Praktikum Sediaan Cair Dan Sediaan Semi Padat
March 29, 2018 | Author: Feri Andriyanto | Category: N/A
Short Description
Praktikum Sediaan Cair Dan Sediaan Semi Padat...
Description
PRAKTIKUM SEDIAAN CAIR DAN SEDIAAN SEMI PADAT KRIM
KELOMPOK : 3 B 1 2 3 4
YULIANA EGA WIDYANINGRUM FEPRY HARVITO N. NUR AYU S.
Dosen
17113218A 17113224A 17113226A 17113233A
: Dra. Lina Susanti, M.Si.
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2014 I.
Tujuan Membuat dan melakukan pengujian terhadap sediaan cream, yang meliputi daya menyebar, daya melekat dan viskosistas.
II.
Dasar Teori
Definisi sediaan krim : Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008). creaim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya. Kualitas dasar krim, yaitu: 1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar. 2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. 3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. 4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994). Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu: 1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak Contoh : cold cream Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. 2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air Contoh: vanishing cream Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit. Kelebihan dan kekurangan sediaan krim Kelebihan sediaan krim, yaitu: 1. Mudah menyebar rata 2. Praktis 3. Mudah dibersihkan atau dicuci 4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat 5. Tidak lengket terutama tipe m/a 6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m 7. Digunakan sebagai kosmetik 8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
Kekurangan sediaan krim, yaitu: 1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas. 2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas. 3.
Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem
campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan. Bahan-bahan Penyusun Krim Formula dasar krim, antara lain: 1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya. 2. Fase
air,
yaitu
bahan
obat
yang
larut
dalam
air,
bersifat
basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya). METODE PEMBUATAN KRIM Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersamasama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahanlahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991)
Penggunaan krim yaitu :
Sebagai sediaan pembawa untuk melindungi kulit. Kemungkinan digunakan sebagai barier fisika atau kimia pada sedaiaan krim. Pertolonganpertama pada bahanpelembabkhususnya air dalamminyak. Pembersih. Mempunyaiefekemulien. Sebagaipembawauntukbahan-bahanobatsepertianastesi local, anti inflamasi( NASIDataukortikosteroid ), hormon anti biotik, anti fungi, atau anti iritasi
III.
Alat dan Bahan Alat : Alat daya menyebar, alat daya melekat,Viskometer, mortir dan stamper, cawan porselen, gelas ukur, gelas beaker, sendok tanduk. Bahan : Formula 1
R/
temulawak 10% Basis vanishing cream Buat cream 30 gram
Basis vanishing cream R/ as.stearat
3
Cera alba
0,5
Vas.alb 62,3 Propilen glikol 1,8
Formula 2
TEA
0,4
Aquades
17
Formula 3
R/ Minyak zaitun 10%
R/ Kloramfenikol 3%
Basis vanishing cream
Basis vanishing cream
IV.
Cara Kerja
Pembuatan krim minyak zaitun ( kelompok 3) : Siapkan alat dan bahan
Timbang bahan sesuai dengan perhitungan
Masukkan minyak zaitun kedalam mortar, tambahkan nipagin aduk ad homogeny. Tambahkan sebagian aquadest aduk ad homogen ( campuran I ) Buat basis krim : asam stearate, cera alba, vaselin album, propilen glikol, TEA dan sebagian aquadest dalam cawan porselen dilebur diatas watterbath hingga melebur sempurna (campuran II) Campurkan campuran I dan campuran II dalam mortar yang panas, aduk cepat Masukkan dalam pot,Lakukan evaluasi. A. Uji homogenitas krim 1. krim dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok. 2. Diamati apakah sediaan krim menunjukkan suasana yang homogen. B. Uji daya menyebar krim 1. Timbang 0,5 g krim. Letakkan ditengah alat (kaca bulat). 2. Timbanglah dahulu kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut di atas masa salep dan biarkan selama 1 menit. 3. Ukurlan berapa diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang ratarata diameter dari beberapa sisi). 4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah krim yang menyebar seperti sebelumnya 5. Teruskan dengan menambah tiap kali dengan tambahan 50 g dan catat diameter skrim yang menyebar setelah 1 menit. 6. Ulangi masing-masing 3kali untuk tiap krim yang tersisa. 7. Buat grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar. C. Uji daya lekat krim 1. Letakkan krim (secukupnya) diatas obyek glas yang telah ditentukan luasnnya. 2. Letakkan obyek glass yang diatas salep tersebut. Tekanlah dengan beban 1kg selama 5 menit 3. Pasanglah obyek glass pada alat uji. 4. Lepaskan beban berat seberat 80 g dan catat waktunya hingga kedua obyek glas tersebut lepas. 5. Ulangi sebanyak 3 kali.
6. Lakukan tes untuk formula krim yang lain dengan masing-masing 3 kali percobaan. D. Uji Viskositas 1. Pasanglah viskotester pada klemnya dengan arah horisontal/ tegak lurus dengan arah klem. 2. Rotor kemudian dipasang pada viskotester dengan menguncinya berlawanan arah jarum jam. 3. Masukkan sampel kedalam mangkuk, kemudian alat dihidupkan. 4. Catat berapa kekentalan sampel setelah jarum pada viskositas stabil.
V.
HASIL a. Uji homogenitas A(minyak zaitun)
B(temulawak)
homogen
homogen
b. Uji daya sebar Beban (g)
Luas daerah penyebaran
Tanpa beban
A (minyak zaitu) 3,71
B (temulawak) 3,8
50 kg
5
4,2
100 kg
5,45
4,5
150kg
5,88
5,1
c. Uji daya lekat Formula
Lama melekat ()detik + SD)
A B
1 1,33
d. Uji viskositas
VI.
Formula
Viskositas (dPa-s)
A B
200 241,67
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dibuat sediaan krim yang mengandung bahan aktif minyak zaitun, temulawak dan kloramfenicol yang menggunakan basis vanishing cream yaitu suatu krim yang terdiri dari emulsi minyak dalam air (o/w) . Fase air terdiri dari PEG, TEA ,dan aqua sedangkan fase minyaknya terdiri dari asam stearat, cera alba,dan vaselin putih.Pada pembuatan cream di butuhkan suatu Emulgator pada masing fase karena untuk mempersatukan fase air dan minyak tersebut. Pada resep ini emolgatur pada fase air yaitu TEA dan pada fase minyak menggunakan emolgatur asam stearat dan sering disebut dengan TEA stearat. Cara pembuatannya yaitu dengan melebur fase minyak diatas waterbath pada suhu 70°C,meskipun memiliki titik lebur yang tidak sama dapat dilebur dalam perbandingan-perbandingan tertentu sehingga diperoleh massa yang baik. Setelah fase air dan fase minyak dibuat perlu diperhatikan masalah pencampurannya agar kedua fase tersebut dapat tercampur. Misalnya pada suhu masing-masing fase harus sama karena jika salah satu fase suhunya berbeda menyebabkan fase minyak dan air tidak dapat bercampur membentuk emulsi. Biasanya fase air dibuat suhu lebih tinggi karena suhunya lebih cepat turun dibandingkan fase minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah pemisahan. Setelah itu zat aktif ditambahkan ke dalam basis vinishing cream yang telah jadi. Untuk minyak zaitun ditambahkan dalam kondisi suhu yang rendah karena apabila minyak zaitun di masukkan dalam suhu yang tinggi maka minyak zaitun akan cepat tengik. Setelah sedian krim sudah selesai dibuat dilakukan beberapa pengujian diantaranya yaitu uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji viskositas. Uji homogenitas hasil uji homogenitas terlihat pada sediaan krim dengan zat aktif minyak zaitun dan temulawak telah tercampur secara merata (homogen) tidak terdapat partikel yang mengumpal.
Uji daya sebar Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji daya sebar dilakukan menggunakan alat ekstensometer. Pada krim temulawak mempunyai daya sebar yag lebih luas dibandingkan dengan krim minyak zaitun. Hal ini mungkin dikarenakan konsistensi dari krim temulawak lebih cair/lunak daripada krim minyak zaitun. Krim temulawak mampu menyebar dengan
cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan dibandingkan dengan krim minyak zaitun. Uji daya lekat Pada uji daya lekat krim minyak zaitun mempunyai waktu yang lebih cepat (1 detik) dibandingkan dengan krim temulawak (1,33 detik) tetapi perbandingannya tidak terlalu jauh. Hal ini dikarenakan formulasi krim minyak zaitun maupun temulawak mempunyai konsentrasi fase air yang lebih banyak dibandingkan dengan fase minyak dan basis yang digunakkan (vinishing cream) merupakan basis salep emulsi atau basis salep tercuci air artinya emulsi tipe minyak dalam air yang dapat dicuci darikulit maupun pakaian dengan air. Uji viskositas viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Pada krim minyak zaitu mempunyai viskositas lebih kecil (200dPa-s) dibandingkan dengan krim temulawak (241,67dPa-s). Semakin kental konsistensi dari sediaan krim maka semakin besar viskositasnya. Bahan tambahan lainya yang digunakan adalah nipagin yang mana berkhasiat sebagai pengawet (anonim, 1979). Bila dalam resep krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah krim tidak menjadi busuk ditambah nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief, 1998). Maksud busuk disini adalah agar krim tidak cepat rusak dan krim menjadi awet. Penambahan nipagin yang dianjurkan adalah 0,1% - 0,2% (Moh. Anief, 1998. Hal 112) Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah : 1. Kelarutan Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah mudah larut, atau sukar larut. 2. Kestabilan Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam pembuatan sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut tidak mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam hal pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarutpelarut tertentu yang digunakan.
VII.
KESIMPULAN 1. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar 2. Zat aktif dalam sediaan krim harus terbagi homogen agar setiap pemakaian mempunyai dosis atau khasiat yang sama. Pada krim minyak zaitun dan temulawak didapatkan hasil yang homogen 3. Konsistensi dari sediaan krim harus tidak terlalu keras dan tidak terlalu encer serta dapat melekat pada kulit selama waktu yang diperlukan. Daya sebar krim temulawak memunyai luas yang lebih besar dibandingkan dengan krim miyak zaitun Berarti krim temulawak mampu menyebar dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan. 4. Semakin kental sediaan krim maka viskositasnya semakin besar. Krim minyak zaitun mempunyai iskositas yang lebih kecil dibandingkan dengan krim temulawak.
VIII. DAFTAR PUSTAKA - Moh.Anief, 1994 “ Farmasetika ” Gajah Mada Universitay Press, Yogyakarta. - Moh.Anief, 1984 “ Ilmu Farmasi “ Ghalia Indonesia, Jakarta. - http://rizkiafarmacist.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-teknologi-
farmasi.html Lachman, Leon dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga. Jakarta; Universitas Indonesia.
View more...
Comments