Prinsip Kerja Sistem 4G LTE
February 12, 2018 | Author: Ferry Plb | Category: N/A
Short Description
Prinsip Kerja Sistem 4G LTE...
Description
Prinsip Kerja Sistem 4G LTE December 13, 2012
Telco
One comment
Jaringan LTE atau disebut Evolved Packet System (EPS) murni berbasis IP. Baik layanan real-time maupun datacom dapat dibawa oleh protokol IP. IP address (IPv4 atau IPv6) dialokasikan pada satu mobile handset dan akan dilepas ketika handset dimatikan. LTE multiple access berbasis OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) yang dapat mencapai kecepatan data yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan orde modulasi yang tinggi (64 QAM), bandwidth yang besar (sampai 20 MHz), dan transmisi MIMO yang digunakan pada arah downlink (sampai 4×4). Secara teori, kecepatan data sampai 170 Mbps pada arah uplink dan dengan MIMO dapat mencapai 300 Mbps pada arah downlink. Bagian Core Ntework dari LTE yang disebut Evolved Packet Core (EPC) telah dipersiapkan untuk teknologi lain yang tidak dikembangkan oleh 3GPP seperti WIMAX dan WIFI. Ada yang bersifat trusted dan non trusted, tergantung perjanjian business antara operator. Jaringan LTE sederhananya terdiri dari Base Station yang disebut Evolved NodeB (eNB). Berbeda dengan sistem 3G, pada EPS tidak terdapat controller / RNC, jadi antar eNB secara langsung terkoneksi melalui interface X2, sedangkan koneksi ke arah core melalui interface S1. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses setup time dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk handover. Setup time sangat penting bagi layanan realtime data seperti online gaming, begitu juga handover pada proses call.
Elemen Network dan Interface Pada Sistem LTE 4G Keuntungan lain adalah protokol MAC yang berperan untuk proses scheduling hanya ada di UE dan base station (eNB), sedangkan pada UMTS, MAC dan scheduling berada pada RNC. Pada HSDPA MAC sublayer ditambahkan di NodeB yang berfungsi sebagai proses scheduling. Scheduling adalah komponen penting untuk efisiensi radio resource. Transmission Time Interval (TTI) diset hanya 1 ms. Selama tiap-tiap TTI, eNB scheduler melakukan proses sebagai berikut: -
Menganalisa kondisi radio tiap UE.
UE akan mengirimkan laporan keadaan kualitas radio yang diperolehnya sebagai input ke eNB (sebagai scheduler) untuk menentukan Modulasi dan Coding scheme yang digunakan. Penentuan kualitas radio ini menggunakan HARQ (Hybrid Automatic Repeat Request) dengan soft combining dan rate adaptation. -
Mengutamakan layanan QoS antar UE.
-
Menginformasikan UE mengenai alokasi radio resource.
Untuk memperoleh efisiensi spektrum radio yang tinggi, pada arah downlink digunakan OFDMA dan untuk uplink menggunakan SC-FDMA yang disebut juga DFT (Discrete Fourier Transform) spread OFDMA.
Multiple Access pada LTE 4G downlink dan uplink OFDM adalah suatu teknik modulasi dengan membagi satu bandwidth frekuensi pembawa (carrier) wideband menjadi beberapa subcarrier narrowband. Pada OFDMA, subcarrier ini dapat dishare kepada banyak user. Solusi ini tentunya akan menghemat spektrum frekuensi lebih efisien namun diperlukan processor yang lebih cepat dalm proses signallingnya. OFDMA juga memerlukan power amplifier yang dingan tingkat linearity tinggi, sehingga menambah konsumsi battery. Akibatnya, handset LTE ini menjadi sangat mahal.
RRC State: Idle and Connected May 29, 2013
Telco
No comments
Sama halnya dengan UMTS, Radio Resource Control di LTE digunakan sebagai protokol L3 Control Plane signaling untuk koneksi antara UE dan eNodeB - Broadcast of System Information related to the non-access stratum (NAS); - Broadcast of System Information related to the access stratum (AS); - Paging; - Establishment, maintenance and release of an RRC connection between the UE and E-UTRAN - Security functions including key management; - Establishment, configuration, maintenance and release of point to point Radio Bearers; - Mobility functions - QoS management functions; - UE measurement reporting and control of the reporting; - NAS direct message transfer to/from NAS from/to UE.
RRC pada LTE sendiri memiliki 2 state yaitu RRC idle dan RRC connected. Karakteristiknya digambarkan sebagai berikut:
RRC state
RRC idle: - Memperoleh sistem informasi dari Broadcast Control Channel - Menggunakan DRX untuk memonitor paging message - Cell reselection di bawah kontrol UE RRC Connected: - Transfer data dari/ke UE - Proses Handover dan Cell Change dikontrol oleh network - Memperoleh sistem informasi dari Broadcast Control Channel
Signalling Radio Bearer (SRB) pada LTE May 29, 2013
Telco
No comments
Signalling Radio Bearer (SRB) digunakan untuk mengirimkan pesan signaling (Control Plane) protokol RRC (Radio Resource Control) dan NAS (Non Access Stratum). RRC message digunakan untuk signaling antara UE dan NodeB sedangkan NAS antara UE dan MME. RRC message digunakan untuk mengenkapsulasi NAS message untuk pengiriman antara UE dan eNodeB. Protokol S1 kemudian digunakan untuk mengirimkan NAS message antara eNodeB dan MME seperti ditunjukkan pada gambar protokol berikut:
Ada 3 macam tipe SRB dalam LTE yaitu: - SRB 0 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic CCCH - SRB 1 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic DCCH - SRB 2 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic DCCH dan mengenkapsulasi NAS message. SRB 1 digunakan juga untuk mengenkapsulasi NAS message jika SRB 2 tidak dikonfigurasi. SRB 2 mempunyai prioritas yang lebih rendah dari SRB 1. SRB 0 menggunakan transparent mode RLC sedangkan SRB 1 dan 2 menggunakan acknowledge mode RLC.
SRB Arah RRC Message SRB 0 Downlink RRC Connection Setup (CCCH) RRC Connection Reject RRC Connection Re-establishment RRC Connection Re-establishment reject Uplink RRC Connection Request RRC Connection Re-establishment request SRB 1 Downlink RRC Connection Reconfiguration (DCCH) RRC Connection Release Security Mode Command UE Capability Enquiry DL Information Transfer (if no SRB 2) Mobility from EUTRA Command Handover From EUTRA Preparation Request CS Fallback Parameter Response CDMA2000 Counter check Uplink RRC Connection Setup Complete Security Mode Complete
RLC Mode Transparent
Acknowledge
Security Mode Failure RRC Connection Reconfiguration Complete RRC Connection Re-establishment Complete Measurement Report UE Capability Information UL Information Transfer (if no SRB 2) UL Handover Preparation Transfer CS Fallback Parameter Request CDMA2000 Counter Check Response SRB 2 Downlink DL Information Transfer Acknowledge (DCCH) Uplink UL Information Transfer
Bearer Type di LTE May 28, 2013
Telco
No comments
Pada gambar di atas, LTE menyediakan Tingkatan Pembawa (Bearer Hierarchy) untuk End 2 End Service. E2E service dibagi menjadi EPS Bearer dan External Bearer EPS bearer menyediakan konektivitas antara UE dan PDN Gateway. EPS Bearer dibangun ketika UE register ke network menggunakan Attach Procedure. EPS Bearer digunakan untuk menyediakan konektivitas yang “always on” EPS Bearer yang lain dapat dibangun untuk menghubungkan ke PDN Gateway yang lain atau menyediakan QoS yang berbeda dengan PDN GW yang sama.
Semua data User Plane yang menggunakan EPS Bearer yang sama mempunyai QoS yang sama. EPS Bearer dibentuk dari E-UTRAN Radio Access Bearer (E-RAB) dan S5/S8 Bearer. S5 interface adalah konektivitas antara Home Serving Gateway dan Home PDN Gateway (H-SGW >< HPGW) S8 interface adalah konektivitas antara Visited Serving Gateway dan Home PDN Gateway (V-SGW >< HPGW)
Cyclic Prefix (CP) di LTE May 1, 2013
Telco
No comments
Berdasarkan Wikipedia arti Cyclic Prefix adalah “prefixing of a symbol with a repetition of the end”. Cyclic berarti siklus dan Prefix berarti awalan. Sehingga bisa diartikan cyclic prefix adalah menaruh awalan bit dari sebuah simbol dengan cara mengcopykan bagian akhir dari simbol tersebut ke awalannya. Cyclic Prefix dapat digambarkan sebagai berikut:
Cyclic Prefix di LTE Tujuan dari Cyclic Prefix ini adalah untuk mencegah terjadinya Inter Symbol Interference yang terjadi karena efek multipath fading. Hal yang harus diperhatikan dalam penambahan Cyclic Prefix ini yaitu Panjang Cyclic Prefix harus lebih panjang dari multipath delay spread. LTE dirancang untuk bekerja dengan delay spread mencapai 5µs dan untuk kecepatan mobile user hingga 350 km/jam. Pada gambar di bawah, karena 1 subcarrier mempunyai lebar 15 kHz, maka didapat OFDM symbol time sebesar 1/15k = 66.67 µs. Sedangkan panjang CP sebesar 4.7 µs.
Panjang Cyclic Prefix Seperti dijelaskan sebelumnya di Resource di LTE, 1 RB terdiri dari 7 OFDM symbol time. Cyclic Prefix berada di awal symbol time yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Panjang CP untuk tiap konfigurasi Ada perbedaan panjang Cyclic Prefix antara simbol pertama dan selanjutnya pada konfigurasi Normal CP. Tujuannya agar waktu yang diperlukan untuk satu slot (Tslot=0.5ms) itu sama dengan 15360Ts (Ts = time unit di LTE). Panjang CP pada konfigurasi CP yang berbeda dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel Panjang CP untuk tiap konfigurasi
Teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) pada LTE April 29, 2013
Telco
One comment
OFDM merupakan teknik multiplex dengan menggabungkan beberapa frekuensi yang orthogonal/ tidak saling mempengaruhi. OFDM digunakan sebagai modulasi multicarrier di LTE 4G karena efisiensi spektrumnya seperti dapat dijelaskan berikut. Teknologi OFDM berasal dari pengembangan FDM yang dahulu dipakai pada 1G AMPS. FDM memisahkan beberapa sinyal pembawa (carrier) sehingga terdapat frekuensi guardband untuk meminimalisasi terjadinya crosstalk. Pada OFDM, spektrum frekuensi pembawa overlap satu dengan yang lainnya namun frekuensi-frekuensi tersebut bersifat orthogonal satu dengan yang lain. Gambar berikut menunjukkan perbedaan spektrum antara FDM dan OFDM.
FDM vs OFDM Gambar dari diambil dari wirelesstut.com
Pada contoh berikut, 3 buah carrier saling overlap namun tidak menginterference satu dengan yang lain. Yang harus dicatat adalah hanya puncak (peak) sinyal carrier tersebut yang membawa data, pada titik ini amplitude frekuensi carrier yang lain bernilai nol. Inilah yang dikatakn orthogonal.
Orthogonal in OFDM Gambar dari diambil dari wirelesstut.com
OFDM di LTE Pada LTE 4G, Sinyal pembawa subcarrier mempunyai lebar 15 kHz. Saking sempitnya sehingga efisiensi yang didapat semakin baik. Hal ini dapat kita lihat dari gambar sinyal pada domain frekuensi dibawah. Pada domain waktu, sinyal hanyalah berupa gelombang sinusoid (sin (2?t/T)) dimana T adalah periode sinyal tersebut (T=1/f0).
OFDM di LTE Gambar diambil dari LTE Basics OFDM fundamental – Alcatel Lucent Karena tiap subcarrier bersifat orthogonal, maka kita dapat mengirimkan beberapa simbol OFDM ini secara paralel menggunakan subcarrieryang berbeda-beda, sehingga tidak akan menginterferensi satu dengan yang lain. Setelah sinyal OFDM ditransmisikan, maka untuk mendapatkan sinyal tersebut kembali di sisi penerima kita gunakan rumus pengintegralan sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang dikirimkan.
OFDM Transceiver formula
OFDM Transceiver Warna biru, pink, dan hitam adalah subcarrier yang berbeda. Gambar diambil dari LTE Basics OFDM fundamental – Alcatel Lucent
Bila kita lihat dari satu subcarrier saja, maka OFDM simbol ditransmisikan secara serial pada domain waktu seperti pada gambar berikut:
OFDM symbol OFDM karena orthogonalitasnya dapat menghindari interferensi antar signal pembawa namun sifat ORTHOGONAL ini dapat hilang karena: Intra OFDM symbol interference: meyebabkan subcarriers dalam 1 OFDM symbol hilang orthogonalitasnya. -
Intra OFDM symbol interference: meyebabkan interferensi antar OFDM symbol.
Untuk itu kita harus mempunyai grafik sinusoidal yang bersih agar mendapatkan orthogonalitas. Untuk itu perlu dihindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya yaitu:
1. Multipath fading OFDM simbol dipilih lebih panjang dari multipath delay sehingga membantu mereduksi interferensi inter OFDM symbol interference. Hal ini ditandai dengan adanya guard interval (Tg) antar simbol OFDM. Namun multipath masih menyebabkan Intra OFDM symbol interference yang hanya dapat ditangani dengan penggunaan Cyclic Prefix.
OFDM symbol with guard interval and cyclic prefix
2. Time offset 3. Frequency offset Jika terdapat frekuensi offset antara transmitter dan receiver maka kita tidak akan mendapatkan sinyal sinusoidal yang sama di sisi receiver ketika diintegralkan kembali. Efeknya tentu ke-orthogonalitasnya akan hilang.
Frequency offset in OFDM symbol
4. High Doppler Shift Ketika kita berbicara kepada seseorang yang sedang berlari, maka si pelari akan mendengar suara kita dengan frekuensi yang agak berbeda. Begitu juga ketika suatu BTS memancarkan sinyal maka sinyal yang diterima oleh user mobile akan mengalami pergeseran frekuensi. Pergeseran frekuensi inilah yang disebut doppler shift, dirumuskan sebagai berikut:
Pergeseran doppler pada suatu user yang bergerak dapat mengakibatkan orthogonalitas dari simbol OFDM menjadi hilang dikarenakan sinusoidal dalam domain waktu akan terdistorsi. Dari formula diatas dapat kita cari frekuensi pergeserannya. v = c = kecepatan cahaya Bila signal pada arah downlink maka ENB sebagai sumber yang tidak bergerak (vs=0) dan UE sebagai pengamat yang bergerak (vr=x), sehingga frekuensi pergeseran
; +x bila UE mendekati ENB, dan –x bila UE menjauhi ENB
Secara umum, OFDM Transceiver dapat digambarkan sebagai berikut:
OFDM Transceiver
User Equipment (UE) Category pada LTE LTE menggunakan category/class dari suatu User Equipment (UE) untuk menentukan spesifikasi kinerjanya. LTE UE Category atau Class diperlukan untuk memastikan bahwa base station, atau eNodeB dapat berkomunikasi dengan UE. Dengan menyampaikan informasi LTE UE Category kepada base station, ENB mampu menentukan kinerja UE dan berkomunikasi dengan sesuai. 3GPP Release 8 mendefinisikan 5 UE Category/Class yang bergantung kepada maximum data rate dan kapabilitas MIMO. Pada 3GPP Release 10 ditambahkan lagi 3 UE Category. Gambarannya adalah sebagai berikut:
UE Category in LTE
Resource Pada LTE 4G April 26, 2013
Telco
2 comments
Pada sistem GSM, resource-nya adalah Timeslot yang terdiri dari 8 Physical TDMA TS per TRX. Pada WCDMA, resource yang digunakan adalah power dan code. Sedangkan pada LTE, kita kenal dengan istilah RB (Resource Block). Apa itu RB? Mari kita ikuti penjelasan berikut: LTE dibagi menjadi domain waktu dan domain frekuensi. Pada domain waktu, LTE mempunyai radio frame berdurasi 10ms, yang terdiri dari 10 subframe (1 ms). 1 Subframe terdiri dari 2 slot (0.5 ms), sedangkan 1 slot terdiri dari 7 simbol OFDM. 1 RB (Resource Block) pada domain waktu terdiri dari 7 OFDM symbol (normal CP)
1 RB pada domain waktu Gambar diambil dari LTE/FDD oleh Qualcomm University
Pada domain frekuensi, LTE membagi bandwidth transmisi menjadi beberapa subcarrier dengan lebar 15 kHz. 1 RB (Resource Block) pada domain frekuensi terdiri dari 12 subcarrier sehingga 1 RB mempunyai lebar 180 kHz.
1 RB pada domain frekuensi Gambar diambil dari LTE/FDD oleh Qualcomm University
Berikut adalah tabel jumlah RB untuk tiap-tiap bandwidth.
Bandwidth Transmisi (MHz) Jumlah RB Banyak subcarrier (termasuk DC subcarrier) FFT size Sampling rate (MHz)
1.4 6 73
3 15 181
5 25 301
10 50 601
15 75 901
20 100 1201
128 1.92
256 3.84
512 7.68
1024 15.36
1536 23.04
2048 30.72
Sebuah UE bisa menggunakan beberapa alokasi RB dalam satu TTI (Transmission Time Interval) berdurasi 1ms (pada HSDPA TTI=2ms). Gambar dibawah ini menunjukkan beberapa UE yang menggunakan jumlah RB yang berbeda-beda.
Penggunaan RB pada tiap user Gambar diambil dari LTETechnology and LTE test oleh Rohde & Scwarz
Timing Advance di LTE April 9, 2013
Telco
No comments
Timing Advance Timing Advance (TA) sebenarnya sudah kita kenal di GSM untuk menentukan jarak dari BTS ke tiap-tiap user/MS. Timing Advance menunjukkan besarnya durasi waktu yang diukur untuk sebuah signal terkirim dari BTS sampai ke MS/UE. Menurut 3GPP TS 05.10, ketika BTS menerima access burst pada kanal RACH atau PRACH, BTS akan mengukur delay signal tersebut. Delay ini yang disebut Timing Advance. Nilai maksimum Timing Advance adalah 63, sehingga jika BTS mengukur nilai lebih dari itu maka TA tetap 63. Pengecualian terjadi untuk Feature Extended Cells dimana nilai TA bisa mencapai maksimum 219.
Timing Advance GSM vs LTE Perhitungan Timing Advance di GSM adalah sebagai berikut: Di GSM 1 Granularity period menghasilkan distance = 553m Didapat dari: Distance = 1/2 * TA * bit-period * lightspeed = 1 TS=(15/26)ms = 577 us dan terdiri dari 156.25 bits (GSMK modulation rate = 1625/6 kbps = 270.833 kbps) sehingga bit period = 3.69e-7 s Untuk TA=1 Distance = 1/2 * 1 * 48/13 e-6 s * 3e8 m/s = 553.85 m Kalau 63 TA maka Distance = 1/2 * 63 * 48/13 e-6 s * 3e8 m/s = 34,892 m ~ 35 km
Timing Advance di LTE Di LTE juga dikenal yang namanya Timing Advance yang mempunyai konsep mirip dengan GSM. Ketika UE mengirimkan Random Access Preamble untuk melakukan RRC connection establish, eNodeB akan melakukan estimasi delay yang diterima. ENodeB akan mengirimkan Random Access response yang berisi Timing Advance Command agar UE melakukan adjustment waktu transmisinya. Waktu yang ditempuh dari saat pengiriman Random Access Response hingga eNodeB kembali mendapatkan response dari UE berdurasi 16 Ts, sedangkan Timing Advance didapat dari setengah waktu tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Kalau di LTE signalled granulity setiap 16 Ts Nah menurut 3GPP time unit Ts adalah: Ts = 1/(2048×15000) s = 1/30,720,000 s = 0.03255e-6 Dimana 15000 = BW subcarrier, 2048 = FFT size
Untuk TA=1 Distance = 1/2 * TA * 16Ts * lightspeed = 1/2 * 1 * 16 (0.03255e-6) * 3e8 = 78.12m Untuk TA=63 = 78.12 * 63 = 4921.56m ~ 5km
Teknologi IP di 4G LTE (bagian 1) March 25, 2013
Telco
No comments
Dengan semakin berkembangnya teknologi mengarah ke dunia IP, maka kita perlu mengetahui cara dan bagaimana suatu IP dialokasikan di jaringan. Pada dunia telekomunikasi pun Modernisasi dilakukan ke arah IP meninggalkan teknologi TDM/ATM yang terbilang high cost & maintenance. Pada komunikasi Generasi ke-4 yang terkenal dengan LTE systemnya, semua element sudah menggunakan IP sebagai identitasnya. IP atau Internet Protocol adalah Protokol yang digunakan untuk memforward/merouting paket dari satu node ke node lainnya dengan menggunakan alamat logical. IP yang digunakan saat ini adalah versi 4 yang masih terbatas alokasinya. Terdiri dari 32 bit, untuk itu diperlukan proses plan subnetting yang tepat agar kebutuhan IP address terpenuhi. Teknologi IP versi 6 telah dikembangkan namun belum juga diaplikasikan secara luas. 1.
Pengenalan OSI Layer
Dalam Tingkatan OSI layer di atas, IP menduduki layer-3 / Network layer. IP berperan sebagai Packet forwarder/routing dari satu titik (elemen) ke titik lain. Pada jaringan EPS (Evolved Packet System) dari LTE yang terdiri dari control plane (mengatur signaling) dan user plane, IP terdapat pada setiap elemen seperti gambar berikut:
Untuk UE mendapatkan alokasi IP dari PDN Gateway untuk User Planenya, dari proses inilah sebuah UE dapat memiliki IP dan dapat mengakses Internet Mobile/Data. Sedangkan konfigurasi IP EnodeB dan Serving Gateway tetap diset baik untuk User Plane (UP) maupun Control Plane (CP).
Teknologi IP di 4G LTE (bagian 2) April 3, 2013
Telco
No comments
2. Internet Protocol Overview Pengertian IP dari Wikipedia: The Internet Protocol (IP) is the principal communications protocol in the Internet protocol suite for relaying datagrams across network boundaries. This function of ROUTING enablesinternetworking, and essentially establishes the Internet. IP mengirimkan data dengan cara connectionless/unrealiable, artinya tidak ada jaminan data sampai atau tidak. Untuk proses jaminan dilakukan oleh layer di atasnya.
IPV4 Pada Versi 4 seperti dibahas sebelumnya di bagian 1, -
IPV4 terdiri dari 32 bit.
-
Ke-32 bit IP ini dibagi dua menjadi Network ID dan Host ID.
-
32 bit dibagi menjadi 4 bagian yang masing2 terdiri dari 8 bit.
-
Setiap 8 bit biasanya dikonversi ke desimal dari 0-255
Desimal: xxx.xxx.xxx.xxx (misal: 10.2.3.4)
Bit: xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx (misal: 00001010.00000010.00000011.00000100) Angka bagian pertama = 10 (desimal) = 0*27 + 0*26 + 0*25 + 0*24 + 1*23 + 0*22 + 1*21 + 0*20
KLASIFIKASI IPV4 Berdasarkan kelasnya, IPV4 dibagi menjadi 3: Class A: Network ID (8bit)
Host ID (24 bit)
0xxxxxxx
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Class B: Network ID (16 bit)
Host ID (16 bit)
10xxxxxx.xxxxxxxx
xxxxxxxx.xxxxxxxx
Class C: Network ID (8bit)
Host ID (24 bit)
110xxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Class
Bit awal
A B C
1 – 126 128 – 191 192 – 223
xxxxxxxx
Jumlah Private IP address by International Jumlah Host Jaringan Assigned Number Authority (IANA) 126 16 777 214 10.0.0.0 sampai 10.255.255.255 16 384 65 534 172.16.0.0 sampai 172.31.255.255 2 097 152 254 192.168.0.0 sampai 192.168.255.255
Dari data di atas, jumlah jaringan yang dibentuk oleh Class A lebih sedikit, namun mempunyai jumlah Host yang besar. Untuk itu jika kita ingin mendesain sebuah LAN/VLAN, planning yang tepat sangat dibutuhkan untuk menentukan kelas apa yang akan kita gunakan, agar alokasi IP yang ada dapat ter-utilize dengan baik.
IP NETMASK NETMASK digunakan untuk memisahkan antara Network ID dan Host ID. Seperti kita sering lihat di komputer : 255.255.255.0. Ini adalah Netmask. Untuk membedakannya: -
Network ID menggunakan binary 1
-
Host ID menggunakan binary 0
Contoh:
11111111 00000000 00000000 00000000 (biner) = 255.0.0.0 (desimal) 11111111 11111111 00000000 00000000 (biner) = 255.255.0.0 (desimal) 11111111 11111111 11111111 00000000 (biner) = 255.255.255.0 (desimal)
Netmask bit 1111 1111 1111 1110 1111 1100 1111 1000 1111 0000 1110 0000 1100 0000 1000 0000
Netmask Dec 255 254 252 248 240 224 192 128
BROADCAST ADDRESS & NETWORK ADDRESS Broadcast Address berfungsi memberi info ke jaringan mengenai existing service yang ada dan untuk mencari informasi di jaringan tersebut. Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar berikut:
Broadcast Address dan Network Address Pada gambar di atas, ada 4 buah komputer (HOST) yang mempunyai address dari 192.168.1.1 hingga 192.168.1.4. Keempat HOST ini memiliki NETWORK ADDRESS 192.168.1.0. Lalu berapakah BROADCAST ADDRESS-nya? Jawabannya bisa bermacam-macam tergantung IP yang dialokasikan.
Jika NET MASK yang digunakan adalah /24 atau 255.255.255.0 maka BROADCAST ADDRESS adalah 192.168.1.255. Bila NET MASK yang digunakan adalah /25 atau 255.255.255.128 maka BROADCAST ADDRESS adalah 192.168.1.127 Bila NET MASK yang digunakan adalah /26 atau 255.255.255.192 maka BROADCAST ADDRESS adalah 192.168.1.63 Bila NET MASK yang digunakan adalah /27 atau 255.255.255.224 maka BROADCAST ADDRESS adalah 192.168.1.31 dst.. (bersambung)
Teknologi IP di 4G LTE (bagian 3) April 9, 2013
Telco
One comment
3. SUBNETTING Subnetting diperlukan untuk membangun SUB-Jaringan (SUBNET) dari Jaringan yang ada.
Tujuan Subnetting: -
Memadukan teknologi jaringan yang berbeda
-
Menghindari limitasi jumlah simpul dalam satu segmen
-
Mereduksi traffic yang disebabkan oleh broadcast atau pun collision
Jaringan di bawah ini bisa kita bagi menjadi beberapa sub-jaringan dengan menggunakan router.
Broadcast Address dan Network Address
Dari gambar di atas kita akan membagi IP jaringan 192.168.1.0 menjadi 4 buah subnet. IP NET 192.168.1.0 mempunyai -
Network ID = 192.168.1.0
-
Broadcast ID = 192.168 1.255
-
Host ID = 192.168.1.1-254
Karena ada 4 SUBNET maka langkah selanjutnya adalah memecah IP tersebut menjadi 4 bagian. 192.168.1.0 = 11000000.10101000.00000001.00000000 Karena 4 subnet = 22 maka jumlah bit untuk subnet = 2 (warna orange), sedangkan sisa 6 bit (warna ungu) adalah HOST ID. Lhat mask IP di bawah Mask IP = 00000000.00000000.00000000.00000000 = 255.255.255.192 = /26 Maka di dapat IP SUBNET-nya sebagai berikut: 11000000.10101000.00000001.00000000 = 192.168.1.0 Broadcast ID = 192.168.1.63 Host ID = 192.168.1.1-62 11000000.10101000.00000001.01000000 = 192.168.1.64 Broadcast ID = 192.168.1.127 Host ID = 192.168.1.65-126 11000000.10101000.00000001.10000000 = 192.168.1.128 Broadcast ID = 192.168.1.191 Host ID = 192.168.1.129-190 11000000.10101000.00000001.11000000 = 192.168.1.192 Broadcast ID = 192.168.1.255 Host ID = 192.168.1.193-254
Sehingga topologinya menjadi seperti berikut:
IP Subnetting
Teknologi IP di 4G LTE (bagian 4) April 9, 2013
Telco
No comments
4. Aplikasi IP DI GSM, UMTS, dan LTE Seperti disebutkan dalam bagian sebelumnya (baik pada sistem 2G, 3G ataupun 4G) yang sudah memodernisasi jaringannya dari teknologi TDM/ATM ke teknologi IP, maka addressing baik user plane atau pun control plane dilakukan oleh IP address (layer 3) yang di-assign di masing-masing node.
IP Network Topology Untuk UE mendapatkan IP address yang dialokasikan oleh GGSN (PGW di LTE). Sedangkan BTS/NodeB/eNodeB juga mempunyai alokasi IP yang memungkinkan komunikasi antar node. Pada vendor Huawei, konfigurasi IP address untuk user plane diset di ADD IPPATH sedangkan untuk signaling menggunakan ADD SCTPLNK, sebuah protokol layer transport SCTP (Stream Control Transmission Protocol) ini bisa Anda cari sendiri di Google/Wikipedia. Selain itu perlu juga ditambahkan IP Routing (ADD IPRT) ke arah mana UP/CP akan diteruskan (dari BSC/RNC/eNB ke Core/CX). Untuk BTS/NodeB sendiri biasanya dikelompokan dalam satusubnet membentuk sebuah VLAN. VLAN ini harus diidentifikasi oleh CX router. Kemudahan yang didapat dalam teknologi IP ini adalah kemudahannya dalam implementasi dan maintenance, sama seperti jaringan komputer TCP/IP. Berikut adalah contoh konfigurasi untuk MML BSC/RNC ataupun eNodeB.
ADD IPPATH:ANI=0, PATHID=0, IPADDR=”10.4.19.4″, PEERIPADDR=”10.4.1.0″, VLANFLAG=DISABLE, CARRYFLAG=NULL, PATHT=QoS, PEERMASK=”255.255.255.0″, TXBW=400000, RXBW=400000, PATHCHK=DISABLED, ITFT=A, TRMLOADTHINDEX=2; ADD SCTPLNK:SRN=0, SN=0, SCTPLNKN=0, APP=M3UA, PEERPN=6016, LOCIP1=”10.2.19.4″, LOCIP2=”10.2.19.132″, PEERIP1=”10.2.6.150″, PEERIP2=”10.2.7.150″, LOCPN=6016, SWITCHBACKHBNUM=10, LOGPORTFLAG=NO, MODE=CLIENT, DSCP=48, RTOMIN=150, RTOMAX=3000, RTOINIT=1000, RTOALPHA=12, RTOBETA=25, HBINTER=1000, MAXASSOCRETR=4, MAXPATHRETR=2, CHKSUMTX=NO, CHKSUMRX=NO, CHKSUMTYPE=CRC32, MTU=800, CROSSIPFLAG=UNAVAILABLE, SWITCHBACKFLAG=YES, BUNDLINGFLAG=NO, VLANFLAG1=DISABLE, VLANFLAG2=DISABLE, TSACK=200; ADD IPRT:DSTIP=”10.2.6.0″, DSTMASK=”255.255.255.0″, NEXTHOP=”10.2.19.1″, SRN=0, SN=24, REMARK=”IPRT-MSS”, PRIORITY=HIGH; ADD VLANID:SRN=0, SN=24, IPADDR=”10.2.19.1″, VLANID=150; ADD VLANID:SRN=0, SN=24, IPADDR=”10.2.19.129″, VLANID=151; 203 BABA_LTE 510 20 2 1 00:00:00 06:00:00 0 0 0 0
0 0 7 0 0 10.16.33.0 255.255.255.0 10.168.16.1 60 IP route to M2000
Alokasi Frekuensi 4G December 13, 2012
Telco
One comment
LTE dikembangkan dalam beberapa pita frekuensi mulai dari 800 MHz sampai 3.5 MHz. Lebar bandwidth yang digunakan juga fleksibel mulai 1.4 MHz sampai 20 MHz. LTE dikembangkan untuk mendukung TDD dan FDD, sehingga bisa dibangun dalam domain waktu dan frekuensi. Karena fleksibilitas frekuensi inilah maka beberapa operator seluler melakukan “refarming frekuensi mereka untuk digunakan untuk sistem LTE.
LTE FDD vs TDD Seperti halnya UMTS TDD dan FDD, LTE pun dibagi menjadi dua, LTE FDD dan LTE TDD (atau disebut Time-Division LTE / TD-LTE). Perbedaan LTE FDD dan TDD hanya pada bagaimana kedua teknologi tersebut memanfaatkan spektrum frekuensinya, dimana pada LTE FDD spektrum terdiri dari dua bagian yaitu downlink dan uplink, sedangkan pada LTE TDD, uplink dan downlink bekerja dalam frekuensi yang sama.
LTE FDD
Alokasi Frekuensi LTE FDD
LTE TDD
Alokasi Frekuensi LTE TDD
Berikut tabel alokasi frekuensi LTE 4G yang distandarkan dan digunakan oleh beberapa negara
Band Nama
Band Downlink width (MHz)
Uplink (MHz)
Duplex spacing
Negara
(MHz) Low
High
Low
High
(MHz)
Earfcn Earfcn Earfcn Earfcn
1
2
3
4
5
6
7
8
IMT 2.1 GHz
2110
2170
1920
1980
60 0
599
18000 18599
1930
1990
1850
600
1199
18600 19199
1805
1880
1710
80
Canada, Latin America, US
95
Finland, Germany, Australia, Hong Kong, Japan, Poland, Singapore, South Korea, Eastern Europe, Indonesia
1200
1949
19200 19949
2110
2155
1710
400
Canada, Latin America, US
45
Israel, Latin America, South Korea, Europe
45
Note: Band 6 is not applicable to LTE anymore
120
Canada, Europe, Switzerland, Latin America, Singapore, South-Korea, Hong Kong, Brazil, Malaysia, South Africa
45
Europe, Latin America
1785
DCS 1800 75
1755
45 1950
2399
19950 20399
869
894
824
849
850 MHz 25 2400
2649
20400 20649
875
885
830
2650
2749
20650 20749
2620
2690
2500
2750
3449
20750 21449
925
960
880
3450
3799
21450 21799
840
UTRA only 10
2.6 GHz
Asia, Europe, Israel, Japan
1910
PCS 1900 60
AWS
190
2570
70
915
900 MHz 35
1844.9 1879.9 1749.9 1784.9 9
1700 MHz 35
95 3800
4149
21800 22149
10
11
12
13
14
17
18
19
20
21
22
23
Extended 60 AWS 1.5 GHz Lower
2110 4150
2170 4749
1710
1770
4750
4949
22750 22949
729
746
699
23010 23179
746
756
777
5180
5279
23180 23279
758
768
788
5280
5379
23280 23379
700 MHz Lower, 12 B+C
734
746
704
5730
5849
23730 23849
Japan 800 MHz 15 lower
860
875
815
5850
5999
23850 23999
Japan 800 MHz 15 upper
875
890
830
6000
6149
24000 24149
791
821
832
6150
6449
24150 24449
700 MHz 10 Upper
30
USA, Canada, Kazakhstan, New Zealand, Taiwan
-31
USA, Canada, Kazakhstan, New Zealand, Taiwan
-30
USA
30
USA
45
Japan
45
Japan
-41
Europe
48
Japan
100
France, Norway, UK, Switzerland, Poland
180
USA
787
798
10
800 MHz 30 EDD
2 GHz S-
Japan
716
5179
3.5 Ghz
48
1475.9 1495.9 1427.9 1447.9
5010
1.5 GHz Upper
Ecuador, Peru, Uruguay
22150 22749
20
700 MHz Lower, 17 A+B+C
Public Safety
400
716
830
845
862
1495.9 1510.9 1447.9 1462.9 15 6450
6599
24450 24599
3510
3590
3410
3490
80
20
6600
7399
24600 25399
2180
2200
2000
2020
Band
24
25
26
27
28
33
L Band
7500
7699
25500 25699
1525
1559
1626.5 1660.5
7700
8039
25700 26039
1930
1995
1850
8040
8689
26040 26689
859
894
814
8690
9039
26690 27039
852
869
807
9040
9209
27040 27209
758
803
703
34
PCS 1900 65 + G Block 800 MHz 35 iDEN 850 MHz 17 lower 700 MHz 45 APAC
-101.5 USA
1915 80
849 45
824 45
748 55
9210
9659
1900
1920
TDD 2000 20
27210 27659
Tdd 36000 36199 2010
34
2025
TDD 2000 15
Tdd 36200 36349 1850
35
1910
TDD 1900 60
Tdd 36350 36949 1930
36
1990
TDD 1900 60
Tdd 36950 37549 1910
37
TDD PCS
1930
20
Tdd 37550 37749
38
TDD 2.6 GHz
2570
2620
50
Tdd 37750 38249
Europe
39
40
China TDD 40 1.9 GHz China TDD 100 2.3 GHz
1880
Tdd 38250 38649 2300
42
43
44
TDD 2.5 GHz
194
TDD 3.4 GHz
200
TDD 3.6 GHz
2400 Tdd
Australia, India, Malaysia, Russia
Tdd
USA, China, Canada, Japan, Poland, Brazil, Mexico, Switzerland, Saudi Arabia, Nigeria
Tdd
Canada, Croatia, France, India, Uruguay
38650 39649 2496
41
1920
2690
39650 41589 3400
3600
41590 43589 3600
3800
200
700 MHz 100 APAC
Tdd 43590 45589 703
803 Tdd
45590 46589
14 frekuensi operasi pertama sama dengan yang telah ditentukan dalam UMTS Release 8 sehingga memungkinkan untuk melakukan refarming pada frekuensi tersebut.
Frekuensi operasi 3 dan 8 adalah frekuensi GSM1800 dan GSM900 sehingga dimungkinkan juga melakukan refarming pada frekuensi tersebut.
Frekuensi operasi 15 dan 16 tidak masuk karena digunakan untuk tujuan lain.
Mayoritas frekuensi uplink berada di bawah frekuensi downlink sehingga membantu penghematan battery suatu UE/handset dengan radio propagasi yang lebih baik.
Frekuensi operasi 13 dan 14 mempunyai frekuensi uplink lebih tinggi daripada frekuensi downlinknya.
LTE Sebagai Sistem Komunikasi Generasi Ke-4 (4G) December 13, 2012
Telco
One comment
Topologi LTE dibandingkan dengan UMTS dan GSM LTE disebut juga E-UTRAN (Evolved Universal Terrestrial Access Network). Keseluruhan sistem LTE disebut sebagai EPS (Evolved Packet System). Kebutuhan utama dari LTE adalah jaringan akses baru dengan spektrum yang lebih efisien, kecepatan data tinggi, delay time yang rendah, dan fleksibilitas dari frekuensinya.
Topologi Jaringan LTE 4G Berikut topologi Sistem LTE dibandingkan sistem generasi sebelumnya.
Topologi LTE dibandingkan dengan UMTS dan GSM
Perbedaan Sistem 4G dengan generasi sebelumnya Perbedaan Sistem LTE dengan generasi sebelumnya:
WCDMA HSPA (UMTS) HSDPA / HSUPA
HSPA+
LTE
Max downlink speed bps
384 k
14 M
42 M
300 M
Max uplink speed bps
128 k
5.7 M
11 M
75 M
Latency round trip time approx
150 ms
100 ms
50ms (max) ~5 ms
3GPP releases
Rel 99/4
Rel 5 / 6
Rel 7
Rel 8 – …
Approx years of initial roll out
2003 / 4
2005 / 6 HSDPA 2007 / 8 HSUPA
2008 / 9
Launched at 2009
Access methodology
CDMA
CDMA
CDMA
OFDMA / SC-FDMA
View more...
Comments