PPS SABUGA

October 5, 2017 | Author: Listra Endenta | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PPS SABUGA...

Description

KUNJUNGAN PUSAT PENGOLAHAN SAMPAH ITB

Pengelolaan Sampah di ITB Dalam hal pengelolaan sampah, ITB sudah memiliki sistem pengelolaan sendiri. Sehingga semua sampah yang terdapat di kampus ITB dikelola dalam satu pusat pengolahan yaitu PPS Sabuga (Pusat Pengolahan Sampah Sabuga). Untuk mendukung pusat pengolahan tersebut maka di kampus ITB terdapat 2 jenis tempat sampah, yaitu mudah membusuk dan tidak mudah membusuk. Hal ini dilakukan agar mempermudah proses pengolahan selanjutnya.

Ketika sampah diangkut ke PPS dalam keadaan sudah terbagi 2 yaitu mudah membusuk(mudah membusuk) dan tidak mudah membusuk(tidak mudah membusuk). Kemudian dilakukan pemilahan sampah dari tidak mudah membusuk yang masih memiliki nilai jual, setelah dipilah sampah seperti kardus, botol, (kemasan/plastik tergantung permintaan) dijual ke lapak.

Gambar 1 Skema sistem pengelolaan sampah di ITB

PPS SABUGA Bermula dari masalah Bandung Lautan Sampah pada tahun 2005, ITB memecahkan permasalahan sampahnya dengan Pusat Penampungan Sampah di Sabuga. Sampah yang dapat diterima sekitar 25-30

m3/hari. Pengumpulan sampah tersebut beralur dari asrama ITB, kampus (zona timur, barat, tenggara), kantin, kawasan RW taman sari, Direktorat Pendidikan ITB, saraga dan sabuga. Jenis sampah yang diolah adalah mudah membusuk dan tidak mudah membusuk sedangkan sampah B3 tidak diterima. Pengolahan sampah untuk sampah mudah membusuk adalah composting sedangkan pengolahan untuk sampah tidak mudah membusuk adalah pemilahan sampah yang masih memiliki nilai jual seperti, kardus, botol sedangkan sisanya dibakar melalui insinerator.

Insinerator Insenerator yang baru ini mulai dioperasikan bulan Januari 2010 ini, diprakarsai oleh Bapak Ari Darmawan (Dosen Mesin ITB). Kapasitas alat A100 (kapasitas sampah yang masuk adalah 100 kg/jam atau 1,3 ton/hari). Alat ini digunakan untuk mengolah sampah yang tidak mudah membusuk pada suhu 800°C. Bagian-bagian dari Insinerator: a. Ruang Bakar Insinerator yang digunakan di PPS sabuga merupakan insinerator modular dengan memiliki 2 ruang bakar. Ruang bakar pertama berfungsi untuk membakar sampah menjadi abu, sedangkan ruang bakar kedua berfungsi untuk membakar gas hasil pembakaran dari ruang bakar 1. Pada ruang bakar 2 temperatur harus memcapai 800°C agar gas hasil pembakaran dari ruang bakar 1 dapat terbakar dengan sempurna. Karena insinerator merupakan proses thermal yang memerlukan oksigen maka tersedia juga blower yang befungsi untuk mensuplai udara masuk ke dalam ruang bakar. Bahan bakar yang digunakan adalah solar, namun solar hanya digunakan pada saat awal masuk sampah, selanjutnya sampah sedirilah yang menjadi bahan bakar. Sistem feeding/penyuplai sampah dilakukan secara manual. Oleh karena itu aspek keselamatan pekerja akan paparan panas harus diperhatikan. b. Boiler Setelah dari ruang bakar dua, gas tersebut menuju boiler. Dari ruang bakar, gas akan memiliki temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum dilepas ke lingkungan, temperatur tersebut harus didinginkan terlebih dahulu agar gas dapat terdispersi di udara. Pada unit ini, gas akan didinginkan dengan menggunakan air, uap air yang terbentuk kemudian ditangkap untuk menjadi sumber energi untuk rencana perkembangbiakan jamur di PPS sabuga.

c. Cyclone Gas dan partikulat dari boiler kemudian akan masuk ke unit cyclone. Unit ini berfungsi untuk mengendalikan partikulat. Dengan prinsip gaya sentrifugal, partikulat yang memiliki densitas yang lebih besar akan mengendap sedangkan partikulat yang lebih kecil masih dapat terikut pada aliran gas. d. Wet scrubber Selain unit cyclone, unit pengendali gas dan partikulat lainnya adalah wet scrubber. Unit ini berfungsi untuk mengendalikan gas (terlebih gas yang bersifat asam) dan juga partikulat. Prinsip kerja alat ini adalah absorpsi dimana absorbent yang digunakan adalah air. Oleh karena itu, jika menggunakan alat pengendali ini, harus tersedia juga unit pengolahan limbah cair. Dari unit ini, diharapkan emisi insinerator sudah bebas dari polutan yang menggangu lingkungan. e. Stack Cerobong merupakan unit yang berfungsi untuk mengalirkan gas keluar. Agar gas dapat keluar maka terdapat blower yang berfungsi untuk mendorong gas hasil pembakaran keluar ke udara ambien.

Pada bagian dalam insenerator terdapat isolator yang memiliki batu tahan api (menstabilkan panas dalam ruangan sehingga api tidak kontak dengan logam). Namun kendala yang timbul adalah masih adanya sampah basah yang terolah sehingga ketika sampah yang kandungan airnya tinggi memerlukan energi pembakaran yang lebih besar sehingga asap yang keluar terkadang hitam demikian pula saat akan menyalakan mesin. Hal in yang menyebabkan kekhawatiran dan keluhan masyarakat.

Gambar 2 Insinerator ITB

Hasil samping dari pembakaran sampah menggunakan insinerator selain emisi yang keluar dari cerobong adalah abu hasil pembakaran. Sejauh ini, abu tersebut digunakan sebagai bahan substitusi pasir untuk membuat batako.

Gambar 3 Batoko hasil penggunaan bottom ash

Composting Untuk sampah membusuk, proses pengolahan yang dilakukan adalah komposting. Proses komposting yang dilakukan di PPS Sabuga dimulai dengan pencacahan sampah mudah membusuk lalu ditambahkan air untuk proses composting. Tiap 7 hari, ada pembalikan sampah mudah membusuk yang telah dicacah tersebut. Kemudian kira-kira kurang lebih 30 hari telah terbentuk kompos. Berdasarkan keperluannya, kompos yang telah terbentuk dipisahkan berdasarkan ukuran komposnya. Ada ukuran kompos yang paling kecil bertekstur lembut, sedang bertekstur agak kasar, dan besar bertekstur kasar. Ukuran kompos terkecil (halus) itu digunakan untuk keperluan tanaman bunga sedangkan ukuran kompos sedang (agak kasar) untuk perkebunan. Untuk ukuran kompos yang paling besar dan bertekstur kasar harus diolah lagi dengan penambahan air. Kompos yang dihasilkan tidak hanya digunakan untuk dijual ke perkebunan dan toko-toko bunga Rp 3000,00/sak (1sak=3,5 kg) lalu dijual kembali dengan harga Rp 5000,00/sak oleh toko bunga melainkan juga dipakai untuk keperluan tanaman yang dipelihara di sebelah PPS tersebut. Untuk kehidupan tanaman-tanaman tersebut tidak hanya diberi media kompos tetapi juga dicampur sekam. Selain itu kompos itu hanya sebagai media penggempur bukan pupuk sehingga untuk cepatnya pertumbuhan nutrisi pada tanaman kompos masih ditambahkan mikroba samba dari SITH.

Gambar 4 Unit Composting di PPS Sabuga

Tenaga Kerja PPS Sabuga berada dibawah pengawasan Dept. Sarana dan Prasarana IBT. Pekerja PPS berkisar 9-11 orang. Ada pengaturan piket, pengecekan kesehatan (meminum susu murni sebagai antioksidan), pemakaian prosedur keselamatan kerja seperti helm, kacamata, check up/ tahun, sarung tangan. Bahan baku standar untuk operasi alat pencacah kompos dan stater insenerator adalah solar. Operasi alat berlangsung dari pk 07.00-17.00 sedangkan sampah dari ITB datang sekitar pk 09.00-10.00 (sekitar 9 kali datang dalam 1 harinya untuk menyalurkan sampah).

Rencana Pengembangan Hal yang dapat dikembangkan dari PPS Sabuga adalah sebagai berikut: a. penangkapan uap panas dari insinerator untuk keperluan pengembangan jamur dapat segera direalisasikan. b. Maintanance unit-unit diinsinerator dapat dilakukan dengan rutin. Perlunya penambahan unit pengolahan limbah cair (hasil dari wet scrubber), sejauh ini belum dilakukan pengolahan dengan baik, hanya dibuang pada saluran drainase. c. Pengembangan lain yang ingin dilakukan adalah membuat unit pengolah kertas dan plastik. Melihat bahwa kedua jenis sampah diatas merupakan sampah yang juga banyak terdapat di kampus ITB.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF