Proposal Olahraga Model Project Based Learning (PBL) Service Bulutangkis
August 23, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Proposal Olahraga Model Project Based Learning (PBL) Service Bulutangkis...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena keterampilan turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Keterampilan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini yaitu dalam belajar teknik service pada permainan bulutangkis. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, perlu menguasai teknik dasar permainannya. Teknik dasar permainan bulu tangkis yang harus dikuasai mulai dari cara memegang raket ( grip), pergerakan kaki ( footwork ) hingga beragam teknik pukulan seperti service, smash, dropshot , clear atau lob, drive. Banyak teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis, terutama untuk pemain pemula. Salah satunya adalah pukulan service. Teknik dasar tersebut merupakan dasar yang harus dikuasai di samping teknik lainnya. Teknik
service merupakan
pukulan
pembuka
permainan
dalam
bulutangkis. Service terdiri dari service pendek dan service panjang yang pada pelaksanaannya bukan asal memukul shuttlecock , melainkan harus dapat menempatkannya pada bidang yang kiranya tidak akan menjadi bumerang bagi server, seperti shuttlecock terlalu tinggi sehingga dengan mudah di smash oleh
1
2
lawan. Jika kemungkinan itu terjadi, maka yang harus diantisipasi adalah kewaspadaan untuk bergerak ke segala arah kemana shuttlecock itu itu dikembalikan. Dalam aturan permainan bulutangkis, service merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata lain, seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan service dengan baik. Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis service, yaitu service pendek, service tinggi, dan flick atau atau service setengah tinggi. Namun kenyataannya, apa yang penulis harapkan siswa dapat menguasai teknik service dengan baik dan benar, ternyata tidak sesuai dengan yang penulis inginkan, siswa masih kesulitan dalam menguasai teknik service, seperti melakukan ayunan yang terlalu lemah sehingga shuttlecock menyangkut ke net, kemudian cara memegang raket yang salah, selain itu ketika belajar teknik service banyak siswa yang tidak serius, lebih senang main-main, banyak yang hanya duduk berdiam diri dan mengobrol dipinggir lapangan dan tidak menghiraukan guru yang sedang mengajar. Terlihat semangat siswa dalam menguasai teknik service sangat rendah.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas, maka perlu upaya dalam meningkatkan keterampilan teknik service, salah satunya yang akan coba penulis kembangkan dalam penelitian ini yaitu menggunakan model pembelajaran project based learning (PBL).
Model pembelajaran project based learning (PBL), adalah proses pembelajaran berdasarkan proyek atau tugas yang harus diselesaikan. Adapun langkah-langkah itu adalah; (1) menentukan pertanyaan dasar; (2) membuat
3
desain proyek; (3) menyusun penjadwalan; (4) memonitor kemajuan proyek; (5) penilaian hasil; (6) evaluasi pengalaman. Model pembelajaran project based learning (PBL) selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas) 1. Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka. Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terakhir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam Project based learning yang telah mereka
1
Darmawan. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. (Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2012) h. 17
4
lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi. Berdasarkan uraian penjelasan di atas, melalui model pembelajaran Project based learning (PBL) ini diharapkan akan mampu meningkatkan
keterampilan siswa dalam permainan bulutangkis terutama dalam keterampilan service siswa di SMA 1 Cianjur. Adapun judul yang akan coba penulis ambil
dalam penelitian ini adalah ” Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) Terhadap Keterampilan Service Dalam Permainan Bulutangkis Di SMA 1 Cianjur ”
B. Identifikasi Masalah
Jika dilihat dari pembahasan pada latar belakang diatas, maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran service bulutangkis masih kurang, hal ini disebabkan karena guru lebih condong menggunakan metode ceramah pada saat kegiatan belajar mengajar. 2. Prestasi belajar siswa dalam materi service yang masih rendah. 3. Siswa masih kesulitan dalam menguasai teknik service, 4. Ketika belajar teknik service banyak siswa yang tidak serius, lebih senang main-main, banyak yang hanya duduk berdiam diri dan mengobrol dipinggir lapangan dan tidak menghiraukan guru yang sedang mengajar. 5. Terlihat semangat siswa dalam menguasai teknik service sangat rendah
5
6. Belum diketahui efektivitas dari model pembelajaran project based learning (PBL) terhadap keterampilan service dalam permainan bulutangkis di SMA 1 Cianjur
C. Pembatasan Penelitian
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari maksud serta sasaran dari penelitian, serta untuk memudahkan dalam proses penelitian yang dilaksanakan, maka proses penelitian haruslah bersifat kompleks artinya terdapat ruang lingkup penelitian yang serba lengkap dan jelas. Adapun ruang lingkup penelitian ini berdasarkan pada batasan masalah yang penulis susun dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Aspek yang diteliti dan merupakan variabel penelitian adalah : a. Model pembelajaran Project based learning (PBL) (variabel bebas). b. Keterampilan teknik service (variabel terikat). 2. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. 3. Populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X A di SMA 1 Cianjur yang berjumlah 32 siswa. Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas X A di SMA 1 Cianjur yang berjumlah 32 siswa. Penentuan sampel menggunakan teknik total sampling, artinya sampel yang diambil berdasarkan jumlah keseluruhan populasinya yaitu seluruh jumlah siswa kelas X A di SMA 1 Cianjur yang berjumlah 32 siswa
6
D. Perumusan Masalah
Dengan pemahaman pada latar belakang masalah di atas, maka selanjutnya penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
”Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran project
based learning
(PBL) terhadap keterampilan teknik service dalam permainan bulutangkis siswa di SMA 1 Cianjur?”
E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilaksanakan selanjutnya dapat diambil kegunaannya. Adapun beberapa kegunaan yang dapat diambil di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan keterampilan siswa melalui penggunaan modelmodel pembelajaran yang tepat yang diberikan oleh guru. 2. Bagi guru pendidikan jasmani, dapat dijadikan suatu upaya dalam meningkatkan keterampilan siswa khususnya pembelajaran service dalam permainan bulutangkis melalui model pembelajaran project based learning (PBL). 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai permasalahan tentang upaya peningkatan keterampilan teknik service dalam permainan bulutangkis melalui model pembelajaran project based learning (PBL) untuk dikaji pada penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 2.1 Bulutangkis
Bulutangkis yang dahulu dikenal dengan istilah badminton merupakan permainan yang cukup memasyarakat di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan hampir setiap daerah di pelosok tanah air memiliki lapangan bulutangkis atau dengan telah menjamurnya GOR bulutangkis di mana-mana. Orang-orang senantiasa memainkannya baik untuk kesehatan, rekreasi maupun prestasi.
Permain bulutangkis merupakan jenis olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket sebagai alat pemukul, shuttlecock sebagai obyek yang dipukul, dan berbagai keterampilan, mulai keterampilan dasar hingga keterampilan yang paling kompleks2. Tujuan dari permainan bulutangkis adalah memperoleh angka dan kemenangan dengan cara berusaha menyebrangkan dan menjatuhkan shuttlecock di daerah permaian lawan. Tujuan dari permain bulutangkis ini adalah memperoleh
angka
dan
kemenangan
dengan
cara
menyebrangkan
dan
menjatuhkan shuttlecock di bidang permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock atau menjatuhkannya di daerah permainan sendiri3. Permainan ini dianggap sebagai salah satu olahraga lapangan yang paling cepat dan paling terkenal di dunia, karena itu berhasil menyedot minat berbagai
2 3 Subarjah
& Hidayat Bulutangkis. Bandung : Depdikbud (2012:30) Ibid., Ibid., h. 31
7
8
kalangan tanpa dibatasi oleh kelompok umur, kelompok sosial ekonomi maupun jenis kelamin. Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa olahraga bulutangkis merupakan salah satu olahraga permainan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih yang terdiri dari berbagai nomor yaitu tunggal, ganda dan campuran yang menggunakan raket sebagai alat untuk memukul dan shuttlecock sebagai sebagai objek untuk dipukul yang dimainkan di arena lapangan empat
persegi panjang yang datar dengan ukuran lebar 6,10 m dan panjang 13,40 m dengan dibatasi oleh jaring (net) setinggi 1,55 m, yang bertujuan memperoleh angka dan kemenangan dengan cara menyebrangkan dan menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan. Sifat permainan bulutangkis adalah dimainkan di area empat persegi panjang yang datar dengan lebar 6,10 m dan panjang 13,40 m. Sebuah net (jaring) dari tali setinggi kira-kira 1,55 m dipasang di tengah-tengah, sehingga lapangan terbagi menjadi dua bagian yang sama besar. Area bulutangkis dibatasi pada masing-masing sisinya oleh dua garis pinggir ( side lines). Garis-garis pinggir ini merupakan pembeda untuk permainan single , ganda dan campuran. Garis pada bagian belakang masing-masing lapangan tersebut garis batas belakang (back line). Garis-garis ini merupakan batas permainan terjauh dalam tunggal dan ganda. Adapaun garis yang berada di depan setengah kaki jauhnya dari net disebut garis servis pendek (short service line) untuk tunggal dan ganda dan garis tengah yang memanjang dari pertengahan garis belakang ke tengah-tengah garis service
9
pendek membagi dua kedua bidang servis. Setiap shuttlecock yang jatuh diatas garis pinggir, garis belakang atau garis servis dianggap masuk dan sah. Prinsip dasar permainan bulutangkis adalah satu kali memukul shuttlecock sebelum jatuh di daerah lapangan sendiri dengan cara memukul atau mengembalikan shuttlecock ke daerah lawan dengan melintasi net, baik dipukul dengan keras atau pelan untuk memaksa lawannya bergerak atau lari dilapangannya. Adapun tujuan dasar permainan bulutangkis adalah mendapatkan angka 21 atau sebanyak-banyaknya 30 angka untuk nomor tunggal putera, tunggal puteri, ganda putera, ganda puteri dan dan ganda campuran.
Gambar 2.1 Gambar lapangan bulutangkis Shuttlecock harus harus mempunyai 16 lembar bulu yang ditancapkan pada dasar
kock atau gabus yang dilapisi kain atau kulit. Panjang bulu kock antara 64-70 mm. Pinggiran bulu-bulu kock mempunyai lingkaran dengan diameter 58-68 mm. Sedangkan gabus berbentuk bulat bagian bawahnya dengan diameter 25 mm. Berat kock berkisar antara 4,74-5,50 gram.
10
2.2. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis
Apabila ingin menjadi pemain bulutangkis yang baik dan berprestasi, maka harus menguasai bermacam-macam teknik pukulan dengan benar. Oleh karena itu, untuk menjadi pemain yang baik mempunyai keharusan untuk berlatih tekun, disiplin, dan terarah di bawah bimbingan pelatih yang berkualifikasi baik, dapat menguasai
berbagai teknik pukulan dan teknik dasar bermain bermain bulutangkis bulutangkis
secara benar. Secara
umum
keterampilan
dasar
permainan
bulutangkis
dapat
dikelompokan kedalam empat bagian yaitu (1) cara memegang raket ( Grips), (2) Sikap siap (Stand atau ready position), (3) gerakan kaki (Footwork ), ), (4) gerak memukul (Strokes)4. Teknik-teknik dasar dalam bulutangkis terbagi manjadi (1) Serve (clear dan drop), (2) Sidearm (drive, clear dan smash), (3) Overhead Forehand (clear dan drop), (4) Round the head (clear, drop dan smash), (5) Overhead backhand ( (clear , drop dan smash)5.
Jenis-jenis pukulan dalam bulutangkis dapat dikelompokan menjadi 5 macam yaitu :
(a) Pukulan servis. Pukulan servis dapat dilakukan dengan 2 cara antara lain, pukulan service rendah (shout service), pukulan servis lob tinggi (high lob service). (b) Pukulan lob (clear ). ). Lob sebenarnya merupakan pukulan utama di dalam permainan singel, dimana bola yang yang dalam (jauh ke belakang) dan memaksa lawan bertindak dari belakang, hingga pukulan yang dihasilkannya kurang membahayakan. Pukulan lob dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu lob tinggi kebelakang ( devensive lob), lob serang (attacking lob), backhand lob atau overhead backhand flick lob . 4
Subarjah & Hidayat. Bulutangkis. (Bandung : Depdikbud. 2012) h. 31
5
Bulutangkis. (Bandung: Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Nurdiansyah, Buku Pintar Bulutangkis. Pendidikan Indonesia . 2013) h. 17
11
(c) Pukulan smash. Pukulan smash merupakan pukulan tercepat dan terkuat, dimana bola dipukul dengan kuat dan dihujamkan ke bawah di daerah-daerah yang kosong atau mengarah ke badan lawan. Smash ini dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, namun backhand overhead smash umumnya lebih sulit hingga diperlukan di dekat net atau sesekali dari belakang untuk mengejutkan lawan. Drop shout. (d) Drop shot adalah pukulan yang mengarahkan satelkok untuk dapat jatuh sedekat mungkin dekat net. Biasanya pukulan ini dilakukan dari belakang dengan menggunakan menggunakan teknik pukulan overhead. (e) Drive. Drive adalah pukulan mendatar dan cepat yang bolanya nyaris menyentuh net. Bola dipukul antara setinggi pinggang dan bahu, bahkan kadang-kadang lebih tinggi dari bahu hingga seperti pukulan smash6. Berdasarkan kutipan tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa teknik dasar permainan bulutangkis demikian kompleks. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis hanya mengkaji teknik pukulan yang dilakukan dengan teknik pukulan service. Teknik pukulan yaitu salah satu jenis pukulan yang bertujuan untuk menempatkan shuttlecock di bagian belakang pada bidang lapangan lawan. Di samping itu kegunaan pukulan yaitu untuk untuk menguras menguras tenaga lawan, karena lawan harus dapat menjangkau bola-bola atas dengan cara terlebih dulu mundur atau melangkah ke bagian belakang lapangan sendiri. Adapun teknik pukulan dapat dilakukan dengan teknik backhand maupun forehand , tergantung arah shuttlecock dan dan posisi pemain.
2.3. Service
Pukulan servis adalah Pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal dan bertujuan sebagai
pembuka permainan yang merupakan salah satu pukulan yang penting dalam
6
Poole, Belajar Bulutangkis Bulutangkis. (Bandung : CV. Pionir Jaya, 2012) h. 20
12
permainan bulutangkis7. Dalam aturan permainan bulutangkis, servis merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata lain, seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan servis dengan baik. Namun, banyak pelatih, juga pemain tidak memberikan perhatian khusus untuk melatih dan menguasai teknik dasar ini. Oleh karena itu, sikap tersebut merupakan kekeliruan besar. Kita mengetahui bahwa angka/poin dalam permainan bulutangkis tidak akan tercipta, te rcipta, apabila pemain tidak mahir melakukan me lakukan servis dengan benar. Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis servis, yaitu servis pendek, servis tinggi, dan flick atau servis setengah tinggi. Namun, biasanya servis digabungkan ke dalam jenis atau bentuk yaitu servis forehand dan backhand. Masing-masing jenis ini bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan di lapangan. a. Servis Forehand Pendek Pendek
Tujuan servis pendek ini untuk memaksa lawan agar tidak bisa melakukan
▪
serangan. Selain itu lawan dipaksa berada dalam posisi bertahan.
Variasi arah dan sasaran servis pendek ini dapat dilatih secara serius dan
▪
sistematis.
Kok harus dipukul dengan ayunan raket yang relatif pendek.
▪
7
Bulutangkis. (Bandung: Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Nurdiansyah, Buku Pintar Bulutangkis. Pendidikan Indonesia . 2013) h. 21
13
Pada saat perkenaan dengan kepala (daun) raket dan kok, siku dalam keadaan
▪
bengkok, untuk menghindari penggunaan tenaga pergelangan tangan, dan perhatikan peralihan titik berat badan siswa.
Cara latihannya adalah menggunakan sejumlah kok dan dilakukan secara
▪
berulang-ulang. b. Servis Forehand Tinggi Tinggi
Jenis servis ini terutama digunakan dalam permainan tunggal.
▪
Kok harus dipukul dengan menggunakan tenaga penuh agar kok melayang
▪
tinggi dan jatuh tegak lurus di bagian belakang garis lapangan lawan. ▪
Saat memukul kok, kedua kaki terbuka selebar pinggul dan kedua telapak kaki senantiasa kontak dengan lantai.
Perhatikan gerakan ayunan raket. Ke belakang, ke depan dan setelah
▪
melakukan pukulan, harus dilakukan dengan sempurna serta diikuti gerak peralihan titik berat badan dari kaki belakang kekaki depan yang harus be langsung kontinu dan harmonis.
Biasakan selalu berkonsentrasi sebelum memukul kok.
▪
Hanya dengan berlatih tekun dan berulang-ulang tanpa mengenal lelah, dapat
▪
mengusai teknik servis forehand tinggi tinggi dengan sebalik-baiknya. Pukulan forehand biasanya dilakukan bila berada di bidang kanan lapangan (bidang pukulan depan), pada posisi di belakang. Adapun teknik forehand yaitu Ambilah posisi siap, yaitu dengan kaki dan bahu sejajar dengan
jaring. Raket digenggam dengan pegangannya setinggi pinggang, dan kepala
14
raket kira-kira setinggi bahu serta agak condong ke posisi backhand , lutut agak ditekukkan. Cara berdiri untuk pemain yang menggunakan tangan kanan adalah : Stance pada saat servis forehand dilakukan dengan cara a) Berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter dari belakang garis servis pendek. b) Kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakang. c) Berat badan berada dikaki belakang pada saat servis dilakukan, pindahkan berat badan kedepan8. Dari kutipan di atas, penulis jelaskan bahwa gerakan ayunan raket pada pukulan forehand dapat disamakan dengan melemparkan bola di mana gerakan tubuh yang terjadi adalah sama. Mekanisasi gerakan tubuh yang sama terjadi pada tiga jenis pukulan yaitu pukulan bersih , pukulan jatuh (drop) dan pukulan keras (smash). Dalam penelitian ini pukulan forehand dipergunakan untuk mengembalikan bola ke bidang lapangan lawan bagian belakang. Adapun petunjuk untuk tujuan tersebut dapat dapat penulis jelaskan sebagai berikut. 1. Pukulah shuttle dengan arah layang ke atas sehingga lebih tinggi dari uluran raket lawan. 2. Rentangkan lengan ke atas dan sentuhlah shuttle pada saat ia berada di muka tubuh. 3. Bidang raket harus tegak lurus daerah sasaran. 4. Sentuhlah shuttle setinggi mungkin (tanpa dipaksakan). 5. Lengan bawah dan pergelangan tangan harus berputar pada saat raket menyentuh shuttle. 6. Shuttle harus dipukul dengan keras.
8
Subarjah & Hidayat. Bulutangkis. (Bandung : Depdikbud. 2012) h. 36
15
Gambar 2.2 Teknik Pukulan Forehand Service Sumber:http//www.google. Forehand Service. com 2.4. Pengertian Model Pembelajaran
Model
pembelajaran diartikan
sebagai
prosedur
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar 9. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi,
sebenarnya model sebenarnya
pembelajaran memiliki
arti
yang
sama
dengan pendekatan, strategi atau metode atau metode pembelajaran. pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Ada beberapa beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : 1. Rasional
teoritik
pengembangnya.
yang
logis
yangdisusun
oleh
para
pencipta
atau
16
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah
laku
mengajar
yang
diperlukanagar
model
tersebut
dapat
dilaksanakandengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung ( Direct Direct Learning); pembelajaran kooperatif (Cooperative learning); pembelajaran berdasarkan masalah (Problem based Learning); Pembelajaran berdasarkan proyek ( Project based learning); dan
pembelajaran kompetitif (competitive learning).
Dalam penelitian ini model
pembelajaran yang digunakan adalah Project based learning (PBL)10 2.5. Model Pembelajaran Project based based learning
1. Pengertian Project based learning Pengertian Project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik 11. Project based learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts away from the usual classroom practices of short, isolated, teacher-centred lessons. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary, student-centred, and integrated with real-world issues and practices (Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model kegiatan
dikelas yang berbeda dengan biasanya. Kegiatan pembelajaran PBL berjangka
9
Dimyati 10
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2013) h. 36 Kardi dan Nur Model-Model Pembelajaran Bandung. CV. Tambak Kusuma. 2014) h. 35-37
17
waktu lama, antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata)12, Project based learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat
pada siswa (student centered ) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya. Project based learning sangat cocok dipadukan dengan materi keterampilan service dalam permainan bulutangkis. Berdasarkan kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi keterampilan service dalam permainan bulutangkis menuntut siswa untuk aktif (student centered ) sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, siswa bekerja sama dengan berbagai percobaan seperti percobaan pengelompokan berbagai keterampilan service dalam permainan bulutangkis dan percobaan menampilkan keterampilan service dalam permainan bulutangkis secara kelompok. Selain itu materi keterampilan service dalam permainan bulutangkis mengajak siswa berpikir kritis dan kreatif mengenai masalah nyata yang akan diangkat dalam Project based learning. 2. Ciri-ciri Project based learning (PBL) Ciri-ciri Project based learning diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil. Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut: a. Isi Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas at as topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari. Pada materi keterampilan service dalam
11
Khamdi, Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. (Bandung. CV. Tambak Kusuma. Kusuma. 2012) h. 21
18
permainan bulutangkis masalah nyata yang diangkat haruslah difokuskan pada pengalaman siswa sehari-hari. b. Kondisi Maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar materi keterampilan service dalam permainan bulutangkis siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi seperti buku maupun intenet. c. Aktivitas Adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah masalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan
mudah.
Pada
materi
keterampilan
service dalam
permainan
bulutangkis, siswa dituntut untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk memecahkan masalah dan berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai.Dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi keterampilan service dalam permainan bulutangkis sangat menekankan aktifitas siswa. d. Hasil disini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah. Juga termasuk kecakapan tertentu, disposisi, sikap dan kepercayaan yang dihubungkan dengan pekerjaan produktif,
12
Harun, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta. 2011) h. 37
19
sehingga secara efektif dapat menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model-model pengajaran yang lain 13. 3. Komponen-komponen Project based learning Komponen-komponen Project based learning meliputi beberapa hal: a. Isi kurikulum Guru dan siswa bertanggung jawab atas dasar standar dan tujuan yang jelas serta mendukung proses belajar. b. Komponen multimedia Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi secara efektif sebagai alat dalam perencanaan, perkembangan atau penyajian proyek. c. Komponen petunjuk siswa Dirancang untuk siswa dalam membuat keputusan, berinisiatif dan memberi materi untuk mengembangkan dan menilai pekerjaannya. d. Bekerja sama Memberi siswa kesempatan bekerjasama diantara siswa maupun dengan guru serta anggota kelompok yang lain. e. Komponen
hubungan
dengan
dunia
nyata
Project
based
learning
dihubungkan dengan dunia nyata menuju persoalan yang relevan untuk kehidupan siswa atau kelompok dan juga komunikasi dengan dunia luar kelas melalui internet, serta bekerjasama dengan anggota kelompok. f.
Kerangka waktu Memberi siswa kesempatan merencanakan, merevisi, membayangkan pembelajarannya dalam kerangka waktu berpikir untuk materi dan waktu yang mendukung pembelajaran tersebut. ter sebut.
13 Susanti, Pendekatan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Koloid , (FMIPA Unimed, Medan. 2013) h. 33
20
g. Penilaian Proses penilaian dilakukan secara terus menerus dalam setiap pembelajaran, seperti menilai guru, teman, menilai dan merefleksi diri
B. Penelitian yang Relevan
Kajian tentang penelitian yang relevan penting dilakukan untuk meneliti hasil penelitian sebelumnya untuk mengetahui hasil penelitian dengan pokok bahasan yang sama serta untuk menghindari adanya kesamaan yang berindikasi plagiat. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rifai Lamangida (2013: Universitas Negeri Gorontalo) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Service Panjang Pada Permainan Bulutangkis Melalui Metode Drill Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango” Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode drill dapat meningkatkan kemampuan service panjang pada cabang olahraga bulutangkis dengan diberikan tindakan penelitian ini berhasil 2. Penelitian yang dilakukan oleh Panji Setiadi (2014: Universitas Pendidikan Indonesia) dengan judul “Pengaruh Latihan Service Menggunakan Alat Bantu Tali Dengan Yang Tidak Menggunakan Alat Bantu Tali Terhadap Keterampilan Service Pendek (Studi Eksperimen Atlet Bulutangkis Sentra Nusantara Bandung Usia 11-15 Tahun). Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut : bagi peneliti lain mungkin perlu melakukan penelitian dengan masalah latihan yang lain atau lebih menyempurnakan penelitian, dan bagi pengajar, pelatih dapat menerapakan bentuk latihan dan metode latihan ini dengan baik dalam upaya melatih keterampilan servis pendek backhand tanpa mengenyampingkan metode lainnya 3. Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Agus Setiawan, Gatot Darmawan ,, (2014: Universitas Negeri Surabaya) dengan judul “Penerapan Media Audio Visualterhadap Peningkatan Teknik Servis Pendek Backhand Ekstrakurikuler Bulutangkis Siswa Putera SMP Intan Permata Hati Surabaya (Studi Pada Siswa Putera SMP Intan Permata Hati Surabaya)”. Dari perhitungan menggunakan Uji t independent dapat di simpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap penerapan media audio visual terhadap peningkatan teknik servis pendek backhand ektra kurikuler bulu tangkis siswa putera SMP Intan Permata Hati Surabaya adalah sebesar 41,75%. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Satrianawati, (2015: Universitas Negeri Yogyakarta) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Problem-Based Learning dan Project-Based Learning terhadap Kemampuan Penalaran dan Sikap Siswa pada Matematika di Kelas IV SD Kanisius Demangan Baru 1
21
Yogyakarta dalam Implementasi Kurikulum 2013”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model problem-based learning dan project-based learning lebih berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan penalaran dan sikap siswa si swa pada matematika daripada pendekatan matematika realistik. Perbedaan pengaruh kemampuan penalaran antara kelas eksperimen model problem-based learning dan pendekatan matematika realistik mempunyai nilai signifikansi 0,02. Adapun nilai signifikansi untuk model project-based learning dan pendekatan matematika realistik yaitu 0,00 sedangkan untuk nilai signifikansi antara problem-based learning dan project based learning adalah 0,00. Hasil posttest posttes t untuk variabel sikap siswa terhadap matematika siswa juga menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Variabel sikap antara kelompok model problem-based learning dan pendekatan matematika realistik menunjukkan nilai signifikansi 0,00 sedangkan kelompok model project-based learning dan pendekatan matematika realistik menunjukkan nilai signifikansi 0,00. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara model problem-based learning dan project-based learning dengan nilai signifikansi adalah 0,97. C. Kerangka Teoretik
Model pembelajaran Project based learning (PBL) selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas) 14. Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka. Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru
22
memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan ( knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terakhir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam Project based learning yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dijelaskan dalam suatu bagan kerangka berpikir sebagai berikut :
Keterampilan teknik service rendah
Keterampilan teknik service meningkat
Model PBL
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teoretik D. Hipotesis
Hipotesis
merupakan
penuntun
ke
arah
proses
penelitian
untuk
menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Dijelaskan sebagai berikut :
Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesis dapat diturunkan, akan tetapi ada kalanya sukar diadakan perbedaan yang tegas antara teori dan hipotesis 15. 14
Darmawan Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi . (Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2012) h.
17 15 Arikunto. Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011) h.63
23
Sesuai dengan kerangka berfikir, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
”Model pembelajaran Project based learning (PBL) memberikan pengaruh yang
signifikan
terhadap
keterampilan
bulutangkis siswa di SMA 1 Cianjur ”
teknik
service
dalam
permainan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka tujuan penelitian ini adalah: a. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan ingin mengetahui gambaran secara umum mengenai pengaruh dari model pembelajaran Project based learning (PBL) terhadap keterampilan teknik service dalam permainan bulutangkis.
b. Tujuan Khusus
”Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran project
based learning
(PBL) terhadap keterampilan teknik service dalam permainan bulutangkis siswa di SMA 1 Cianjur ”
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan SMA 1 Cianjur. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama satu bulan.
C. Metode Penelitian
Setiap penelitian yang baik adalah sebelumnya menentukan terlebih dahulu metode yang akan dijadikan jalan bagi keberhasilan arah penelitian yang dituju. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data penelitian pada pendekatan kuantitatif berupa angka-angka dan
24
25
analisis menggunakan statistik. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk menghilangkan subjektifitas dalam 16
penelitian . Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk terampil menentukan metode penelitian yang akan dicapainya. Sedangkan metode penelitian yang penulis pergunakan adalah metode eksperimen. Mengenai metode eksperimen dijelaskan sebagai berikut:
Dalam arti kata yang luas, bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki17. Tujuan eksperimen sebagai berikut: Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan data dan deskripsi data melainkan pada penemuan faktor-faktor akibat18. Maka dalam metode eksperimen di tuntut suatu faktor yang dicobakan pada kelompok, sampel, sehingga segala permasalahan yang terkandung dalam penelitian dapat terungkap. Desain
penelitian
merupakan
rancangan
bagaimana
penelitian
dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest posttest design . Dalam desain ini, hanya ada satu kelompok saja
yang dijadikan subjek penelitian. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberi posttest (tes akhir). Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui peningkatan keterampilan teknik service setelah diterapkan
16
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pend (Pendekatan ekatan Kuantitatif, Kualitatif, d dan an R&D). (Bandung: Alfabeta. 2013) h.13 17 Arikunto. 18
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . (Bandung: Rosda Karya, 2013) h. 149 Ibid ., Ibid ., h. 149
26
model pembelajaran Project based learning (PBL). Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pretest posttest design. 3.1Pretes Desain Penelitian OneTabel Group Pretest-Posttest t-Posttest Design
Pretest
Treatment
Posttest
O1
X
O2
Keterangan: O1
: tes awal (pretes) sebelum perlakuan diberikan
O2
: tes akhir (postes) setelah perlakuan diberikan
X
: perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Project based learning (PBL)
D. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya 19. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Population is all members of well defined class of people, events or objects 20.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa populasi adalah objek atau subjek yang berada dalam satu wilayah yang memenuhi syarat dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu
19 Sugiyono. 20
Statistika Untuk. Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo. 2012) h.57 Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . (Bandung: Rosda Karya, 2013) h.102
27
populasi terbatas te rbatas dan populasi tidak terbatas t erbatas (tak terhingga)21. Populasi terbatas adalah populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasannya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Sedangkan populasi tidak terbatas adalah populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batasannya sehingga relatif tidak dinyatakan dalam bentuk jumlah. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X A di SMA 1 Cianjur yang berjumlah 32 siswa.
2. Teknik Sampling Penentuan sampel menggunakan teknik total sampling, artinya sampel yang diambil berdasarkan jumlah keseluruhan populasinya yaitu seluruh jumlah siswa kelas X A di SMA 1 Cianjur yang berjumlah 32 siswa
3. Sampel Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas X A di SMA 1 Cianjur yang berjumlah 32 siswa.
E. Rancangan Perlakuan
Rancangan perlakuan ini meliputi dua tahap yaitu tahap persiapan perlakuan, dan tahap pelaksanaan perlakuan.
21
Penelitian an untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula. (Bandung: Alfabeta, Riduan. Belajar Mudah Peneliti 2011) h.54
28
Belajar dilakukan tiga kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu selama satu bulan. frekuensi latihan paling sedikit tiga hari per minggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah empat puluh jam tidak melakukan latihan22. Dan dengan latihan yang berulang-ulang, diharapkan adanya perubahan-perubahan pada satu bahkan bahkan lebih komponen fisik. Dalam pelaksanaan latihan, untuk setiap latihan digunakan sistematika sebagai berikut : 1.
Pendahuluan
Latihan pendahuluan. Latihan pendahuluan bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh dan menyesuaikan kondisi tubuh untuk mempersiapkan otot-otot yang akan dipergunakan dalam latihan inti, serta fungsi dari pendahuluan adalah menghindarkan terjadinya cedera. Secara garis besar pelaksanaan latihan pendahuluan sebagai berikut : 1. Peregangan statis dan dinamis 2. Latihan aktivasi otot dengan cara dinamis dengan disertai cara statis 3. Pemanasan formal (formal warming-up) 2.
Inti
Pada dasarnya tujuan latihan inti dalam penelitian ini adalah kelompok Eksperimen (diberikan pembelajaran service menggunakan model Project based learning (PBL). Beban latihan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan
22 Sumosardjono. Rancangan
Bandung. 2014) h. 12
Program Latihan (Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP
29
kemampuan awal kondisi siswa, yang selanjutnya akan disesuaikan dengan pembebanan yang disesuaikan prinsip belajar belajar yaitu over load (beban lebih). 3.
Penutup
Latihan penutup mempunyai tujuan mengembalikan kondisi dan suhu tubuh siswa pada keadaan semula sebelum melakukan latihan. Adapun progam latihannya adalah sebagai berikut: 1. Pendinginan/relaksasi 2. Koreksi 3. Evaluasi Untuk lebih jelasnya dibawah ini penulis membuat tabel program latihan selama melakukan penelitian
30
Tabel 3.2 Program Belajar Kelompok Eksperimen (Belajar Menggunakan Model Project Based Learning) Pertemuan 1 2,3,4
5,6,7
Hari/tanggal Senin Pukul 14.00 – 15.30 wib Selasa, Kamis, Sabtu Pukul 14.00 – 15.30 wib
Selasa, Kamis, Sabtu Pukul 14.00 – 15.30 wib
Materi belajar Tes Awal Tes keterampilan service A. Pendahuluan • Peregangan statis dan dinamis Peregangan • Latihan aktivasi otot dengan cara dinamis Latihan dengan disertai cara statis • Pemanasan formal (formal warming-up) Pemanasan B. Inti 1) Kegiatan guru • Penjelasan materi pembelajaran mengenai bentuk-bentuk pukulan dalam permainan bulutangkis • Guru mengajarkan belajar sikap posisi awal, teknik memegang raket, teknik ayunan raket, teknik memukul shuttlecock , dan sikap akhir • Guru memberikan tugas teori dan praktek mengenai penguasaan penguasaan teknik service 2) Kegiatan siswa • Siswa mencari sendiri bahan-bahan materi baik dari buku sumber maupun dari internet • Bermain bulutangkis secara berpasangan berpasanga n dengan cara saling service melakukan kemudian dilanjutkan dengan melakukan pukulan lob clear clear C. Penutup • Pendinginan/relaksasi • Koreksi • Evaluasi A. Pendahuluan • Peregangan statis dan dinamis Peregangan • Latihan aktivasi otot dengan cara dinamis Latihan dengan disertai cara statis • Pemanasan formal (formal warming-up) Pemanasan B. Inti 1) Kegiatan guru • Guru memperbaiki setiap kesalahan gerakan siswa dalam melakukan teknik service backhand dan forehand
frekuensi 3 kali
Waktu & Tempat 90 menit SMA 1 Cianjur 15 menit
60 menit
3 x 2 rep
15 menit
15 menit
60 menit
3 x 2 rep
31
8,9,10
Selasa, Kamis, Sabtu Pukul 14.00 – 15.30 wib
Guru
mendemonstrasikan mendemonstrasi kan cara pegangan raket dan shuttle cock dalam melakukan pukulan service • Mengadakan pertandingan bulutangkis secara sederhana, dan guru tetap mengawasi perkembangan teknik service siswa 2) Kegiatan siswa • Siswa aktif mempraktekkan pengetahuannya pengetahua nnya tentang service sesuai dengan apa yang telah mereka dapat dari buku maupun dari internet C. Penutup • Pendinginan/relaksasi • Koreksi • Evaluasi A. Pendahuluan • Peregangan statis dan dinamis Peregangan • Latihan aktivasi otot dengan cara dinamis Latihan •
15 menit
15 menit
dengan disertai cara statis
Pemanasan Pemanasan formal (formal warming-up)
•
B. Inti 1) Kegiatan guru • Guru kembali mendemonstrasikan teknik service (Sikap posisi awal, teknik memegang raket, teknik ayunan raket, teknik memukul shuttlecock , dan sikap akhir) dengan koordinasi yang baik. • Guru memberikan apresiasi dan penghargaan penghargaa n bagi siswa yang berhasil melakukan teknik service dengan baik dan benar • Mengadakan pertandingan bulutangkis secara sederhana, dan guru tetap mengawasi perkembangan teknik service siswa 2) Kegiatan siswa • Siswa belajar ketika sikap awal dalam melakukan service • Siswa belajar sikap ketika perkenaan dengan shuttlecock dalam melakukan service • Siswa belajar sikap akhir dalam melakukan service C. Penutup • Pendinginan/relaksasi • Koreksi
Evaluasi
•
60 menit
6 x 2 rep
15 menit
32
11,12,13
Selasa, Kamis, Sabtu Pukul 14.00 – 15.30 wib
A. Pendahuluan • Peregangan statis dan dinamis Peregangan • Latihan aktivasi otot dengan cara dinamis Latihan dengan disertai cara statis • Pemanasan formal (formal warming-up) Pemanasan B. Inti 1) Kegiatan guru • Guru mengkoreksi setiap kesalahan gerakan dan diperbaiki guna dapat memecahkan kembali setiap kesalahan yang dilakukan • Guru memberikan apresiasi dan penghargaan penghargaa n bagi siswa yang berhasil melakukan teknik service dengan baik dan benar 2) Kegiatan Siswa • Belajar service dengan sasaran tetap dan sasaran berubah-ubah guna melatih ketapatan sasaran service •
14
Senin Pukul 14.00 – 15.30 wib
15 menit
60 menit 6 x 2 rep
menunjukkan kemampuan Siswa dalam melakukan service dihadapan
rean-rekannya • Belajar sambil bermain dengan cara memantul-mantulkan shuttlecock ke arah tembok dengan gerakan service C. Penutup • Pendinginan/relaksasi • Koreksi • Evaluasi Tes Akhir 3 kali Tes keterampilan service
15 menit
90 menit SMA 1 Cianjur
F. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan teknik service melalui pengamatan/observasi yang penulis lakukan di lapangan, kemudian hasil yang diperoleh berdasarkan proses keterampilan gerakan service yang dilakukan siswa tersebut sesuai dengan kriteria penilaian keterampilan gerak service yang telah di tentukan.
33
Tujuan dari instrumen ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan keterampilan teknik service. 1). Definisi Konsep Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna
suatu
konsep
istilah
tertentu.
Definisi
konseptual
merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif (merupakan definisi yang
tersepakati
oleh
banyak
pihak
dan
telah
dibakukan
setidaknya
dikamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak. Variabel yang dijadikan instrumen penelitian yaitu keterampilan teknik service. Adapun yang menjadi definisi konseptual dalam penelitian ini adalah
keterampilan teknik service yaitu kemampuan seseorang dalam melakukan rangkaian gerakan service.
2). Definisi Operasional Agar konsep data dapat diteliti secara empiris maka konsep tersebut harus dioperasionalisasikan dengan cara mengubahnya menjadi variabel atau sesuatu yang mempunyai nilai. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan service maka harus melalui tes keterampilan teknik service. Adapun kriteria
penilaian keterampilan teknik service akan penulis jelaskan sebagai berikut:
34
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Teknik Service No
Tahapan Gerak
1
Persiapan
2
Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
Sikap akhir (follow through)
7 8 9 10 11 12 13 14
Kaki sejajar bahu. Berdiri lurus Shuttlecock dipegang dipegang setinggi pinggang Beban tubuh bertumpu pada kedua kaki Tangan ditekuk ke dalam posisi backswing Berat badan dipindahkan pada bagian depan telapak kaki atau pada ujung jari jari kaki saat melepaskan shuttlecock Gerakan pergelangan tangan sedikit sekali atau tidak sama sekali Pukul shuttlecock pada pada ketinggian paha Shuttlecock mengenai mengenai bagian tengah raket Shuttlecock didorong didorong Shuttlecock bergerak bergerak rendah di atas net Raket mengarah lurus ke atas searah gerakan shuttlecock Silangkan raket di atas depan bahu yang tidak memegang raket Putar pinggul dan bahu
15
Shutlle cock tidak menyentuh net
3
KRITERIA PENILAIAN
Nilai
Skor Total
1
2
3
60
Presentasi
Rentang Skor
Nilai
80-100%
48
-
60
Baik sekali
66-79%
40
-
47
Baik
56-65%
34
-
39
Cukup
41-55%
25
-
33
Kurang
0-40%
0
-
24
Kurang sekali
Gambar 3.3 Tes Keterampilan Teknik Service
4
35
G. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh melalui tes keterampilan service pada permainan bulutangkis, langkah selanjutnya adalah menyusun, mengolah, dan menganalisis data dengan menggunakan rumus-rumus statistik. Pengolahan data hasil perhitungan melalui analisis statistik akan diperoleh jawaban mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai dengan taraf nyata yang diajukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus-rumus rumus-rumus statistik sebagai berikut : a. Menghitung rata-rata dan simpangan baku b. Menguji normalitas masing-masing periode tes c. Menguji homogenitas dua variansi d. Mengadakan pengujian hipotesis dengan pendekatan uji t. 1. Mencari nilai rata-rata dengan rumus:
X
Xi
=
n
Keterangan : X
= skor rata-rata yang dicari
X i = jumlah skor
n
= jumlah sample
2. Mencari simpangan baku / standar deviasi, deviasi, dengan rumus :
( Xi − X )
2
Sd =
n −1
36
Arti dari tanda-tanda tersebut diatas adalah : Sd = Simpangan baku yang dicari
∑ = Jumlah dari X
= rata- rata nilai X
Xi = Nilai kuantitatif sampel n
= Jumlah sampel
3. Uji Normalitas distribusi data dari masing-masing kelompok dengan pendekatan uji normalitas Liliefors, dengan langkah – langkah langkah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X 2,
…, Xn dijadikan bilangan baku, Z1, Z2, …, Zn dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : Xi – X Zi = S Arti dari tanda-tanda rumus tersebut diatas adalah : Zi
= Nilai pengamatan yang dicari
Xi
= Nilai kuantitatif sampel
X
= Rata – rata rata hitung
S
= Standar deviasi
b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, lalu hitung peluang F (Z1) dengan ketentuan:
bila nilai Zi negatif maka 0,5- Z table
▪
bila nilai Zi positif maka 0,5 + Z tabel
▪
b. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,
…, Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka :
37
banyaknya Z1, Z2, …, Zn yang Zi S ( Z1 )
=
n d. Hitung selisih F (Zi) – S S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar itu Lo. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan nilai Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar XIX (II) untuk taraf nyata 0.05.
4.
Kriterianya adalah : -
Terima hipotesis jika Lo < Lά = normal - Tolak
hipotesis jika Lo > Lά
= Tidak normal
Menghitung Homogenitas Dua Varian
a. Menghitung varian, dengan rumus: F
Vb =
Vk
Keterangan :
F = varian yang dicari vb = varian terbesar vk = varian terkecil
b. Menentukan derajat kebebasan, dengan rumus: db1 = n1 – – 1 1 db2 = n2 – – 1 1 Keterangan : db1 = derajat kebeb kebebasan asan pembilang db2 = derajat derajat kebebasan penyebut n1 = ukuran sampel yang variannya besar n2 = ukuran sampel yang variannya kecil c. Untuk mencari nilai F diperoleh dari tabel
38
d. Menentukan homogenitas Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata () = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = n 1 – 1 1 , apabila F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel, ( F < F ½
( v1 – v2 ), maka data tes itu
homogen, untuk nilai F lainnya ditolak. 5.
Ujia Signifikansi Perkembangan Hasil Latihan Latihan Kelompok A dan B
Uji t = B
Sb/√n Kriteria pengujian : Terima Ho, Jika – t (1-½ x) < t < t (1 -½ x), dengan dk ( n – 1), 1), dalam hal lain Ho, ditolak.
H. Hipotesis Statistika
Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan sebagai berikut : H0 : µ 1 ≤ µ2 Artinya terima hipotesis nol bila rata-rata tes akhir lebih kecil dari rata-rata hasil tes awal H1 : µ 1 > µ 2 Artinya terima hipotesis satu bila rata-rata tes akhir lebih besar dari ratarata hasil tes awal Keterangan µ1
= rata-rata nilai post-tes
µ2
= rata-rata nilai pre-tes
39
Daftar Pustaka
Arikunto (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: PT. Rineka Cipta _________(2011) _________(2 011) Metodologi Penelitian . Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta Darmawan (2012) Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Dimyati dan Mudjiono (2013) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Harun, (2011) Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta Kardi dan Nur (2014) Model-Model Pembelajaran Bandung. CV. Tambak Kusuma Khamdi, (2012) Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. Bandung. CV. Tambak Kusuma Nurdiansyah, (2013) Buku Pintar Bulutangkis. Bandung: Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Poole, (2012) Belajar Bulutangkis Bulutangkis . (Bandung : CV. Pionir Jaya) Riduan. (2011) Belaja Belajarr Mudah Penelitian Penelit ian untuk Guru-Karyaw Guru -Karyawan an dan Peneliti Pemula. (Bandung: Alfabeta) Subarjah & Hidayat (2012) Bulutangkis . Bandung : Depdikbud Penelitian Sugiyono. dan (2013) R&D). Metode (Bandung: Alfabeta)Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Sugiyono. (2012) Statistika Untuk. Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo) Sumosardjono (2014) Rancangan Program Latihan Bandung: Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP Bandung
Fakultas
Susanti, (2013) Pendekatan Project based learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Koloid , FMIPA Unimed, Medan
View more...
Comments