Pseudofakia

November 25, 2017 | Author: carolinarisma | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Pseudofakia...

Description

LAPORAN KASUS PSEUDOFAKIA

Disusun oleh: Diyah Herawati 01.207.5471

PEMBIMBING dr. Rosalia Septiana, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2012

BAB I STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. Salamah

Umur

: 53 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Wonosoco

Tanggal Pemeriksaan : 11 Oktober 2012

II. ANAMNESIS Anamnesis secara

: Autoanamnesis dan alloanamnesis

Keluhan Utama

:

Mata kanan dan kiri terasa gatal dan sepet

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 11 Oktober 2012 dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa gatal dan sepet. Keluhan dirasakan setelah operasi katarak pada kedua mata kurang lebih 6 bulan yang lalu. Keluhan terasa berat saat sore hari. Pasien juga mengeluh nrocos, sedikit kemeng, serta penglihatannya samar-samar meski lebih baik dari pada sebelum dioperasi. Pasien mengaku tidak ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata.

Riwayat Penyakit Dahulu: 6 bulan yang lalu penderita memeriksakan diri ke poli mata RSUD Kudus dengan keluhan pandangan kabur seperti seperti tertutup kabut namun hanya sebagian. Pandangan kabur sejak kurang lebih 3 bulan sebelum penderita memeriksakan diri, dirasakan pada kedua mata, terjadi perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh silau jika melihat cahaya serta

kadang-kadang mata berair. Pasien mengaku tidak ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada mata yang sakit. Pasien tidak mengeluh matanya kemeng, gatal, maupun mata lengket. -

Riwayat hipertensi (-)

-

Riwayat diabetes melitus (-)

-

Riwayat gigi berlubang (+)

-

Riwayat alergi (-)

-

Riwayat menggunakan kaca mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

:

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa.

Riwayat sosial ekonomi: Pasien seorang petani. Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.

III.

PEMERIKSAAN FISIK A. VITAL SIGN Tekanan darah

:

110/80 mmHg

Nadi

:

84x/ menit

Suhu

:

Afebris

Pernafasan

:

20x / menit

Keadaan Umum

:

Baik

Kesadaran

:

Compos mentis

Status Gizi

:

Cukup

B. STATUS OFTALMOLOGI Gambar: OD

1

OS

2

3

Keterangan:

1

2

1. Pseudofakia 2. Arkus senilis 3. Bekas jahitan

OCULI DEXTRA(OD)

PEMERIKSAAN

OCULI SINISTRA(OS)

6/7,5

Visus

6/9

S+ 0,75  6/6

Koreksi

S+ 0,75  6/6

Add S+ 3

Add S+ 3

Gerak bola mata normal,

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

Bulbus okuli

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-), nyeri

Edema (-), hiperemis(-),

tekan(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-), lagoftalmus (-),

Palpebra

blefarospasme (-), lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)

entropion (-)

Edema (-),

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

Konjungtiva

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

hiperemis (-)

Putih

Sklera

Putih

Bulat, edema (-), keratik presipitat(-),

Bulat, edema (-), Kornea

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

infiltrat(-), sikatriks (-)

Arkus senilis (+)

Arkus senilis (+), tampak sebuah bekas jahitan pada limbus kornea arah jam 9.

Jernih, kedalaman cukup

Camera Oculi

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-),

Anterior

hipopion (-),

hifema (-),

(COA)

hifema (-),

Kripta(N), warna coklat,(-),

Iris

Kripta(N), warna coklat,(-),

edema(-), synekia (-)

edema(-), synekia (-),

bulat, diameter : ± 3mm,

bulat, diameter ± 3 mm,

letak sentral,

Pupil

letak sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

refleks pupil tak langsung (+)

IOL, letak sentral, PCO (-)

Lensa

IOL, letak sentral, PCO (-)

Jernih

Vitreus

Jernih

Papil NII bulat, batas tegas, ablatio (-), mikroaneurisma (-),

Papil NII bulat, batas tegas, Retina

ablatio (-), mikroaneurisma (-),

eksudat (-), perdarahan (-),

eksudat (-), perdarahan (-),

CD ratio (N)

CD ratio (N)

(+)cemerlang

Fundus Refleks

(+)cemerlang

Normal

TIO digital

Normal

Epifora (-), lakrimasi (+)

Sistem Lakrimasi

Epifora (-), lakrimasi (+)

IV. RESUME Subjektif: Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 11 Oktober 2012 dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa gatal dan sepet. Keluhan dirasakan setelah operasi katarak pada kedua mata kurang lebih 6 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh nrocos dan sedikit kemeng. Pasien mengaku tidak ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata. Penglihatannya masih samar-samar, namun lebih baik dari pada sebelum dioperasi. Pasien memiliki riwayat sakit katarak dan gigi berlubang, tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, maupun alergi. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa. Pasien seorang petani. Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.

Objektif: OCULI DEXTRA(OD)

PEMERIKSAAN

OCULI SINISTRA(OS)

6/7,5

Visus

6/9

IOL, letak sentral, PCO (-)

Lensa

IOL, letak sentral, PCO (-)

Papil NII bulat, batas tegas, ablatio (-), mikroaneurisma (-),

Papil NII bulat, batas tegas, Retina

eksudat (-), perdarahan (-), CD ratio (N)

ablatio (-), mikroaneurisma (-), eksudat (-), perdarahan (-), CD ratio (N)

Jernih, kedalaman cukup,

Camera Oculi

Jernih, kedalaman cukup,

Arkus senilis (+)

Anterior (COA)

Arkus senilis (+)

Normal

CD ratio

Normal

(+) cemerlang

Fundus Refleks

(+) cemerlang

Normal

TIO digital

Normal

V. DIAGNOSIS BANDING I. Pseudofakia Afakia II. Dry Eye Syndrome (DES) Blepharitis

VI. DIAGNOSIS KERJA ODS Pseudofakia ODS Dry Eye Syndrome

VII. TERAPI Medikamentosa - Vitamin A, 1 dd 1 - Cendo Lyteers (Natrium & Kalium dengan Benzalkonium Cl) 0,01 %, 3 dd gtt II ODS

VIII. PROGNOSIS OKULI DEKSTRA (OD)

OKULI SINISTRA(OS)

Quo Ad Visam

:

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo Ad Sanam

:

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo Ad Kosmetikam :

Ad bonam

Ad bonam

Quo Ad Vitam

Ad bonam

Ad bonam

:

IX. USUL DAN SARAN Kontrol rutin bila terdapat keluhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KATARAK Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan obyek dengan jelas di retina.

Klasifikasi katarak dapat dibagi menjadi : 1. Berdasarkan usia : a. Katarak conginental ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun ) b. Katarak juvenile ( terlihat sesudah usia 1 tahun ) c. Katarak presenile ( terlihat sampai usia 50 tahun ) d. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun ) 2. Katarak traumatik 3. Katarak komplikata 4. Katarak diabetik Katarak imatur merupakan kekeruhan yang terjadi pada sebagian lensa. Oleh karena kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerha yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut tes shadow (+). Pada stadium imatur dapat terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena day biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini disebut intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong ke depan, menyebabkan sudut bilik mata menjadi lebih sempit, sehingga dapat menyebabkan glaukoma sebagai penyulitnya. Penyebab katarak belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi karena : 1. Proses pada nukleus. Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu terdorong ke arah tengah, maka serabut-serabut bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calsium dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih

hipermetropia. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitaman. Karena itu dinamakan katarak nigra. 2. Proses pada korteks Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah. Penatalaksanaan untuk katarak adalah pembedahan (operasi).Medikamentosa diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya, silau maka pasien dapat menggunakan kacamata.Untuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu memperlambat progresifitas katarak. Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior. a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder. Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila: 1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.

2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah menderita uveitis. 3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa. 4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca. 5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada kornea yang menyebabkan distrofi kornea. 6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.

b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).

Indikasi ekstraksi katarak: 1. Pada bayi: kurang dari 1 tahun Bila fundus tak terlihat. Bila masih dapat dilihat, katarak dibiarkan saja. 2. Pada umur lanjut a. Indikasi klinis : kalau katarak menimbulkan penyulit uveitis atau glaukoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga, setelah keadaan menjadi tenang. b. Indikasi visuil : tergantung dari katarak monokuler atau binokuler 3. Katarak monokuler a. Bila sudah masuk dalam stadium matur b. Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi, lebih baik daripada sebelum operasi 4. Katarak binokuler a. Bila sudah masuk dalam stadium matur b. Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.

Macam-macam ekstraksi katarak sesuai konsistensi dari katarak : 1. Katarak cair

: umur kurang dari 1 tahun, dilakukan disisi lensa

2. Katarak lembek : umur 1-35 tahun, dilakukan ekstraksi linier/ekstraksi katarak ekstrakapsuler 3. Katarak keras : umur lebih dari 35 tahun, dilakukan ekstraksi katarak ekstrakapsuler

B. PSEUDOFAKIA Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi katarak. L e n s a i n i

a k a n memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular

ditempatkan waktu operasi katarak d a n a k an t et ap di s an a unt uk s eum u r hi dup . Le n s a i ni t i d ak ak a n m en gga n ggu d a n t i d ak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh. Gejala dan tanda pseudofakia : -

Penglihatan kabur

-

Visus jauh dengan optotype Snellen

-

Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam (IOL)

-

Terdapat bekas insisi atau jahitan

1. Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti : a. P a d a b i l i k m a t a d e p a n , y a n g d i t e m p a t k a n d i d e p a n i r i s d e n g a n k a k i p e n y o k o n g n y a bersandar pada sudut bilik mata b. Pada daerah pupil, dimana bagian 11ulti lensa pada pupil dengan fiksasi pupil c. P ad a bi l i k m at a b el ak an g, ya n g d i l et ak ka n p a da k ed ud uk a n l ens a no rm al di b el a ka n g iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular d. Pada kapsul lensa.

Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak d i d a l a m k a p s u l lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus : 1. Endotel kornea terlindung

2. Melindungi iris terutama pigmen iris 3. Melindungi kapsul posterior lensa 4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.

Keuntungan pemasangan lensa ini : 1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat. 2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal 3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat 4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat. Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada : 1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis) 2. Anak dibawah 3 tahun 3. Uveitis menahun yang berat 4. Retinopati 12ultifoc 12ultifocal1212e berat 5. Glaukoma neovaskuler

C. LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau menyembuhkan cacat visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal atau 12ultifocal. Lensa 12ultifocal12 monofocal atau 12ultifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa mata rusak.

IOL monofokal IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu jarak saja (jauh, menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata atau lensa kontak untuk membaca, menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.

IOL 12ultifocal

IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik pada lebih dari satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.

Toric IOL untuk Astigmatisma IOL toric dirancang untuk

mengoreksi astigmatisme.

Toric IOL datang

dalam

berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D) dari Silindris dan yang lain mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat menyaring UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru. Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien katarak, cenderung menggunakan astigmatik keratotomi (AK) atau limbal relaxation incision, yang membuat sayatan di kornea. Selain astigmatisme kornea, beberapa orang mungkin memiliki astigmatisme lenticular, yang disebabkan oleh ketidakteraturan dalam bentuk lensa alami di dalam mata. Hal ini bisa diperbaiki dengan IOL toric namun dengan risiko penglihatan memburuk karena lensa berputar dari posisi, sehingga butuh operasi lebih lanjut untuk memposisikan atau mengganti IOL.

Monovision dengan Lensa Intraokuler Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa dipertimbangkan menggunakan monovision. Hal ini dengan menanamkan sebuah IOL di satu mata yang memberikan penglihatan

dekat dan IOL di

mata lain

yang

menyediakan penglihatan jarak.

Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak bisa, penglihatan mungkin menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain adalah bahwa persepsi kedalaman dapat menurun karena visus

binokuler kurang –

yang berarti, mata tidak bekerja sama.

Aspheric IOL IOL

berbentuk

bola,

yang

berarti

permukaan

depan

secara

seragam

melengkung. IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch + Lomb pada tahun 2004, yang sedikit datar di pinggiran dan dirancang untuk memberikan sensitivitas kontras yang lebih baik. Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi penyimpangan visual. Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs aspheric, karena manfaat sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung pada pasien yang lebih tua karena sel-sel ganglion retina adalah penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang menjalani operasi katarak

sekarang cenderung memiliki sel ganglion lebih banyak dan lebih sehat. Jadi mereka akan dapat menikmati sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.

Blue Light-Filtering IOLs IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar biru, yang keduanya terkandung dalam cahaya alami maupun buatan. Sinar UV telah lama dicurigai bisa menyebabkan

katarak

dan gangguan

penglihatan lain,

dan

IOL

banyak menyaring mereka keluar seperti lensa mata alami sebelum penghapusan dalam operasi katarak. Sinar biru, yang berkisar 400-500 nanometer (nm) dalam spektrum cahaya, dapat menyebabkan kerusakan retina dan berperan dalam timbulnya degenerasi makula. IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring sinar biru. Sebenarnya warna ini mirip dengan lensa kristal alami. Warna kuning ini tidak mengubah warna lingkungan atau kualitas penglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa sensitivitas kontras mungkin hilang dengan pemakaian IOL jenis ini. Dalam studi Austria, beberapa orang yang menggunakan IOL ini melihat adanya penurunan kualitas penglihatan ketika mereka diberi kuesioner. Sebuah studi yang dilaporkan dalam edisi Desember 2010, Journal of Cataract & Refractive Surgery menemukan bahwa pasien katarak dengan IOL berwarna kuning memiliki kesulitan melihat dalam rentang warna biru pada kondisi pencahayaan yang kurang. “Piggyback” IOL Bila pasien memiliki hasil yang kurang dari optimal dari lensa intraokular asli yang digunakan dalam

operasi

katarak, ada pilihan

untuk

memasukkan

lensa

tambahan dari yang dimiliki saat ini. Hal ini dikenal sebagai “lensa piggyback”, mungkin dapat memperbaiki

penglihatan dan

dianggap lebih

aman

daripada

mengeluarkan dan mengganti lensa yang ada. Jika

diperlukan derajat yang

sangat

tinggi dalam

koreksi

visus,

seperti

untuk miopia berat atau astigmatisme, dapat disarankan kombinasi kekuatan dari dua lensa intraokular pada satu mata dengan menggunakan “lensa piggyback”.

D. DRY EYE SYNDROME

Definisi Dry eye syndrome atau keratokonjungtivitis sicca adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Keratokonjungtivitis merupakan suatu kondisi komplek yang ditandai adanya inflamasi pada- permukaan mata dan kelenjar lakrimalis.

Etiologi Dry eye syndrome Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal 1.

2.

Congenital a.

Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)

b.

Aplasia kelenjar lakrimal (alakrimal kongenital)

c.

Aplasia nervus trigeminus

d.

Dysplasia ektodermal

Didapat

a.

Penyakit sistemik

1. Sindrom sjogren 2. Sklerosis sistemik progresif 3. Sarkoidosis 4. Leukemia, limfoma 5. Amiloidosis 6. Hemokromatosis b.

Infeksi

1. Trakoma 2. Parotitis epidemica c.

Cedera

1. Pengangkatan kelenjar lakrimal 2. Iradiasi 3. Luka bakar kimiawi d.

Medikasi

1. Antihistamin 2. Antimuskarinik: atropine, skopolamin

3. Anastesi umum: halothane, nitrous oxide 4. Beta-adrenergik bloker: timolol prastolol e. Neurogenik-neuroparalitik (facial nerve palsy) A. Kondisi ditandai defisiensi musin: 1.

Avitaminosis A

2.

Sindrom steven-johnson

3.

Pemfigoid okuler

4.

Konjungtivitis menahun mis trakoma

5.

Luka bakar kimiawi

6.

Medikasi

7.

Obat tradisional (kermes)

B. Kondisi ditandai defisiensi lipid: 1.

Parut tepian palpebra

2.

Bleparitis

C. Penyebaran defektif film air mata disebabkan: 1.

Kelainan palpebra

a.

Defek, koloboma

b.

Ektropion dan entropion

c.

Keratinisasi tepian palpebra

d.

Berkedip berkurang atau tidak ada

e.

2.

3.

1.

Gangguan neurologic

2.

Hipertiroid

3.

Lensa kontak

4.

Obat

5.

Keratitis herpes simplek

6.

Lepra

Lagopthalmus 1.

Lagopthalmus noctura

2.

Hipertiroid

3.

Lepra

Kelainan konjungtiva a.

Pterygium

b.

Symblepharon

Proptosis

Patogenesis Dry Eye Syndrome Kelenjar air mata berfungsi untuk menghasilkan air mata yang berfungsi untuk membasahi kornea dan konjungtiva, mempunyai daya bacterioside (anti mikroba), dan secara mekanis membilas/ membersihkan permukaan bagian depan mata. Adanya penyakit atau kelainan fungsi akan menyebabkan terjadinya sindroma mata kering. Penurunan sekresi air mata dan fungsi mekanis akan merangsang reaksi inflamasi pada permukaan mata dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi inflamasi ini memegang peranan penting dalam pathogenesis terjadinya sindroma mata kering. Populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena sindroma mata kering antara lain: 1. Penyakit inflamasi (vaskuler, alergi, asma) 2. Penyakit autoimun (RA,SLE, colitis) 3. Pada wanita peri dan postmenopause dan pasien dengan HRT 4. Diabetes mellitus 5. Penyakit thyroid 6. Sindroma sjogren’s 7. Transplantasi corneal 8. Riwayar keratitis atau scarring kornea 9. Operasi katarak (ekstra atau intrakapsuler dengan insisi luas) 10. LASIK (Laser in siti keratomileusis) 11. Pengobatan sistemik (diuretic, antihistamin, psychotropic,obat penurun kolesterol) 12. Pemakaian lensa kontak 13. Kondisi lingkungan (allergen, asap rokok, angin, iklim panas, bahan kimia) 14. Defisiensi vitamin A

Gejala Klinis Pasien dengan dry eye syndrome akan mengeluh mata gatal, mata seperti berpasir, silau dapat penglihatan dapat kabur. Pada mata didapatkan sekresi mucus yang berlebihan, sensai terbakar, merah, sakit dan kelopak mata sukar digerakkan. Ciri yang khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniscus air mata ditepian palpebra

inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik. Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissure interpalpebra. Sel-sel epitel konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan Bengal rose 1% dan defek pada epitel kornea terpulas dengan fluorescensi. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitis sicca tampak filament-filamen (satu ujung setiap filament melekat pada epitel kornea dan ujung lainnya bergerak bebas).

Diagnosis Berdasarkan pada guideline AAO (American Academy of Opthalmology) 2003 prefeerred practice pattern, tujuan dari diagnose, terapi dan managemen pasien dengan dry eye syndrome adalah untuk menegakkan diagnosa dry eye syndrome, untuk membedakan dengan gejala iritasi dan mata merah laannya,

mengetahui penyebab dry eye syndrome, untuk

memberikan terapi yang tepat, untuk meringankan keluhan pasien, mencegah komplikasi termasuk penurunan visus, infeksi dan kerusakan struktur jaringa, memberikan edukasi pada pasien dan mebgikutsertakan pasien dalam managemen penyakitnya. Untuk menegakkan diagnose dry eye syndrome tidaklah mudah karena adanya inkonsistensi hubungan antara symptom dan clinical sign dan tes diagnostic yang kurang sensitive dan spesifik. Oleh karena dry eye syndrome adalah kondisi yang kronis maka observasi dan pemeriksaan berkala sangat diperlukan untuk menegakkan diagnose dry eye syndrome dengan tepat. Adapun klasifikasi diagnose untuk dry eye syndrome berdasarkan National Eye Institute Workshop adalah sebagai berikut:

Sindroma iritasi mata, instabilitas tear film, penyakit pada permukaan mata Dry eye

Defisiensi produksi air mata

Sjogren’s

Evaporasi yang meningkat

Non- sjogren

Blefaritis atau kelainan fungsi kelenjat meibom

eksposure Factor lainnya: Lensa kontak, gerakan mengedip abnormal, lingkungan

Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti memakai cara diagnostic berikut: 1. Tes Schirmer Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip Schirmer ke dalam cul-de-sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basal yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Bila dilakukan tanpa anastesi, tes ini digunakan untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama. Bila panjang bagian basal kurang dari 10mm maka dianggap abnormal. Tes Schirmer yang dilakukan dengan anastesi topical (tetrakain 0,5%) digunakan untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa). Bila panjang bagian

basal kurang dari 5mm dalam waktu 5 menit maka dianggap abnormal. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin. 2. Tear Film Break-up Time Pengukuran tear film break-up time berguna untuk memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer tapi dapat menyebabkan film air mata tidak stabil sehingga lapisan ini cepat pecah. Bintik kering akan terbentuk sehingga memaparkan epitel kornea dan konjungtiva. Proses ini akan menyebabkan kerusakan sel-sel epitel yang dipulas dengan Bengal rose. Sel epitel yang rusak akan lepas dari kornea dan meninggalkan daerah kecil yang dapat dipulas bila permukaan kornea dibasahi fluorescein. Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluorescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien untuk berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp. Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapis fluorescein kornea adalah tear film break-up time. Keadaan normal waktunya tidak lebih dari 15 detik tetapi akan berkurang nyata dengan anastesi local, memanipulasi mata atau dengan menahan palpebra agar tetap terbuka. Waktu ini akan lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin. 3. Tes Ferning mata Tes ini digunakan untuk meneliti mucus konjungtiva . Tes Ferning mata dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggalkan jaringan parut (pemphigoid mata, sindrom steven Johnson, parut konjungtiva difus) arborisasi mucus berkurang atau hilang. 4. Sitologi impresi Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjungtiva. Pada orang normal populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infranasal. Kelainan pada sel goblet dapat ditemukan pada kasus keratokonjungtivitis sicca, trachoma, pemphigoid mata cicatrix, sindrom steven Johnson dan avitaminosis A.

5. Pemulasan fluorescein Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitel kornea. Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berfluorescein adalah indikator yang baik untuk menilai derajat basahnya mata dan meniscus air mata mudah terlihat. 6. Pemulasan Bengal Rose Tes ini bertujuan untuk melihat sel mata (sel epitel non-vital) pada kornea dan konjungtiva. Rose Bengal mewarnai sel dan nucleus dan hanya sel yang telah mati. Sel mati dengan pewarnaan rose Bengal akan memberikan warna merah. Pewarnaan positif pada konjungtiva merupakan hal yang selalu terjadi pada sindroma mata kering (dry eye syndrome). Pada keratokonjungtivitis sicca akan terlihat segitiga berwarna merah dengan dasar di limbus dan puncak pada kantus internus yang mengisi seluruh celah kelopak. 7. Pengujian Kadar Lizosim air mata Cara yang paling umum untuk menguji kadar lisozim air mata adalah dengan spektrofotometri. Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pada awal perjalanan sindrom sjogren dan pengujian ini berguna untuk menegakkan diagnosa penyakit ini. Air mata ditampung dalam kertas schirmer dan diuji kadarnya. 8. Osmolaritas air mata Beberapa laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan tes schirmer normal dan pemulasan Bengal rose normal. 9. Lactoferrin Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar lakrimal.

Komplikasi Pada tahap awal perjalanan dry eye syndrome, penglihatan akan sedikit terganggu. Pada kasus yang lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan perforasi. Kadang bisa juga terjadi infeksi bakteri sekunder yang dapat berakibat parut dan neovaskularisasi pada kornea yang dapat menurunkan pengihatan.

Terapi Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan pemulihan total sukar terjadi kecuali pada kasus ringan. Adapun pengobatan untuk keratokonjungtivitis sicca ini terganting pada penyebabnya: 1. Pemberian air mata tiruan bila yang kurang adalah komponen air. 2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mucus yang berkurang 3. Penutupan pungtum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan. Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punctum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu yang lebih lama (silicon) untuk menahan secret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi thermal (panas), kauter listrik atau dengan laser. Pasien dengan mata kering oleh karena sembarang penyebab akan mempunyai resiko lebih besar untuk terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terjadi dan harus diobati dengan memperhatikan hygiene dan memakai antibiotic topical.

Daftar Pustaka

PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta http://www.penyakitkatarak.com/tips-perawatan-pasca-operasi-katarak-dan-pencegahannya/ http://www.allaboutvision.com/conditions/iols.htm http://www.mhprofessional.com/handbookofoptics/pdf/Handbook_of_Optics_vol3_ch21.pdf

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF