PPP3 Kelompok 3 Lab FHA

April 4, 2018 | Author: Breagitta Dwi Yuniarto | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

[]...

Description

PAPER PARASIT DAN PENYAKIT IKAN (Dactylogyrus cyprini sp, Gyrodactylus Gyrodactylus cyprini sp, Diplozoon sp, Transversotrema sp, Opistrochis sp, Clinostomum sp) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan semester genap

Disusun oleh: Windy Herdyanto

230110110056

Hilya Andiani

230110140007

Breagitta Dwi Y

230110140009

Gitri Maudy

230110140014

Kelas: Prodi Perikanan Kelas A / Kelompok 6

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR

2016

1.1

Dactylogyrus cyprini sp.

1.1.1 Klasifikasi Klasifikasi Dactylogyrus cyprini sp. sebagai berikut: Filum Sub filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Vermes, : Platyhelminthes : Trematoda : Monogenea : Dactylogyridae : Dactylogyrus : Dactylogyrus cyprini sp. Gambar 1. Dactylogyrus cyprini sp. (sumber: www.penyakitikan.com)

1.1.2 Morfologi Dactylogyrus sp. merupakan parasit pada ikan air tawar dan ikan air laut. Hidup di insang, punya kaki paku dan beracetabulum. Parasit yang matang melekat pada insang dan bertelur disana. Bentuk Dactylogyrus sp. adalah parasit yang memiliki sepasang bintik mata, saluran usus yang tidak jelas, sepasang jangkar yang tidak memiliki penghubung. Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang mata yang kadang - kadang tampak seperti titik hitam dan memiliki saluran usus

1.1.3 Ciri Khusus dan Menyerang Ciri khusus pada Dactylogyrus mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Parasit Dactylogyrus cyprini mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Parasit ini sering ditemukan pada insang ikan Mas dan pada umumnya tidak menunjukan gejala klinis maupun lesi patologis anatomis patognomonik secara signifikan.

1.1.4 HPIK Termasuk ke dalam HPIK Golongan 1.

1.2

Gyrodactylus cyprinid sp.

1.2.1 Klasifikasi Klasifikasi Gyrodactylus cyprini sp. sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies

: Animalia : Platyhelminthes : Monogenea : Monopisthocotylea : Gyrodactylogyridae : Gyrodactylus : Gyrodactylus cyprini sp. Gambar 2. Gyrodactylus cyprini sp. (sumber: www.studyblue.com)

1.2.2 Morfologi Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Ukuran panjang 0,15-20 mm, bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal

1.2.3 Ciri Khusus dan Menyerang Ciri khusus Gyrodactylus memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Habitat cacing pada kulit dan insang ikan air tawar terutama ikan Mas. Larva akan menempel pada tubuh hospes dan tanpa mengalami metamorfose menjadi bentuk dewasa. Serangan Gyrodactylus cyprini menyebabkan luka pada tubuh yang dapat memicu terjadinya infeksi sekunder pada tubuh ikan. Infeksi sekunder inilah yang menjadi pintu masuk penyakit pada tubuh ikan Mas.

1.2.4 HPIK Termasuk ke dalam HPIK Golongan II

1.3

Diplozoon sp.

1.3.1 Klasifikasi Klasifikasi Diplozoon berdasarkan Von Nordman (1832) adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies

: Animalia : Platyhelminthes : Trematoda : Monogenea : Diplozoidae : Diplozoon : Diplozoon Paradoxum sp. Gambar 3. Diplozoon sp. (sumber: quizlet.com)

1.3.2 Morfologi Diploozon sp memiliki bentuk tubuh seperti huruf “X”, berkepala dua dan di bagian posteriornya. Ukuran tubuhnya antara 4-11 mm, sehingga dapat terlihat tanpa bantuan mikroskop. Cacing tersebut hermaprodit dan menempelkan diri dengan pengisap dan clamp serta bercotylofor. Tubuhnya pipih, terdiri dari dua ekor cacing dewasa yang bersatu.

1.3.3 Ciri Khusus dan Menyerang Ciri khusus dari diplozoon adalah di kenal sebagai “Twin Worm” atau cacing kembar siam. Fertilisasi terjadi secara cross fertilization (Fertilisasi Silang). Sering ditemukan pada kulit, sirip dan insang, sehingga tergolong dalam ektoparasit

1.3.4 HPIK Diplozoon termasuk kedalam HPIK golongan II dimana ikan dapat disembuhkan dengan menggunakan asam picric ataupun metilen biru pada perendaman ikan yang terinfeksi (Chapman et.al. 2000).

1.4

Transversotrema sp.

1.4.1 Klasifikasi Klasifikasi ilmiah dari Transversotrema sp sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phyllum : Platyhelminthes Class : Trematoda Subclass : Digenea Family : Azygiida Genus : Transversotrematidae Spesies : Transversotrema sp. Gambar 4. Transversotrema sp. (sumber : www.parasitikan.com) 1.4.2 Morfologi Transversotrema sp memiliki tubuh pipih, panjang melintang, berbentuk lanset, panjangnya kurang lebih 700µm-1200µm dan lebarnya kurang lebih 400µm-700µm. Panjang mulut sekitar 160µm-200µm dari tepi anterior tubuh. Bentuk permukaannya ventral dan sedikit cekung, bagian punggungnya sedikit cembung. Dan keduanya ditutupi duri pendek. Mulut memiliki bentuk celah memanjang di tengah tubuh, dan membuka bulat sampai ke faring.

1.4.3 Ciri Khusus dan Menyerang Dibalik pembukaan mulut terdapat acetabulum berbentuk piringan datar. Transversotrema sp memiliki bintik mata satu pasang, berwarna hitam dan berbentuk bulat. Spesies ini memiliki bentuk yang melintang dan panjang, merupakan jenis ektoparasit

1.4.4 HPIK Parasit ini termasuk ke dalam HPIK Golongan II, dalam upaya pengendalian parasit Transversotrema sp dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit ( Koesharyani et al., 2001).

1.5

Opistrochis sp.

1.5.1 Klasifikasi Klasifikasi dari Opistroschis sebagai berikut: Phylum Kelas Ordo Famili Genus Species

: Platyhelminthes : Trematoda : Prosostomata : Opistorchoidae : Opistorchis : Opistorchis felineus sp. Gambar 5. Opistorchis felineus sp. (sumber : www.cdc.gov)

1.5.2 Morfologi Ciri Morfologi dari Opistorchis terbagi menjadi 2, pada saat telur dan cacing dewasa. Fase telur ciri morfologi Opistrochis yaitu bentuk seperti botol, warna kuning kecoklatan, kulit halus tetapi sangat tebal, berisi embrio yg bersilia (miracidium), operculum mudah terlihat dan infektif untuk siput air. Pada saat fase cacing dewasa ciri morfologinya ventral sucker < oral sucker, usus (sekum) panjang dan mencapai bagian posterior tubuh, testis terletak diposterior tubuh & keduanya mempunyai lobus dan ovarium kecil terletak ditengah.

1.5.3 Ciri Khusus dan Menyerang Mulut terbuka kedalam kerongkongan pendek, yang menghubungkan ke saluran pendek yang lain, esophagus.. Parasit ini termasuk inang perantara. Siklus hidupnya miracidium berenang mencari inang perantara siput air tawar dan payau, lalu berkembang menjadi sporokista, lali menjadi redia dan terakhir cercaria. Gejala klinisnya kerusakan jaringan kulit, peradangan kulit dan stress

1.5.4 HPIK Parasit ini termasuk HPIK Golongan II karena terdapat penanggulangan yang dikuasai yaitu dengan pemberian obat klorokuin.

1.6

Clistonomum sp.

1.6.1 Klasifikasi Klasifikasi dari Clistonomum sp. sebagai berikut: Phylum Class Ordo Family Genus Spesies

: Platyhelminthes : Trematode : Digenea : Clinostomatidae : Clinostomum : Clinostomum sp. Gambar 6. Clinostomum sp. (sumber : www.research.vt.edu)

1.6.2 Morfologi Ciri morfologi dari parasit ini terdapat 2 fase yaitu telur dan cacing dewasa. Pada fase telur ciri morfologinya yaitu ukuran telur 105 -146 x 65 – 75. Fase cacing dewasa ciri morfologinya yaitu ukurannya 3-10 x 2-3 mm, tubuh pipih, bagian lateral konkaf, tidak mempunyai faring, caecum sangat panjang dan ovarium kecil, terletak diantara testis yang terletak tandem.

1.6.3 Ciri Khusus dan Menyerang Larva cacing ini disebut yellow grubs. Parasit ini sebagai inang perantara. Pada inang perantara 1 merupaka siput air, lymnea, planorbis dan helisoma. Pada inang perantara 2 merupakan bangsa amfibi dan ikan. Ikan terinfeksi karena termakannya telur cacing yang dikeluarkan hospes definitive (burung pantai/ pemakan ikan). Menyerang ikan salmon, cyprinida, esocidae dan sluridae (catfish). Jika ikan yang terinfeksi metacercaria termakan burung pemakan ikan– berkembang menjadi cacing dewasa.

1.6.4 HPIK Parasit ini termasuk HPIK Golongan II dikarenakan telah ditemukan penanggulangan yang dapat dikuasai berupa pemberian Pemberian desinfektan yaitu pada alcohol 30 %, mercurochrome dan gentian violet 1%. Public helath dengan cara memasak ikan secara sempurna.

DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E., E. Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius, Jakarta. Chapman et.al. 2000. Ecology Of A Diplozoon Parasite On The Gills Of The African Cyprinid Barbus Neumayeri. Department of Zoology, University of Florida, Gainesville, Florida, 32611, U.S.A. and Wildlife Conservation Society, 185th Street and Southern Boulevard, Bronx, New York, 10460, U.S.A. Dewi J., Elywati dan Syarifudin,. 2002. Penyakit Bakterial dan Mikal. Balai Budidaya Laut Lampung Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Lampung Koesharyani et al. 2001. Penyakit pada ikan Transversotrema sp dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. III(4):1623. Kordi, K. M. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: Rineka Cipta dan Bina Aksara Pujiastuti, Novi. 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Konsumsi di Balai Benih Ikan Siwarak. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang. Purnomowati, R. Dkk. 2002. Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Lampung 107 halaman. WoRMS (2015). Diplozoon paradoxum von Nordmann, 1832. Accessed through: World Register of Marine Species

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF