Proposal Profil Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas Kelurahan Klender I
July 31, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Proposal Profil Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas Kelurahan Klender I...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi Organization yang baru lahir minimal selama enam bulan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun.1 Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia menganjurkan agar pemberian ASI eksklusif diganti dari empat bulan menjadi enam bulan.2 Di Indonesia, persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan persentase pemberian ASI
eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%.3 Dari beberapa literatur yang kami baca, alasan ibu tidak mau menyusui adalah bukan karena permasalahan ekonomi tetapi karena rasa kurang percaya diri, kekhawatiran bentuk payudara akan rusak akibat menyusui, pemberian susu formula dianggap jauh lebih praktis, dan terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat umum. Adapun faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. Faktor lainyang juga menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan m elakukan inisiasi menyusui dini (IMD). Berdasarkan buku laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit tahun 2014, cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif se Kecamatan Duren Sawit sebanyak 62,08% dan di Kelurahan Pondok Bambu 1 87,41% sedangkan cakupan ASI eksklusif yang terendah terdapat pada puskesmas Kelurahan Klender I yaitu 32,41%. 4 Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mencari tentang bagaimana profil pemberian ASI eksklusif di puskesmas Kelurahan Klender Klender I. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana profil pemberian ASI eksklusif di puskesmas kelurahan klender I ?
C.
Tujuan Penilitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di puskesmas kelurahan klender I
2. Tujuan Khusus a) Diketahui hal-hal yang mendukung pemberian ASI eksklusif di puskesmas kelurahan klender I b) Diketahui hal-hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif di puskesmas kelurahan klender I D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi pelayanan kesehatan Memberikan gambaran tentang profil pemberian ASI eksklusif di puskesmas kelurahan klender I sehingga pihak pelayanan kesehatan bisa memberikan penyuluhan tentang pentingnya pentingnya ASI eksklusif 2. Bagi peneliti Mendapat pengetahuan dan pengalaman di bidang penelitian peneliti an yang berguna untuk tugas yang akan datang 3. Bagi peneliti lain Menambah wawasan dan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya 4. Bagi ibu dan masyarakat Mendapatkan pengetahuan yang baik mengenai pemberian ASI eksklusif kepada anaknya.
E.
Ruang Lingkup Penelitian yang dilakukan adalah mengenai profilpemberian ASI eksklusif di puskesmas kelurahan klender I, penelitian menggunakan metode dekskriptif restrospektif yang datanya di ambil dari pengumpulan hasil kuesioner kepada ibu yang menyusui anaknya usia 0-6 bulan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu
1. Pengertian Air Susu Ibu Dalam Jurnal Chemist dan Druggist menyatakan Departemen Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa seluruh bayi diberikan ASI ekslusif enam bulan pertama kehidupan dan bersama makanan pendamping sampai dua tahun. Menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2009) sesungguhnya yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. 2 Menurut Journal of Pediatric and Child Health 2009, air susu ibu ekslusif adalah air susu yang diberikan melalui payudara ibu tanpa cairan atau makanan padat lainnya kecuali tetes vitamin, suplemen mineral dan obat tetes. Menurut WHO dan UNICEF dianjurkan untuk tidak memberikan makanan dan minuman selain ASI kecuali bila ada indikasi medic. WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI ekslusif pada bayi sebaiknya dari lahir sampai 6 bulan (WHO, 2001). 4
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005). Manfaat dari pemberian ASI eksklusif sangat luar biasa. Bagi bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek perkembangan bayi,
termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. Bagi ibu, memberikan ASI secara eksklusif dapat mengurangi pendarahan pada saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi (Roesli, 2008). Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya ASI Eksklusif merupakan program prioritas pemerintah, karena manfaatnya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 33 tahun 2012 juga menjelaskan kewajiban bagi setiap ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Program ini berkaitan dengan Deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati untuk pencapaian pemberian ASIEksklusif sebesar 80 % pada tahun 2000. Salah satu kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi Kesejahteraan Anak tahun 1990 adalah semua keluarga mengetahui pentingnya mendukung wanita memberikan ASI saja untuk 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak. Untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan
Pemberian
ASI
(PP-ASI)
yang
salah
satu
tujuannya
adalah
untuk
membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai dengan berumur 4 bulan. Pada tahun 2004, sesuai dengan anjuran badan kesehatan dunia (WHO), pemberian ASI Eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan. (KEPMENKES RI NO. 450/MENKES/SK/VI/2004) Menurut WHO-UNICEF pada tahun 2002 dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding menerapkan cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui menyusui anak sampai umur 24 bulan dan mulai umur 6 bulan, bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Data Susenas (2007-2008) cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 0 – 6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2 % (2007) menjadi 56,2 % (2008). Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6 % (2007) menjadi
24,3 % (2008). Sementara jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 % pada 2002 menjadi 27,9 % pada 2003 (Riskesdas, 2010). Masih rendahnya cakupan pemberian ASI antara lain dapat disebabkan beberapa faktor : perubahan sosial budaya, faktor psikologis faktor fisik ibu, faktor kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi PASI, dan penerangan yang salah dari petugas kesehatan. Tidak adanya dukungan dari keluarga, terutama suami dalam memberikan ASI, kekurangtahuan ibu terhadap manfaat pemberian ASI dan rendahnya tingkat pendidikan ibu dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif ini (Seswita, 2005). Menurut penelitian Hartatik Tahun 2010, terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif, kedua faktor tersebut adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan. Beberapa kendala lain yang menjadi faktor penghambat pemberian ASI khususnya eksklusif yaitu gencarnya promosi susu formula baik melalui pendekatan kelembagaan maupun melalui media, bahkan langsung melalui ibu-ibu (Soetjiningsih, 2012). Faktor penghambat lain yaitu kurangnya rasa percaya diri pada ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya, adanya langkah ibu yang terburu-buru memberikan makanan atau susu lain sebelum ASI keluar, perilaku ibu-ibu yang membuang kolostrum karena dilihat kotor dan dianggap membahayakan kesehatan bayinya, dan banyak ibu kembali bekerja setelah cuti kehamilan yang menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara dini sehingga mengganti kedudukan ASI. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan mengingat begitu pentingnya ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi (Ramaiah, 2005). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif tidak semudah yang dibayangkan. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat serta kebiasaan yang turun temurun memberikan MP – ASI ASI (pisang) setelah bayi berumur 2 bulan merupakan kendala besar dalam pemberian ASI secara eksklusif. Selain itu, tenaga kesehatan kes ehatan yang menolong ibu saat melahirkan sering kali memberikan susu formula maupun air gula terlebih dahulu sampai
ibu siap menyusui. Padahal di kode etik tenaga kesehatan telah dijelaskan bahwa tenaga kesehatan harus ikut mendukung program ASI Eksklusif. Faktor lain yang menjadi kendala dalam pemberian ASI Eksklusif adalah tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu tentang ASI. Kedua faktor tersebut dimungkinkan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pemberian ASI Eksklusif. Jika J ika tingkat ti ngkat pendidikan ibu rrendah endah maka pengetahuan ibu tentang ASI juga akan rendah sehingga pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan tidak akan tercapai. Apalagi ditambah dengan ketidaktahuan masyarakat tentang lama pemberian ASI eksklusif yang benar sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah. Bahkan hingga saat ini jangka waktu pemberian ASI yang benar masih menjadi perdebatan di kalangan dunia kesehatan ( Roesli, 2005 ).
Konsep Asi Eksklusif Pengertian
Bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim (Weni Kristiyana sari,S.Kep, 2009 : 23)
Alasan Pemberian Asi Eksklusif
Menurut Prasetyono, 2012 : 27 alasan ASIeksklusif diberikan sampai 6 bulan yaitu: Menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. Menurunkan dan mencegah penyakit non infeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma. Meningkatkan IQ dan EQ.
Menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Memberikan semua energi dan gizi yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahiran. Mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya, seperti diare dan radang paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit Membantu menjarangkan kelahiran Tujuan pemberian ASI eksklusif
Tujuan pemberian ASI eksklusif adalah menurunkan angka kejadian gizi buruk diberbagai propinsi Indonesia. Keadaan gizi buruk pada bayi yang berumur kurang dari 5 bulan tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara baik dan benar oleh karena ASI saja tidak t idak mencukupi seluruh kebutuhan bayi sampai bayi berusia 6 bulan (Rulina, 2004 : 1). Komposisi Gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI dibuat khusus untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI di bedakan dalam 3 stadium yaitu : Kolostrum Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari 1 sampai hari ke 4 pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih, antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih
mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. ASI transisi atau peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta posisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal jika dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama disebut foremilk.Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang
Tabel 2.1 Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI matur
Kolostru ASI Kandungan
m
transisional ASI
matur
(1-3 (peralihan) 3-10 hari Setelah10 hari
hari)
K (kal)
57,0
63,0
65,0
Kolostru ASI m
Kandungan
transisional ASI
matur
(1-3 (peralihan) 3-10 hari Setelah10 hari
hari)
Laktosa (mg/100 ml)
6,5
6,7
7,0
Lemak (mg/100 ml)
2,9
3,6
3,8
Protein (mg/100 ml)
1,195
0,965
1,324
Mineral (mg/100 ml)
0,3
0,3
0,2
335,9
-
119,2
5,9
-
2,9
17,1
-
2,9
Imunoglobulin
(mg/100
ml) Ig A Ig G Ig M Lisosim (mg/100 ml)
14,2-16,4 -
24,3-27,5
Laktoferin
420-520
250-270
-
(Marmi SST, 2012 : 31) Lama Pemberian ASI Eksklusif
Dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan, setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari dari 2 tahun (Roesli Utami, 2005 : 3) Manfaat Pemberian ASI
Manfaat bagi bayi ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi. ba yi. Dengan pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi. Bayi yang diberi ASI memiliki kekebalan lebih daripada bayi yang tidak mendapat ASI. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning. ASI selalu siap ketika bayi membutuhkannya. Mendekatkan hubungan antara ibu dan bayinya. IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI. Manfaat ASI bagi ibu Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra kehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan. Lebih cepat langsing. Resiko terhadap kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah. Menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu. ASI lebih praktis. ASI lebih murah. ASI selalu bebas kuman. Ibu yang menyusui memperoleh manfaat fisik dan emosional. Manfaat ASI bagi keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula. Jika bayi sehat, maka keluarga lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk perawatan kesehatan. Penjarangan kehamilan. Jika bayi sehat, maka menghemat waktu keluarga. Menghemat waktu keluarga, karena ASI selalu siap sedia. Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula, air panas dan lain sebagainya saat bepergian. Manfaat bagi masyarakat dan negara Menghemat devisa negara lantaran tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lain. Bayi sehat membuat negara sehat. Penghamatan paada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit. Memperbaiki kelangsungan hidup anak karena menurunkan angka kematian. ASI merupakan sumber daya yang terus menerus di produksi. (Prasetyono, 2012 : 54) Masalah menyusui pada bayi
Masalah pada bayi Bayi sering menangis Menangis
untuk
bayi
adalah
cara
berkomunikasi
dengan
orang-orang
disekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari penyebabnya dan sebaiknya tidak selalu kurang ASI.
Bayi bingung puting Bingung puting ( Nipple Nipple Confusion) Confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sebaliknya pada menyusu pada botol bayi secara pasif dapat memperoleh susu buatan. Yang menentukan pada susu botol adalah faktor dari si pemberi antara lain kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot. dot. Bayi premature Bayi premature dan dan bayi kecil (berat badan lahir rendah) Bayi kecil, premature kecil, premature atau atau dengan berat badan lahir rendah mempunyai masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering mungkin walau waktu menyusunya pendek-pendek. Bayi kuning (ikterik) Kuning dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering terjadi dan lebih sering kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI cukup. Warna kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia ( hiperbilirubinemia), ), yang dapat terlihat pada kulit dan sklera (putih mala). Pada orang dewasa terlihat kuning bila kadar bilirubin serum mencapai kira-kira 2 mg/100 ml, tetapi pada bayi baru lahir jarang terjadi sebelum mencapai kadar 5 mg/100 ml. untuk mencegah agar warna kuning tidak lebih berat, bayi jelas membutuhkan lebih banyak menyusui, yang harus dilakukan adalah : mulai menyusui dan susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi.
Bayi kembar
Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua makhluk menyusui termasuk manusia, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan msing-masing. Oleh karena itu, semua ibu tanpa kecuali sebenarnya sanggup menyusui bayi kembarnya. Bayi sakit Sebagian kecil dari bayi yang sakit, dengan khusus tidak diperbolehkan mendapatkan makanan peroral, tetapi apabila sudah diperbolehkan maka ASI harus terus diberikan. Bahkan penyakit-penyakit tertentu justru harus diperbanyak diper banyak yaitu minimal 12 kali dalam 24 jam. Misalnya pada diare, pnumonia, TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah menghisap, maka ASI peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nosogastrik. Bayi sumbing (dari celah palatum atau langit-langit) Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar. Bila sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) ataupun bila termasuk pallatum pallatum durum (langit-langit keras), bayi dengan posisi tertentu masih dapat menyusu durum tanpa kesulitan.
Bayi dengan lidah pendek (lingual ( lingual frenulum) frenulum) Keadaan seperti ini jarang terjadi yaitu bayi mempunyai lingual frenulum (jaringan ikat penghalang lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan optimal.
Bayi yang memerlukan perawatan Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibunya, sebaiknya bila ada fasilitas ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan, seandainya hal ini tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan dalam lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit didalam termos es. Perlu diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar lebih dahulu diperah dapat diberikan terlebih dahulu. ( Weni Kristiyansari,S.Kep, 2009 : 63 ). Masalah pada ibu Puting susu nyeri atau lecet Sekitar 57% dari ibu yang menyusui pernah menderita kelecetan pada puttingnya. Penyebabnya yaitu kesalahan dalam teknik menyusui, moniliasis moniliasis pada pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu, akibat pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, keadaan bayi dengan tali lidah ( frenulum frenulum lingue) lingue) pendek sehingga sulit menghisap, rasa nyeri bila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati. Payudara bengkak Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan. Saluran susu tersumbat
Penyebabnya adalah tekanan jari ibu waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, komplikasi payudara bengkak yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Mastitis Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya yaitu payudara bengkak yang tidak disusun secara adekuat, puting lecet memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak, BH yang terlalu ketat, ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terkena infeksi. Abses payudara Abses payudara merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis, gejalanya adalah ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan lunak berisi nanah. ( Ari Sulistyowati, 2009 : 32 ) Budaya Pemberian Asi
Kebudayaan adalah tradisi atau kebiasaan meliputi tingkah laku ibu yang memiliki bayi, yaitu : Pengaruh positif Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinaan ini hendaknya dapat didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi bagi ibu hamil, pentingnya pemeliharaan payudara ibu sebelum melahirkan, untuk mempersiapkan ASI bagi bayinya. Kepercayaan minum “wejah” (sejenis minuman dari da ri daun-daunan tertentu seperti di jawa dari daun katup) dengan keyakinan bahwa ASI akan banyak keluar. Apabila
hal ini diyakini maka akan memberikan dorongan pada ibu untuk selalu berusaha memberikan ASI kepada anaknya. Kepercayaan bahwa, apabila ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci bagian payudara dari sekitar puting yang berwarna coklat disebabkan karena ibu yang bepergian bisa mendapat “angin jahat” atau sawan, makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa menyusui harus dalam keadaan bersih termasuk pemeliharaan kebersihan payudara. ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia. Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI harus diberikan kepada bayi bukan dibuang. Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dari ibunya, mendekatkan hubungan batin antara ibu dengan bayinya. Disamping itu juga merangsang keluarnya ASI sesegera mungkin pada waktu baru lahir dan memberikan ASI sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan. membutuhkan. (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2005 : 27-29) Pengaruh negatif Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari ASI setelah melahirakan) karena kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya kekuning-kuningan. Menurut para ahli,kolostrum ini memberikan khasiat untuk kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit. Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi baru lahir atau bayi berusia beberapa hari dengan anggapan bahwa pemberian akanan tambahan bagi bayi tidak hanya memenuhi kebutuhan biologisnya semata, tetapi t etapi juga mengandung makna simbolis. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan atau minuman lain selain ASI, akan menyebabkan
bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI disamping itu, bayi menjadi malas menyusu karena sudah mendapatkan minuman atau makanan tersebut. Beberapa tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnyaa tidak dimakan oleh ibu yang sedang menyusu seperti ikan dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak tepat karena ikan mengandung banyak protein dan tidak akan mempengaruhi rasa pada ASI. (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2005 : 27-29).
Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti PNS, petani, pedagang. Di kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja di kantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka. Dengan adanya susu formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak, dan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama anak a nak (Dwi Sunar, 2009)
Pekerjaan adalah perubahan melakukan suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil dalam hal pencarian nafkah. Jenis dan lapangan pekerjaan berhubungan erat dengan status ekonomi individu, keluarga, dan masyarakat (Chandra, 2008)
Penghasilan
Penghasilan adalah pendapat keluarga perbulan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Pada saat ini kebutuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam keluarga sehingga tidak
hanya suami yang harus bekerja, tetapi istripun i stripun membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga banyak wanita yang bekerja diluar rumah. Wanita diperkotaan bekerja di sector formal maupun informal. Pada kondisi tersebut menyulitkan untuk tetap menyusui bayinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh purnamawati (2003) yang menunjukkan bahwa pada sosial ekonomi rendah memiliki peluang 4,6 kali memberikan ASI disbanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi (Ridwan, 2010)
Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa faktor sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap – tiap etnis di Indonesia yang berbeda – beda, karena memang masing – masing etnis mempunya budaya yang berneda dan khas (Notoadmodjo, 2005) Notoatmodjo (2005) menjelaskan, kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Dari berbagai definisi kebudayaan dapat diperoleh pengertian kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kegiatan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya kesemuanya ditunjukkan untuk membantu membantu manusia dalam melansungkan kehidupan bermasyarakat ( Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009 ).
Faktor yang mempengaruhi budaya adalah :
Kebiasaan
Kebiasaan adalah pengalaman seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar seperti lingkungan yang diketahui dipersepsikan sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak dan diwujudkan dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2005 ).
Kebiasaan adalah proses peniruan (mimesis) yang yang dilakukan oleh seseorang dari orang lain yang terjadi dalam masyarakat ( Brata, 2006 ).
Kebiasaan merupakan kumpulan petunjuk hidup mengenai perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang yang sama (Laning, 2007 2007 ).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah :
a)
Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini hendaknya
dapat didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi dan seimbang bagi ibu hamil dan menyusui, pentingnya memelihara payudara ibu sebelum melahirkan untuk persiapan ASI bagi bayinya
b)
Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dan ibunya mendekatkan hubungan batin bati n
antara ibu dan bayi. Disamping itu juga meransang keluarnya ASI sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan (Judwanto, 2006)
Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah :
a)
Kebiasaan membuang kolostrom, karena kolostrom dianggap kotor disebabkan karena
warnanya kekuning-kuningan.
b)
Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu ba bayi yi
berusia beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan/minuman lain selain
ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. Selain itu bayi akan menjadi malas menyusu karena sudah mendapat makanan/minuman terlebih dahulu. Dan yang lebih penting juga dapat mengakibatkan penyakit seperti diare ataupun penyakit infeksi lainnya.
c)
Kebiasaan memberikan susu sapi/formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditinggal
ibunya atau bayi rewel.
d)
Kebiasaan memberikan susu formula dengan menggunakan botol susu agar tidak
merepotkan ibu.
e)
Kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum usia 6 bulan agar bayi
cepat kenyang dan tidak rewel. f)
Meninggalkan bayi untuk bekerja sehingga memberikan susu botol sebagai pengganti
ASI (Judarwanto, 2006).
Kepercayaan
Fishbein dan azjen (1995) (1995) menyebutkan pengertian pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata kata “belief” yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek.
Kepercayaan adalah akuan akan benarnya terhadap suatu perkara. Biasanya seorang yang menaruh kepercayaan ke atas sesuatu perkara itu akan disertai oleh perasaan “pasti” atau kepastian terhadap perkara yang berkenaan. Kepercayaan dalam kontek psikologi bermaksud
suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan sikap bekedudukan memihak (propositional attitude). attitude ). Kepercayaan senantiasa melibatkan penekanan, penuntutan dan jangkaan daripada seorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin mungkin sahih, dan mungkin palsu secara obyektif, tapi bagi indivudu yang berkenaan itu adalah sahih (Wikipedia Bahasa Melayu, 2008).
Kepercayaan adalah suatu unsur yang sifatnya universal dalam persepsi religi/kepercayaan, antara lain kepercayaan akan kekuatan gaib yang lebih tinggi dari derajad manusia, berbagai hal yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatankekuatan tersebut (Mulyadi, 2000).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah :
a)
Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan tertentu) dengan
keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak ban yak keluar.
b)
Kepercayaan bahwa ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci payudara sekitar sekita r
puting yang berwarna coklat disebabkan karena ibu yang bepergian bisa mendapat mendapat “angin jahat“ maknanya adalah menyusui harus dalam keadaan bersih termasuk pemeliharaan
kebersihan payudara. c)
ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia.
Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI harus diberikan kepada ba bayi yi bukan untuk dibuang (Arisman, 2007)
Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah :
a)
Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh
ibu yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi, dll, dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi ba yi tidak menyukainya.
b)
Kepercayaan untuk memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara
dalam agama (Abdurrahman, 2002).
c)
Kepercayaan untuk memberikan makanan pada bayi umur beberapa hari dengan cara
dibiarkan dalam beberapa lama untuk diberikan kepada bayi dengan tujuan mendapat berkah.
d)
Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan payudara (
Judarwanto, 2006).
e)
Kepercayaan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil (Arisman,
2007).
2.1.1. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi mempengaruhi pemberian pemberian ASI antara antara lain;
1)
Ketidaktahuan tentang pentingnya ASI, cara menyusui, menyusui, perlekatan yang yang benar.
2)
Kurang memahami penatalaksanaan laktasi
Mengenal manajemen laktasi yang penatalaksanaanya dimulai sejak masa kehamilan, lalu pada masa bayi lahir sampai berusia 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
3)
Kebiasaan memberikan prelacteal feeding yakni memberikan makanan atau minuman
kepada bayi sebelum ASI keluar antara lain: air kelapa, air tajin, madu, susu formula, pisang dan lain-lain.
4)
Kepercayaan atau keyakinan sebagai akibat pemberian ASI atau maakanan tambahan
lain termasuk keyakinan berdasarkan agama atau kepercayaan keperca yaan lain (tahayul).
5)
Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu formula mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
6)
Ibu bekerja, pemberian susu sapi adalah salah satu jalan keluar untuk memberikan
makanan pada bayi yang ditinggalkan dirumah. 7)
Faktor psikologis ibu sehingga adanya kepercayaan merasa ASI kurang,
kecemasan/stress, takut bentuk payudara rusak, badan menjadi gemuk, dll.
8)
Kurang motivasi keluarga/suami, petugas kesehatan termasuk instistusi yang
mempekerjai perempuan untuk menyusui men yusui (Yudhoyono, 2007).
Menurut Maas (2004), walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang terjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Di samping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat Tanjung Pura ibu yang
menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui untuk mengkonsumsi telur.
Pada beberapa masyarakat tradisonal Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang
terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modren. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modren atau medis dianjurkan selama 2 tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya sesudah bayii bayii berumur 4 tahun.
B. Anatomi Payudara Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara payudara laki-laki dan payudara perempuan mempunyai perbedaan fungsi.Payudara yang matang merupakan salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari seorang gadis dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka payudara menjadi sumber utama dari kehidupan.Kelenjar payudara menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Secara vertical payudara terletak di antara costa II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea axillaris medialis. Ukuran diameter payudara berkisar antara 10-12 cm, dan ketebalan antara 5-7 cm. kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor, sebagian kecil serratus anterior dan obliqus externa. Bentuk dan ukuran payudara setiap perempuan bervariasi pada saat belum pubertas, saat pubertas, adolesen, dewasa, men menyusui, yusui, dan multipara.Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah setel ah menopause.Pembesaran payudara disebabkan oleh pertumbuhan stroma str oma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Di samping itu juga ada perbedaan antara warna, bentuk dan luas kalang payudara (areola (a reola mammae) serta lokasi dan bentuk putting. Kalang payudara (areola mammae) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan. Pada wanita
yang kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap. Pada daerah kalang payudara (areola mammae) terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak Montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang akan melicinkan kalang payudara (areola mammae) selama menyusui. Di bawah kalang payudara (areola mammae) terdapat ductus lactiferous yang merupakan tempat penampungan air susu. Luas kalang payudara (areola mammae) bisa 1/3 – 1/3 – ½ ½ dari payudara. Putting susu terletak setinggi intercostal IV, tetapi karena adanya variasi bentuk dan ukuran payudara pa yudara maka letak puting susu dapat bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari ductus lactiferus, ujungujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka ductus lactiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu kontraksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masingmasing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem ductus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut ductus lactiferus. Di daerah areola mammae ductus lactiferus ini akan melebar membentuk sinus lactiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya ductus lactiferus terus bercabang-cabang menjadi ductus dan ductulus.Tiap-tiap
ductulus
yang
pada
perjalanan
selanjutnya
disusun
oleh
sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari ductulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepithelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli. C. Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu Air susu ibu dibentuk di sel epitel yang dikeluarkan ke dalam lumen alveolus, kemudian dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting payudara. pa yudara. Proses terjadinya pengeluaran air susu ibu dimulai atau dirangsang oleh hisapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Saat bayi menghisap puting payudara ibu akan merangsang nervus vagus untuk mengirim sinyal ke hipotalamus. Dari hipotalamus memberikan sinyal ke hipofisis anterior untuk mensekresikan hormon prolaktin. Hormon prolaktin ini akan merangsang sel asiner di alveolus
kelenjar payudara yang berfungsi untuk membentuk air susu ibu. Proses ini disebut refleks
prolaktin.
Bersamaan
dengan
pembentukan
hormon
prolaktin
oleh
adenohipofise, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi dari hipotalamus juga dikirimkan ke neurohipofise (hipofise posterior) untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan merangsang sel mioepithelium yang ada di alveolus payudara untuk berkontraksi mengeluarkan air susu masuk ke ductus menuju puting payudara. Proses ini disebut penyemprotan penyemprotan susu (milk ejection reflex). D. Komposisi Air Susu Ibu a. Laktosa Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa.Di dalam usus halus laktosa dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase.Produksi enzim lactase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, namun enzim lactase ini juga terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, di mana laktosa akan difermentasi oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu lactobacillus. Bakteri ini akan menciptakan keadaan asam dalam usus yang akan menekan pertumbuhan kuman patogen pada usus dan meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor. b. Colostrum Colostrum ini berupa cairan kekuningan yang dikeluarkan payudara selama hari kedua sampai empat sesudah persalinan.Colostrum dikeluarkan setiap hari dalam jumlah yang sedikit 150-300 ml/24jam.Dibandingkan dengan ASI colostrum ini mengandung protein yang lebih banyak tetapi mengandung sedikit lemak dan laktosa.Selain itu, colostrum juga mengandung carotein dan vitamin A. Perubahan colostrum menjadi ASI berlangsung kurang lebih 2-3 2 -3 minggu. c.
Protein Protein terdiri dari Casein (protein yang sulit dicerna) dan Whey (protein yang mudah dicerna).ASI lebih banyak mengandung whey dari pada casein sehingga protein ASI lebih mudah dicerna. Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan casein 30% dengan variasi komposisi whey : casein adalah 90:10 pada hari keempat sampai sepuluh setelah melahirkan, 60 : 40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai ke-240) dan 50 : 50 setelah hari ke-240.
d.
Immunoglobulin Terdapat antibodi, yaitu IgA sekretorik (SigA), IgE, IgM, IgG.Dari semua immunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SigA.IgA sekretorik merupakan
jenis antibodi khusus yang banyak terdapat dalam ASI.Antibodi ini di dalam ASI dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan dapat membuat lapisan pada mukosa saluran pencernaan bayi sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus. e.
Lemak Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak, atau kurang lebih 40g/L. Asam lemak yang terkandung pada ASI kaya akan asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam alfa linoleat. Trigliserida adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97% - 98%. ASI sangat kaya akan lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh tetapi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan otak. Asam lemak esensial itu adalah asam linoleat 8-17%, asam alfa linoleat 0,5-1% dan asam arakidonat 0,50,7% dan asam dokosaheksaboat (DHA) 0,2-0,5%. Bayi mendapatkan kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak.
f.
Mukus Sebagian dari komponen ASI mengandung mukus yang berfungsi untuk menempel pada mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen, sehingga mencegah melekat dan menembus mukosa usus.
g.
Lactoferin Laktoferin merupakan suatu konstituen ASI berupa protein yang berikatan dengan zat besi.Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat menghambat
pertumbuhan
kuman
yang
memerlukan
zat
besi
untuk
pertumbuhannya, yaitu staphylococcus, E. coli, entamoeba histolytica.Laktoferin juga menghambat pertumbuhan candida candida albican. h. Faktor bifidus Faktor bifidus ini adalah konstituen ASI yang berfungsi membantu multiplikasi dari mikroorganisme nonpatogen yaitu lactobacillus bifidus di saluran pencernaan bayi.Pertumbuhan
bakteri
nonpatogen
ini
membantu
untuk
mendesak
pertumbuhan bakteri yang patogen.Lactobacillus bifidus merupakan koloni kuman yang mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat.Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan
dari
mikroorganisme
menyebabkan diare pada bayi.
patogen
seperti
E.coli
yang
dapat
i.
Imunitas Seluler ASI mengandung banyak sel imun (limfosit T, limfosit B, makrofag, leukosit, neutrofil) yang menghasilkan antibodi dan menghancurkan mikroorganisme patogen. Sebagian besar (90%) ASI banyak terdapat makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin.
j.
Lisozim Lisozim merupakan enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakterisidal) dan antiinflamasi, bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menghancurkan bakteri E. Coli dan sebagian family famil y Salmonella, juga mengurangi insidensi karies dentis dan maloklusi.
k. Komplemen C3 dan C4 Berfungsi untuk daya opsonik, anafilaktoksik, kemotaktik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang terdapat pada ASI. E. Manfaat Air Susu Ibu a.
Manfaat ASI untuk bayi 1. Komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi 2. Mengandung zat protektif 3. Mempunyai efek psikologis 4. Mengupayakan pertumbuhan bayi yang baik 5. Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi
b.
Manfaat ASI untuk ibu 1. Mencegah perdarahan pasca persalinan 2. Mempercepat pengecilan kandungan 3. Mengurangi anemia 4. Dapat digunakan sebagai metode KB sementara 5. Mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker payudara 6. Mempercepat kembali ke berat badan semula
c.
Manfaat ASI untuk Negara 1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak 2. Mengurangi subsidi kesehatan 3. Menghemat devisa untuk membeli susu formula 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFIISI OPERASIONAL A. Kerangka Teori
Manfaat pemberian ASI eksklusif: 1. 2. 3. 4.
Bagi bayi Bagi ibu Bagi keluarga Ba i mas arakat dan ne ara
Tujuan pemberian ASI eksklusif untuk menurunkan angka kejadian gizi buruk di indonesia
ASI eksklusif
Komposisi ASI eksklusif: 1. Kolostrum 2. Laktosa 3. Protein 4. Immunoglobulin 5. Lemak 6. Mucus 7. Lactoferin 8. Faktor bifidus 9. Imunitas seluler 10. Lisozim 11. Komplemen C3 dan C4
Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif: 1. Budaya ( kebiasaan dan B. Kerangka Konsep kepercayaan) 2. Pekerjaan
Masalah dalam pemberian ASI eksklusif: 1. Bayi 2. Ibu
C. Definisi Operasional 1. Pengetahuan Ibu : Pengetahuan wanita yang sedang dalam menyusui tentang ASI eksklusif seperti definisi ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan lain-lain 2. Karakterist Karakteristik ik Ibu: Keadaan demografi Ibu yang mencakup usia Ibu, pendidikan Ibu, pekerjaan Ibu, dan jumlah anak 3. Praktik Pemberian ASI: mencakup tentang pemberian ASI eksklusif, frekuensi pemberian ASI, ASI, durasi pemberian pemberian ASI, waktu antara pemberian pemberian ASI
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam oenelitian ini adalah penelitian Dekskriptif Retrospektif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaukan pada bulan agustus 2015. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di puskesmas kelurahan klender I. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti. Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang sedang dalam masa menyusui dan bayinya berusia 0-6 bulan. 2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian, teknik oenarikan samoel yang digunakan adalah teknik consecutive sampling yaitu penarikan sampel berdasarka kriteria-kriteria yang telah di tetapkan. Sampel yang diambil pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu : a. Kriteria Eksklusi: - Ibu yang memiliki penyakit yang tidak memungkinkan untuk menyusui - Ibu yang memiliki penyakit bawaan lahir b. Krtiteria Inklusi: - Bersedia mengikuti penelitian - Ibu yang sedang dalam masa menyusui - Bayi yang berusia 0-6 bulan Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan dengan teknik ? D. Teknik Pengumpulan Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan jenis data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber data. Data primer penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner. E. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden akan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Guiding Principles on Feeding Nonbreastfed Children 6 to 24 Months of Age. Age . Geneva: World Health Organization.2005. 2. Ministry of Health (MOH) [Indonesia]. Balanced [Indonesia]. Balanced Nutrition for Under Five Healthy Living Children. Jakarta, Indonesia: MOH.2003 3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2013. (diunduh 18 Agustus 2015) Tersedia dari http :// www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHAT www.depkes.go.id/do wnloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIIA_2013 AN_INDONESIIA_2013.pdf .pdf 4. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2014. Suku Dinas Kesehatan Masyarakan Kota Administrasi Jakarta Timur. Jogjakarta: gjakarta: DIVA Press 5. Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jo
6. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf
View more...
Comments