PRAKTIKUM 1

February 25, 2018 | Author: Widania Alifa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

praktikum 1...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS KAJIAN ADMINISTRASI RESEP

Dosen Pengampu : Yardi, Ph.D., Apt Nelly Suryani, M.Si., Ph.D., Apt Dr. Azrifitria, M.Si., Apt Puteri Amelia, M.Si., Apt Dra. Delina Hasan, M.Kes Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt Suci Ahda Novitri, S.Far., Apt

Disusun Oleh : Ramadhani

11141020000060

Muhaiminul Maulidza

11141020000066

Nada Nursetiyanti

11141020000076

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MARET/2017

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar pelayanan kefarmasian pada sarana pelayanan kefarmasian, yaitu: 1. Membaca resep 2. Mengkaji resep secara administrasi 3. Membuat kopi resep dan etiket 1.2 Kajian Teoritis 1.2.1

Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014). Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006). Menurut Jas (2009) yang berhak menulis resep adalah : 

Dokter Umum.



Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.



Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/ pasien hanya hewan

Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian : 1. Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek. 3. Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. 4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi. 5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut. 6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur pasien. Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat).

Resep ditulis pada kop format resep resmi dan harus menepati ciri-ciri yang berikut: 1. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat pelayanan medik dan informatif.

2. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti ambillah atau berikanlah. 3. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat kemudian ditulis dalam angka Romawi dan harus ditulis dengan jelas. a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah). b. Penulisan sediaan obat paten atau merek dagang, cukup dengan nama dagang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya. 4. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah, misal: a) Codein, tidak boleh menjadi Kodein. b) Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F. 5. Signatura ditulis dengan jelas, tutup dan paraf. 6. Pro atau peruntukkan obat dan umur pasien ditulis, misalnya Tn. Amir, Ny. Supiah, Ana (5 tahun). 7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume sediaan sesudah bentuk sedíaan. 8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknya tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte (Jas, 2009). Banyak permasalahan yang timbul dalam penulisan resep, karena hal ini menyangkut dengan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik. Kesalahan yang dapat timbul berupa : 1. Kesalahan dalam penulisan resep, dimana dokter gagal untuk mengkomunikasikan info yang penting, seperti : 

Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan.



Menulis resep dengan tidak jelas/ tidak terbaca



Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan atau nomenklatur yang tidak terstandarisasi



Menulis instruksi obat yang ambigu



Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut



Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan lebih dari satu rute.



Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intavena intermitten tanpa menspesifikasi durasi penginfusan.



Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.

2. Kesalahan dalam transkripsi 

Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.



Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang sebelumnya ketika menuliskan resep obat untuk pasien saat datang ke rumah sakit.



Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang did aftar obat pasien.



Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar obat yang diresepkan untuk pasien rawat inap (Cahyono, 2008).

2.1.2

Pelayanan Farmasi Klinik Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014, Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi: 1. Pengkajian resep; 2. Dispensing;

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO); 4. Konseling; 5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care); 6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan 7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Kajian administrasi merupakan salah satu dari kegiatan pengkajian resep. Kajian administratif meliputi: 1) nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan; 2) nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan 3) tanggal penulisan Resep. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep (Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014).

BAB 2 ISI UTAMA LAPORAN 2.1 Prosedur Kerja

Mahasiswa diberikan resep oleh dosen pembimbing praktikum

Dibaca resep yang diberikan

Dilakukan kajian terhadap kelengkapan administrasi resep dan dicatat masalah yang terdapat pada resep jika ada

Dibuat laporan

Dibuat etiket obat

Dibuat kopi resep terhadap resep asli yang didapat

2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1

Hasil

a. Hasil Pengkajian Resep Kelengkapan Resep

Resep I

Resep II

Nama Pasien





Umur



× ( dr. spesialis anak)

Jenis Kelamin Pasien



√ (nama anak)

Berat Badan Pasien

×

×

Nama Dokter





Nomor Surat Izin Praktik





Alamat





Nomor Telepon





Paraf





Tanggal Penulisan Resep.

×



Bentuk Sediaan





Kekuatan Sediaan

×



Dosis Obat

×

×

Volume Sediaan

-

×

Aturan Penggunaan Obat

Kurang

(Permenkes Ri Nomor 35 Tahun 2014)

(Sip

Lengkap

b. Copy Resep I APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 SALINAN RESEP Nama Dokter : dr. Budiman Alamat Dokter : Jl. Juanda No 96 Tangerang Selatan Nama Pasien : Tn Salim (50 tahun) Alamat Pasien : Kampung Utan Tanggal resep :R/ Tensicap Tab No.XV ʃ 3 dd tab 1 det orig R/ Dumin tab No.XV ʃ 3dd tab 1 prn sakit kepala det X

P.C.C Apoteker pengelola

Ralina M.Farm., Apt

c. Copy Resep II APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 SALINAN RESEP Nama Dokter : dr. Santoso, Sp, A Alamat Dokter : Jl. WR. Supratman No.86, Tangerang Nama Pasien : Alifah Alamat Pasien :Pondok Ranji Tanggal resep :21 Maret 2017 R/ Tempra Sir 160mgS ml No.I ʃ 3 dd cth 1prn demam det R/ Cefspan Susp 100 mg.5 ml No.I ʃ bdd cth 1/4 det R/ Actived plus expectorant Sir 60 ml No.I ʃ tdd cth 1/4 nedet

P.C.C Apoteker pengelola

Ralina M.Farm., Apt

d. Etiket Resep I APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 No. 1

Tgl : 21 Maret 2017

Nama Pasien : Tn. Salim (50 tahun) 3 X sehari 1 tab Sesudah Makan Semoga Lekas Sembuh

APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 No. 1

Tgl : 21 Maret 2017

Nama Pasien : Tn. Salim (50 tahun) 3 X sehari 1 tab Sesudah Makan Semoga Lekas Sembuh

e. Etiket Resep II APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 No. 2

Tgl : 21 Maret 2017

Nama Pasien : Alifah 3 X sehari ¼ sendok teh Sesudah Makan Kocok dahulu sebelum diminum Semoga Lekas Sembuh

APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 No. 2

Tgl : 21 Maret 2017

Nama Pasien : Alifah 2 X sehari ¼ sendok teh Sesudah Makan Dihabiskan Kocok dahulu sebelum diminum Semoga Lekas Sembuh

APOTEK RALIN Jl. Kertamukti No.103 Bandung Telp 021123456 Apoteker : Ralina, M.Far., Apt. SIA : 111410200000 No. 2

Tgl : 21 Maret 2017

Nama Pasien : Alifah 3 X sehari 1 sendok teh Sesudah Makan Kocok dahulu sebelum diminum Semoga Lekas Sembuh

2.2.2

Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan pembacaan resep, mengkaji resep secara administrasi dan membuat kopi resep serta etiketnya. Seringkali resep obat tidak memenuhi kelengkapan resep, oleh karena itu diperlukan persyaratan pengkajian resep Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang tidak tepat (Katzung, 2004).

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Pencantuman nama dan alamat prescriber dengan jelas dan lengkap sangat diperlukan, terutama bila terdapat hal-hal yang tidak jelas/meragukan dalam resep yang perlu ditanyakan terlebih dahulu kepada penulis resep, menghindarkan penyalahgunaan resep dilingkungan masyarakat serta memperlancar pelayanan bagi pasien di apotek. Dari hasil pengamatan resep pada modul, hal-hal yang berpotensi menimbulkan medication error adalah berat badan pasien, tanggal penulisan resep, umur pasien, aturan pakai (Rahmawati, fita, dkk. 2002), tidak mencantumkan dosis obat dan volume pada sediaan larutan. Pada resep pertama, dan kedua ditemukan kurangnya keterangan berat badan pasien. Penulisan berat badan pasien ini sangat diperlukan agar tercapai tepat dosis. Tidak terdapatnya keterangan umur pada resep kedua juga berpengaruh terhadap tepat dosis, namun persyaratan ini telah dipenuhi karena telah diketahui bahwa pasien tersebut ditangani oleh soorang dokter spesialis anak dan keterangan jenis kelaminnnya didukdung oleh nama anak tersebut yang menandakan jenis kelaminperempuan. Pada resep pertama dan kedua ini juga ditemukan adanya ketidakjelasan penulisan signa obat seperti kekuatan sediaan pada resep 1 dan volume sediaan serta dosis obat pada resep kedua dan . seperti pada resep 1 dan 2 yang tidak diberi keterangan waktu pemakaian obat sebelum atau sesudah makan. Penulisan aturan pakai yang tidak jelas merugikan pasien, karena berkaitan dengan dosis dan hasil terapi yang dicapai. (Rahmawati, fita, dkk. 2002). Hal ini sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam pembacaan pemakaian obat sehingga pasien dapat meminum obat sesuai dengan cara dan aturan pemakaian. Penulisan dosis sediaan harus ditulis dengan jelas agar terhindar dari kesalahan pemberian jumlah dosis, mengingat adanya obat-obat yang memilki dosis lebi

dari satu. Tetapi biasanya terdapat kesepakatan tidak tertulis dalam pelayanan obat bahwa jika kekuatan obat tidak tertulis maka diberikan obat dengan kekuatan kecil. (Bilqis, Siti Ulfah. 2015). Frekuesnsi pemberian obat penting dalam resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi penggunaan obat yang tepat dengan informasi tersebut maka diharapkan Selain itu tidak ditulisnya jumlah total obat maupun ketidakjelasan penulisannya selain memperlambat pelayanan di apotek, juga merugikan pasien karena berpengaruh terhadap hasil terapi dan harga obat yang harus ditanggung oleh pasien (Rahmawati, fita, dkk. 2002). Penulisan nama obat yang tidak jelas maupun sukar dibaca berpotensi menimbulkan medication error, mengingat banyak obat dengan nama yang hampir sama terutama apabila obat tersebut mempunyai rute pemberian obat yang sama (Cohen, 1999) Nama dokter, SIP, alamat telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar ketika Apoteker Pengola Apotek melakukan skrinning resep kemudian terjadi kesalahan mengenai kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompabilitas cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut dapat langsung dihubungi untuk melakukan pemeriksaan kembali (Bilqis, Siti Ulfah. 2015). Hal ini juga diperlukan untuk menjamin keamanan pasien, bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai hak dan dilindungi undang-undang dalam memberikan pengobatan bagi pasiennya. Pencantuman paraf dokter diperlukan agar resep menjadi otentik dan tidak disalahgunakan dilingkungan masyarakat (lebih-lebih bila menyangkut resep narkotika dan psikotropika) (Rahmawati, fita, dkk. 2002) selain itu, agar dapat menjamin keaslian resep dan berfungsi sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut (Bilqis, Siti Ulfah. 2015).

Bentuk sediaan dalam resep sering tidak tertulis dengan jelas dapat menyebabkan terjadi kesalahan dalam "memperkirakam" bentuk sediaan yang tertulis dalam resep dan akan berpengaruh terhadap efek obat dan harga obat yang harus ditanggung pasien (Rahmawati, fita, dkk. 2002)

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan –

Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang tidak tepat (Katzung, 2004).



Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.



Pada resep pertama ditemukan ketidaklengkapan resep berupa berat badan pasien, tanggal penulisan resep, dosis,

kekuatan sediaan dan waktu

pemberian obat –

Pada resep keduan dietemuka ketidaklengkapan resep berupa umur pasien, berat badan pasien, volume sediaan pada sediaan larutan serta dosis obatnya.

3.2 Saran Mahasiswa disarankan untuk lebih teliti lagi dalama mengkaji resep yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Bilqis, Siti Ulfah. 2015. Kajian Administrasi, farmasetik, dan klinis resep pasien rawat jalan di RUMKITAL DR. MINTOHARDJO.Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Cahyono, Suharjo B., 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius Cohen, M.R., 1999, Medication Errors, 16,1-16,8, American Pharmaceutical Association, Washington, DC Jas, A., 2009. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Ed 2. Medan : Universitas Sumatera Utara Press Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa oleh Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: SalembaMedika Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014 Rahmawati, fita, dkk. 2002. KAJIAN PENULISAN RESEP: TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP

DI APOTEK-

APOTEK KOTAMADYA YOGYAKARTA. Majalah Farmasi Indonesia, 13(2), 86-94, 2002. Fakultas Farmasi UGM Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF