PROFIL RUANGAN VIP A.docx

January 27, 2018 | Author: deby septiawan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PROFIL RUANGAN VIP A.docx...

Description

PROFIL RUANGAN VIP A . 2.1 Visi, Misi dan Motto 2.1.1 Visi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Menjadi Rumah Sakit yang terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian ditingkat ASEAN. 2.1.2 Misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, aman, informatif, efektif, dan manusiawi dengan tetap memperhatikan aspek sosial. 2. Menyelenggarakan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan tertingi dengan menggunakan teknologi modern 3. Membangun sumber daya manusia (SDM) rumah sakit yang profesional, akuntabel, yang berorientasi pada customer serta mempunyai integritas tinggi dalam memberikan pelayanan 4. Melaksanakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan kesehatan prima berdasar standar nasional dan internasional 5. Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran dan pelayanan perumahsakitan 2.1.3 Motto Vip A Motto VIP A“N”

2.2.1 Tenaga dan Pasien (M1/Man) 2.2.1 Ketenagaan 1. Struktrur Organisasi Ruangan Kepala Ruangan Endang Suryani, S.Kep., Ns Wakil kepala Ruangan Nurul Chairyah Amd. Kep

Administrasi Rosmiaty Amd.Kep

4

Perawat Primer Tim A Deby Septiawan., S.Kep., Ns

Perawat Primer Tim B Endang Suwarningsih

Perawat Pelaksana Tim A Moh. Ulumuddin, AMK Sri Utami S.Kep., Ns Mira Ilman Nafiah, Amd. Kep Rosmalia Hayati Amd. Kep Hadijah, Amd. Kep Yuni Erfan, Amd. Kep

Keterangan : Garis komando Garis koordinasi

Perawat Pelaksana Tim B Eka Juniansyah Amd. Kep Irnawati, Amd. Kep Aska Latifah, Amd. Kep Leni Marlina, Amd. Kep Nining Suhainim S.Kep., Ns Yuliansyah, S.Kep., Ns

Pekarya Rumah Tangga Gunawan Herman Wahdania Indah Kurniati

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Pekerja Di Ruang Vip A RSUD Dompu Pemberian asuhan keperawatan profeional yang dilaksanakan di VIP A RSUD Dompu adalah model Moduler, yakni modifikasi tim-primer. 2. Jumlah Tenaga Perawat Menurut Jenis Kelamin

5

14 12 10 8 6 4 2 0 laki laki

perempuan

Gambar 2.2 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang Vip A RSUD Dompu Berdasarkan data di atas diketahui bahwa tenaga perawat di Vip A paling banyak adalah yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang.

3. Jumlah Tenaga Perawat Menuju Jenjang Pendidikan

6

12 10 S1

8

Column1 6 4 2 0

Gambar 2.4 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Jenjang Pendidikan Di Ruang Vip A RSUD Dompu Berdasarkan data di atas diketahui bahwa tenaga perawat di Vip A berdasarkan jenjang pendidikan paling banyak adalah diploma 3 sebanyak 11 orang.

7

4. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lama Kerja 9 8 7 6

> 10 Tahun

5

5 - 10 Tahun

4

< 5 Tahun

3 2 1 0

Gambar 2.5 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Lama Kerja Di Ruang Vip A RSUD Dompu Berdasarkan data di atas diketahui bahwa tenaga perawat di ROI berdasarkan lama kerja paling banyak adalah yang bekerja > 10 tahun sebanyak 8 orang. . 5. Penyakit Terbanyak Di ROI RSUD Dr. Soetomo menangani berbagai macam penyakit yang membutuhkan observasi intensif. Adapun 10 penyakit terbanyak yang ada di ROI bulan Januari-Desember 2015 adalah 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0

772

518

516

443

Penyakit Terbanyak 189Tahun 2015 101

jumlah

8

97

76

68

Gambar 2.7 Jumlah Penyakit Terbanyak Di Ruang Observasi Intensif RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015 Berdasarkan data di atas diketahui bahwa paling banyak pasien yang masuk ke ROI sejak bulan Januari–Desember 2015 adalah pasien dengan masalah Obgyn dengan jumlah pasien 772 pasien. 6. BOR Jumlah pasien di ROI 1 selama 2 hari terakhir dihitung berdasarkan Bed Occupacy Rate adalah sebagai berikut: 150

145

145 140

136

Tanggal

135 130 42366

BOR ROI 1

42367

Sumber: Hasil Pengkajian di ROI RSDS Surabaya 2015

Gambar 2.8 Bed Occupacy Rate (BOR) ROI 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 28-29 Desember 2015 60% 50%

51%

48%

43%

45%

43%

48%

40%

50%

45% 35%

38%

30% 20%

Bulan

10% 0%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa BOR yang ada di ROI 1 sejak tanggal 2829 Desember 2015 adalah 136% dan 145% dengan kapasitas normal pada ruang observasi intensif ini adalah 11 bed namun karena banyaknya pasien yang masuk maka sering terjadi peningkatan BOR setiap hatinya. Oleh karena itu, beban kerja perawat di ruangan observasi intensif sering memiliki beban kerja yang tinggi 9

49%

karena sering terjadi BOR lebih dari 100% namun dengan adanya bantuan tenaga dari pekarya kesehatan, mahasiswa yang praktik bisa membantu meringankan beban kerja. Sumber: Data Sekunder ROI RSDS Surabaya 2015

Gambar 2.9 Bed Occupacy Rate (BOR) ROI 2 RSDS Surabaya bulan JanuariNovember 2015 Dari data di atas dapat diketahui bahwa BOR yang ada di ROI 2 sejak bulan januari-November 2015 yang paling tinggi adalah 51% di bulan Januari. 7. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Rata-rata tingkat ketergantungan pasien di ROI adalah total care dan partial care. Terutama pada pasien yang dirawat di ROI 1 yang semua pasiennya adalah total care dan BOR selalu melebihi kapasitas sangat membutuhkan tenaga Jumla perawat. h

Berdasarkan hasil pengkajian, kebutuhan tenaga perawat di ROI Rumah

Sakit Dr. Soetomo didapatkan bahwa jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergantungannya. Adapun klasifikasi standar waktu pelayanan klien terhadap derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Tabel 2.1 Komposisi Tenaga Keperawatan ROI RSDS Tanggal 28 Desember 2015 dengan Metode Douglas Tingkat Pagi Sore Malam Ketergan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah -tungan Pasien Kebutuhan Pasien Kebutuhan Pasien Kebutuhan Tenaga Tenaga Tenaga Minimal 0 0 x 0.17 = 0 0 0 x 0.14 = 0 0 x 0.07 = 0 Partial 8 8x0.27 =2.16 5 5x 0.15 = 0.75 9 9 x 0.12 = 1.08 Total 15 15x0.36= 5.4 15 15x 0.30 = 4.5 16 16 x 0.20 = 3.2 Jumlah 23 7.56 20 5.25 25 4.28 8 5 4 Sumber :Hasil Pengkajian di ROI RSDS (2015)

Total kebutuhan tenaga perawat: Pagi : 8 orang Sore : 5 orang Malam : 4 orang + 17 orang Jumlah tenaga lepas dinas per hari: 86 x 17= 4.9 ∞ 5 orang 297 Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun. 10

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode Douglas adalah= 14 orang + 3 orang struktural (Karu dan wakaru) + 5 orang lepas dinas= 22 orang. Pada tanggal 28 Desember 2015 tenaga keperawatan yang bertugas di ROI RSDS Surabaya adalah: 12 orang dinas pagi + 10 orang dinas sore + 10 orang dinas malam + 3 orang struktural (karu dan Wakaru) + 1 orang penanggung jawab alat + 15 orang lepas dinas = 51 orang. Berdasarkan data tersebut maka tidak terdapat kekurangan tenaga keperawatan. Tabel 2.2 Komposisi Tenaga Keperawatan ROI RSDS Tanggal 29 Desember 2015 dengan Metode Douglas Tingkat Ketergantungan

Pagi Jumlah Jumlah Kebutuhan Pasien Tenaga Minimal 0 0 x 0.17 = 0 0 Partial 8 8x0.27=2.16 8 Total 12 12x0.36=4.32 12 Jumlah 20 6.4 20 6 Sumber :Hasil Pengkajian di ROI RSDS (2015) Jumlah Pasien

Sore Jumlah Kebutuhan Tenaga 0 x0.14= 0 8 x0.15= 1.2 12 x0.30= 3.6 4.8 5

Jumlah Pasien 0 8 14 22

Malam Jumlah Kebutuhan Tenaga 0 x 0.07 = 0 8 x 0.12 = 0.96 14 x 0.20 = 2.8 3.76 4

Total kebutuhan tenaga perawat: Pagi : 6 orang Sore : 5 orang Malam : 4 orang + 15 orang Jumlah tenaga lepas dinas per hari: 86 x 15 = 4.34 ∞ 4 orang 297 Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode Douglas adalah= 12 orang + 3 orang struktural (karu dan wakaru) + 4 orang lepas dinas= 19 orang. Pada tanggal 29 Desember 2015 untuk bertugas di ROI RSDS Surabaya adalah: 12 orang dinas pagi + 10 orang dinas sore + 10 orang dinas malam + 3 orang struktural (karu dan wakaru) + 1 orang penanggung jawab alat +17 orang lepas dinas = 53 orang. Berdasarkan data tersebut maka tidak terdapat kekurangan tenaga keperawatan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Douglas selama dua hari pada tanggal 28 - 29 Desember 2015: 17+15 Kebutuhan Tenaga Perawat= =16=16 perawat yang berdinas /hari 2 11

Tenaga Lepas Dinas=

5+ 4 =5 perawat lepas dinas /hari 2

Maka rata-rata tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari yaitu 16 perawat dengan rincian: 8 perawat yang berdinas + 3 struktural (karu dan wakaru) + 5 perawat lepas dinas. Dari data sekunder yang diperoleh, pada bulan Oktober 2015 pasien yang menggunakan ventilator di ROI RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah sebanyak 63 pasien sedangkan pada bulan November 2015 sebanyak 62 pasien. Pada pasien yang terpasang ETT sangat sulit untuk berkomunikasi terutama saat mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Demikian juga dengan petugas yang menanganinya, dari hasil wawancara diperoleh bahwa 6 dari 7 orang perawat pernah mengalami hambatan berkomunikasi dengan pasien yang terpasang ventilator dengan durasi dalam 2-5 kali dalam seminggu. 8.

90 80 77.3

70 60

77.3

72.7

63.6

50 Sangat Puas

40 30

31.8

20 10 0

Puas

9.09 P1

4.55

22.7 22.7

22.7

P2

P3

4.55

Cukup Puas 40.9 36.4 27.3

P4

P5

59.1 54.5 Tidak Puas 40.9 31.8

P6

Kepuasan Perawat Gambar 2.10 Kepuasan Kerja Perawat ROI RSDS 30 Desember 2015 Dari data di atas diketahui bahwa rata-rata perawat yang ada di ROI RSUD Dr. Soetomo sudah puas dengan struktur organisasi dan kepemimpinan yang berlaku.

12

P7

2.2.2 Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2/Material)

Lokasi Ruangan Lokasi yang digunakan dalam praktika senior adalah Ruang Observasi Intensif (ROI), IRD lantai III yang berdiri pada tahun 1995, RS Dr. Soetomo Surabaya, dengan uraian sebagai berikut: 1) Sebelah timur berbatasan dengan Ruang Rawat Inap Bedah I 2) Sebelah barat berbatasan dengan area parkir dan jalan raya 3) Sebelah utara berbatasan dengan Laboratorium Patologi 4) Sebelah selatan berbatasan dengan GBPT 1. Peralatan dan fasilitas Tempat tidur di ROI I berkapasitas 11 buah namun bisa menampung ekstra bed sebanyak 20-21 buah. Sedangkan tempat tidur di ROI II berkapasitas 24 buah. Meja pasien di ROI I berjumlah total 19 buah, sedangkan meja pasien di ROI II berjumlah 24 buah. Di ROI sudah memiliki timbangan berat badan elektrik untuk memantau tingkat nutrisi pasien. Alat untuk membantu berkomunikasi antara petugas medis dengan pasien belum tersedia. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa petugas medis rata-rata sering menggunakan alternatif seperti menulis ataupun bahasa isyarat dalam berkomunikasi dengan pasien yang terpasang ETT, namun kadang hasilnya tidak optimal karena salah persepsi antara apa yang diinginkan pasien dan yang dipikirkan oleh petugasnya. Peralatan medis yang ada di ROI, antara lain : Tabel 2.4. Peralatan medis yang ada di ROI RSUD Dr. Soetomo Surabaya No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Nama Alat

Jumlah

Ventilator Raphael Ventilator Galileo Monitor Ultrari Monitor Dash 2000 Monitor Dash 4000 Monitor Dash 5000 Monitor Mec 1000 Monitor Mec 2000 Monitor DST 5000 Monitor Schiller Monitor Masimo Monitor Fakuda

14 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 3 buah 1 buah 2 buah 1 buah 11 buah

13

Kondisi Baik Rusak 13 1 1 1 1 1 2 2 3 1 2 1 11 -

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Monitor philips Monitor Agilent EKG Cardio Fox Infus Pump Terumo Syringe Pump Fresenius Syringe Pump Alaris GT Bullow Portable Bullow Portable Kaca Hypertermi Gea Hypertermi Aquator DC Shock Cardio Life DC Shock Responder Icubator Lampu tindakan Nebullizer Portable Strek Cer Easy move Suction dominan Saturasi O2 Digioxi Saturasi O2 Schiller

1 buah 1 buah 1 buah 9 buah 12 buah 3 buah 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

1 1 1 9 12 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1

-

Untuk peralatan medis ada beberapa yang tidak memenuhi kebutuhan pasien, seperti bedside monitor ada yang tidak bisa mendeteksi SaO2, sehingga satu orang pasien bisa menggunakan berbagai peralatan monitor, seperti satu monitor hanya untuk pengukuran tekanan darah, satu monitor untuk EKG monitor, dan satu monitor untuk mengukur SpO2. Hal ini menjadikan ruangan ROI terlihat penuh dengan peralatan monitor. Jumlah ventilator di ROI sebanyak 13 buah yang dalam kondisi baik untuk digunakan, jumlah ini cukup sebanding dengan jumlah pasien yang membutuhkan pasien. Menurut pengamatan, dalam sehari sekitar 7-9 pasien yang membutuhkan ventilator. Sebagian besar peralatan di ROI sudah mencukupi jumlah pasien, namun untuk syringe pump pernah mengalami kekurangan. Penggunaan ners station sudah digunakan dengan baik, digunakan oleh perawat untuk melakukan dokumentasi dan monitoring pasien. Namun lokasi ners station yang tidak cukup luas, sehingga jarang digunakan untuk timbang terima. Timbang terima dilakukan di selasar depan ners station dengan posisi berdiri, hal ini juga disebabkan oleh perawat yang melakukan timbang terima hingga berjumlah lebih dari 20 orang ditambah dengan mahasiswa praktek. 2. Administrasi Penunjang Sarana dan prasarana di ROI RSUD Dr. Soetomo sudah cukup baik. Fasilitas penunjang seperti 5 kamar mandi, ruang tunggu kondisinya cukup baik 14

seperti aula luas di depan ruangan. Setiap kamar di ROI memiliki satu air conditioner dengan suhu yang telah diatur standar 22-240C. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas CS dan telah memiliki spill kit yang digunakan khusus untuk membersihkan kotoran dari darah, lendir dan cairan tubuh pasien lainnya. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, terdiri dari buku timbang terima untuk masing-masing ROI I dan- II serta lembar observasi khusus pada masing-masing pasien. Format timbang terima telah menggunakan SBAR (Situation, Background, Assessment and Recomendation). Nurse Station ada tiga: satu di ROI I dan 2 buah di ROI II dengan pembagian paviliun dan bangsal. Ruangan kepala ruang di ROI II. 2.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3/Method) 1. Penerapan pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP) Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara yang telah dilaksanakan terhitung mulai tanggal tanggal 29 Desember - 30 Desember 2015 terkait Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang digunakan di Ruangan Observasi Intensif Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Soetomo adalah Metode Keperawatan Moduler. Metode moduler merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan memodifikasi metode keperawatan tim dan metode keperawatan primer. Metode ini sudah dilaksanakan oleh ruangan sejak bulan Juni tahun 2014. Dalam MAKP moduler di ruangan ROI terdapat seorang kepala ruangan dan dua orang wakil kepala ruangan. Perawat di ruangan ROI dibagi dalam 3 tim dalam sekali shift yaitu Tim A dan Tim B yang bertugas di ruangan ROI 1, dan Tim C yang bertugas di ruangan ROI 2. Dalam setiap tim terdapat 5-6 orang perawat primer yang membawahi 8-10 orang perawat pelaksana, selain itu dalam pelaksanaan metode ini terdapat 3 orang perawat penanggung jawab, 4 orang clinical instructur, dan 1 orang perawat penanggung jawab alat. Alur pelaksanaan pada metode moduler di ruangan ROI telah dilaksanakan secara terstruktur, dimana pada shift pagi, tiap tim (perawat) yang bertugas akan bertanggung jawab kepada perawat primer pada masing-masing, sedangkan pada shift sore dan malam tiap tim bertanggung jawab kepada PJ perawat. Penanggung Jawab (PJ) perawat merupakan perawat pelaksana yang memiliki pengalaman 15

bekerja yang telah lama dan lebih berkompeten dari pada perawat yang lain. Dalam pelaksanaan MAKP Moduler, Perawat primer dan perawat pelaksana bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang dibantu oleh pekarya kesehatan. Sebelum menerapkan metode MAKP Moduler (Modifikasi Tim-Primer), di ruangan ROI telah menerapkan Metode MAKP Tim, yang telah digunakan di ruangan sejak 1 maret 2014. 2. Timbang Terima Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 29-30 Desember 2015, didapatkan proses timbang terima pasien di ROI dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00), pagi ke sore (pukul 13.30) dan sore ke malam (pukul 20.30). Proses timbang terima selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan bertugas. Laporan timbang terima diruangan ROI I dan ROI II menggunakan SBAR yang dibacakan oleh perawat setiap melakukan timbang terima pasien, namun tidak digabungkan

dalam

lembar

RM

12

pada

status

pasien,

sedangkan

pendokumentasian pada status pasien di RM 12 masih menggunakan SOAP. Hasil observasi yang telah dilakukan pada ruangan, timbang terima telah dilakukan sesui dengan alur, dimana pelaksanaan timbang terima dimulai dengan berkumpulnya perawat di nurse station dan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Kepala Ruangan/wakil kepala ruangan beserta salam pembukaan dan doa bersama, selanjutnya perawat pelaksana dari masing-masing Tim akan melaporkan kondisi pasien kepada Kepala Ruangan, wakil kepala ruangan dan Perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya. 3. Penerimaan pasien baru. Pasien yang di rawat di Ruangan Observasi Intensif (ROI) terutama di ROI 1 berasal dari ruang resusitasi IRD lantai 1, ruang operasi dan instalasi rawat inap yang mengalami kondisi emergency diruangan perawatan. Selanjutnya pasien akan diterima di ruangan ROI dan dilakukan timbang terima antara perawat yang bertugas di ruangan dengan perawat yang mengantarkan pasien, sedangkan untuk pasien di ruangan ROI 2 adalah pasien yang telah stabil, yang dipindahkan dari ruangan ROI 1.

16

Berdasarkan hasil pengkajian berupa wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 29-30 Desember 2015, terkait proses penerimaan pasien baru yang dilakukan di ruangan ROI sudah berjalan cukup efektif, dimana keluarga pasien juga telah dijelaskan mengenai tata tertib serta orientasi ruangan oleh perawat pada saat pengurusan administrasi. Alur dari pelaksanaan pasien baru di ROI sudah sesuai teori. Sarana prasarana yang dibutuhkan dalam penerimaan pasien baru menurut teori baru yaitu: lembar pasien masuk RS, lembar dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan, lembar informed concent, sentralisasi obat, lembar tingkat kepuasan pasien. 4. Ronde keperawatan Pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan ini belum dilaksanakan dengan maksimal dikarenakan tingkat LOS diruangan ini yang cepat. Sebagai pengganti dari ronde keperawatan, maka di ruangan dilaksanakan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang dilaksanakan minimal sekali dalam setahun. Kasus yang diambil dalam DRK dapat berupa kasus-kasus yang menarik, obat obatan terbaru, dan halhal yang perlu didiskusikan antar sesama perawat. Dalam kegiatan DRK, perawat saling mensharingkan hal- hal unik yang ditemukan pada pasien selama perawatan serta intervensi – intervensi yang sudah dilakukan pada pasien. 5. Sentralisasi obat. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah seorang perawat penanggung jawab ruangan pada tanggal 29 Desember 2015 tentang sentralisasi obat di ruangan ROI adalah menggunakan sistem One Day Dose. Sistem One Day Dose (ODD) adalah pengelolaan obat yang menyediakan kebutuhan obat pasien selama 24 jam dari farmasi yang dilakukan rutin setiap pagi, namun jika ada kekurangan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perawatan maka dokter yang bertanggung jawab akan menuliskan kebutuhan obat di lembar observasi dan rekam pemberian obat. Setelah kondisi pasien membaik dan secara klinis tidak memerlukan perawatan yang intensif, maka pasien akan dipindahkan ke ROI 2 atau ke instalasi Rawat Inap. 6. Discharge Planning Pelaksanaan discharge planning di ROI, telah dilaksanakan diruangan ROI 2 saat pasien telah stabil dan diperbolehkan untuk pulang. Di ruangan ROI 2 telah 17

disediakan format khusus berupa lembar observasi dan buku rekam medik tentang komunikasi antar unit pelayanan atau format khusus discharge planning jika pasien KRS. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa di ROI II perencanaan pasien pulang telah dilakukan sejak pasien datang hingga akan pulang. Pada persiapan pasien pulang, terdapat format perencanaan pulang yang ada di ruangan yang berisi tentang jadwal kontrol, lanjutan perawatan di rumah, aktivitas dan istirahat, aturan diit atau nutrisi, obat-obata yang dibawa pulang, dan masih diminum serta jumlahnya, hasil lab, foto, ECG, dan surat keterangan istirahat. Dalam melakukan perencanaan pulang perawat jarang memberikan brosur atau leaflet, tetapi tetap melakukan Health Education kepada pasien maupun keluarga. 7. Supervisi Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 29-30 Desember 2015 dengan kepala ruangan tentang proses supervisi keperawatan yang dilakukan di ROI, dikatakan telah dilaksanakan, namun dilakukan secara tidak langsung dan tidak rutin walaupun sudah memiliki format SPO yang baku dan telah berlaku di RSUD Dr. Soetomo, sehingga. Pelaksanaan supervisi secara langsung jarang dilaksanakan di ROI, dikarenakan kesibukan kerja dan mobilitas kerja dari perawat yang cukup tinggi. Pelaksanaan supervisi di ruangan tidak direncanakan serta belum diprogramkan untuk dilakukan supervisi langsung. 8. Dokumentasi Berdasarkan hasil pengkajian dengan cara observasi di ROI pada tanggal 29-30 desember 2015, didapatkan format dokumentasi keperawatan dan medis telah tersedia di rekam medik (status) pasien. Namun, untuk pencatatan perkembangan kondisi pasien setiap hari didokumentasikan dalam lembar observasi perkembangan (Card Dek). Pada rekam medis pasien juga disediakan lembar catatan integrasi untuk setiap profesi yang merawat pasien yang dituliskan dalam RM 12. Dalam pengisian rekam medis pada catatan integrasi di ROI I maupun ROI II, pendokumentasian keperawatan masih menggunakan pencatatan SOAP. Sedangkan untuk timbang terima pasien pada kedua ruangan tersebut telah 18

menggunakan

menggunakan

pencatatan

SBAR

(Situation,

Background,

Assesment, Recomendation). Pencatatan SBAR yang ada di ruangan tidak digabungkan dengan status pasien, tetapi dipisah sendiri dan dimasukkan kedalam map yang berisi catatan SBAR tiap pasien yang dipegang oleh tiap-tiap Tim yang bertugas. 2.2.4. Pembiayaan (M4-Money) Sebagian besar pembiayaan di ROI tidak pernah mengalami masalah, pasien baru yang masuk ke ROI sudah diinformasikan tentang pembiyaan dan syarat-syarat yang diperlukan dalam perawatan terutama bagi pasien yang menggunakan kartu BPJS ataupun SKTM. 2.2.5. Mutu (M5/ Mutu) Tujuan keselamatan pasien internasional menurut Joint Commitee International) ada 6 standar yaitu: 1. Identify Patients Correctly (Mengidentifikasi Pasien Secara Tepat) Identifikasi pasien di Ruang Observasi Intensif (ROI) sama halnya dengan rumah sakit lain dengan minimal 2 penanda identifikasi. Hal tersebut harus dilakukan sebelum dilakukannya segala tindakan atau prosedur. Ada 2 cara untuk melakukan identifikasi pasien, yaitu secara audio (menanyakan identitas pasien secara langsung) dan visual (melihat gelang identitas pasien untuk mencocokkan nama dan nomor rekam medis pasien). Tidak semua pasien di ROI menggunakan gelang identitas, karena pemasangan gelang identitas dilakukan di IRD dan sebagian pasien masuk ROI tanpa menggunakan gelang identitas, sedangkan stok gelang identitas di ROI berjumlah terbatas. Mayoritas pasien di ROI I dalam kondisi tidak sadar sehingga identifikasi dilakukan dengan identifikasi visual. Gelang identitas untuk pasien dibagi menjadi: (1) Gelang warna merah muda : untuk pasien perempuan. (2) Gelang warna biru : untuk pasien laki-laki. (3) Kancing warna kuning : untuk pasien resiko jatuh. (4) Kancing warna merah : untuk pasien alergi. 2. Improve Effective Communication (Peningkatan Komunikasi Efektif) Komunikasi efektif yang dilakukan di ROI selama ini menggunakan sistem SOAP dan sistem SBAR bila melalui komunikasi telepon dan telah 19

berjalan dengan baik. Penggunaan sistem komunikasi ini diterapkan pada saat timbang terima. Harus ada komunikasi efektif antar perawat selama timbang terima, baik dalam penyampaian maupun penerimaan pesan tentang pasien yang dijaga mulai dari tindakan atau perlakuan kepada pasien, obat-obatan, dan lain-lain sehingga tidak ada kesalahan dalam perlakuan kepada pasien. 3. Improve the Safety of High-AlertMedications (Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai) Ketentuan lokasi, label dan penyimpanan larutan elektrolit pekat misalnya KCl, MgSO4, NaCl 3% dan beberapa obat dengan kriteria Look Alike Sound Alike (LASA) sudah tersimpan di tempat khusus sesuai standar di depo farmasi. Obat-obatan tersebut bila terjadi kesalahan penggunaan dapat berdampak serius kepada pasien, sehingga harus diatur agar tidak disimpan secara bebas di ruang rawat, kecuali dibutuhkan secara klinis dan dengan peraturan tertentu. Obat-obatan tersebut sudah berlabel LASA dari depo farmasi dan akan dikeluarkan sesuai resep dokter dengan sistem One Day Dose (ODD). Obat-obatan LASA yang berada di Emergency Throlley dimonitor setiap hari oleh petugas depo farmasi dan dikunci, sedangkan kuncinya dipegang oleh ketua tim yang bertugas saat itu. 4. Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery (ketepatan Lokasi) Sebelum dilakukannya operasi harus terlebih dahulu dilaksanakan beberapa prosedur diantaranya: 1) Diberikan penandaan atau marker di bagian tubuh yang akan dioperasi. 2) Memastikan semua dokumen dan peralatan telah lengkap tersedia, tepat dan berfungsi dengan baik. 3) Melaksanakan prosedur checklist dan time out sebelum pelaksanaan operasi. 5. Reduce the Risk of Health Care-associated Infections (Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan) RSUD Dr. Soetomo Surabaya memiliki tim khusus Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) yang bertanggung jawab melatih, memberikan edukasi dan mencegah terjadinya infeksi terutama infeksi nosokomial (INOS). Khusus di ROI telah dilakukan beberapa cara pencegahan INOS yaitu: 1) Penggunaan sarung tangan sekali pakai untuk tindakan non steril dan menggunakan sarung tangan steril untuk tindakan invasif. 2) Penggantian infus set setiap 2 hari. 20

3) Pelabelan pada folley catheter dan penggantian tiap 7 hari. 4) Pemilahan sampah medis dan non medis serta safety box/tempat pembuangan sampah tajam. 5) Cuci tangan sesuai dengan standar 5 moments cuci tangan, namun dalam pelaksanaannya berdasarkan surveillance mutu ruang ROI didapatkan data mayoritas petugas kesehatan telah melakukan cuci tangan namun hanya setelah melakukan tindakan. 6. Reduce the Risk of Patient Harm Resulting from Falls (Pengurangan Resiko Pasien Jatuh) Ruang Observasi Intensif (ROI)

menerapkan surveillance berkala

dengan format sesuai standar untuk mengkaji pasien dengan resiko jatuh. Penilaian dilakukan berkala sejak pasien masuk dan setiap ada perubahan kondisi pasien, serta melaksanakan langkah-langkah pencegahan pada pasien beresiko jatuh seperti memastikan rail bed terpasang, namun tidak semua pasien diberikan gelang khusus Fall Risk.

7. Keselamatan Pasien (Patient Safety) 1) Phlebitis Monitoring pemasangan CVC dan vena line dilakukan setiap hari, namun untuk perawatannya dilakukan setiap 2 hari sekali

karena telah

menggunakan plester steril yang masa pemakaiannya 2-3 hari. Perawatan infus dan CVC akan dilakukan setiap hari apabila tempat pemasangan kotor atau terjadi infeksi. Berdasarkan data yang didapatkan di Ruang ROI 3 bulan terakhir didapatkan data pada diagram di bawah ini :

21

Kejadian Phlebitis 90 80

72

78

70

59

60 50

Jumlah Phlebitis

40 30 20 10 0 September

Oktober

Nopember

Gambar 2.11 Kejadian Pasien Phlebitis 3 Bulan Terakhir di ROI Pada data di atas didapatkan bahwa kejadian phlebitis pada 3 bulan terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 28-29 Desember 2015 adanya phlebitis kebanyakan ditemukan pada pasien-pasien yang baru masuk ke ROI. Pada pengkajian yang dilakukan 28-29 Desember 2015 tidak didapatkan kejadian phlebitis pada pasien. 2) Kebutuhan Activity Daily Living (ADL) Berdasarkan hasil pengkajian tingkat ketergantungan pasien dengan metode Douglas di ROI I pada tanggal 28-29 Desember 2015:

22

18 16

15

14 12 Tanggal 28 Desember 2015

10 8

8

Tanggal 29 Desember 2015

6 4 2 0

0 Minimal care

Partial Care

Total Care

Gambar 2.12 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien Tanggal 28 Desember– 29 Desember 2015 Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 28-29 Desember 2015 diperoleh sebagian besar pasien memiliki tingkat ketergantungan total. 3) ALOS (Average Long of Stay) Pada pengkajian tanggal 28-29 Desember 2015 didapatkan bahwa ALOS (Average long of stay) rata-rata di ruang ROI adalah < 3 hari, dan ada yang 1 pasien yang lama rawat inapnya 7-9 hari. 4) Mutu Keperawatan ROI bulan September-November 2015 Tabel 2.5 Mutu Keperawatan ROI bulan September-November 2015 No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Indikator Mutu Pasien Jatuh Cedera Restrain Decubitus Salah Obat Infeksi Luka Operasi Plebitis Infeksi Pemasangan (ISK) Nyeri Perawatan Diri

N 0 0 0 0 0 209 Kateter 0 2419 0 23

D 2306 674 2029 2306 1982 2419 2250

Prosentas e 0% 0% 0% 0% 0% 8,6% 0%

2419 2306

100% 0%

Phlebitis vena line rata-rata terjadi pada hari ke-2 perawatan di ROI. Ini terjadi karena faktor chemical yaitu penggunaan obat-obatan konsentrasi tinggi dan cairan parenteral dengan osmolaritas tinggi. 5) Mutu Pelayanan ROI Oktober-November 2015 Tabel 2.6 Mutu Pelayanan ROI bulan Oktober-November 2015 Indikator Oktober November Pemakaian Ventilator 63 62 Terextubasi 5 1 Reintubasi 5 1 VAP 2 4 ESBL 4 2 Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa sebagian besar pasien memakai ventilator dan kejadian VAP meningkat pada bulan Nopember 2015 dikarenakan 2 pasien yang terkena VAP berasal dari RS luar, 1 pasien akibat infeksi nosokomial dan 1 pasien akibat kurang maksimalnya oral hygiene. 8. Kepatuhan Cuci Tangan Setiap hari kepala ruangan atau wakil kepala ruangan akan mengingatkan untuk mencuci tangan pada saat dilakukan timbang terima. Terdapat 5 buah washtafle di ROI I dan cairan antiseptik terdapat pada hampir semua tempat tidur pasien. Kepatuhan petugas terhadap cuci tangan cukup baik. Petugas menerapkan cuci tangan pada five moment. 9. Pengurangan Resiko Jatuh Pemberian tanda resiko jatuh belum dijalankan dengan baik karena tidak semua pasien yang beresiko jatuh terpasang kancing warna kuning atau tanda resiko jatuh. Hal ini dikarenakan pemasangan gelang identitas dilakukan di IRD dan stok gelang identitas di ROI terbatas, sehingga tidak semua pasien beresiko jatuh bisa dipasangkan kancing warna kuning. Usaha yang dilakukan adalah menaikkan pagar tempat tidur pasien dan memasang restrain. 10. Pemeriksaan Fisik dan Uji Mikrobiologi Berdasarkan data hasil pemeriksaan Instalasi Sanitasi Lingkungan RS. Dr. Soetomo diperoleh hasil pemeriksaan fisik dan mikrobiologi ruangan ROI pada tanggal 30 November 2015 yaitu : Tabel 2.7 Hasil pemeriksaan fisik dan mikrobiologi ruangan ROI pada tanggal 30 November 2015 No. 1.

Parameter Suhu

Satuan o C

Hasil 23,1

24

Standar 22-24

Kesimpulan Memenuhi standar

2.

Kelembaban

%

66,2

45-60

3. 4.

Pencahayaan Angka Kuman Udara

Lux Koloni/m3

117 241

100-200 Maks 200

5.

Usap Lantai

Koloni/cm2

0,22

Maks 10

Tidak memenuhi standar Memenuhi standar Tidak memenuhi standar Memenuhi syarat

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa angka kuman udara cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi angka kejadian infeksi di ROI, oleh karena itu diperlukan suatu inovasi baru untuk membentuk kesadaran untuk mencuci tangan yang merupakan salah satu metode memutus mata rantai infeksi. 11. Analisa Data Tabel 2.8 Analisa Data Masalah M1 di ROI RSUD Dr. Soetomo Surabaya Analisa Data 1. Pasien yang terpasang ventilator di ruangan ROI selama bulan Oktober 2015 sebanyak 63 pasien dan pada bulan November 2015 sebanyak 62 pasien. 2. Bedasarkan hasil pengamatan di ROI 1 pada tanggal 1 Januari 2016 diperoleh data bahwa pasien yang mengalami hambatan komunikasi dengan perawat sebanyak 2 orang pasien. 3. Yang paling sering dikeluhkan pasien yang terpasang intubasi adalah nyeri, sesak, lendir banyak, dan naikkan kepala tempat tidur atau turunkan kepala tempat tidur serta ingin pendampingan keluarga.

25

Masalah Komunikasi yang kurang efektif pada pasien yang mengalami hambatan komunikasi dapat meningkatkan stres psikososial.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF