PROPOSAL TUGAS AKHIR WIRELINE LOGGING
November 11, 2018 | Author: Afnan Mukhtar Syauqi | Category: N/A
Short Description
PROPOSAL TUGAS AKHIR WIRELINE LOGGING...
Description
INTERPRETASI KOMBINASI LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh : AFNAN MUKHTAR SYAUQI 113130008 / TM
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA 2017
INTERPRETASI KOMBINASI LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh : AFNAN MUKHTAR SYAUQI 113130008 / TM
Disetujui untuk Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Drs. H. Herianto, MT
M. Th. Kristiati EA, ST, MT
INTERPRETASI KOMBINASI LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh : AFNAN MUKHTAR SYAUQI 113130008 / TM
Disetujui untuk Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Drs. H. Herianto, MT
M. Th. Kristiati EA, ST, MT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Proposal Skripsi ini berjudul: INTERPRETASI KOMBINASI LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF PADA
SUMUR “X” LAPANGAN “ Y”.
Proposal ini disusun
untuk memberikan gambaran mengenai latar belakang, tujuan dan materi yang akan dibahas didalam penyusunan skripsi di Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Sari Bahagiarti K, MSc., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2.
Dr. Ir. Suharsono, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral
3.
Dr. Ir. Drs. H. Herianto, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan dan Dosen Pembimbing I.
4.
Ir. Suwardi, MT., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan
5.
M. Th. Kristiati EA, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II.
6.
Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan proposal ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan. membutuhkan. Yogyakarta, Mei 2017
Afnan Mukhtar Syauqi
I.
JUDUL INTERPRETASI KOMBINASI LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”
II.
LATAR BELAKANG
Reservoir merupakan lapisan batuan yang berada dibawah permukaan bumi sebagai tempat terakumulasinya hidrokarbon serta kemungkinannya untuk dapat diproduksikan ke permukaan. Langkah terpenting untuk mengetahui karakteristik suatu reservoir adalah dengan mengadakan evaluasi terhadap reservoir tersebut, sehingga diperoleh data-data mengenai sifat fisik batuan dan fluida reservoir serta kondisinya yang meliputi tekanan dan temperatur reservoir . Informasi data yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan cadangan awal. Pada dasarnya pengumpulan dan pengolahan data adalah operasi pengambilan berbagai parameter dari sumur atau reservoir dengan suatu metode tertentu, seperti logging, coring, kemudian parameter-parameter tersebut diolah dan dianalisa menjadi data yang sebenarnya atau menjadi data yang representatif terhadap sumur atau reservoir itu dengan menggunakan metode cut-off dan metode statistik. Sumur X, Lapangan Y, merupakan lapangan atau reservoir minyak. Petrofisik adalah ilmu yang mempelajari sifat fisik batuan yang sangat penting. Dengan mengetahui sifat fisik batuan (petrofisik), yakni porositas, saturasi, dan permeabilitas dalam hal ini. Karena permeabilitas merupakan fungsi dari porositas, maka sifat petrofiisik disini adalah porositas dan saturasi Porositas dan saturasi ditambah geometri reservoir dan faktor volume formasi akan dapat memperkiakan hidrocarbon ditempat mula-mula atau original hydrocarbon (OOIP atau OGIP). Porositas, saturasi, dan permeabilitas, serta permeablitas relatif, dan sifat fisik fluida, maka pengembangan lapangan dapat rencanakan. Begitu vital peran porositas dan saturarasi seperti dibahas diatas, maka diperlukan metoda analisis yang dapat menjawab atau memberikan porositas dan saturasi yang akurat sesuai dengan kondisi asli dari reservoir .
III.
PERMASALAHAN
Permasalahan Pada interpretasi kombinasi log untuk menentukan zona produktif antara lain:
Apakah dalam intepretasi log kuantitatif, proses koreksi data log sumur kajian penting dilakukan?
Berapakah nilai saturasi air dari metode Indonesia equation dan simandoux equation?
Apakah sumur tersebut prospek untuk diprosuksikan dan pada kedalaman berpaka terdapat zona produktif?
IV.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari interpretasi water saturation ini yaitu untuk mengetahui lapisan- lapisan porous permeable yang prospek dengan menggunakan 2 metode yaitu metode Simandoux dan Indonesian equation. Serta tujuan dari lnterpretasi water saturation ini adalah untuk mengetahui motode apa yang cocok pada lapisan yang mengandung shaly sand untuk menentukan zona prospek .
V.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi dalam penulisan ini adalah dengan cara mengevaluasi beberapa parameter. Prosedur yang digunakan dalam studi ini dimulai dari 1.
Pengumpulan Data: a.
Data Pemboran: Data cutting, Rm, Rmf, Rmc, BHT, Total kedalaman sumur, Total kedalaman logging dan Marker formasi
b.
Data Analisa Core: Core Rutine (Porositas batuan, Permeabilitas, Saturasi Air), SCAL (Permeabilitas relatiif air, Permeabilitas relatif minyak, Tekanan Kapiler, Sementasi batuan, Eksponen saturasi, Konstanta batuan)
c.
Data Log : Pembacaan log lithology (SP Log, GR Log), Pembacaan log resistivity (LM, lLD, MSFL), Pembacaan log porosity (RHOB, NPHI).
d.
Data Tes PVT: Laboratorium Analisa air formasi (Rw).
2. Koreksi Data
Melakukan koreksi data log yang berupa koreksi gamma ray log , koreksi shale baseline, neutron log, density log, resistivity log dan micro resistivity log . 3.
Pengolahan Data Melakukan pengolahan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data yang selanjutnya digunakan untuk interpretasi logging , Hasil pengolahan data sebagai berikut:
Normalisasi gamma ray.
Identifikasi lithology.
Penentuan dan Input ρf , ∆tf , ρma, ∆tma, GRmin, GR max, ρsh, ϕ Nsh ∆tsh, dan R sh.
4.
Penentuan metode perhitungan porositas yang sesuai dengan data core.
Penentuan Rw yang diperoleh dari SP Log dan Pickett Plot .
Interpretasi logging kualitatif a.
Menentukan lapisan porous dan permeable dari pengamatan lithology tools.
b.
Menentukan kedalaman top dan bottom lapisan porous permeable tersebut.
c.
Memperkirakan kandungan fluida lapisan tersebut dengan mengamati resistivity tools dan porosity tools.
5.
Interpretasi logging kuantitatif manual Menenetukan kandungan lempung (VShale) dengan metode Gamma ray Log , Menentukan porositas corrected batuan dengan metode Neutron Density, Menentukan saturasi air (Sw)
6. Menentukan prospek tidaknya lapisan yang ada didalam reservoir dengan data-
data yang sudah didapatkan dari interpretasi Log.
FLOW CHART UNTUK PRESSURE MAINTENANCE
Pengumpulan Data
Data Pemboran - Rm, Rmf, BHT - Total Kedalaman Sumur - Total kedalaman logging - Data Cutting
Data Log - Log Litholigy (GR log dan SP log) - Log Resistivity (ILD, ILM, MSFL) - Log Porosity (RHOB dan NPHI)
Data Core - Data Core Routine ( ɸ total, K, dan Sw) - Data SCAL (Krw,Kro, a, m, n)
I n ut Data Korelasi Data - Gamma ray log - Share baseline - Density Log - Neutron Log - Resistivity log - Micro resistivity Log
-
Intepretasi Kualitatif Menentukan lapisan produktif dari data log
-
Pengolahan data Normalisasi Gamma ray Identifikasi Lithology Penentuan Perhitungan ɸ Penentuan Rw Penentuan data input ρf, ∆tf, ρma, ∆tma, GRmin, GRmax, ρsh, ɸ Nsh, ∆tsh, dan Rsh
Hasil Menentukan besarnya saturasi air dengan metode Indonesia Equation untuk menentukan zona produuktif
-
-
Interpretasi Kuantitatif Analisa Vclay Analisa Porosity dan Saturasi Penentuan metode perhitungan Porositas dan saturasi sesuai data core menggunakan 2 metode: Indonesia Equation dan Simondaoux Penentuan Rw yang diperoleh dari SP log dan Picket plot
VI.
TINJAUAN PUSTAKA
6.1.
Analisa Cutting
Analisa cutting digunakan untuk menentukan tanda-tanda adanya minyak atau gas, juga untuk mendeskripsi lithologi batuan. Analisa cutting dilakukan tiap interval kedalaman tertentu, contoh cutting diambil dan dianalisa secepat mungkin. Dari analisa cutting ini dapat dibuat suatu korelasi antara hasil deskripsi sampel dengan kedalaman. Dalam analisa cutting untuk menentukan adanya minyak atau gas, sampel dapat dicuci maupun tidak dicuci terlebih dahulu. Sampel dibersihkan untuk menghilangkan lumpur, kemudian dimasukkan ke dalam larutan non-fluorosensi (CCl 4). Cutting yang telah bersih ditempatkan dalam mangkok (dish) dan diamati secara fluorosensi. Sedangkan untuk sampel yang tidak dibersihkan/dicuci langsung ditumbuk dan selanjutnya dimasukkan kedalam mangkuk yang berisi air, kemudian diamati secara fluorosensi. Hasil anlisa cutting diperlukan untuk ahli geologi dalam menentukan tipe batuan serta pada kedalaman berapa top formasi dijumpai. 6.2.
Analisa Core
Core merupakan contoh batuan yang diambil dari formasi dan kemudian dianalisa di laboratorium. Di laboratorium core tersebut disusun kembali sesuai dengan nomor sampel dan urutan kedalamannya, baru kemudian dianalisa satu persatu. Core tersebut minimal telah mengalami dua proses, yaitu proses pemboran dan proses perubahan kondisi tekanan dan temperatur dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Dalam proses pemboran core dipengaruhi oleh air filtrat lumpur sehingga akan mempengaruhi harga saturasi core. Pada proses perubahan kondisi tekanan dan temperatur pengaruhnya banyak terjadi pada harga saturasi core, akibat pengaruh ekspansi gas maka satuarasi akan menjadi berkurang. Dari hasil coring, maka core yang didapat dapat dianalisa besaran-besaran petrofisiknya di laboratorium. Analisa Core ada dua macam, yaitu analisa core rutin dan analisa core spesial. 6.2.1. Analisa Core Rutin
Analisa core rutin yang dilakukan di laboratorium meliputi pengukuran porositas, permeabilitas dan saturasi fluida.
6.2.1.1 Pengukuran porositas
Pengukuran porositas dilakukan dengan menentukan volume pori, volume butiran
dan volume bulk batuan. Metode yang digunakan untuk menentukan
volume pori-pori atau volume butiran antara lain : Boyle’s Law Porosimeter dan Saturation Method. 6.2.1.2 Pengukuran saturasi
Pengukuran saturasi fluida dari core dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1.
Metoda Retort Metode ini menggunakan retort untuk meletakkan core sampel. Prinsip kerja metode ini adalah dengan memanaskan core sampel pada 400oF selama 20 menit sampai 1 jam, mengkondensasikan uap fluida
dan
memisahkan dengan menggunakan centrifuge minyak dan air yang didapat. Hasil kondensasi kemudian dicatat. 2.
Metoda Destilasi Prinsip kerja pengukuran saturasi menggunakan metode ini adalah menghitung berat core sampel sebelum dijenuhi oleh toluene dan setelah dijenuhi toluene.
6.2.1.3 Pengukuran Permeabilitas
Pengukuran permeabilitas dilakukan dengan menentukan permeabilitas absolut dari sampel, yaitu dengan menggunakan alat permeability plug method ( fancher core holder ). Holder ini digunakan untuk menempatkan core, hal ini dikarenakan holder tersebut menutup satu sisi sehingga memberikan aliran yang linier. Udara yang dialirkan melalui Core kemudian diukur tekanan masuk dan keluarnya menggunakan manometer sebagai P 1 dan P2. 6.2.2. Analisa Core Spesial
Analisa core special dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat batuan seperti tekanan kapiler, kompresibilitas dan wettabilitas . 6.2.2.1 Pengukuran Tekanan Kapiler
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tekanan kapiler adalah “Restored State Capillary Pressure Apparatus”. Prinsip kerja metode ini adalah
mengukur tekanan dan air yang keluar cell sampai tidak ada pertambahan air pada suatu tekanan yang diberikan. Cara kerja dari metode ini adalah menjenuhi dengan air core yang telah diketahui porositas dan permeabilitasnya. 6.2.2.2 Pengukuran Kompresibilitas
Pengukuran kompresibilitas batuan dapat ditentukan dengan menggunakan korelasi dari grafik. Cara kerja metode pengukuran kompresibilitas batuan meliputi: 1. Menempatkan core yang telah dibersihkan dan dikeringkan pada heat shrinkable tubing pada tes aparatus di bawah tekanan 200 psi. 2. Mengukur volume pori 3. Menjenuhi sample dengan air formasi ( brine ) 4. Melakukan tes temperatur secara konstan ( dibawah tekanan reservoir ) 5. Membuat plot antar volume pori versus net overburden pressure. 6.2.2.3 Pengukuran Wettabilitas
Wettabilitas suatu batuan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran. Cara kerja pengukuran wettabilitas meliputi: 1. Merendam sampel dan mengawetkan sampel dengan kertas perak ( foil ) dan lilin ( wax) 2.
Melakukan pengetesan sampel terhadap suhu kamar
3. Melakukan pengetesan sampel terhadap sudut kontak pada kodisi ambient temperatur ( temperatur medium terhadap lingkungan sekitarnya ) 4. Mengukur sudut kontak dengan menggunakan contact angle apparatus, selama 400 jam ( 2 minggu atau lebih ) agar mencapai kestabilan. 6.3.
Wireline Log Metode logging merupakan suatu operasi perekaman data secara kontinyu
yang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi kedalaman lubang bor yang dinyatakan dalam bentuk grafik. Data hasil perekaman ini dinamakan log . Banyak sekali tipe dari logging sumur yang digunakan untuk merekam data. Prinsip perekaman log ini adalah dengan menggunakan suatu alat yang disebut sonde, yang diturunkan dengan menggunakan sebuah kabel ( wireline). Sinyal yang ditangkap oleh sonde akan dikirim ke permukaan dengan menggunakan kabel
konduktor elektrik. Sesuai dengan tujuan dari logging yaitu mengumpulkan data bawah permukaan agar dapat digunakan untuk melakukan penilaian formasi dengan menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir (zona reservoir , kandungan formasi, petrofisik reservoir , dan tekanan bawah permukaan), maka dasar dari prinsip logging adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri. Sifat-sifat fisik batuan reservoir tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir . Metode logging tersebut antara lain: log listrik, log radioaktif, log akustik dan log-log lainnya. 6.3.1. Log Listrik
Log listrik adalah salah satu cabang yang sangat penting dalam logging sumur. Biasanya jenis log ini merekam data pada lubang sumur yang tidak di casing, yaitu resistivitas dari formasi. Resistivitas dari formasi ini merupakan petunjuk penting untuk mengenali litologi formasi dan kandungan fluidanya. Dengan beberapa pengecualian yang jarang terjadi di lapangan minyak, seperti halnya logam sulfida dan graphit, batuan kering merupakan isolator yang sangat baik, tetapi ketika pori-porinya terisi oleh air maka akan mudah menghantarkan listrik. Resistivitas dari formasi tergantung juga dari bentuk dan hubungan dari pori pori yang terisi oleh air. 6.3.1.1 Spontaneous Potential (SP) Log
Log ini mengukur perbedaan potensial listrik antara elektroda yang bergerak sepanjang lubang bor dengan elektroda tetap dipermukaan. Prinsip dari SP log ini adalah mengukur tegangan lapisan dengan fungsi kedalaman. Tegangan lapisan dihasilkan dari respon suatu aliran arus kecil yang menembus rangkaian sirkuit pada saat elektroda di dalam sumur bergerak ke atas. Secara skematis ditunjukan dalam gambar 6.1. Elektroda M diturunkan ke dalam lubang bor yang diisi lumpur bor yang bersifat konduktor, sedangkan elektroda N ditanam pada lubang dangkal (di permukaan). Setelah sampai pada dasar lubang bor, maka elektroda M ditarik perlahan-lahan sambil melakukan pencatatan perubahan tegangan sebagai fungsi kedalaman (Beda potensial antara elektroda M
dalam lubang bor dengan elektroda N di permukaan). Dengan demikian terdapat dua sumber yang menyebabkan defleksi SP log yaitu : o
Akibat tegangan dari serpih
o
Akibat tegangan listrik yang ditimbulkan oleh perbedaan salinitas antara lumpur dengan air formasi. Dengan adanya kedua sebab di atas maka pencatatan beda potensial antara
elektroda M dan N dipengaruhi oleh lapisan yang berhadapan dengan elektroda M pada saat elektroda ini ditarik. Pengaruh lain adalah permebilitas relative dari zona tapisan lumpur. Jika pengukuran SP log melalui la pisan yang cukup tebal dan bersih dari clay, maka kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi kurva yang demikian disebut Statik SP atau SSP,yang dapat dituliskan dalam persamaan :
SSP
K
460 Tf 537
log
Rmf Rw
………………………………..…… (6-1)
keterangan : SSP
= Statik Spontaneous potensial, mv
K
= konstanta lithologi batuan ( = 70,7 pada 77 oF )
Tf
= temperatur formasi, oF
R mf
= tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
R w
= tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna efektif bila digunakan pada kondisi lumpur water base mud dan tidak dapat berfungsi pada lumpur oil base mud , karena lumpur ini bersifat non konduktif. SP log biasanya digunakan pada sumur yang belum di casing (open hole). SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan permeabel, menentukan batas-batas lapisan, mengestimasi harga tahanan air formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur didekatnya. Defleksi kurva dari SP log dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1. Lithologi a.
Shale/Clay, bentuk kurva SP lurus dan merupakan dasar garis atau disebut juga Shale base line.
b.
Lapisan kompak, Defleksi kurva akan mengecil mendekati Shale base line tergantung tingkat kekompakan batuan.
c.
Lapisan Shaly, Memperkecil defleksi kurva SP mendekati Shale base line.
d.
Lapisan permeable, Defleksi kurva bisa positif ataupun negatif tergantung kandungan fluidanya.
Gambar 6.1. Skema dasar rangkaian SP Log
(H elander. D P., 1983) 2. Kandungan a.
Air tawar, defleksi SP positif.
b.
Air asin , defleksi SP negatif.
c.
Hdrokarbon , defleksi SP negatif.
6.3.1.2 Resistivity Log
Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Kurva yang terbentuk pada resistivity log adalah sebagai akibat dari pengukuran tahanan listrik formasi dengan dua atau tiga elektroda yang diturunkan kedalam lubang bor. Dibanding dengan metode kurva SP log maka resistivity log
lebih rumit dan kompleks, karena peralatan yang mempunyai elektroda ganda dan juga menggunakan sumber arus listrik. 1.
Normal Log
Normal log merupakan jenis dari resistivity log yang menurut spasi sonde nya dapat dibedakan menjadi short normal log dan long normal log. Short normal log memiliki spasi sonde 0.4 m ( 16” ) dan digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona invasi. Long normal log memiliki spasi sonde 1.6 m ( 64” ) dan digunakan untuk mengukur resistivitas dari zona uninvaded ( R t ). Rangkaian dasar dari normal log dapat dilihat pada gambar 6.2. Gambar te rsebut menjelaskan bahwa log normal mempunyai empat buah elektroda yaitu elektroda A dan B yang dialiri arus listrik dengan intensitas dan dua elektroda potensial (M dan N). Alat ini memberikan hasil yang optimum pada water base mud, tebal lapisan >50 ft, resistivity batuan rendah-menengah dan lubang bor belum dicasing.
Gambar 6.2. Skema Diagram Normal Log
(H elander. D P., 1983)
2.
I ndction L og Tujuan dari induction log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh
untuk menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis lumpur pemborannya. Skema dasar induction log terlihat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3. Skema Rangkaian Dasar I nduction L og
(H elander. D P., 1983) Prinsip kerja dari induction log adalah suatu arus bolak-balik dengan frekuensi kurang lebih 2000 cps yang mempunyai intensitas konstan dikirimkan melalui transmitter, yang menimbulkan suatu medan elektromagnet. Medan elektromagnet ini akan menginduksi arus dalam lapisan formasi, sedangkan arus tersebut mengakibatkan pula medan magnetnya menginduksi receiver. Besarnya medan magnet yang terjadi sebanding dengan konduktivitas formasi. Pembacaan yang dicatat oleh penerima dapat dikorelasikan antara konduktivitas dan resistivitas, dimana skala konduktivitas sering dinyatakan dengan miliohms (1/ohms). 3.
Laterolog Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi dimana pengukuran Rt
dengan induction log akan mengalami banyak kesalahan. Karena bersifat memfokuskan arus kedalam formasi maka pada lapisan tipis sekalipun hasilnya jauh lebih baik dari pada alat normal maupun lateral.
Laterolog ini dimaksudkan untuk dapat menghilangkan sebanyak mungkin pengaruh lubang bor, ketebalan lapisan, dan adanya perbatasan-perbatasan antar lapisan sehingga diperoleh hasil yang lebih teliti. Berdasarkan jumlah elektroda dan tahanan formasi yang diukur maka laterolog dibagi menjadi Laterolog 3 (LL3), Laterolog 7 (LL7), Deep Laterolog (LLd). Ketiga jenis laterolog ini merupakan tipe untuk R t, sedangkan tipe untuk Ri adalah Shallow Laterolog (LLs), dan tipe untuk R xo adalah Laterolog 8 (LL8) dan Spherically Focused Log (SFL).
Gambar 6.4. Skema Diagram Lateral Sistem
(H elander. D P., 1983) 4. Mi croresistivity Log
Microresistivity log direkam dari perhitungan yang dibuat pada volume yang kecil yang berada disekitar lubang bor yang berisi lumpur yang konduktif. Tujuannya adalah menentukan R xo dan sebagai indikator lapisan porous dan permeabel yang ditandai dengan adanya mud cake. Hasil dari pembacaan R xo dipengaruhi oleh tahanan mud cake dan ketebalan mud cake. Ada empat microresistivity log yaitu microlog (ML) sebagai kualitatif tool, Microlaterolog (MLL), Proximity Log (PL) dan Micro SFL (MSFL). Tiga peralatan terakhir sesuai
dengan kondisi resistivitas lumpur tertentu, ketebalan mud cake dan diameter invasi untuk memberikan pembacaan yang baik terhadap R xo. Dari keempat log di atas, hanya kombinasi micro log dengan caliper log yang dapat mendeteksi adanya lapisan porous dan permeabel, ketebalam lapisan produktif, dan ketebalan mud cake.
6.3.2. Log Radioaktif
Radioaktif log dapat dioperasikan dalam keadan cased hole ( sesudah casing dipasang) maupun open hole (lubang terbuka). Ada tiga macam jenis log radioaktif yaitu : 1.
Gamma ray log
2. Density log 3. Neutron log Dari tujuan pengukuran dibedakan menjadi alat pengukur lihtologi seperti gamma ray log dan alat pengukur porositas seperti neutron log dan density log. Hasil pengukuran alat porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi batuan dengan hasil yang sangat memadai. 6.3.2.1 Gamma ray Log
Gamma ray log adalah suatu kurva yang menunjukkan besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi. Prinsip dasar dari gamma ray log adalah mencatat radioaktif alamiah yang dipancarkan oleh 3 unsur radioaktif yang ada dalam batuan yaitu : Uranium (U), Thorium (Th), Potasium (K). Ketiga unsur tersebut secara kontinyu memancarkan sinar gamma ray yang mempunyai energi radiasi tinggi. Gambar 6.5. menunjukkan detektor gamma ray jenis Scintillation Counter yang memberikan gambaran proses deteksi dari alat tersebut. Pada batuan sedimen unsur-unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam shale atau clay, sehingga besar kecilnya intensitas radioaktif akan menunjukkan ada tidaknya mineral-mineral clay. Pada lapisan permeabel yang clean, kurva gamma ray menunjukkan radioaktif yang sangat rendah, terkecuali lapisan tersebut mengandung mineralmineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air asin yang
mengandung garam-garam potasium yang terlarutkan, sehingga harga gamma ray akan tinggi. Untuk memperkirakan kandungan clay ditunjukkan dalam persamaan berikut: V clay =
GR GRmin GRmax
GRmin
............................................................................. (6-2)
keterangan : GR
= Radioaktivitas yang dibaca pada log
GRmin = Radioaktivitas yang dibaca pada clean formation GRmax = Radioaktivitas yang dibaca pada shale atau clay
Gambar 6.5. Skema Susunan Alat Gamma ray Log
(H elander. D P., 1983) 6.3.2.2 Neutron Log
Neutron adalah suatu partikel listrik yang netral dan mempunyai massa yang hampir sama dengan massa atom hidrogen. Suatu energi tinggi dari neutron dipancarkan dari sumber radioaktif ( plutonium-berylium atau americium-
beryllium) secara terus menerus dan konstan, akibat adanya tumbukan dengan intiinti elemen di dalam formasi maka neutron mengalami sedikit hilang energi, dimana besarnya hilang energi ini tergantung pada banyak sedikitnya jumlah hidrogen dalam formasi. Rangkaian peralatan neutron-gamma log ditunjukkan pada gambar 6.6.
Gambar 6.6. Skema Rangkaian Dasar Neutron Log
(H elander. D P., 1983) Jenis neutron log yang sering digunakan adalah Compensated Neutron Log ( CNL ). Jenis ini dapat digunakan pada kondisi open hole maupun cased hole. Porositas neutron dapat ditentukan dengan persamaan : N= 1.02 Nlog + 0.0425 ........................................................ (6-3)
Besarnya porositas neutron harus dikoreksi terhadap adanya kandungan shale/clay dalam formasi. Besarnya porositas neutron koreksi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : Ncorr = N – ( Vclay x Nclay ) ............................................. (6 – 4)
keterangan : N
= porositas neutron
Nlog = porositas yang terbaca pada neutron log
Vclay
= volume clay ( GR log )
6.3.2.3 Density Log
Density log adalah log porositas yang mengukur elektron density dari formasi. Density log sangat penting karena dapat digunakan untuk: 1.
Menentukan “densitas” porositas yang mana sangat diperlukan dalam modern interpretation.
2.
Menentukan litologi dan nilai porositas yang baik, jika digabungkan dengan neutron atau sonik log.
3.
Mendeteksi keberadaan gas di dalam zona invasi karena gas menyebabkan penurunan yang tajam dari densitas dan karena itu memperlihatkan “densitas porositas” yang tidak normal. Di samping itu density log mempunyai kegunaan yang lain, yaitu: dapat
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air bersama-sama dengan neutron log, menentukan besarnya densitas hidrokarbon dan membantu studi dalam evaluasi lapisan shaly.
Gambar 6.7. Skema Rangkaian Dasar Density Log
(H elander. D P., 1983)
Dalam density log kurva dinyatakan dalam satuan gr/cc, karena energi yang diterima oleh detektor dipengaruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan yang ada dalam pori- pori batuan, maka satuan gr/cc merupakan besaran “bulk density” batuan, dimana dipengaruhi oleh faktor batuan yang sangat kompak serta batuan yang homogen dengan porositas tertentu. Porositas batuan dapat ditentukan dengan persamaan: D=
ma b ma f
.......................................................................... (6 – 5)
Penentuan porositas batuan pada formasi batuan yang mengandung clay / shale membutuhkan koreksi. Persamaan yang menunjukkan adanya koreksi adalah : Dclay=
ma clay ma f
................................................................... (6 – 6)
Dcorr = D – ( Vclay x Dclay ) ................................................ ..(6 – 7)
keterangan : b
= densitas bulk yang dibaca pada log, gr/cc
= densitas metrik batuan, gr/cc
ma
( untuk sandstone adalah 2.65, limestone adalah 2.71 ) f
= densitas rata-rata fluida, (1.0 – 1.1 gr/cc untuk filtrat lumpur), gr/cc
= porositas ,fraksi
Dclay= densitas clay, gr/cc (didapat dari lapisan shale yang terdekat
dengan lapisan yang prospek)
6.3.3. Log Sonic
Sonik log merupakan rekaman waktu yang diperlukan oleh gelombang suara untuk merambat melalui formasi. Kecepatan rambat suara bias anya dikenal sebagai internal transite time (t). Interval waktu transite didefenisikan sebagai wakt u yang diperlukan oleh gelombang suara untuk menempuh jarak satu feet suatu bahan. Peralatan dari sonik log (gambar 5.8) terdiri dari sebuah transmitter yang melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah melewati formasi diterima oleh 2 receiver . Perbedaan waktu tiba gelombang (two way travel time = t) diukur dan
dibagi dengan jarak ( s/m), untuk arah yang sebaliknya caranya sama untuk menghilangkan efek lubang bor (dicari rata-ratanya). Perambatan suara di dalam formasi tergantung dari matrik batuan, porositas batuan serta fluida dalam pori-pori.
Gambar 6.8. Peralatan Log Sonik
(H elander. D P., 1983) Perubahan yang sederhana juga diberikan untuk porositas :
0.6251 s
t ......................................................................... ..(6-8) t log ma
Semakin padat suatu lithologi maka t semakin rendah, Δt-fluida 620 s/m, Δt-matrix : batupasir 184
s/m,
batugamping 161
s/m,
dolomite 144
s/m.
keterangan : tlog
= transite time yang dibaca pada log, s/ft
tf
= transite time fluida, s /ft (189 s /ft untuk filtrat lumpur)
tma
= transite time pada matrik batuan, s /ft
Фs
= porositas sonik dari formasi
Sonik log saat ini banyak diaplikasikan untuk : 1. Menemukan porositas di dalam lubang bor yang diisi oleh fluida 2. Menentukan porositas, litologi dan shaliness jika digunakan bersama-sama dengan density dan neutron log 3. Memperkirakan kecepatan formasi untuk seismik 4. Mendeteksi zona fracture dengan menggunakan variable density 5. Memperkirakan jarak dari tekanan abnormal
6.3.5. Interpretasi Log 6.3.5.1 Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif log yaitu pengamatan secara cepat terhadap lapisan formasi yang diperkirakan produktif melalui hasil defleksi kurva rekaman yang telah diperoleh. Hasil pengamatan dalam analisa ini berupa identifikasi lapisan permeabel, ketebalan dan batas lapisan produktif, evaluasi shaliness dan kandungan hidrokarbon yang ada. Berdasarkan analisa kualitatif terdapat tiga log dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi formasi. Pertama diperlukan untuk memperlihatkan zona per meabel, kedua memberikan harga resistivity dari formasi dan ketiga mencatat porositas dari formasi. Yang termasuk di dalam jenis permeabel zone log adalah Spontaneous Potential dan Gamma Ray, resistivity log adalah Microresistivity, Deep Laterolog, Deep Induction dan porosity log adalah Density, Neutron dan Sonic Log . Dalam pemilihan zona yang produktif, langkah pertama adalah menentukan zona yang permeabel. Hal ini dapat dilakukan dengan meninjau log di track 1. Pada log tersebut terlihat adanya suatu base line di sebelah kanan yang mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah shale, daerah yang impermeabel dan tidak akan berproduksi. Sedangkan garis yang ke arah kiri mengindikasikan clean zone yang umumnya adalah sand dan limestone dan dapat beproduksi. 6.3.5.2 Analisa Kuantitatif
Analisa logging secara kuantitatif meliputi penentuan resistivitas air formasi (Rw), penentuan resistivitas sebenarnya (Rt) dan resistivitas flushed zone (Rxo), analisa porositas dan saturasi air (Sw) dan analisa permeabilitas.
A. Penentuan Resistivitas Air Formasi (Rw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung resistivitas air formasi, yaitu : 1. Analisa Air Formasi Pengukuran harga Rw dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi dengan melakukan pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk mendapatkan harga Rw pada temperatur formasi dimana contoh air formasi tersebut berasal maka digunakan persamaan : Rw(Tf) =
(T pengukur an 6.77) (T for masi 6.77)
xRw (Ts ) ….. ............................................ ..(6-9)
2. Metode SP Langkah penentuan Rw dari metode SP adalah sebagai berikut :
Menentukan temperatur formasi (Tf) dalam oF : Tf =
BHT Ts Depth Log
Keterangan :
x Depth SSP + Ts ................................................... (6-10)
BHT
= temperatur dasar lubang
Ts
= temperatur permukaan
SSP
= Statik SP
Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi : Rmf =
T s
6.77
T f 6.77
x R mf(Ts) .................................................................. (6-11)
Menentukan Rmfc : Rmfc = 0.85 x Rmf
Menentukan konstanta SP : C = 61 + (0.133 x Tf)
Menentukan Rwc dari SP : Rwc =
Rmfc 10
ESP / C
..................................................................................(6-12)
B. Penentuan Resistivitas Sebenarnya dan Resistivitas F lushed Zone (Rt ; Rxo)
Besarnya Rt dapat ditentukan dari hasil pengukuran daerah yang tidak terinvasi dengan menggunakan Induction Log atau Dual Laterolog , sedangkan
untuk resistivity pada flushed zone (Rxo) menggunakan microresistivity log yaitu MSFL. C. Penentuan Kandungan Shale
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya kandungan shale. Hasil pengukuran dari metode-metode tersebut memberikan harga yang berbeda-beda karena itu dipilih harga yang paling kecil. 1. Berdasarkan SP Log Vclay = 1 -
SP Log SSP
.............................................................................. (6-13)
keterangan : SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud SSP 2.
= harga pembacaan pada kurva SP maksimal.
Berdasarkan Resistivity Log
Rt clay Vclay = Rt
1/ b
...............................................................................(6-14)
keterangan :
3.
Rtclay
= resistivity batuan shale/clay
Rt
= resistivity batuan pada kedalaman yang dimaksud
b
= 1, jika 0,5 <
b
= 2, jika
Rt clay Rt
Rt clay Rt
View more...
Comments