Qawaid Al Imla

November 9, 2018 | Author: dewi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Qawaid al Imla...

Description

2. Kaidah Tanwin (an, in, un )

Pada pelajaran I terdahulu, kita telah mengenal kaidah ‘Alif Lam. Nah, saat ini saya akan mencoba menyajikan  Kaidah Tanwin (an, in, un) , yang lazim di kenal sebagai lawannya dari ‘Alif Lam atau . Apa itu Tanwin ..?. mati” yang terdapat di akhir kata sifat atau kata Tanwin adalah tanda baca berupa “ bunyi  nun mati”  benda. Tanwin mengandung mengandu ng arti “sebuah”, “seorang”, “sepucuk”, “sebutir”,  dan lain-lain. Hal ini menunjukkan pengertian “tidak tertentu/indefinite” , dan istilah ini sering di sebut “Nakirah (  )“. Tanwin sendiri terdiri dari 3(tiga) macam, yaitu : an ( ) ,  1. yang di sebut 2. yang disebut in (  ), 3. un ( ), yang disebut juga Dommahtain =

juga  juga 

Fathahtain Kasrohtain

= =

Contohnya :



= Pada contoh disamping dibaca “kitaabun = (sebuah buku)” buku) ”. Kata “Kitaabun” Kitaabun ” belum dapat menunjukkan pada buku tertentu. Kata tersebut bisa menunjukkan  menunjukkan  buku fisika, buku matematika, buku agama, agama, dll.

 Thabiibun”  = Pada contoh di samping dibaca “Thabiibun = (seorang dokter) ”. Kata “Thabiibun”  belum dapat menunjukkan pada dokter tertentu. Kata tersebut bisa menunjukkan dokter umum, dokter bedah, dokter penyakit dalam, dll . Khusus pada “Fathahtain ( )” yaitu bunyi “an” an” ‘Alif ( ). diakhir kata harus di sanggah dengan ‘Alif ( Contoh : ba”  pada contoh “Thabiiban (seorang dokter)” dokter) ”  disamping harus = Huruf “ba”   –   disanggah dengan ‘Alif ( ). Jadi tidak ditulis kata “Thabiiban ” dengan bentuk berikut “  “, melainkan di tulis dengan bentuk 



 –   = Huruf “ha” ha” pada contoh “Fallaahan (seorang petani)” petani) ” disamping harus disanggah Fallaahan ” dengan bentuk berikut “  “, melainkan di dengan ‘Alif ( ). Jadi tidak ditulis kata “Fallaahan” tulis dengan bentuk  Selanjutnya perhatikan contoh berikut ini :



= Pada contoh di samping di baca “Mujaahidun (seorang mujahid)” mujahid) ”



 = Pada contoh di samping di baca “Mujaahidin (seorang mujahid) ”



= Pada contoh di samping di baca “Mujaahidan (seorang mujahid) ”

“an” ”, “in”, atau “un”  diatas “sama sekali tidak Yang perlu di catat bahwa perubahan bunyi “an merubah makna“ .

Dari Contoh diatas ini, jika diperhatikan dengan lebih teliti, maka khusus pada kata “Mujaahidan”  , mengapa bentuk huruf alif ( ) yang menyanggahnya tidak tertulis bersambung ..?

Dalam bhs arab, ada 6(enam) huruf yang tidak dapat disambungkan dengan huruf disebelah kirinya, yaitu

 –   –   –   –   –  Sehingga huruf ‘alif ( )  yang menyanggah pada kata dari huruf (dal).



 Namun ada pengecualian dalam Kaidah “Fathahtain ( tidak di sanggah dengan ‘Alif ( ), yaitu :

tersebut harus dituliskan terpisah

)” yaitu bunyi “an” diakhir kata

1. Jika sebuah kata berakhir dengan ta’marbuthoh atau (  ), seperti kata :



 –   

 –   

2. Jika sebuah kata berakhir dengan ‘Alif Maqsurah atau (  ) = huruf “ya” (tanpa titik), seperti kata :



 –  

 –  

(Nb. Uraian mengenai ‘Alif Maqsurah insyaallah pada pelajaran-pelajaran berikutnya) 3. Jika sebuah kata berakhir dengan hamzah atau , yang didahului oleh vocal panjang “a” seperti terdapat pada kata :



 –  

Demikianlah pelajaran ke-2 ini, semoga bermanfaat adanya. Insyaallah akan diteruskan pada  pelajaran berikutnya. Syukran.

Macam-macam Tanwin 1. Tanwin Tamkin Tanwin Tamki adalah tanwin yang teredapat pada isim-isim yang mu’rab seperti lafaz   dan  juga   . Terkecualikaaan dari hal ini tanwin yang ada pada jamak muannats salim seperti  dikecualikan pula tanwin yang terdapat pada lafadz   dan juga  . 2. Tanwin Tankir

Yaitu tanwin yang terdapat pada isim-isim yang  bersifat mabni untuk membedakan isim yang ma’rifat ddan isim yang nakirah. Contoh :

“Aku bertemu dengan Sibawaih dan Sibawaih yang lain” 3. Tanwin Muqabalah Yaitu tanwin yang terdapat pada jamak muannats salim seperti lafadz   . Tanwin ini  berkedudukan sebagai pembanding huruf nun yang terdapat pada jamak mudzakkar salim seperti

4. Tanwin Iwadh Tanwin ini terbagi menjadi tiga bagian : a. Tanwin yang terdapat pada huruf idz ( ) yang berfungsi sebagai pengganti jumlah sesudahnya yang tidak disebutkan. Contohnya firman Allah Ta’ala : Padahal kalian ketika itu melihat Maksudnya, padahal kalian melihat ketika roh sampai di tenggorokan. Jumlah kalimat tidak disebutkan, tetapi diganti oleh tanwin. Tanwin jenis ini juga digunakan untuk menggantikan isim yang tidak disebutkan yang terdapat  pada  contoh  (semuanya berdiri). Maksud yang dimaksud adalah  lafaz insanun tidak disebutkan tetapi diganti oleh tanwin. Selain kedua hal tersebut tanwin jenis ini juga berfungsi sebagai pengganti huruf yang tidak disebutkan seperti pada lafaz (perahu-perahu),  (peristiwa yang dasyat) dsm, baik dalam k eadaan rafa’ atupun jar. Contoh dalam keadaa rafa’ seperti  Semuanya itu adalah  perahu, dan dalam keadaan jar seperti pada kedua contoh ini huruf ya dibuang kemudian diganti oleh tanwin.  b. Tanwin tarannum, yaitu tanwiin yang terdapat pada qafiyah (akhir bait syair) yang bunyinya diperpanjang dengan huruf illah seperti yang terdapat pada ungkapan seorang penyair

Tinggalkanlah celaan dan makianmu itu hai perempuan pencelaku, dan katakanlah olehmu bila aku berbuat benar, sungguh aku telah berbuat benar.

Diletakkan tanwin sebagai pengganti alif (huruf illah) semata-mata tarannum (keindahan bunyi huruf pada akhir bait syair). Contoh lainnya adalah ungkapan penyair berikut :

Telah dekat waktu berangkat, hanya saja kendaraan kami belum berangkat, seakan-akan waktu  perpisahan telah terjadi. c. Tanwin ghali. Keberadaan tanwin ghali ini telah dibuktikan oleh Imam Akhfasy, yaitu tanwin yang berada di akhir qafiyah yang muqayyadah seperti ucapan seorang penyair

Berapa banyak pedalaman yang luas tak ada yang menempuhnya

¤ 

  

Diantara I sim-I sim itu (A smaus Sittah) adalah D zu jika difahami bermakna Shahib (yg memiliki ), dan F amu seki ranya H uruf mim dihilangkan darinya.

Syarah Alfiyah, Audhahul Masalik - Ibnu Hisyam Termasuk pada Asmaus-Sittah atau Isim-isim yang tanda rafa’nya dengan wawu ( ), tanda nashabnya dengan alif ( ) dan tanda jar-nya dengan ya’ ( ), yaitu Dzu ( ) dan Famun ( ). Persyaratan lafazh Dzu ( ) yang tergolong pada Asmaus-Sittah adalah Dzu ( ) yg difahami makna Shahib/  (Si empunya/pemilik). Contoh:

    Si H artawan datang kepadaku.

  

  

Dan Allah mempunyai karunia yang besar  Itulah maksud dalam Bait Syair diatas “adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib”   untuk membedakan dengan Dzu ( ) Isim Maushul (sering digunakan oleh kaum Thayyi’) karena Dzu ( ) Isim Maushul ini, tidak mempunyai makna si pemilik, tapi ia memiliki makna seperti . hukum Dzu Isim Maushul ini Mabni. Artinya tetap dalam satu bentuk   baik keadaan rafa’, nashab dan jar-nya. Contoh:

 ,

 ,

Dia yang berdiri mendatangiku, A ku melihat dia yang berdiri, Aku bertemu dengan dia yang berdiri. Sebagaimana contoh dalam syair arab

¤ 

  

 Adapun mereka yang mulia lagi mudah hidupnya (kaya), bilamana aku menemuinya, maka cukuplah bagiku kemurahan yang ada padanya itu dalam melayaniku (sebagai tamu) . Demikian juga disyaratkan pada lafazh Famun ( ) dalam I’rob Asmaus-Sittah yaitu Huruf mim harus dihilangkan daripadanya. Contoh:

 ,

 ,

I ni mulutnya, aku lihat mulutnya, aku memandang kepada mulutnya. Apabilah Huruf Mimnya tidak dihilangkan daripadanya maka di-I’rob dengan Harkah. Contoh:

  

 ,   

 ,  

I ni mulut, aku lihat mulut, aku memandang kepada mulut.

Hukum nun mati dan tanwin  adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf tertentu.

Hukum ini terdiri dari 4 jenis, yaitu:

Daftar isi [sembunyikan]  

 

1 Izhar  2 Idgam 2.1 Idgam bigunnah o 2.2 Idgam bilagunnah o 2.3 Pengecualian o 3 Iqlab 4 Ikhfa' haqiqi

 



Potongan ayat Surah Al-Baqarah ayat 145. Keterangan tajwid: Izhar halqi, Idgham, Ikhfa Haqiqi, Iqlab Hukum nun mati dan tanwin  adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika

, "at tanwiin" ) adalah tanda baca/diakritik /harakat pada tulisan Arab Tanwin ( bahasa Arab: untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati. [1]

Penulisan[sunting | sunting sumber] Harakat tanwin ditulis serupa dengan harakat lain, seperti fathah dengan fathatan, kasrah dengan kasratan, dan dammah dengan dammatan.

: fathah dan fathatan;







 

: dammah dan dammatan;

: kasrah dan kasratan;

 

Harakat tanwin.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF