumpur yang tersisa tidak ada lagi,

 

118

g.

Cabut pipa bor dan mata bor, lanjutkan pengeboran di titik selanjutnya.

Gambar 4.22 Pengeboran Ground anchor IV.2.2.3. Pemasangan Pemasangan Kabel Strand Strand Baja

Skema pemasangan Panjang jangkar tetap ( fixed anchor length), Inisering disebut sebagai bonded length atau sederhananya adalah tubuh jangkar. Merupakan bagian ujung jangkar yang direkatkan pada tanah atau batuan (tergantung tipe jangkarnya). Pada tubuh jangkar, gaya tarik pada jangkar (tensile force) diteruskan oleh bond (ikatan jangkar setelah digrouting) ke tanah disekitarnya, Padaumumnya fixedlength dihasilkan oleh injeksi dari grouting

Tendon pada jangkar terdiri dari kumpulan kabel ( strand ) yang digunakan baik secara tunggal atau grup. Kekuatan tarik tendon berkisar antara 1200 N/mm2 sampai 2000 N/mm2. Pemilihan jenis tendon didasari atas ukuran, kekuatan batas, batas elastis,

dan

relaksasi,

dan

memperkuat

ikatan

mekanis

(mechanical bond). Proses pemasangan kabel strand pada ground anchor sebagai  berikut :

 

119

a.

Teliti dan pastikan bahwa tidak ada bagian strand yang tertekuk yang dapat menimbulkan terjadinya tambahan ta mbahan gesekan,

 b.

Pasang prestressing anchor head dengan hati-hati,

c.

Setting hidraulic jack yang sesuai dengan tipe anchor head dan dengan kapasitas yang sesuai dengan beban yang akan ditarik,

d.

Buat rekaman/monitoring yang berisi mengenai data beban (cycle), lamanya proses stressing, pergeseran/pergerakan ground anchor

e.

Syarat yang diperlukan agar proses stressing dapat dilakukan apabila mutu grouting telah mencapai 28 Mpa dengan mengacu pada persyaratan

f.

Acuan/syarat yang digunakan agar ground anchor dapat ditentukan untuk suitability test harus memiliki target test sebesar 125 % x working load, minimal 1 cycle dan untuk proofing test dipilih dari salah satu titik ground anchor yang terpasang.

Gambar 4.23 Pemasangan Strand

 

120

IV.2.2.4

Grouting Ground Anchor

Kekuatan bahan grout harus dapat mengikat tendon dengan tanah atau batuan. Untuk mengukur kekuatan tanah yang diinjeksi biasanya digunakan alat Uncofined Compression Test. Ukuran diperoleh dari uji unconfined compressive strength Fu  pada hari ke 7 dan 28. Variabel yang mempengaruhi kekuatan  bahan grout, rangkaian penting seperti perbandingan W/C (Faktor air semen), perbandingan pori dari pengaturan bahan grout, tipe semen, dan adanya admixture. Pekerjaan grouting dapat dikerjakan dengan cara Single Stage Grouting/1 Grouting/1 kali  penyuntikan,pada proses ini borehole diisi dengan bahan grout yang disuntikan terus menerus, oleh sebab itu hasil dari  pekerjaan grouting dicapai bersama. Bagaimanapun juga, walaupun zona free anchor length dibungkus dengan bahan grout, Beban dipindahkan ke kepala jangkar sebagai sebagai prestresing tidak seluruhnya diteruskan ke daerah fixed anchor karena kemungkinan terjadi friksi pada daerah free length anchor Proses grouting ground anchor pada proyek sebagai berikut: a.

Grout body (bond length) direncanakan mulai dari elevasi -16.0 m dari muka tanah asli, pada lapisan tanah pasir kelanauan,

 b.

Pasang selang grouting tipe HDPE HDPE Æ 1,5” menembus kelompok strand yang akan dipasang sampai ujung bond length,

c.

Masukkan kelompok strand tersebut ke lubang bor dengan hati-hati sampai kedalaman yang diminta,

d.

Setelah kelompok strand tersebut dapat sempurna masuk ke lubang bor, maka lubang bor siap untuk digrouting,

 

121

e.

Buat campuran grouting yang terdiri dari semen tipe I/ordinary

portland

cement, expanding

agent

 plastizer (Cebex-100 ex Fosroc) dan air. Perbandingan  jumlah air yang diperlukan terhadap jumlah semen sebesar 0,425 dengan campuran grouting sebanyak 1 zak semen : 50 kg semen : 20 liter air (untuk 1 m panjang bor  berdiameter 20 cm) : 227 gram cebex-100, f.

Jeda waktu yang diperlukan antara proses pengeboran dengan grouting paling lambat 24 jam,

g.

Campurkan seluruh material tersebut dengan hati-hati,  penuangan air ke semen dilakukan sedikit demi sedikit sampai didapatkan campuran yang homogen. Check Check kekentalan campuran grouting dengan kerucut viskositas. Standard

kekentalan

campuran

grouting

apabila

campuran grouting yang dimasukkan ke dalam kerucut viscositas habis dalam waktu 20 –  20 –  30  30 detik, h.

Pompa material grouting yang sudah jadi ke lubang bor melalui selang grout tube 1,5” sampai penuh. Selama  proses pengisian grout, pipa tremie ditarik perlahanlahan keluar sesuai dengan volume atau elevasi grouting yang sudah masuk di lubang bor,

i.

Catat dan rekam volume grouting yang telah masuk sebagai cross check data,

 j.

Pasang selongsong/pelindung kelompok strand dalam  posisi yang kuat dan benar sehingga sehingga tidak terjadi pergeseran dan kebocoran sebelum dilakukan  pengecoran,

k.

Persiapkan dan laksanakan pekerjaan capping beam yang  juga berfungsi sebagai struktur/dinding permanen, permanen,

 

122

l.

Penarikan ground anchor dapat dilakukan apabila mutu  beton capping beam talah mencapai min. fc’ = 250 kg/cm². (2 hari)

IV.3 Karakteristik Pondasi Rakit IV.3.1 Karakteristik Pondasi Rakit

Pondasi Rakit pada Graha Gatsu memiliki beberapa tipe dimana masing –  masing  –  masing  masing tipe mempunyai me mpunyai ukuran dan tulangan yang bervariasi. (Gambar detail terlampir). Adapun karakteristik pekerjaan tulangan pondasi  pada proyek ini adalah:



: Fc’ 35



: 13+2 cm

  Mutu Beton   Slump

: 16+2 cm

  Mutu Besi Beton

: BJTD 40

  Diameter tulangan

: Bervariasi yaitu lapisan atas D25 ,lapisan





atas D29 dan D32

IV.3.2 Analisa Kebutuhan Besi Pondasi Struktur pondasi yang diamati pada proyek

GRAHA GATSU

yaitu

pada Basement bawah. Karakteristik Pondasi di proyek pembangunan GRAHA GATSU

sebagai berikut :

  Zona Pondasi

: 4-5 (A-A1)

  Penampang

: 8000 x 8500

  Mutu beton

: fc’ = 35 Mpa

  Mutu Besi Beton

: BJTD 40

o

o

o

o

 

123

  Diameter Tulangan : D25, D29 dan D32

o

Keterangan :

  Panjang

: L = 8000 mm

  Lebar

: L = 8500 mm

  Tebal pondsi

: 3000 mm

  Tulangan

: D25-100, D29-100 dan D32-100

o

o

o

o

  Di bawah ini analisa perhitungan untuk mengetahui kebutuhan

o

tulangan Plat tulangan  Plat Lantai adalah sebagai berikut :

Gambar 4.24 Detail Tulangan Pondasi Rakit  

 A  Ana nalisa lisa K ebutuha utuhan n B esi Tula Tulanga ngan n B awah Uta Utam ma D 29 Pad Pada a Pon Pond dasi Rakit   Tulangan Melintang





Jumlah Tulangan Pada Tumpuan = (8 m : 0,100) = 8 m : 0,100 = 80 buah



Jumlah Tulangan Pada Lapangan = 80 buah x 3 = 240buah

 

124

  Tulangan Memanjang



-  Jumlah Tulangan Pada Tumpuan = (8,5 m : 0,100) = 85 buah -  Jumlah Tulangan Pada Lapangan = 85 m x 1 = 85 buah



 

Total Besi D29 Pada Plat Atas -  Pada Lapangan Plat Atas Melintang = (240 buah x 8m) = 1920 m -  Pada Lapangan Plat Atas Arah Memanjang = (85 buah x 8,5 m) = 722,5 m

Total Kebutuhan Besi D29 Pada Tulangan adalah : = 1920+722,5 = 2642,5 m Jika panjang besi perbuah di lapangan 12 m, maka kebutuhan besi tulangan = 2642,5m : 12 = 220,208 ~ 221 buah Berat besi per kg untuk besi ulir D29 pada tabel besi adalah 5,185 kg, maka jumlah kebutuhan besi adalah = 5,185 kg/m x 2642,5 m

 

= 13.701,362 kg

 A  Ana nalisa lisa K ebutuha utuhan n B esi Tula Tulanga ngan n B awah Uta Utam ma D 32 Pad Pada a Pla Platt B awah awah   Tulangan Melintang





Jumlah Tulangan Pada Tumpuan = (8 m : 0,100)

 

125

= 8 m : 0,100 = 80 buah



Jumlah Tulangan Pada Lapangan = 80 buah x 2 = 160 buah



 

Total Besi D32 Pada Plat Atas -  Pada Lapangan Plat Atas Melintang = (160 buah x 8,5m) = 1360 m

Total Kebutuhan Besi D32 Pada Tulangan adalah : = 1360 m Jika panjang besi perbuah di lapangan 12 m, maka kebutuhan besi tulangan = 1360m : 12 = 113,3 ~ 114 buah

Berat besi per kg untuk besi ulir D32 pada tabel besi adalah 6,313 kg, maka jumlah kebutuhan besi adalah = 6,313 kg/m x 1360 m

 

= 8585,68 kg

 A  Ana nalisa lisa K ebutuha utuhan n B esi Tula Tulanga ngan n A tas Uta Utam ma D 25 Pad Pada a Pla Platt B awah awah   Tulangan Melintang





Jumlah Tulangan Pada Tumpuan = (8 m : 0,100) = 8 m : 0,100 = 80 buah

 

126



Jumlah Tulangan Pada Lapangan = 80 buah x 2 = 160 buah

  Tulangan Memanjang



-  Jumlah Tulangan Pada Tumpuan = (8,5 m : 0,100) = 85 buah -  Jumlah Tulangan Pada Lapangan = 85 m x 1 = 85 buah



 

Total Besi D25 Pada Plat Atas -  Pada Lapangan Plat Atas Melintang = (160 buah x 8m) = 1280 m -  Pada Lapangan Plat Atas Arah Memanjang = (85 buah x 8,5 m) = 722,5 m

Total Kebutuhan Besi D25Pada Tulangan adalah : = 1280 m + 722,5 m = 2002,5 Jika panjang besi perbuah di lapangan 12 m, maka kebutuhan besi tulangan = 2002,5 m : 12 = 166,87 ~ 167 buah

Berat besi per kg untuk besi ulir D32 pada tabel besi adalah 3,835 kg, maka jumlah kebutuhan besi adalah = 3,835 kg/m x 2002,5 m

= 7.679,587 kg

 

127

 

 J adi tto otal K ebutuha utuhan n besi p pa ada Pon Pond dasi yya ang d dii ti nja njau u adala lah h: Tulangan Utama D29 Pada Pondasi = 2.642,5 m = 221 batang = 13.702 kg

Tulangan Utama D32 Pada Pondasi = 1360 m = 114 batang = 8585,68 kg 

Tulangan Utama D25 Pada Pondasi  = 2.002,5 m = 167 batang = 7679,58 kg

 

 A  Ana nalisa lisa Pe Perhi rhi tunga ungan n V olum lume e Tula Tulanga ngan n Pad Pada a Pon Pond dasi yang ditinjau adalah Volume tulangan D29 = (¼ x 3,14 x 0,0292) x 2.642,5 m  = (6,602 x 10−5) x 2.642,5 m = 1,744 m3 Volume tulangan D32 = (¼ x 3,14 x 0,0322) x 1390 m  = (8,04 x 10−5) x 1390 m = 1,117 m3 Volume tulangan D25 = (¼ x 3,14 x 0,0252) x 2002,5 m  = (6,602 x 10−5) x 2002,5 m = 0,982 m3 Total Volume tulangan = 1,744+1,117+0,982 = 3,843 m3 

 

128

 

 A  Ana nalisi lisiss K ebutuha utuhan n B eton Pad Pada a Pon Pond dasi yya ang d dii ti nja njau u A dala lah h = Luas Penampang x Tebal Plat = (8 m x 8,5 m) x 3 = 204 m3  = 204 m3 - 3,843 m3 = 200,157 m3

IV.4 Permasalahan Permasalahan Proyek

Dalam suatu kegiatan pelaksanaan proyek, sering dijumpai berbagai  permasalahan. Adanya permasalahan ini dapat menggangu kelancaran pekerjaan. Untuk itu dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga  pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat. Berikut ini akan diulas mengenai  permasalahan yang terjadi beserta solusi yang dapat dilakukan pada proyek Graha Gatsu IV.4.1 Faktor Cuaca

Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah hujan. Pada saat turun hujan, pekerjaan yang sedang berlangsung akan terhenti sehingga akan menghambat pekerjaan. Air hujan ini juga akan mengakibatkan genangan pada lokasi

sekitar proyek

IV.4.2 Faktor Koordinasi Koordinasi

Faktor koordinasi yang menyebabkan permasalahan dalam proyek adalah sebagai berikut: 1.  Urutan pekerjaan yang telah disusun oleh Site Manager (SM) tidak dilaksanakan secara penuh oleh mandor dan pekerja sehingga urutan dan durasi pekerjaan terkadang berbeda dari yang telah direncanakan. 2.  Bagian Bagian engineering   engineering  terlambat  terlambat memberikan revisi gambar kerja kepada  pelaksana

lapangan,

sehingga

pelaksana

masih

 pekerjaan sesuai dengan gambar kerja yang lama.

melaksanakan

 

129

IV.4.3 Faktor Kebersihan Proyek

Faktor kebersihan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu  pekerjaan. Para pekerja kurang memiliki kesadaran diri untuk Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan dalam proyek. Diantaranya  beberapa pekerja masih membuang dan menaruh sampah dengan sembarangan serta tidak menghiraukan dan menunggu di tegur/diberi sanksi terlebih dahulu .

Gambar 4.25 : Sampah yang terdapat pada besi IV.4.4 Faktor Pelaksanaan

Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal  pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan yang kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar rencana. Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di lapangan antara lain : 1.  Terjadi keropos pada beton, dikarenakan distribusi beton kurang merata.

 

130

Gambar 4.26 : Kerusakan pada beton

2.  Pemasangan bekisting yang kurang baik membuat hasil beton kadang kurang rapi

3.  Manajemen waktu dari pelaksanaan proyek tidak memenuhi s-curva yang telah direncanakan. Di mana ada saat awal kerja praktek yaitu  pada bulan Maret 2017 progress pekerjaan seharusnya mencapai 56,8%, tetapi berdasarkan pekerjaan yang sedang berlangsung hanya mencapai 43,2% artinya proyek tersebut mengalami keterlambatan

IV.5 Pemecahan Permasalahan Permasalahan Proyek Proyek

Adanya permasalahan di proyek selalu diusahakan untuk dicari jalan keluar yang terbaik. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh pihak kontraktor maupun owner , antara lain sebagai berikut :

IV.5.1 Faktor Cuaca

Untuk mengatasi masalah terhambatnya pekerjaan karena hujan dapat dilakukan dengan menggantikan jam kerja yang terpotong di malam hari (pemberlakuan jam lembur). Seringkali dijumpai di daerah galian

 

131

tertinggal genangan air hujan yang menjadi penghambat pekerjaan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan pompa untuk mengeluarkan genangan air  pada genangan.

Gambar 4.27. Pompa Digunakan Untuk Menyedot Air Ataupun pada saat pengecoran hal ini dapat diantisipasi dengan memasangkan terpal atau penutup lainnya pada area pengecoran yang akan  berlangsung, agar air hujan tidak masuk kedalam adukan beton yang akan menambah jumlah takaran air pada adukan tersebut sehingga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas beton itu sendiri.

IV.5.2 Faktor Koordinasi Koordinasi

Koordinasi antara semua pihak yang terlibat dalam proyek ini harus ditingkatkan, dengan cara mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh bagian engineering , quality control ,  site manager ,  site engineer , pelaksana lapangan, dan mandor. Selain itu, pada saat di lapangan site lapangan  site engineer harus sering berkomunikasi dengan pelaksana dan mandor. Koordinasi antara kontraktor, konsultan dan owner   juga harus tetap dijaga agar semua elemen dapat bekerjasama dengan baik dan lancar sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan.

 

132

IV.5.3 Faktor Kebersihan Proyek

Untuk mengatasi hal ini perlu dikembangkan kesadaran kepada  pekerja dan kontraktor serta siapa saja yang berda dalam lingkungan  proyek akan pentingnya menjaga kebersihan lokasi pekerjaan konstruksi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memasang papan petunjuk lokasi tempat sampah proyek. Apabila dirasa kurang, maka dapat diperbanyak jumlahnya tempat sampah nya. Selain itu apabila ada  pelanggaran diperlukan sanksi yang tegas tegas dari bagian safety bagian safety..

IV.5.4 Faktor Pelaksanaan

1.  Untuk mengatasi hasil pengecoran yang mengalami keropos, maka dilakukan  grouting.  grouting.   Yaitu dengan cara mengisi rongga-rongga pada  bagian yang keropos dengan dengan bahan combextra exfosroc(grout). exfosroc(grout).  

2.  Pemasangan bekisting yang masih kurang, diatasi dengan melakukan  pengukuran yang lebih teliti dan standar mutu pekerjaan ditingkatkan.

3.  Untuk mencegah keterlambatan kerja bisa dengan menambah junlah  pekerja/ menambah waktu jam kerja,

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF