PTK Bahasa Inggris 2018

July 12, 2019 | Author: Andren bob | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

PTK Bahasa Inggris 2018...

Description

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IX SMPN 4 V KOTO KAMPUNG DALAM

Oleh : YANTI RISNA S.Pd 19711024 200604 2 006

SMPN 4 V KOTO KAMPUNG DALAM

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Upaya

Peningkatan

Kemampuan

Siswa

Menulis

Teks

Berbentuk Procedure Melalui Metode Make a Match di Kelas IX SMP 4 V Kampung Dalam Peneliti

: Yanti Risna S.Pd

Kepala SMP 4 V Kampung Dalam,

YOHENDRIS, S.Pd  NIP. 196506031997021001 196506031997021001

(SMP 4 V Kampung Dalam)

Pengawas

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian

:

Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Procedure Melalui Metode Make a Match di Kelas IX SMP 4 V Kampung Dalam

2. Identitas Peneliti a.  Nama Lengkap

:

Yanti Risna S.Pd

 b. Jenis Kelamin

:

Perempuan

c.  NIP

:

19711024 200604 2 006

d. Pangkat. Golongan

:

Penata Muda.Tk I /III.b

e. Sekolah

:

SMP 4 V Kampung Kampung Dalam

f. Alamat

:

Jalan Kp. Paneh Sungai Jilatang Kp. Dalam

:

2 Bulan

Dari Bulan

:

Februari

Sampai Bulan

:

Maret

3. Lama Penelitian

Mengesahkan

Banjar, 23 Maret 2010

Guru Pemandu

Penyusun,

Dede Darusman, S.Pd  NIP. 197408201999031006 197408201999031006

Rd. Friska Mahyudin Syah, S.Pd  NIP. 197704012009021006 197704012009021006

Mengetahui, Kepala SMP Pasundan Banjar

SOBAR, S.Pd  NIP. 197308201999031006 197308201999031006

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya  penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan tuntas dan tepat waktu.Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dalam rangka  pelaksanaan program BERMUTU ( Better Education Through Reformed Managament and Universal Teachers Upgrading ) MGMP Bahasa Inggris. Penulisan proposal ini selesai berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih tersampaikan kepada : 1.

SOBAR, S.Pd, Kepala SMP Pasundan Banjar atas ijin, motivasi dan dukungannya dukungannya menyelenggarakan penelitian di SMP Pasundan Banjar.

2.

Pengawas Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dinas Pendidikan Kota Banjar, Hj. Euis Srinengsih, M.Pd.

3.

Ibu Dra, Hj. Nur rahmiyati, PKS Kurikulum SMP Pasundan Banjar atas saran dan dukungannya selama melaksanakan penelitian.

4.

Dede Darusman, S.Pd, sebagai guru pemandu MGMP BERMUTU Mata Pelajaran Bahasa Inggris atas bimbingan dan diskusinya yang sangat  bermanfaat bagi penyusun dalam penyelesaian penyelesaian penelitian ini.

5.

Para fasilitator dan pemateri yang telah memberikan materi BERMUTU selama 16 pertemuan yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas guru.

6.

Pengurus MGMP Bahasa Inggris yang senantiasa memberikan pelayanan maksimal kepada kami.

7.

Rekan-rekan Guru kelompok kelas 3 MGMP Bahasa Inggris 1 Kota Banjar atas kerjasama dan diskusinya sehingga proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan tepat waktu.

8.

Semua guru dan rekan Guru MGMP Bahasa Inggrsi 1 yang turut  berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak diberkati Allah SWT. Tersadar bahwa Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari

kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak tetap terbuka guna penyempunaan dan perbaikan tindak lanjut.

Semoga pelaksanaan dan hasil

 penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat dan peningkatan dalam proses  pembelajaran di kelas. Banjar, 23 Maret 2010 Peneliti

Rd. Friska Mahyudin Syah, S.Pd  NIP 197704012009021006 197704012009021006

ABSTRAK

Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: kosa tata, tata bahasa dan  pronunciation  sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan  berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa tentang mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk  procedure pada semester 2 sebanyak 60% siswa masih berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Permasalahan tersebut sangat menarik perhatian penulis untuk mencoba memaparkan topik analisa terhadap kemampuan siswa menulis teks berbentuk posedur melalui model  pembelajaran make a match. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar dengan jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan melalui MGMP program BERMUTU yang pada pelaksanaannya peneliti sebagai Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok guru yang mengajar di kelas IX. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari sampai dengan Maret 2010 atau pada semester 2. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure, mengembangkan strategi  pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan, Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi/ pengamatan dan pemberian test performance siswa dengan bentuk test tuli s. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, hasil pengamatan mengindikasikan  bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat

nilai C ‘good’, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D ‘fair’, 20 siswa (0,49%) mendapat nilai E ‘poor’

Akhirnya penulis menyimpulkan berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata lain, impelmentasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk  prosedur dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan …………………………………………………………

i

Kata Pengantar ………………………………………………………………..

iii

Abstrak ............................................................................................................

v

Daftar Isi ……………………………………………………………………...

vi

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1 1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

II.

…………………….. 4

1.2.1. Rumusan Masalah ...............................................................

4

1.2.2. Pemecahan Masalah ...........................................................

4

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………

5

1.4. Manfaat Hasil Penelitian …………………………………………

6

1.5. Definisi Operasional ……………………………………………...

7

1.6. Batasan Masalah ...........................................................................

7

1.7. Hipotesis Penelitian ......................................................................

8

KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN

2.1.

Kajian Pustaka …………………………………………………… 9 2.1.1. Procedure Text …………………………………………… 9 2.1.2. Contextual Teaching and Learning (CTL) ........................ 2.1.3. Cooperative Learning

9

(CL) …………………………....... 10

2.1.4. Model Pembelajaran Make a Match ................................. 2.2. Rencana Tindakan ……………………………………………......

11 13

III.

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1.

Setting Penelitian ………………………………………………… 15

3.2

Persiapan Penelitian ……………………………………………...

3.3. Prosedur Penelitian 3.4. Siklus Penelitian

IV.

V.

16

………………………………………………. 16

……………………………………………......... 19

3.5. Pembuatan Instrumen …………………………………………….

22

3.6. Analisis dan Refleksi .....................................................................

23

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Laporan Tindakan Siklus 1 ............................................

24

4.1.1. Hasil Tindakan ......................................................................

24

4.1.2. Hasil Pengamatan/Observasi ................................................

26

4.1.3. Hasil Test Performance Siswa ..............................................

28

4.1.4. Hasil Refleksi Siklus ke 1 ....................................................

32

4.2. Deskripsi Laporan Tindakan Siklus 2 ............................................

34

4.2.1. Hasil Tindakan ......................................................................

34

4.2.2. Hasil Pengamatan/Observasi ................................................

36

4.2.3. Hasil Test Performance Siswa ..............................................

39

4.2.4. Hasil Refleksi Siklus ke 2 ....................................................

42

4.3. Pembahasan ...................................................................................

42

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .....................................................................................

45

5.2. Saran ...............................................................................................

45

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill ) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris ( Language Learning ) di jenjang SMP merupakan materi  pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan  berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang. Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan  Pronunciation  sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan  berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability)  sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur  bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang  berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul  pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika

dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks  berbentuk procedure dan report   adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks ber bentuk procedure telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut : -

Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure. Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog

 berbentuk  procedure  dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif. Setelah mengamati uraian di atas, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera

diatasi. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar  bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu  pengetahuan yang mereka butuhkan. Setelah mengikuti pelatihan guru melalui MGMP BERMUTU ( Better Education Through

Reformed

Management

and

Universal

Teachers

Upgrading )

yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjar, serta pengalaman penulis saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, penulis mencoba menggunakan  pendekatan Contextual Teaching And Learning   dan pendekatan Cooperative Learning  dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Penulis melakukan penelitian tindakan

kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan

Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk  Procedure  Melalui Model Pembelajaran Make a Match di Kelas IX A

SMP Pasundan Banjar”

1.2.Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam  penelitian ini adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Procedure di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar ?” 1.2.2. Pemecahan Masalah

Terdapat tiga macam modalitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam  pembelajaran, yaitu pemrosesan informasi, dan komunikasi (DePorter, dkk, 2000). Senada dengan yang diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan bahwa secara ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal penyerapan informasi tersebut manusia dibagi menjadi 3 bagian; manusia visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/ dilihatnya; manusia auditorik, di mana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal; dan manusia kinestetik, di mana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih

dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan

orang lain tersebut melakukan hal tadi (http://www.medikaholistik.com). Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba model pembelajaran Make a  Match  atau mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang  berterima. Model Pembelajaran  Make a Match  merupakan implementasi dari Metode Contextual Teaching and Learning   (CTL). Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning ; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada

siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan; (7) pendidikan atau  education  bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton; (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes. Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan  bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan,  sharing   dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik  pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan. 1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks  procedure.

2.

Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.

3.

Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis.

1.4.Manfaat Penelitian

a.

Manfaat bagi Peneliti 1.

Mengembangkan

model

pembelajaran

yang

efektif,

efisien

dan

menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses  pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis siswa. 2.

Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.

3.

Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik dan meningkatakan kualitas profesionalisme guru.

 b.

Manfaat Bagi Siswa 1.

Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure

c.

2.

Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar.

3.

Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks sederhana

4.

Meningkatkan kompetensi menulis dan prestasi belajar Bahasa Inggris.

Manfaat Bagi Sekolah Melalui model pembelajaran make a match  membantu memperbaiki  pembelajaran Bahasa Inggris di SMP Pasundan Banjar

1.5.Definisi Operasional

Sebagai upaya memperjelas pemahaman dalam penelitian demi menghindari kesalahan dalam penyusunan penelitian, di bawah ini adalah penjelasan mengenai definisi operasional yang digunakan penulis. 1.3.1.

Kemampuan siswa dalam menyusun teks

Siswa mampu mengimplementasikan ide dan gagasannya dalam menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure. 1.3.2. Procedure text

Teks  procedure  bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkahlangkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). 1.3.3. Model Pembelajaran Make a Match

Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

1.6.Batasan Masalah

Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran  Make a Match  yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyusun teks Bahasa Inggris berbentuk procedure.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Kajian Pustaka 2.1.1. Teks Procedure

Teks  procedure  merupakan salah satu Genre text selain dari beberapa genre yang dipelajari di tingkat SMP. Teks  procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah- langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks  procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks  procedur dikenal pula dengan istilah directory. Teks procedure umumnya memiliki struktur : 1.

Goal, tujuan kegiatan,

2.

Materials,

bahan-bahan

yang

diperlukan

untuk

membuat

suatu

 barang/melakukan suatu aktifitas yang sifatnya opsional, 3.

Steps, serangkaian langkah.

2.1.2. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning  (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut  pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Hal ini senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk belajar. Mulyasa (2006:103) juga mengemukakan : pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual; (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswamenonton ke siswa aktif bekerja dan  berkarya, guru mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 2.1.3. Cooperative Learning (CL)

Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning ) merupakan suatu pendekatan  pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang  penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut Anita Lie  (1:10)  ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam cooperative learning , : Pengelompokan, semangat Gotong Royong,  penataan ruang kelas

Belajar

kelompok,

memiliki

kesempatan

mengungkapkan

gagasan,

mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang  pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang  perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan  baik. Keterampilan tersebut antara lain menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat mahir). Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja  bersama-sama, belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya. Penulis sepakat bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap

terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN Pasundan Banjar Kelas IX A. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran Make A Match. 2.1.4. Model Pembelajaran Make a Match

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran make a match. Metode make a match  atau mencari  pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu  jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan

kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi  poin. 6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang  berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi  pelajaran.

2.2.

Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran Writing agar dapat menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode pembelajaran kooperatif. Dengan optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik Kooperatif merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam hal ini penulis menggunakan model pembelajaran  Make a Match. Teknik

metode

pembelajaran

make

a

match  atau

mencari

pasangan

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah s iswa

mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan  berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure B dan seterusnya. 4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi  poin. 5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang  berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi  pelajaran.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1.

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Pasundan Banjar. Alamat sekolah

di Jalan Tentara Pelajar No. 158 Kota Banjar. Penelitian ini merupakan

 penelitian

yang dilakukan

melalui

MGMP

program

BERMUTU

yang pada

 pelaksanaannya peneliti sebagai Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang. Guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok 3. Subyek penelitian yang di ambil adalah kelas IX A SMP pasundan Banjar. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari 2010 atau pada semester 2. Kelas IX A berjumlah 41 siswa, laki-laki 17 dan perempuan 24 siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi siswa mayoritas anak buruh dan petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih  belum seluruhnya mempunyai keaktifan dalam belajar.

3.2.

Persiapan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan : a. Pembuatan lembar instrumen penelitian  b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.

c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran d. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami siswa. e. Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi  pembelajaran. f. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian. g. Lembar

penilaian

proses

untuk

memantau

keaktifan,

kemandirian,

kompetensi, kelancaran dan ketepatan. h. Membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran dan mengetahui optimalisasi pembelajaran make a match.

3.3.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action  Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada  prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan ( planning ), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru-guru MGMP Bahasa Inggris Kelompok 1 yang mengajar di kelas IX. Penulis merencanakan pembelajaran Bahasa Inggris dengan memilih materi  pembelajaran Writing Procedure Text   melalui dua siklus pada semester 2 tahun  pelajaran 2009-2010. Alokasi waktu yang digunakan pada siklus pertama terdiri dari 2x40 menit. Pada proses pembelajaran ini, penulis melakukan empat langkah teknik

 pembelajaran yang meliputi  Building Knowledge of The Field   (BKOF),  Modelling of the Thext   (MOT), Joint Contruction of the text   (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada siklus kedua dan seterusnya apabila diperlukan dalam penelitian ini. Pada langkah BKOF, guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan Tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa sering menggunakan teks  procedure  atau langkah-langkah untuk menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang digunakan dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit Pada langkah selanjutnya (MOT), guru memberikan contoh teks  procedure melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks  procedure  langkahlangkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai langkah membuat coffee instant . Langkah ini dibatasi waktu 10 menit. Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks  procedure  kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam  penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Langkah-langkah penerapan metode make a match  sebagai  berikut:

1.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainn ya kartu jawaban.

2.

Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3.

Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4.

Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat procedure A akan berpasangan dengan kalimat  berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat  procedure B dan seterusnya.

5.

Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6.

Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

7.

Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8.

Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9.

Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy  berisi kalimat acak ( jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks  procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.

Siklus Penelitian

Dalam pelaksanaannya penulis merencanakan menggunakan 2 siklus sebagai dasar penelitian tindakan kelas. SIKLUS ke-1

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup: 1.

Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode CTL dengan menggunakan model Pembelajaran make a match. 3.

Merancang model pembelajaran klasikal.

4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif. 5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir). 6. Menyusun kelompok belajar peserta didik. 7. Merencanakan tugas kelompok.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: 1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan. 2. Menerapkan model pembelajaran klasikal. 3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana. 4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan. 5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

Tahap Mengamati (observation), mencakup: 1. Melakukan diskusi dengan guru Bahasa Inggris kelompok 1 MGMP Bahasa Inggris Kota Banjar dan kepala sekolah untuk rencana observasi. 2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran klasikal yang dilakukan guru kelas IX. 3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model  pembelajaran klasikal. 4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahankelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran  perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

Tahap refleksi (Reflection), mencakup: 1.

Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model  pembelajaran klasikal dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. 3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran klasikal. 4.

Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

5.

Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.

SIKLUS ke-2

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup: 1.

Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. 3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: 1.

Melakukan analisis pemecahan masalah.

2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model  pembelajaran Make a Match.

Tahap Mengamati (observation), mencakup: 1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match. 2. Mencatat perubahan yang terjadi. 3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.

Tahap Refleksi (Reflection), mencakup: 1. Merefleksikan proses pembelajaran make a match 2. Merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model  pembelajaran make a match. 3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian. 4. menyusun rekomendasi.

Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1)  peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam  proses pembelajaran Bahasa Inggris; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata  pelajaran Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata  pelajaran Bahasa Inggris.

3.4.

Pembuatan Instrumen

Pengamatan yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata  pelajaran yang sejenis sebagai pengamat di kelas ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut : a.

Potongan kartu yang berisi kalimat  procedure  yang di acak dan dibagikan kepada siswa (satu kelompok diberi satu buah kartu) sebagai instrumen menyusun sebuah teks procedure.

3.5.

 b.

Lembar Observasi dan Lembar Cek list

c.

Lembar Kerja Siswa sebagai evaluasi atau penilaian

Analisis dan Refleksi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan analisa deskriptif kuantitatif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2. Refleksi yang dilakukan sesuai dengan  perencanaan yang dilakukan. Penelitian dengan metode pembelajaran kontekstual ini,

 peneliti berharap siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Tindak lanjut dalam penelitian ini siswa dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran kontekstual akan dilakukan secara berkesinambungan oleh guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dijelaskan dalam bab ini mencakup siklus ke satu dan siklus kedua sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Bab ini melaporkan hasil dari test writing procedure text   pada tahap akhir masing-masing siklus. Hasli penelitian dapat tergambar melalui tahapan sebagai berikut.

Kondisi awal

tindakan

Guru

Siswa

Belum menggunakan media video dan teknik MAKE A MATCH dalam mengajar Teks Prosedur

Hasil belajar siswa pada mater i menyusun Teks Prosedure rendah

Menggunakan media Video dan teknik MAKE A MATCH dalam Menyusun Teks Prosedur

kondisi akhir

4.1.

Diduga melalui penggunaan Media Video dan Teknik Pembelajaran Make a Match meningkatkan hasil belajar siswa menyusun teks berbentuk prosedur

SIKLUS I

Menggunakan teknik MAKE A MATCH, tapi tidak semua siswa terlibat

SIKLUS II

Menggunakan media Video dan Siswa diberi kartu seluruhnya secara berkelompok kecil

Deskripsi Laporan Tindakan Siklus ke 1 4.1.1. Hasil Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus ke 1 merupakan hasil dari 1  pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2010 jam ke 1-2 (07.00  –  08.20) dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini

mencakup perencanaan, implementasi tindakan (BKOF, MOT, JCOT, ICOT), observasi dan refleksi tindakan. Pada proses pembelajaran ini, penulis melakukan empat langkah teknik  pembelajaran yang meliputi  Building Knowledge of The Field   (BKOF),  Modelling of the Thext (MOT), Joint Contruction of the text   (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada sikllus kedua dan seterusnya apabila diperlukan dalam penelitian ini. Pada langkah BKOF, guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa sering menggunakan teks  procedure  atau langkah-langkah untuk menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang digunakan dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit Pada langkah selanjutnya (MOT), guru memberikan contoh teks  procedure melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks  procedure  langkahlangkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai langkah membuat coffee instant. Langkah ini dibatasi waktu 10 menit. Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks  procedure  kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam

 penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Pada ICOT, siwa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy  berisi kalimat acak ( jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks  procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.

4.1.2. Hasil Pengamatan/ Observasi

Hasil Pengamatan pada siklus ke-1 merupakan hasil pengamatan para observer  pada proses pembelajaran tahap BKOF, MOT dan JCOT yang dilakukan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning melalui model pembelajaran make a match. Para observer yang merupakan guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam MGMP Kota Banjar kelompok kelas 3 melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi berbentuk form check list   ( ). Indikator yang diamati selama proses pembelajaran meliputi tiga indikator, yaitu  perhatian siswa terhadap materi pelajaran, kerjasama kelompok, partisipasi. Pada kegiatan inti (BKOF, MOT, JCOT) guru menjelaskan struktur penyusunan teks  procedure  dengan menggunakan media in focus kemudian guru menyuruh siswa membentuk kelompok dan siswa diberi kartu yang berisi kalimat acak. Siswa diminta mencari pasangan kalimat yang ada di kelompok lain. Dibawah ini adalah hasil  pengamatan para observer.

TABEL HASIL PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS PROSEDUR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PERTEMUAN KE 1 SIKLUS 1

Kelas

: IX A

Aspek Skill

: Writing

 No

Nama

1 Ade Entris Firmansyah 2 Adis Yudistira

1

√ √

3 Agus Rusdiat 4 Arapat Sahara

Indikator 2

√ √

3





8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Dadan Ramdani Delis Meliani Deri Gumilar Dikha Puspa W Doni Kurniawan Eli Wahyuni Enci Supriatin Endah Yulianti Erik Darusman Erna Wati Erni Euis Solihat Handi Sunantoro Hendiana Hera Cahyaningsih Ika Kartika Jenal MA Kicin Dini Lastri Muhrohil Neni Suhesti Nia Kaningsih Okfi Lestari

1 3 1

Kategori Aktif Pasif

√ √ √ √ √

1 0

5 Asep Rianto 6 Cici 7 Darus

Total

√ √ √

√ √ √



√ √ √ √ √

√ √ √ √ √





√ √ √

√ √

√ √ √ √



√ √ √ √



2 3 0 3 0 2 1 0 1 1 1 1 1 3 0 2 0 0 1 3 3 3 0 2 1

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Reni Nuraeni Riyan Supriadi Risa Fatmawati Rully Nurdianti Saepul Uyun Sena Destiana Tati Sudarti Usi Veni Lutviani Wandini Srilya M Yuli Yulianti TOTAL

PROSENTASE  Keterangan Indikator: 1.  Perhatian 2.  Kerjasama 3.  Pasritipasi

√ √ √

√ √ √







√ 20 48,78

√ √ √ 19 46,34

√ √ √ √ √ √

√ 21 51,22

3 2 2 2 0 3 1 3 1 0 3 60 48,78

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 18 43,90

23 56,09

Berdasarkan hasil penilain proses dari tabel di atas dilihat bahwa sebanyak 18 orang siswa (43%) siswa aktif mengikuti proses pembelajaran melalui model  pembelajaran make a match. Jumlah siswa yang pasif lebih besar yaitu sebanyak 23 orang (56%). 4.1.3. Hasil Test Performance

Selain lembar penilaian proses, dalam upaya mengumpulkan data, peneliti menggunakan instrumen test tulis yang merupakan kalimat acak (jumbled sentences) dibagikan kepada siswa secara individu. Proses ini dilakukan pada akhir pembelajaran  berupa evaluasi pembelajaran pertemuan ke-2. Berikut nilai hasil belajar siswa yang terangkum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1:

Hasil test Writing Menyusun Kalimat Siklus 1 DAFTAR NILAI SISWA KELAS IX A SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2009-2010 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

1

Ade Entris Firmansyah

L

60

50

110

RATARATA 55,00

2

Adis Yudistira

L

70

62

132

66,00

3

Agus Rusdiat

L

60

60

120

60,00

4

Arapat Sahara

L

65

55

120

60,00

5

Asep Rianto

L

50

60

110

55,00

6

Cici

P

65

65

130

65,00

7

Darus

L

75

60

135

67,50

8

Dadan Ramdani

L

50

60

110

55,00

9

Delis Meliani

P

65

60

125

62,50

10

Deri Gumilar

L

60

60

120

60,00

11

Dikha Puspa W

P

75

70

145

72,50

12

Doni Kurniawan

L

60

65

125

62,50

13

Eli Wahyuni

P

65

60

125

62,50

14

Enci Supriatin

P

60

60

120

60,00

15

Endah Yulianti

P

55

60

115

57,50

16

Erik Darusman

L

60

66

126

63,00

17

Erna Wati

P

65

60

125

62,50

18

Erni

P

60

60

120

60,00

19

Euis Solihat

P

70

65

135

67,50

20

Handi Sunantoro

L

60

60

120

60,00

21

Hendiana

L

70

65

135

67,50

22

Hera Cahyaningsih

P

65

60

125

62,50

23

Ika Kartika

P

55

55

110

55,00

24

Jenal MA

L

60

55

115

57,50

25

Kicin Dini

P

70

65

135

67,50

26

Lastri

P

90

80

170

85,00

27

Muhrohil

L

65

65

130

65,00

 No

NAMA

L/P

SCORE

JML

28

 Neni Suhesti

P

60

60

120

60,00

29

 Nia Kaningsih

P

70

65

135

67,50

30

Okfi Lestari

P

70

70

140

70,00

31

Reni Nuraeni

P

60

60

120

60,00

32

Riyan Supriadi

L

60

55

115

57,50

33

Risa Fatmawati

P

75

70

145

72,50

34

Rully Nurdianti

P

80

75

155

77,50

35

Saepul Uyun

L

60

60

120

60,00

36

Sena Destiana

P

65

65

130

65,00

37

Tati Sudarti

P

60

60

120

60,00

38

Usi

P

60

55

115

57,50

39

Veni Lutviani

P

60

55

115

57,50

40

Wandini Srilya M

L

50

50

100

50,00

41

Yuli Yulianti

P

65

60

125

62,50

TOTAL

2620

2523

5143

2571,5

RATA-RATA

63,90

61,54

125,4390

62,72

Aspek Penilaian: 1. Mengidentifikasi generic structure dan language feature 2. Menyusun kalimat acak ( jumbled text ) menjadi sebuah text secara individu

Tabel 2:  N o 1

2

Rekapitulasi Nilai Hasil Test performance pada Siklus 1

Aspek Penilaian sikap Mengidentifikasi Generic Structure dan Language Feature Menyusun Kalimat acak menjadi teks  procedure Catatan: A: Excellent B: Very Good C: Good D: Fair E: Poor F: Very Poor

Jumlah Siswa

Presentase

A

B

C

D

E

F

A

B

C

D

E

F

0

1

1

9

25

5

0,00

0,02

0,02

0,22

0,61

0,1 2

0

0

1

4

28

8

0,00

0,00

0,02

0,10

0,68

0,2 0

(10) (8.0 - 9.9) (8.0 –  8.9 (7.0 –  7.9) (6.0 –  6.9) (5.0 –  5.9)

1. Identifikasi generic structure dan language feature 0 11

5

Jumlah Siswa A 9

Jumlah Siswa B Jumlah Siswa C Jumlah Siswa D Jumlah Siswa E

25

Jumlah Siswa F

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak seorang pun siswa yang memperoleh nilai “Excellent” dalam mengidentifikasi generic structure teks berbentuk  procedure.

Satu (1)siswa (0,02%) mendapat nilai “Very Good”, satu (1) siswa

memperoleh nilai

“Good” (0,02%), sembilan (9) siswa (0,22%) memperoleh nilai

“Fair”, mayoritas sebanyak 25 siswa (0,61%) mendapat nilai “Poor”, sebanyak 5 siswa (0,12%) siswa mendapat nilai very poor. 2.

Menyusun kalimat acak menjadi teks prosedur yang berterima 0.00

0.02 0.10

0.68 0 0.20 0

0.00

1 8

A 4

B C D E

28

F A

Pada chart diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada stu seorang pun siswa yang memperoleh nilai “Excellent” dan ‘very good’  satu (1) siswa (0,02%) memperoleh nilai

“good”, sebanyak empat (4) siswa (0,10%) memperoleh nilai “fair”, dua puluh delapan (28) siswa

(0,68%) memperoleh nilai “poor”dan sebanyak delapan (8) siswa (0,20%)

memperoleh nilai “very poor”.

4.1.4. Hasil Refleksi Siklus ke-1

Yang

dimaksud

dengan

refleksi

adalah

mengingat

dan

merenungkan

kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi penulis berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang

nyata

dalam

tindakan

strategis,

dengan

mempertimbangkan

ragam

 perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran di kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajaran dilaksanakan. Sesuai dengan tahap perencanaan yang telah disusun, refleksi siklus ke-1 dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2010 bertempat di SMPN 6 Banjar yang dihadiri oleh para observer dan guru pemandu sebagai nara sumber. Para observer yang hadir memberikan

evaluasi

berdasarkan

catatan

dan

pendapatnya

mengenai

proses

 pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil pengamatan dapat ditemukan sebanyak 18 orang (43%) siswa saja yang secara aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas siswa, yaitu sebanyak 23 siswa (56%) masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun  belum menunjukkan hasil yang signifikan, bahkan dalam indikator mengidentifikasi  generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai

A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 25 siswa (0,61) mendapat nilai E (poor), satu siwa (0,02%) mendapat nilai B (Very Good), satu siswa (0,02%) mendapat nilai C (Good), sembilan siswa (0,22%) mendapat nilai D (fair). Pada Indikator menyusun relevansi susunan kalimat menjadi sebuah text secara individu siswa masih belum menghasilkan nilai yang diharapkan. Bahkan tidak ada satu pun siswa yang

mendapatkan nilai ‘excellent’ dan ‘very good’. Mayoritas siswa, atau sebanyak 28 siswa (0,68%) mendapat nilai E (poor). Merujuk pada data dan hasil refleksi pelaksanaan siklus ke 1 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menulis menyusun kalimat menjadi teks berbentuk  prosedur yang dilaksanakan pada siklus ke 1 dapat dikatakan gagal dan belum berhasil dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat acak menjadi teks padu berbentuk procedure. Hal tersebut merupakan masalah dan temuan yang harus segera dicari solusinya sebagai upaya peningkatan mutu kualitas pembelajaran. Kegagalan ini menurut para observer terjadi pada media pembelajaran yang  belum optimal, efektif dan efisien. Pendapat ini muncul dari Ibu Ai, S.Pd sebagai observer yang mengatakan bahwa penggunaan media sangat penting dalam tahap BKOF dan MOT, pada tahap ini siswa seharusnya diberi penguatan materi secara spesifik mengenai langkah-langkah retorika membuat sebuah teks  procedure. Senada dengan  pendapat Ibu Ai, S.Pd, Ibu attin dan Pak Nana sebagai observer juga memberikan komentar, bahwa aktifitas siswa di kelas cenderung tidak disiplin dan kurang efektif mengingat tidak semua siswa diberi kartu yang berisi penggalan kalimat. Guru model hanya memberi satu buah kartu per-kelompok, dimana tidak semua siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, Ibu Ina, S.Pd

dan Ibu Maya Ulfah, S.Pd memberikan pendapatnya bahwa guru model hendaknya menjelaskan secara rinci aturan main dan batasan waktu dalam tahap JCOT (kerja kelompok) sehingga siswa tidak kebingungan dan mampu mengimplementasikan  perintah yang diberikan oleh guru. Pendapat dan saran para pengamat/observer merupakan dasar tindakan selanjutnya. Peneliti merasa perlu melangkah ke siklus ke 2. Dalam hal ini peneliti memutuskan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menyusun rencana  perbaikan pada siklus ke-2. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang, diharapkan pada siklus ke-2 pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik, berhasil dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa.

4.2.

Deskripsi Laporan Tindakan Siklus ke 2 4.2.1. Hasil Tindakan

Rencana tindakan siklus ke 2 mengacu pada hasil refleksi yang dilakukan pada siklus pertama. Perencanaan tindakan dimulai dari tahap perencanaan program  pengajaran yang dilakukan oleh peneliti berkonsultasi dengan guru pemandu dan guruguru yang tergabung dalam MGMP Bermutu Bahasa Inggris kelompok kelas 3 dengan memperbaiki RPP (Rencana Program Pengajaran) sebagai skenario pembelajaran siklus kedua. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam siklus kedua terdiri dari satu pertemuan (2x40 menit). Siklus ke 2 dilaksanakan pada tanggal 2 maret 2010 di SMP Pasundan Banjar. Berbeda dengan siklus ke 1, pada siklus kedua ini peneliti menggunakan media video dalam tahap MOT. Peneliti membuat sebuah video dengan cara mengedit video

yang di download dari www.youtube.com tentang prosedur cara menggunakan mesin ATM. Hal ini dilakukan sebagai upaya memperjelas materi sehingga diharapkan siswa dapat dengan mudah menangkap materi yang ditampilkan. Selain itu, peneliti juga membuat kartu untuk melaksanakan pembelajaran make a match yang berisi kalimat acak sebanyak 10 teks yang terbagi menjadi 5 bagian, yang masing-masing bagian diabagikan kepada seluruh siswa yang berjumlah 41 orang. Pada langkah BKOF (Buliding Knowlwdge of the Field) , guru memulai  pembelajaran dengan melakukan tegur sapa dan mengabsen siswa. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas sesuai tema. Penjelasan silabus dan indikator pembelajaran dijelaskan pula dalam tahap ini. Hal tersebut dilakukan agar siswa mempunyai batasan dan tujuan dalam pembelajaran. Tahap BKOF dibatasi waktu 10 menit. Pada tahap ini ada beberapa siswa yang dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini membuat guru merasa terhibur dan termotivasi, guru dapat mengetahui seberapa besar siswa yang mempunyai kemampuan dasar materi yang akan dibahas dalam pertemuan kali ini. Pada langkah MOT (Modeling of the Text), guru menggunakan media Video dalam mentransfer materi pembelajaran. Sebelum film diputar, guru memberikan  beberapa catatan di papan tulis berupa kata kunci dan apa saja yang harus dilakukan siswa pada saat melihat film. Selanjutnya siswa diberi kesempatan melihat dan mengamati film berisi tata cara menggunakan mesin ATM serta langkah-langkah menyusun teks  procedure. Siswa diminta mencatat langkah-langkah pembuat teks  procedure dan informasi yang tersirat dari film yang mereka lihat dan amati. Pada langkah ini, siswa terlihat antusias dan fokus pada film yang sedang di putar. Mereka

terlihat sibuk dengan temannya mendiskusikan apa saja yang mereka lihat dan mereka membuat beberapa catatan kecil. Pada langkah ini waktu dibatasi 10 menit. Setelah siswa dibekali materi pada tahap BKOF, Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta untuk menggabungkan diri pada kelompoknya. Masing masing kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang siswa. Jumlah kelompok siswa sebanyak 8 kelompok dari 41 siswa. Sebelum membagikan kartu yang  berisi kalimat acak, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match dimana siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi kalimat  procedure di kelompoknya masing masing. Kelompok yang dapat meyelesaikan permainan dengan cepat dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian guru mulai membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 41 kartu. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy  berisi kalimat acak ( jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks  procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 20 menit.

4.2.2. Hasil Pengamatan/ Observasi

Pada tahap pengamatan, peneliti melakukan penilaian proses dengan cara  berkeliling ke tiap kelompok dan mengamati aktifitas belajar siswa. Peneliti menggunakan form check list

(√) untuk mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran.

Penilaian proses ini terfokus pada indikator penilaian proses meliputi  perhatian siswa terhadap materi, kerjasama siswa dalam kelompoknya  dan  partisifasi siswa dalam

mengerjakan tugas. Penilaian proses ini berupa check list  (√)

yang berisi nama-nama

siswa. Hasil pengamatan pada siklus ke 2 dapat dilihat pada lembar penilaian dibawah ini.

TABEL HASIL PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS PROSEDUR MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH SIKLUS 2

Kelas Aspek Skill NO

: IX A : Writing NAMA

1 Ade Entris Firmansyah 2 Adis Yudistira

INDIKATOR 1 2 3

√ √

3 Agus Rusdiat 4 Arapat Sahara 5 Asep Rianto 6 Cici 7 Darus 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Dadan Ramdani Delis Meliani Deri Gumilar Dikha Puspa W Doni Kurniawan Eli Wahyuni Enci Supriatin Endah Yulianti Erik Darusman Erna Wati Erni Euis Solihat Handi Sunantoro Hendiana Hera Cahyaningsih Ika Kartika Jenal MA Kicin Dini

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √

2

√ √ √ √



√ √

√ √ √ √ √ √ √



3 3 1

KATEGORI AKTIF PASIF

√ √ √ √

1

√ √ √ √ √ √

√ √

TOTAL

√ √



2 3 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 0 2 1 1 1 3

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Lastri Muhrohil Neni Suhesti Nia Kaningsih Okfi Lestari Reni Nuraeni Riyan Supriadi Risa Fatmawati Rully Nurdianti Saepul Uyun Sena Destiana Tati Sudarti Usi Veni Lutviani Wandini Srilya M Yuli Yulianti TOTAL

√ √ √ √ √ √ √

√ √

√ √

√ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ 30 22 27 73,17 53,66 65,85

PROSENTASE  Keterangan Indikator: 1.  Perhatian 2.  Kerjasama 3.  Partispasi

3 3 2 2 2 3 2 2 2 0 3 1 3 2 1 2 79 64,23

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 29 70,73

12 29,27

Berdasarkan data yang diperoleh pada sikus ke 2 dapat dilihat sejauh mana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Ada peningkatan hasil pada proses  pembelajaran dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan siklus ke 1, yaitu sebanyak 29 siswa (70,73%) aktif dalam proses pembelajaran dan siswa yang pasif sebanyak 12 orang (29,27%). Siswa mengalami peningkatan dalam hasil proses pembelajaran dimungkinkan oleh situasi pembelajaran yang asyik dan tidak kaku. Siswa senang dan enjoy dengan media pembelajaran video dimana siswa dapat dengan fokus mengikuti proses  pembelajaran. Melalui model pembelajaran make a match siswa tidak diberi

kesempatan untuk melakukan hal yang lain diluar kerja kelompok dengan pembatasan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif. 4.2.3. Hasil Test Performance Siswa

Hasil evaluasi siswa pada test tulis terfokus pada kemampuan siswa menyusun kalimat acak menjadi teks yang berterima. Siswa diminta mengisi instrumen berupa LKS (lembar kerja siswa) yang dibagikan secara individu. Siswa mengisi LKS yang diberikan dengan dibatasi waktu 15 menit. Test tersebut dilaksanakan pada akhir  pembelajaran pada pertemuan yang sama. Hasil dari test tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 3:

Hasil test Writing Menyusun Kalimat Siklus 2

DAFTAR NILAI SISWA KELAS IX A SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2009-2010 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

1

Ade Entris Firmansyah

L

65

60

125

RATARATA 62,5

2

Adis Yudistira

L

75

70

145

72,5

3

Agus Rusdiat

L

75

70

145

72,5

4

Arapat Sahara

L

80

70

150

75

5

Asep Rianto

L

65

60

125

62,5

6

Cici

P

75

70

145

72,5

7

Darus

L

80

70

150

75

8

Dadan Ramdani

L

65

60

125

62,5

9

Delis Meliani

P

75

70

145

72,5

10

Deri Gumilar

L

75

70

145

72,5

11

Dikha Puspa W

P

85

80

165

82,5

12

Doni Kurniawan

L

75

70

145

72,5

13

Eli Wahyuni

P

70

65

135

67,5

14

Enci Supriatin

P

65

60

125

62,5

15

Endah Yulianti

P

75

65

140

70

16

Erik Darusman

L

70

65

135

67,5

17

Erna Wati

P

70

65

135

67,5

 No

NAMA

L/P

SCORE

JML

18

Erni

P

65

60

125

62,5

19

Euis Solihat

P

75

75

150

75

20

Handi Sunantoro

L

65

60

125

62,5

21

Hendiana

L

80

75

155

77,5

22

Hera Cahyaningsih

P

70

65

135

67,5

23

Ika Kartika

P

70

75

145

72,5

24

Jenal MA

L

65

65

130

65

25

Kicin Dini

P

80

70

150

75

26

Lastri

P

95

85

180

90

27

Muhrohil

L

75

65

140

70

28  Neni Suhesti 29  Nia Kaningsih

P

65

60

125

62,5

P

70

65

135

67,5

30

Okfi Lestari

P

80

70

150

75

31

Reni Nuraeni

P

65

60

125

62,5

32

Riyan Supriadi

L

60

60

120

60

33

Risa Fatmawati

P

85

75

160

80

34

Rully Nurdianti

P

80

75

155

77,5

35

Saepul Uyun

L

75

70

145

72,5

36

Sena Destiana

P

75

65

140

70

37

Tati Sudarti

P

65

60

125

62,5

38

Usi

P

80

80

160

80

39

Veni Lutviani

P

70

55

125

62,5

40

Wandini Srilya M

L

65

60

125

62,5

41

Yuli Yulianti

P

75

70

145

72,5

TOTAL

2990

2760

5750

2875

RATA-RATA

72,93

67,32

140,24

70,12

Aspek Penilaian: 1. Mengidentifikasi generic structure dan language feature 2. Menyusun kalimat acak (jumbled text) menjadi sebuah text secara individu

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Hasil Test performance pada Siklus 2 No

Aspek Penilaian sikap

Jumlah Siswa

Presentase

A

B

C

D

E

F

A

B

C

D

E

F

1

Mengidentifikasi generic structure dan language feature

0

1

9

19

12

0

0,00

0,02

0,22

0,46

0,29

0,00

2

Menyusun relevansi susunan kalimat menjadi sebuah text secara individu

0

0

3

17

20

1

0,00

0,00

0,07

0,41

0,49

0,02

Catatan:  A: Excellent  D: Fair

(10) (7.0 – 7.9)

B: Very Good E: Poor

(8.0 - 9.9) (6.0 – 6.9)

C: Good F: Very Poor

(8.0 –  8.9) (5.0 –  5.9)

1. Identifikasi generic structure dan language feature A, 0.00, F, 0, 0% 0%

B, 0.02, 0%

F, 0.00, 0%

A B

E, 12, 29%

C, 9, 21%

C D

D; 19

E F A

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu siswa pun yang

mendapat nilai A ‘excellent’, Satu siswa (0,02%) mendapat nilai B ‘good’, 9 siswa (0,22%) mendapan nilai C ‘good’, 19 siswa (0,46%) mendapat nilai D ‘fair’, 12 siswa (0,29%) mendapat

nilai E ‘poor’ dan tidak ada satu pun siswa yang mendapat nilai F

‘very poor’ dalam mengidentidikasi generic structure teks prosedur.

2. Menyusun kalimat acak menjadi teks procedure yang berterima 1

0.00 0.00

0.41 0.49 0.07

0.02 0

3

0

A B C D

20

17

E F A B

Pada chart di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada satu pun siswa

yang mendapat nilai A ‘excellent’ dan B ‘very good’. Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat nilai C ‘good’, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D ‘fair’, 20 siswa (0,49%) mendapat nilai E ‘poor’ dan 1 siswa (0,02%) mendapat nilai F ‘very poor’. 4.2.4. Hasil Refleksi

Setelah melakukan analisis data dari hasil observasi yang dilakukan melalui  penilaian proses dan test writing, peneliti dan para obeserver yang terdiri dari para guru yang tergabung dalam MGMP Bahasa Inggris 1 melaksanakan refleksi. Refleksi dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2010 bertempat di SMP Pasundan Banjar. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan tindakan siklus ke 2. Data akhir hasil dari pengolahan data dan analisis menunjukkan peningkatan yang signifikan bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model make a match dapat mengatasi masalah siswa dalam menyusun

kalimat acak menjadi teks padu berbentuk  procedure  dan dapat membuat siswa  berpartisifasi

aktif dalam proses pembelajaran.

Hal ini membuktikan bahwa

implementasi tindakan pada siklus ke 2 mendapat respon yang positif dan siklus ke 2 ini merupakan penutup penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

4.3.

Pembahasan

Data hasil analisis penilaian proses dan test tulis sebagai instrumen evaluasi yang telah di refleksikan dapat dilihat bahwa pada siklus ke 1 pembelajaran menyusun kalimat menjadi teks procedure menggunakan model pembelajaran make a match tidak  berhasil secara maksimal karena hasil test dan proses tidak mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini dapat ditemukan sebanyak 18 orang (43%) siswa saja yang secara aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas siswa, yaitu sebanyak 23 orang (56%) siswa masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun  belum menunjukkan hasil yang signifikan, bahkan dalam indikator mengidentifikasi  generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 25 orang (0,61) mendapat nilai E (poor), satu orang siwa (0,02%) mendapat nilai B (Very Good), satu orang siswa (0,02%) mendapat nilai C (Good), sembilan orang siswa (0,22%) mendapat nilai D (fair). Dengan kata lain implementasi tindakan pada siklus ke 1 tidak berhasil dan dapat dikatakan pembelajaran tersebut mengalami kegagalan dan diperbaiki di siklus ke 2. Pada tindakan siklus ke 2 guru mulai melakukan beberapa perbaikan dari kelemahan tindakan pembelajaran. Kelemahan yang ditemukan dalam siklus ke 1

meliputi media pembelajaran yang kurang relevan, siswa belum terbiasa/ belum akrab dengan mode pembelajaran make a match, serta pembatasan alokasi waktu tiap tahapan  belajar yang kurang diperhatikan oleh guru. Hal tersebut menjadi dasar perbaikan di siklus ke 2. Guru kemudian memperbaikinya dengan menggunakan media video berupa film yang menyajikan tata cara/ prosedur menggunakan mesin ATM, siswa terlihat antusias dan fokus pada proses pembelajaran. Selain itu, guru membagikan kartu ke tiap kelompok masing-masing, satu siswa mendapat satu buah kartu untuk di cocokkan dengan teman satu kelompok. Batasan waktu dan penjelasan permainan make a match  juga disampaikan oleh guru. Setelah melaksanakan tindakan siklus ke 2, hasil pengamatan mengindikasikan  bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat

nilai C ‘good’, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D ‘fair’, 20 siswa (0,49%) mendapat nilai E ‘poor’. Dengan demikian hasil pelaksanaan tindakan siklus ke 2 telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, walaupun peneliti belum merasa puas akan hasil yang telah ditemukan. Kenaikan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran Aktifitas Siswa

Siklus ke 1

Siklus ke 2

43%

70,73%

Siklus ke 1

Siklus ke 2

Prosentase Nilai Siswa Yang Mencapai KKM (65)

0,22%

0,46%

Prosentase Siswa yang melebihi KKM (> 70)

0,27%

0,71%

Hasil Rata-rata Nilai Test Writing

62,72

70,12

Prosentase keaktifan siswa dalam pembelajaran

Tabel 2. Peningkatan Hasil Test Siswa Aktifitas Siswa

Berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan  bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata lain, implimentasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk procedure dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Akhirnya,

penulis

dapat

memeperoleh

beberapa

hasil

temuan

setelah

melaksanakan refleksi dan diskusi pada bab sebelumnya dan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

Penggunaan

Model

Pembelajaran

make

a

match  dapat

meningkatkan

kemampuan siswa kelas IX A SMP Pasundan Banjar pada semester 2 tahun  pelajaran 2009-2010. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi/ test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus pertama 62,72 meningkat pada siklus ke 2 menjadi 70,12. 2.

Penggunaan Model Pembelajaran make a match dan media pembelajaran video dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan  prosentase keaktifan siswa pada siklus pertama sebesar 40,90% meningkat pada siklus kedua menjadi 70,73%.

5.2.

Saran

Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya diciptakan oleh guru dalam membimbing dan memberi penguatan kepada siswa di kelas. Guru tentunya memiliki keinginan bagaimana siswa dapat dengan cepat mengerti dan mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal yang paling utama adalah guru hendaknya senantiasa melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan

 belajar siswa di kelas. Penulis menyarankan guru mulai mencoba menggunakan model  pembelajarankelompok seperti model pembelajaran make a match dalam pembelajaran karena siswa dapat termotivasi dan bekerjasama melalui pembelajaran yang menyenangkan disesuaikan dengan konteks yang menjadi tujuan pembelajran. Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil refleksi kedua siklus, peneliti membuat catatan beberapa saran untuk perbaikan di masa mendatang sebagaimana berikut: 1.

Perhatian guru terhadap peningkatan mutu pendidikan Bahasa Inggris khususnya  perlu ditingkatkan demi keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Keterampilan menulis sangat essensial dihubungkan dengan aspek pengembangan diri siswa ke depan.

2.

Model pembelajaran yang variatif hendaknya selalu dicoba sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran aktif, inovatif, komunikatif, efektif dan menyenangkan sesuai dengan prinsip PAIKEM.

3.

Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses  pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis mereka.

4.

Dalam upaya Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar guru hendaknya terus menggali potensi siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) teks bahasa inggris.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. Cooperative Learning . Jakarta: PT. Gramedia , 2005 Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen PMPTK. Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner . Deakin: Deakin University. Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan  Profesi Guru. Bandung: LPMP. Mulyasa. (2003).  Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan  Implementasi. Bandung : Remaja Rosda karya. Suhardjono et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang  Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis. Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London International Educational and Profesional Publisher. Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Dirtendik: 2003.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF