Praktikum Sifat Rheologi Bahan Pangan

November 25, 2017 | Author: GebbyOliviaChristianto | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Jurnal...

Description

PRAKTIKUM SIFAT REOLOGI BAHAN PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Gavrila Olivia C (240210140013) Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: [email protected]

ABSTRACT Rheology is a branch of physical science which is defined as the study of deformation of a material as well as studying the relationship between shear stress (shearing stree) with the shear velocity (shearing rate) in the liquid or the relationship between shear stress and a solid object. The purpose of this practicum is to measure the viscosity of a food by using the tool Rotary Viscometer. The method used is quantitative method. The observations were obtained are duplo viscosity in tap water at 0.853 x 103. In fresh milk amounted to 1.355 x 103. In pasteurized milk amounted to 1.674 x 103. Average samples yoghurt viscosity is 2.792 x 10-5 Pa.s. Key Words: Rotational viscosity, Viscometer tube, Shear rate, Shear stress, viscosity.

PENDAHULUAN Pendekatan fisik untuk mempelajari sifat mekanis bahan disebut rheology. Rheology adalah suatu cabang ilmu fisik yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu material serta mempelajari hubungan antara tekanan geser (shearing stree) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan atau hubungan antara shear dan stress pada benda padat. Salah satu cara menentukan sifat rheology adalah viskositas (kekentalan). Rheology bahan pangan mempelajari salah satu aspek pada aliran fluida atau yang dapat mengalir (Kusnandar et all, 2006). Shear stress adalah gaya (F) yang diberikan pada bahan per satuan luas (A) yang di notasikan dengan τ dan dinyatakan dengan satuan N/m2. Sedangkan shear rate adalah perubahan kecepatan (δv) akibat gaya yang diberikan pada jarak tertentu (δy). Shear rate dinotasikan dengan γ dan dinyatakan

dalam satuan 1/detik atau 1/s. Menurut Kusnandar dkk (2006), secara matematis shear stress dan shear rate dapat dinyatakan dengan persamaan 1 dan 2. Shear stress :

τ =¿

………(1) Shear rate

:

γ=

δv δy

F 2 A (N/m )

(1/s) …..….(2)

Rheology membahas tentang deformasi dan aliran dari suatu material, yang meliputi sifat-sifat mekanisnya. Hukum Newton menyatakan bahwa hubungan antara shear rate

dv x dy

dan shear rate

( τ yx )

pada fluida Newtonian adalah linear dengan faktor pengali yang disebut viskositas. Sedangkan fluida 12 yang kelakuannya tidak mengikuti Hukum Newton tentang viskositas dikategorikan sebagai fluida Non-Newtonian (Non-Newtonian fluid) (Bird dkk, 1960

dalam Danu Ariono et all, 2007). Berdasarkan Kusnandar et all (2006), sifat kekentalan dan kemudahan mengalir, produk pangan cair dapat dibagi menjadi kelompok cairan Newtonian dan cairan non-Newtonian. Cairan Newtonian adalah cairan yang nilai kekentalannya tidak dipengaruhi oleh besarnya gaya yang mengalirkan atau menggeraknnya. Cairan yang encer, seperti air, minuman ringan, larutan gula encer, larutan asam dan larutan garam, bersifat Newtonian. Bila cairan ini diberikan gaya pemompaan atau pengadukan (shear stress), maka kekentalan tidak akan dipengaruhi oleh gaya tersebut. Viskositas yang dapat memiliki nilai yang berbeda (terutama untuk cairan nonNewtonian) pada shear stress and shear rate yang berbeda, maka perlu ada parameter lain untuk mengelompokkan sifat fluida, yaitu indeks tingkah laku aliran, koefisien kekentalan dan yield stress. Parameterparameter tersebut diturunkan dari model matematika yang menghubungkan shear stress dan shear rate. Model matematika yang umum digunakan untuk menentukan ketiga parameter sifat fluida tersebut, yaitu model Power Law dan model Herchel-Bulkley. Model power law digunakan untuk cairan Newetonian, non-Newtonian, pseudoplastic dan dilatan. Dalam model power law, nilai yield stress diasumsikan nol. Sedangkan model Herchel-Bulkley digunakan untuk cairan Bingham plastic dan Casson-type plastic, dimana didalam persamaannya terdapat nilai yield stress (τ 0). Masing-masing model power law dan Herchel-Bulkley dapat dinyatakan dengan persamaan 1 dan 2. Model power law

:

τ = K ( γ¿

n

…… (3)

Model Herchel-Bulkley : +

τ

0..

τ

= K ( γ¿

n

(4)

Dalam persamaan 1 dan 2 tersebut, nilai K adalah koefisien kekentalan (consistency coefficient) yang dinyatakan dengan satuan Pa.sn , sedangkan nilai n

adalah indeks tingkah laku aliran (flow behavior index) yang tidak memiliki satuan. Nilai n mengidentifikasikan jenis cairan, dimana bila n=1 berarti cairan Newtonian, n>1 berarti cairan non-Newtonian dilatan. Pada cairan Newtonian nilai K sama dengan μ pada persamaan 3, yang menunjukkan nilai viskositas yang konstan. μ=K=

τ γ

………………………..(5)

Semakin kecil nilai n menunjukkan cairan semakin bersifat pseudoplastic, sedangkan semakin besar nilai n menunjukkan cairan semakin bersifat dilatan. Sifat kekentalan cairan non-newtonian umumnya dapat dilihat dari nilai K, dimana semakin besar nilai K menunjukkan kekentalan cairan semakin tinggi. Model Herchel-Bulkley digunakan untuk cairan yang bersifat non-newtonian plastis, dimana memiliki nilai yield stress (τ0). Untuk non-newtonian Bingham plastic, nilai n=1 dan τ0, sedangkan yang bersifat non-newtonian Casson-type plastic, maka nilai n < 1 dan τ0 > 0. Menurut Akra (2010), saat ini terdapat beberapa model pengukuran Viskositas dan secara garis besar dapat digolongkan sebagai berikut: a.Falling Ball Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan oleh suatu bola jatuh melalui sampel pada jarak tertentu. b.Cup-type Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh suatu sampel untuk mengalir pada suatu celah sempit (orifice). c.Vibro Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengendalikan amplitudo sebuah pelat sensor yang dicelupkan ke dalam sampel dan mengukur arus listrik yang diperlukan untuk menggerakkan sensor tersebut. d.Capillary Tube Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara membiarkan sampel mengalir di dalam sebuah pipa kapiler dan mengukur beda tekanan dikedua ujung kapiler tersebut.

e.Rotational Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan menggunakan gaya puntir sebuah rotor silinder (spindle) yang dicelupkan ke dalam sampel (Kusnandar et al, 2006). Mitschka mengembangkan suatu prosedur untuk menentukan parameter rheology fluida pada power law dengan menggunakan viscometer RV model Brookfield dan disk spindle. Kerja tersebut berdasarkan pada penelitian teoritis sebelumnya (dipublikasikan di Czechoslovakian) dan dikutip dalam Mitschka (1982). Teknik tersebut, disebut “Metode Mitschka” yang cukup sederhana untuk dipahami dan dijalankan. Selain itu, hanya membutuhkan viscometer Brookfield yang standar yang mana biaya alatnya lebih rendah dan sebagian besar digunakan pada segmen industri makanan (Steffe dan Briggs, 1997). Metode Mitschka (Mitschka Method) dipergunakan untuk menghitung nilai index aliran (n) yang dapat diperoleh dari logaritma pada shear stress dan kecepatan putaran (rpm). Dalam pengaplikasian metode Mitschka, nilai index aliran didapatkan dari slope antara logaritma shear stress dengan logaritma kecepatan putaran:

d (log 10 σa) d (log 10 N )

n= Dimana

σa

………(6)

= shear stress rata-rata; Pa,

N= Kecepatan putaran; rpm. Shear stress rata-rata dihitung sebagai berikut:

σa= K aσ (C * dialreading) ……. (7)

Dimana stress; Pa.

K aσ = faktor konversi shear K aσ merupakan fungsi dari

nomor spindle, C (dimensi) merupakan tetapan yang berubah sesuai dengan model Brookfield yang digunakan, dan dial reading merupakan pembacaan torsi yang ditampilkan pada viscometer Brookfield. Perbedaan dalam viscometer dikarenakan kekuatan pegas yang diguankan dalam menentukan

torsi. Nilai C, mencerminkan konstanta pegas, tergantung pada model Brookfield yang digunakan: C=0,5 untuk model ½ RV; 1,0 untuk model RV; 2,0 untuk model HT; dan 8,0 untuk model HBT. Shear rate ratarata perhitungannya adalah:

γ

= KNY (N) …………….… (8)

Dimana KNY = faktor konversi shear rate, min s-1 . Nilai pada KNY adalah fungsi dari nomor spindle dan nilai index aliran (Steff and Briggs, 1997).

METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah susu segar, susu fermentasi, yoghurt dan air keran. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, gelas ukur, spindel dan rotational viscometer. Pengukuran dengan alat rotational viscometer Disiapkan sampel kedalam tabung pada alat rotary viskometer hingga spindle terendam seluruhnya. Setelah itu alat dihidupkan dan diatur pada rpm 60, 100 dan 200. Perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo). Selanjutnya dicatat hasil yang ditampilkan oleh alat rotary viskometer. Dilakukan perhitungan pengolahan data menggunakan microsoft excel. Pengukuran dengan alat tube viskometer Disiapkan sampel kedalam tabung pada alat tube viskometer. Setelah itu air dipompa naik menggunakan bulb pipet hingga mencapai garis. Dihitung waktu yang dibutuhkan sampel untuk mengalir pada tabung 1 ke tabung ke 2. Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

µ ρ

= ku x ts

HASIL DAN PEMBAHASAN Tube Viscometer

Tabel 1. Hasil Pengamatan Viskositas pada alat tube viscometer kelompok 9 Sampel Air Keran

t1 9.18

t2 9.26

t3 9.05

Susu Segar

13.71

13.69

13.74

Susu Pasterisasi

21.24

21.62

21.71

µ 0.853 x 103 1.277 x 103 2.005 x 103

ρ 996.4 8

Berikut merupakan contoh perhitungannya : µ air keran = ρ x k x ts = 996,48 x (9.345 x 10-8) x ts = 996,48 x (9.345 x 10-8) x 9,18 = 0,853 x 103 µ susu segar = ρ x k x ts = 996,48 x (9.345 x 10-8) x ts = 996,48 x (9.345 x 10-8) x13,71 = 1,277 x 103 µ susu pasteurisasi

= ρ x k x ts = 996,48 x (9.345 x 10-8) x ts = 996,48 x (9.345 x 10-8) x 21,24 = 2,005 x 103 Tabel 2. Hasil Pengamatan Viskositas pada alat tube viscometer kelompok 10 Sampel

t1

t2

t3

µ

ρ

Air Keran Susu Segar Susu Pasterisa si

37”

37,7”

37,6”

996. 48

58,9 ‘ 21.24

59,1”

58,6”

21.62

21.71

0.853 x 103 1,345 x 10-3 1,342 x 10-3

Ratarata K dan µ 2,286 x 10-8 1,56 x10-3 1,342 x 10-3

Berdasarkan hasil pengamatan didapat nilai duplo viskositas pada air keran sebesar 0.853 x 103. Pada susu segar sebesar 1,355 x 103. Pada susu pasteurisasi sebesar 1,674 x 103. Bila dibandingkan dengan hasil viskositas pada alat rotational viscometer didapat hasil yang hampir sama namun masih terdapat perbedaan hasil. Hal ini dapat disebabkan karena keakuratan dari masingmsing alat berbeda. Pada alat rotational viscometer terdapat pengaturan rpm

K 9.345 x 10

sedangkan pada alat tube viskometer dilakukan secara langsug tanpa ada pengaturan kecepatan rpm. Prinsip pada alat tube viskometer ini yaitu viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui tube viskometer. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui untuk lewat 2 tanda tersebut. Rotational Viscometer Berikut merupakan tabel data hasil pengamatan pada praktikum rotational viscometer dengan sampel susu segar, susu pasteurisasi, yoghurt, dan air keran. Tabel 3. Hasil Pengamatan Viskositas pada Bahan Pangan

Sampel

RPM 50

n

Log K

Dari hasil 60 pengamatan tabel diatas, sampel 100 Susu 1,03 5,51 yoghurt memiliki Segar 32 72 100 viskositasa 60 tertinggi dibandingkan 50 dengan sampel 50 yang lainnya, dengan rata-rata 60 viskositasnya 100 Susu 1,00 adalah sebesar Pasteur 5,47 33 isasi 43 100 2,792 x 10-5 Pa.s. Pada air didapat 60 nilai rata-rata 50 viskositas sebesar -6 4,246 x 10 Pa.s. 4 Susu pasteurisasi 6 memiliki rata-rata 10 viskositas sebesar Yoghur 0,11 3,33 -6 t 23 3,386 x 10 . 27 10 Sedangkan 6 sampel yang memiliki 4 viskositas paling 60 rendah yaitu susu segar dengan rata100 rata viskositas 200 Air 1,21 sebesar 1,305 x 6,08 Keran 88 72 200 10-3. Pada 100 sampel yoghurt 60 dilakukan pengukuran menggunakan alat Rotational Viscometer Digital dengan spindel tipe L2. Hasil pengamatan menunjukan jari-jari dari spindel sebesar 8,325 mm, sedangkan jari-jari container yaitu 10,025 mm. Dari data diatas didapat nilai Rb/Rc yaitu 0,835 jika dibulatkan maka mendekati angka 0,99. Hal ini menunjukan tipe dari very narrow gap yang artinya diameter spindel hampir sama dengan diameter container. Nilai k yang didapat yaitu sebesar 736207,1. Hubungan

γ 11,84146 14,20975 23,68292 23,68292 14,20975 11,84146 12,9075 15,489

σ

µ (Pa.s)

3,90699E05 4,71685E05 7,99588E05 7,99588E05 4,71685E05 3,90699E05 4,36725E05 5,24385E05

3,29942E -06 3,31945E -06 3,37622E -06 3,37622E -06 3,31945E -06 3,29942E -06 3,3835E06 3,38553E -06 3,39125E -06 3,39125E -06 3,38553E -06 3,3835E06 0,000391 262 0,000272 993 0,000173 467 0,000173 467 0,000272 993 0,000391 262 3,72553E -06 4,16609E -06 4,84835E -06 4,84835E -06 4,16609E -06 3,72553E -06

25,815

8,7545E-05

25,815

8,7545E-05

15,489 12,9075 1,214223 1,821335 3,035559 3,035559 1,821335 1,214223 1021,138 1701,897

5,24385E05 4,36725E05 0,00047508 0,00049721 2 0,00052656 9 0,00052656 9 0,00049721 2 0,00047508 0,00380427 8 0,00709024 9

3403,794

0,01650277

3403,794

0,01650277

1701,897 1021,138

0,00709024 9 0,00380427 8

antara log N dengan log Torsi tersaji pada grafik 1.

Grafik 1. Hubungan antara Log N terhadap Log Torsi pada Yoghurt

Berdasarkan grafik 1 dengan menggunakan 4 rpm, 6 rpm , dan 10 rpm, didapat persamaan linier dari hubungan log N dengan log torsi descending yaitu y = -0,832x + 1,1579. Dari persamaan tersebut didapat nilai n yaitu -0,832 dan nilai n ini menunjukan angka kurang dari 1. Sedangkan persamaan linier hubungan antara log N dan log torsi pada ascending yaitu y = -0,888x + 1,145. Pesamaan tersebut menunjukan bahwa nilai n sebesar -0,888, hal ini menunjukan

bahwa nilai n < 1. Viskositas apparent akan semakin mengecil apabila nilai n kurang dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa yoghurt termasuk kedalam fluida jenis pseudoplastik (shear thinning). Proses pengadukan akan berpengaruh terhadap penurunan viskositas pada fluida jenis pseudoplastik.

Grafik diatas menunjukkan hubungan log torsi terhadap log N pada sampel dengan persamaan y= 1,0332x-5,5172. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai n= 1,0332 dan nilai K sebesar = 3,04 × 10 -6 , dimana nilai n tersebut > 1. Jika nilai n lebih dari 1, dapat disimpulkan bahwa susu segar merupakan fluida non newtonian jenis fluida dilatant. Grafik hubungan shear rate terhadap shear stress dapat dilihat pada grafik 4.

Grafik 2. Hubungan shear stress terhadap shear rate Grafik shear rate terhadap shear stress menunjukkan bahwa pemambahan shear rate menyebabkan penurunan shear stress. Dengan kata lain adanya pengadukan akan menyebabkan viskositas yoghurt semakin menurun. Pada sampel susu segar dilakukan pengukuran viskositas dengan alat yang sama yaitu rotational viscometer digital dan termasuk kedalam tipe very narrow gap karena nilai diameter spindel hamper sama dengan nilai diameter container, dengan nilai Rb/Rc yaitu= 0,8839 yang jika dibulatkan mendekati 0,99. Nilai K yang didapat sebesar 3,04 × 10-6. Hubungan antara log torsi terhadap log N dapat dilihat pada grafik 3.

Grafik 4. Hubungan shear stress terhadap shear rate

Grafik 3. Hubungan log Torsi terhadap N pada Susu Segar

Grafik ini menunjukan bahwa susu segar merupakan fluida jenis non newtonian dan masuk ke dalam dilatant. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur yang ada bahwa susu merupakan fluida non newtonian. Aliran dilatant terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya. Viskositas susu pasteurisasi diuji dengan menggunakan rotational viscometer menggunakan spindel L1 dengan jari-jari 9,0275 x 10-3 m sedangkan jari-jari container sebesar 10,025 x 10-3 m sehingga nilai Rb/Rc sebesar 0,9004987513 dan termasuk ke dalam tipe very narrow gap yang artinya diameter spindel hampir sama dengan diameter kontainer. Nilai k yang didapat sebesar 0,810898. Hubungan antara log N terhadap log Torsi dapat dilihat pada grafik berikut.

Berdasarkan Grafik 6 menunjukan bahwa susu pasteurisasi memiliki grafik linear yang berarti sampel susu pasteurisasi -3.3 RPM rendah ke tinggi ini termasuk fluida non-newtonian. Fuida -3.41.65 1.7 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95 2 2.05 non-Newtonian adalah suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika -3.5 f(x) = 1x - 5.47 terdapat gaya yang bekerja pada fluida R² = 0.98 -3.6 Linear (RPM rendah ke tinggi) tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-3.7 Newtonian tidak memiliki viskositas yang konstan. Berkebalikan dengan fluida non-3.8 Newtonian, pada fluida Newtonian viskositas bernilai konstan sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Selain itu, Fluida NonNewtonian juga adalah fluida yang tidak tahan terhadap tegangan geser (shear stress), gradient kecepatan (shear rate) dan temperature. Dengan kata lain viskositas merupakan fungsi dari pada waktu. Sampel selanjutnya adalah air keran. Air keran termasuk kedalam tipe very narrow gap karena nilai diameter spindle hamper sama dengan nilai diameter container, dengan Grafik 5. Hubungan log N terhadap Log nilai Rb/Rc yaitu= 0,8109 yang jika Torsi Susu Pasteurisasi dibulatkan mendekati 0,99. Nilai K yang didapat sebesar 3,355 × 10-6. Hubungan Grafik 5 menyatakan hubungan antara antara log torsi terhadap log N dapat dilihat log N terhadap log torsi pada sampel susu pada grafik 7. pasteurisasi menggunakan rpm 50, 60, dan 100. Persamaan linear dari grafik 1 ini adalah Log τ terhadap Log N y = 1,0033x - 5,4743 dan nilai R² = 0,9823. -2.8 AIR KERAN (NAIK) Dari persamaan linear tersebut, dapat dilihat -31.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 bahwa nilai n sebesar 1,0033 dan n > 1. -3.2 Fluida susu pasteurisasi ini berarti termasuk -3.4 f(x) = 1.22x - 6.09 ke dalam golongan fluida non-newtonian. Linear (AIR KERAN (NAIK)) -3.6 Grafik hubungan antara shear rate terhadap -3.8 shear stress dapat dilihat pada grafik berikut.

RPM rendah ke tinggi

-4

2.5 2 1.5 1 0.5 0

TINGGI KE RENDAH RENDAH KE TINGGI 0

500000 1000000

Grafik 6. Hubungan shear Rate terhadap Shear Stress Susu Pasteurisasi

Grafik 7. Hubungan log Torsi terhadap Log N Grafik diatas menunjukkan hubungan log torsi terhadap N pada sampel dengan persamaan linear air adalah y = 1,0394x – 8,5937 dengan R2 = 0,9625. Slope merupakan nilai n (indeks behavior) dari suatu bahan pangan. Nilai n sampel air sebesar 1,0394, nilai n dibulatkan menjadi 1. Sehingga, sampel air merupakan jenis fluida newtonian

dengan nila n = 1. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa air termasuk ke dalam fluida jenis newtonian. Grafik hubungan shear rate terhadap shear stress dapat dilihat pada grafik 8. Shear stress terhadap Shear Rate 0.02

AIR KERAN (NAIK)

0.02 0.01 AIR KERAN (TURUN)

0.01 0 0

1000

2000

3000

4000

Grafik 8. Hubungan shear stress terhadap shear rate pada Air Kran Grafik shear rate terhadap shear stress pada sampel air keran menyebabkan kenaikan, hal ini diduga pengadukan dapat membuat viskositas pada susu segar semakin meningkat. Prinsip dari alat Rotational Viskometer yaitu sebuah spindel dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan. Bentuk dari spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan Shear Rate. Dalam viskometer rotasi dikenal istilah torque dengan satuan dyne-cm. Torque dapat juga dinyatakan sebagai persen terhadap maksirnum kecepatan rotasi dari spindle. Bila torque (A) menunjukkan nilai 100%, berarti spindle ber-putar pada kecepatan maksimumnya, sedangkan bila torque 0% berarti spindle berada dalam keadaan diam. Spindle yang digunakan pada rotary viscometer memiliki faktor konversi ke viskositas untuk kecepatan rotasi tertentu

Nilai viskositas dapat dihitung dari % torque yang terbaca pada alat dikalikan dengan faktor konversi pada tabel pada kecepatan rotasi yang bersesuaian.

KESIMPULAN Pada sampel yoghurt memiliki viskositas tertinggi diantara sampel yang lainnya, dimana rata-rata viskositasnya sebesar 2,792 x 10-5 Pa.s. Sedangkan rata-rata viskositas pada air sebesar 4,246 x 10 -6 Pa.s. Pada sampel susu pasteurisasi didapat ratarata viskositasnya sebesar 3,386 x 10-6. Sampel susu segar memiliki viskositas terendah diantara sampel yang lainnya yaitu dengan rata-rata viskositas sebesar 1,305 x 10-3.

DAFTAR PUSTAKA Akra Budi. 2010. Pengaruh Penambahan Lesitin dan Suhu Counching terhadap Sifat Reologi Pasta Kakao.Universitas Hasanuddin. Makassar. Danu Ariono, F.Lestari, J.Ria, Manullang. 2007. Sifat Reologi Larutan Tapioka. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Kusnandar, Fery., Purwiyatno H., Elvira S,. 2006. ITP 330 Prinsip Teknik Pangan. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut pertanian Bogor. Steffe, J.F dan Briggs, J.L. 1997. Using Brookfield Data and the Mitschka Method to Evaluate Power Law Foods. Michigan State University: Ann Aror.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF