Proposal Tugas Akhir

October 2, 2017 | Author: Muhammad Sarajevo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Proposal tugas akhir beton scc...

Description

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN BATU APUNG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA PEMBUATAN SEGMEN TANGGA PRACETAK

Diusulkan Oleh : Muhammad Sarajevo 4014020015

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2015

PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN

Judul TA

: PENGGUNAAN BATU APUNG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA SEGMEN TANGGA PRACETAK

1. Subjek TA

: BAHAN

2. Nama Mahasiswa

: Muhammad Sarajevo

3. Pembimbing yang diusulkan : Pratikto ST, Msi NIP. 19610725 198903 1 002

Depok, 13 Februari 2015 Diajukan oleh, Mahasiswa

Muhammad Sarajevo NIM 4014020015

Mengetahui, Ketua KPK Bahan

Drs. Muhtarom Riyadi, SST. M Eng NIP. 19591230 198503 1 002

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………... ...I DAFTARISI.............................................................................................................................. II BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................1

...............

1.2 Permasalahan...........................................................................................................1 1.2.1 Pembatasan masalah…………………………………………………….2 1.3 Tujuan .....................................................................................................2

Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian ………………………………………………………………….3 2. 2 Pracetak…………………………………………………………………..3

Tangga

Beton

2. 3 Pengujian slump …………………………………………………………………..4 5 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penulisan....................................................................................................... 6 3.2 Sistematika Penulisan..................................................................... ............................ 6 7 3.3 Metodelogi Pelaksanaan ……………………………………………………………7 - 8 3.4 Schedule……………………………………………………………………………. 9 3.5 Objek / Lokasi………………………………………………………………………9 BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………..10 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Prospek bisnis properti terus meningkat dan tahun 2015 ini dipandang sebagai kebangkitan bisnis properti. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik, dan meningkatnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama bangkitnya bisnis properti Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) yang semakin maju dan semakin canggih, membuat teknologi beton mempunyai potensi yang lebih luas dalam bidang kontruksi. Kebutuhan akan perumahan setiap tahun semakin bertambah baik rumah bertingkat ataupun rumah susun. Kepadatan penduduk yang membuat lahan-lahan untuk perkantoran, pemukiman bangunan umum lainnya menjadikan

dan

banyak orang atau kontraktor yang membuat

konstruksi rumah bertingkat demi mendapatkan ruang yang lebih banyak dengan lahan yang sempit dan memakai tangga sebagai penghubung antar lantai. Beton merupakan bahan yang dominan karena memiliki durability atau tingkat keawetan yang tinggi dibanding bahan material lain walaupun mempunyai berat sendiri yang besar. Pemakain beton sudah umum dalam pembuatan tangga dengan metode pengecoran ditempat. Beton sangat baik untuk konstruksi karena dalam pembuatannya lebih mudah, lebih kuat dan lebih tahan lama. Pemakaian beton juga sangat baik dalam pembuatan tangga karena bisa mengurangi beban yang diterima oleh struktur dengan membuat rongga pada penampang tersebut. (Ini bener apa ga bang kata-katanya ?)

4

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang timbul adalah sulitnya pembuatan tangga sebagai penghubung antar lantai, sehingga perlu dikembangkan metode pembuatan yang baru, agar dapat mempermudah pembuatan tangga dan efisien waktu. Sehingga berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimanakah cara membuat segmen tangga pracetak dengan menggunakan batu apung sebagai bahan pengganti agregat kasar. 2. Bagaimanakah proses mix design yang tepat pada Self Compacting Concrete (SCC) dengan menggunakan batu apung sebagai bahan pengganti agregat kasar ?

1.3 Pembatasan Masalah Dari permasalahan diatas peneliti membatasi masalah sebagai berikut : Pembuatan segmen tangga pracetak dengan beton ringan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang timbul untuk diteliti maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui cara pembuatan segmen tangga pracetak dengan penggunaan batu apung sebagai bahan pengganti agregat kasar. 2. Mencari formula mix design yang tepat pada campuran Self Compacting Concrete (SCC) dengan menggunakan batu apung sebagai bahan pengganti agregat kasar. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya adalah: 1. Sebagai salah satu sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan khususnya pada bahan segmen tangga pracetak 2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan batu apung sebagai bahan pengganti agregat kasar pada pembuatan segmen tangga pracetak. 5

1.6 Sistematika Penulisan HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I.

PENDAHULUAN Berisi latar belakang dari permasalahan yang diajukan dan merupakan gambaran umum dari isi tugas akhir, uraian permasalahan secara umum, batasan masalah, tujuan dan sistimatika penulisan tugas akhir.

BAB II.

DASAR TEORI

Bab ini menguraikan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dan dilengkapi dengan sumber yang dipakai. BAB III. METODOLOGI PENULISAN TUGAS AKHIR Bab ini berisikan metode-metode yang digunakan didalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data dalam menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan. BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA BAB V.

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

6

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tangga Tangga adalah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain (Broto, 2007). Beberapa syarat-syarat umum tangga ditinjau dari segi penempatan, kekuatan dan bentuk. Penempatan adalah diusahakan sehemat mungkin menggunakan ruangan, mudah ditemukan oleh semua orang , mendapat cahaya matahari pada waktu siang dan tidak mengganggu lalu lintas orang banyak. Kokoh dan stabil bila dilalui orang ataupun barang sesuai dengan perencanaan dan bentuknya sederhana, layak, sehingga mudah dan cepat pengerjaannya serta murah biayanya. Kerapihan, indah, serasi dengan keadaan sekitar tangga itu sendiri. 2.2 Beton Pracetak Beton Pracetak adalah Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bagian dari struktur bangunan. Segmental tangga adalah bagian dari plat tangga pracetak yang akan disusun menjadi bentuk elemen tangga dalam lebar yang lebih kecil – 20cm.

Gambar segmental tangga pracetak Pada bagian segmental tangga banyak terdapat tempat-tempat yang sempit akibat rongga yang digunakan untuk mengurangi beban berat sendiri. Untuk mengatasi keropos beton

akibat bagian

yang

sempit

ini

digunakan

bahan

tambah

beton

superplasticizer. Bahan Tambah ini menurut ASTM C494 dan British Standard 5075 adalah bahan kimia tambahan yang mengurangi air dan menambah kekuatan.

7

Dengan pemakaian bahan tambah ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi. Perhitungan tulangan untuk tangga adalah : (Edward G Nawy, 1996).

Gambar segmental tangga pracetakxvgv Kebutuhan untuk beton adalah 0,5 m3 dan tulangan D10 sebanyak 20 batang (belum gw hitung lagi bang, ini masih punya ridho). Untuk cetakan segmental beton tangga ini menggunakan plywood yang diperkuat oleh kayu kaso 6/8 dan rongga pipa pralon 1/2” (yang ini gw mau pake hollow bang). Untuk pembeban tangga, mengacu pada peraturan (SKBI ,1987). Self compacted concrete (SCC) juga merupakan hal yang baru bagi teknologi beton di Indonesia. Beton ini tidak memerlukan proses pemadatan atau tidak perlu menggunakan alat vibrator seperti pada beton konvensional dan hanya akibat berat sendiri beton ini akan menjadi padat. Beton ini dapat mengisi bagian bagian yang sulit dijangkau oleh alat vibrator (Okamura, 2003).

8

2.3 Bahan Penyusun Segmen Tangga Pracetak Kualitas dan mutu tangga pracetak ditentukan oleh bahan dasar, bahan tambahan, proses pembuatan, dan alat yang digunakan. Semakin baik mutu bahan bakunya, komposisi perbandingan campuran yang direncanakan dengan baik, proses pencetakan dan pembuatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan tangga pracetak yang berkualitas baik pula. Bahan-bahan pokok pembuatan tangga pracetak adalah semen, pasir, air dalam proporsi tertentu. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tangga pracetak adalah sebagai berikut: 2.3.1

Semen Portland Semen Portland adalah bahan perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat

mengeras bila bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut dalam air. Semen hidrolis pada mulanya dibuat oleh Joseph Parker tahun 1796 dengan membakar batu kapur argilasius yaitu batu kapur yg mengandung ± 20 % oksida silika, alumina dan besi. Sifat Kimia Semen : Susunan oksida yang membentuk semen terdiri dari : a)

CaO

60 – 67 %

b) SiO2

17 – 25 %

c)

3–8%

Al2O3

d) Fe2O3

0,5 – 6 %

e)

MgO

0,1 – 4 %

f)

Alkali (K2O + Na2O)

0,2 – 1,3 %

g) SO3

1–3%

Dari data diatas terlihat bahwa C3S dan C2S merupakan senyawa utama yang dapat mengakibatkan bersifat semen (perekat). Jumlah kedua senyawa ini 70 – 80 %. Semen Portland dengan kadar C3S yg lebih tinggi dari pada kadar C2S pada umumnya mempunyai sifat mengeras lebih cepat.

Sifat-sifat Fisika Semen :

9

Menurut syarat ASTM, semen yang baik adalah semen yang tingkat kehalusan butiran semennya adalah pada ayakan nomor 200 butiran semen yang lolos lebih dari 78%. Semen yang teralalu halus dapat mengakibatkan kecenderungan semen menyusut dan mempermudah terjadinya retak susut pada beton. Mengetahui berat jenis semen sangatlah penting karena dengan mengetahui berat jenisnya kita dapat mengetahui kualitas semen yang dipakai. Berat jenis semen berkisar antara 3,10 – 3,30 dengan berat jenis rata – rata sebesar 3,15. Semen yang mempunyai berat jenis < 3,0 biasanya pembakarannya kurang sempurna atau tercampur dengan bahan lain atau sebagian semen telah mengeras, ini berarti kualitas semen turun. Berat isi gembur semen kurang lebih 1,1 kg/liter, sedang berat isi padat semen sebesar 1,5 kg/liter. Di dalam praktek biasanya digunakan berat isi rata-rata sebesar 1,25 kg/liter.Semen portland dibagi menjadi 5 jenis yaitu: a) Jenis 1 b) Jenis 2 c) Jenis 3

: Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. : Semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan kekuatan

awal d) Jenis 4

yang tinggi setelah proses pengikatan terjadi. : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.

Sifat-sifat semen menurut pemakaiannya meliputi : a) Hidrasi Semen Apabila air ditambahkan kedalam semen portland maka akan terjadi reaksi antara komponen semen dengan air yang dinamakan hidrasi. Reaksi hidrasi tersebut menghasilkan senyawa hidrat dalam bentuk Cement gel . b) Setting (pengikatan) dan Hardening (pengerasan) Sifat pengikatan pada adonan semen dengan air dimaksudkan sebagai gejala terjadinya kekakuan pada adonan. Dalam prakteknya sifat ikat ini ditujukan dengan waktu pengikatan yaitu waktu mulai dari adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan.

2.3.2

Agregat

10

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70 % dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan. Berdasarkan asalnya, agregat digolongkan menjadi : a.

Agregat alam Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya. Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari : (1) kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan induknya. (2) Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.

a. Agregat Buatan Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan. Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, dari limbah industry peleburan logam. Berdasarkan berat jenisnya, agregat digolongkan menjadi : a. Agregat berat : agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi b. Agregat

Normal : agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70.Beton dengan

agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa – 40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klinker, terak dapur tinggi (agregat buatan). c. Agregat ringan : agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dengan gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll (buatan). 2.3.3 Superplasticizer 11

Superplasticizer (high range water reduder admixture) yaitu bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih (ASTM C494-82). Semua Superplasticizer juga memiliki kelemahan yang cukup mengkhawatirkan. Flowability yang tinggi pada campuran beton yang mengandung superplasticizer umumnya dapat bertahan sekitar 30 sampai 60 menit dan setelah itu berkurang dengan cepat, yang sering disebut dengan slump loss (Nugraha dan Antoni, 2007:90) 2.3.4 Batu Apung Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas volkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit. Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria. Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan material asalnya, batu apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit). Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam. Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.

12

2.3.4 Air Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Semen baru bisa dipakai sebagai perekat hidrolis apabila ada reaksi dengan air, namun jumlah air yang dipakai dalam campuran semen tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan porous, dan menurunkan kualitas beton. Selain kuantitas air yang mempengaruhi kualitas beton, Jenis air yang dipakai juga mempengaruhi kualitas beton. Pada umunya jenis air yang dipakai untuk campuran beton adalah air yang dapat diminum, atau air yang tidak mengandung zat kimia berbahaya. Jenis-Jenis Air Untuk Campuran Beton Pada umunya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai air pengaduk pada beton. Adapun jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk air pengaduk beton adalah : a.

Air hujan, air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi. Biasanya air hujan mengandung unsur oksigen, nitrogen dan karbondioksida.

b.

Air Tanah, Biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga kadang-kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3.

c.

Air permukaan, terdiri dari air sungai, air danau, air genangan dan air reservoir. Air sungai atau danau dapat digunakan sebagai air pencampur beton asal tidak tercemar limbah industri. Sedangkan air rawa atau air genangan yang mengandung zat-zat alkali tidak dapat digunakan.

d.

Air laut, Air laut mengandung 30.000 – 36.000 mg/liter garam (3 % - 3,6 %) dapat digunakan sebagai air pencampur beton tidak bertulang. Air laut yang mengandung garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk campuran beton. Untuk beton pra tekan, air laut tidak diperbolehkan karena akan mempercepat korosi pada tulangannya.

13

2.4 Pengujian 2.4.1 Slump Flow Test Pengujian dengan alat Slump Cone bertujuan untuk menguji filling ability dari SCC. Dengan alat ini dapat diketahui kemampuan campuran beton untuk mengisi ruangan. Adapun alat slump cone dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar. Alat Slump

Flow Test

Cara kerja alat Slump Cone : a) Slump Cone diletakkan dengan posisi diameter yang kecil diletakkan di bawah. Di bagian dasar alat ini diletakkan papan yang datar. b) Campuran beton dimasukkan dalam Slump Cone sampai penuh. Campuran beton tersebut tidak boleh dirojok. c) Slump Cone diangkat secara perlahan. d) Waktu yang diperlukan aliran beton untuk mencapai diameter 50 cm dicatat (SF50), 3 – 6 detik. e) Diameter maksimum yang dicapai aliran beton dicatat (SF max), 65 – 75 cm.

14

2.4.2 L-Shaped Box Test L-shaped Box atau disebut juga dengan Swedish Box adalah alat berbentuk huruf L yang terbuat dari besi. Alat ini berfungsi untuk menguji passing ability dari SCC. Pada alat ini, antara arah horizontal dan vertical dibatasi dengan sekat penutup yang terbuat dari besi yang dapat dibuka dengan cara ditarik ke atas. Didepan sekat penutup tersebut terdapat halangan berupa tulangan baja yang berfungsi untuk menguji kemampuan campuran beton dalam melewati tulangan yang sesuai dengan keadaan di lapangan. (Gambar 2.3) Selanjutnya dengan L-Shape-Box test akan didapat nilai blocking ratio yaitu nilai yang didapat dari perbandingan antara H2 / H1. Semakin besar nilai blocking ratio, semakin baik beton segar mengalir. Untuk test ini kriteria yang umum dipakai baik untuk tipe konstruksi vertikal maupun untuk konstruksi horisontal disarankan mencapai nilai blocking ratio antara 0,8 sampai 1,0. Cara kerja alat L-shaped Box : a) Sekat penutup ditutup. b) Campuran beton segar diisikan pada arah vertikal sampai jenuh. c) Sekat penutup ditarik ke atas sampai terbuka sehingga campuran beton segar mengalir kearah horizontal. d) Perbedaan tinggi aliran beton arah horizontal dicek. Syarat-syarat passing ability yang harus dipenuhi oleh SCC adalah nilai Passing ability (PA) 0,8 – 1,0, dimana nilai PA didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut: PA = H2/H1

15

Gambar 2.3 Alat L-Shape Box 2.4.3 V-Funnel Test Metode pengujian ini berguna untuk mengevaluasi ketahanan segregasi material beton SCC. Alat yang digunakan adalah v-funnel seperti terlihat pada gambar 2.4 (Ouchi, dkk, 2003). Berikut cara kerja alat V-Funnel tes: a) b) c) d)

Penutup bagian bawah ditutup. Campuran beton segar diisikan pada V-Funnel sampai jenuh. Penutup bagian bawah dibuka sehingga campuran beton segar mengalir. Catat lama waktu beton mengalir hingga V-Funnel kosong.

Gambar 2.4 Alat Funnel Test Untuk pengujian tersebut diatas maka diperlukan admixture sesuai dengan dosis aturan yang ada. Tujuan dari penggunaan superplasticizer di antaranya untukmeningkatkan mutu beton dan meningkatkan kelecakan (workability). secara umum superplasticizer juga mampu memberikan flowability dan retention yang baik. Pemakaian dosis superplasticizerdianjurkan untuk melakukantrial-error terhadap campuran beton sehingga tidak menimbulkan pengaruh pada kekuatan akhir. 16

Dengan menggunakan beton SCC akan mengurangi biaya proses pemadatan dengan vibrator dan dijamin beton akan memadat setelah proses pengeringan. Tetapi total biaya belum tentu dapat direduksi kecuali pada proyek ber skala besar. Jadi beton SCC ini dapat memperbaiki mutu beton dibandingkan dengan beton konvensional (Okamura,2002).

17

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini kami menggunakan metode sebagai berikut :  Studi lapangan Studi lapangan adalah sebuah metode dalam pengumpulan data berdasarkan kondisi pelaksanaan di lapangan untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan.  Studi literatur Studi literatur adalah suatu metode dalam pengambilan keputusan dan pengumpulan data berdasarkan buku – buku yang memberikan gambaran secara umum terhadap masalah diatas. 3.2 Metedeologi Pelaksanaan Penelitian ini berlokasi di laboratorium Uji Bahan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta dan laboratorium lain. Tangga pracetak yang digunakan pada rumah bertingkat adalah typikal dengan elevasi yang umum pada perumahan adalah 3m. Tangga pracetak ini dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Untuk pelaksanaan tangga pracetak ini dimulai dari mempersiapkan denah tangga yang disesuaikan dengan denah atau ukuran rumah minimalis modern. Perencanaan struktur tangga dari perhitungan beban, gaya dalam, penulangan dan detailing tangga. Tahap selanjutnya membuat cetakan segmen tangga dan membuat campuran beton ringan.

Gambar metode pembuatan beton pracetak

3.3 Sifat Yang Akan diteliti (Yang ini bisa ditaro dimana ya bang ?) a)

Analisa Saringan Agregat Halus

b) Berat Jenis Agregat + Penyerapan Air Agregat Halus c)

Kadar Air Agregat Halus

d) Kadar Lumpur Agregat Halus e)

Berat Isi Agregat Halus

f)

Analisa Saringan Batu Apung

g) Berat Jenis Batu Apung+ Penyerapan Air h) Berat Isi Batu Apung i)

Kuat Tekan, Kuat Tarik Lentur dan Kuat Tarik Belah

j)

Kontrol Batas Lendutan Maksimum Diagram alur pembuatan beton ringan pracetak

(Nanti gw buat lagi diagram alurnya)

Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu persiapan bahan, desain/model tangga dan pengujian dari beton serta pembahasan

dan analisa hasil

pengujian. Tahapan mendesain tangga sesuai dengan denah atau desain rumah minimalis modern, selanjutnya membuat gambar detail rencana panel tangga dan membuat rancangcampuran beton. Pembuatan campuran beton dengan komposisi sbb PC : A : FA : SP. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan beton SCC adalah semen portland, agregat, air, mengambil dari beton instant seperti : indocon. Penambahan fly ash (10%) dan superplasticizer (2%) sesuai dengan dosis yang terdapat pada kemasan superplasticizer . Proses perawatan selama 28 hari untuk segmen tangga. yang nantinya setelah priode tersebut beton akan diuji coba dengan memberikan beban horizontal ataupun yang miring dirakit menjadi panel tangga dengan tulangan D10 dan mortar special seperti mortar utama. Panel Tangga dijadikan satu kesatuan yang akan membentuk tangga. Dan tahapan akhir adalah uji pembebanan yang disesuaikan dengan standard SNI.

3.4 Jadwal pelaksanaan (nanti gw buat lg yang bener) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

kegiatan persiapan bahan penelitian pembimbingan tugas akhir pengujian bahan dan pembuatan pembuatan mix desan beton bekisting pengecoran dan pengujian benda uji anlisa data

februar maret april

mei

juni

3.5 Objek / Lokasi Penelitian ini berlokasi di laboratorium bahan POLITEKNIK NEGERI JAKARTA.

03-

BAB IV PENUTUP Demikian proposal tugas akhir ini penulis ajukan. Penulis meminta dengan hormat kepada dosen pembimbing untuk membantu penulisan dalam peyusunan tugas akhir ini. Atas perhatian penulis ucapkan terimakasih.

Depok,februari 2015

Dosen KPK Tugas Akhir

Pembimbing Tugas Akhir

Drs. Muhtarom Riyadi, SST. M Eng

Pratikto ST, Msi

NIP. 19591230 198503 1 002

NIP. 19610725 198903 1 002

DAFTAR PUSTAKA Nawy, E. G.,2009, Reinforced concrete: a fundamental approach, singly reinforced concrete, Prentice Hall., pages 120-195. EFNARC, “Specification and guidelines for Self Compacting Concrete”, February 2002 Okamura, H., and Ouzi, M., 2003, Self compacting concrete , Journal of advance concrete technology Vol. 1 No.1 April 2003, Japan Concrete Institute Nawy, E. G.,2009, Reinforced concrete: a fundamental approach, singly reinforced concrete, Prentice Hall., pages 120-195. Pratikto, dan Susilowati, A., 2011, Beton mutu tinggi tanpa proses pemadatan Manual (High Strength of Self Compacted Conrete), Laporan PenelitianUnggulan, Politeknik Negeri Jakarta. ‘ SNI T-03-3449-2002 , Tata Cara Rencaba Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan agregat Ringan , Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB Bandung. Septana, 2012, http://septanabp.wordpress.com/tag/tangga-beton/ (diakses tanggal, 5 september 2014, jam 20.00). SKBI-1.3.53.1987, UDC 624-042; “Pedoman peraturan beban untuk rumah dan gedung”,Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Penerbit PU, Jakarta Tatang, 2011, http://tatangw.blogspot.com/2011/04/bahan-superplasticizer-untukbeton.html (diakses tanggal, 5 september 2014)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF