PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah
April 28, 2017 | Author: andimercury42 | Category: N/A
Short Description
bngnmnbm...
Description
PROYEK AKHIR PEKERJAAN : TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. CIPTA KRIDATAMA SIAMBUL, INDRAGIRI HULU, RIAU
STUDI KASUS : “Perencanaan Produksi dan Perhitungan Cadangan Batubara serta Overburden Menggunakan Software Minescape Metoda Reserve Solids Pit S4 dan Pit S5 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul, Indragiri Hulu, Riau”
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program D-3 Teknik Pertambangan
Oleh: Aldrin Febriansyah 2010/16776
Konsentrasi : Tambang Umum Program Studi : D-3 Teknik Pertambangan
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013 i
ii
iii
iv
BIODATA
I. Data Diri Nama Lengkap BP / NIM Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Nama Ayah Nama Ibu Jumlah Bersaudara Alamat Tetap
: : : : : : : :
Aldrin Febriansyah 2010 / 16776 Rengat, 25 Februari 1992 Laki-laki Drs. Adriansyah Drs. Dardanelly 3 (tiga) orang Jl. Kerajinan no. 18 Rengat, Indragiri Hulu, Riau.
: : : :
SDN 7 Rengat SMPN 1 Rengat SMAN 1 Rengat Universitas Negeri Padang
II. Data Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi III. Data Proyek Akhir Tempat Kerja Praktek Tanggal Kerja Praktek Topik Studi Kasus
Tanggal Sidang PA
: PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul : 7 Januari 2013 – 4 Maret 2013 : Perencanaan Produksi dan Perhitungan Cadangan Batubara serta Overburden Menggunakan Software Minescape Metoda Reserve Solids Pit S4 dan Pit S5 PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Riau. : 30 Mei 2013
Padang, 30 Mei 2013
(Aldrin Febriansyah) 2010/ 16776
v
RINGKASAN
PT. Riau Bara Harum merupakan suatu perusahaan swasta nasional, bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di daerah Kelesa Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. Wilayah PKP2B PT. Riau Bara Harum seluas 24.450 Ha, yang memiliki kuasa pertambangan di koordinat 0°45’ 00 – 0°33’ 45.00” LS dan 102°11’ 15.00” – 102° 41’ 5.00” BT. PT. Riau Bara Harum bekerja sama dengan PT. Cipta Kridatama untuk pengupasan overburden seluruh pit PT. Riau Bara Harum. Metode penambangan yang dipakai di PT. Cipta Kridatama adalah Tambang Terbuka ( Open Pit ) dengan sistim strip mining dan back filling. Menggunakan kombinasi alat-alat mekanis berupa alat gali, alat muat, dan alat angkut. Bila material keras diperlukan ripper. Dalam melaksanakan proses pengupasan overburden, PT. Cipta Kridatama menggunakan alat-alat berat milik perusahaan sendiri. Endapan batubara yang akan ditambang secara umum tersingkap di permukaan tanah dengan kemiringan berkisar antara 5°-10°, dan ketebalan ratarata lebih dari 0,5m. Rencana penambangan pada daerah ini dilakukan dengan metode tambang terbuka. Rancangan penambangan dan perhitungan cadangan yang berbasis komputisasi dengan menggunakan software Minescape, untuk rancangan yang baik dan terarah. Berdasarkan model rancangan batubara, diketahui cadangan batubara di daerah penelitian pada Blok Siambul adalah sebesar 2.108.453 ton, dan untuk overburden adalah 33.045.379 BCM. Dalam kegiatan pengupasan lapisan overburden, PT. Cipta Kridatama memiliki target produksi sebesar 23.665.400 BCM per tahun dan merencanakan target produksi sekitar 68.200 BCM per hari. Setelah dilakukan perhitungan ulang, target untuk per tahun adalah 2013 adalah 25.102.461,6 BCM, dan untuk target produksi per hari adalah 69.729 BCM.
vi
ABSTRACT PT. Riau Bara Harum to be a nacional private concern, sign in field coal mining and that location in Kelesa, Indragiri Hulu, Riau. PT. Riau Bara Harum’s PKP2B location have wide 24.450 Ha, that have coordinat mining controller in 0°45’ 00 – 0°33’ 45.00” LS dan 102°11’ 15.00” – 102° 41’ 5.00” BT. PT. Riau Bara Harum to coorperate with PT. Cipta Kridatama to excavate overburden in all pit PT. Riau Bara Harum’s. Mine Method that use by PT. Cipta Kridatama is Open Pit with the system are strip mining and back filling. To use combination mechanic tools like dig tools, loading tools, and transport tools. If there are hard material, used ripper. In excavate overburden, PT. Cipta Kridatama to use private tools. Coal deposit that will mined there in surface, the dip to turn 5°-10°, and have average thick more than 0,5 m. Mining plan in this area used open pit method. Mining plan and reserve calculation that computation basic to used by minescape software, to good plan and directed plan. Based on coal mining plan model, knowed coal reserve calculation in Siambul’s block mining is 2.108.4553 ton. And to overburden is 33.045.379 BCM. In excavate overburden activity, PT. Cipta Kridatama have production target 23.665.400 ton/year. And plan production target 68.200 BCM/day. After used repeat calculation, production target to 2013 is 25.102.461,6 BCM., and to production target 1 day is 69.729 BCM.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-III Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. Tugas Akhir ini berjudul “Perencanaan Produksi dan Perhitungan Cadangan Batubara serta Overburden Menggunakan Software Minescape Metoda Reserve Solids Pit S4 dan Pit S5 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul, Indragiri Hulu, Riau”. Tugas Akhir ini Penulis susun berdasarkan hasil Praktek Lapangan Industri yang telah Penulis lakukan di PT Cipta Kridatama, yang dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan berakhir pada tanggal 4 Maret 2013. Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga selesainya Tugas Akhir ini. 2. Kedua Orang Tua Penulis yang selalu memberikan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang. 4. Bapak Drs. Raimon Kopa, MT selaku koordinator kegiatan Praktek Lapangan Industri. 5. Bapak Dedi Yulhendra, ST,. MT selaku Dosen Pembimbing Penulis.
viii
6. Bapak Benny Kusumobroto, Project Manager PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri Hulu, Riau. 7. Bapak Dedy Ismanto, selaku Pembimbing Lapangan Penulis di PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri Hulu, Riau. 8. Dept. PPnC PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri Hulu, Riau. 9. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang. 10. Seluruh staff dan karyawan PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri Hulu, Riau. 11. Serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang, 30 Mei 2013
Aldrin Febriansyah
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PROYEK AKHIR .......................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN PROYEK AKHIR ...........................
iii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...........................................
iv
BIODATA .....................................................................................................
v
RINGKASAN ...............................................................................................
vi
ABSTRAK ....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah ..................................................................
1
1.1.1. Latar belakang Masalah .........................................................
1
1.1.2. Lokasi dan Kesampaian Lokasi .............................................
2
1.1.3. Iklim dan Curah Hujan ..........................................................
4
1.1.4. Keadaan Geologi ...................................................................
4
1.1.5. Kondisi Daerah Kelesa ...........................................................
6
1.1.6. Peralatan Pengupasan Overburden dan Target Produksi Overburden ............................................................................
x
15
1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................
16
1.3. Pembatasan Masalah ......................................................................
17
1.4. Rumusan Masalah ..........................................................................
17
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................
18
1.6. Manfaat Penelitian ..........................................................................
18
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Sifat Fisik Material .........................................................................
19
2.2. Proses Land Clearing, Pengupasan Top soil serta Pengupasan Overburden .....................................................................................
23
2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan .........................................
27
2.4. Konsep Pemodelan Sumberdaya ...................................................
34
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Cadangan ...................
35
2.6. Sistem Penambangan .......................................................................
36
2.6.1. Open Pit .................................................................................
36
2.6.2. Strip Mining ...........................................................................
37
2.7. Teori Strip, Panel, Block, dan Solids ...............................................
38
2.8. Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara .........................
39
2.9. Faktor Pembatas Penentuan Cadangan Tertambang .......................
41
2.10. Perancangan Tambang Menggunakan Software Minescape .........
43
2.11. Pemodelan Endapan Batubara dan Overburden menggunakan Software Minescape ......................................................................
46
2.11.1. Topo Model ...........................................................................
47
2.11.2. Schema ..................................................................................
48
xi
2.11.4. Countur .................................................................................
48
2.11.5. Quality ...................................................................................
48
2.12. Konsep Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Menggunakan Software Minescape .......................................................................
50
2.13. Konsep Penentuan Kondisi Batas Untuk Perhitungan Cadangan .......................................................................................
51
BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Jadwal Kegiatan ..............................................................................
53
3.2. Jenis Studi Kasus ............................................................................
53
3.3. Jenis Data ........................................................................................
54
3.4. Metodologi Pengambilan Data .......................................................
55
3.5. Metode Analisis Data .....................................................................
55
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pemodelan Endapan Batubara Mengunakan Software Minescape .......................................................................................
57
4.2. Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden Menggunakan Software
Minescape....................................................................
59
4.2.1. Pembuatan Blok Penambangan menggunakan software Minescape .............................................................................
60
4.2.2. Pembuatan Solids menggunakan software minescape ..........
62
4.2.3. Perhitungan Cadangan .........................................................
63
4.3. Perhitungan Rencana Jam Kerja (Work Hours) ..............................
66
xii
4.4. Kebutuhan Alat ...............................................................................
67
4.5. Perhitungan Target Produksi ..........................................................
68
4.6. Analisa Target Produksi .................................................................
69
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan .....................................................................................
78
5.2. Saran ...............................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
80
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
: Peta Kesampaian Daerah.........................................................
3
Gambar 1.2
: Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul PT. RBH ................
6
Gambar 1.3
: Peta Kontur Topografi 3D Blok Siambul PT. RBH ................
7
Gambar 1.4
: Peta Geologi Blok Siambul .....................................................
14
Gambar 2..1
: Land Clearing ........................................................................
23
Gambar 2.2
: Pengupasan Top Soil ...............................................................
25
Gambar 2.3
: Pengupasan Overburden .........................................................
26
Gambar 2.4
: Dispossal Area ........................................................................
27
Gambar 2.5
: Modifying Factor ....................................................................
29
Gambar 2.6
: Open Pit ..................................................................................
37
Gambar 2.7
: Strip Mining ............................................................................
38
Gambar 2.8
: Penentuan Final Pit Limit .......................................................
52
Gambar 4.1
: Peta Kontur Struktur Pit S4 dan Pit S5 ..................................
58
Gambar 4.2 : Situasi Lider Blok Siambul 31 Desember 2013 .....................
59
Gambar 4.3 : Plan PT. CK 2013 ...................................................................
60
Gambar 4.4 : Blok Pit S4 dan Blok Pit S5 .....................................................
62
Gambar 4.5 : Solids Pit S4 dan Solids Pit S5 .................................................
63
xiv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
: Jarak Titik Informasi Berdasarkan Kondisi Geologi ................
29
Tabel 2.2
: Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI ...............
31
Tabel 3.1
: Jadwal Kegiatan Januari - Maret................................................
53
Tabel 4.1
: Total Tonase Batubara, Overburden dan SR Pit S4 ..................
64
Tabel 4.2
: Total Tonase Batubara, Overburden dan SR Pit S5 ..................
65
Tabel 4.3
: Work Hours ................................................................................
67
Tabel 4.4
: Kebutuhan Alat ..........................................................................
68
Tabel 4.5
: Target Produksi 2013 ..................................................................
69
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A
: Peta Provinsi Riau ................................................................. A-1
Lampiran B : Peta Geologi Kelesa dan Blok Konsesi RBH ......................... Lampiran C
: Data Curah Hujan, Jam Hujan, dan Hari Hujan CK-RBH Siambul ...................................................................................
Lampiran D
B-1
C-1
: Analisa Perkiraan Curah Hujan .............................................. D-1
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pertambangan di Indonesia semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya kebutuhan akan hasil dari pertambangan baik dari segi industri maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satu hasil bahan galian tambang yang cukup meningkat penggunaanya adalah batubara. Selain digunakan untuk industri, batubara juga digunakan sebagai bahan dasar untuk menghasilkan listrik (PLTU). Apalagi sekarang cadangan minyak bumi mulai menipis sehingga mulai digalakkan batubara sebagai pengganti bahan bakar. Dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan akan batubara sehingga mulai digalakkan pencarian-pencarian cadangan baru batubara. Provinsi Riau merupakan salah satu penghasil batubara di Indonesia, dimana hasil produknya selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk memenuhi permintaan kebutuhan luar negeri. 1.1.1. Deskripsi Perusahaan PT Cipta Kridatama yang didirikan pada tahun 1997 adalah pembesaran dan perluasan dari sebuah Divisi peralatan & Bisnis penyewaan PT. Trakindo Utama yang berfokus pada pihak & Jasa Penambangan.
1
2
Didukung oleh lebih oleh lebih dari 27000 karyawan, PT. Cipta Kridatama memiliki lebih dari 14 lokasi di seluruh Indonesia dan masih akan terus berkembang. PT Cipta Kridatama dan PT. Riau Bara Harum bekerjasama untuk melakukan kegiatan penambangan pada jobsite Siambul, Kecamatan Siberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Peta Provinsi Riau dapat dilihat pada lampiran A. Dengan kontrak selama 5 tahun, terhitung mulai tanggal 5 maret 2012 hingga 5 tahun yang akan datang. PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul merupakan perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang civil, mining, dan process engineering yang dipercaya oleh PT. Riau Bara Harum selaku pemegang kontrak karya untuk melakukan seluruh kegiatan penambangan dengan menggunakan metode open pit dengan sistem back filling dan strip mining. PT. Cipta Kridatama jobsite RBH memiliki struktur organisasi yang kompleks, yang bertujuan untuk kemudahan pengawasan kegiatan industri, baik di lingkungan kantor maupun di lingkungan site penambangan sesuai dengan kompentensi yang dimiliki tenaga kerja sehingga terciptanya kegiatan yang teratur, efisien dan menguntungkan. Struktur organisasi PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul dapat dilihat pada Lampiran B. 1.1.2. Peta Kesampaian Lokasi Secara administratif PKP2B PT. Riau Bara Harum berada di wilayah Desa Kelesa, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
3
Luas PKP2B PT. Riau Bara Harum adalah 24.450 Ha. Secara geografis lokasi PKP2B PT. Riau Bara Harum terletak pada 0°42’ 93” – 0°43’ 45.00” LS dan 102° 26’ 15.00” BT – 102° 28’ 5.00” BT. Jarak Pekanbaru hingga Desa Kelesa sekitar 400 Km, dan jarak Desa Kelesa hingga lokasi penyelidikan kurang lebih sekitar 5 Km. Daerah penyelidikan dapat dicapai dari kota Pekanbaru melalui transportasi darat sekitar 5 jam. Peta kesampaian daerah PT. Riau Bara Harum dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.
Sumber : PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul
Gambar 1.1 Peta Kesampaian Daerah
4
1.1.3. Iklim dan Curah Hujan Lokasi atau daerah penyelidikan PKP2B PT. Riau Bara Harum memiliki curah hujan tropis ditandai adanya pergantian dua musim yaitu musim hujan (September - Februari) dan musim kemarau (Maret - Agustus). Intensitas curah hujan bervariasi dari rendah sampai tinggi dengan durasi waktu pendek (singkat) - sampai panjang (lama). Berdasarkan data meterologi, dapat secara umum diketahui temperatur rata-rata tahunan berkisar antara 28-31°C dan fluktuasi temperatur dan 34°C dan kelembaban udara rata-rata tahunan 80%, sedangkan kelembaban pagi sekitar 90% dan sore sekitar 70%. Berdasarkan data curah hujan selama sebelas tahun (2002-2012), curah hujan tahunan di daerah penyelidikan berkisar antara 2732,60 s/d 3081,85 mm/tahun. Sedangkan jumlah hari hujan berkisar antara 168 hari s/d 209 hari dengan rata-rata 188 hari. Tabel Curah Hujan daerah Kelesa dapat dilihat pada Lampiran C. 1.1.4. Keadaan Geologi Pulau Sumatera berlokasi antara 3˚ LU sampai 6˚ LS dan 96˚ BT sampai 106˚ BT. Pada zona tengah dari rangkaian Bukit Barisan terdapat cekungan antar pegunungan, misalnya endapan Mampun Pandan dan Ombilin. Susunan pengendapan daerah Muara Bungo dimulai dari Formasi Talang Akar dengan umur Oligosen yang terendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar granit Mezosoik (Simanjuntak, 1984). Peta Geologi Kelesa dan Blok Konsesi RBH Daerah perjanjian disusun oleh 5 satuan sedimen tersier (menurun makin tua) :
5
Alluvium (Qa), terdiri dari pasir, lanau, dan lempung, yang diendapkan oleh sungai-sungai besar.
Formasi Kasai (QTk), terdiri dari tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan mengandung batu apung (pumice). Umur formasi ini diduga PlioPleistosen, diendapakan pada lingkungan daratan. Ketebalan beragam dari 200 dan sampai lebih 500 meter.
Formasi Muara Enim (Tmpm), merupakan perselingan dari batu lempung dengan batu lanau dan serpih, dengan interkalasi dari batulempung gampingan padat dan lanau kuarsa. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal berumur Miosen Tengah sampai Akhir. Ketebalan berkisar antara 500 meter sampai 1.000 meter.
Formasi Gumai (Tmg), terdiri dari batu lempung dan serpih dengan interkalasi batu gamping, batu lanau, batu pasir, batu lanau tufaan, dan nodul-nodul gampingan. Lingkungan pengendapan adalah laut terbuka yang agak dalam (neritik) pada saat genang laut. Formasi Gumai berumur miosen Awal sampai Tengah. Ketebalan formasi ini dari beberapa meter sampai mendekati 850 meter.
Formasi Talang Akar (Tomt), terdiri dari batupasir konglomeratan, batupasir berbutir kasar sampai halus, batulanau, batulanau gampingan dan serpih. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan daratan sampai laut dangkal dan berumur Miosen Akhir sampai Oligosen. Ketebalan formasi ini dari beberapa meter sampai mendekati 1.000 meter.
6
1.1.5. Kondisi Daerah Kelesa A. Topografi Pada daerah penelitian sumberdaya batubara siambul umunya mempunyai ketinggian berkisar dari 20 meter sampai 320 meter dengan beda tinggi sampai 50 meter, dan kearah utara dari daerah batubara ketinggian permukaannya mencapai 130 meter dengan beda tinggi mencapai 50 meter sehingga daerah ini bisa dikategorikan berbukit sedang. Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum dapat dilihat pada gambar 1.2.
Sumber : PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul
Gambar 1.2 Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum
7
Setelah diperoleh data koordinat topografi, dilakukan interpolasi pada perangkat lunak Minescape membentuk garis-garis kontur dilanjutkan dengan pemodelan bentuk tiga dimensi, dengan pembuatan triangle atau bidang-bidang yang menghubungkan garis-garis kontur topografi. Bagian barat lokasi penelitian memiliki bentuk topografi lebih tinggi dibandingkan dengan sebelah timur lokasi penelitian. Peta Topografi 3D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum dapat dilihat pada gambar 1.3.
Gambar 1.3 Peta Topografi 3D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum
8
B. Morfologi Secara fisiografi daerah penelitian PT. Riau Bara Harum termasuk dalam wilayah Pegunungan Tigapuluh yang merupakan perbukitan bergelombang sedang sampai terjal ke arah timur dan utara dengan ketinggian bervariasi mulai dari 20 m sampai yang paling tinggi 320 m dari permukaan air laut. Kemiringan lereng di daerah penelitian antara 5-50%. Perbukitan ini dikelilingi dataran yang sebagian besar berupa dataran rawa, pasang surut yang pelamparannya terletak di sebelah timur perbukitan bergelombang. Kelerengan daerah termasuk landai dan aliran sungai yang deras. Fenomena tersebut mencirikan stadia sungai yang tua dengan tingkat erosi horizontal lebih dominan dari vertikal. Pegunungan Tigapuluh mempunyai dua anak sungai yaitu Sungai Canako dan Sungai Gangsal. Sungai Canako mempunyai dua anak sungai utama yaitu Sungai Alin dan Antam. Sedangkan Sungai Gansal mempunyai empat anak sungai yaitu Sungai Akar, Sungai Kerintang, Sungai Renteh dan Sungai Selesen. Pola aliran sungai umumnya dendritik dibagian hulu anak sungainya. Arah umum sungaisungainya adalah Timurlaut, kecuali Sungai Antam mempunyai arah barat laut. Sungai Alin dan sungai bagian hulu Sungai Gangsal mempunyai arah ke utara. C. Kondisi Sungai Pola aliran sungai didaerah penelitian deposit batubara daerah Kelesa bisa dikelompokan menjadi tiga yakni pola aliran rectangular,
9
dendritik, dan trellis. Pola aliran rektangular berkembang dibagian barat daerah rencana tambang dengan bentuk sungai patah-patah dan dijumpai beberapa kelurusan dengan sungai Canako sebagai sungai utamanya. Pola aliran dendritik berkembang disebelah timur daerah rencana tambang dengan bentuk sungai menyerupai pohon. Sungai Akar merupakan sungai utama. Pola aliran trellis berkembang di daerah tengah daerah penelitian dengan sungai sekunyam sebagai sungai utama. D. Geologi Batubara Daerah Kelesa Berdasarkan Geological Map Of Kelesa Subdistrict dan Rbh’s Block Concession (A Part Of Gelogical Map Of Rengat Quadrangel, Sumatera ,1994). Daerah penyelidikan termasuk dalam area penelitian dengan litologi yang cukup lengkap mulai dari Pra Tersier, Tersier hingga Kuarter. Litologi penyusun di daerah penyelidikan dapat dikelompokan menjadi tiga yakni : 1) Kelompok batuan Pra Tersier yang terdiri atas: Batuan Pra Tersier di daerah penyelidikan disusun dari beberapa formasi, yaitu: a. Formasi Gangsal (Pcg) Terdiri dari batusabak, filit, batusabak berbintik, batupasir termetamorfkan dan kuarsir.
10
b. Formasi Pengabuhan (Pcp) Terdiri dari batu pasir sela, greyweke kuarsit, dan batulanau, setempat dengan butiran kerakalan, di beberapa tempat berubah menjadi hornfels. c. Formasi Mentulu (Pcm) Berupa Tuff, batu lempung tufaan dan batu pasir tufaan, tuff andesit sampa tuff basalt, kelabu sampai coklat, keras dan forfiri. d. Granit Akar (Rjg) Terdiri dari granit, granodiorit, pegmatit, dan apilit dijumpai di sekitar Sungai Akar dengan warna lapukan jernih hingga merah. Secara stratigarfi Formasi Gangsal, Formasi Pengabuan dan Formasi Mentulu saling bersilang jari (membaji). Ketiga formasi tersebut diterobos oleh intrusi granit. 2) Kelompok batuan berumur Tersier yang terdiri dari : Batuan Tersier yang ada di daerah penyelidikan disusun sari beberapa formasi: a. Formasi Kelesa (Teok) Secara tidak selaras Formasi Kelesa di atas batuan – batuan Pra Tersier, formasi ini terdiri dari konglomerat, atau breksi, batupasir kerikilan, tufaan, yang disisipi batu lempung, serpi dan batubara. Lapisan batubara dalam formasi ini memperlihatkan bentuk sifatsifat hitam mengkilat tidak mengotori tangan, keras dan ringan.
11
b. Formasi Lakat (Toml) Bagian atas terdiri dari batu pasir kuarsa dan batu lempung lanauan atau karbonatan dengan bintil pyrit dan kayu terkresikan, bagian bawah terdiri dari konglomerat polemik dan batu kuarsa dengan batu lempung, tuff, batu lanau dan sisipan serta lensa – lensa batubara. c. Formasi Tualang (Tmt) Formasi Tualang melampar luas selaras di atas Formasi Lakat dan menjari (membaji) dengan satuan batuan yang relatif diatasnya. Bagian atas terdiri dari batupasir kuarsit, batulempung, batu lumpur puritan dan batupasir gloukonit. Bagian bawah terdiri dari batu lempung dan batu pasir kuarsa, setempat gampingan dan lanauan dengan bintil batupasir gampingan juga mengandung glaukonit dan mika. d. Formasi Gumai (Tmg) Tersusun oleh serpih dan batulempung dengan sisipan batupasir dan batulumpur. Pada bagian atas dan tengah umumnya karbonan atau gamping dengan bintil dan lensa mikrit yang mengandung banyak foraminifera. e. Fomasi Air Benakat (Tma) Secara stratigrafi Formasi Air Benakat dan Formasi Muaraenim saling bersilang jari. Formasi Air Benakat terdiri selang seling
12
batu lempung, batu pasir, serpih dan batu lanau dengan sisipan batu pasir tufaan, lensa- lensa kuarsa dan lignit. f. Formasi Muara Enim. (Tmpm) Terdiri dari perselingan batu pasir tufaan berbutir sedang- halus dengan batu lempung tufaan, serpi tufaan dan tufa, abu-abu kehitaman, kecoklatan, dan kemerahan, serpi tufaan dengan sisipan lensa batubara dan kayu karbonan. g. Formasi Kerumutan ( Qtke) Formasi Kerumutan diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim, terdiri dari batupasir kuarsa, halus sampai sedang, batu lempung tufaan, tufa setempat lempung pasiran, tufaan kerikilan, kelabu muda kemerahan, setempat silang siur . 3) Endapan Kuarter Batuan pada Endapan Kuarter di daerah penyelidikan disusun dari beberapa formasi : a. Formasi Kasai (Qtk) Secara stratigrafi Formasi Kasai terendapakan secara tidak selaras di atas batuan berumur Tersier, yang terdiri dari batupasir kuarsa dan tufaan, tuff, batulempung tufaan, batupasir tufaan berukura sedang sampai gravel, berwarna abu-abu terang sampai abu-abu kecoklatan setempat silang siur, dengan sisipan kayu karbonan
13
b. Endapan Rawa (Qs) Terdiri dari lempung, pasir, lanau, lumpur, dan gambut berwarna hitam sampai coklat, lunak tidak mengeras. c. Aluvium (Qac) Berupa lempung, lumpur, lanau pasir, kerakal, dan berangkal berwarna kelabu, hitam sampai coklat tidak mengeras dengan sisa tumbuan dan lapisan tipis gambut tersebar merata. E. Struktur Geologi Regional Daerah penyelidikan terletak di Cekungan Sumatera Tengah yang berkaitan erat dengan tektonik yang terjadi akibat penujaman busur samudera. Penujaman di sebelah barat Sumatera terjadi pada Perm yang kemudian diikuti dengan pembentukan busur gunung api Tersier sampai Resen. Cekungan Sumatera Tengah merupakan bagian dari gunung api ini yang terletak bagian busur belakang yang terdiri dari batuan metamorf berumur Permokarbon dan sedimen Tersier sampai Kuarter. Struktur geologi di daerah ini terbentuk oleh tektonik pada Jura – Kapur berupa kelanjutan orogenesa Thai – Malaysia diikuti oleh pengangkatan perbukitan Tigapuluh pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal. Hal tersebut berkaitan dengan pengangkatan busur Gunung Api Bukit Barisan. Tektonik berikutnya terjadi pada Oligosen Awal dan mengakibatkan pengangkatan dan pensesaran batuan Tersier yang terbentuk sebelumnya. Pada Mio – Pliosen terjadi pengangkatan dan regresi sehingga batuan-batuan pada Formasi Tulang, Gumai dan Air
14
Benakat terangkat diikuti oleh pengendapan Formasi Muara Enim. Berdasarkan pengamatan Citra SAR (Side Airborn Radar), struktur geologi yang terbentuk akibat tektonik di cekungan Sumatera Tengah berupa antiklin dan sesar sesar yang berarah baratlaut-tengara, timurlautbaratdaya. Peta Geologi Blok Siambul dapat dilihat pada gambar 1.4.
Sumber : PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul
Gambar 1.4 Peta Geologi Blok Siambul
15
1.1.6. Peralatan Pengupasan Overburden dan Target Produksi Overburden PT. Cipta Kridatama Siambul Mine Project mengerjakan 2 buah pit yaitu pit S4 dan pit S5. Pada pit S4 dan pit S5 mempunyai target produksi perbulannya untuk mencapai target pertahunnya. Untuk mencapai target produksi pengupasan overburden PT. Cipta Kridatama mengoperasikan 10 unit Excavator sebagai alat muat, yaitu 1 unit Hitachi 2500, 7 unit Hitachi 1200, 2 unit Cat 390D. Alat muat yang beroperasi akan melayani 41 unit alat angkut, yaitu 4 unit OHT (Off Heighway Truck) Cat 777, 11 OHT unit Cat 773D, 21 OHT unit Cat 775F, dan 5 unit ADT (Articulated Dump Truck) Cat 740. Untuk mencapai target rencana produksi tersebut, maka diperlukan perhitungan cadangan dan perencanaan produksi untuk mencapai target produksi satu tahun. Target produksi pengupasan overburden PT. Cipta Kridatama untuk tahun 2013 adalah 23.665.400 BCM/tahun dan untuk target rata-rata perbulannya adalah 68.200 BCM/tahun. Tetapi dalam dalam perhitungan cadangan dan perencanaan produksi antara PT. Riau Bara Harum selaku owner dan PT. Cipta Kridatama selaku kontraktor terjadi perbedaan selisih target deviasi volume produksi. Hal ini dikarenakan pencapaian target produksi overburden ini tergantung kepada beberapa faktor, antara lain: 1.
Jumlah alat berat yang digunakan
2.
Metode penambangan
3.
Kondisi jalan tambang
16
4.
Iklim dan curah hujan
5.
Jarak tempuh antara tempat pengupasan overburden dan disposal area
6.
Efisiensi kerja alat Dari kegiatan praktek yang penulis lakukan dan dilihat dilapangan,
ternyata terjadi perbedaan perhitungan volume penambangan antara PT. Riau Bara Harum selaku owner dan PT. Cipta Kridatama selaku kontraktor. Melihat kondisi di atas, penulis berkeyakinan bahwa perbedaan perhitungan target deviasi volume produksi dikarenakan adanya kesalahan perhitungan, sehingga dibutuhkan perhitungan ulang untuk perhitungan target deviasi volume produksi dan perencanaan produksi pengupasan overburden untuk meningkatkan produksi PT. Cipta Kridatama. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam Tugas Akhir ini penulis menjadikannya sebuah kasus dengan judul “ Perencanaan Produksi dan Perhitungan Cadangan Batubara serta Overburden Menggunakan Software Minescape Metoda Reserve Solids Pit S4 dan Pit S5 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul, Indragiri Hulu, Riau “. 1.2. Identifikasi Masalah Perhitungan cadangan dan perencanaan produksi penambangan dibutuhkan agar didapatkan total jumlah cadangan dan target produksi penambangan per bulan hingga per tahun sehingga terciptanya kegiatan penambangan yang terencana. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
17
a) Bagaimana menghitung cadangan overburden dan batubara untuk PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul pit S4 dan pit S5 dengan menggunakan software Minescape. b) Bagaimana menghitung target produksi dengan estimasi menggunakan work hours planning untuk mendapatkan target produksi per tahun, per bulan dan per hari. 1.3. Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Perhitungan cadangan batubara dan overburden 2013 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul pit S4 dan pit S5 dengan menggunakan software Minescape metoda reserve solid. b) Perhitungan rencana jam kerja dan target produksi 2013 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas maka untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis merumuskan permasalahan ditinjau dari beberapa aspek diantaranya: 1. Bagaimana cara dan metoda perhitungan cadangan batubara dan overburden menggunakan software minescape metoda reserve solids? 2. Bagaimana cara perhitungan rencana jam kerja untuk merencanakan target produksi PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul untuk tahun 2013?
18
1.5. Tujuan Penelitian 1) Menghitung cadangan batubara dan overburden untuk PT. Cipta Kridatama dan PT. Riau Bara Harum jobsite Siambul. 2) Menghitung rencana target produksi dari rencana jam kerja, sehingga terjadinya kegiatan penambangan yang terencana yang akan diterapkan oleh PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul untuk kegiatan penambangan pada tahun 2013. Rancangan perhitungan cadangan ini menggunakan software Minescape pada jobsite Siambul di pit S4 dan pit S5. 1.6. Manfaat Penelitian a) Dapat menghitung cadangan batubara dan overburden yang terdapat jobsite Siambul khususnya pit S4 dan pit S5. b) Dapat menghitung rencana jam kerja tahun 2013. c) Dapat menghitung target produksi optimal per tahun, per bulan, maupun per hari untuk tahun 2013. d) Dapat diketahui rancangan perencanaan produksi penambangan yang baik dan benar, sehingga dapat memelihara aspek konservasi terhadap cadangan batubara sekaligus dapat memberikan keuntungan optimal terhadap perusahaan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan dalam bidang komputisasi tambang.
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1. Sifat Fisik Material Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan pemindahaan tanah adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan material Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume material (tanah) yang berubah dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut bentuk material dibagi dalam 3 keadaan yaitu: a) Keadaan asli (Bank Condition) Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi disebut keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti ini butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Ukuran tanah demikian biasanya dinyatakan dalam ukuran bank measure atau Bank Cubic Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah. b) Keadaan Gembur (Loose Condition) Yaitu keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan. Material yang tergali dari tempat asalnya akan mengalami perubahan volume (mengembang). Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara
19
20
diantara butiran-butiran tanah. Dengan demikian volumenya menjadi lebih besar. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam loose measure atau Loose Cubic Meter (LCM). Dengan demikian dapat dimengerti bahwa LCM mempunyai nilai yang lebih besar dari BCM. c) Keadaan Padat (Compact) Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali dengan disertai usaha pemadatan. Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel tanah tersebut. Dengan demikian volumenya berkurang, sedangkan beratnya tetap. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat biasanya dinyatakan dalam compact measure atau Compact Cubic Meter (CCM). 2. Berat Material Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu
alat
berat
untuk
melakukan
pekerjaan
seperti
mendorong,
mengangkut, dan lain-lain, akan dipengaruhi oleh berat material tersebut. Berat material ini akan berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau didorong oleh alat berat. Pada saat sebuah dump truck mengangkut tanah dengan berat 1,5 ton/m3, alat dapat bekerja dengan baik. Tetapi pada saat mengangkut tanah seberat 1,8 ton/m3, ternyata alat berat mengalami beban berat sehingga alat berat terlihat berat mengelindingkan rodanya.
21
3. Bentuk Material Faktor ini berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu. Apabila material dengan kondisi butiran beragam, kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkahbongkah akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati. Oleh karena itu, pada material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang memakan sebagian besar isi ruangan. 4. Kohesivitas (Daya Ikat) Material Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat diantara butir-butir material itu sendiri. Sifat ini jelas berpengaruh terhadap alat, misalnya pengaruhnya terhadap spillage factor (faktor pengisian). Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung, dengan demikian apabila material itu berada pada suatu tempat, akan munjung. Volume material yang menempati ini ada kemungkinan bisa melebihi volume ruangan, misalnya tanah liat. Sedangkan material dengan kohesivitas rendah, misalnya pasir, apabila menempati suatu ruangan akan sukar menggunung, melainkan permukaannya cenderung rata. 5. Kekerasan Material Material keras akan lebih sukar dipecahkan, digali atau dikupas oleh alat berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Batuan dalam pengertian earth moving terbagi dalam 3 batuan dasar, yaitu:
22
a.
Batuan beku
: sifat keras, padat, pejal dan kokoh.
b.
Batuan sedimen
: merupakan perlapisan dari yang lunak hingga
keras. c.
Batuan metamorf
: umumnya perlapisan dari yang keras, padat dan
tidak teratur. Pengukuran kekerasan tanah dapat dilakukan dengan cara ripper, seismic (suara atau getaran), dan soil investigation drill (pengeboran). 6. Daya Dukung Tanah Daya dukung tanah didefenisikan sebagai kemampuan tanah untuk mendukung alat yang ada di atasnya. Jika suatu alat berada di atas tanah, maka alat tersebut akan memberikan ground pressure, sedangkan perlawanan yang diberikan oleh tanah adalah daya dukung. Jika pressure alat lebih besar dari daya dukung tanah, maka alat tersebut akan terbenam. Demikian pula sebaliknya, alat akan berada dalam keadaan aman untuk dioperasikan apabila pressure alat lebih kecil dari daya dukung tanah dimana alat tersebut berada. Hal ini perlu dicermati oleh setiap pelaksanaan di lapangan untuk menghindari kerugian yang akan diderita oleh perusahaan.
23
2.2. Proses
Land
Clearing,
Pengupasan
Topsoil
serta
Pengupasan
Overburden 1. Pembersihan Lahan (Land Clearing) Land Clearing adalah pembersihan lahan area penambangan dari pepohonan ataupun semak belukar yang dapat mengganggu aktivitas penambangan. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi. Gambar proses Land Clearing dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Land Clearing
24
2. Pengupasan Tanah Pucuk (Topsoil) Pengupasan topsoil adalah pengupasan tanah pucuk yang bersifat humus. Biasanya top soil berada 0-0,5 m dari permukaan tanah. Tanah humus ini dilestarikan agar tidak hilang unsur haranya, gunanya untuk kegiatan reklamasi pada akhir kegiatan penambangan. Pengupasan Top Soil ini dilakukan sampai batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan batuan penutup (tidak mengandung unsur hara). Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya ditimbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah Top Soil Bank. Untuk selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di Top Soil Bank pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai lapisan teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan memasuki tahapan program reklamasi. Sehingga daerah bekas lahan tambang dapat dipergunakan seperti sebelum kegiatan penambangan berlangsung seperti untuk kegiatan perkebunan, lapangan olahraga, hutan lindung, dan lain-lain. Gambar pengupasan top soil dapat dilihat pada gambar 2.2 di halaman 25 .
25
Gambar 2.2 Pengupasan Top Soil 3. Pengertian Kegiatan Pengupasan Lapisan Penutup Pengupasan Overburden adalah pengupasan tanah penutup yang bersifat tidak humus yang menutupi perlapisan batubara. Overburden adalah tanah penutup awal sebelum ditemukannya seam batubara awal. Interburden adalah tanah penutup diantara dua buah seam. Gambar kegiatan pengupasn lapisan tanah penutup (overburden) dapat dilihat pada gambar 2.3 di halaman 26.
26
Gambar 2.3 Pengupasan Overburden Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada di atas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sitematika pengupasan yang baik. Dalam pengupasan overburden di PT. Cipta Kridatama menggunakan metoda konvensional. Yaitu menggunakan kombinasi alatalat pemindahan tanah mekanis (alat gali, alat muat, alat angkut) seperti kombinasi antara Bulldozer, Wheel Loader, dan Dump Truck. Bila material tanah penutup lunak bisa langsung menggunakan alat gali muat, sedangkan apabila materialnya keras mungkin digemburkan terlebih dahulu menggunakan Ripper, baru kemudian dimuat dengan alat muat ke alat angkut, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan atau
27
disposal area menggunakan alat angkut. Lokasi salah satu disposal area PT. Cipta Kridatama dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Disposal Area 2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dapat dijelaskan dengan pengadopsian data klasifikasi dari United Nation Economic and Social Council (1997). Adapun pembagian sumberdaya (Resource) dan cadangan (reserve) berdasarkan klasifikasi sebagai berikut : a). Sumberdaya Batubara Hipotetik (hypothetical coal resource) Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan survey tinjau.
28
b). Sumberdaya Tereka (inferred coal resource) Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan penyelidikan prospeksi. c). Sumberdaya Tertunjuk (indicated coal resource) Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. d). Sumberdaya Terukur (measured coal resource) Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. e). Sumberdaya Terkira (probable coal resource) Sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak. f). Cadangan terbukti (proved coal reserve) Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak. Alur dari kriteria sumberdaya hingga dapat dikatakan dan berpotensi menjadi cadangan dapat dilihat pada gambar Modifying Factor pada gambar 2.5 pada halaman 29.
29
Sumber : JORC Code, 2004
Gambar 2.5. Modifying Factor Klasifikasi sumberdaya batubara merupakan upaya pengelompokan sumberdaya batubara sesuai keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdaya diperlihatkan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Jarak Titik Informasi Berdasarkan Kondisi Geologi
Sumber : BSN 199
30
Tahap eksplorasi batubara berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dikutip dari Standar Nasional Indonesia (1999), dilaksanakan melalui empat tahap yaitu: 1) Survei Tinjau Merupakan tahap eksplorasi paling awal dengan tujuan mengidentifikasi daerah daerah yang secara geologis terdapat endapan batubara yang potensial untuk penyelidikan lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tataguna lahan, serta kesampaian daerah. Kegiatan penyelidikan antara lain studi geologi regional, penaksiran, penginderaan jauh, dan metode tak langsung lainnya serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000. 2) Prospeksi Kegiatan pada tahap ini antara lain : Pemetaan geologi dengan skala minimum 1 : 50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji, percontoan dan analisis. 3) Eksplorasi Pendahuluan Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan antara lain: pemetaan geologi dengan skala minimum 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologi, penampang geofisika, pembuatan sumuran.
31
4) Eksplorasi Rinci Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga dimensi endapan secara lebih rinci. Tabel Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI
Sumber : Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral Standar Nasional Indonesia 1997
32
Dalam penetapan cadangan selain parameter penetapan sumber daya (Standar Nasional Indonesia, 1997) maka harus ditambahkan parameter : 1. Aspek teknik a.
Sistim penambangan Perlu
dipertimbangkan
mengenai
pemilihan/penerapan
sistim
penambangan, apakah tambang terbuka, bawah tanah, hydraulic, dan sebagainya karena sangat tergantung pada jenis dan variasi bahan galian,
hal
ini
akan
berpengaruh
pada
mineable
reserves
dan recovery penambangan nantinya. Pada penambangan secara terbuka, perlu mempertimbangkan adanya kemungkinan dilakukan penambangan bawah tanah, berdasarkan keberadaan dan penyebaran bahan galian, agar recovery penambangan lebih besar. Perlu dipertimbangkan kemungkinan ada sistem penambangan lanjutan, untuk meningkatkan perhitungan jumlah cadangan. b. Sistim pengolahan dan pemurnian Sistim pengolahan dan pemurnian harus menggunakan teknologi yang tepat
karena
rangkaian
proses
produksi
yang
efisien
dapat
meningkatkan nilai cadangan. c. Sistim pengangkutan Sistim pengangkutan harus menggunakan metode yang tepat dan dilakukan secara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan
33
material selama pengangkutan sehingga dapat meningkatkan nilai recovery. d. Nisbah Pengupasan (SR) Nisbah pengupasan harus diupayakan sebesar mungkin dengan meningkatkan
penggunaan
metode
dan
teknologi
peralatan
penambangan yang lebih efisien serta dilakukannya pengawasan yang efektif. e. Kadar Batas Rata-rata Terendah (COG) Penetapan nilai COG harus diupayakan serendah mungkin dengan mengupayakan penggunaan teknologi penambangan/pengolahan yang lebih efektif dan efisien. 2. Aspek ekonomi a. Infrastruktur Keberadaan dan kelengkapan infrastruktur harus diuraikan secara rinci dan jelas seperti tersedianya sarana, jalan, listrik, jaringan pemasaran karena bisa mempengaruhi kelas cadangan. b. Tenaga kerja Komposisi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan harus dipertimbangkan sesuai dengan keahlian. c. Harga komoditas bahan galian Penetapan harga awal komoditas dilakukan pada saat penetapan cadangan pada waktu itu. Fluktuasi harga komoditas di pasar domestik
34
dan internasional dapat mempengaruhi kelas sumber daya dan cadangan. d. Jenis produk sampingan dan produk akhir Perlu diperhitungkan jenis produk sampingan yang bernilai ekonomis pada saat itu dan produk akhir, apakah berupa material langsung atau produk pengolahan. e. Nilai dan prospek bahan galian Perlunya dilakukan kajian nilai dan prospek bahan galian agar diperoleh hasil prediksi secara cermat. 3. Aspek Sosial Perlunya
informasi
rencana
pengelolaan
dan
penanganan
lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku diantaranya : limbah, tanah penutup, air keluaran tambang, penurunan kualitas air permukaan, amblesan, longsor, penanganan tailing, reklamasi, dll. 4. Aspek hukum Semua kegiatan usaha pertambangan harus mematuhi perundangan yang berlaku dan hukum adat setempat. 2.4. Konsep Pemodelan Sumberdaya Pemodelan sumberdaya yang dibuat merupakan pendekatan dari kondisi geologi, pemodelan tersebut memberikan : 1) Taksiran jumlah sumberdaya batubara (tonnase). 2) Perkiraan bentuk tiga dimensi sumberdaya batubara, jumlah cadangan dengan kaitannya dengan perhitungan umur tambang.
35
3) Batas-batas kegiatan penambangan yang dibuat berdasarkan taksiran sumberdaya. 4) Hasil perhitungan stripping ratio. 2.5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Cadangan 1) Densitas Densitas batubara merupakan perbandingan berat dan volume dalam satu satuan. Densitas ini ikut mempengaruhi jumlah cadangan batubara itu sendiri, karena jumlah cadangan berbanding lurus dengan volume dan densitas tersebut. 2) Daerah Pelapukan Daerah pelapukan adalah suatu daerah dimana lapisan batubara yang ada mengalami pelapukan sehingga lapisan batubara ini ikut mempengaruhi jumlah cadangan dan biasanya dianggap sebagai lapisan tanah penutup. 3) Faktor Koreksi Nilai faktor koreksi ini didapat berdasarkan keadaan topografi daerah penyelidikan, struktur geologi yang bekerja di daerah tersebut, erosi yang terjadi, jarak antar lubang bor, dan faktor lain-lain yang ikut mempengaruhi jumlah cadangan batubara. Untuk mendapatkan jumlah cadangan pasti, total tonase dikalikan dengan nilai faktor koreksi yang telah dikurangi dengan total persentase (100 %).
36
2.6. Sistem penambangan 2.6.1. Open Pit Open pit mining adalah penambangan secara terbuka dan pengertian umum. Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan material penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan menambang batubaranya. Gambar visual dari tata cara kegiatan sistem penambangan tambang terbuka (open pit) dapat dilihat pada gambar 2.6.
Sumber : Google.com
Gambar 2.6 Open Pit Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang mempunyai lapisan tebal dengan arah batubara miring kebawah dan dilakukan dengan mengunakan beberapa bench (jenjang).
37
2.6.2. Strip Mining Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang lapisannya datar dan dekat dengan permukaan tanah. Kegiatan penambangan dilakukan dengan cara menggali tanah penutup yang dibuang pada daerah yang tidak di tambang. Setelah endapan batubara dari hasil galian pertama diambil, kemudian disusul dengan pengupasan berikutnya yang sejajar dengan pengupasan pertama dan tanah penutupnya dibuang ketempat penggalian pertama. Untuk pemilihan metode ini perlu diperhatikan bahwa : a. Bahan galian relatif mendatar b. Bahan galian cukup kompak c. Bahan galian tabular, berlapis d. Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit miring e. Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung stripping ratio, teknologi peralatan) Gambar visual dari tata cara sistem penambangan Strip Mining dapat dilihat pada gambar 2.7.
38
Sumber : Google.com
Gambar 2.7. Strip Mining 2.7. Teori Strip, Panel, Blok, dan Solid Endapan batubara dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yaitu pit (tambang), panel, strip dan blok, solid. a. Pit Penambangan batubara dibagi menjadi beberapa pit untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penambangan, pembangian pit terutama didasarkan pada pencapaian target produksi akan nilai kalori dari batubara yang akan ditambang. b. Strip Pembagian bakal blok penambangan yang berpatok pada arah strike batubara. Panjang dan lebar setiap strip bisa diatur sesuai dengan luasan yang diinginkan.
39
c. Panel Pembagian bakal blok penambangan yang berpatok pada arah dip batubara. Panjang dan lebar setiap panel bisa diatur sesuai dengan luasan yang diinginkan. d. Blok Blok merupakan perpotongan antara panel dan strip sehingga membentuk persegi dengan luasan perpotongan antara strip dan panel. e. Solid Solid adalah suatu object 3D yang terdiri dari suatu rangkaian polygon yang saling berpotongan yang membentuk dan menutup object tersebut menjadi bentuk blok 3D. Solid dibuat dengan cara memproyeksikan batter block terhadap suatu surface atau suatu bench tertentu. 2.8. Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara Secara umum, pemodelan dan perhitungan cadangan batubara dan overburden memerlukan data-data dasar sebagai berikut : a. Peta Topografi b. Data penyebaran singkapan batubara c. Data dan sebaran titik bor d. Peta geologi lokal e. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah seperti aliran sungai, jalan, perkampungan, dan lain-lain. Data penyebaran singkapan batubara berguna untuk mengetahui cropline batubara, yang merupakan posisi dimana penambangan dimulai.
40
Dari pemboran diperoleh hasil berupa data elevasi atap (roof) dan lantai (floor) batubara. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah berguna untuk menentukan batas (boundry) perhitungan cadangan. Endapan batubara yang tidak dapat dihitung karena batasan-batasan alamiah tersebut tidak diperhitungkan dalam perhitungan cadangan. Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data dasar yang diolah untuk mendapatkan model endapan batubara secara 3 (tiga) dimensi untuk selanjutnya akan dilakukan perhitungan cadangan endapan batubara. Data olahan tersebut terdiri atas : 1) Peta Isopach; merupakan peta yang menunjukan kontur penyebaran ketebalan batubara. Data ketebalan batubara pada peta ini merupakan tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data bor, uji paritan, uji sumur, atau dari singkapan. Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta iso kontur struktur. Selain itu tujuan penyusunan peta ini adalah untuk
menggambarkan
variasi
ketebalan
batubara
dibawah
permukaan. 2) Peta kontur struktur; menunjukan kontur elevasi yang sama dari top atau bottom batubara. Untuk elevasi top atau bottom batubara diperoleh dari data bor. Peta kontur struktur berguna untuk mengetahui arah jurus masing-masing seam batubara, sekaligus sebagai dasar untuk menyusun peta.
41
3) Peta Iso Kualitas; menunjukan kontur hasil analisis parameter kualitas batubara. Peta ini berguna untuk menentukan daerah-daerah yang memenuhi syarat kualitas untuk ditambang. 4) Peta Iso Overburden; menunjukan kontur ketebalan overburden yang sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari data peta iso struktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan kontur iso struktur dengan kontur topografi. Peta Iso overburden cukup penting sebagi dasar evaluasi cadangan selanjutnya, dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan awal dari penentuan pit potensial. 5) Penampang geologi; Disusun dari kombinasi antara peta cropline batubara dengan data pemboran (log bor). Perlapisan batubara disusun dengan melakukan interpolasi antar data seam pada setiap titik bor yang berdekatan. Garis penampang sebaiknya selalu diusahakan tegak lurus jurus cropline batubara. Selanjutnya penampang seam batubara berguna untuk memudahkan perhitungan
sumberdaya sekaligus
cadangan batubara dengan metoda mean area. Selain itu juga digunakan untuk menghitung cadangan tertambang (mineable reserve) dengan memasukan asumsi sudut lereng dengan SR.
2.9. Faktor Pembatas Dalam Penentuan Cadangan Tertambang Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tidak mungkin akan diperoleh cadangan tertambang 100% dari cadangan insitu, dimana akan terjadi dilution sepanjang tahap penambangan. Sebelum mulai menghitung
42
suatu nilai cadangan tertambang, maka faktor utama yang harus dikuantifikasi, yaitu Faktor Losses. Faktor Losses yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan geologi maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor losses (Simanjuntak, 1994) adalah : a. Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi ketebalan, parting, maupun pada saat pengkorelasian lapisan batubara. b. Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan, seperti faktor alat, faktor safety, dll. c. Processing Losses, yaitu faktor kehilangan akibat diterapkannya metoda pencucian batubara atau kehilangan pada proses lanjut di Stockpile. Faktor-faktor pembatas pada umumnya sudah cukup jelas. Dalam penerapannya, faktor-faktor pembatas tersebut akan menjadi Pit Limit dalam panambangan. Sedangkan faktor-faktor losses diterapkan pada saat proses perhitungan cadangan, dan dapat dikuantifikasi besar nilai losses tersebut. Berikut akan diuraikan contoh cara pengkuantifikasian faktor losses tersebut. a. Geological Losses Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5 – 10%. Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan batubara, yaitu dengan bantuan analisis statistik. Parameter statistik yang
43
dapat digunakan adalah : standard deviasi, koefisien variasi, atau standard error. b. Mining Losses Secara umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining losses sebesar 10%, sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan mining losses sebesar 40-50% yaitu (metoda Long Wall mempunyai Recovery 6070%, metoda Room & Pillar mempunyai Recovery 50-60%), untuk auger mining digunakan mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40% sesuai dengan spesifikasi perlatannya). Untuk metoda Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor. Jika ketebalan lapisan hanya 1 m, maka Mining Losses = 20%., sedangkan jika ketebalan lapisan adalah 2 m maka Mining Losses = 10%., dan jika ketebalan lapisan adalah 5 m maka Mining Losses = 4%. c. Processing Losses (yield) Sangat tergantung pada hasil uji ketercucian (washability test), dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.
2.10. Perancangan tambang menggunakan software MineScape Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak minescape. Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan geologi, baik topografi maupun struktur lapisan endapan batubara. Pemodelan geologi ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam melakukan penaksiran cadangan batubara, yang memenuhi syarat untuk dilakukan
44
penambangan. Perangkat lunak minescape digunakan agar mempermudah proses pemodelan geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya dan cadangan batubara, dan memilih daerah yang lebih prospek sehingga menghasilkan proses penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping ratio yang ditetapkan. Minescape merupakan software mining system terpadu yang dirancang khusus untuk pertambangan. Minescape mampu meningkatkan semua aspek informasi teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan tambang jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke penjadwalan produksi tambang. Beberapa sub menu dari perangkat lunak Minescape yang digunakan untuk melakukan perancangan tambang, yaitu : 1) Stratmodel Setelah pembuatan peta topografi, dilanjutkan dengan pengolahan data pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor, elevasi titik bor, kedalaman lubang bor, ketebalan dan nama seam batubara yang didapat dari hasil log bor, data litologi meliputi: nama titik bor, lapisan atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam, batubara yang dapat dari hasil log bor dan data lotologi. Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data kualitas batubara yang meliputi: nama titik bor, nama seam batubara, kedalaman lapisan atas (roof) kedalaman lapisan bawah (floor), relative density, total moisture, inherent moisture, total sulphur, kandungan abu (ash), dan calorific value atau kalori batubara. Hasil pengolahan data lubang bor dan
45
data kualitas batubara tersebut menghasilkan gambar subcrop line batubara yang berupa garis-garis yang menghubungkan outcrop bagian floor batubara pada lapisan dibawah topografi atau surface. subcrop line ini digunakan untuk menentukan arah penyebaran batubara dan mengetahui daerah yang paling banyak terdapat endapan batubara. Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada daerah penelitian dilakukan dengan lebih detail, sehingga diharapkan dapat menghasilkan jumlah cadangan batubara yang mineable cukup besar untuk memenuhi target produksi. Pemodelan geologi selanjutnya yakni pembentukan kontur struktur batubara lapisan bawah (floor) sebagai acuan perhitungan jumlah cadangan batubara yang layak ditambang dan pembuatan desain geometri penambangan. Pembuatan kontur struktur dilakukan pada setiap seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data pemboran yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor) kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk triangle dari kontur struktur batubara bagian bawah (floor) tersebut. Hasil dari pembuatan kontur struktur bagian bawah lapisan batubara (floor) merupakan tampilan perlapisan batubara yang berbentuk bidang yang membatasi lapisan batubara bagian bawah dengan lapisan batuan atau interburden. Untuk data pemboran dan peta titik log bor tidak dibahas dalam penelitian ini dikarenakan tidak diberikannya data pemboran dan peta titik bor tersebut. Dalam penelitian ini hanya diberikan data kontur
46
struktur dari pihak owner. Peta kontur struktur pada software MineScape dapat dilihat pada lampiran 2) Open Cut Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dakam minescape untuk pembuatan desain geometri penambangan. Desain geometri penambangan dilakukan setelah mendapatkan daerah yang memiliki stripping ratio sesuai dengan yang telah ditetapkan. Daerah-daerah tersebut kemudian dibentuk menjadi blok-blok penambangan dengan penamaan missal : Blok 01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap blok-blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan luasan
yang berbeda-beda.
Batas luas wilayah
penambangan (pit limit) dan batas elevasi penambangan dapat ditentukan. 2.11. Pemodelan Endapan Batubara dan Overburden menggunakan Software Minescape Tahapan kegiatan dan pemodelan endapan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan software minescape. Pemodelan dengan software minescape ini dilakukan dengan modul Stratmodel. Stratmodel didasarkan pada prinsip umum stratigrafi terutama tentang urutan lapisan yang diendapkan pada suatu periode tertentu yang menerus atau selaras. Urutan lapisan selaras dalam stratmodel dikenal dengan istilah conformable sequence. Secara stratigrafi conformable sequence adalah merupakan suatu paket endapan yang mempunyai karakteristik stratigrafi dan struktural yang sama. Startmodel dapat membuat suatu model geologi
47
yang terdiri dari beberapa conformable sequence yang selaras maupun tidak satu dengan lainnya. Dalam software minescape untuk tahapan pekerjaan model geologi terdiri atas bebrapa tahapan sebagai berikut : a. Validasi Data b. Topo Model c. Schema d. Patahan (jika ada) e. Model f. Pemerikasaan Model Dalam Software minescape data yang diperlukan antara lain : a. Data Topografi b. Data pemboran / Collar c. Data Quality (jika ada) d. Data Fault / patahan (jika ada) e. Data Outcrop / singkapan / Boundary (jika ada) 2.11.1. Topo Model Topo model merupakan surface topografi yang akan digunakan sebagai batas paling atas dalam permodelan. Surface topo yang digunakan dapat berupa surface dari grid, triangle, expression, dan lain-lain.
48
Tahapan pembuatan topo model adalah sebagai berikut :
Memasukan data topo kedalam design
Membuat sheet spesification
Membuat grid spesification
Membuat grid file
Interpolasi data ke dalam grid
2.11.2. Schema Schema
berfungsi
untuk
mendefinisikan
stratigafi
dan
parameter-parameter model yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan model stratigafi. Definisi stratigafi dan model parameter dalam schema dapat diubah-ubah atau dapat dibuat dalam berbagai rancangan schema. 2.11.3. Contour Contour merupakan tampilan garis kontur dari setiap interval yang didefinisikan dalam schema. Dapat dibuat dari modul stratmodel dam dibuat untuk setiap interval maupun surface. 2.11.4. Quality Quality adalah definisi untuk menentukan semua parameter yang berhubungan dengan suatu nilai kualitas batubara tertentu dan akan diakses oleh semua modul minescape yang berhubungan dengan quality.
49
Beberapa unsur Quality menurut (Modifying Factor), antara lain : a. Kalori Kalori merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur. b. Kadar Kelembaban Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya, pada batubara dengan kandungan uap tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut. c. Zat Terbang Kandungan zat terbang mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api. d. Kadar abu dan Komposisi Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan dan korosi peralatan yang dilalui. e. Kadar Karbon Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar
50
karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana dijelaskan di atas. f. Kadar Sulfur Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator. g. Ukuran Batubara Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. h. Tingkat Ketegerusan Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang sama 2.12. Konsep Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Menggunakan Software Minescape Penghitungan cadangan dilakukan dengan aplikasi modul Open Cut, dengan beberapa tahapan, yaitu : a. Penentuan Pit Potensial b. Pembuatan blok tambang dengan spesifikasi tertentu c. Penghitungan cadangan per blok tambang d. Akumulasi cadangan seluruh blok
51
Dalam menentukan jumlah cadangan per blok tambang, aplikasi modul Open cut menggunakan tahapan sebagai berikut : 1) Perhitungan luas area batubara per blok Luas areal yang dihitung merupakan luas areal yang memiliki seam batubara, sedangkan daerah yang tidak memiliki batubara tidak dihitung. 2) Penghitungan volume batubara per blok Luas areal tersebut akan dikalikan dengan ketebalan sebenarnya (true thickness) dari seam batubara sehingga didapat volume seam batubara per blok. 3) Penghitungan insitu mass per blok Volume batubara per blok akan dikalikan dengan relatif density blok yang didapat dari quality model. 2.13. Konsep Penentuan Kondisi Batas Untuk Perhitungan Cadangan Geometri lereng merupakan salah satu faktor penting dalam perhitungan cadangan. Hal ini berkaitan dengan perhitungan ekonomi cadangan bahan galian tersebut. Penentuan pit limit, desain pit, serta besar sudut lereng yang dibuat merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Untuk menentukan pit limit, dapat digunakan perhitungan stripping ratio. Dengan melihat volume overburden yang harus dikupas untuk mendapatkan tonase batubara, maka diketahui pada pit limit mana yang menghasilkan keuntungan.
52
Pit limit sebagai salah satu kondisi batas untuk perhitungan cadangan perlu didefinisikan dengan menggunkan model. Gambar 2.8 menunjukan cara menggunakan pit limit untuk mendapatkan final pit dengan memperhitungkan faktor ekonomi. Perhitungan dilakukan secara berulangulang
hingga
mendapatkan
stripping
ratio
yang
sesuai.
Dengan
mengekspresikannya dalam suatu model, maka geometri pit limit dapat diubah-ubah untuk menghasilkan stripping ratio yang diinginkan. Gambar Penentuan Final Pit Limit dapat dilihat pada gambar 2.8.
Sumber : Hustrulid, 1995
Gambar 2.8 Penentuan Final Pit Limit
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jadwal Kegiatan Studi Kasus ini dilakukan di PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul. Waktu pelaksanaan selama 54 hari yaitu dimulai dari tanggal 7 Januari 2013 sampai 4 Maret 2013 sesuai dengan jadwal yang tercantum dalam Tabel 5. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Januari - Maret
3.2. Jenis Studi Kasus Penelitian
ini
merupakan
penelitian
terapan
yang dilakukan
berdasarkan analisis teori, pengumpulan data dan dianalisis dengan menggunakan rumus berdasarkan kajian teori sehingga menjadi sebuah bahan penelitian yang relevan.
53
54
3.3. Jenis Data a. Data Primer : Rancangan Teknis Penambangan Rancangan Teknis Penambangan berupa kegiatan pengambilan data
yang
diperlukan
yang
dilakukan
selama
kegiatan
teknis
penambangan berlangsung, seperti : 1) Tata letak Pit Penambangan nyata dilapangan. 2) Batas Boundry penambangan nyata dilapangan. 3) Pembagian blok penambangan dilapangan. 4) dll b. Data Sekunder. Data sekunder yang penulis dapatkan di PT. Cipta Kridatama, seperti : 1) Data kontur struktur 2) Data peta topografi 3) Deta geologi regional 4) Curah hujan dan work hours plan. Untuk data log bor, pihak owner tidak memberikan ke pihak kontraktor ataupun penulis. Penulis hanya mendapatkan data kontur struktur, sehingga untuk perhitungan cadangan batubara menggunakan minescape langsung kepada perhitungan, tidak dilakukan permodelan cadangan. Data peta topografi diberikan berupa situasi pit penambangan terupdate, dalam penelitian ini diberikan data situasi 31 desember 2012 untuk perhitungan volume overburden.
55
Rencana jam kerja tahun 2012 diberikan oleh pihak perusahaan untuk kemudian dianalisis ulang untuk mendapatkan rencana jam kerja tahun 2013.
3.4. Metode Pengambilan Data a. Studi Literatur Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai referensi kepustakaan mengenai perhitungan cadangan menggunakan minescape metoda reserve solids dan mempelajari laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan tujuan untuk mengetahui daerah penelitian secara lebih detail. b. Observasi Lapangan Merupakan kegiatan pengamatan tentang lokasi studi kasus secara langsung, sehinggga dalam melakukan studi kasus akan mempermudah dalam pengambilan data dan menganalisis data. 3.5. Metoda Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan pencarian solusi dari permasalahan yang ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan pada perhitungan cadangan batubara dan overburden, serta rencana jam kerja. a.
Perhitungan
cadangan
batubara
dan
overburden
menggunakan
minescape metoda reserve solids. Dilakukan dengan menginputkan data yang ada seperti : data kontur struktur, situasi lider update, boundry penambangan kedalam
56
software minescape untuk medapatkan volume cadangan batubara dan overburden. b. Perhitungan Rencana Jam Kerja Perhitungan
rencana
jam
kerja
dilakukan
guna
untuk
mendapatkan rencana jam kerja PT. Cipta Kridatama untuk tahun 2013. Perhitungan rencana jam kerja didapatkan dari lost time standby dan lost time maintenence. Lost time standby seperti jam libur, makan, puasa, change shift, refuelling, sholat, safety talk, hujan, dan sliperry. Khusus untuk hujan dan slippery, penulis melakukan perhitungan ulang curah hujan, hari hujan, dan jam hujan dari data curah hujan tahun 2002 hingga 2012 daerah Siambul. Dari perhitungan rencana jam kerja ini, maka akan didapatakan jam kerja per bulan maupun jam kerja total untuk tahun 2013. c. Perhitungan target produksi pengupasan overburden Perhitungan target produksi pengupasan overburden didasari dari rencana jam kerja, kebutuhan alat, dan produktivity alat muat. Untuk kebutuhan alat diestimasikan 10 unit alat muat dalam kondisi bekerja tiap bulannya. Sehingga didapatkan target produksi per hari, per bulan, maupun per tahun.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pemodelan Endapan Batubara Mengunakan Software Minescape Pemodelan endapan batubara bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran lapisan batubara, baik geometri secara umum, letak atau posisi lapisan, kedalaman, kemiringan, serta penyebaran overburden. Konstruksi model endapan batubara digambarkan dalam bentuk petapeta, yang dilakukan dengan menggunkan software minescape. Data-data yang diperlukan adalah data peta togografi dan data lubang bor. Dalam penelitian ini, data lubang bor tidak diberikan oleh pihak owner, tetapi langsung diberikan peta kontur struktur. Dari peta kontur struktur itu didapatkan atap (roof) dan lantai (floor) batubara. Kontur struktur yang diberikan oleh pihak owner, didapatkan 4 buah seam. Seam C, seam D, seam E, dan seam F. Gambaran peta kontur struktur yang telah diinputkan ke software minescape dapat dilihat pada gambar 4.1 dihalaman 58.
57
58
Gambar 4.1 Peta Kontur Struktur pit S4 dan S5 Untuk menghitung overburden pemodelan yang dilakukan didasari data kegiatan progres survey. Survey yang dilakukan berguna untuk melihat dan membandingkan perbedaan elevasi dan permukaan (surface) pit penambangan per satuan waktu. Sehingga dari data survey tersebut dapat diinputkan kedalam bentuk komputisasi dengan menggunakan software minescape. Dari pemodelan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah volume overburden yang akan dikupas hingga mencapai pit limit penambangan. Untuk data situasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah situasi kegiatan survey 31 desember 2012. Peta situasi 31 desember 2012 yang telah diinputkan ke software minescape seperti tergambar pada gambar 4.2.
59
Gambar 4.2 Gambaran situasi lider blok Siambul 31 desember 2012 4.2. Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden Menggunakan Software Minescape Untuk perhitungan cadangan dilakukan dengan cara membagi areal pit potensial. Dalam penelitian ini dilakukan pada pit S4 dan pit S5. Dari pit penambangan tersebut dilakukan pembagian dan pembatasan blok-blok penambangan. Dalam penelitian ini dilakukan dengan ukuran blok 100 m x 100 m pada area yang telah bebas maupun belum bebas, ukuran ini disesuaikan ukuran Long Term Design yang dipakai oleh perusahaan. Blok-blok penambangan ini akan menghasilkan jumlah cadangan batubara, overburden, dan kualitas. Untuk rencana pit perusahaan tahun 2013 yang akan dibagi menjadi blok-blok untuk pit S4 dan pit S5 pada areal yang telah bebas maupun belum bebas dapat dilihat pada gambar 4.3
60
Sumber : Dokumentasi Mine Plan PT. CK
Gambar 4.3 Plan PT. CK 2013 4.2.1. Pembuatan Blok Penambangan menggunakan software Minescape Pembuatan blok penambangan bertujuan agar memudahkan saat melakukan kegiatan penambangan. Dari blok yang ada dapat diketahui Striping Ratio masing-masing blok sehingga dapat dibuat penjadwalan (scheduling) penambangan per blok ataupun per pit dari total blok penambangan per pitnya. PT. Cipta Kridatama mengerjakan 2 buah pit penambangan, pit S4 dan pit S5. Masing-masing pit memiliki beberapa blok penambangan yang luas masing-masing bloknya seluas 100 x 100 m. Kedalaman batas akhir penambangan pit S4 adalah 43 m dpl, sedangkan pit S5 adalah 60 m dpl. Dalam pembagian blok ini sudut lereng yang digunakan adalah 43º, yang disesuaikan dengan Long Term Design perusahaan. Masing – masing pit
61
memiliki luasan, total luasan yang telah bebas maupun yang belum bebas dari rencana pembukaan masing-masing pit adalah pit S4 seluas 24,57 Ha, dan pit S5 adalah 100.46 Ha. Pembatasan dan pembagian blok penambangan didasari dari perpotongan antara panel dan strip dengan ukuran masing-masing 100 m. Panel adalah batas yang dibuat sejajar dengan arah seam batubara, sedangkan strip adalah batas batas yang sejajar dengan arah strike batubara. Dari perpotongan panel dan strip tersebut maka didapatkan bentuk blok dengan ukuran 100m x 100m. Gambar Blok pit S4 dan Blok pit S5 seperti terlihat pada gambar 4.4.
62
Gambar 4.4 Blok pit S4 dan Blok pit S5 4.2.2. Pembuatan Solids menggunakan software minescape Pembuatan solids menggunakan minescape dilakukan dengan cara menginputkan data surface penambangan per satuan waktu dari data survey, tinggi jenjang, lebar jenjang, batas akhir penambangan, data kontur struktur, dan elevasi pit penambangan. Pembuatan solids dilakukan dari bentuk blok yang telah dibuat sebelumnya. Maka dari bentuk solids ini akan diketahui volume cadangan. Gambar Solids pit S4 dan Pit S5 terlihat pada gambar 4.5.
63
Gambar 4.5 Solids pit S4 dan Pit S5 4.2.3. Perhitungan Cadangan Dari bentuk solids yang dibuat maka dapat dihitung jumlah tonase cadangan batubara dan overburden untuk pit S4 dan S5 hingga mencapai batas akhir penambangan. Untuk perhitungan batubara yang menggunakan data kontur struktur perusahaan owner, data kontur struktur blok 30 dan blok 31 belum update pada saat pengambilan data. Oleh karena itu untuk perhitungan batubara dan SR untuk blok 30 dan 31 tidak dihitung. Sehingga menyebabkan SR untuk penambangan blok Siambul belum mencapai SR sebenarnya. Hasil perhitungan jumlah tonase cadangan batubara dan overburden pada pit S4 dan pit S5 menggunakan software minescape metoda reserve solids digambarkan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
64
Tabel 4.1 Total Tonase batubara, volume OB, dan SR pit S4
Data Kontur Struktur Patahan Mineout
65
Tabel 4.2 Total Tonase batubara, volume OB, dan SR pit S5
Data Kontur Struktur Patahan Mineout
66
Dari perhitungan cadangan menggunakan software minescape metoda reserve solids, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Total tonase cadangan batubara : 2.108.143,08 Ton ( tanpa blok 30 dan 31 )
Total volume overburden
: 33.045.378,45 BCM
SR Blok Siambul
: 1/15,68 (tanpa blok 30 dan 31)
4.3. Perhitungan Rencana Jam Kerja (Work Hours) Untuk merencanakan target produksi per satuan waktu, dibutuhkan perencanaan jam kerja (work hours). Agar didapatkan jam kerja efektif selama kegiatan penambangan berlangsung. Hal ini dilakukan agar terencananya jam kerja yang dilakukan, dalam perhitungan rencana jam kerja ini akan dihitung jam kerja bulanan untuk tahun 2013. Jam kerja diambil dari total hari kalender dalam satu bulan dikali jam dalam satu hari (24 jam), lalu dikurangi dengan budget-budget kegiatan stand by, seperti : libur, sholat, puasa (sahur dan buka), makan, pergantian shift, safety talk, pengisian bahan bakar (refuelling), hujan, slippery, dan maintenence alat. Sehingga didapatkan total lost time hours dan total jam kerja efektif per bulannya. Untuk budget kegiatan standby seperti libur, sholat, puasa, makan, pergantian shift, safety talk, refuelling, slippery, dan maintenence alat, disesuaikan dengan engineering perusahaan. Sementara untuk jam hujan, dilakukan perhitungan ulang dari rata-rata curah hujan 2002-2012 daerah siambul. Perhitungan curah hujan dilampirkan pada lampiran D. Tabel perencanaan jam kerja (work hours) seperti yang tercantum pada tabel 4.3.
67
Tabel 4.3 Work Hours 2013
Dari perhitungan rencana jam kerja tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
Total Jam per Tahun 2013
:
8760 jam
Work Lost Time Hours 2013
:
3276 jam
Work Hours 2013
:
5484 jam
4.4. Kebutuhan Alat PT. Cipta Kridatama dalam melakukan pengupasan overburden dilakukan dengan menggunakan 10 unit Excavator. Unit Excavator yang digunakan adalah 1 unit Hitachi 2500, 7 unit Hitachi 1200, dan 2 unit Caterpillar 390D. Kebutahan alat yang dihitung diestimasikan selalu ada untuk setiap bulan untuk memenuhi target produksi 2013. Tabel kebutuhan alat dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Kebutuhan Alat
68
4.5. Perhitungan Target Produksi Target produksi dihitung guna mendapatkan rencana produksi yang efisien dan menguntungkan bagi perusahaan. Dalam penelitian ini hanya dihitung target produksi overburden, dikarenakan perusahaan tempat penulis melakukan praktek hanya mengerjakan pengupasan overburden. Hal ini disesuaikan dengan perhitungan mineplan perusahaan. Target produksi didasari dari perhitungan rencana jam kerja dan rencana kebutuhan alat. Sehingga dari jam kerja dan alat yang ada dapat ditentukan dan dihitung total target produksi tahunan, bulanan, maupun harian. Target Produksi PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul tercantum pada tabel 4.5.
69
Tabel 4.5 Target Produksi 2013
Untuk perhitungan produksi perbulan menggunakan rumus : Produksi per bulan = Jam kerja perbulan x Kebutuhan alat x Produktivity. 4.6. Analisis Target Produksi A. Produksi Hitachi 2500 Januari Produksi
= 447 jam x 1 unit x 868 BCM = 387.996 BCM
Februari Produksi
= 446,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 387.562 BCM
70
Maret Produksi
= 470 jam x 1 unit x 868 BCM = 407.960 BCM
April Produksi
= 457,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 397.110 BCM
Mei Produksi
= 501,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 435.302 BCM
Juni Produksi
= 502 jam x 1 unit x 868 BCM = 435.736 BCM
Juli Produksi
= 465,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 404.054 BCM
Agustus Produksi
= 383,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 332.878 BCM
September Produksi
= 496 jam x 1 unit x 868 BCM = 430.528BCM
71
Oktober Produksi
= 436,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 378.882BCM
November Produksi
= 413,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 358.918 BCM
Desember Produksi
= 464,5 jam x 1 unit x 868 BCM = 403.186 BCM
Total Produksi Hitachi 2500 = Produksi ( Januari + Februari + Maret + April + Mei + Juni + Juli + Agustus + September + Oktober + November + Desember ) BCM = ( 387.996 + 387.562 + 397.110 + 435.302 + 435.736 + 404.054 + 332.878 + 430.528 + 378.882 + 358.918 + 403.186 ) BCM = 4.760.112 BCM
72
B. Produksi Hitachi 1200 Januari Produksi
= 447 jam x 1 unit x 470 BCM = 210.090 BCM
Februari Produksi
= 446,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 209.855 BCM
Maret Produksi
= 470 jam x 1 unit x 470 BCM = 220.900 BCM
April Produksi
= 457,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 215.025 BCM
Mei Produksi
= 501,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 235.705 BCM
Juni Produksi
= 502 jam x 1 unit x 470 BCM = 235.940 BCM
Juli Produksi
= 465,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 218.785 BCM
73
Agustus Produksi
= 383,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 180.245 BCM
September Produksi
= 496 jam x 1 unit x 470 BCM = 233.120 BCM
Oktober Produksi
= 436,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 205.155 BCM
November Produksi
= 413,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 194.345 BCM
Desember Produksi
= 464,5 jam x 1 unit x 470 BCM = 218.385 BCM
Total Produksi Hitachi 1200 = Produksi ( Januari + Februari + Maret + April + Mei + Juni + Juli + Agustus + September + Oktober + November + Desember ) BCM = ( 210.090 + 209.855 + 220.900 + 215.025 + 235.705 + 235.940 + 218785 + 180.245 + 233.120 + 205.155 + 194.345 + 218.315 ) BCM = 2.577.480 BCM = 2.577.480 BCM x 7 Unit = 18.042.360 BCM
74
C. Produksi Cat 390D Januari Produksi
= 447 jam x 1 unit x 464 BCM = 207.408 BCM
Februari Produksi
= 446,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 207.176 BCM
Maret Produksi
= 470 jam x 1 unit x 464 BCM = 218.080 BCM
April Produksi
= 457,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 212.280 BCM
Mei Produksi
= 501,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 232.696 BCM
Juni Produksi
= 502 jam x 1 unit x 464 BCM = 232.928 BCM
Juli Produksi
= 465,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 215.992 BCM
75
Agustus Produksi
= 383,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 177.944 BCM
September Produksi
= 496 jam x 1 unit x 464 BCM = 230.144 BCM
Oktober Produksi
= 436,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 202.536 BCM
November Produksi
= 413,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 191.864 BCM
Desember Produksi
= 464,5 jam x 1 unit x 464 BCM = 215.528 BCM
Total Produksi Hitachi 1200 = Produksi ( Januari + Februari + Maret + April + Mei + Juni + Juli + Agustus + September + Oktober + November + Desember ) BCM = ( 207.408 + 207.176 + 218.080 + 212.280 + 232.696 + 232.928 + 215.992 + 177.944 + 230.144 + 202.536 + 191.864 + 215.528 ) BCM = 2.544.576 BCM = 2.544.576 BCM x 2 Unit = 5.089.152 BCM
76
Total Produksi Keseluruhan = (𝝨 Produksi Hitachi 2500 + 𝝨 Produksi Hitachi 1200 + 𝝨 Produksi Cat 390D) = 4.760.112 BCM + 18.042.360 BCM + 5.089.152 BCM = 27.891.624 BCM Dari perhitungan produksi tahun 2013, maka didapatkan produksi per tahun, per bulan, dan per harinya sebagai berikut :
Produksi per tahun 2013
: 27.891.624 BCM
Produksi rata-rata per bulan
: 2.324.302 BCM
Produksi per hari
: 77.477 BCM
Untuk perencanaan target produksi, diperlukan perhitungan mining losses, dikarenakan beberapa faktor : a. Pengisian bucket alat muat tidak penuh b. Tumpahnya material ketika pengisian c. Tumpahnya material ketika tahap pengangkutan Losses Mining yang dipakai adalah 10% dari produksi yang didapat, maka :
Target Produksi per tahun 2013 = Produksi per tahun 2013 - (produksi per tahun 2013 x 10%) = 27.891.624 BCM – (27.891.624 BCM x 10%) = 27.891.624 BCM – 2.789.162,4BCM = 25.102.467 BCM
Target Produksi Rata-rata per bulan = Produksi per bulan 2013 – (produksi per bulan 2013 x 10%)
77
= 2.324.302 BCM – (2.324.302 BCM x 10%) = 2.324.302 BCM – 232.430,2 BCM 2 = 2.091.8712 BCM
Target Produksi Rata-rata per hari = Produksi per bulan 2013 – (produksi per bulan 2013 x 10%) = 77.477 BCM – (77.477 BCM x 10%) = 77.477 BCM – 7.747 BCM = 69.729 BCM
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang penulis lakukan selama melaksanakan Praktek Lapangan Industri pada kegiatan pengupasan lapisan overburden pada penambangan
di PT. Cipta Kridatama, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Total cadangan overburden jobsite siambul menggunakan perhitungan software minescape metoda reserve solids memakai situasi lider 31 desember 2012 adalah : 33.045.379 BCM b. Total cadangan batubara jobsite siambul menggunakan perhitungan software minescape metoda reserve solids memakai data kontur struktur 31 desember 2012 adalah : 2.108.143 Ton c. Stripping Ratio : 1/15,68 (tanpa blok 30 dan blok 31) d. Rencana jam kerja efektif penelitian : 5484 jam e. Target Produksi hasil penelitian per tahun : 25.102.467 BCM f. Target Produksi hasil penelitian Rata-rata per bulan : 2.091.872 BCM g. Target Produksi hasil penelitian Rata-rata Per hari : 69.729 BCM
79
5.2. Saran a. Percepetan Mineout Pit S5 Utara Block 10-17. Sehingga dapat memperpendek
jarak
dumpingan
dari
S5
Selatan,
untuk
dapat
dioperasikannya 10 fleet untuk mencapai target produksi 69.729 BCM/hari. b. Mengurangi jumlah persimpangan pada jalan tambang untuk mengurangi waktu edar. c. Meminta data kontur struktur kepada pihak owner agar dapat diketahuinya Stripping Ratio yang tepat untuk jobsite Siambul.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Data-data Laporan dan Arsip PT. Cipta Kridatama. Anonim, Modul dan Tutor Pembelajaran Minescape Andi Tenrisukki Tenriajeng. 2003. Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta: Gunadarma. Ir Partanto Prodjosumarto. 1993. Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Universitas Islam Bandung. Raimon Kopa. 2005. Panduan Proyek Akhir/Pli D3 Teknik Pertambangan. Universitas Negeri Padang. Soemarto CD. 1995. Hidrologi Teknik Edisi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga . http://www.artikelbiboer.blogspot.com, diakses 17 April 2013. http://www.surface.mining.html, diakses 19 Maret 2013.
80
LAMPIRAN A PETA PROVINSI RIAU
A-1
LAMPIRAN B STRUKTUR ORGANISASI PT. CIPTA KRIDATAMA
B-1
LAMPIRAN C DATA CURAH HUJAN, JAM HUJAN, DAN HARI HUJAN SITE CK-RBH SIAMBUL
TABEL C.1 CURAH HUJAN BULANAN SITE CK-RBH SIAMBUL TAHUN 2002 – 2012
C-1
TABEL C.2 RATA-RATA JAM HUJAN SITE CK-RBH SIAMBUL TAHUN 2009-2012
C-2
TABEL C.3 JUMLAH HARI HUJAN BULANAN SITE CK-RBH SIAMBUL TAHUN 2002-2011
C-3
LAMPIRAN D ANALISA PERKIRAAN CURAH HUJAN
A. Perhitungan Rata-Rata Curah Hujan Maximum
X
CH n
Keterangan : ∑ CH = jumlah curah hujan n
= tahun
Perhitungan Curah Hujan Rata-rata (X):
TABEL D.1 CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN
D-1
D-2
B. Perhitungan Standar Deviasi Nilai Standar Deviasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
S
( x xi )
2
n 1
Keterangan : x xi
= curah hujan rata-rata = curah hujan maksimum
TABEL D.2 STANDAR DEVIASI BULAN JANUARI
D-3
TABEL D.3 STANDAR DEVIASI BULAN FEBRUARI
TABEL D.4 STANDAR DEVIASI BULAN MARET
D-4
TABEL D.5 STANDAR DEVIASI BULAN APRIL
TABEL D.6 STANDAR DEVIASI BULAN MEI
D-5
TABEL D.7 STANDAR DEVIASI BULAN JUNI
TABEL D.8 STANDAR DEVIASI BULAN JULI
D-6
TABEL D.9 STANDAR DEVIASI BULAN AGUSTUS
TABEL D.10 STANDAR DEVIASI BULAN SEPTEMBER
D-7
TABEL D.11 STANDAR DEVIASI BULAN OKTOBER
TABEL D.12 STANDAR DEVIASI BULAN NOVEMBER
D-8
TABEL D.13 STANDAR DEVIASI BULAN DESEMBER
C. Perhitungan Koreksi Variansi Nilai Koreksi Variansi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
T 1 Yt ln ln T
Keterangan : Yt = Koreksi Variansi T = Periode ulang (tahun)
D-9
Perhitungan Koreksi Variansi (Yt): 1 1 Periode ulang 1, Yt ln ln =0 1 2 1 Periode ulang 2, Yt ln ln = 0,3665 2 3 1 Periode ulang 3, Yt ln ln = 0,9027 3
4 1 Periode ulang 4, Yt ln ln = 1,2459 4 5 1 Periode ulang 5, Yt ln ln = 1,4999 5
6 1 Periode ulang 6, Yt ln ln = 1,7019 6 7 1 Periode ulang 7, Yt ln ln = 1,8698 7
8 1 Periode ulang 8, Yt ln ln = 2,0134 8 9 1 Periode ulang 9, Yt ln ln = 2,1380 8
10 1 Periode ulang 10, Yt ln ln = 2,2504 8
Periode ulang rata-rata =
=
= 1,39885 ~ 1,5
D-10
D. Perhitungan Koreksi Rata-Rata Nilai Koreksi rata-rata dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(n 1 m) Yn ln ln n 1
Yn Rata-rata Yn, Yn n
Keterangan : Yn = Koreksi rata-rata n m
= jumlah sample = urutan sample (m = 1,2,3,…)
Perhitungan Koreksi Rata-rata (Yn):
11 1 1 Urutan sample 1, Yn ln ln = 2,442 11 1 11 1 2 Urutan sample 2, Yn ln ln = 1,702 11 1 11 1 3 Urutan sample 3, Yn ln ln = 1,246 11 1 11 1 4 Urutan sample 4, Yn ln ln = 0,903 11 1
D-11
11 1 5 Urutan sample 5, Yn ln ln = 0,618 11 1 11 1 6 Urutan sample 6, Yn ln ln = 0,367 11 1 11 1 7 Urutan sample 7, Yn ln ln = 0,133 11 1
11 1 8 Urutan sample 8, Yn ln ln = -0,094 11 1 11 1 9 Urutan sample 9, Yn ln ln = -0,327 11 1
11 1 10 Urutan sample 10, Yn ln ln = -0,583 11 1 11 1 11 Urutan sample 11, Yn ln ln = -0,910 11 1 Yn rata-rata, Yn
5,496 = 0,5 11
E. Perhitungan Koreksi Simpangan Nilai dari Koreksi Simpangan ditentukan dengan rumus sebagai berikut
Sn
Sn
Y
n
Yn
2
n 1
10,299 11 1
= 1,030
D-12
TABEL D.14 PERHITUNGAN KOREKSI SIMPANGAN
F. Perhitungan Perkiraan Curah Hujan Perhitungan
perkiraan
curah
hujan
menggunakan rumus sebagai berikut : S CHR X Yt Yn Sn
Keterangan : X
= rata-rata curah hujan (mm/bulan)
S
= Standar Deviasi
Sn = Koreksi Simpangan Yt = Koreksi Variansi Yn = Koreksi rata-rata
dapat
ditentukan
dengan
D-13
Perhitungan Perkiraan Curah Hujan: Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus diatas diperoleh:
TABEL D.15 PERHITUNGAN PERKIRAAN CURAH HUJAN
D-14
Sehingga curah hujan bulan Januari sampai Desember tahun 2013 dihitung dengan perhitungan perkiraan curah hujan sebagai berikut :
1. Curah Hujan Bulan Januari 61,95 CHR 190,77 1,5 0,5 1,030
CHR
= 250,92 mm/bulan
2. Curah Hujan Bulan Februari 137,9 CHR 192,90 1,5 0,5 1,030
CHR
3.
= 326,78 mm/bulan
Perkiraan curah hujan bulan Maret 66,03 CHR 261,61 1,5 0,5 1,030
CHR
= 325,72 mm/bulan
4. Perkiraan curah hujan bulan April 64,71 CHR 271,79 1,5 0,5 1,030
CHR
= 334,62 mm/bulan
D-15
5. Perkiraan curah hujan bulan Mei 108,24 CHR 195,65 1,5 0,5 1,030
CHR
= 300,74 mm/bulan
6. Perkiraan curah hujan bulan Juni 76,79 CHR 144,9 1,5 0,5 1,030
CHR
= 219,45 mm/bulan
7. Perkiraan curah hujan bulan Juli 113,83 CHR 148,83 1,5 0,5 1,030
CHR
= 259,44 mm/bulan
8. Perkiraan curah hujan bulan Agustus 116,12 CHR 173,4 1,5 0,5 1,030
CHR
= 286,14 mm/bulan
D-16
9. Perkiraan curah hujan bulan September 104,27 CHR 200,32 1,5 0,5 1,030
CHR
= 301,55 mm/bulan
10. Perkiraan curah hujan bulan Oktober 65,86 CHR 216,97 1,5 0,5 1,030
CHR
= 280,91 mm/bulan
11. Perkiraan curah hujan bulan November 142,94 CHR 318,94 1,5 0,5 1,030
CHR
= 457,72 mm/bulan
12. Perkiraan curah hujan bulan Desember 117,09 CHR 269,26 1,5 0,5 1,030
CHR
= 382,94 mm/bulan
D-17
Perkiraan curah hujan bulan bulanan tahun 2013 dengan periode ulang 5 tahun di Site CK-RBH Siambul dapat dilihat pada (Tabel E.16)
TABEL D.16 PERKIRAAN CURAH HUJAN SITE CK-RBH SIAMBUL TAHUN 2013
D-18
G. Perhitungan Intensitas Hujan ( I ) Intensitas curah hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
I
.Rt t
dimana : I
= intensitas Curah Hujan (mm/jam)
RTr = curah hujan (mm) t
= waktu lama hujan (jam) Perhitungan besarnya Intensitas Hujan (I) untuk tahun 2013 di Site CK-RBH Siambul adalah :
1.
Untuk bulan Januari :
I = 4,04 mm/jam 2. Untuk bulan Februari :
I = 7,33 mm/jam
D-19
3. Untuk bulan Maret:
I = 5,54 mm/jam 4. Untuk bulan April :
I = 6,02 mm/jam 5. Untuk bulan Mei:
I = 8,28 mm/jam 6. Untuk bulan Juni :
I = 8,73 mm/jam
D-20
7. Untuk bulan Juli :
I = 7,26 mm/jam 8. Untuk bulan Agustus:
I = 7,98 mm/jam 9. Untuk bulan September :
I = 10,22 mm/jam 10. Untuk bulan Oktober :
I = 5,67 mm/jam
D-21
11. Untuk bulan November :
I = 5,37 mm/jam 12. Untuk bulan Desember :
I = 7,89 mm/jam
View more...
Comments