May 15, 2018 | Author: rizka mutiara | Category: N/A
2017 PROPOSAL TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG
A. Judul
“Analisis
Tipe
Longsor
dan
Kestabilan
Lereng
pada
Lokasi
Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow Site Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi Utara”. B. Latar Belakang
Pertambangan
merupakan
salah
satu
elemen
penting
pertumbuhan perekonomian Negara Indonesia. Dampak positif
dalam kegiatan
pertambangan dapat d apat dirasakan langsung oleh ol eh masyarakat Indonesia serta warga sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dalam era yang serba modern. PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan emas yang beroperasi sejak tahun 2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka metode open pit . Perhitungan dan analisis kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang terbuka dengan metode open pit . Proses penambangan secara langsung memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak diperhitungkan dengan baik, gangguan tersebut dapat menyebabkan longsor.
A. Judul
“Analisis
Tipe
Longsor
dan
Kestabilan
Lereng
pada
Lokasi
Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow Site Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi Utara”. B. Latar Belakang
Pertambangan
merupakan
salah
satu
elemen
penting
pertumbuhan perekonomian Negara Indonesia. Dampak positif
dalam kegiatan
pertambangan dapat d apat dirasakan langsung oleh ol eh masyarakat Indonesia serta warga sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dalam era yang serba modern. PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan emas yang beroperasi sejak tahun 2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka metode open pit . Perhitungan dan analisis kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang terbuka dengan metode open pit . Proses penambangan secara langsung memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak diperhitungkan dengan baik, gangguan tersebut dapat menyebabkan longsor.
Jika terjadi longsor maka akan timbul bahaya yang dapat mengganggu proses penambangan dan akhirnya berdampak berdamp ak buruk pada efektivitas produksi. pro duksi. Selama pengoperasian tambang dari awal tahun 2013 hingga saat ini, telah terjadi beberapa kasus longsor. Untuk menjaga desain lereng tambang yang stabil sehingga operasional penambangan dapat berjalan dengan aman diperlukan analisis kemungkinan tipe longsoran dan kondisi kestabilan lereng. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai stabilitas lereng dengan judul “Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada Lokasi Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow
Site
Bakan
Kecamatan
Lolayan,
Kabupaten
Boolang
Mongondow, Sulawesi Utara”. C. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kegiatan pertambangan yang melibatkan pembuatan lereng, akan dapat meningkatkan potensi permasalahan lereng, terutama berkenaan dengan potensi keruntuhan lereng batuan (rock slope failure) yang semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam mengenai kondisi kestabilan lereng untuk mendeterminasi kemampuan lereng akan stabil tanpa diberi perkuatan atau memilih jenis perkuatan yang dibutuhkan apabila lereng tersebut memiliki potensi kelongsoran yang cukup besar. D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibuat agar mengetahui fokus pada penelitian untuk dapat mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dengan
maksud sebagai batasan dari kegiatan penelitian agar kegiatan di lapangan lebih terorganisir dan efisien. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagai batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi massa batuan di lokasi penelitian? 2. Potensi longsoran apa ap a yang mungkin terjadi? terjad i? 3. Bagaimana tingkat kestabilan lereng di lokasi peneitian? 4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk stabilisasi lereng yang optimum dan efektif? E. Batasan Masalah
Penelitian dilakukan dengan memberikan batasan terhadap masalah yang akan diteliti. Adapun batasan yang ditentukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian hanya dilakukan pada lokasi penambangan Pit Osela Selatan
2.
Investigasi
langsung
di
lapangan
diperlukan
untuk
mendapatkan
parameter-parameter yang dibutuhkan dalam penelitian. Parameter parameter yang diukur untuk klasifikasi RMR (Rock Mass Rating) adalah kuat tekan uniaksial material batuan (intact rock), RQD (rock quality designation), spasi diskontinuitas (discontinuity spacing), kondisi (pelapukan) diskontinuitas (discontinuity condition), dan kondisi airtanah secara umum (general groundwater condition). Sedangkan parameter yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass rating (SMR) adalah jurus
dari permukaan lereng (Įs), jurus bidang diskontinuitas (Į j), serta sudut kemiringan diskontinuitas (ȕj) 3.
Analisis kinematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe keruntuhan batuan (rock slope failure) yang mungkin terjadi. Sedangkan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan SMR bertujuan untuk mengetahui kestabilan lereng batuan dan kecenderungan lereng batuan mengalami longsoran.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Investigasi diskontinuitas batuan (khususnya orientasi diskontinuitas) di lereng yang diteliti. Untuk mengetahui adanya potensi tipe keruntuhan pada suatu aktivitas pemotongan
lereng
batuan,
perlu
dilakukan
pengukuran
orientasi
diskontinuitas yang dilakukan sesudah lereng batuan tersebut tersingkap. Pada umumnya, jika data struktur geologi telah dirajah, beberapa konsentrasi kutub yang signifikan hadir di dalam stereonet . Adalah sangat berguna untuk dapat memilah antara : (i) bidang-bidang yang berpotensi menjadi
penyebab
longsoran,
dengan
(ii)
bidang-bidang
yang
kemungkinan tidak akan terlibat di dalam longsoran. 2. Mengkaji potensi keruntuhan batuan dengan metode desain empiris dan klasifikasi massa batuan.
Metode analitik untuk memprediksi potensi keruntuhan batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif (Maerz, 2000). Oleh karena itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting (Franklin dan Maerz, 1996). Klasifikasi massa batuan (rock mass classification) berarti mengumpulkan data dan mengklasifikasikan singkapan batuan berdasarkan parameter parameter yang telah diyakini dapat mencerminkan perilaku massa batuan tersebut. Analisis yang digunakan adalah rock mass rating (RMR) atau geomechanic classification system (Bieniawski, 1984) dan slope mass rating (SMR) yang digunakan oleh Romana (1985).
3. Kajian stabilisasi lereng batuan yang optimum dan efektif. Kajian ini diawali dengan pengidentifikasian lereng batuan yang tampak dalam kondisi cenderung tidak stabil, kemudian memilih usaha stabilisasi yang sesuai berdasarkan klasifikasi SMR. F. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Kestabilan Lereng Batuan Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan membentuk tiga tipe longsoran/keruntuhan utama pada batuan (Gambar 1), yaitu : a. Keruntuhan geser planar ( plane sliding failure) b. Keruntuhan geser baji (wedge sliding failure) c. Keruntuhan jungkiran (toppling failure)
Namun demikian, seringkali tipe keruntuhan yang ada merupakan gabungan
dari
beberapa
keruntuhan
utama
sehingga
seakan-akan
membentuk suatu tipe keruntuhan yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut sebagai tipe keruntuhan kompleks. Untuk mengetahui adanya potensi tipe keruntuhan pada suatu aktivitas pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng batuan tersebut tersingkap. Sementara itu, metode
analitik
untuk
memprediksi potensi keruntuhan batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif (Maerz, 2000). Oleh karena itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting (Franklin dan Maerz, 1996).
Gambar 1. Tipe Keruntuhan Utama Pada Batuan
2. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng a. Klasifikasi Sistem RMR (Geomechanics Classification System) Bieniawski (1989) klasifikasi geomekanika Rock Mass Rating (RMR) dikembangkan oleh Beniawski. Pada aplikasi sistem klasifikasi ini, massa batuan dibagi menjadi sejumlah wilayah struktural dan setiap wilayah kurang lebih memiliki ciri yang seragam. Batas dari wilayah
struktural biasanya serupa dengan ciri struktur utama seperti patahan, dike, zona shear , dan lain sebagainya. Lebih lanjut Hoek (2006)
mengilustrasikan dalam beberapa kondisi, yaitu karena perubahan siknifikan pada spasi diskontinuitas atau karakter diskontinuitas untuk tipe batuan yang sama, mungkin mengharuskan pembagian massa batuan ke dalam sejumlah kecil wilayah struktural pada metode RMR. Sistem klasifikasi
massa
batuan
dengan
RMR
dari
Bieniawski
(1973)
menggunakan enam parameter dasar untuk pengklasifikasian dan evaluasi hasil uji. Keenam parameter tersebut membantu perkiraan lebih lanjut hasil analisis stabilitas sampai permasalahan khusus geomekanika batuan.Keenam parameter yang digunakan untuk menentukan nilai RMR meliputi kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive stress, UCS), rock quality designation (RQD), spasi diskontinuitas, keadaan diskontinuitas,
keadaan air tanah dan orientasi diskontinuitas (Bieniawski, 1989). 1) Kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive strength, UCS) Kuat tekan uniaksial (UCS) dari material batuan utuh (intact rock material ) dapat ditentukan melalui pengujian secara langsung (in direct tect ) di lapangan menggunakan Schmidt Hammer, maupun uji
yang dilakukan di laboratorium. Pada uji langsung persamaan yang dapat digunakan dalam penentuan kuat tekan uniaksial adalah UCS = 2HR (Sing dkk., 1983), dimana HR merupakan nilai hardness reborn dari Schmidt Hammer. Untuk penentuan peringkat kuat tekan dari
meterial batuan padu dapat menggunakan klasifikasi dari Bieniawski (1979) seperti yang terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Indeks Kekuatan Material Batuan Utuh - UCS (Bieniawski, 1989)
Deskripsi Kualitatif
Kuat Tekan (Mpa)
Kuat Beban Titik
Kuat sekali
>250
8
15
Sangat kuat
100-250
4-8
12
Kuat
50-100
2-4
7
Menengah
25-50
1-2
4
Lemah
10-25
Lebih baik menggunakan kuat tekan uniaxial
2
Sangat lemah
2-10
Lebih baik menggunakan kuat tekan uniaxial
1
Lemah sekali
1-2
Lebih baik menggunakan kuat tekan uniaxial
0
(Mpa)
Bobot
Tabel 2. Ringkasan Rock Mass Rating System (Bieniawski, 1989) A. CLASSIFICATION PARAMETERS AND THEIR RATINGS Range of values
Parameter
1
2 3
4
5
Strength of intact rock material
Point-load strength index
>10 MPa
Uniaxial comp. Strength
4-10 MPa
2-4 MPa
1-2 MPa
>250 MPa
100-250 MPa
50-100 MPa
25-50 MPa
Rating Drill core quality RQD Rating Spacing of discontinuities Rating
15 90%-100% 20 >2 m 20
12 75%-90% 17 0.6-2 m 15
7 50%-75% 13 200-600 mm 10
4 25%-50% 8 60-200mm 8
Condition of discontinuities (see E)
Very rough surfaces Not continous No sparation Unweathered walll rock
Slighty rough surfaces Separation < 1mm Slighty weathered walls
Slighty rough surfaces Separation < 1mm Highly weathered walls
30
25
None
Ground water
Rating Inflow per 10 m Tunnel length (l/m) (Joint water press)/ (Mayor principal σ) General Conditions Rating
Class number Average stand-up time Cohession of rock mass (kPa) Friction angle of rock mass (deg)
525 MP a
1-5 MPa
5 mm thick Or Separation > 5 mm continuous
20
10
0
< 10
10-25
25-125
> 125
0
< 0.1
0.1-0.2
0.2-0.5
>0.5
Completely dry 15
Damp 10
Wet 7
Dripping 4
Flowing 0
B. RATING ADJUSTMENT FOR DISCONTINUITY Strike and dip orientations Very favourable Favourable Tunnels and mines 0 -2 Rating Foundations 0 -2 Slopes 0 -5
Rating Class number Description
For this low range uniaxial compressive test is preferred
ORIENTATIONS (See F) Fair Unfavourable -5 -10 -7 -15 -25 -30
C. ROCK MASS CLASSES DETERMINED FROM TOTAL RATINGS 100-81 80-61 60-41 40-21 I II III IV Very good rock Good rock Fair rock Poor rock
I
D. MEANING OF ROCK CLASSES II III
Very unfavourable -12 -25
< 21 V Very poor rock
IV
V
20 yrs for 15 m span
I year for 10 span
1 week for 5 m span
10 hrs for 2.5 m span
30 min for 1 m span
> 400 > 45
300-400 35-45
200-300 23-35
100-200 15-25
< 100 < 15
E. GUIDELINES FOR CLASSIFICATION OF DISCONTINUITY conditions Discontinuity length (persistence) < 1m 1-3 m 3-10 10-20 6 4 2 1 Rating Separation (aperture) None < 0.1 mm 0.1-1.0 mm 1-5 mm Rating 5 5 4 1 Roughness Very rough Rough Slighty rough Smooth Rating 6 5 3 1 Hard filling 5mm Soft filling 20 m 0 >5 0 Slickensided 0 Soft filling>5mm
0 Decomposed 0
F. EFFECT OF DISCONTINUITY STRIKE AND DIP ORIENTATION IN TUNNELLING** Strike perpendicular to tunnel axis None Strike parallel to tunnel axis Drive with dip-Dip 45-90° Drive with dip-Dip 20-45° Dip 45-90° Dip 20-45° Very favourable Favourable Very unfavourable Fair Drive against dip-Dip 45-90° Drive against dip-Dip 20-45° Dip 0-20 – Irrespective of strike° Fair Unfavourable Fair * Some conditions are mutually exclusive. For example, if infilling is present, the roughness of the surface will be overshadowed by the influence of the gauge. In such causes use A.$ directly. * Modified after Wickham et al., (1972)
Uraian kelima parameter diatas digabung dalam Tabel 4 dan berdasarkan utaian tersebut nilai RMR yang diperoleh pada perhitungan parameter-parameter di atas, Bieniawski (1989) membuat klasifikasi massa batuan menjadi 5 (lima) kelas seperti yang ditunjukkan Tabel 2.5 di bawah. Tabel 3. Kualitas Massa Batuan dari Total (Bieniawski, 1989)
Parameter
Bobot
Nilai RMR
81 – 100
61 - 80
41 – 60
21 – 40
< 20
Nomor Kelas RMR
I
II
III
IV
V
Nilai GSI
76 – 95
56 - 75
36 – 55
21 – 35
< 20
Kualitas Massa Batuan
Sangat baik
Baik
Sedang
Buruk
Sangat buruk
2) Spasi Diskontinuitas Merupakan jarak antara bidang lemah dengan arah tegak lurus terhadap bidang lemah tersebut.Bentuknya bisa berupa kekar, zona shear, patahan minor atau permukaan bidang lemah lainnya. Sesuai dengan peringkat yang dibuat oleh Beniawski (1989) terdapat lima klasifikasi spasi diskontinuitas seperti termuat pada Tabel 5. Tabel 4. Indeks Spasi Diskontinuitas (Bieniawski, 1989) Keadaan diskontinu Spasi (m) Bobot
Sangat lebar
>2
20
Lebar
0,6 – 2
15
Sedang
0,2 - 0,6
10
Rapat
0,06 - 0,2
8
Sangat rapat
< 0,06
5
3) Kondisi diskontinuitas Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar, meliputi kemenerusan ( persistence), jarak antar permukaan kekar
atau celah ( separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi (infilling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering ). karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: a) Roughness Roughness atau kekasaran
permukaan
bidang diskontinu
merupakan parameter yang penting untuk menentukan kondisi bidang diskontinu. Suatu permukaan yang kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antara kedua permukaan bidang diskontinu. Tabel 5. Penggolongan dan Pembobotan Kekasaran Menurut Bienawski (1976) Kekasaran Permukaan
Sangat kasar (very rough)
Kasar (rough)
Deskripsi
Pembobo tan
Apabila diraba permukaan sangat tidak rata, membentuk punggungan dengan sudut terhadap bidang datar mendekati vertical,
6
Bergelombang, permukaan tidak rata, butiran pada permukaan terlihat jelas, permukaan kekar terasa kasar.
5
Sedikit kasar
Butiran permukaan terlihat jelas, dapat dibedakan, dan dapat dirasakan apabila (slightly rough) diraba
3
Halus (smooth)
Permukaan rata dan terasa halus bila diraba
1
Licin berlapis
Permukaan terlihat mengkilap
0
(slikensided)
b) Separation
Merupakan jarak antara kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak ini biasanya diisi oleh material lainya ( filling material ) atau bisa juga diisi oleh air. Makin besar jarak ini, semakin lemah bidang diskontinu
tersebut.
c) Continuity
Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah bidang diskontinu,
atau
juga
merupakan
panjang
dari
suatu
bidang
diskontinu. d) Weathering Weathering
menunjukkan
derajat
kelapukan
permukaan
diskontinu. Klasifikasi derajat kelapukan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 6. Tingkat Pelapukan Batuan (Bieniawski, 1976) Klasifikasi
Keterangan
Tidak terlapukkan
Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan, batuan segar, butiran kristal terlihat jelas dan terang.
Sedikit terlapukkan
Kekar terlihat berwarna atau kehitaman, biasanya terisi dengan lapisan tipis material pengisi. Tanda kehitaman biasanya akan nampak mulai dari permukaan sampai ke dalam batuan sejauh 20% dari spasi.
Terlapukkan
Tanda kehitaman nampak pada permukaan batuan dan sebagian material batuan terdekomposisi. Tekstur asli batuan masih utuh namun mulai menunjukkan butiran batuan mulai terdekomposisi menjadi tanah.
Sangat terlapukkan
Keseluruhan batuan mengalami perubahan warna atau kehitaman. Dilihat secara penampakan menyerupai tanah, namun tekstur batuan masih utuh, namun butiran batuan telah terdekomposisi menjadi tanah.
e) Infilling (Gouge) Infilling atau material pengisi antara dua permukaan bidang
diskontinu mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu dipengaruhi oleh ketebalan, konsisten atau tidaknya dan sifat material pengisi tersebut. Filling yang lebih tebal dan memiliki sifat mengembang bila terkena air
dan berbutir sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi lemah.
Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi bobot masing- masing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi kekar, Pemberian bobot berdasarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 7. Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989) Parameter Rating
< 1 m 1-3m 3-10 m 10-20 m Panjang kekar Persistence/continuity
Jarak antar permukaan kekar (separation/aperture)
Kekasaran kekar
6
Tidak < 0,1 ada mm 6
6
Material pengisi
Tidak ada
(infilling/gouge)
6
1
0
0,1 – 1,0 mm
1-5 mm
> 5 mm
4
1
0
5
3
Halus Slickensided 1
Keras
0
Lunak
5 mm
< 5 mm
> 5 mm
4
2
2
0
Sangat lapuk
Hancur
1
0
Tidak Sedikit lapuk lapuk Lapuk
6
4)
5
2
Sangat Sedikit kasar Kasar kasar
(roughness)
Kelapukan (weathering)
4
>20 m
5
3
Kondisi Air Tanah Secara teoritis kondisi air tanah dapat diketahui dengan mengukur besarnya aliran air tanah (debit). Kondisi air tanah berhubungan dengan pori dan diskontinuitas serta tekanan yang bekerja di dalamnya. Secara umum kondisi air tanah yang dijumpai pada permukaan batuan dapat
berupa kering, lembab, basah, menetes, dan mengalir.Kemudian keadaan tersebut diberi peringkat, seperti pada Table 9 di bawah. Tabel 8. Kondisi Bidang Lemah/Diskontinuitas (Bieniawski, 1989) Inflow/10m panjang None 125 terowongan (liter/menit)
Tekanan air pada kekar/tegasan utama dominan
0
0-0,1
0,1-0,2
0,2-0,5
>0,5
Keadaan umum
Kering
Lemba b
basah
menetes
Meng alir
Bobot
15
10
7
4
0
5) Orientasi Diskontinuitas Nilai strike dan dip merepresentasikan orientasi dan kemiringan dari bidang
diskontinuitas,
sebagaimana
telah
dijelaskan
pada
sub-bab
sebelumnya di atas. Nilai strike dan dip pada pekerjaan rekayasa batuan berhubungan dengan prediksi stabilitas
massa batuan dan arah penggalian,
serta sangat berperan untuk memberikan penilaian kuantitatif bidang diskontinuitas yang kritis pada penggalian terowongan dan rekayasa lereng pada batuan. Nilai orientasi bidang diskontinuitas terhadap lereng memiliki variasi penilaian kualitatif dan kuantitatif yang sedikit berbeda antara satu dengan lainnya (Tabel 10). Tabel 9. Kesesuaian bidang lemah atau diskontinuitas (Bieniawski, 1989)
Penilaian arah kekar untuk
Sangat baik
Baik
cukup
Tidak baik
Sangat tidak baik
Terowongan
0
-2
-5
-10
-12
Fondasi
0
-2
-7
-15
-25
Lereng
0
-2
-25
-50
-60
b. Slope Mass Rating ( SMR, Rumana dkk, 2003)
Slope Mass Rating (SMR) disajikan sebagai klasifikasi geomekanika
untuk lereng batuan. Romana
dkk, (2003) mengusulkan modifikasi pada
konsep penggunanan RMR Bieniawski khususnya untuk kemantapan lereng. SMR yang didapat dari RMR dengan menambahkan faktor penyesuaian pada orientasi diskontinutas, kemiringan lereng dan faktor penyesuaian lain, tergantung pada metode penggalian SMR = RMR + (F 1 · F2 · F3) + F4 Dimana: RMR dievaluasi menurut Bieniawski (1979 dan 1989) dengan menambahkan nilai rating untuk lima parameter: (i) kekuatan batuan utuh, (ii) RQD, (iii) jarak diskontinuitas, (iv) kondisi diskontinuitas, dan (v) aliran air melalui diskontinuitas atau rasio tekanan pori. F1, F2, dan F3 merupakan faktor penyesuaian yang berkaitan dengan orientasi kekar( joint ) sehubungan dengan orientasi kemiringan atau lereng, dan F4 adalah faktor koreksi untuk metode penggalian. F1 tergantung pada paralelisme antara joint dan Slope face srike. Nilainya antara 0,15 – 1,0. Nilai 0,15 digunakan ketika sudut antara critical joint plane dan slope face lebih dari 30 derajat dan probabilitas kegagalan
sangat rendah bernilai 1.0 ketika keduanya mendekati paralel.
Nilai-nilai
tersebut cocok dengan hubungan pada rumus (2.11), dimana A menunjukkan sudut antara strikes of slope face dan joints. F1 = (1 – Sin A)2 F2 mengacu pada sudut joint dip (B j) pada longsoran berjenis planar . Nilainya bervariasi antara 1,00 – 0,15. Nilai 0,15 digunakan ketika kemiringan critical joint adalah kurang dari 20 derajat dan 1,0 untuk joint dengan dips lebih besar dari 45 derajat. Untuk longsoran berjenis toppling maka F2 tetap 1,00, dan nilai tersebut dapat dicari dengan hubungan: F2 = tan2B j
F3 mencerminkan hubungan antara slope dan joints dips. Hubungan tersebut mudah dilihat di longsoran berjenis planar , dimana F3 mengacu pada probabilitas dari joints “day-lighting” dalam slope face. Kondisi ini disebut “ fair ” ketika slope face dan joints sejajar. Jika kemiringan dips 10 derajar
lebih dari joint , kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan. Untuk longsoran toppling kondisi yang tidak menguntungkan tergantung pada penjumlahan dips dari joint dan lereng. Nilai F3 juga bisa diambil dari Bieniawski Adjustment Rating For Joint Orientation . F4
merupakan faktor penyesuaian untuk metode penggalian.Ini
mencakup lereng alam atau kemiringan lereng penggalian sebelum dilakukan penggalian, smooth blasting , normal blasting , poor blasting dan penggalian mekanik. Faktor penyesuaian tersebut telah ditetapkan secara empirik sebagai berikut: 1) Lereng alamiah lebih stabil karena terbentuk akibat proses erosi dalam waktu yang lama dan ada mekanisme penahan (vegetasi, sedikit air) dengan nilai F4 = +15. 2) Penggunaan teknik peledakan presplitting meningkatkan stabilitas lereng untuk suatuk las setengah, F4 = +10. 3) Penggunaan teknik peledakan smooth blasting dengan lubang-lubang yang baik, juga meningkatkan stabilitas lereng, F4 = +8. 4) Teknik peledakan normal. Penggunaan dengan sound method, tidak mengubah stabilitas lereng, F4 = 0. 5) Peledakan yang tidak efisien, sering terlalu banyak bahan peledak, tidak menggunakan peledakan beruntun (delay) atau lubang ledak tidak sejajar, stabilitas buruk, F4 = - 8. 6) Penggalian lereng dengan peralatan gali, selalu dengan ripper , hanya dapat dilakukan pada batuan lemah dan atau di batuan terkekarkan, dan sering digabungkan dengan peledakan. Bidang lereng sulit untuk diakhiri. Metode ini bisa bertambah atau dapat
diberi
berkurang tingkat kemantapan lereng,
nilai
F4
=
0
Tabel 10. Faktor Penyesuaian untuk Kekar dan Diskripsi dari Kelas SMR (Romana, 2003) α j = Dip Direction of Joint Very Favourable
α s = Dip Direction of Slope Favourable
> 30°
30° - 20°
0,15
0,40
10°
10° - 0°
β j + β s = F₃Value Relationship
45° 1,00
0° -(-10°)
120° -6 -25 -50 F₃ ( Bieniawski Adjustment Rating For Joint Orientation) F₄ = Empirical Values for Method of Excavation Blasting or Prespliting Smooth Blasting Mechanical 10 8 0 DESCRIPTION OF SMR CLASSES II III IV 61-80 41-60 21-40 Baik Normal Buruk
Benar-benar stabil
Stabil
Sebagian stabil
Tidak stabil
Tidak terjadi
Block failure
Planar along some joints atau many wedge failure
Planar atau big wedge failure
-60
Deficient Blasting -8 V 0-20 Sangat buruk Benar-benar tidak stabil Big planar atau soil-like atau circular
3. Analsis Kinematik Berbagai jenis longsoran lereng (slope failure) berhubungan dengan struktur-struktur
geologi
yang
mengakibatkan
adanya
suatu
diskontinuitas pada suatu massa batuan.Salah satu metode yang seringkali digunakan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi bidang diskontinuitas pada singkapan lereng batuan yaitu metoda Scanline (Hudson dan Harrison, 1997). Dalam
kaitannya
dengan
usaha
pemetaan
diskontinuitas
batuan, scan line sampling harus dilakukan secara sistematik pada seluruh singkapan batuan yang ada. Parameter yang diukur di
3. Analsis Kinematik Berbagai jenis longsoran lereng (slope failure) berhubungan dengan struktur-struktur
geologi
yang
mengakibatkan
adanya
suatu
diskontinuitas pada suatu massa batuan.Salah satu metode yang seringkali digunakan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi bidang diskontinuitas pada singkapan lereng batuan yaitu metoda Scanline (Hudson dan Harrison, 1997). Dalam
kaitannya
dengan
usaha
pemetaan
diskontinuitas
batuan, scan line sampling harus dilakukan secara sistematik pada seluruh singkapan batuan yang ada. Parameter yang diukur di lapangan adalah panjang lintasan scan line (L), jumlah diskontinuitas (N) dalam lintasan pengukuran, dan kedudukan bidang-bidang diskontinuitas. Dengan demikian, maka frekuensi dikontinuitas ( λ ) dapat dinyatakan sebagai : λ = N/L
dan rata-rata spasi diskontinuitas (x) adalah : x = L/N Dalam
memperhitungkan
stabilitas
lereng
batuan,
data
kedudukan bidang-bidang diskontinuitas hasil pengukuran scan line sampling digambarkan di dalam stereoplot. Pada umumnya, jika data struktur geologi tersebut telah diplot, beberapa konsentrasi kutub yang signifikan
dapat
hadir
di
dalam
stereoplot
(Gambar
2.2).
Gambar 2. Penggambaran kutub-kutub bidang struktur pada umunya memperlihatkan konsentrasi kutub, misalnya kutub A dan B
Adalah sangat berguna untuk dapat memilah antara bidang- bidang yang berpotensi mengalami keruntuhan, dengan
bidang-bidang yang
kemungkinan tidak akan terlibat di dalam longsoran. Faktor
kinematik
lereng
dikatakan
memenuhi
syarat
untuk
menyebabkan ketidakstabilan apabila pada lereng terdapat ruang bagi blok massa batuan untuk bergerak pada bidang gelincirnya menuju ruang tersebut (Hoek dan Bray, 1981) a. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Geser Planar ( Plane Failure) Longsoran bidang (plane failure) adalah bentuk longsoran yang paling mudah untukdiidentifikasi dan dianalisis. Longsoran bidang dapat terjadi dengan bidang gelincir tunggal ataupun set bidang gelincir. Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan keruntuhan tipe ini adalah : 1) Kemiringan Lereng (ȕ) lebih besar daripada kemiringan bidang gelincir (ȕ)
2) Jejak bagian bawah bidang diskontinuitas yang menjadi bidang gelincir harus muncul di muka lereng. 3) Bidang gelincir memiliki jurus (α) yang sejajar atau hampir sejajar (maksimal 20º) dengan jurus permukaan lereng (α). 4) Kemiringan bidang gelincir (ȕ) lebih besar daripada sudut geser dalamnya. b. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Baji (Wedge Failure) Berbeda dengan keruntuhan geser planar, keruntuhan geser baji akan terjadi bila ada dua bidang diskontinuitas atau lebih berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng. Persyaratan lain yang harus terpenuhi di antaranya adalah : 1) Arah garis perpotongan (trend) kedua bidang diskontinuitas harus mendekati arah kemiringan muka lereng. 2) Sudut lereng lebih besar daripada sudut garis potong kedua bidang diskontinuitas 3) Garis perpotongan kedua bidang diskontinuitas harus menembus permukaan lereng. 4) Plunge dari garis perpotongan kedua bidang diskontinuitas lebih besar daripada sudut geser dalamn ya. Uji Markland (Hoek dan Bray, 1981) dilakukan untuk menentukan kemungkinan terjadinya keruntuhan geser baji (wedge sliding failure), dengan arah luncuran terjadi pada penunjaman garis
perpotongan antara dua buah bidang diskontinu planar (Gambar 2.3B).
Uji ini juga mencakup longsoran bidang yang merupakan kasus khusus dari longsoran baji (Gambar 3). Pada longsoran baji, jika kontak pada kedua bidang tetap terjadi, luncuran hanya dapat terjadi pada arah penunjaman garis perpotongan. c. Analisis Kinematika dari Keruntuhan Jungkiran (Toppling Failure) Keruntuhan jungkiran umumnya terjadi pada massa batuan yang kemiringan bidang-bidang diskontinuitasnya berlawanan arah dengan kemiringan lereng. Bidang-bidang diskontinuitas tersebut membentuk
kolom-kolom
yang
akan
mengguling
bila
bidang
diskontinuitas yang menghubungkan antar kolom menggelincir. Analisis keruntuhan jungkiran lebih rumit bila dibandingkan dengan bentuk keruntuhan planar dan baji. Karena interaksi antar kolom-kolom yang mengguling secara simultan serta gaya-gaya geser yang terjadi antar kolom harus diperhatikan. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan keruntuhan tipe jungkiran adalah : 1) Jurus dari bidang diskontinuitas harus paralel atau mendekati paralel dengan jurus permukaan lereng (perbedaan arah maksimal 20º). 2) Sudut kemiringan bidang diskontinuitas harus sama besar dengan kemiringan permukaan lereng. 3) Plunge dari bidang gelincir harus lebih kecil dari kemiringan permukaan lereng dikurangi sudut geser dalam dari bidang gelincir tersebut
(goodman,
1980).
Gambar 3. Model stereoplot kondisi struktur yang dapat menyebabkan jenis-jenis longsoran utama pada batuan (Hoek, 2000)
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif dimana sumber data yang digunakan adalah data
berupa angka yang selanjutnya diolah dan dianalisis secara matematik dan kinematik. Penelitian digolongkan ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1.
Tahapan Pendahuluan Tahap ini meliputi persiapan penelitian sebelum kegiatan lapangan yang meliputi: a.
Persiapan administrasi dan pengurusan surat-surat izin di kampus dan perusahaan.
b.
Konsultasi dengan pembimbing.
c.
Persiapan materi berupa pengumpulan studi literatur serta aspekaspek pendukung lainnya.
2.
Tahapan Studi Literatur Tahap ini dilakukan studi mengenai buku-buku teks, jurnal dan laporan-laporan yang relevan mengenai kegiatan pemboran dan peledakan serta formula perancangan untuk desain geometri pemboran tambang bawah. Kegiatan ini berlangsung hingga kegiatan penelitian berakhir. a.
Tahapan Observasi Lapangan Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan observasi ini adalah sebagai berikut: 1) Orientasi Lapangan Kegiatan orientasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan secara langsung. Tahap ini juga bertujuan untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan sehingga didapatkan gambaran jalur pemetaan dan pengambilan data yang akan dilakukan. 2)
Pengambilan Data Lapangan Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data tersebut adalah: a)
Data primer yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Data primer tersebut diantaranya adalah data pemetaan diskontinutas dengan metode scaline mapping, data orientasi dan geometri lereng, data pengujian sifat fisik dan sifat mekanik batuan, dan data karakteristik massa batuan serta data kondisi morfologi dan hidrologi sekitar daerah penelitian.
b)
Data sekunder yang terdiri dari data peta geologi, peta lokasi penelitian, data pemboran geoteknik, data curah hujan, data level muka air tanah, data longsoran terdahulu.
3)
Tahapan Pengolahan Data Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode rock mass rating (RMR) dan slope mass rating (SMR) Bieniawski.
Selain itu analisis kinematik untuk mengetahui tipe potensi longsor dilakukan dengan software Dips v.5 (Rocscience). 4)
Tahapan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil analisis data untuk mendapatkan rekomendasi stabilisasi lereng yang bisa dilakukan terhadap lereng-lereng yang tidak stabil. 5) Tahapan Penyusunan Laporan Tahap
ini
dilakukan
penyusunan
draft
laporan
dari
keseluruhan hasil kegiatan penelitian yang dilakukan. Draft tersebut dibuat sesuai dengan format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan oleh Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. 6)
Seminar dan Penyerahan Laporan Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang, setelah melalui penyempurnaan berdasarkan masukanmasukan yang diperoleh dari para dosen penguji. Draft Tugas Akhir kemudian
diserahkan
ke
Ketua
Program
Studi
Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Padang. H. Tempat Penelitian
Tempat penelitian tugas akhir ini diusulkan di PT J Resources Bolaang Mongondow Site Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. I. Waktu Pelaksanaan
Penelitian tugas akhir ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal
15
Mei
-
15
Juli
2017.
DAFTAR PUSTAKA Arif Irwandi. 2016. Geoteknik Tambang . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Aris Endartiyanto. 2007. Analisis Kestabilan Lereng dengan Menggunakan
Metode kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan;Studi Kasus di Area Penambangan Andesit, Desa Jelekong, kecamatan Bale Endah,Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Bandung: ITB Varnes. 1978. Landslide Type and Process. USA: USGS. Vert Hoek and John Bray. 1981. Rock Slope Engineering (Third Edition).
Lampiran A Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Minggu Ke Kegiatan
Studi Pustaka dan Orientasi Lapangan Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Laporan Presentasi Laporan
I
II III IV
V
VI
VII
VIII
Lampiran B Rencana Daftar Isi
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Pembatasan Masalah BAB II DASAR TEORI A. Deskripsi Perusahaan 1. Lokasi dan Kesampaian Daerah 2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan 3. Keadaan Topografi dan Geologi 4. Kegiatan Penambangan B. Teori Dasar 4. Analisis Kestabilan Lereng Batuan 5. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng a.Klasifikasi Sistem RMR (Geomechanics Classification System) b. Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) 3. Analsis Kinematik untuk Evaluasi Kestabilan Lereng Batuan a. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Geser Planar ( Plane Failure) b. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Baji (Wedge Failure) c. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Jungkiran (Toppling Failure) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Instrumen Penelitian C. T e k n i k P e n g a m b i l a n D a t a D. Teknik Pengolahan Data E. Waktu dan Jadwal Kegiatan BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kinematik 1. Data Diskontinuitas a. Lokasi Pengambilan Data b. Data Diskontinuitas Hasil Pengukuran Lapangan
c. Intepretasi Set Diskontinuitas Utama 2. Pengujian Laboratorium a. Pengamatan Petrografi b. Pengujian Sifat Fisik c. Pengujian Sifat Mekanik 3. Perhitungan Sudut Geser Dalam Efektif a. Joint Roughness Coefficient (JRC) b. Joint Wall Compressive Strength (JCS) c. Kohesi dan Sudut Geser Dalam untuk Masing-Masing Set Diskontinuitas 4. Analisis Kinematik B. Analisis Kestabilan Lereng Batuan 1. Klasifikasi Massa Batuan dengan Sistem Rock Mass Rating a. Kuat Tekan Uniaksial Andesit b. Rock Quality Designation (RQD) c. Spasi Diskontinuitas d. Kondisi Diskontinuitas e. Kondisi Airtanah 2. Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Slope Mass Rating 3. Kajian Desain Perkuatan Lereng BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Curriculum Vitae
Nama Tempat dan Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Kewarganegaraan Status Perkawinan Kesehatan Alamat Asal Alamat Sekarang Nomor Handphone E-mail Hobi
: Osmaini Sutra Haryati : Solok Selatan, 13 Mei 1995 : Perempuan : Islam : Warga Negara Indonesia : Belum Menikah : Sempurna (Tidak Mengidap Penyakit Khusus) : Sarik Taba, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan : Komplek Parupuk Raya Nomor 16A, Koto Tangah, Padang : 085365342424 :
[email protected] : Travelling dan Fotografi
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL Sekolah
Tempat
Tahun
Perguruan Tinggi
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang SMAN 3 SOLOK SELATAN SMPN 12 SOLOK SELATAN SDN 01 LUBUK GADANG
2013-sekarang
SMA SMP SD
2010-2013 2007-2010 2001-2007
PENGALAMAN ORGANISASI
Deskripsi Dewan Pengawas Organisasi (DPO) Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP
Koordinator Internal Section of Publication and Relation Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP Anggota Biasa UKKPK (Unit Kegiatan Komunikasi dan penyiaran Kampus ) UNP Biro Departemen Pengelolaan Sumber Daya Manusia Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang
Tahun
2016-Sekarang 2015-2016 2015-2016 2014-2015
You're Reading a Preview Unlock full access with a free trial.
Download With Free Trial
Moderator Seminar Nasional Masa Depan Geomekanika
Universitas Negeri Padang
2016
Peserta Seminar Nasional Bulan K3 2017
PT Sago Prima Pratama (J Resources), Kalimantan Utara
2017
PENGALAMAN LAPANGAN
Deskripsi
Tempat
Tahun
Kerja Praktek Mahasiswa
PT Sago Prima Pratama (J Resources), Seruyung, Kalimantan Utara PT Dahana Persero Tbk, Jawa Barat PT Bukit Asam Persero Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan
2017
PT Ansar Terang Crushindo, Pangkalan, Sumatera Barat Singkarak, Sumatera Barat
2016
PT Allied Indo Coal, Sawahlunto, Sumatera Barat PT. Semen Padang
2015
PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin, Sumatera Barat
2015
Pertamina EP Pangkalan Susu, Sumatera Utara
2014
Peserta Kuliah Lapangan
PT Innalum, Asahan, Sumatera Utara
2014
Peserta Kuliah Lapangan Batubara
PT Aman Toebillah Putra (ATP), Lahat, Sumatera Selatan
2014
Peserta Kuliah Lapangan Peserta Kuliah Lapangan Peserta Studi Geoteknik Lapangan Peserta Studi Geologi Lapangan Peserta Kuliah Lapangan Peserta Kuliah Lapangan Teknik Peledakan Peserta Studi Pengeboran dan Peledakan Tambang Bawah Tanah Peserta Kuliah Lapangan
2016 2016
2015
2015
KEMAMPUAN BAHASA ASING
Bahasa Inggris
Membaca Menulis Mendengar
Baik Baik Baik
KOMPUTERISASI
Terbiasa bekerja dengan Microsoft Office (Word, Excel, Power Point) Dapat Mengoperasikan Software Minescape 4.1.1 8 Dapat Mengoperasikan Software Dips v.5 Rocscience Mampu bekerja dengan Sistem Operasi Windows XP , Windows 7, dan Windows 8
Padang, 14 Maret 2017
Osmaini Sutra Haryati
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk
You're Reading a Preview Unlock full access with a free trial.
Download With Free Trial
You're Reading a Preview Unlock full access with a free trial.
Download With Free Trial
You're Reading a Preview Unlock full access with a free trial.
Download With Free Trial
Historis Nilai
https://por tal.unp.ac.id/historis/his/20170313020747000000.html
UNIVERSITAS NEGERI PADANG NILAI HIST ORIS
TM/NIM/Nama
: 2013/1302670/Osmaini Sutra Haryat
Prog. Studi
: Teknik Pertambangan (S1)
Status Masuk
: BIDIKMISI
Dosen PA
: Drs. Raimon Kopa, MT
No
Sek si
Kode
Matakuliah
SKS Nilai Bobot Mutu
Dosen Dosen 1 2
2 2015113 70022 TMB123 Analisis Investasi Tambang
2
A-
3.6
7.2
5140
3 2015113 70024 TMB133 Metode Perhitungan Cadangan
2
A-
3.6
7.2
5158
4 2015113 70008 TMB137 Teknik Pengoboran dan Penggalian
3
C
2.0
6.0
0278
5 2015113 70026 TMB263 Pengolahan Bahan Galian
3
B-
2.6
7.8
5153
2
A
4.0
8.0
0278
7 2015113 70031 TMB319 Batubara
3
A-
3.6
10.8
5154
8 2015113 70032 TMB323 Komunikasi Ilmiah
2
A
4.0
8.0
5139
9 2015113 70033 TMB335 Bahan Peledak dan Teknik Peledakan
3
A
4.0
12.0
5128
6 2015113 70028 TMB318
Undang Undang dan Keselamatan Kerja Pertambangan
Total
23
IP Semester : 3.38
77.8
Semester : Ja nuari - Juni 2016 1 2015213 70025 TMB108 Lingkungan Tambang
2
B+
3.3
6.6
5126
2 2015213 70028 TMB120 Geoteknik Tambang
3
A
4.0
12.0
0278
3 2015213 70029 TMB125 Penelitian Operasional Tambang
2
C+
2.3
4.6
5153
4 2015213 70031 TMB130 Manajemen Tambang
2
A
4.0
8.0
5140
5 2015213 70040 TMB132 Teknik Eksplorasi
2
A-
3.6
7.2
5159
6 2015213 70051 TMB257 Tambang Terbuka
3
A
4.0
12.0
5124
7 2015213 70073 TMB260 Teknik Terowongan
2
B
3.0
6.0
5128
8 2015213 70036 TMB321 Geostatistik dan Permodelan Sumberdaya 9 2015213 70037 TMB336 Tambang Bawah Tanah
3
D
1.0
3.0
5164
3
A
4.0
12.0
5139
10 2015213 70088 TMB377 Geolistrik
2
D
1.0
2.0
5164
24
Total Semester : J uli - Desember 2016 1 2016113 70043 TMB234 Ventilasi Tambang 2 2016113 70045 TMB247 Kewirausahaan 3 2016113 70087 TMB328 Eksplorasi dan Evaluasi Panas Bumi 4 2016113 70049 TMB330 Perencanaan Tambang 5 2016113 70051 TMB337 Teknik Pengeboran & Penggalian 6 2016113 70055 TMB370 Komputasi dan Simulasi Tambang 7 2016113 70057 TMB376 Teknik Penyanggaan Total
IP Semester : 3.06
73.4
3
A-
3.6
10.8
5139
2
A-
3.6
7.2
5140
2
A
4.0
8.0
5161
3
C
2.0
6.0
5158
3
B+
3.3
9.9
5124
3
A-
3.6
10.8
5164
2
B
3.0
6.0
5128
18
IP Semester : 3.26
5153
58.7
Semester : Januari - Juni 2017 1 201621370053 TMB334 Tugas Akhir
5
0.0
0.0
2 201621370062 TMB369 Kerja Praktek
4
0.0
0.0
Total
3 dari 4
0
IP Semester : 0.00
5128
0
Total Mutu
: 496.1
Padang, 13-03-2017
Total SKS
: 145
Kabag. Akademik,
13/03/2017 14:23