PTK Bahasa Indonesia

October 3, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PTK Bahasa Indonesia...

Description

 

PTK BAHASA INDONESIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS IMAJINATIF BERBASIS PENGALAMAN PRIBADI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX SMP NEGERI 18 SEMARANG SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014  PROPOSAL PTK   Oleh  Nama

: Herman Aji Prasetiyo  

NIM

: 2101012016  

Prodi

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 

Jurusan

: Bahasa dan Sastra Indonesia  

 

PENDIDIKAN PROFESI GURU FAKULTAS BAHASA DAN SENI  UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG  2013  A.  JUDUL  “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS IMAJINATIF BERBASIS PENGALAMAN PRIBADI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX SMP NEGERI 18 SEMARANG SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014”  B.  LATAR BELAKANG 

Kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya satun ya adalah kompetensi  bersastra. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa tujuan tujuan akhir dari pembelajaran sastra adalah menanamkan sikap moral, menumbuhkan kreativitas,

 

dan meningkatkan nilai-nilai estetis dalam segi kehidupan. Salah satu keterampilan dalam  berbahasa maupun bersastra adalah menulis. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa samping menyimak, berbicara, dan membaca. Di sekolah menengah  pertama menulis diajarkan lebih dahulu sebelum guru mengajarkan mengajarkan keterampilan yang lain. Bahkan para guru berusaha sekuat tenaga agar peserta didik pandai dan pintar dalam kemampuan menulis, yang sekaligus mampu mengusai isi dan tema-tema dalam tulisan. tulisa n.  Karya sastra prosa fiksi baru dibagi menjadi dua, yaitu cerpen dan novel. Cerita pendek atau cerpen adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Cerita pendek mengisahkan sepenggal kehidupan manusia yang penuh pertikaian mengahrukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Laksana 2009: 61).   Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di SMP Negeri 18 Semarang kelas IX, sebagian besar peserta didik bercerita bahwa hanya menulis ketika peserta didik mendapat tugas dari guru. Sebaliknya, kurang dari satu pertiga peserta didik itu bercerita mereka hanya menulis buku harian, itupun tidak semua dari peserta didik menulis secara rutin setiap hari dengan alasan waktu yang peserta didik miliki terbatas untuk mengerjakan tugas-tugas mata mat a  pelajaran lain. Ataupun bila ada waktu luang, mereka lebih untuk refreshing, refreshing, entah itu  bermain, menonton tv, atau pergi bersama bersama teman atau keluarga.  Dari fenomena di atas dapat disimpulkan tidak setiap peserta didik menyukai sastra, lebih-lebih menulis sastra dalam bentuk cerpen. Banyak peserta didik beranggapan bahwa menulis atau berkarya dibidang sastra adalah bakat. Kenyataan inilah yang menjadi motivasi kami untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, sehingga anggapan peserta didik pada umumnya ini sedikit demi sedikit dapat ditepis. Selain itu adalah sudah kewajiban guru untuk mengupayakan jalan keluar agar peserta didik mencintai sastra, lebih jauhnya lagi menguasai.   Dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen ini, peran model pembelajaran  pemebelajaran juga sangat dibutuhkan. Dengan adanya adanya media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan minat peserta didik sejak awal pembelajaran dan dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan ketereampilan menulis cerpen.  Media pembelajaran pendidikan bertujuan agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh para peserta didik sebagai  penerima informasi. Informasi yang dikomunikasikan melalui melalui lambang verbal saja kemungkinan terserapnya amat kecil, sebab informasi yang demikian itu merupakan informasi yang sangat abstrak sehingga sangat sulit dipahami dan diresapi (Soeparno ( Soeparno 1988:5).  Pembelajaran menulis cerpen dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif. Model ini merupakan cara yang diajarkan diaja rkan untuk menguasai kompetensi menulis atau mengarang secara bebas sesuai imajinasinya sendiri-sendiri. Di sini perserta didik diberi kebebasan untuk menuangkan segala ide atau gagasan, pendapat atau opini, imajinasi atau daya khayal, dsb ke dalam bentuk tulisan atau karangan.   Penggunaan model pembelajaran menulis imajinatif ini bertujuan untuk peserta didik menulis bebas sesuai dengan imajinasinya sesuai dengan peristiwa yang pernah dialaminya sehingga menjadi sebuah karya sastra yang kompleks. 

 

Seperti dijelaskan di atas bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya materi yang harus dikuasai untuk menumbuhkan pemahaman keanekagaraman budaya Indonesia melalui khasanah kesastraan Indonesia adalah pembelajaran mengarang. Salah satunya tertera pada Kompetensi Dasar. Menulis kembali cerita pendek bertolak dari  peristiwa yang pernah dialami (8.2).  C.  IDENTIFIK IDENTIFIKASI ASI MASALAH 

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di SMP Negeri 18 Semarang, kemampuan menulis cerpen, khususnya peserta didik kelas IX masih rendah. Permasalahan ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.   Secara internal, rendahnya kemampuan menulis cerpen pada peserta didik berpusat pada anggapan pribadi peserta didik .sebelum menulis, mereka sudah beranggapan menulis cerpen itu membosankan. Akibatnya mereka malas dan kurang berminat untuk mencoba menulis cerpen.  Faktor eksternal juga ada dua faktor dalam permasalahan menulis cerpen. ce rpen. Faktor yang  pertama mengarah pada waktu. Menulis cerpen sebenarnya mudah mudah asal ada kemampuan kuat dan latihan rutin, namun kebanyakan peserta didik enggan menulis karena alasan waktu   Faktor eksternal kedua mengarah pada pola mengajar guru. Selama ini guru masih terpengaruh pola pembelajaran lama yang hanya menerapkan metode ceramah. Model  pembelajaran yang digunakan terkesan monoton monoton dan kurang variatif. Hal ini tentu mempengruhi minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pelajaran, khususnya menulis. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pembaharuan model  pembelajaran.  D.  BATASAN MASALAH 

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul sangatlah luas sehingga  perlu dibatasi. Peneliti memilih kelas IX sebagai subjek penelitian karena memang peserta didik di kelas tersebut dalam pembelajaran menulis cerpen kurang mendapat imajinasi dan kurang waktu. Agar peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, guru dituntut menggunakan model model yang tepat, yakni yakni model pembelajaran menulis imajinatif. Model ini dapat membantu menumbuhkan daya imajinasi peserta didik dalam menulis cerpen. Untuk itu, peneliti membatasi pokok permasalahan pada peningkatan keterampilan menulis cerpen  berdasarkan peristiwa yang pernah dialami dengan model pembelajaran pembelajaran menulis imajinatif  peserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang dengan tujuan mempermudah peserta didik dalam mengembangkan kemampuan menulis.  E.  RUMUSAN MASALAH 

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah masala h dalam penelitian ini adalah:  1.  Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen berbasis pengalaman pribadi pribadi pada  peserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang setelah dilakukan pembelajaran pembelajaran dengan model pembelajaran menulis imajinatif? 

 

2.  Bagaiamanakah perubahan perilaku perserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan model pembelajaran menulis imajinatif?  F.  TUJUAN PENELITIAN 

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian peneliti an ini adalah:  1.  Menentukan besaran peningkatan kemampuan menulis cerpen berbasis pengalaman pribadi  peserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang setelah dilakukan pembelajaran pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif.  2. 

Memaparkan perubahan perilaku peserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif. 

G.  MANFAAT PENELITIAN 

Dalam penyusunan PTK ini, penulis berharap hasil penelitian ini akan mempunyai manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :  1.  Manfaat teoretis  Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis terhadap pengembangan kemampuan menulis. Hal ini berkaitan dengan sumbangsih terhadap teori pengembangan menulis cerpen. Selain itu, sebagai bahan memperkaya khasanah penelitian, khususnya penelitian dibidang  pendidikan. Menulis memiliki banyak makna dan manfaat. Ide dan pemikiran seseorang akan lebih awet, menyebar luas, dan dapat dipelajarai lagi jika dituangkan ke dalam bentuk tulisan ( Lasa HS 2006 : 63).  2.  Manfaat praktis  Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi ba gi guru, perserta didik dan peneliti lain. Bagi guru diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khasanah model dalam menulis cerpen, dapat memperbaiki model pembelajaran yang selama ini digunakan, dan dapat menciptakan susasana belajar yang menarik dan tidak membosankan. Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam menulis karangan, dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen, dapat meningkatkan kreatifitas dalam berpikir dan dapat memanfaatkan model pembelajaran menulis imajinatif sebagai model berpikir dalam berbagai hal, baik sebagai model dalam belajar maupun di luar belajar.   H.  KAJIAN PUSTAKA 

Upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para pakar sastra maupun mahasiswa. Setiap penilitian pasti menyisakan masalah baru. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya.  Berikut adalah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan keterampilan menulis, antara lain Davis (2003), Laksmi (2007), Septiani (2007) Miftachul (2008), Erkaya (2009). Karya-

 

karya tersebut sekripsi, dan jurnal internasional, untuk lebih jelasnya jela snya akan penulis uraikan tentang karya-karya tersebut. Davis (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ” Actities for the ESL Classroom  Incorporating Reality-based TV” menunjukan bahwa dengan menggunakan media acara televisi ke dalam kelas dapat mengajarkan berbagai keterampilan bahasa termasuk berbicara dan mendengarkan, membaca dan menulis, serta pengambilan keputusan kelompok,  pemahaman budaya dan penalaran. Alasan Davis Davis memilih media acara televisi adalah peserta didik terlalu seringmendapatkan bahan ajar dari buku. Dengan menggunakan media acara televisi, peserta didik akan merasa lebih nyaman saaat pembelajaran.  Penelitian yang dilakukan oleh Davis mempunyai persamaan dan perbedaan dengan  penelitian peneliti. Persamaannya terletak pada media yang digunakan, yaitu yaitu tentang imajinasi yang dilihatkan dengan menonton televisi. televisi . Perbedaanya peneliti menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif untuk pembelajaran menulis cerpen, sedangkan Davis tidak.  Laksmi (2007) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas X-8 SMA Isalam Sultan Agung 1 Semarang”menunjukan Semarang”menunjukan adanya peningkatan dari sklus I dan siklus II. Diketahui  peningkatan nilai menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat, yaitu skor rata-rata kelas adalah 69 pada siklus I, dan meningkat menjadi 72 pada siklus II. Peningkatan skor tersebut  berada pada kategori baik.  Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksmi terletak pada masalah yang dikaji. Masalah yang dikaji adalah keterampilan menulis cerita pendek. Perbedaanya terletak pada media serta ser ta teknik yang digunakan. Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman  pribadi sedangkan penelitian yang dilakukan dilakukan Laksmi menggunakan media cerita rakyat.  Septiani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul yang  berjudul “Peningkatan Keterampilan Menul;is Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh Tokoh dalam Cerita dengan Media Visual  pada siswa X.4 SMA N 2 Tegal”, menyimpulkan menyimpulkan bahwa melalui teknik pengandaian pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual keterampilan menulis cerpen peserta didik kelas X 4 SMA N 2 Tegal mengalami peningkatan sebesar 11,63 atau 18,30%. Hasil rata-rata menulis cerpen pratindakan sebesar 63,65 dan pada siklus I rata-rata menjadi 70,31 atau meningkat sebesar 10,26% dari rata-rata pratindakan, prat indakan, kemudian pada siklus II diperoleh rata-rata 75,19 atau meningkat sebesar 6,94 dari siklus si klus I. Pemerolehan ini menunjukan bahwa  pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual pada peserta didik kelas X 4 SMA N 2 Tegal dapat meningkat dan  berhasil. Begitu juga dengan prilaku peserta didik mengalami mengalami perubahan ke arah positif.  Persamaan penilitian yang dilakukan Septiani dengan penelitian adalah sama-sama meneliti tentang peningkatan keterampilan menulis cerpen pada peserta didik. Perbedaan  penilitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah Septiani menggunakan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual sedangkan  peneliti menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif. 

 

Miftachul (2008) dalam penelitian skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampialan Menulis Cerpen dengan Metode Sugesti Imajinasi Melalui Media Lagu Siswa Kelas IX-B SMP N 1 Winong Pati”. Penelitiannya mengkaji mengkaji tentang metode sugesti imajinasi dengan media lagu yang berguna untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis cerita pendek. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miftachul menunjukan bahwa, bahwa, penelitian menulis cerpen dengan metode sugesti dan imajinasi melaui media lagu memahami  peningkatan dari sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan. tindakan. Siswa dari 66,35 pada siklus I menjadi 78,57 diikuti adanya perubahan perilaku belajar yang negatif berubah menjadi positif.  Erkaya (2009) melakukan penelitian dengan judul Benefits judul  Benefits of Using Hort Stories in the  EFL Context  mengungkapkan  mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis cerpen merupakan mer upakan pembelajaran yang sangat efektif karena menanamkan motivasi dalam cerita-cerita yang ditulis. Selain itu dalam pembelajaran menulis cerpen guru dapat mengajarkan tentang sastra maupun budaya.  Namun, sebelum guru memulai pembelajaran menulis cerpen di di kelas, guru harus memahami manfaat dari pembelajaran itu dan memahami kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran.   Keterkaitan penelitian Erkaya dengan penelitian peneliti adalah sama-sama meneliti menulis cerpen di kelas. Menurut Erkaya, guru dapat mengajarkan tentang sastra maupun  budaya melalui pembelajarn menulis. Sedangkan menurut menurut peneliti, menulis cerpen dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi peserta didik. Intinya pembelajaran menulis cerpen  baik diajarkan untuk peserta didik.  Penelitian juga dilakuakan oleh Azizah Aziz ah (2007) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis cerpen melalui Metode Latihan Terbilang dengan Media Teks Lagu Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen terdapat  peningkatan sebesar 20,44% melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Keterkaitan penelitian Azizah dengan penelitian peneliti adalah sama-sama meneliti menulis cerpen di kelas. Menurut Azizah, guru dapat mengajarkan tentang menulis  pengalaman sesorang untuk dijadikan sebuah cerita pendek dengan media teks lagu  lagu dan  peserta didik bisa berimajinasi. Sedangkan menurut peneliti, menulis cerpen dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi peserta didik. Intinya pembelajaran menulis cerpen  baik diajarkan untuk peserta didik.  I.  LANDASAN TEORETIS 

Keterampialan menulis meruapakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah. Keterampilan menulis itu hak semua orang dan dapat dipelajari. Menulis merupakan proses perkembangan. Jika seseorang ingin terampil menulis harus banyak melatih. Pada subbab inj dipaparkan pendapat para ahli mengenai keterampilan menulis cerepen, pengalaman diri sendiri, model pembelajaran menulis imajinatif, dan menulis cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri dengan model  pembelajaran menulis imajinatif.  1.  Keteram Keterampilan pilan menulis cerpen 

Keterampilan menulis cerpen adalah kemampuan berbahasa seseorang untuk dapat menghasilakan sebuah karya yang berupa cerpen. Pada bagian keterampilan menulis cerpen

 

ini akan dibahas tentang pengertian cerpen, unsur membangun cerpen, pengertian menulis cerpen, langkah-langkah menulis cerpen, dan hakikat keterampilan menulis cerpen.   A.  Pengertian cerpen  Dalam sebuah cerita pendek aspek masalah yang diceritakan sangatlah dibatasi. Oleh karena itu, sebuah cerita prosa yang disebut cerita pendek memang pendek karena  pengembangan plotnya plotnya sangat dibatasi. Adegan yang ditampilkan dipilih secara cermat, halhal yang tidak penting dibuang (Arsyad dkk. 1986. 1986:13)  Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita  pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk (Kosasih 2008:53). Menurut Notosusanto (dalam Tarigan 1993:176) cerita pendek adalah cerita yang panjangnya disekitar 5000 kata atau kirakira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.   B.  Unsur pembangun cerpen  Cerita pendek terdiri atas unsur-unsur intrinsik : alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut  pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Berikut Berikut ini pembahsan masing-masing unsur.  1. 

Tema  Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema Te ma cerita menyangkut segala  persoalan, yaitu persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, kecemburuan, dan sebaginya. Untuk mengetahui tema sebuah cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap  berbagai unsur karangan/ Bisa saja tema “dititipkan” dalam dalam unsur penokohan, alur, atau latar ( Kosasih 2008:55).  Tema suatu karya sastra dapat tersurat dan dapat tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan, tetapi terasa dalam dala m keseluruhan cerita yang dibuat  pengarang (Suharianto 2005:17). 2005:17). Selanjutnya Tinambunan dkk. dkk. (1996: 11) mengatakan : tema sebuah cerita merupakan pokok atau ide sentral cerita atau masalah yang membutuhkan  jalan keluar atau pemecahan.  Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik simpulan si mpulan bahwa yang dimaksud tema adalah gagasan atau permasalahan yang mendasari suatu cerita yang merupakan patokan pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra. 

2.  Alur atau plot  Pengertian alur dalam cerita pendek atau karya fiksi pada pada umumnya adalah adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita cerit a yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminudin 2010:83). Alur merupakan cara  pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berurutun dengan memperhatikan hukum hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh (Suharianto 2005:18).  Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang sambung menyambung menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa.

 

Akan tetapi peristiwa-pwristiwa dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan antara  peristiwa satu dengan peristiwa yang lainnya. Rangakaian peristiwa itulah yang yang membentuk  plot atau alur cerita. Jadi, alur itu memperlihatkan bagimana cerita itu berjalan (Wiyanto 2005:79).  Menurut Setyaningsih (2003:20) alur adalah jalinan peristiwa secara beruntut dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh. Alur sebuah cerita harus bersifat padu (unity). ( unity). Antara  peristiwa yang satu dengan yang lainya lainya harus berkaitan.  Dari keseluruhan pendapat tentang alur di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah  peristiwa-peristiwa yang terjalin dengan urutan yang baik yang membentuk sebuah cerita. Dalam alur terdapat serangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.  3.  Latar atau Setting   Sudarman (2008:274) latar ( setting ) merupakan tempat di mana suatu peristiwa cerita ituterjadi. Latar sebenarnya tidak hanya mencangkup tempat, tetapi juga suasana kejadian kej adian cerita dan kapan terjadinya kejadian itu. Suharianto (2005:22) latar adalah waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah ia lah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu di suatu tempat.   Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar merupakan unsur yang menjelaskan mengenai situasi dalam cerpen yang terbagi atas latar tempat, waktu, dan situasi lingkungan. li ngkungan.  4.  Tokoh dan penokohan  Pelaku yang mengembangkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin 2010:79). Menurut Sudarman (2008:274-275) tokoh adalah pelaku dalam suatu cerita yang diciptakan pengarang. Biasanya dalam suatu cerita ada tokoh utama dan ada juga tokoh t okoh figuran atau tokoh kecil.  Penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun  batinya yang dapat berupa pandangan pandangan hidupnya, sikapnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiayadatnya, sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan tokoh lain (Suharianto 2005:31).  Dari uraian pendapat tentang tokoh dan penokohan di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran seorang tokoh dalam karya sastra berbentuk prosa seperti cerpen merupakan suatu hal yang mutlak. Lewat penggambaran tokoh tersebut, maka sebuah cerpen dapat dikatakan menarik maupun tidak menarik. Inilah salah satu hal yang membedakan karya sastra prosa atau cerpen denagan puisi. Jadi penokohan yang baik adalah penokohan yang berhasil menggambarkan watak tokoh-tokoh cerita yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat. Agar kehadiranya dapat diterima pembaca, tokoh cerita tidak terlaluasing  bagi pembaca.  5.  Sudut pandang  Sudut pandang ada beberapa jenis pengisahan,yaitu (1) pengarang sebagai pelaku utama cerita. Tokoh akan menyebutkan dirinya sebagai “Aku” (2) pengarang ikut main, tetapi te tapi bukan sebagi pelaku utama,(3) pengarang serba hadir. Dalam hal ini pengarang tidak berperan apaapa apa. Pelaku utama cerita tersebut orang lain, dapat “Dia” atau kadang-kadang kadang-kadang disebut

 

namanya tetapi pengarang serba tahu apa yang akan dilakukan atau bahkan apa yang ada dalam pikiran pelaku cerita, dan (4) pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini,  pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau yang ada dalam  pikirannya. Pengarang sepenuhnya sepenuhnya hanya mengatakan atau menceritakan apa yang dilihatnya dilihatnya (Suharianto 2005:36)  Menurut Kosasih (2008:62) point (2008:62) point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang terdiri atas dua macam, m acam, yaitu berperan langsung sebagi orang  pertama dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan berperan sebagai pengamat. Titik pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya (Aminuddin 2010:90).  Berdasrkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah posisi  pengarang dalam menampilkan atau menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai  peristiwa dalam sebuah cerita. Fungsinya adalah sebagi sarana bagi pembaca untuk mengahayati gagasan-gagasan pengarang.  6.  Gaya bahasa  Gaya mengandung penegertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasanya menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual intele ktual dan emosi pembaca (Aminuddin 2010:72). Gaya ( style)  style) adalah cara khas seseorang mengungkapkan ceritanya (Sudarman 2008:278). Adapun Kosasih (2008:64) dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk mencipta nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interasi antartokoh.  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa dalam sebuah cerpen merupakan ciri khas yang dimiliki seorang pengarang. Gaya merupakan cara seorang  pengarang dalam menyampaikan cerita meliputi, pilihan kata, penggunaan penggunaan kalimat, dialog dan sebagainya.  7.  Amanat  Amanat merupakan ajaran moral atau pesan diktatis yang hendak disampikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Tidak jauh berbeda dengan bentuk cerita lainya, lain ya, amanat dalam cerpen akan disampaikan rapi dan disembunyikan pengaranya dalam keseluruahan isi cerita (Kosasih 2008::64).   Jadi dapt disimpulkan bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang terkandung di dalam sebuah karya sastra. Amanat ini berupa pesan yang disampaikan oleh  pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerpen dapat dapat ditemukan dengan membaca secara detail.  C.  Pengertian menulis cerpen  Menulis hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Hampir setiap orang, agaknya, pernah melakukan aktivitas menulis. Misalnya menulis pesan, memo, surat, buku harian, laporan, opini, naskah,  buku, dan lain-lain. Jadi, ada beberapa macam bentuk dan dan bentuk jenis tulisan. Setiap orang

 

mungkin pernah menulis, dari bentuk yang paling ringan dan sederhana sampai yang luas dan mendalam (Hakim 2005:15).  Menurut jabrohim (1994: 166) cerpen dapat dilihat dari segi, yaitu (a) berdasarkan  panjang pendeknya cerita : cerpen singkat, cerpen sedang, dan cerpen panjang; (b)  berdasarkan nilai sastranya : cerpen hiburan dan cerpen sastra; (c) berdasarkan corak unsur struktur ceritanya : cerpen konvensional dan cerpen kontemporer.   Menulis cerpen adalah proses penciptaan karya sastra sas tra yang didasarkan pada kehidupan manusia yang mempunyai nilai-nilai yang bermakna dalam kehidupan, yang mengarahkan, dan meningkaytkan kualitas hidup kita sebagai manusia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya rekayasa pengarangnya, demikian juga pelaku yang terlibat dalam  peristiwa itu. Cerita dalam cerpen masuk akal namun hanya sebuah cerita fiksi atau khayal.  D.  Langkah-langkah menulis cerpen  Adapun Sumardjo (1997:69-72) pada dasarnya terdapat lima tahap proses kreatif menulis. Pertama adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan menulisnya.   Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dis impannya dan  

dipikirkanya matang-matang, dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menulisnya. Ketiga, saat inspirasi. Inilah saat kapan bayi gagasan di bawah sadr sudah mendepakdepakan kakinya ingin keluar, ingin dilahirkan. Datangnya saat ini tiba-tiba saja. Inilah saat “Eureka” yakni saat yang amat ideal. Gagasan dan bentuk dan  bentuk ungkapkanya telah jelas dan terpadu. Ada desakan kuat untuk segera menulis dan tidak bisa ditunggu-tunggu lagi.  Keempat, tahap penulisan. Kalau saat inspirasi telah muncul maka segeralah lari ke mesin tulis atau komputer atau ambil bolpoin dan segera menulis. Tuangkan semua gagasan yang  baik dan kurang baik, muntahkan muntahkan semua tanpa sisa dalam sebuah bentuk tulisan yang direncanakannya.  Kelima, adalah tahap revisi. Setelah “melahirkan” bayi gagasan di dunia nyata ini berupa tulisan, maka istirahatlah jiwa ji wa dan badan anda. Jika otot-otot tidak kaku lagi, maka periksalah dan nilailah berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang kau miliki. Buang bagian yang dinalar tidak perlu, tambahkan yang mungkin perlu ditambahkan.  E.  Menilai kemampuan menulis cerpen  Menulis cerpen tentang kehidupan diri sendiri merupakan sebuah karangan. Karangan yang baik tentu saja harus memenuhi sebuah kriteria untuk menjadi karangan yang  bagus.karangan yang bagus tentu saja mempunyai unsur-unsur yang membangunnya. membangunnya. Menurut Haris (dalam Nurgiyantoro 2001:306) unsur-unsur karangan adalah adal ah contect (isi, gagasan yang dikemukakan), from dikemukakan), from (organisasi isi), grammer isi), grammer (tata bahasa dan pola kalimat), style kalimat),  style (gaya, pilihan struktur dan kosakata), dan mechanics mechanics(ejaan). (ejaan). Unsur-unsur tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam dala m menilai suatu karangan. Untuk mengukur kuliatas cerita, hendaknya mencoba memberikan kepada orang lain untuk mengomentari,  bagimana kritik dan sarannya, apakah kelebihan dan kelemahanya kemudian diperbaiki lagi. (Komaidi 2005 : 182). 

 

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahawa aspek yang dinilai dalam tes keterampilan menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri dengan model  pembelajaran menulis imajinatif, isi dan penyajian cerita, kelengkapan unsur-unsur intrinsik, dan bahasa yang digunakan.  F.  Keterampilan menulis cerpen  Keterampilan menulis cerpen merupakan salah satu keterampilan berbahasa be rbahasa yang sangat  penting bagi kehidupan manusia manusia yaitu sebagai alat komunikasi. Penulis menyampaikan informasi kepada pembacanya melalui simbol-simbol bahasa yang dapat dibaca, dipahami, dan dimengerti. Jadi menulis kretif sastra adalah suatu proses yang digunakan seseorang dalam bentuk perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik puisi maupun prosa (Nugroho 2009 :4).  Pengertian keterampilan menulis cerpen adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang imajinatif untuk menghasilkan sebuah karya sastra dalam bentuk cerpen yang mempunyai nilai-nilai kehidupan dan nilai estis.  2.  Pengalaman pribadi 

Pengalaman pribadi merupakan peristiwa yang pernah dialami sesorang. Peristiwa yang  pernah dialami seseorang terkadang sulit untuk dilupakan karena karena sangat berkesan, misalnya saja pengalaman lucu, pengalaman aneh, pengalaman yang mendebarkan, pengalaman yang mengharukan, pengalaman memalukan, dan pengalaman yang menyakitkan.   Depdiknas (dalam Nuryatin 2005:18-19) menyebutkan jenis-jenis pengalaman pribadi ada enam, yaitu : pengalaman lucu, pengalaman aneh, pengalamanmendebarkan, pengalaman mengharuhkan, pengalaman memalukan, dan pengalaman menyakitkan.  Menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi atau kehidupan diri sendiri dapat membentuk peserta didik untuk lebih mudah memunculkan ide atau gagasan yang ada dalam dala m  pikirannya. Dengan mengingat mengingat kembali serta menghayati pengalaman yang pernah dialami,  peserta didik dapat menulis secara jujur, ururt, dan tidak terkesan terpaksa.  3.  Model pembelajaran menulis imajinatif  

Dalam proses pembelajaran pembelajaran menulis Imajinatif ini peserta didik diajarkan menguasai kompetensi menulis atau mengarang secara bebas sesuai imajinasinya sendiri-sendiri. Di sini peserta didik diberi kebebasan untuk menuangkan segala ide atau gagasan,  pendapatatau opini, imajinasi atau daya khayal, dsb ke dalam dalam bentuk tulisan atau karangan.  Penulis dalam penelitian ini menggunakan model pemebelajaran menulis imajinatif yang dapat digunakan untuk menulis cerpen . pada model ini, terdapat tiga langkah untuk dapat menulis cerpen, yaitu pengelompokan (clustering), menulis cepat (fast writing), writi ng), dan memperagakan bukan memberitahukan (show not tell).   1.  Pengelompokan (Clustering)  Pengelompokan yang dikembangkan dikembangkan oleh Gabriele Rico adalah suatu cara memilih  pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkanya menuangkanya di atas kertas secepatnya, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya. Suatu pengelompokan yang terbentuk di

 

atas kertas hampir seperti proses berpikir yang terjadi dalam otak, walaupun dalam bentuk yang sangat disederhanakan (DepPoter 2004: 181).   Keuntungan dari teknik pengelompokan menurut Hernowo, yaitu (1) membuat peserta didik mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antargagasan, (2) membantu peserta didik mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan, dan (3) membuat peserta didik dapat menelusuri jalur yang dilalui otak tiba pada suatu konsep tertentu.   2. 

Menulis cepat (Fast writing)  Menulis cepat membantu peserta didik untuk menghindari penghentian ide-ide. Menulis cepat sebuah teknik untuk menulis cerpen agar tulisan yang ada dalam pikiran dapat mengalir  bebas tanpa hambatan. Siswa terkadang tiba-tiba terhenti ketika sedang menulis sebuah cerpen dikarenakan peserta didik bingung akan menulis apa lagi pada kalimat selanjutnya. se lanjutnya. Siswa juga berpikir jika tulisanya tersebut mengandung banyak sekali nkesalahan sehingga  peserta didik berusaha langsung untuk mengoreksinya. Hal ini yang menyebabkan menyebabkan ide-ide tersebut terhenti.  Peserta didik menulis semua yang ada dipikiranya ke dalam kertas kosong. Peserta didik menulis berdasarkan kata-kata yang telah dikelompokan tadi. Siswa menulis cerpen dengan cepat tanpa memperhatikan kesalahan-kesalahannya. Karena peserta didik memperhatikan  

kesalahannya maka akan menhentikan kreatifitasnya.

3.  Memperagakan bukan memberitahukan (Show not tell)   Pada teknik ini, peserta didik meulis draf kasar tentang tenta ng cerpenya. Cerpen yang masih  berupa draf kasar ini, kemudian dipoles agar menjadi cerpen yang yang bahasanya menjadi hidup. Memperagakan bukan memberitahukan artinyamemberikan penjelasan secara terperinci seperti apa tampaknya, rasanya, dan kedengarannya.  Penjelasan yang hidup adalah alat yang ampuh untuk para penulis. Teknik ini mengambil  bentuk “kalimat-kalimat “kalimat-kalimat memberi tahu” kemudian mengubahnya menjadi “paragraf -paragraf -paragraf yang memperagakan”. Peserta didik yang menggunakan teknik ini, paragaraf akan terbentuk secara alamiah dan berkesan hidup. Hasilnya akan menyenangkan dan mudah dipahami.   5.  Menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi 

Menulis cerpen pada hakikatnya hakikatnya adalah mengembangkan ide menjadi tulisan imajinatif. Memperoleh ide dan menjadikannya sebuah cerita ce rita pendek membutuhkan pemikiran, daya imajinasi, kreatuvitas, dan kemampuan menuliskan bahasa dalam sebuah tulisan fiksi.   Agar pembelajaran lebih terarah, maka dapat diguanakan model pembelajaran imajinatif. Model ini dapat membantu peserta didik mengeluarkan ide-ide ke dalam tulisan dan mengembangkanya menjadi cerpen. Pada dasarnya, penerapan model pembelajaran menulis imajinatif akan mempermudah siswa didalam menulis cerepen sehingga kemampuan menulis cerpen akan meningkat dan speserta didik tidak beranggapan bahwa menulis cerpen itu hal yang susah dan pembelajaran menulis cerpen adalah hal yang membosankan. 

 

Sebelum peserta didik berhasil menulis cerpen, peserta didik melewati beberapa tahap dalam proses kreatif yang berlaku juga dalam penulisan karya kar ya sastra. Tahap-tahap penulisan cerpenya disesuaikan dengan model pembelajaran menulis imajinatif. Model pembelajaran menulis imajinatif akan membantu peserta didik agar berhasil menulis cerpen. Unsur kretifivitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena dalam hal ini sangat penting  peranya dalam mengembangkan proses proses kreatif seorang penulis atau pengarang dalam karyakaryanya, kreativitas ini dalam ide maupun akhirnya (Titik 2003:31).  J.  KERANGKA BERPIKIR   Pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif diharapkan dapat menarik motivasi peserta didik untuk aktif belajar. Ada kaitan antara penyajian model pembelajaran menulis imajinatif sebagai pengarang dengan  pengalaman pribadi.  Serangakaian pengalaman pribadi peserta didik dengan model pembelajaran menulis imajinatif pada pembelajaran menulis cerpen dapat membantu pemahaman pada pikiran  peserta didik tentang cerita pendek yang akan disusun. Pemahaman Pemahaman itu penting bagi bekal kegiatan menulis cerita pendek.  Model pembelajaran yang disajiakan dalam pembelajaran meulis cerita c erita pendek dengan  berbasis pengalaman pribadi ini dapat menuntun peserta peserta didik berekspresi menceritakan  pengalaman atau cerita yang ada dalam pengalaman pribadinya. Hal ini terjadi karena dengan dengan menulis imajinatif peserta didik tertarik atau terangsang untuk menceritakan dan mengembankan ide cerita dengan model pembeljaran menulis imajinatif berbasis pengalaman  pribadi sesuai dengan karakter yang telah dialami dirinya sendiri dan peserta didik dapat mengemas jalan cerita dalam menulis cerita pendek yang menarik sesuai dengan daya khayal dan imajinasi peserta didik bangun lewat tokoh yang peserta didik pilih.   Oleh karena itu, penyajian model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman  pribadi dapat membentuk suatu pemahaman tentang cerita pendek yang hendak disusun dengan model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi dapat menuntun  pikiran peserta didik untuk menyusun menyusun cerita pendek. Diharapkan sajian menulis imajinatif  berbasis pengalaman pribadi ini dapat memudahkan peserta didik mampu mampu mneyusun cerita  pendek dengan baik.  K.  HIPOTESIS TINDAKAN 

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran menulis cerpen mengunakan model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi, keterampilan peserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang dalam menulis cerpen akan meningkat, serta dapat mengubah perilaku siswa ke arah yang positif.   L.  METODE PENELITIAN 

1.  Desain penelitian  Penelitian yang dilakukan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan PTK guru akan memperoleh manfaat praktis,yaitu dapat mengetahui secara jelas maslah-maslah yang ada di kelasnya dan bagaimana cara mengatasi masalah itu i tu (Subyantoro, 2007:2).PTK 2007:2).PTK adalah bentuk penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual dalam pembelajaran di

 

kelas. Penelitian ini berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik  pembelajaran di kelas (Taniredja,dkk 2010 :17) :17)  Penelitian ini menggunakan desain PTK dengan dua siklus yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen  peserta didik dan siklus II bertujuan untuk mengetahui mengetahui peningkatan keterampilan menulis cerpen setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri ter diri terdiri atas empat tahap, ta hap, yaitu perencanaan, tindakan,  pengamatan, dan refleksi. Kempat komponen komponen tersebut dipandang sebagai I siklus. Penelitian ini diawali dengan pretes terlebih dahulu. Setelah menegtahui kondisi awal peserta peser ta didik, kemudian dilakukan tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan. Tindakan siklus II agar terjadi peningkatan hasil peserta didik.  

Gambar 1. Hubungan siklus I dan siklus II  Perencanaan Ulang 

Perencanaan

Refleksi

Tindakan

Tindakan 

Refleksi

Observasi

Observasi 

1.  Siklus I  Proses siklus I meliputi empata tahap. Kempat tahap t ahap tersebut adalah (1) perencanaan; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.   1)  Perencanaan  Tahap ini dimulai dengan reflesk awal. Kegiatan yang dilakukan berupa renungan atau  pemikiran terhadap wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP  N 18 Semarang. Kegiatan dilanjutkan dengan dengan perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan sebagai upaya memecahkan permaslahan yang ditemukan pada refleksi awal. Selain itu, dalam perencanaan peneliti juga mempersiapkan segala sesuatu yang perlu dilakukan pada tahap tindakan.  Perencanaan yang dilakukan yaitu: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang  berisi langkah-langkah sesuai dengan tindakan yang yang akan dilakukan; (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, yang meliputi media pembelejaran dan peralatan untuk kegiatan belajar mengajar; (3) mempersiapkan instrumen yang akan digunakan, antara lain berupa pedoman penilaian, wawancara, observasi, jurnal, dan dokumentasi; (4) menyusun rencana evaluasi; (5) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia dan eteman sejawat s ejawat tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.  2)  Tindakan 

 

Tindakan yang akan dilakukan peneliti pada pembelajaran bahasa dan sasatra Indonesia adalah tindakan yang sudah dirancang pada tahap perencanaan atau tindakan merupakan  proses pembelajaran yang telah disesuaikan oleh peniliti pada tahap perencanaan. Tindakan yang dilakukan dilakukan peneliti dalam meneliti yaitu pembelajaran menulis cerpen dengan berbasis  pengalaman pribadi dan menggunakan menggunakan model pembeljaran menulis imajinatis.  Tindakan ini melalui tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup  Tindakan pendahuluan merupakan tahap pengkondisian peserta didik agar peserta didik siap dalam mengikuti pembelajaran. Pada tahap pendahuluan ini meliputi; (1) guru melakukan apersepsi, (2) guru menjelaskan tujuan pembelajaran.   Kemudian pada tahap inti meliputi; (1) guru memberikan materi tentang menulis cerpen, (2) guru menjelaskan tentang model pembelajaran menulis imajinatif, (3) guru menginformasikan kepada peserta didik dalam menulis cerpen, (4) guru menugaskan  peserta didik untuk menuliskan beberapa topik berdasarkan pengalaman pribadi, (5) peserta didik diminta untuk menentukan salah satu topik t opik yang akan dikembangkanya ke dalam sebuah cerpen, (6) guru menugaskan peserta didik untuk menulis cerpen dengan model  pembelajran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi.  Tahap penutup merupakan tahap merefleksikan kegiatan pembelajaran pembelaja ran yang telah dilakukan. Pada tahap ini meliputi; (1) guru merefleksikan kegiatan pembelajaran dan merumuskan beberapa tindakan atau rekomendasi yang bisa dilakukan pada pengalaman  pribadi, (2) guru menanyakan kesulitan kesulitan dan hambatan peserta didik dalam menulis cerpen dengan memanfaatkan pengalaman pribadi dengan model pembelajaran menulis imajinatif.  

3)  Observasi  Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan dari peneliti terhadap kegiatan peserta didik selama proses penelitian langsung serta repon dan dampak terhadap peserta pesert a didik setelah kegiatan pembelajaran langsung. Dalam observasi ini akan diungkap segala peristiwa atau aktifitas peserta didik selama pembelajaran maupun respon peserta didik terhadap teknik  

 pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui semua prilaku atau aktifitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran yaitu keantusiasan peserta didik selama mengikuti pembelajaran, keantusiasan peserta didik mendengarkan penjelasan guru, peserta didik tertarik dalam menulis cerpen, peserta didik serius dalm menulis cerpen, peserta didik ramai, peserta didik diam saja, peserta didik melamun, peserta didik mengganggu temannya.  4)  Refleksi  Setelah pelaksanaan tindakan, penilitian menganalisis tentang prosedur terhadap hasil  pemantauan. Terhadap hasil refleksi ini peneliti mempertimbangkan dan melakukan revisi untuk perbaikan terhadap rencana selanjutnya yaitu terhadap rencana siklus II. Pada tahap ini i ni  peneliti menganalisis hasil tes dan non tes siklus I. Hasil refleksi ini sebagai bahan masukan untuk siklus II. Kemudian masalah yang timbul pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.

 

Sedangkan kelebihan yang terdapat pada siklus diti ngkatkan, si klus I akan dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga hasil pembelajaranpun akan meningkat.   2.  Proses tindakan siklus  Prosedur tindakan siklus II melingkupi tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.  1)  Perencanaan  Pada tahap perencanaan siklus II ini merupakan perbaikan pada tahap siklus I. Dalam  perencanaan peneliti mempersiapkan; (1) mengadakan perbaikan dalam menyusun menyusun rencana  pembelajran dengan pemanfaatan pengalaman pribadi dengan dengan model pembelajran menulis imajinatif, (2) menyusun instrumen yang berupa rublik penilaian, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar jurnal serta dokumentasi yang berupa foto untuk memperoleh data nontes, (3) menyiapkan perangkat pembelajaran yang sudah diperbaiki untuk digunakan siklus II.  2)  Tindakan  Pada tahap tindakan yaitu tahap melakukan proses pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. Proses tindakan ini meliputi tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan  penutup.  Tahap pendahuluan merupakan tahap pengkondisian peserta didik siap dalam dala m mengikuti  pembelajaran. Pada tahap pendahuluan ini meliputi; (1) guru guru melakukan apresiasi, (2) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, (3) guru membahas sedikit tentang cerpen yang pernah ditulis peserta didik pada pertemuan sebelumnya.   Kemudian pada tahap inti meliputi; (1) guru mengulas sedikit tentang materi cerpen dan model pembelajaran menulis imajinatif, (2) guru menugaskan peserta didik untuk menentukan beberapa topik yang akan dikembangkannya ke dalam sebuah cerpen, cer pen, (3) peserta didik menentukan salah satu topik yang akan dijadikan sebagai topik dalam cerpen yang akan ditulisnya, (4) guru menugaskan peserta didik menulis cerpen dengan model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi.   Tahap penutup merupakan tahap merefleksikan kegiatan pembelajaran pembelaja ran yang telah dilakukan. Pada tahap ini meliputi; (1) guru merefleksikan kegiatan pembelajaran serta merumuskan beberapa tindakan atau rekomendasi yang bisa peserta didik berpengalaman  pribadi. (2) guru menanyakan kesulitan kesulitan dan hambatan peserta didik dalam menulis cerpen  berbasis pengalaman pribadi dengan pembelajaran menulis imajinatif, (3) peserta didik mengisi jurnal, (4) guru menutup pembelajaran.  3)  Observasi  Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam observasi ini akan diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan pembeljaran, baik aktivitas selama kegiatan pembelajaran maupun respon peserta didik terhadap model pembelajaran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi.   Observasi dilakukan untuk mengetahui semua prilaku atau aktifitas peserta didik selama sel ama kegiatan pembelajaran yaitu, sikap positif dan sikap negatif peserta pese rta didik selama kegiatan  pembelajaran berlangsung. Sikap positif yang diamati yaitu; (1) perhatian peserta didik penuh

 

terhadap penjelasan guru, (2) peserta didik tertarik dalam menulis cerpen, (3) peserta didik serius dalam menulis cerpen. Kemudian sikap negatif yang yang diamati selama  pembelajaran berlangsung, yaitu; (1) peserta didik ramai, (2) peserta didik diam saja, (3)  peserta didik pengganggu, (4) peserta didik melamun, (5) peserta didik mencoret-coret  bukunya.  M.  SUBJEK PENELITIAN 

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah kemampuan menulis cerpen melalui model  pembelajran menulis imajinatif berbasis pengalaman pribadi pada peserta didik kelas IX SMP  Negeri 18 Semarang. Pengambilan Pengambilan keputusan untuk memilih kelas IX didasarkan atas  bebarapa faktor berikut (1) berdasarkan kurikulum tingkatan tingkatan satuan pendidikan pembelajaran  bahasa dan sastra Indonesia SMP aspek menulis sastra kompetensi dasar yang harus dicapai  peserta didik adalah siswa mampu menulis cerita berdasrkan pengalaman sendiri, (2)  pandangan peserta didik yang menganggap menganggap remeh pembelajaran menulis cerpen, (3) keterampilan menulis cerpen peserta didik kelas IX SMP Negeri 18 Semarang masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Penelitian ingin meningkatkan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif. 

N.  VARIABEL PENELITIAN  Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu kemampuan menulis cerepen dan model

 pembelajaran menulis imajinatif.  1.  Kemampuan menulis cerpen  Variabel kemampuan menulis cerpen adalah suatu penuturan dalam bentuk lisan dari serangkaian peristiwa atau tindakan sesuai dengan urutan waktu dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerita pendek. Langkah-langkah dalam proses penulisan cerita  pendek disesuaikan denagan model pembelajaran pembelajaran menulis imajinatif. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi adalah isi dan penyajian cerita, kelengkapan unsur-unsur intrinsik, dan bahasa. Kegiatan tesebut juga dengan  bimbingan guru yang yang menguasai ketrampilan mengajar dan menguasai sastra. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang terlatih baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang, dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung bebanya sendiri (Crow&crow dalam Mugiarso 2004:2).  2.  Model pembelajaran menulis imajinatif   Variabel pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran menulis imajinatif. Langkah-langkah pembelajarannya adalah siswa membuat  pengelompokan kata-kata, yang kemudian kemudian kata-kata tersebut dikembangkan lagi yang  berkaitan dengan kata pusat yang bisanya bisanya disebut kata kunci. Dengan perasaan yang dikendalikan oleh pikiran itulah, manusia mengembangkan imajinasinya, dan mewujudkannya menjadi berbagai penemuan (Ariadinata 2006: 36).   Tahap selanjutnya peserta didik membuat kerangka karangan atau draf kasar dengan teknik menulis cepat. Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat mengeluarkan ide yang

 

ada dalam pikirannya. Tujuan kegiatan tersebut adalah membuat draf kasar cerita yang akan dijadikan cerpen dan belum dilakukan penyuntingan. Tahap terakhir dalam dal am proses  pembelajarannya yaitu peserta didik mengoreksi hasil menulisnya yang masih berantakan,  biasanya disebut penyuntingan.  Untuk dapat dikatakan sebagai terampil menulis cerpen bagi peserta didik tersebut dapat menggunakan tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Target kemampuan menulis cerpen pada penelitian ini jika peserta didik secara individu telah memiliki kemampuan menulis dengan batasan nilai tuntas 75% atau lebih dengan nilai 75  pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II.  O.  INDIKATOR KINERJA 

Indikator kinerja dalam peneilitian ini meliputi dua aspek, yaitu indikator kuantitatif dan kualitatif. Penjelasan tentang kedua indikator tersebut adalah sebagai berikut.   1. 

Indikator kuantitatif   Indikator kuantitatif penelitian ini adalah kecapaian target menulis cerpen melalui teknik tes. Peserta didik berhasil melakukan pembelajran menulis cerpen apabila nilai yang diperoleh sesuai dengan target yang ditentukan. Dalam penelitian ini, peneliti menghendaki nilai yang dicapai sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan, yaitu sebasar 75 dengan jumlah  peserta didik minimal 75% dari jumlah keseluruhan. Peserta didik yang yang memperoleh minimal 75 maka dinyatakan tuntas, sementara peserta didik yang memperoleh nilai di bawah 75 dinyatakan belum tuntas. 

2. 

Indikator kualitatif   Indikator kualitatif penelitian ini adalah adanya perubahan perilaku yang diketahui melalui teknik notes. Perserta didik dinyatakan berhasil dalam pembelajaran menulis cerpen apabila perilaku peserta didik berubah kearah yang lebih baik, yaitu (1) peserta pesert a didik lebih  bermotivasi dalam mengikuti pembelajaran, (2) peserta didik bersikap santun dan tertib dalam mengikuti pembelajaran, (3) peserta didik menjadi aktif bertanya bertan ya dan memberikan tanggapan yang logis, (4) peserta didik dapat berkerja sama dalam kelompok, (5) perserta didik bertanggung jawab terhadap tugas yang kan diberikan, dan (6) peserta didik mudah dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan model pembelajaran menulis imajinatif. 

P.  INSTRUMEN PENELITIAN 

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen, sedangkan bentuk nontes dalam penelitian ini berupa lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar jurnal j urnal perserta didik yang digunakan untuk mengungkapkan mengungkapkan  perubahan tingkah laku siswa.  1.  Instrumen tes  Instrumen tes, yaitu berupa seluruh hasil karya peserta didik yang berupa cerita pendek. Tes menulis cerpen digunakan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.  

 

Tes yang berupa tes perbuatan menulis cerpen dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen dengan memperhatikan kriteria-kriteria kriteria-krit eria  penilaian yang telah ditentukan kriteria-kriteria penilaian tersebut yakni, 1) tema, 2) latar, 3) alur, 4) tokoh dan penokohan, 5) sudut pandang, 6) gaya ga ya bahasa, 7)kepaduan antar unsur dalam cerpen.  Tabel 1. Kriteria penilaian kemampuan menulis cerpen    No. Aspek 1. Tema dan amanat

Kriteria Tema dan amanat sangat

Skor 9-10

Kategori Sangat baik

6-8

Baik

3-5

Cukup

0-2

Kurang

16-20

Sangat baik

11-15

Baik

6-10

Cukup

0-5

Kurang

9-10

Sangat baik

6-8

Baik

relevan dengan cerpen yang ditulis. Tema dan amanat cukup relevan dengan cerpen yang ditulis Tema dan amanat kurang relevan dengan cerpen yang ditulis Tema dan amanat tidak relevan dengan cerpen yang ditulis

2.

Alur

Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun secara logis dan sesaui basis pengalam  pribadi Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun cukup logis dan sesaui basis pengalam  pribadi Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun kurang logis dan sesaui basis pengalam  pribadi Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun tidak logis dan sesaui basis pengalam pribadi

3.

Latar

Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam cerpen sangat tepat. Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam

 

cerpen cukup tepat. Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam

3-5

Cukup

cerpen tidak tepat.

0-2

Kurang

Penggambaran tokoh dan

16-20

Sangat baik

11-15

Baik

6-10

Cukup

0-5

Kurang

9-10

Sangat baik

6-8

Baik

3-5

Cukup

0-2

Kurang

9-10

Sangat baik

6-8

Baik

3-5

Cukup

0-2

Kurang

16-20

Sangat baik

11-15

Baik

cerpen kurang tepat. Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam 4.

Tokoh dan

 penokohan  penokohan jelas Penggambaran tokoh dan  penokohan cukup jelas Penggambaran tokoh dan  penokohan kurang jelas Penggambaran tokoh dan  penokohan tidak jelas 5.

Sudut  pandang

Sudut pandang yang digunakan dapat menjelaskan tokoh Sudut pandang yang digunakan cukup dapat menjelaskan tokoh Sudut pandang yang digunakan kurang dapat menjelaskan tokoh Sudut pandang yang digunakan tidak dapat

6.

Gaya

menjelaskan tokoh Penggunaan gaya bahasa

 bahasa

sesuai dengan situasi Penggunaan gaya bahasa cukup sesuai dengan situasi Penggunaan gaya bahasa kurang sesuai dengan situasi Penggunaan gaya bahasa tidak sesuai dengan situasi

7.

Kepaduan

Kepaduan antar unsur

antar

 pembangun cerpen sudah tepat

unsur dalam

Kepaduan antar unsur  pembangun cerpen sudah

 

cerpen

cukup tepat Kepaduan antar unsur  pembangun cerpen kurang

6-10

Cukup

0-5

Kurang

tepat Kepaduan antar unsur  pembangun cerpen tidak tepat

Tabel 2. Pedoman penilaian kemampuan menuis cerpen c erpen   No. Nilai

Katergori

1.

90-100

Sangat baik

2.

75-89

Baik

3.

60-74

Cukup

4. 5.

50-59 0-49

Kurang Sangat kurang

Berdasarkan kriteria pada tabel di ata atas, s, dapat diketahui peserta didik yang berhasil mencapai sekala sangat baik adalah peserta pesert a didik yang memperoleh nilai 90-100, skala baik adalah peserta didik yang memperoleh nilai 75-89, skala cukup adalah peserta didik yang memperoleh nilai 60-74, skala kurang adalah peserta didik yang memperoleh nilai 60-74, skala kurang baik adalah peserta didik yang memperoleh nilai 0-49.   2.  Instrumen nontes  Instrumen nontes adalah instrumen yang digunakan untuk melengakapi data tes agar data itu lebih valid. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi.  1)  Observasi  Observasi adalah pengamatan tingkah laku peserta didik selama pembelajaran  berlangsung. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap kegiatan peserta didik selama pembelajaran menulis cerpen dengan model pembelajaran menulis imajinatif. Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat mengatahui segala segala peristiwa saaat pembelajaran,  baik aktivitas peserta didik maupun minat peserta didik dalam mengikuti mengikuti pemebelajaran menulis cerpen dengan model pembelajaran imajinatif.  

2) 

Wawancara  Pedoman wawancara dipergunakan untuk memperoleh data secara secar a langsung tentang  berbagai hal yang berkaitan dengan keterampilan menulis cerpen dengan model pembelajran

 

menulis imajinatif. Data yang diambil menegenai kesan, pesan, dan pendapat peserta didik terhadap pembelajaran menulis cerpen dengan model pembelajaran menulis imajinatif.   Kegiatan wawanvcara dilakukan setelah pembelajaran usai. Wawancara dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas. Kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara  bertanya sengan peserta didik yang telah dipilih, kemudain kemudain mencatat hasilnya.  3)  Dokumentasi  Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini berupa dokumentasi foto dan dokumentasi tertulis. Kegiatan-kegiatan dan tes menulis yang didokumentasikan dapat memudah peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitian.  Dokumentasi tertulis digunakan sebagai bukti hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh  peserta didik. Dokumentasi tertulis berupa hasil pekerjaan peserta didik dalam menulis cerpen dan model pembelajran menulis imajinatif. Dengan hasil pekerjaan peserta didik ini maka dapat dilakukan pengajian ulang tentang tes pemahaman peserta didik.   Q.  TEKNIK PENGUMPULAN DATA 

Teknik yang dilakukan untuk menganalisis menganalisis data dalam penelitian peneli tian ini adalah analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Uraian tentang analisis kauantitatif dan analisis kualitatif sebagai berikut.  1.  Teknik kuantitatif   Analisis kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif. Pada teknik kuantitatif,  peneliti menganalisis hasil kuantitatif dari peserta didik. Adapun yang diperoleh diperoleh dari peneiliti kemudian dikoreksi dengan memberikan nilai. Analisis data hasil tes secara kuantitatif dihitung secara persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut:   1) 

Menghitung nilai komulatif dari seluruh aspek  

2) 

Merekap nilai yang telah diperoleh peserta didik  

3) 

Menghitung nilai rata-rata peserta didik  

4) 

Menghitung presentase nilai  ilai Akhir =  skor x bobot  Setelah itu nilai direkap keseluruhannya, untuk dihitung nilai akhir. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai akhir keterampilan menulis cerpen adlah sebagai berikut.   Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas dengan mengunakan penilaian rentang nilai maka menggunakan rumus berikut.  Jumlah nilai seluruh siswa  Nilai rata-rata =   Jumlah siswa Hasil penghitungan nilai peserta didik ini kemudian dibandingkan, yaitu anatara hasil tes siklus I dan hasil tes siklus si klus II, kemudian dihitung persentase peningkatan nialai setiap aspek  pada siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai mengenai persentase  peningkatan kompetensi siswa dalam cerpen dengan model pembelajaran menulis imajinatif. 

2.  Teknik kualitatif  

 

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data kualitatif. Data-data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi foto. Data-data tersebut dianalisis dan dideskripsikan. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik setealah mengikuti pembelajaran model  pembelajaran menulis imajinatif. Adapun langkah penganalisisan penganalisisan data kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat s aat pembelajaran. Wawancara dipakai untuk mencari dan mengetahui adanya kesesuaian antara informasi yang diperoleh melalui keduanya. Hal ini disebabkan karena setiap instrumen memiliki kelemahan. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto. Analisis data diambil dari dokumentasi berupa pendeskripsian fenomena yang muncul dalam foto tersebut. Foto ini merupakan bukti otentik dari aktivitas peserta didik saat pembelajaran pembelaja ran berlangsung.  Hasil analisis siklus I dan siklus sikl us II dibandingkan untuk mengetahui perubahan tingkah tingkah laku peserta didik. Dari hasil pertandingan tersebut dapat diketahui peningkatan perubahan tingkah laku siswa. 

DAFTAR PUSTAKA 

Arsyad, Maidar G. 1986. Buku 1986. Buku Materi Pokok Kesusastraan II PINA 442/2 442/2 SKS/ Modul 4-6 . Yakarta: . Yakarta: Depdikbud Universitas Terbuka. 

 

Aridinata, Joni. 2006. Aku 2006. Aku Bisa Nulis Cerpen. Jakarta: Gema Insani.  Aminuddin. 2010. Pengantar 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensino.  Azizah. 2007. “Peningkatan Ketreampilan Ketreampila n Menulis Cerpen Melalui Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu Siswa Kelas X-7 X-7 SMA Negeri Pemalang”.Skripsi. Pemalang”.Skripsi. FBS Unnes.  Davis. 2003. Actities 2003. Actities for the ESL Classroom Incorporating Reality-based TV. Jakarta: Sindo  DePoter, Bobbi. 2009. Quantum Writer: Menulis dengan Mudah, Fun, dan Hasil  Memuaskan. Bandung: Kaifa.  Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan sastra. sastr a. Yogyakarta: Kota Kembang.   Erkaya, Odilea Rocha. 2009. Benefit 2009. Benefit of Using Short Strories in the EFL Context.http:/ Context. http:///www.sosyalarastirmalar.com/cilt2/sayi6pdf/tuncel_ridwan.pdf . diunduh 1 Mei 2012.  Fajriyah, Miftachul. 2008. Peningkatan 2008. Peningkatan keterampilan Menulis Cerpen dengan dengan Metode Sugesti  Imajinasi melalui Media Teks Lagu Siswa Kelas Kelas IXB SMP N 1 Winong Winong Pati.Skripsi. Pati.Skripsi. UNNES.  Hakim, M. Arief. 2005. Kiat Menulis Kiat Menulis Artikel di Media: dari Pemula Sampai Sampai Mahir.Bandung: Mahir.Bandung:  Nuansa Cendekia.  Hamalik. 2005. Proses 2005. Proses Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Bumi Aksara.  Haryadi. 2010. Model 2010. Model Ppembelajaran. Semarang: UNNES.  Hernowo. 2003. Quantum Writing : Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Mer angsang Munculnya  Potensi Menulis. Bandung: Menulis. Bandung: Mizan Learning Center.  Hernowo. 2003. Quantum Writing : Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Mer angsang Munculnya  Potensi Menulis. Bandung: Menulis. Bandung: Mizan Learning Center.  Hudiata, Edi. 2005. Kangen Banten dengan Mneluis Cerpen. (http://www.hrena.com/MENULISpersen20CERPEN.cfm?pt=2&kt=1.cerpenbanten http://www.hrena.com/MENULISpersen20CERPEN.cfm?pt=2&kt=1.cerpenbanten)) (16 Juni 2013).  Indonesiaku, Citra. 2013. Metode, Model, dan Teknik Pembelajaran Menulis. Menuli s. (http://citraindonesiaku.blogspot.com/2012/02/metode-model-dan-teknik-pembelajaran.html http://citraindonesiaku.blogspot.com/2012/02/metode-model-dan-teknik-pembelajaran.html))  (17 juni 2013)  Jabrohim (Ed). 1994. Pengajaran 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.  Karsidi. 2007. Materi 2007. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.  Komaidi, Didik. 2006. Aku 2006. Aku Bisa Menulis.Jakarta: Menulis.Jakarta: Sabda.  Kosasih, E. 2008. Apesiasi 2008. Apesiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Novel Edumedia.  Laksana, Puja. 2009. Panduan Praktis Mengarang Menulis. Semarang: Aneka Ilmu.   Laksmi, Miftah. 2007 “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Cerita  Pendek Berdasarkan Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas X-8 X- 8 SMA Isalam Sultan Agung 1 Semarang”.Skripsi. Semarang”.Skripsi. FBS.  Mugiarso. 2004. Bimbingan 2004. Bimbingan Konseling. Semarang: UNNES Press.   Nurgiyantoro, Burhan. Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.    Nurhadi. 2006. Kurikulum 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa dan dan Sastra Indonesia untuk SMP SMP VII. Jakarta: Erlangga.  Nuryatin, Agus. 2010. 2010. Mengabdikan  Mengabdikan Pengalaman Pengalaman dalam Cerpen. Cerpen. Rembang: Yayasan Adhigama.    Nugroho, Hamdan. Hamdan. 2009. Pembelajaran  Pembelajaran Menulis Cerpen.http://Hamsmars.blodspot.com/2009/06/pembelajaran-menulis-cerpen-dengan-html Cerpen. (17  juni (17  juni 2013). 

 

Rusilah. 2006. Menulis 2006. Menulis Tertib dan Sistematik . Jakarta: Erlangga.  Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran bahasa. bahasa. Jakarta: Bumi Aksara   Sudarman, Paryati. 2008. Menulis 2008. Menulis di Mdeia Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.  Sumardjo, Jakob. 1997. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogayakarta: Pustaka Pelajar.  Setyaningsih, Nas Haryati. 2003. Apresiasi  Apresiasi Prosa. Diklat Diklat  Kuliah.  Septiani, Nurul Melti. 2007.”Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek melalui Teknik Pengandaian Diri Sebagai Tokoh dalam Cerita dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X-4 SMA N 2 Tegal”. Tegal”.  Skripsi Skripsi.. FBS.  Subyantoro. 2007. Penelitian 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Kelas. Semarang: Rumah Indonesia.  Suharianto, S. 2005. Dasar2005. Dasar- dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.  Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Rineka Cipta.  Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.  Tinanbunan, T. Raman dkk. Sastra Lisan dari Inventarisasi dan Analisis Struktur Prosa.Jakarta: Prosa.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.   Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis cerita Anak. Yogyakarta: Anak. Yogyakarta: PUSBUK.  Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan 2005. Kesastraan Sekolah. Jakarta: PT Grasindo. 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF