Promosi Kesehatan: Sehat dan Hemat dengan Obat Generik

May 7, 2019 | Author: joni_prayoga | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat., pemerintah meluncurkan Obat Generik Berlogo (OGB...

Description

Tugas Khusus Promosi Kesehatan (PROMKES) Rumah Sakit Rajawali Bandung ”SEHAT DAN HEMAT DENGAN OBAT GENERIK”

(Kadek Joni Prayoga/260112100094/Universitas Prayoga/260112100094/Universitas Padjadjaran)

I.

Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dan merupakan salah satu modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional menuju terciptanya kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapainya, perlu dilakukan suatu upaya kesehatan. Menurut Kepmenkes nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan

yang

optimal

bagi

masyarakat.

Upaya

kesehatan

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan  promotif ), ( promotif  ), pencegahan penyakit ( preventif ), ), penyembuhan penyakit ( kuratif ), ), dan

pemulihan kesehatan ( rehabilitatif ), ), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar, 2004). Permasalahan-permasalahan

mulai

muncul

dalam

usaha

untuk 

melaksanakan upaya kesehatan tersebut. Fakta yang berkembang dewasa ini adalah kesehatan bukanlah barang murah yang dapat di beli dan nikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu contoh adalah tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan atau membeli obat, padahal

obat

merupakan

salah

satu

elemen

penting

dalam

melakukan

penyembuhan penyakit ( kuratif ). ). Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat., pemerintah meluncurkan Obat Generik Berlogo (OGB) pada tahun 1991. Kemudian pemerintah juga menerbitkan kebijakan kewajiban penggunaan obat generik bagi institusi layanan medis pemerintah, melalui Permenkes nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010. Akan tetapi masyarakat memiliki asumsi bahwa obat generik adalah obat kelas dua yang artinya memiliki mutu kurang bagus. Harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat





Sehat dan Hemat dengan Obat Generik 

Page 1

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

generik sama berkualitasnya dengan obat bermerk. Padahal zat berkhasiat yang dikandung obat generik sama dengan obat bermerk. Kurangnya informasi seputar obat generik adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata. Padahal dengan beranggapan demikian, selain merugikan pemerintah, pihak pasien sendiri menjadi tidak efisien dalam membeli obat.

II.

Tujuan

Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa mutu obat generik terjamin walaupun memiliki harga yang murah.

III.

Sejarah dan Definisi Obat Generik

Obat Generik Berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. Jenis obat ini mengacu pada   Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk penyakit tertentu. Harga obat generik  dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses masyarakat terhadap obat. Oleh karena itu, sejak tahun 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Mengingat obat merupakan komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pemanfaatan obat generik akan memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (Anonim 1, 2011). Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk

memproduksi

obat

yang

dimaksud,

dan

perusahaan

lain

tidak 

diperkenankan diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa. Setelah berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat generik. Obat generik 

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik berlogo dan generik bermerk ( branded  generic). Sebenarnya tidak ada perbedaan zat aktif pada kedua jenis obat generik 

ini. Perbedaan hanya terletak pada logo dan merek yang terdapat pada kemasan obat. Obat generik berlogo adalah obat yang umumnya disebut obat generik saja sedangkan obat generik bermerek biasanya menyantumkan perusahaan farmasi yang memproduksinya. Sebagai contoh perusahaan X-Farm memiliki hak paten atas produk XMox® yang memiliki kandungan zat aktif Amoksisilin. Karena hak paten ini, tidak ada obat lain dengan kandungan yang sama di negara-negara yang mengakui paten ini. Jika ada, maka itu merupakan kerjasama khusus dengan X-Farm. Setelah 20 tahun berlalu, paten ini akan kadaluwarsa dan perusahaan-perusahaan farmasi lain baru akan dapat memproduksi obat dengan kandungan yang sama. Walaupun

demikian,

perusahaan-perusahaan

lain

tersebut

tidak

dapat

menggunakan merk dagang X-Mox ® yang tetap menjadi hak milik eksklusif XFarm. Perusahaan-perusahaan ini dapat menggunakan nama generik Amlodipine (Obat generik berlogo) atau menggunakan merk sendiri (Obat generik bermerek). Meskipun Obat generik berlogo da obat generik bermerek sama-sama merupakan obat generik, obat generik bermerek memiliki harga jual yang lebih mahal karena harganya ditentukan oleh kebijakan perusahaan farmasi tersebut sedangkan obat generik berlogo telah ditetapkan harganya oleh pemerintah agar lebih mudah dijangkau masyarakat. Menurut Permenkes nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010, definisi obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi   International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik  dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

IV.

Arti Logo Generik

Obat Generik Berlogo (OGB) mudah dikenali dari logo lingkaran hijau bergaris-garis bergaris-garis putih dengan tulisan “Generik” di bagian tengah lingkaran. Logo tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat dan keamanan. Sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.

V.

Undang-Undang tentang Obat Generik

1)

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

HK.03.01/Menkes/146/I/2010 HK.03.01/Menkes/146/I/2010 Tentang Harga Obat Generik.

2)

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

Hk.02.02/Menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kesehatan Pemerintah. a) Pasal 2 : “Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Pemerintah Daerah wajib menyediakan obat generik untuk kebutuhan pasien rawat jalan dan rawat inap dalam bentuk formularium ”

b) Pasal 3: “Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib menyediakan obat esensial dengan nama generik untuk kebutuhan Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis lainnya sesuai kebutuhan ”

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

c) Pasal 4 : (I) ”  Dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan   pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua  pasien sesuai indikasi medis”

(II) “  Dokter dapat menulis resep untuk diambil di Apotek atau di luar fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal obat generik  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia di

 fasilitas pelayanan kesehatan”

d) Pasal 7 : “  Apoteker dapat mengganti obat merek dagang/obat paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. ”

e) Pasal 8 : “  Dokter di Rumah Sakit atau Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis lainnya dapat menyetujui pergantian resep obat generik dengan obat  generik bermerek/bermerek dagang dalam hal obat generik tertentu belum tersedia.”

3)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 24 (b): “  Dalam

melakukan

Pekerjaan

Kefarmasian

pada

Fasilitas

Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek  dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien”

. VI.

Penandaan pada Obat Generik

Untuk mempermudah pengelolaan obat, pemerintah menetapkan beberapa

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

wilayah Republik Indonesia. Begitu juga dengan obat generik, walaupun dapat dibeli dengan harga yang relatif murah, namun pembelian obat-obat generik ini   juga tidak sembarangan dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut (Umar, 2005): 1)

Kepmenkes RI No. 2380/ASK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat bebas Terbatas

2)

Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat keras Daftar G.

Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut diatas, maka obat generik juga dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu: 1)

Obat bebas Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hiau dengan garis tepi hitam. Adapun contoh obat generik golongan obat bebas adalah: Paracetamol

2)

®

Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Adapun contoh obat generik  ®

golongan obat bebas terbatas adalah: Dextrometorphan D extrometorphan

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

3)

Obat keras daftar G Obat keras daftar G adalah obat yang dapat diperoleh hanya dengan resep dokter. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Adapun contoh obat generik golongan obat keras daftar G adalah: Albendazole

VII.

®

Fakta tentang Obat Generik

Kesadaran masyarakat masyarakat Indonesia akan konsumsi obat generik masih kurang. Hal ini disebabkan masih adanya anggapan bahwa obat generik yang harganya lebih murah tidak berkualitas jika dibandingkan dengan obat bermerek. Konsumsi obat generik di Indonesia paling rendah jika dibandingkan dib andingkan dengan dengan negara ASEAN

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

rumitnya tata niaga obat, pajak pertambahan nilai, dan biaya promosi pada para dokter. Sebenarnya kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerek lainnya. Hal ini dikarenakan obat generik juga mengikuti persyaratan dalam Cara Pembutan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan dikeluar kan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Selain itu, obat generik juga harus lulus uji bioavailabilitas/bioekivalensi bioavailabilitas/bioekivalensi (BA/BE). Uji ini dilakukan untuk menjaga menjaga mutu obat generik. Studi BE dilakukan untuk membandingkan profil pemaparan sistematik (darah) yang memiliki bentuk tampilan berbeda-beda (tablet, kapsul, sirup, salep, dan sebagainya) dan diberikan melalui rute pemberian yang berbedabeda. Pengujian BA dilakukan untuk mengetahui kecepatan zat aktif dari produk  obat diserap oleh tubuh ke sistem peredaran darah. Bila kualitas dari obat generik dan obat bermerek dapat dikatakan sebanding, lalu mengapa harga obat generik lebih murah? Hal ini dapat disebabkan karena: 1)

Harga obat generik dikendalikan pemerintah melalu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010 Tentang Harga Obat Generik.

2)

Obat generik dijual dalam kemasan dengan jumlah besar.

3)

Obat generik tidak memerlukan biaya kemasan yang tinggi. Seperti kita ketahui bahwa perbedaan antara obat bermerek dan obat generik hanya terdapat pada tampilan obat yang lebih menawan dan kemasan yang lebih bagus sehingga terasa lebih istimewa. Obat generik kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di dalamnya.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

2)

Kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerek karena obat generik memenuhi persyaratan dalam Cara Pembutan Obat yang Baik  (CPOB) dan lulus uji bioavailabilitas/bioekivalensi (BA/BE) seperti yang distandarkan oleh BPOM.

3)

Harga obat generik lebih murah daripada obat bermerek karena : harga dikendalikan pemerintah, dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, tidak memerlukan biaya kemasan, dan tidak memerlukan biaya bia ya promosi atau iklan.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

The world's largest digital library

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2011. Obat Generik :   Don’t Judge It by The Name . available at : http://www.chem.itb.ac.id/index.php?option= http://www.chem.itb.ac. id/index.php?option=com_content& com_content&view=article view=article &catid=1%3Anews&id=42%3Aoba &catid=1%3Anews&id=42%3Aobat-generik&lang=in t-generik&lang=in Anonim 2. 2007. Obat Generik, Harga Murah Tapi Mutu Tidak Kalah. Available at: http://medicastore.com/obat_generik/  Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tentang Harga Obat Generik. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

Hk.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat  Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Siregar, C.J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Terapan. Jakarta: EGC. Umar, M. 2005. Manajemen Apotek Praktis. Solo: Penerbit CV Ar-Rahman. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF