Praktek Peranc Bangunan
September 11, 2017 | Author: Nick Nicko Sitindaon | Category: N/A
Short Description
perencanaan...
Description
BAB I PERENCANAAN ATAP 1.1. Rencana Gording Rencana atap pada bangunan merupakan bagian yang sangat penting, mengingat fungsi dan estetika bangunan yang bersangkutan. Dalam perencanaan atap perlu dipertimbangkan lebih dulu perencanaan gording dari atap tersebut. a
a
a
a
a
a
a
a
6
L1
b
GN
K
L1
5
K
4 L1
G
G
G
N
G
G
G
G
S
G
S
S
S K IA
IA
IA
3 L1
IA
KETERANGAN :
2 L1
K
b
GN
b
B1
A
B2
B
B3
C
1
K G N S IA GN
: KUDA-KUDA RANGKA BAJA : GORDING C__________ : NOK 2C__________ : SAG-ROD Ø_____ : IKATAN ANGIN Ø____ : GUNUNG-GUNUNG
b
D
Gambar 1.1 Denah rencana atap Untuk merencanakan gording perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. a) Jarak gording mendatar untuk atap genteng atau sirap antara 1800mm sampai maksimum 2500mm, sedang untuk atap seng atau asbes antara 1000 sampai 1300mm. Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
1
Perencanaan Atap
2
b) Bentang gording ditentukan oleh jarak antar kuda-kuda, sebaiknya jarak kudakuda sama dengan jarak kolom struktur. Tetapi kalau tidak memungkinkan jarak kuda-kuda diambil antara 2500mm sampai 4000mm untuk atap genteng atau sirap. Untuk atap seng atau asbes jarak kuda-kuda bisa diambil sampai 6000mm. c) Jumlah sag-rod atau batang tarik penahan beban arah sumbu lemah gording ditentukan oleh bentang gording (jarak kuda-kuda). Jarak sag-rod ini bisa diambil maksimum 2000mm. d) Batang ikatan angin dipasang dengan bentuk silang diantara kuda-kuda. Ikatan angin ini tidak perlu dipasang pada setiap kuda-kuda, tetapi dapat dipasang selang-seling. e) Setelah semua hal tersebut dipertimbangkan, dibuatlah gambar denah rencana atap seperti pada contoh gambar 1.1. Setelah denah rencana atap dibuat, kemudian direncanakan gording seperti dijelaskan gambar 1.2 berikut. Beban gording : - berat sendiri = diperkirakan
2
3
α
a x berat atap = ……. kN/m’ cos α
-
berat atap =
-
berat plafon = a x berat plafon = ……. kN/m’
Dead Load (D) rencana gording q = …….. kN/m’
Beban gording arah sb-2 P cos α q cos α
Beban pekerja P diambil sebesar 1,0 kN sebagai beban Live (L) Rencana momen gording :
M 3,D =
1 2 q cos α (L1 ) 8
M 2,D =
1 q sin α 8
L1 Beban gording arah sb-3 P sin α q sin α
L1 3
= ……. kN/m’
L1 3
L1 3
M 3,U = 1,4M 3,D M 3,U = 1,2M 3,D M 2,U = 1,4M 2,D M 2,U = 1,2M 2,D
⎛ L1 ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ 3⎠
M 3,L = +
1 P cos α (L1 ) 4
M 2,L = +
1 P sin α 4
2
⎛ L1 ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ 3⎠
⎫ * ⎬ pilih yang besar M 3,U + 1,6M 3,L ⎭ ⎫ * ⎬ pilih yang besar M 2,U + 1,6M 2,L ⎭
Gambar 1.2. Rencana Gording Kemudian pilih dimensi gording C, dan dari tabel profil diperoleh property penampang antara lain : I3 = Ix (mm4) ; I2 = Iy (mm4) ; W3 = Wx (mm3) dan W2 = Wy (mm3) Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
Perencanaan Atap
3
Cek tegangan pada profil C :
fb =
M 3*,U
φW 3
+
M 2*,U
φW 2
≤ Fy , jika tidak dipenuhi pilih profil yang lain
dengan nilai φ = 0,9 untuk lentur dan geser (tabel 6.4-2 SNI 03-1729-2002) Cek defleksi gording :
1 P cos α (L1 ) 5 q cos α (L1 ) δ2 = + 48 384 EI EI 4
δ = δ 32 + δ 22 ≤
3
4
5 q sin α ⎛ L1 ⎞ 1 P sin α ⎛ L1 ⎞ dan δ 3 = ⎜ ⎟ + ⎜ ⎟ 384 EI ⎝ 3 ⎠ 48 EI ⎝ 3 ⎠
1 L1 , sesuai batas lendutan maksimum (tabel 6.4-1 SNI 03-1729240
2002) Hitungan sag-rod : Jumlah gording di bawah nok pada gambar 1.1 sejumlah n=4 baris, sehingga
n ⎛ L1 ⎞ q sin α ⎟ dan Ft ,L = P sin α 2 ⎠ ⎝3
gaya sag-rod terbesar ialah : Ft ,D = n ⎜
Kombinasi beban :
Ft ,U = 1,4Ft ,D Ft ,U = 1,2Ft ,D
⎫ * ⎬ pilih yang besar Ft (kN) + 1,6Ft ,L ⎭
Luas batang sag-rod yang diperlukan : Asr
Ft* .10 3 = mm 2 → pilih diameter sag-rod φFy
yang dibutuhkan. Hitungan sag-rod : Untuk batang ikatan angin biasanya tidak ada hitungan yang terperinci, biasanya langsung ditentukan dengan mempertimbangkan bentang dan jarak kudakuda. Untuk kasus ini batang ikatan angin ditentukan φ16mm.
1.2. Rencana Beban Kuda-kuda Untuk merencanakan beban kuda-kuda dapat dilakukan setelah dimensi gording, sag-rod dan lainnya ditentukan. Dengan melihat denah rencana atap dapat dibuat bagan kuda-kuda seperti ditunjukkan Gambar 1.3. Lebar tritisan diambil sebesar b, yang besarnya bervariasi antara 750mm sampai dengan 1250mm. Beban-beban P1, P2 dan P3 dihitung sesuai dengan jarak gording (lebar atap yang didukung) dan panjang gording (jarak antara kuda-kuda), yang dijelaskan
Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
3
Perencanaan Atap
4
seperti berikut. Berat atap dan plafon diambil dari peraturan pembebanan yang berlaku, untuk berat sendiri kuda-kuda diperkirakan 0,50 kN/m’.
P3 P2
P2
P2
P2
P2
P2
P1
P1
α b
a
a
a
a
a
a
a
a
b
Gambar 1.3. Bagan rencana kuda-kuda Beban P1 :
a x berat kuda-kuda 2
= ……. kN
= L1 x berat gording per-m’
= ……. kN
- berat sendiri kuda-kuda = - berat gording - berat atap - berat plafon
1 (a + b ) x L1 x berat atap = ……. kN 2 cos α 1 = (a + b ) x L1 x berat palfon = ……. kN 2
=
Beban P1 = ……. kN Beban P2 :
- berat sendiri kuda-kuda = a x berat kuda-kuda - berat gording = L1 x berat gording per-m’ - berat atap - berat plafon
a x L1 x berat atap cos α = a x L1 x berat palfon
=
Beban P2 Beban P3 :
= ……. kN = ……. kN = ……. kN = ……. kN = ……. kN
- berat sendiri kuda-kuda = a x berat kuda-kuda = ……. kN - berat gording = 2 x L1 x berat gording per-m’ = ……. kN - berat atap - berat plafon
a x L1 x berat atap cos α = a x L1 x berat palfon
=
Beban P3
= ……. kN = ……. kN = ……. kN
Beban P1, P2 dan P3 tersebut adalah beban mati (D), beban hidup (L) diambil sesuai ketentuan dalam Peraturan Pembeban, dalam hal ini diambil sebesar 1,0 kN pada setiap joint.
Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
Perencanaan Atap
5
Untuk beban angin ditentukan koefisien angin tiup (Cti) dan angin isap (Cis) sesuai dalam Peraturan Pembebanan, dan dijelaskan pada gambar 1.4. Beban angin dikerjakan pada tiap joint atas kuda-kuda seperti dijelaskan berikut.
C is
C ti
α b
a
a
a
a
a
a
a
a
b
(a) Koefisien beban angin W3
W4
W2
W5
W2
W5
W2
W5
W1
W6
α b
a
a
a
a
a
a
a
a
b
(b) Beban angin dari kiri pada joint W4
W3 W2
W5
W2
W5
W2
W5
W1
W6
α b
a
a
a
a
a
a
a
a
b
(c) Beban angin dari kanan pada joint
Gambar 1.4. Bagan rencana kuda-kuda Beban angin dari kiri, besarnya W1, W2, W3, W4, W5 dan W6 dihitung sesuai dengan besar tiupan angin (Qw), koefisien beban angin (Cti atau Cis), jarak gording (lebar atap yang didukung) dan panjang gording (jarak antara kuda-kuda), yang dijelaskan seperti berikut. Beban W1 = Beban W2 =
1 (a + b ) x Cti x L1 x Qw = ……. kN 2 cos α a cos α
x Cti x L1 x Qw
= ……. kN
Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
Perencanaan Atap
Beban W3 =
1 a x Cti x L1 x Qw 2 cos α
6
= ……. kN
1 a x Cis x L1 x Qw = ……. kN 2 cos α a Beban W5 = = ……. kN x Cis x L1 x Qw cos α
Beban W4 =
Beban W6 =
1 (a + b ) x Cis x L1 x Qw = ……. kN 2 cos α
Untuk beban angin dari kanan, beban-beban W1, W2, W3, W4, W5 dan W6 arahnya dibalik seperti dijelaskan pada gambar 1.4( c). Dari bentuk kuda-kuda dan beban-beban yang telah ditentukan, kemudian dibuat model dalam 2 dimensi menggunakan soft-ware SAP2000 atau yang lain, untuk diketahui defleksi dan gaya-gaya dalamnya. Setelah defleksi di-cek terhadap syarat dalam SNI 03-1729-2002 bab 6.4.3, kemudian dibuat tabel gaya batang seperti yang dijelaskan pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Rencana gaya-gaya batang pada kuda-kuda No Batang
Panjang (mm)
Beban DL (kN
Beban LL (kN)
Beban Angin Kiri Wki (kN)
Beban Angin Kanan Wka (kN)
1,4DL
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
1,2DL + 1,6 LL
1,2DL + 1,3 Wki + 0,5 LL
1,2DL + 1,3 Wka + 0,5 LL
Gaya rencana
[8]
[9]
[10]
[11)
(kN)
1 2 3 4 5 6 7 dst
Tabel 1.1 tersebut merupakan kombinasi pembebanan untuk kuda-kuda sesuai SNI 03-1729-2002 bab 6.2.2. Gaya-gaya rencana pada kolom 11, diperoleh dari kombinasi yang diberikan pada kolom 7, 8, 9 dan 10, dipilih yang terbesar.
Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
Perencanaan Atap
7
1.3. Rencana Elemen Kuda-kuda Pada perencanaan elemen kuda-kuda ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah perencanaan elemen tarik (tanda positif), dan perencanaan elemen tekan (tanda negatif). Untuk perencanaan elemen tarik dapat digunakan persamaan (10.1.1-1) pada SNI 03-1729-2002 sebagai berikut.
ft =
Nu ≤ f y , dengan nilai φ = 0,9 φ Ag
(1-1)
dan syarat kelangsingan: Lk finishing (wp)
1. Beban sendiri
Lantai
4. Beban plafon
3
2
2
2
5. Lain-lain
Tabel 2.2 Contoh analisis penulangan pelat Tipe Plat
Kondisi Tumpuan
Atap
Ly = 3000 Lx = 1750 ht = 120mm
Lantai
2,0
B Wu= 10,012 kN/m2
Ly = 6000 Lx = 3000 ht = 120mm
Lantai
1,5
C Wu= 10,012 kN/m2
Lx
1,7
A Wu= 5,200k N/m2
Ly
Ly =3000 Lx = 2000 ht = 120mm
Koef.
Mu
Vu
φ Vc
A
0,001x
kN.m
kN
kN
mm2
T. Pokok
mm2
T.Bagi
Mlx Mtx
59 1) 59
0,940 0,940
4,550
44,7 2)
200 3)
φ 8-200
250
φ 6-200
Mly Mty
36 36
0,573 0,573
200
φ 8-200
250
φ 6-200
Mlx Mtx
62 62
5,587 5.587
298
φ 8-150
333
φ 6-200
Mly Mty
35 35
3,154 3,154
240
φ 8-150
333
φ 6-200
Mlx Mtx
56 56
2,243 2,243
240
φ 8-150
333
φ 6-200
Mly Mty
37 37
1,482 1,482
240
φ 8-150
333
φ 6-200
Arah
15,018
10,012
1)
55,9
55,9
Dipasang
Koefisien momen diambil dari Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1971 untuk pelat dengan tumpuan monolit di ke-empat sisi 2) Kuat geser beton Vc berdasarkan pada fc’ = 20 MPa 3) Luas tulangan berdasarkan pada mutu baja fy = 240 MPa
Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
Perencanaan Tangga Dan Pelat
P8-150
P8-150
P6-200
P8-150
P8-150
P6-200 P8-150
P8-150
P6-200
5
D
3000
P8-150 P6-200
P8-150
P8-150
P6-200 P6-200
P8-150 P6-200
P8-150
P6-200
P8-150 P6-200
4000
P8-150
6
C
6000
P6-200
B
3000
P8-150
A
4000
P6-200
h = 120 mm
4
Gambar 2.7. Contoh gambar penulangan pelat lantai alternatif 1
B
C
P6-200 P6-200
P8-300 P8-300
P6-200
P6-200
P8-300
P8-300
P8-300
P8-150
P8-300
P8-300
P8-300
P6-200
P6-200
5
P8-300
P8-150
P6-200
P6-200
4000
P8-300
P8-300
P8-300
P8-300 P8-300
D
3000
P8-150
P8-300
6000
P8-150
P8-300
6
P8-300
3000
P8-300
A
4000
P6-200
h = 120 mm
4
Gambar 2.8. Contoh gambar penulangan pelat lantai alternatif 2
Modul PRAKTIK REKAYASA oleh Haryanto Yoso Wigroho 2008
21
View more...
Comments