Praktiukum 3
September 14, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Praktiukum 3...
Description
PENGENDALIAN MUTU TERPADU PRODUK PERIKANAN LAPORAN PRAKTIKUM KE-3 ANALISIS BAHAYA DAN KENDALI KRITIS
Disusun Oleh: Kelompok 7/Perikanan 2016 Sandra Amalia Mariva Rosalina Arrie Widianto Dela Nur’aini K Azka Layalia A Arina Turfa N Nurul Yaumil A
230110160131 230110160131 230110160132 230110160132 230110160141 230110160141 230110160144 230110160147 230110160147 230110160157 230110160157 230110160166 230110160166
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahman dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata Kuliah Pengendalian Mutu Terpadu yang berjudul Analisis Bahaya dan Kendali Kritis. Penulisan laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengendalian Mutu Terpadu. Penulis menyadari dalam penulisan laporan praktikum ini masih terdapat kekurangan dan berharap laporan praktikum ini mendapatkan saran atau masukan dari berbagai pihak, dan semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi pihak pihak yang berkepentingan dalam penanganan hasil perikanan serta memberikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa perikanan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jatinangor, Desember 2019
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
Halaman Halaman
Bab
......................................................................... ........................... .... i KATA PENGANTAR ................................................... ................................................................................ ................................. ........... ii DAFTAR ISI. .......................................................... I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................... ................................................................. .........................................1 ...................1 1.2 Tujuan ..................................... ........................................................... ............................................ ......................................1 ................1
II
LANDASAN TEORI 2.1 Ikan Nila Merah Mer ah ............................................ .................................................................. ......................................3 ................3 2.2 Analisis Bahaya dan Kendali Kritis ............................................ ....................................................4 ........4
III METODE 3.1 Alat dan Bahan ........................................... ................................................................. .........................................6 ...................6
3.2 Prosedur Kerja ........................................... ................................................................. .........................................6 ...................6 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Bahaya ............................................ .................................................................. ......................................7 ................7 4.2 Titik Kendali Kritis Krit is ........................................... .................................................................. ................................10 .........10 ........................................... ............................................ ...........................................1 .....................12 2 V KESIMPULAN ..................... .......................................... ............................................ ...........................................1 .....................13 3 PENDALAMAN .................... ......................................... ............................................ ....................................15 ..............15 DAFTAR PUSTAKA ...................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengendalian mutu terpadu adalah suatu proses yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi. Tujuan dari pengendalian mutu adalah memastikan bahwa akan dihasilkan suatu produk yang berkualitas tinggi dan aman dikonsumsi. Pengendalian mutu terbagi menjadi GMP, SSOP dan HACCP diantaranya meliputi analisa bahaya dan titk kedali kritis. Menganalisis bahaya biologis, kimiawi, dan fisik yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Bahaya fisik berupa benda-benda seperti pecahan logam, gelas, batu yang dapat menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun perlukaan pada saluran pencernaan. Bahaya kimiawi antara lain pestisida, zat pembersih, antibiotik, anti biotik, logam berat, dan bahan tambahan makanan sedangkan bahaya biologi antara lain mikroba patogen (parasit, bakteri), tanaman dan hewan beracun. Mengenali titik-titik yang berpotensi untuk menimbulkan, menghilangkan, atau mengurangi bahaya. Critical Control Point (CCP) (CCP) ditetapkan pada setiap tahap proses mulai dari awal produksi hingga konsumsi. Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP untuk bahaya mikrobiologi, kimiawi, ataupun fisik. Penentuan CCP dapat dibantu dengan menggunakan Pohon Keputusan yang menyatakan pendekatan pemikiran yang masuk masuk akal. Ikan nila merah merupakan salah satu jenis ikan air tawar potensial untuk sumber protein hewani yang digemari dan dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Ikan nila merah memiliki daging yang tebal, berwarna putih, berbau netral, kompak, duri yang mudah dipisahkan dari tulangnya dan berprotein tinggi. PT. Kurnia Mitra Makmur Purwakarta adalah bentuk badan usaha penanganan dan pengolahan ikan yang berlokasi di Cikopo Desa Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat. Proses penanganan ikan nila merah WGGS yang dilakukan oleh PT. Kurnia
1
2
Mitra Makmur Purwakarta belum menerapkan sesuai standar s tandar dan hanya dilengkapi dengan sertifikat Halal, SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan) dan GMP. 1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melakukan analisa terhadap bahaya yang mungkin dapat timbul pada setiap tahapan proses dan bahan serta menentukkan titik kendali kritis pada bahaya yang ditimbulkan dengan menggunakan pohon keputusan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Ikan Nila Merah
Ikan nila merah merupakan salah satu dari ikan konsumsi air tawar yang unggulan karena sudah dapat dibudidayakan baik secara ekstensif, semi intensif, maupun intensif. Ikan nila merah merupakan ikan air tawar dan d an dikenal sebagai nila merah Taiwan atau hybrid antara Oreochromis hornorum hornorum dengan Oreochromis mossambicus yang mossambicus yang diberi nama ikan nila merah Florida (Mansyur dan Mangampa 2011). Menurut Cholik dkk. (2005), ikan nila merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Filum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Genus Spesies
: Chordata : Osteichthyes : Acanthoptherigii : Percomorphi : Percoidea : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus
Ciri-ciri ikan nila merah yaitu badan agak bulat dan pipih, mulut terletak di ujung kepala, garis rusuk terputus menjadi dua bagian dan terletak memanjang dimulai dari atas sirip dada. Jumlah sisik garis rusuk sebanyak 34 buah, warnanya kemerahan polos atau bertotol-totol hitam, dan sering pula berwarna albino. Sebagian pembudidaya kadang-kadang dijadikan sebagai ikan hias (Mansyur dan Mangampa2011). Ikan nila merah memiliki sejumlah keunggulan seperti harga yang cukup murah, kandungan proteinnya yang tinggi (Tabel 1), rasa daging da ging yang enak, mudah berkembang biak, dan mampu beradaptasi pada kisaran lebar terhadap kondisi lingkungan karena ikan ini tergolong euryhalin euryhalin,, tanggap terhadap pakan buatan, dan dapat dibudidayakan dengan spesies lain (Cholik dkk . 2005). Keunggulan ini membuat nila merah relatif mudah diterima masyarakat karena memiliki peluang pasar yang sangat baik serta menjangkau semua segmen pasar.
3
4
Tabel 1. Kandungan kimia ikan nila merah Kandungan Kimia Persentase (%) Air 1,627 Abu 13,435 Lemak 22,685
Protein Serat Kasar BETN Sumber : Mansyur dan Mangampa (2011)
53,93 4,93 5,02
Ikan nila merah merupakan ikan yang dapat beradaptasi di air tawar dan air payau. Umumnya ikan nila merah dibudidayakan di perairan air tawar seperti danau dan sejenisnya dengan sistem keramba, namun beberapa tahun terakhir metode produksi ikan nila merah terus dikaji dan dikembangkan terutama dibudidayakan di tambak air payau (Mansyur dan Mangampa 2011). 2.2
Analisis Bahaya & Kendali Kritis
Tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan, dengan menitikberatkan pada pencegahan dan pengendalian proses dari pada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan dalam cara pengawasan tradisional (Suklan 1998). Hazard Analysis, Analysis, adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya adan ya risiko bahaya yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan. Bahaya tersebut meliputi : -
keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi, atau fisik pada bahan mentah.
-
Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasil perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki (misalnya nitrosamin) pada produk antara atau jadi, atau pada lingkungan produksi.
-
Kontaminasi atau kontaminasi ulang (cross (cross contamination) contamination) pada produk antara atau jadi, atau pada lingkungan produksi.
5
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman (Bryan, 1995). Titik pe ngendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur atau pengolahan dimana d imana pengendalian pen gendalian dapat dap at diterapkan untuk mencegah menceg ah atau mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis: -
Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan
-
Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya dikurangi. Meskipun aplikasi HACCP pada umumnya dilakukan di dalam industri
pengolahan pangan, tetapi pada prinsipnya dapat dilakukan mulai dari produksi bahan baku sampai pemasaran dan distribusi. Hal ini disebabkan beberapa kontaminasi, misalnya logam berat, pestisida, dan mikotoksin yang mungkin mencemari menc emari bahan baku pada Sudarmaji, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis 185 waktu produksi, sangat sulit dihilangkan dengan proses pengolahan. Oleh karena itu pengawasan terhadap bahan -bahan berbahaya tersebut harus dimulai dari saat produksi bahan baku. HACCP tidak hanya diterapkan dalam industri pangan modern, tetapi juga diterapkan dalam produksi makanan katering/jasa boga, makanan untuk hotel dan restoran, bahkan dalam pembuatan makanan jajanan.
BAB III
METODE
3.1
Alat dan Bahan
k ritis adalah sebagai 3.1.1 Alat yang digunakan dalam analisis bahaya dan titik kendali kritis berikut : 1)
Peralatan tulis
2)
Peralatan dokumentasi
3)
Tim HACCP
4)
Tabel analisis bahaya
5)
Tabel kateori bahaya
6)
Tabel titik kendali kritis, jenis bahaya, dan batas b atas kritis
3.1.2 Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
1)
Alur proses produksi yang telah dipilih
2) 3)
SNI Informasi mengenai bahaya yang mungkin terjadi
4)
Standar batas kritis
5)
Formulir isian
6)
Pohon keputusan
3.2
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1)
Pelajari dan pahami deskripsi produk
2)
Menganalisis kemungkinan bahaya yang akan terjadi pada setiap tahapan alur proses penanganan nila merah WGGS lalu
3)
Gunakan pohon keputusan untuk menentukan titik kendali kritis
4)
Catat pada modul praktikum Pengendalian Mutu Terpadu
6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Bahaya
1)
Hasil
Alur Proses
Penerimaan bahan baku
Sortasi
Penimbangan I
Tabel 2. Analisis Bahaya Jenis Bahaya yang Mungkin Terjadi Bahaya Bahaya Bahaya Fisik Kimia Biologi Terdapat Logam, E.coli, daun timbal, Salmonella, cadmium, Coliform, V. timah, raksa, aureus, arsen Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform Coliform
Penyisikan dan pemotongan sirip
Terdapat sisik
Kontaminasi metal
Pemotongan jadi 2/3 bagian
Terdapat sisik dan darah
-
Akibat yang Ditimbulkan
Kerusakan atau kontaminasi pada bahan baku Bahan baku terkena bakteri yang dapat menimbulkan pembusukan Pembusukan akibat kontaminasi bakteri Pembusukan E.coli, Salmonella, akibat bakteri, Coliform, V. perubahan aureus, struktur akibat Staphylococcus metal Staphylococcus E.coli, Pembusukan Salmonella, akibat bakteri Coliform, V. dan terdapat aureus, benda asing Staphylococcus (sisik dan Staphylococcus darah)
7
8
Pembuangan insang
Terdapat sisa insang tertinggal
-
Pembuangan isi perut
Ada isi perut dan kotoran
-
Pencucian I
Sisa sisik, insang, isi
-
E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella,
Pembusukan akibat bakteri dan terdapat benda asing (sisa insang) Pembusukan akibat bakteri dan penurunan mutu Pembusukan akibat bakteri
perut dan kotoran Penimbangan II
-
-
Pencucian II
-
Penggunaan klorin
Penyusunan
-
Klorin pada layer
Pembekuan I
-
-
Glazing
Sisa layer
-
yang menempel pada produk
Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform, V.
dan penurunan mutu Pembusukan akibat bakteri
Pembusukan akibat bakteri dan timbul
aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus Pathogen Bacterial Survival ( E.coli, E.coli, Salmonella, Coliform)) Coliform E.coli,
bau klorin
Salmonella, Coliform Coliform
akibat bakteri dan mengandung benda asing
Pembusukan akibat bakteri dan adanya bau klorin Pembusukan akibat bakteri
Pembusukan
9
Pembekuan II
-
-
Penimbangan akhir
Sisa layer yang menempel pada produk
-
Pengepakan dan Kesalahan pelabelan pemberian label
-
Pathogen Bacterial Survival ( E.coli, E.coli, Salmonella, Coliform)) Coliform E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus E.coli, Salmonella, Coliform, V. aureus, Staphylococcus Staphylococcus
-
Pembusukan akibat bakteri dan mengandung benda asing Pembusukan akibat bakteri yang menempel, kerusakan pengepakan
Penyimpanan dalam cold storage storage
-
-
Stuffing/loading
Kemasan rusak
-
Pathogen Bacterial Survival ( E.coli, E.coli, Salmonella, Coliform)) Coliform -
Pembusukan akibat bakteri
Kualitas menurun akibat kerusakan kemasan
Tabel 3. Hasil Analisis Bahaya terhadap Bahan Baku/Bahan Tambahan Bahan Kelompok Bahaya Kategori Risiko No. Baku/Bahan A B C D E F 0/I/II/III/IV/V/VI Tambahan 1. Ikan Nila Merah v v v III Pembahasan
Analisis bahaya ditujukan untuk mengetahui kemungkinan adanya risiko bahaya pada pangan yang tidak dapat diterima oleh konsumen. Bahaya tersebut merupakan keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi atau fisik pada bahan mentah, pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroba dan hasil perubahan
10
kimiawi yang tidak dikehendaki pada produk antara atau jadi. Setiap tahapan produksi pasti memiliki potensi bahaya fisik, kimia dan biologis yang dapat meinmbulkan bahaya pada produk. Pada tahapan produksi ini (ikan nila merah WGGS) pada setiap proses terdapat bahaya biologi kecuali pada tahap stuffing/loading. Bahaya Baha ya biologi ini berupa bakteri ( E.coli, E.coli, Salmonella, Coliform, V.aureus dan Staphylococcus). Adapun bahaya fisik yang terdapat pada proses penerimaan bahan baku, penyisikan dan pemotongan sirip, pemotongan 2/3 bagian, pembuangan insang dan isi perut, pencucian I, glazing, penimbangan akhir, pengepakan dan pelabelan serta stuffing/loading. Bahaya fisik tersebut berupa daun, sisik, darah, sisa insang, isi perut, kotoran, sisa layer, kesalahan pemberian label dan kemasan rusak. Kemudian bahaya kimia terjadi pada proses penerimaan bahan baku, penyisikan dan pemotongan sirip, pencucian II dan penyusunan. Bahaya kimia tersebut berupa logam, timbal, cadmium, timah, raksa, arsen, kontaminasi metal serta klorin. Secara keseluruhan, bahaya yang terjadi menimbulkan akibat berupa pembusukan yang disebabkan karena adanya adan ya bakteri serta
mengandung benda asing.
4.2
Titik Kendali Kritis Tabel 4. Titik Kendali Kritis, Jenis Bahaya dan Batas Kritis
No.
CCP1/CCP2
Jenis Bahaya
Batas/Limit Kritis
1.
Penerimaan
Fisik : : -
Tidak
bahan baku
Kimiawi : -
bahan baku yang
menerima
E.Coli,, bersertifikat. Biologis : bakteri pathogen ( E.Coli Salmonella, Cdiofonm, V. Auneus Auneus dan Staphyncoccus)) Staphyncoccus
11
Pembahasan
Titik kendali kritis meupakan titik dalam alur proses yang perlu di perhatikan karena sangat beperan dalam mengurangi atau menghilangkan bahaya yang mungkin timbul selasa proses produksi. Adapun faktor-faktor yang bersifat kritis terhadap keamanan dan apabila faktor tersebut tidak dikendalikan secara benar maka akan mengakibatkan timbulnya bahaya. Untuk mengetahui titik kendali kritis, maka diperukan dilakukan penentuan batas kritis. Batas kritis ini merupakan nilai maksimal atau minimal suatu parameter fisik, kimiawi atau bilogis yang harus dikendalikan untuk mencegah atau mengurangi bahaya sampai batas yang dapat diterima. Pada penentuan titik kendali kritis di PT. Kurnia Mitra Makmur Purwakarta yang ditetapkan CCP yaitu oada penerimaan bahan baku dengan jenis bahaya biologis (bakteri pathogen : E.Coli, Salmonella, Cdiofonm, V. Auneus dan Staphyncoccus dengan batas kritis yaitu tidak menerima bahan baku yang belum bersertifikat.
BAB V KESIMPULAN
Deskripsi produk sangatlah penting untuk suatu produk untuk memudahkan konsumen mengenai produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa GMP di UPI PT. Kurnia Mitra Makmur sudah menerapkan GMP (Good (Good Manufacturing Practice), Practice), namun pada beberapa komponen belum memenuhi standar yang ditetapkan atau disyaratkan. Persyaratan lokasi dan bangunan secara umum atau sebagian seba gian sudah sesuai dengan standar kecuali komponen tata ruang, ruang-ruang (terpisah), dinding dan lantai dari bangunan umum serta sarana toilet belum sesuai dengan standar. Persyaratan operasional sebagian besar sudah memenuhi atau sesuai standar kecuali temperatur pada penanganan dan pengolahan, peralatan produksi yang kurang higienis serta pengemasan belum sesuai dan belum tersertifikasi. Penerapan SSOP yang dilakukan PT. Kurnia Mitra Makmur Purwakarta sudah cukup baik namun masih terdapat komponen-komponen yang belum memenuhi standar sehingga perlu ditingkatkan kembali penerapan GMP dan SSOP serta diawasi dalam setiap pelaksanaannya.
12
PENDALAMAN Analisis bahaya
1.
Berdasarkan analisis anda, mengapa terjadi bahaya pada produk pangan yang dihasilkan? Jawab: Menurut kami, terjadinya bahaya pada produk pangan yang dihasilkan karena belum menerapkan GMP dan SSOP dengan benar, hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pemahaman karyawan tentang penerapan GMP dan SSOP, kurangnya kurangn ya pengawasan GMP dan SSOP.
2.
Sebagai seorang pengusaha, apa upaya yang dapat anda lakukan untuk mengatasi bahaya yang terjadi? Jawab:
- Menerapkan SSOP dan memenuhi syarat yang ditetapkan - Menerapkan GMP dan memenuhi syarat yang ditetapkan - Melakukan pengawasan dan kontrol secara rutin dan berkala Titik Kendali Kritis
1.
Adakah kaitan antara HACCP dengan keamanan pangan? Jelaskan secara singkat tetapi jelas Jawab: HACCP diperlukan untuk menjamin keamanan pangan. HACCP merupakan suatu cara dalam mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya nyata bagi keamanan pangan. Fungsi HACCP yaitu untuk mengendalikan bahaya baha ya fisik, kimiawi, biologis dan menjamin konsumen pangan serta mengidentifikasi cara-cara mencegah terjadinya kontaminasi pada pangan yang mengakibatkan bahaya untuk konsumen.
13
14
2.
Apa yang saudara ketahui mengenai CCP 2? Jelaskan secara singkat namun dapat dimengerti Jawab: CCP 2 (titik pengendalian kritis 2) merupakan sebagai titik dimana bahaya dikurangi. CCP 2 ini bertujuan untuk mengurangi bahaya tetapi tidak dapat menghilangkan bahaya tersebut.
3.
Apabila pada produk akhir saudara terdapat mikroba dengan populasi sebanyak 107 cfu/g. Tentukan tahap mana dari alur proses yag harus dikoreksi. Jawab: Dapat ditelusuri dengan CCP yang telah ditetapkan yaitu penerimaan bahan baku. Alur proses Penerimaan bahan baku
Tindakan koreksi
Melakukan pengujian mikrobiologi saat bahan baku datang, dikontrol dengan SSOP untuk pekerja dan peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik, F., A. G. Jagatraya, R. P. Poernomo, dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Bangsa. PT. Victoria Kreasi Mandiri. Jakarta. Mansyur, A., dan M. Mangampa. 2011. Nila Merah Air Tawar, Peluang Budidayanya di Tambak Air Payau. Media Payau. Media Akuakultur , 1 (6): 63-68. Pratama, R. I. 2013. Modul Perkuliahan Program Prasyarat ( Pre-requisite Program) Program ) dan Hazard dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Sumedang. Suklan, H,. 1998. Pedoman 1998. Pedoman Pelatihan System Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk Pengolahan Makanan . Makanan . Jakarta: Depkes RI
15
View more...
Comments