Proses Pembuatan Piring Keramik

December 19, 2017 | Author: Fusin Ken | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Proses Pembuatan Piring Keramik...

Description

PROSES PEMBUATAN PIRING/ KERAMIK

I.

DESKRIPSI / PENDAHULUAN Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2). Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas. Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya. II.

PROSES PEMBUATAN 1. Bahan - Ball Clay - Kaolin - Silika - Feldspar Bahan pembuat glasir - SILIKA: berfungsi sebagai unsur penggelas (pembentuk kaca) Silika (SiO2) juga disebut Flint atau Kwarsa yang akan membentuk lapisan gelas bila mencair dan kemudian membeku. Silika murni berbentuk menyerupai kristal, dimana apabila berdiri sendiri titik leburnya sangat tinggi antara yaitu 16100 C - 17100 C. - ALUMINA: berfungsi sebagai unsur pengeras Al2O3 yang digunakan untuk menambah kekentalan lapisan glasir, membantu membentuk lapisan glasir yang lebih kuat dan keras serta memberikan kestabilan pada benda keramik. Yang membedakan glasir dengan kaca/gelas adalah kandungan aluminanya yang tinggi. - FLUX : berfungsi sebagai unsur pelebur (peleleh) Digunakan untuk menurunkan suhu lebur bahan-bahan glasir. Flux dalam bentuk oksida atau karbonat yang sering dipakai adalah ; timbal, boraks, sodium/natrium, potassium/kalium, lithium, kalsium, magnesium, barium, strontium, bersama-sama dengan oksida logam seperti : besi, tembaga, kobalt, mangaan, krom, nikel, tin, seng, dan titanium akan memberikan warna pada glasir, juga dengan bahan yang mengandung lebih sedikit oksida seperti : antimoni, vanadium, selenium, emas, kadmium, uranium. 2. Alat - Mesin pengering - Cetakan keramik 3. Proses / Cara Pembuatan: 1. Proses Pengolahan Bahan

Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material (felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air) yang belum siap pakai menjadi tanah liat plastis yang siap pakai. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air.

2. Proses Pembentukan Keramik Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting). Nah untuk pembuatan piring, mangkok, mug, dll, biasanya menggunakan teknik cetak (casting) karena prosesnya sangat sulit dan membutuhkan kepresisian yang sangat tinggi.

3. Proses Pengeringan Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan

(3) Air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Proses pengeringan yang terlalu cepat akan mengakibatkan retak pada keramik yang sudah dibentuk.

4. Proses Pembakaran Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Pembakaran ini sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, dan kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.

Keramik setelah proses pembakaran

5. Proses Pengglasiran Glasir merupakan lapisan tipis yang biasa digunakan untuk melapisi permukaan bahan keramik, yang melekat menjadi satu pada permukaan badan keramik tersebut melalui proses pengeringan. Glasir dilakukan dengan cara dicelup, disemprot, ditempel, atau dikuas/dilukis. Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat menjadi satu pada permukaan badan keramik. Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari satu atau lebih oksida basa (Flux), Oksida Asam (Silika), dan Oksida Netral (Alumina), ketiga bahan tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir yang dapat disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu kematangan glasir yang dikehendaki.

Penempelan model glasir

Proses pelukisan/ penguasan keramik

Setelah proses pengglasiran keramik dibakar ± 800°C Keramik yang sudah jadi

III. -

SUMBER / DAFTAR PUSTAKA http://archive.kaskus.us/thread/5893918 http://www.studiokeramik.org http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF