PRAKTIKUM III.3 Proses Plasmolisis Dan Deplasmolisis

March 11, 2019 | Author: Rona Lastikasari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

laporan praktikum...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM III.3 BIOLOGI UMUM (AKKC 211)

PROSES PLASMOLISIS DAN DEPLASMOLISIS

Disusun Oleh:

Rona Lastikasari A1C212018 Kelompok IIIB

Dosen Pengasuh :

Dra. Hj. Noorhidayati, M.Si Dra. St. Wahidah Arsyad, M.Pd

Asisten Dosen :

Dina Noor Qomariah M. Rezha Fahlevi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2012

PRAKTIKUM III.3

Topik

: Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis

Tujuan

: Untuk mengetahui proses terjadinya Plasmolisis dan Deplasmolisis pada sel-sel tumbuhan serta memahami penyebab terjadinya.

Hari/ tanggal : Rabu/ 31 Oktober 2012 Tempat

: Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin.

I. ALAT DAN BAHAN 1. Alat

:

a. Mikroskop  b. Kaca benda c. Kaca penutup d. Penunjuk waktu (Stopwatch) e. Pipet tetes f.

Cawan petri

g. Pisau silet h. Baki 2. Bahan :

a. Daun Rhoe Daun Rhoe discolor   b. Aquades c. Larutan Sukrosa 0,2 M II. CARA KERJA

1. Menyayat permukaan bagian bawah (bagian yang berwarna ungu merah) daun Rhoe daun Rhoe discolor . discolor . 2.

Meletakkan sayatan tersebut pada kaca benda yang telah ditetesi aquades, dan menutup dengan kaca penutup secara hati  –  hati. Mengamati dengan mikroskop.

3. Apabila sel - sel daun  Rhoe discolor  sudah tampak jelas, meneteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi kaca penutup. Pada tepi yang lain menempelkan kertas saring/penghisap, sehingga aquades akan tertarik oleh kertas dan medium sayatan diganti oleh larutan sukrosa. 4. Mengamati dengan mikroskop selama kurang lebih 5 menit. Mencatat semua perubahan yang terjadi, terutama waktu terjadinya plasmolisis. 5. Mengulangi langkah 3 dengan mengganti medium larutan sukrosa dengan aquades. Mengamati dan mencatat terjadinya deplasmolisis.

III. TEORI DASAR 

Plasma sel atau sitoplasma dibungkus oleh suatu selaput tipis yang disebut membran plasma. Membran plasma merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel dengan lingkungan luar. Selaput ini berupa membran yang mampu mengatur secara selektif cairan dari lingkungan suatu sel dan sebaliknya. Umumnya membran plasma bersifat semipermeabel yang berarti hanya Molekul tertentu yang dapat melewatinya, seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan berbagai ion. Perpindahan Molekul atau ion melewati membran ada dua macam, yaitu transfor pasif dan transfor aktif. 1. Transfor pasif adalah perpindahan Molekul atau ion tanpa menggunakan energi sel yang terjadi secara spontan dari konsentrasi tinggi kerendah, contohnya pada difusi dan osmosis. 2. Transfor aktif adalah perpindahan Molekul atau ion menggunakan energi dari sel itu, contohnya pompa ion natrium (Na +) / kalium (K +), endositosis, dan eksositosis. Cairan sel biasanya hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel  bersifat hipotonis (potensial air rendah). Apabila suatu sel dimasukkan dalam larutan yang hipertonis terhadap sitoplasmanya maka air di dalam sel akan berdifusi keluar sehingga sitoplasmanya mengerut / menyusut dan membran sel / selaput sel akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Plasmolisis adalah  peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Misalnya sel Spirogyra diletakkan dalam larutan yang hipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air yang berada dalam vakuola merembes keluar dari sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari dindidng sel. Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut Plasmolisis. Penyebab langsung plasmolisis adalah adanya larutan luar yang yang lebih  pekat dari pada cairan c airan vakoula, larutan seperti itu disebut hipertonik terhadap cairan vakoula. Plasmolisis dapat memberikan gambaran untuk menentukan  besarnya nilai osmosis sebuah sel.

Apabila suatu sel dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonis maka air  akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan mengembang sampai akhirnya sel tersebut akhirnya pecah, peristiwa ini disebut Deplasmolisis. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel  pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Eolida atau sel epidemal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.

IV. HASIL PENGAMATAN

1. Daun Rhoe Daun Rhoe discolor di discolor di tetesi dengan aquades Keterangan : 1. Ruang antar sel 2. Sitoplasma 3. Dinding sel 4. Stomata

Perbesaran : 10X Berdasarkan Literatur  Keterangan : 1. Ruang antar sel 2. Sitoplasma 3. Dinding sel 4. Stomata

( Sumber : Anonim.2012.a ) 2. Daun Rhoe Daun Rhoe discolor di discolor di tetesi dengan sukrosa 0,20 M Keterangan : 1. Ruang antar sel 2. Sitoplasma 3. Dinding sel 4. Stomata

Perbesaran : 10X

Berdasarkan literatur : Keterangan : 1. Ruang antar sel 2. Sitoplasma 3. Dinding sel

( Sumber : Anonim.2012.b ) 3. Daun Rhoe Daun  Rhoe discolor  disc olor  yang ditetesi aquades kembali setelah tetesan larutan sukrosa di keringkan. Keterangan : 1. Ruang antar sel 2. Sitoplasma 3. Dinding sel 4. Stomata

Perbesaran : 10X Berdasarkan literatur : Keterangan : 1. Ruang antar sel 2. Sitoplasma 3. Dinding sel 4. Stomata

( Sumber : Anonim.2012.c )

V. ANALISIS DATA

Pada percobaan mengenai proses plasmolisis dan deplasmolisis digunakan daun  Rhoe discolor  yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. 1. Sel daun Rhoe daun Rhoe discolor sebelum discolor sebelum di tetesi

Sel sebelum di tetesi ( Sumber : Anonim.2012.d ) Pada pengamatan ini sel daun  Rhoe discolor  pada discolor  pada keadaan biasa setelah diamati beberapa saat tidak terjadi perubahan apa-apa pada selnya. Warna ungu pada daun sel  Rhoe discolor  merata di seluruh permukaan selnya. Hal ini terjadi karena sel berada dalam keadaan seimbang (isotonis), karena tidak ada larutan yang yang

bersifat hipotonis hipotonis maupun

hipertonis. Untuk lebih jelasnya keadaan sel yang seimbang (isotonis) dapat dilihat pada gambar berikut :

( Sumber : Anonim.2012.e )

2. Sel daun Rhoe daun Rhoe discolor di discolor di tetesi aquades

Sebelum di tetesi aquades

Setelah di tetesi aquades

( Sumber : Anonim.2012.e ) Pada perlakuan yang kedua saat ditetesi aquades, ternyata terjadi difusi dalam sel daun tersebut. Pigmen warna ungu menjadi lebih sedikit dan warnanya tidak terlalu pekat seperti sebelum ditetesi air. Bentuk selnya tidak mengalami perubahan karena aquades tidak bersifat hipotonis dan hipertonis, dan daun  Rhoe discolor  tidak mengalami  plasmolisis atau deplasmolisis. 3. Sel daun Rhoe daun Rhoe discolor di discolor di tetesi sukrosa

Sebelum di tetesi larutan sukrosa

Setelah di tetesi larutan sukrosa

( Sumber : Anonim.2012.f ) Pada perlakuan yang ketiga yaitu meneteskan larutan sukrosa dan mendiamkannya selama 5 menit. Pada perlakuan ini terlihat adanya  perubahan yang terjadi pada sel daun  Rhoe discolor . Selnya tampak  mengkerut karena mengalami plasmolisis. Hal ini disebabkan karena larutan sukrosa merupakan larutan hipertonis (potensial air tinggi) dan sel daun  Rhoe discolor  merupakan larutan hipotonis (potensial air rendah), sehingga air yang berada dalam vakuola sel tersebut merembes keluar dari sel.

Kehilangan

air

lebih

banyak

akan

menyebabkan

terjadinya

 plasmolisis, ini artinya tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana  protoplasma sel terlepas dari dinding sel. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis atau runtuhnya seluruh dinding sel akan terjadi. Keadaan seperti ini yang akhirnya akan mengakibatkan sel daun  Rhoe discolor  kehilangan air dan juga tekanan turgor, yang akan menyebabkan sel daun daun Rhoe  Rhoe discolor lemah. discolor lemah. Proses plasmolisis ini merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Dimana osmosis merupakan difusi air melalui selaput yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat  berkonsentrasi rendah. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses yang sama dapat terjadi pada sel hewan, yang disebut dengan krenasi. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk  menyebabkan ekosmosis. Proses plasmolisis untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar   berikut ini :

( Sumber : Anonim.2012.g )

4. Sel daun  Rhoe discolor  di tetesi aquades kembali setelah tetesan larutan sukrosa di keringkan.

Larutan sukrosa di keringkan

Peristiwa

Di tetesi aquades kembali

( Sumber : Anonim.2012.h ) deplamolisis merupakan kebalikan

dari

peristiwa

 plasmolisis. Ini berarti peristiwa deplamolisis dapat terjadi bila sel daun  Rhoe discolor  yang telah mengalami peristiwa plasmolisis diletakkan di larutan hipotonik (potensial air rendah). Ini dapat dilihat pada percobaan selanjutnya yang mengganti larutan sukrosa dengan aquades. Setelah ditetesi kembali dengan aquades, keadaan sel kembali seperti semula hanya saja pigmen warna ungu tidak terlalu pekat lagi warnanya. Pada perlakuan ini akan mengakibatkan air yang berada di luar sel masuk ke dalam vakuola, sehingga sel daun  Rhoe discolor  tersebut akan mengembang atau kembali ke keadaan semula. Peristiwa inilah yang kemudian disebut dengan deplasmolisis. Peristiwa

deplasmolisis

ini

dapat

juga

bertujuan

untuk 

mengembalikan keadaan sel yang telah mengalami peristiwa plasmolisis ke keadaan semula. Atau mengembalikan keadaan sel yang tadinya mengkerut untuk kembali mengembang seperti keadaan semula. Proses deplasmolisis untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

( Sumber : Anonim.2012.i )

Macamnya

Keaadan semula

Plasmolisis

Deplasmolisis

Warna

Ungu tua

Warna jadi

Ungu tua

lebih pudar yaitu ungu muda Bentuk sel

Protoplasma

Protoplasma

Protoplasma

tidak mengkerut

mengkerut, segi

tidak mengkerut

dan segi enam

enam

Pemerataan

Warna merata/

Warna ungu

Warna merata/

warna

mengisi sel

tidak merata/

mengisi sel

penuh

tidak mengisi sel

penuh

secara penuh Struktur sel

Protoplasma Protoplasma

Protoplasma

Protoplasma

tidak mengalami

mengalami lisis/

tidak mengalami

lisis

lepas

lisis

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui  bagaimana proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis. Perbedaan keaadaan awal dengan setelah terjadinya plasmolisis dapat dilihat dengan jelas melalui pengamatann sel daun Rhoe daun Rhoe discolor di discolor  di bawah mikroskop. plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa sel tumbuhan. Plasmolisis ialah terlepasnya membrn plasma dari dinding sel karena terjadinya eksosmosis (sel ditempatkan pada larutan hipertonik). Plsmolisis pun dapat dipulihkan kembali asalkan plasmolisis belum parah dan lingkungan sel segera berubah kembali menjadi hipotonik terhadap cairan sel, ssehingga terjadi endomosis yang akhirnya sel mengalami deplasmolisis.

VI.

KESIMPULAN

1.

Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding

sel

karena

sel

berada

dalam

larutan

hipertonik

terhadap

sitoplasmanya sehingga air di dalam sel akan berdifusi keluar dan membuat sitoplasmanya mengerut dan membran sel / selaput sel akan terlepas dari dinding sel. 2.

Deplasmolisis adalah peristiwa pecahnya sitoplasma sel karena sel

 berada dalam cairan yang hipotonis, sehingga air akan masuk ke dalam sel dan membuat sitoplasma akan mengembang sampai akhirnya sel tersebut akhirnya pecah. 3.

Pada percobaan sel tumbuhan  Rhoe discolor  yang direndam dalam larutan sukrosa 0,5 M terjadi peristiwa plasmolisis, sedangkan pada  percobaan sel tumbuhan  Rhoe discolor  yang diletakkan pada kaca  benda dan ditetesi aquades terjadi peristiwa deplasmolisis.

VII.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.a.id.wikipedia.org  Anonim.2012.a.id.wikipedia.org .Diakses .Diakses tanggal5 November 2012 Anonim.2012.b. Anonim.2012.b. id.wikipedia.org .Diakses .Diakses tanggal 5 November 2012 Anonim.2012.c. id.wikipedia.org .Diakses .Diakses tanggal 5 November 2012 Anonim.2012.d.banyakkali.blogspot.com Anonim.2012.d.banyakkali.blogspot.com.Diakses .Diakses tanggal 5 November  2012 Anonim.2012.e. spmbiology403.blogspot.com  spmbiology403.blogspot.com..Diakses tanggal 5 November  2012 Anonim.2012.f.banyakkali.blogspot.com Anonim.2012.f.banyakkali.blogspot.com.Diakses .Diakses tanggal 5 November  2012 Anonim.2012.g. spmbiology403.blogspot.com.  spmbiology403.blogspot.com.Diakses  November 2012

tanggal

5

Anonim.2012.h.banyakkali.blogspot.com Anonim.2012.h.banyakkali.blogspot.com.Diakses .Diakses tanggal 5 November  2012 Anonim.2012.i.drugline.org  Anonim.2012.i.drugline.org .Diakses tanggal 5 November 2012  Nasir, Mohammad dkk. 1993.  Penuntun Praktikum Biologi Umum Depdikbud: Yogyakarta. Arsyad, Siti Wahidah dan Noorhidayati. 2012.  Penuntun Praktikum  Biologi Umum. Umum. Banjarmasin: Jurusan PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF