Ptk Ski Edit
January 25, 2017 | Author: Adri Haroen Zein | Category: N/A
Short Description
Ptk Ski Edit...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupuakan salah satu pelajaran yang diberikan sejak dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Perguruan Tinggi (PT), khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Pada umumnya Sejarah Kebudayaan Islam dirasakan lebih sulit untuk dipahami daripada ilmu-ilmu lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena sejarah mempelajari sesuatu yang sudah terjadi dan tidak dialami oleh peserta didik, dan tidak adanya kesesuaian antara kemampuan peserta didik dengan cara penyajian materi sehingga Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dirasakan sebagai pelajaran yang sulit untuk diterima. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Tsanawiyah Negeri Balingka Kab. Agam menyebutkan salah satu Standar Kompetensi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah kompetensi “Dinasti Ayyubiyah” kompetensi dasarnya adalah “perang Salib” merupakan salah satu materi pokok yang diberikan di MTs kelas VIII semester 2. seorang guru harus dapat menentukan strategi pengajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didiknya sehingga mudah dipahami, mengingat bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang mendalami dan memperlajari sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau dan yang pasti tidak dialami oleh peserta didik. Secara khusus ada l sebagian masyarakat yang tidak peduli dengan peristiwa sejarah terutama Sejarah Kebudayaan Islam, karena memandang bahwa hal tersebut hanyalah peristiwa yang tidak mungkin akan terjadi kembali, selain itu pula bahwa sejarah tidak implementatif dalam dunia kerja dan tidak implementatif pula dalam disiplin ilmu lainnya. Mengajarkan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu kegiatan pengajaran sedemikian sehingga peserta didi belajar untuk mendapatkan kemampuan dan pengetahuan tentang Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Kemampuan dan pengetahuan tersebut ditandai dengan adanya interaksi yang positif antara guru dengan peserta didik, yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudya, 1988:122). Namun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan Islam, ternyata masih banyak mengalami hambatan – hambatan baik yang dialami peserta didik
maupun guru. Salah satu hambatan yang terjadi adalah keseulitan dalam memahami dan menghafal hal – hal yang berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), khususnya kemajuan Dinasti Ayyubiyah. Seperti yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Balingka Kab. Agam, didapatkan latar belakang peserta didik sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya. Mereka rata – rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memahami dan mengetahui materi – materi yang diajarkan oleh guru. Mereka kurang dalam memilah – memilah materi sejarah antara dinasti yang satu dengan dinasti yang lainnya, sehingga tidak sedikit peserta didik yang keliru dalam menyebutkan dan menjawab soal yang diberikan guru. Berdasarkan pengalaman peneliti, dari beberapa materi / pokok bahasan yang disajikan di kelas VIII MTs adalah pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah, bentuk – bentuk kesalahan dalam menjawab pertanyaan terutama dalam hal nama tokoh dan tahun peristiwa sejarah, seperti : 1. Ibu Kota Dinasti Ayyubiyah adalah : a. Damaskus
b. Jeddah
c. Bagdad
d. Mesir
Jawaban yang diberikan peserta didik adalah kebanyakan mereka merasa tidak mengetahui nama ibu kota Dinasti Ayyubiyah, karena pada saat ini daerah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah sudah tidak ada, sehingga mereka harus mengahafal nama ibu kota tersebut. 2. Nama Panglima Perang Salib di pihak Islam adalah : a. Said bin Musayyad
b. Mujahid bin Zubae
c. Salahuddin Al Ayyubi
d. Hammad bin Abi Sulaeman
Siswa kebingungan mengenai nama tokoh, sebab dalam Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) terjadi periodisasi yang begitu banyak, sehingga mereka (peserta didik) harus menghafal seluruh tokoh – tokoh. 3. Panglima Syiria yang diutus ke Mesir untuk membebaskan wilayah tersebut dari serbuan tentara salib adalah : a. Nuruddin Zangi
b. Imaduddin Zangi
c. Asaduddin Zangi
d. Shalahuddin Al Ayyubi
Jawaban yang diberikan siswa rata – rata merasa kebingungan dengan soal, sebab nama tokoh yang ditanyakan sangat mirip.
Dari contoh diatas banyak peserta didik sulit untuk menjawab soal tentang menyebutkan nama tokoh yang diberikan serta nama ibu kotanya, peserta didik kebingungan untuk memilih salah satu jawaban yang benar, karena peserta didik tidak hafal dengan jelas mengenai nama dan peristiwa yang terjadi, sehingga mereka menjawab dengan salah, karena peserta didik tidak menganalisa peristiwa sejarah berdasarkan periodisasi sejarah Islam. Setiap pokok bahasan yang disajikan dalam Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) itu selalu berkesinambungan, maka peneliti ingin memperbaiki pembelajaran dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) melalui Model Pembelajaran Role Playing pada Pokok Bahasan Dinasti Ayyubiyah”, di kelas VIII MTsN Balingka Kab. Agam Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Pokok Bahasan Dinasti Ayyubiyah C. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis membatasinya dengan beberapa batasan masalah yaitu : 1. Mengajarkan Sejarah Dinasti Ayyubiyah dengan model pembelajaran Role Playing. 2. Prestasi belajar peserta didik pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah dengan model pembelajaran Role Playing. D. Tujuan Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menerapkan model pembelajaran Role Playing dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah secara berkelompok di kelas VIII MTsN Balingka Kab. Agam. 2. Meningkatkan prestasi peserta didik dalam belajar Dinasti Ayyubiyah, khususnya peserta didik MTsN Balingka Kab. Agam.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk : 1. Bahan informasi bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) guna peningkatan prestasi peserta didik setelah guru mengetahui letak kesalahan dan kekeliruan yang dialami peserta didik, khususnya pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dalam menyelesaikan soal Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) khususnya pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah. 3. Bahan penelitian lebih lanjut guna peningkatan prestasi belajar peserta didik.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat untuk mendefinisikan apa itu Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Walaupun belum ada definisi tunggal mengenai Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), bukan berarti Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tidak dapat dikenali. Seperti apa yang telah diutarakan oleh Badri Yatim (185:5) sebagai pengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mempunyai beberapa karakteristik, yaitu bahwa objek Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mengenai peritiwa – peristiwa keislaman di masa lalu. Sementara menurutKoentjaraningrat, (1985:5) kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ide – ide, gagasan – gagasan, nilai – nilai, norma – norma peraturan, dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu objek penelaahan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), kita dapat mengetahui hakekat Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sekaligus dapat diketahui juga kemajuan dan kemunduran serta kejatuhan dalam Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) itu timbul karena pikiran – pikiran dan perbuatan – perbuatan (daya cipta dan karsa = budaya) manusia yang berhubungan dengan kejadian yang sangat luas diantaranya: tempat peristiwa, nama tokoh peristiwa, tahun peristiwa, sebab – sebab terjadi (latar belakang) dan sebab kemunduran dan kejatuhannya dan lain – lain.
B. Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang melibatkan perubahan tingkah laku. Kegiatan atau usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang tidak dapat diamati dan berlaku dalam waktu relative lama. Kegiatan
dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar. Ausebel mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya, sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki (Hudoyo, 1990:138). Dalam teori belajar Robert M. Gegne yang diungkapkan (1980:138) dikatakan bahwa dalam belajar ada dua objek yang dapat diperoleh peserta didi, objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain : kemampuuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain – lain), bersikap positif dan mengerti bagaimana seharusnya belajar. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sejarah hasil ide – ide yang abstrak (idea) yang tidak lepas dari perilaku kehidupan manusia masa lalu, khususnya umat Islam mulai Rasulullah SAW. Maka dalam mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam tidak lepas dari pola kehidupan yang dilakukan umat Islam pada masa tersebut. Seperti pada masa Dinasti Ayyubiyah, maka dalam mempelajari sejarah pada masa Dinasti Ayyubiyah harus mengetahui pola kehidupan masanya, lebih khusus lagi bila ingin mengetahui Perang Salib yang terjadi pada masa Dinasti Ayyubiyah maka harus mengetahui secara mendalam apa yang terjadi dalam Perang Salib tersebut.
C. Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.(2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai – nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model – model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut : a.
Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi “disini pada saat ini”. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respon emosional sambil belajar dari respon orang lain.
b.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. mengungkapkan perasaan untuk
mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran : sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran, peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. c.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide – ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang ada pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang terlalu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d.
Model bermain berasumsi bahwa proses psikologi yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya. Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni : (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata. Menurut Shafel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta
didik, (2) memilih partisipasi, (3) menyusun tahap – tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi tahap dua, (9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu – isu, serta mengjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana yang hangat dan aktual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik, menarik dan meransang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan berbagai alternatif pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermai peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru. Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika peserta didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk salah seorang peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu. Menyusun tahap – tahap baru, pada tahap ini para pemeras menyusun garis-garis adegan yang akan dimaikan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntuk untuk bertindak dan berbicara secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan, misalnya dimana pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan sebagainya. Persiapan ini penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik, dan mereka siap untuk memainkannya. Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matan dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya. Menurut Sharfel dan Shaftel (1967), agar pengamat turut terlibat, mereka perlu diberi tugas. Misalnya menilai apakan peran yang
dimainkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya? Bagaimana keefektifan perilaku yang ditunjukkan pemeran? Apakah pemeran dapat menghayati peran yang dimainkan?. Tahap pemeranan, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha memainkan peran seperti benar-benar dialaminya. Mungkin proses bermain peran tidak berjalan mulus karena para peserta didik ragu dengan apa yang harus dikatakan akan ditunjukkan. Shaftel dan Shfatel (1967) mengemukakan bahwa pemeranan cukup dilakukan secara singkat, sesuai tingkat kesulitan dan kompleksitas masalah yang diperankan serta jumlah peserta didik yang dilibatkan, tak perlu memakan waktu yang terlalu lama. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Adakalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan. Sebaliknya pemeranan dihentikan pada saat terjadinya pertentangan agar memancing permasalahan untuk didiskusikan. Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. Diskusi mungkin dimulai dengan tafsirkan mengenai baik tidaknya peran yang dimainkan selanjutnya mengarah pada analisis terhadap peran yang ditampilkan, apakah cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternative pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya. Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk memecahkan masalah, meskipun dimungkinkan adanya peserta didik yang belum menyetujuinya. Kesepakatan bulat tidak perlu dicapai karena tidak ada cara yang pasti dalam menghadapi masalah kehidupan. Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama bermain peran ialah membantu para peserta
didik untuk memperoleh pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan temannya. Mareka bercermin pada orang lain untuk lebih memahami dirinya. Hal ini mengandung implikasi bahwa yang paling penting dalam bermain peran ialah terjadinya saling tukar pengalaman. Proses ini mewarnai seluruh kegiatan bermain peran, yang ditegaskan lagi pada tahap akhir. Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan permasalahan tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah dengan model pembelajaran role playing (bermain peran) pada peserta didik kelas VIII di MTsN Balingka Kab. Agam. Kemudian peneliti melakukan tindakan dengan model pembelajaran role playing (bermain peran) agar peserta didik belajar dengan penuh makna. Dengan memperhatikan prinsip role playing (bermain peran), yaitu proses pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya, mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kriteria penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena : (1) menggungakan latar belakang alami sebagai sumber data langsung dan penelitian merupakan alat pengumpul data utama, (2) analisis data secara induktif, (3) bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilak yang diamati sehingga yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, (4) adanya kriteria untuk keabsahan data (Moeleong, 1995:4-7). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemilihan jenis PTK karena penelit terlibat langsung dan sudah merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang harus selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian tentang situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu tindakan yang ada didalamnya. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memberikan pertimbangan praktis dalam situasi nyata (Elliot dalam Wahyudi, 1997:46). Dalam penelitian ini prosedur penelitian dimulai dengan siklus I setelah dilaksanakan tes awal. Hasil tes awal diteliti dan diketahui kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran. Penelitian ini akan mengungkapkan persoalan yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pendekatan role playing (bermain peran) pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah. Peneliti adalah guru yang mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Balingka Kab. Agam.
B. Lokasi Penelitan Penelitian ini dilakuakn di MTsN Balingka Kab. Agam. Lokasi ini dipilih berdasarkan tempat tugas peneliti. Selain itu ternyata pada pembelajaran Dinasti Ayyubiyah menunjukkan hasil belajar peserta didik kurang optimal, yaitu 85 % dari peserta didik kelas VIII masih memperoleh nilai kurang dari 50 pada saat diberikan tes awal. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti berusaha untuk menelusuri kesulitan peserta didik dalam pembelajaran Dinasti Ayyubiyah sehingga dapat diupayakan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik.
C. Prosedur Penelitian Untuk kelancaran penelitian, diperlukan prosedur dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu dalam bentuk persiapan penelitian. Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh data dari sumber yang diteliti mulai dari awal sampai akhir untuk disajikan dalam bentuk penelitian. Jalannya penelitian yang dilakukan sampai dengan penyusunan penelitian ini adalah melalui dua tahap yaitu : 1. Tahap Persiapan Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian, dalam hal ini yang dipersiapkan antara lain : a.
Melihat permasalahan yang dialami peserta didik di kelas yang peneliti ajar.
b.
Mengadakan koordinasi dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII yang lain untuk memperoleh penjelasan materi yang diberikan kepada peserta didik.
c.
Menetapkan objek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII 2 MTsN Balingka Kab. Agam tahun pelajaran 2010/2011.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah persiapan dianggap cukup, baru penelitian dimulai, peneliti membagi penelitian ini menjadi 3 siklus. Sedangkan waktunya mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2010. Langkahlangkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : a. 1.
Siklus I Melakukan observasi tentang permasalahan-permasalah yang sedang terjadi dan mengkaji penyelesaian pengkajiaannya.
2.
Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan
menganalisis
Dinasti Ayyubiyah dengan model pembelajaran role playing (bermain peran). 3.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan dengan model pembelajaran role playing (bermain peran).
4.
Mengadakan evaluasi pertama sebagai pengumpulan data.
5.
Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.
b. Siklus II 1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub bahasan Perang Salib. 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan. 3. Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaring data. 4. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan. c.
Siklus III
1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada sub bahasan Perang Salib. 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan. 3. Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
D. Jenis dan Sumber Data Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau angka (Arikunto, 1996:81). Data ada dua macam yaitu 1. Data yang berupa bilangan atau angka-angka disebut data kuantitatif. 2. Data yang berbentuk bukan bilangan atau angka-angka disebut kualitatif. (Pasaribu, 1984:91) Dalam penelitian ini digunakan pengambilan data kualitatif, sedangkan sumber data penelitian adalah nilai ulangan harian atau hasil evaluasi dari masing-masing siklus pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah yang diperoleh peserta didik selama penelitian berlangsung.
E. Setting Penelitian 1. Gambaran Populasi Populasi adalah objek penelitian, yaitu kumpulan subjek sumber informasi atau kelompok yang menjadi sasaran penelitian. Untuk pengambilan sampel dalam suatu penelitian, terlebih dahulu harus mengetahui populasi yang dihadikan penelitian. “Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi”. (Sudjana, 1986:157) Dari sejumlah objek yang dijadikan populasi maka keseluruhan harus mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri suatu populasi akan lebih tepat diketahui dengan menilai tiap-tiap unsur yang dilakukan tanpa kecuali. Penetuan populasi dan sampel dalam suatu penelitian sangat penting, guna menentukan objek yang akan diteliti serta batas-batasnya sehingga akan mudah diukur variabel-variabelnya. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTsN Balingka Kab. Agam Tahunpelajaran 2010/2011. 2. Subjek Penelitian Satu masalah penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, jika hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penentuan subjek penelitian. Dari 6 kelas yang ada peserta didik kelas VIII di MTsN Balingka Kab. Agam diambil satu kelas sebagai subjek penelitian yaitu kelas VIII 2 yang berjumlah 24 orang peserta didik. Pengambilan subjek penelitian dimaksudkan untuk menafsirkan sejumlah peserta didik yang ada dalam populasi tanpa menganalisa secara keseluruhan permasalahan yang ada pada populasi. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin agar bisa mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Membuat alat penelitian untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik kelas VIII
b. Membuat alat peraga dengan konteks Dinasti Ayyubiyah. c.
Melaksanakan evaluasi atau ulangan harian sebanyak tiga kali pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah.
d. Mengumpulkan data, mengoreksi data kuantitatif daya serap peserta didik. Pada penelitian ini data yang didapatkan itu belum berarti apa-apa sebab data tersebut masih merupakan data mentah. Untuk itu diperlukan teknik menganalisa data agar bisa ditafsirkan hasilnya sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penelitian ini digunakan skor acuan kriteria (Criterion Refrensi Test). e.
Penafsiran skor acuan kriteria adalah pemberian skor berdasarkan kemampuan peserta didik menyelesaikan evaluasi atau ulangan harian. Jawaban yang benar dari peserta didik yang bersangkutan dapat dinyatakan dalam bentuk prosentase sebagai berikut :
Dari skor bisa ditafsirkan tentang ketuntasan belajar peserta didik sesuai dengan standar kompetensi kurikulum sebagai berikut : 1. Ketuntasan Perorangan Seorang peserta didik dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan), jika telah mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar dan bagi peserta didik yang belum menguasai standar kompetensi dasar dilaukan remidi sebelum melanjutkan pokok bahasan berikutnya. 2. Ketuntasan Klasikal Klasikal atau suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar), jika paling sedikit 85% dari jumlah dalam kelompok atau kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan. Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya peserta didik yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan pada satuan pembelajaran berikutnya. Apabila banyaknya peserta didik dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar kurang dari 85% maka : a.
Peserta didik yang belum menguasai standar kompetensi dankompetensi dasar harus diberikan program perbaikan mengenai bagian-bagian bahan pelajaran yang belum dikuasai.
b.
Peserta didik yang telah mencapai taraf penguasaan 85% atau lebih dapat diberikan program pengayaan.
c.
Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar peserta didik kurang dari 85% maka pengajaran yang dilaksanakan peneliti belum berhasil.
F. Perencanaan Tindakan 1. Perencanaan Tindakan I Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal mengingat kemajuan-kemajuan yang dicapai Dinasti Ayyubiyah melalui model pembelajaran role playing (bermain peran). Dalam perencanaan atau tindakan tetap mengacu pada hasil temuan kesulitan setiap peserta didik. Sebagai contoh langkah-langkah tindakan sebagai berikut:
Guru menyampaikan kepada peserta didik kompetensi yang harus dicapai setelah pembelajaran dilaksanakan. Menyuruh peserta didik membuat skenario bermain peran yang akan mereka laksanakan. Skenario yang dibuat hanya bersifat umum yang berfungsi sebagai pedoman bagi peserta.
Guru menyiapkan panduan bagi peserta didik peran yang harus mereka lakukan.
Guru kemudian membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 6 orang. Tiap-tiap kelompok bertugas untuk bermain peran tentang bahasan Dinasti Ayyubiyah.
2. Perencanaan Tindakan II
Guru memberitahukan kepada peserta didik tentang peran mereka masing-masing.
Guru memberitahukan kepada peserta didik lain untuk memerankan tugas dan peran mereka dengan baik.
Guru menyampaikan langkah-langkah permaian secara umum kepada setiap peserta sehingga setiap orang yang terlibat mengetahui apa yang sedang dan akan terjadi.
3. Perencanaan Tindakan III
Pada minggu berikutnya implementasi tindakan dalam bentuk bermain peran mulai dilaksanakan. Saat permainan berlangsung, guru harus memonitor para aktor maupun mereka yang berfungsi sebagai peserta.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Supaya dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka peneliti menggunakan model siklus. Adapun pelaksanaan dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut : A. Siklus I 1. Perencanaan Pada sikus ini peneliti merencanakan bahwa dalam pembahasan pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran). Menurut peneliti bahwa peserta didik kelas VIII di MTsN Balingka Kab. Agam sebagian besar belum mengerti dan menguasai pembelajaran Dinasti Ayyubiyah. Disamping itu peneliti ingin mengetahui dan meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik khususnya kelas VIII di MTsN Balingka Kab. Agam Tahun pelajaran 2010/2011 pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah. Peneliti memberikan soal-soal latihan yang harus dikerjakan peserta didik dan selanjutnya dikumpulkan. Dari hasil latihan ini dijjadikan sebagai sumber data pertama. Pada kegiatan ini soal yang diberikan berjumlah 5 butir soal dengan alokasi waktu 15 menit. Apabila masih memungkinkan peserta didik diberikan tugas rumah yang diambilkan dari buku paket. 2. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran). a.
Tahap memotivasi kelompok Peneliti membentuk kelompok peserta didik menjadi 4 kelompok,, masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
b. Memilih peran Pemilihan dan pembagian peran dilakukan sendiri oleh peserta didik dalam kelompok masingmasing.
c.
Menyiapkan Pengamat
d. Menyiapkan tahap-tahap bermain peran e.
Diskusi dan evaluasi
f.
Membagi pengalaman 3. Pengamatan Dari pemberian sooal pada evaluasi pertama didapatkan data nilai sebagai berikut : No
Nama
Nilai
Ketuntasan Belajar
1
Aufiah Fiesta
7
Tuntas
2
Ardian Marwan
8
Tuntas
3
Chikara Putri G
5
-
4
Dedi Hardian
4
-
5
Deki Fatriansyah
7
Tuntas
6
Depi Putri
4
-
7
Desma Yulita
8
Tuntas
8
Elfi Efendi
8
Tuntas
9
Evan Desrianto
7
Tuntas
10
Fadli Arif
6
-
11
Fajri Saiful
7
Tuntas
12
Fajri Ilahi
4
-
13
Ilmel Indah Sari
7
Tuntas
14
Lara Apri Yuianti
4
-
15
Mela Yolanda
5
-
16
Nadya Permata
7
Tuntas
17
Nelfi Permatsari
9
Tuntas
18
Retno Pratiwi
5
-
19
Robert Sabandio
7
Tuntas
20
Sasrama Wahyudi
6
-
21
Susilo Putra Alisman
7
Tuntas
Ketuntasan
No
Nama
22
Suya Ardes Nofa
5
-
23
Syafri Mardona Putra
7
Tuntas
24
Yogi Furandia
7
Tuntas
151
Rataan (6.29)
Jumlah
Nilai
Belajar
Hasil Analisa Banyaknya Peserta didik seluruhnya
= 24 orang
Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar
= 14 orang
Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas
= 58.3%
Klasikal : Ya/Tidak Kesimpulan : Perlu perbaikan secara individual peserta didik yang bernama : 1. Chikara Putri G 2. Dedi Hardian 3. Depi Putri 4. Fadli Arif 5. Fajri Ilahi 6. Lara Apri Yuianti 7. Mela Yolanda 8. Retno Pratiwi 9. Sasrama Wahyudi 10. Suya Ardes Nofa Dari analisa diatas dapat diambil kesimpualan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum berhasil sebab prosentase peserta didik yang tuntas belajar baru mencapai 58.3% dari peserta didik kelas VIII. Suatu kelas dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar paling sedikit 85% dari jumlah peserta didik dalam kelas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berhasil dan perlu ditinjau kembali untuk tahap pembelajaran berikutnya. 4. Refleksi
Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil. Apakah penyebabnya? Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran telah disusun sesuai dengan kerangka pembelajaran yang sesungguhnya yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran Role Playing (Bermain Peran). Peneliti berusaha mencari penyebabnya dengan memperhatikan kejadian-kejadian di kelas, antara lain: a.
Suasana kelas agak terganggu, dimana sebagian peserta didik kkurang memperhatikan materi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena peserta didik sebuk sendiri menggali dan mencari-cari dalam buku sumber, ada sebagian peserta didik tidak memiliki buku sumber. Masalah inilah yang mengganggu dan menghambat jalannya pemberlajaran untuk berhasil.
b.
Pada pertemuan ini peserta didik kurang memperhatikan hal-hal penting yang harus dipahami dandimengerti, sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar peserta didik baik dalam pengerjaan soal latihan maupun pengerjaan soal evaluasi.
B. Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus ke dua peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran dari apa yang telah dilakukan pada siklus I yaitu peneliti ingin membawa peserta didik kelas VIII 2 di MTsN Balingka Kab. Agam pada suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Dari pembelajaran ini peneliti mengharapkan suasana kerjasama yang baik dalam memecahkan suatu masalah peserta didik dan tanggung jawab setiap peserta didik terhadap diri sendiri serta kelompoknya. Setiap peserta didik diharapkan mengklasifikasikan nama tokoh dan bidang ilmu yang didalaminya pada masa Dinasti Ayyubiyah dengan cara menyusun dan mengelompokkannya serta menyelesaikan setiap soal dengan kelompoknya. Dengan demikian rasa tanggung jawab dan ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai. 2. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 22 September 2010 yang membahas tentang mengklasifikasikan nama tokoh melalui pendekatan Role Playing (Bermain Peran) dalam buku sumber. Kemudian selanjutnya dengan menyusun dan mengelompokkan bentuk tabel setiap tokoh dalam Perang Salib. Peserta didik juga dapat mengerjakan latihan soal
sebagai penjaring data. Pelaksanaan kegiatan penlitian dan pencarian dalam buku sumber yang dilakukan di dalam kelas adalah sebagai berikut : a.
Peserta didik dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok beranggotakan 6 orang.
b.
Pada masing-masing kelompok, peneliti membagi dalam tiga kelompok : kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah. Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam kelompok tersebut semua peserta didik mempunyai potensi yang sama dalam pembelajaran.
c.
Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan berupa buku sumber yang telah disediakan oleh guru selain yang dibawa oleh peserta didik.
d.
Penelliti kemudian menyuruh kepada masing-masng kelompok untuk menyiapkan selutuh peralatan dan peneliti memberi arahan cara mencari dan meneliti tokoh, seseorang dalam sebuah buku sumber dan selanjutnya peserta didik mengikutinya.
e.
Peneliti keliling melihat hasil kerja masing-masing kelompok dan memberikan bantuan seperlunya.
f.
Peneliti memberikan penjelasan pada seluruh kelompok dengan menyebutkan tokoh-tokoh dalam Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah.
g.
Dari penjelasan yang diberikan oleh peneliti, masing-masing kelompok dapat membuat tabel tokoh dalam Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah.
h.
Kemudian peneliti memberikan beberapa soal yang berkaitan sejumlah tokoh dalam Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah.
i.
Selanjutnya peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk menjawab dengan menyebutkan jawaban soal latihan yang dibacakan oleh guru, dan sebelum pembelajaran berakhir peneliti memberikan tugas di rumah dari buku paket.
j.
Kemudian pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan evaluasi 2 yang terdiri dari 5 butir soal yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik dan bila selesai segera dikumpulkan.
3. Pengamatan Dari pelaksanaan evaluasi 2 didapatkan data nilai sebagai berikut : Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pokok Bahasan
: Dinasti Ayyubiyah
Sub Pokok Bahasan
: Tokoh-tokoh dalam Perang Salib
Kelas / Sekolah
: VIII 2 MTsN Balingka Kab. Agam
HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS II
No
Nama
Ketuntasan
Nilai
Belajar
1
Aufiah Fiesta
8
Tuntas
2
Ardian Marwan
9
Tuntas
3
Chikara Putri G
7
Tuntas
4
Dedi Hardian
7
Tuntas
5
Deki Fatriansyah
8
Tuntas
6
Depi Putri
6
-
7
Desma Yulita
8
Tuntas
8
Elfi Efendi
7
Tuntas
9
Evan Desrianto
8
Tuntas
10
Fadli Arif
8
Tuntas
11
Fajri Saiful
8
Tuntas
12
Fajri Ilahi
7
Tuntas
13
Ilmel Indah Sari
8
Tuntas
14
Lara Apri Yuianti
8
Tuntas
15
Mela Yolanda
7
Tuntas
16
Nadya Permata
6
-
17
Nelfi Permatsari
7
Tuntas
18
Retno Pratiwi
8
Tuntas
19
Robert Sabandio
9
Tuntas
20
Sasrama Wahyudi
8
Tuntas
21
Susilo Putra Alisman
8
Tuntas
22
Suya Ardes Nofa
6
-
23
Syafri Mardona Putra
8
Tuntas
24
Yogi Furandia
8
Tuntas
182
Rataan (7.583)
Jumlah Hasil Analisa Ketuntasan Belajar a.
Perorangan Banyaknya peserta didik seluruhhnya
= 24 orang
Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 21 orang Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas
= 87.5%
b. Klasikal : Ya/Tidak Kesimpulan : Perlu perbaikan secara individual peserta didik yang bernama : 1. Depi Putri 2. Nadya Permata 3. Suya Ardes Nofa c.
Dari analisa diatas jelas bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah mengalami peningkatan yaitu peserta didik yang tuntas adalah 87.5%. dalam hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan belum berhasil dan perlu ada perbaikan kembali.
4. Refleksi Dari hasil analisa evaluasi 2 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil. Karena masih ada lima peserta didik yang belum tuntas belajarnya. Tentunya hal ini perlu adanya perbaikan dan tugas tesendiri bagi peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya.
C. Siklus III 1. Perencanaan Pada siklus ketiga peneliti ingin lebih mengutamakan kegiatan pembelajaran pada proses dan pemahaman serta penghafalan tokoh-tokoh dalam dalam Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah. Peneliti juga ingin selalu membimbing peserta didik yang belum tuntas dengan cara memberikan pengarahan dan mencari cara yang tepat dalam menyampaikan konsep materi pada peserta didik. Pada kesempatan ini peserta didik diharapkan lebih memahami, menguasai konsep dengan sebaik mungkin serta tetap menjalin kekompakan kerja sama antara nggota kelompoknya. Dengan demikian soal yang diberikan peneliti dapat diselesaikan secara baik dan pembelajaran berhasil dengan tuntas. 2. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran pada siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 s/d 12 Oktober 2010 yang membahas pokok bahasan tokoh-tokoh dalam perang salib pada masa Dinasti Ayyubiyah melalui penggalian dari berbagai sumber bacaan. Selanjutnya dari kegiatan tersebut peserta didik iberi
soal latihan serta diakhiri kegiatan peserta didik mengerjakan soal evaluasi 3 sebagai penjaringan data sekaligus sebagai ulangan harian. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut : a.
Peserta didik tetap dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
b.
Peneliti memberikan pengarahan kepada seluruh peserta didik apa yang akan dilaksanakan, semua peserta didik harus memperhatikan apa tugas kelompoknya.
c.
Masing-masing kelompok mempersiapkan peralatan dan bahan yang sebelumnya dipakai.
d. Peneliti menyuruh kepada masing-masing kelompok untuk menyiapkan peralatannya, kemudian peneliti memberikan contoh cara mencari dan membaca buku sumber bacaan seperti yang telah dijelaskan pada kegiatan sebelumnya. Selanjutnya nama tokoh-tokoh perang salib diketahui. e.
Dengan pemberian contoh tadi, diikuti oleh masing-masing kelompok yang mana tiap kelompok melakkukan penelitian terhadap buku bacaan dan setiap anggota ikut melakukannya.
f.
Peneliti berkeliling dalam kelas sambil memberikan bimbingan dan membetulkan pekerjaan yang kurang benar.
g. Peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan dengan menjawab secara lisan dan memberikan soal latihan rumah. h. Kegiatan pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan ulangan harian yang sekaligus pelaksaan evaluasi 3 sebagai sumber data penelitian. Soal yang peneliti ujikan ada 10 soal yang berbentuk subjektif dan dikerjakan peserta didik dalam waktu 20 menit. 3. Pengamatan Dari pemberian soal evaluasi 3 didapatkan data nilai sebagai berikut : Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pokok Bahasan
: Dinasti Ayyubiyah
Sub Pokok Bahasan
: Tokoh-tokoh dalam Perang Salib
Kelas / Sekolah
: VIII 2 MTsN Balingka Kab. Agam
HASIL NILAI EVALUASI SIKLUS III No
Nama
Nilai
Ketuntasan Belajar
1
Aufiah Fiesta
9
Tuntas
2
Ardian Marwan
9
Tuntas
No
Nama
Nilai
Belajar
3
Chikara Putri G
8
Tuntas
4
Dedi Hardian
8
Tuntas
5
Deki Fatriansyah
8
Tuntas
6
Depi Putri
7
Tuntas
7
Desma Yulita
8
Tuntas
8
Elfi Efendi
7
Tuntas
9
Evan Desrianto
9
Tuntas
10
Fadli Arif
9
Tuntas
11
Fajri Saiful
9
Tuntas
12
Fajri Ilahi
8
Tuntas
13
Ilmel Indah Sari
9
Tuntas
14
Lara Apri Yuianti
8
Tuntas
15
Mela Yolanda
8
Tuntas
16
Nadya Permata
7
Tuntas
17
Nelfi Permatsari
8
Tuntas
18
Retno Pratiwi
9
Tuntas
19
Robert Sabandio
9
Tuntas
20
Sasrama Wahyudi
8
Tuntas
21
Susilo Putra Alisman
9
Tuntas
22
Suya Ardes Nofa
7
Tuntas
23
Syafri Mardona Putra
9
Tuntas
24
Yogi Furandia
9
Tuntas
199
Rataan (8.3)
Jumlah Hasil Analisa Ketuntasan Belajar a.
Ketuntasan
Perorangan Banyaknya peserta didik seluruhhnya
= 24 orang
Banyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 24 orang Prosentase banyaknya peserta didik yang tuntas
= 100%
b. Klasikal : Ya/Tidak Kesimpulan : Dari analisa diatas jelas bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah mengalami peningkatan yaitu peserta didik yang tuntas seluruhnya dalam hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan telah berhasil. 4. Refleksi Dari hasil analisa evaluasi 3 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil. Dan peserta didik telah tuntas 100% .
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti cermati selama dalam kegiatan penelitian dari hal prosees sampai pada hasil maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam menggunakan model Role Playing (Bermain Peran) hendaknya guru juga memperhatikan pentingnya pengelolaan kelas. Hal ini demi kelancaran proses pembelajaran. Sebab walaupun dalam pembelajaran sudah menggunakan metode pembelajaran yang baik namun jika dalam mengelola kelas kurang baik, maka proses pembelajaran akan terganggu dan hasilnya kurang memuaskan. 2.
Model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada pokok bahasan Dinasti Ayyubiyah telah memberikan nuansa baru dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sehingga pembelajaran lebih efektif. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan yang signifikan terhadap ketuntasan belajar peserta didik. Terlihat pada nilai ulangan peserta didik yang dilakukan setelah Siklus III mencapai nilai rata-rata 8.3 dengan ketuntasan belajar 100%.
B. Saran-saran Setelah mengetahui hasil dan kesimpulan selama penelitian berlangsung di MTsN Balingka Kab. Agam, peneliti memberikan saran antara lain: 1.
Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran.
2.
Seorang guru harus selalu aktif melibatkan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3.
Seorang guru harus dapat memilih meetode dan kreatif dalam mencoba ide baru agar proses pembelajran berhasil dengan baik dan tidak membosankan.
4. Hendaknya guru selalu memotivasi peserta didik untuk selalu belajar di rumah materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnua supaya dalam pembelajaran peserta didik mempunyai gambaran materi. 5.
Perlunya kolaborasi dengan guru yang lain di dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.
6. Kepala Sekolah hendaknya memfasilitasi kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dituangkan dalam Program Kerja Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli, 1998, Penyusun Proposal PTK, Makalah dalam PCP PTK Proyek PGSM tanggal 1-22 Oktober Abimanyu, Soli, 1995, Penelitian Praktias untuk Perbaikan Pembelajaran, PGSM
Ditjen Dikti
Depdiknas, Jakarta Arends, Ricard I, 1997, Classroom Intruction and Management, Toronto, McGraw-Hill A, Salabi, 1983, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada Chatibul Umam, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII untuk MTs, Kudus : Menara Kudus Hokins, David, 1992, A Guide to Classroom Research, 2nd ed. Open University Press Jaih Mubarok, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy Kartono, Kartini, 1996, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandang : Mandar Maju Oemar Amin Hoesin, 1981, Kultur Islam, Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional, Jakarta : Bulan Bintang Moeleong, L.J., 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : UM Press Marcell A. Boisad, 1979, Humanisme dalam Islam, Jakarta: Bulang Bintang Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya. Skillbeck, Malcolm. 1976. School Based Curriculum Development and Teacher Education. Mimeograph: OECD. Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya. White, John. 1990. Educational and The Good Life. London: Educational Studies. Kogan Page.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
JUDUL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA POKOK BAHASAN DINASTI AYYUBIYAH DI KELAS VIII 2 MTSN BALINGKA KAB. AGAM
OLEH SYAFRI YENTI, S.Pd.I NIP. 19801201 200710 2002
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BALINGKA KAB. AGAM SUMATERA BARAT 2011
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Judul Penelitian : Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) melalui Model Pembelajaran Role Playing pada Pokok Bahasan Dinasti Ayyubiyah di Kelas VIII 2 MTsN Balingka Kab. Agam Peneliti : a. Nama Lengkap : Syafri Yenti, S.Pd.I b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Pangkat / Gol : Penata Muda/Guru Madya III/a d. NIP : 19801201 200710 2002 e. Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam f. Instusi/Sekolah : Kementrian Agama Kota Balingka g. Instansi : MTsN Balingka Kab. Agam Lama Penelitian : 4 Bulan Dari Bulan : Juli 2010 Sampai bulan : Oktober 2010 Balingka,
November
2010
Syafri Yenti, S.Pd.I Nip. 19801201 200710 2002 Mengetahui Kepala Kementerian
Pengawas
Agama Kota Balingka
Jasril S.Ag Nip. 19611220198603 1 003
Kepala MTsN Balingka Kab. Agam
Drs. Taifuni Nip. 150 227 368
Isnaini Kiram, S.Ag, MM
Nip. 19530824 197701 2001
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Penelitian Tindakan kelas ini. Dalam menyelesaikan laporan penelitian ini penulis telah banyak menerima bantuan dan pertimbangan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini. Semoga segala bantuan dan kebaikanyang telah diberikan akan mendapat balasan yang terbaik dari Allah SWT. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Balingka, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
3
C. Batasan Masala D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................................
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ......................................................
5
B. Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ........................................................
5
C. Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) .......................................
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian B. rencana Tindakan C. Alat Pengumpul Data D. Analisis Data dan refleksi E. Pembuatan Instrumen F. Indikator Kinerja BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Siklus I
20
B. Siklus II
23
C. Siklus III
BAB V
27
PENUTUP
A. Kesimpulan
31
B. Saran-saran
31
DAFTAR PUSTAKA
View more...
Comments