Predator Dan Parasitoid
July 19, 2018 | Author: Akhi | Category: N/A
Short Description
Predator Dan Parasitoid...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pengendalian hama dan penyakit secara konvensional pada tanaman dengan
menggunakan pestisida kimia saat ini sudah tidak merupakan solusi bijak lagi, hal ini terkait dengan berbagai dampak negatif, berupa residu bahan kimia pada lingkungan yang dapat menimbulkan pencemaran tanah dan air serta residu tersebut juga akan terdapat pada hasil panen pada tanaman pangan. Pengendalian hama terpadu (PHT) telah banyak dikembangkan dalam intensifikasi pertanian, guna mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida kimia. Salah satu komponen PHT yaitu dengan teknik pengendalian hayati. Pengendalian hayati yaitu pengendalian hama secara biologi yang memanfaatkan agen pengendali hayati (musuh alaminya) baik itu predator, parasitoid dan patogen. Namun di makalah hanya akan dibahas tentang pengendalian hayati dengan menggunakan predator dan parasitoid. 1.2
Rumusan Masalah
Predator 1. Apa pengertian predator? 2. Bagaimana ciri – ciri ciri predator? 3. Ordo – ordo ordo serangga yang bertindak sebagai predator? Parasitoid 1. Apa pengertian parasitoid? 2. Bagaimana siklus hidup dan sistem navigasi parasitoid? 3. Bagaimana jenis – jenis jenis parasitoid? 4. Bagaimana penggolongan parasitoid berdasarkan fase tumbuh? 1.3
Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian predator, ciri-ciri dan ordo serangga yang bertindak sebagai predator. Untuk mengetahui pengertian parasitoid, siklus hidup, sistem navigasi parasitoid, jenis – jenis parasitoid dan penggolongan penggolongan parasitoid berdasarkan berdasarkan fase tumbuh.
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Predator
2.1.1 Pengertian Predator
Predator adalah binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Predator menpunyai bentuk yang sangat mudah dilihat kendatipun kerap kali atau ada beberapa yang masih sulit dibedakan dengan hama yang banyak terdapat disekitar tanaman. Predator cenderung merupakan pemangsa yang umum dan sering juga menyerang spesies serangga berguna lainnya. Hal ini dapat terjadi terutama bila jumlah makanan yang tersedia terbatas. Namun pada umumnya predator akan memakan jenis serangga yang paling melimpah dijumpai pada pertanaman seperti seranggaserangga hama tanaman. Perlu disadari bahwa serangga hama dalam jumlah tertentu, selama tidak merugikan secara ekonomis adalah baik untuk memelihara adanya populasi predator, sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan hama yang menimbulkan kerusakan. 2.1.2
Ciri – Ciri Ciri Predator Menurut Price (1984) yang mengatakan bahwa ada beberapa ciri – ciri
predator antara lain yaitu: 1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa, pupa dan imago). 2. Predator membunuh dengan cara memakan atau menhisap mangsanya dengan cepat. 3. Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya. 4. Predator membunuh mangsa untuk dirinya sendiri. 5. Kebanyakan predator bersifat kemifor, baik pada saat pradewasa maupun sesudah dewasa dan memakan jenis mangsa yang sama atau beberapa jenis mangsa.
2
6. Predator memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan tubuh mangsanya. 7. Dari segi perilaku makannya, ada predator yang menguyah semua bagian tubuh mangsanya, misalnya Coccinelidae dan Carabidae(Coleoptera). Selain itu, ada predator yang menusuk mangsanya dengan mulutnya yang berbentuk jarum, kemudian mengisap cairan tubuh mangsanya, seperti predator dari famili Reduviidae (Hemiptera). 8. Metamorfosis predator ada yang sempurna ada juga yang tidak sempurna 9. Predator ada yang monofag, oligofag dan polifag. Ada juga yang bersifat omnifor, yaitu sebagai pemakan bagian dari tanaman. 2.1.3
Ordo – Ordo Ordo yang Bertindak sebagai Predator Menurut Untung (1993) yang menyatakan bahwa hampir semua ordo
serangga memiliki jenis yang menjadi predator, tetapi selama ini ada beberapa ordo yang anggotanya merupakan predator yang digunakan dalam pengendalian hayati. Ordo – ordo ordo tersebut yaitu : 1. Coleoptera, misalnya Colpodes rufitarsis rufitarsis dan C. Sapyrinus Sapyrinus (famili Carabidae) sebagai predator ulat penggulung daun Palagium dp. Harmonia actamaculata actamaculata (famili Coccinellidae) sebagai preador kutu Jassidae dan Aphididae. 2. Orthoptera, misalnya Conocephalus longipennis longipennis (famili Tettigonidae) sebagai predator telur dan larva penggerek batang padi dan walang sangit. 3. Diptera, misalnya Philodicus javanus javanus dan Ommatius conopsoides conopsoides (famili Asilidae) sebagai
predator serangga lain. Syrpus serrarius (famili
Syrpidae) sebagai predator berbgai jenis apids. 4. Odonata, misalnya Agriocnemis misalnya Agriocnemis femina femina f emina dan dan Agriocnemis Agriocnemis pygmaea (famili Coenagrionidae) sebagai predator wereng coklat dan ngengat hama putih palsu. Anax junius junius (famili Aeshnidae) sebagai predator beberapa jenis ngengat.
3
5. Hemiptera, misalnya Cyrtorhinus lividipennis lividipennis (famili Miridae) sebagai predator telur dan nimfa wereng coklat dan wereng hijau. Mesovelia vittigera (famili Mesoveliidae) sebagai predator larva penggerek batang vittigera padi dan wereng yang jatuh di permukaan permukaan air. 6. Neuroptera, misalnya Chyysopa Chyysopa sp.(famili sp.(famili Chrysopadae) sebagai predator berbagai hama khususnya Apids khususnya Apids sp. 7. Hymenoptera, misalnya Oecophylla smaragdina smaragdina (famili Forma – cidae) sebagai predator hama tanaman jeruk. 2.2
Parasitoid
2.2.1 Pengertian Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang bersifat sebagai parasit pada serangga atau binatang
Arthropoda
yang
lain.
Parasitoid
berifat
parasitik
pada
fase
pradewasanya (larva) sedangkan pada fase dewasanya mereka hiduo bebas dan tidak terikat pada inangnya. Umumnya parasitoid dapat membunuh inangnya meskipun ada inang yang mampu melengkapi siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid dapat menyerang inang pada ssetiap instar serangga, meskipun instar dewasa yang paling jarang terparasit. Fase inang yang diserang umumnya adalah telur dan larva, beberapa parasitoid menyerang pupa dan sangat sangat jarang menyerang imago. Parasitoid memiliki ciri – ciri ciri sebagai berikut: 1. Kebanyakan parasitoid bersifat monofag (memilih inang spesifik), akan tetapi ada juga yang oligofag. 2. Parasitoid memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan inangnya. 3. Inang parasitoid adalah serangga juga. 4. Parasitoid hanya berkembang pada satu inang dalam siklus hidupnya. 5. Parasitoid dewasa tidak lagi melakukan aktivitas parasitoid. 6. Pada parasitoid yang mencari inang adalah serangga dewasa betina.
4
2.2.2 Siklus Hidup dan Sistem Navigasi Parasitoid Siklus hidup pada parasitoid dapat terbagi menjadi empat tahap yaitu, telur, larva, pupa dan imago atau dengan kata lain termasuk serangga dengan perkembangan holometabola. Proses penemuan inang oleh parasitoid merupakan sebuah proses yang sangat kompleks, dimana proses itu perbedaannya tergantung pada jarak inang. Hal itu merupkan proses yang dilakukan oleh parasitoid betina sebelum meletakkan telurnya pada inang. Parasitoid betina dalam meletakkan telur pada permukaan kulit inang atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan dalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan inangnya dan menyelesaikan perkembangannya dapat dari luar tubuh inang (sebagai ektoparasitoid) dan sebagian besar di dalam tubuh inang (Sebagai endoparasitoid).
Proses perilaku pencarian inang pada parasitoid dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu penemuan habitat inang (host ( host habitat range), range ), dimana merupakan proses pencarian habitat inang dan host location location yang merupakan proses pencarian inang dalam habitat inang (Van ( Van Alphen dan Jervis, 1996 dalam Purnomo, 2010).
5
Proses penemuan inang pada jarak yang panjang selalu di tentukan secara kimiawi, berupa kairomon atau kairomon atau synomon synomon yang yang secara umum berasal dari: 1. Di produksi oleh inang itu sendiri, yang berupa kotoran inang, selama ganti kulit, selama proses makan dan feromon dan feromon agregasi, atau kairomon. atau kairomon. 2. Tanaman dimana inang menyerang berupa synomon berupa synomon untuk untuk parasitoid. 3. Berasal dari interaksi inang dan tanaman inang seperti kerusakan selama proses makan inang, yang berupa synomon berupa synomon pada pada parasitoid. Senyawa kimia sangat menentukan dapat tidaknya parasitoid mengidentifikasi arah dimana inang berada. Senyawa kimia yang di produksi oleh inang mungkin merupakan feromon sex atau senyawa kimia yang di produksi ketika proses makan atau perkembangan inang. Proses penemuan inang dalam jarak pendek oleh parasitoid sangat di tentukan oleh senyawa kimia tertentu yang memberitahukan kepada parasitoid itu bahwa inangnya sudah dekat, yang membuat parasitoid semakin mengidentifikasi pencariannya pada area tertentu. Senyawa kimia ini sering dinamakan arrestans yang berupa senyawa kimia yang kurang mudah menguap dibandingkan senyawa attractans. Senyawa ini sering di produksi inang ketika dalam proses makan atau peletakkan telur. Ketika inang ditemukan, beberapa senyawa kimia dan tanda – tanda fisik akan memacu parasitoid untuk meletakkan telurnya, di sebut oviposisi. Telur dapat diletakkan dalam hitungan detik seperti pada Ichneumonid yang menyerang larva Lepidoptera atau juga bisa memburuhkan waktu beberapa jam. 2.2.3 Jenis – Jenis Jenis Parasitoid Berdasarkan posisi makan parasitoid digolongkan menjadi dua golongan yaitu: 1. Ektoparasitoid adalah parasitoid yang seluruh siklus hidupnya ada diluar tubuh
inang
(dengan
menempel
pada
tubuh
inang).
Misalnya
Campsomeris Campsomeris spp. (Hymenoptera, Scoliidae) yang menyerang larva Exopholis sp Exopholis sp..
6
2. Endoparasitoid adalah parasitoid yang berkembang dalam tubuh unang dan sebagian besar fase hidupnya ada didalam tubuh inangnya. Misalnya Trichogramma sp. (Hymenoptera, Trichogrammadae) sabagai parasit telur penggerek batabg tebu dan padi. Opius sp. (Hymenoptera, Braconidae yang memparasit larva lalat padi (Whorl manggot) (Jumair, 2000). Pembagian kategori parasitoid terus berkembang hingga sampai pada kemampuan parasitoid itu mempengaruhi fisiologi inangnya. Spesies parasitoid seperti Braconidae endoparasitoid yang hidup dalam tubuh inangnya yang masih hidup, aktif bergerak dan mendapatkan keuntungan untuk terus hidup dan makan pada inangnya sering se ring disebut sebagai koinobiont. Ektoparasitoid koinobiont. Ektoparasitoid yang membunuh inangnya dulu sebelum meletakkan telur dan berkembang pada atau di dalam inang yang sudah mati atau paralisis di kenal sebagai idiobiont (Purnomo, (Purnomo, 2010). 2.2.4 Penggolongan Parasitoid Berdasarkan Fase Tumbuh Tumbuh Parasitoid juga dapat digolongkan berdasarkan fase tumbuh inang yang diserangnya, yaitu parasitoid telur, parasitoid larva, parasitoid telur – larva, parasitoid larva – pupa, pupa, parasitoid pupa, dan parasitoid imago. 1. Parasitoid telur adalah parasitoid yang menyerang inang pda fase telur dan bersifat endoparasitoid. Misalnya Anagrus optabilis (Hymenoptera, Mymaridae) merupakan parasitoid telur wereng coklat dan wereng lainnya. 2. Parasitoid larva adalah parasitoid yang menyerang inang yang berada pada fase larva atau ulat. Misalnya Apanteles erionotae erionotae (Hymenoptera, Braconidae) yang menyerang larva penggulung daun pisang, Erionata thrax, thrax, Itoplectis
narangae narangae (Hymenoptera,
Ichneumonidae)
yang
merupakan parasit pada larva penggulung daun, ulat jengkal hijau, ulat bulu, ulat penggerek batang padi bergaris dan penggerek batang padi merah jambu.
7
3. Parasitoid telur – larva adalah parasitoid yang berkembang mulai dalam bentuk telur hingga larva. Misalnya Chelonus sp. sp. (Hymenoptera, Braconidae) yang meyerang penggerek mayang kelapa. 4. Parasitoid larva – pupa adalah parasitoid yang berkembang mulai inang dalam bentuk larva sampai menjadi pupa. Misalnya Tetrestichus brontispae brontispae (Hymenoptera,
Eulopidae)
yang
menyerang
Brontispa.
Parasitoid ini lebih menyukai larva instar terakhir yang akan menjadi pupa. Trichomma onaphalocrosis onaphalocrosis (Hymenoptera, Icneumonidae) yang menyerang larva tua dari penggulung daun padi. Parasitoid ini meletakkan telur pada tiap larva penggulung daun padi yang di jumpai. Satu larva parasitoid ini berkembang dan berkepompong di lahan inangnya, kemudian muncul dari ujung kepala kepompong (pupa) penggulung daun padi. 5. Parasitoid pupa adalah parasitoid yang menyerang inang pada fase kepompong (pupa). Misalnya Opius sp sp (Hymenoptera, Braconidae) yang menyerang
kepompong
lalat
buah.
Brachymeria
euploeae
yang
memparasit kepompong Hidari, kepompong Hidari, Erionata, dan Plusia. Plusia. 6. Parasitoid imago adalah parasitoid yang menyerang serangga dewasa. Misalnya Comperiella unifasciata unifasciata (Hymenoptera, Encyrtidae) yang memparasit Aspidiotus regidus. Aphytis chrysomphali chrysomphali (Hymenoptera, Aphelinidae) yang menyerang Aspidiotus menyerang Aspidiotus destructor (Jumair, (Jumair, 2000).
8
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa, pupa dan imago). 2. Ordo – ordo yang bertindak sebagai predator yaitu terdiri dari ordo Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Odonata, Hemiptera, Neuroptera, dan Hymenoptera. 3. Parasitoid digolongkan menjadi dua golongan yaitu ektoparasitoid dan endoprasitoid 4. Parasitoid juga dapat digolongkan berdasarkan fase tumbuh inang yang diserangnya, yaitu parasitoid telur, parasitoid larva, parasitoid telur – larva, parasitoid larva – pupa, pupa, parasitoid pupa, dan parasitoid imago. 3.2
Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Jumar. 2000. Entomologi 2000. Entomologi Pertanian. Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta Price, P. W. 1984. Insect Ecology. John Wiley And Sons. New York. Toronto. Singapura. Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University. Yogyakarta
.
10
View more...
Comments