Ppk Obsgyn Aya

April 26, 2017 | Author: savina hasbiani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ppk obsgyn...

Description

ABORTUS PENGERTIAN Berakhirnya kehamilan dengan umur kehamilan < dengan 20 minggu atau berat janin < 1000 gram. A. Menurut macam – macamnya : a. Abortus spontan : terjadi dengan sendiri b. Abortus provokatus : disengaja i. Abortus provokatus terapetikus : sengan alas an kehamilan membahayakan ibunya atu janin cacat ii. Abortus provokatus kriminalis ; tanpa alas an medis yang sah. B. Menurut derajatnya a. Abortus iminens : adalah abortus yang membakat ditandai dengan peredaran pervaginam yang minimal, tetapi portio uteri (kanalis servikalis) masih tertutup. b. Abortus insipiens : pembukaan servik yang kemudian diikuti oleh kontraksi uterus namun buah kehamilan belum ada yang keluar. c. Abortus inkompletus : biasanya ada pembukaan serviks, sebagian hasil konsepsi sudah keluar (plasenta) sebagian masih tertahan di dalam rahim. Biasanya diikuti perdarahan hebat. d. “ Missed abortion” tertahannya hasil konsepsi yang telah mati di dalam rahim selama ≥ 8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil. Biasanya tidak diikuti tanda – tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks. e. Abortus habitualis : adalah aborted spontan 3 kali atau lebih secara berturut – turut. DIAGNOSIS, GEJALA KLINIS, TATA LAKSANA

No

Diagnosis

Gejala Klinis

1

Abortus imminen    

2

Abortus insipiens  

3

Abortus



inkompletus 

4

“Missed abortion”

  

(ada) amenore (ada) tanda – tanda hamil muda Perdarahan pervaginam, nyeri (cramping pain) V.T (pemeriksaan dalam):ostium uteri menutup Perdarahan pervaginam, nyeri (his) VT : ostium uteri menipis dan terbuka ketuban menonjol buah kehamilan utuh

Perdarahan pervaginam, nyeri dan kadang – kadang disertai syok VT : ostium uteri terbuka didapat sisa kehamilan/plasenta

Perdarahan & keluhan kelainan Pemeriksaan fisik : Tinggi fundus uteri yang menetap dan bahkan mengecil tidak sesuai dengan umur kehamilan.

Penatalaksanaan  

Tirah baring di rumah Prostaglandin sintetase inhibitor : asam mefenamat 4x250mg kap, 5 hari  Hidrogesteron 3x5mg/hari selama 5 hari  Kombinasi vitamin (Vitral)  Kuret, atau drip oksitosin bila kehamilan lebih dari 12 minggu dilanjutkan  Metilergometrin maleat 3x5 tab, selama 5 hari  Amoksisilin 4x500mg/hr per, os selama 5 hari  Memperbaiki keadaan umum  Kosongkan isi uterus (menghentikan perdarahan)  Ganti darah yang hilang  Cegah infeksi  Amoksisilin 3x500 mg selama 5 hari MRS : Mengeluarkan nekrotis   

5

Abortus infeksiosus



a. Abortus inkompletus + panas

 

Perdarahan  pervaginam, nyeri dan Sering disertai  dengan syok VT : ostium uteri 

jaringan

Pemeriksaan faal hemostasis Kehamilan dibawah 12 mg langsung kuretase Kehamilan lebih dari 12 mg diberikan : misoprastol 4 tablet tumbuk SL lalu ditunggu 6-12 jam hingga janin keluar setelah itu dievaluasi dengan USG, bila ada sisa dapat dilakukan kuretase. Perbaiki keadaan umum : infuse,transfusi Antipiretik : xylomidon 2cc I,m. Antibiotik dosis

DIAGNOSIS a. Perdarahan : Berlangsung ringan dampai dengan berat. Perdarahan pervaginam pada abortus imminen biasanya ringan berlangsung berhari – hari dan warnanya merah kecoklatan. b. Nyeri : “Cramping pain”, rasa nyeri seperti pada waktu haid di daerah suprasimfiser, pinggang dan tulang belakang yang bersifat ritmis. c. Febris : Menunjukkan proses infeksi intra genital, biasanya disertai lokia berbau dan nyeri pada waktu pemeriksaan dalam.

RADANG PANGGUL PENGERTIAN Penyakit radang panggul adalah penyakit keradangan dari saluran genitalia wanita bagian atas. Termasuk didalamnya : endometritis, pelvik selulitis salpingitis salpingo-ooforitis, pelvik peritonitis dan juga adanya pembentukan abses (tubo ovarial abses dan abses cavum Douglas). Infeksi panggul pada wanita dapat dibagi menajdi : 1. 2. 3. 4. 5.

Penyakit Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease=PID) Infeksi yang berhubungan dengan abortus Infeksi pasa kala nifas Infeksi pasca operasi ginekologik Sekunder berasal dari infeksi lain organ

Pada kesempatan ini dibicarakan Penyakit Radang Panggul (PID) saja. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK 1. Suhu tinggi disertai takikardia. 2. Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral, bila rasa nyeri hanya unilateral, diagnosis radang panggul akan lebih sulit ditegakkan. 3. Bila sudah terjadi iritasi peritenoum, maka akan terjadi “rebound tenderness”, nyeri tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.

4. Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik. 5. Dapat disertai metroragi, menoragi. KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, ginekologik, laboratorik dan mikrobiologik. DIAGNOSIS Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”,USA. 1993, ialah : A. Ketiga gejala klinik di bawah ini harus ada : 1. Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound 2. Nyeri bila servik uteri digerakkan 3. Nyeri pada adneksa B. Bersamaan dengan satu atau lebih tanda – tanda di bawah ini : 1. Negative gram diplokok pada secret endoserviks 2. Suhu diatas 38C 3. Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³ 4. Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun laparoskopi. 5. Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG. DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan : 1. Pembengkakakan dan nyeri pada labia di daerah kelenjar Bartolini 2. Bila ditemukan fluor albus purulen, umumnya akibat kuman N.gonore. seringkali juga disertai perdarahan – perdarahan ringan di luar haid, akibat endometritis akuta. 3. Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan – gerakan pada servik. Pemeriksaan didaerah adneksa terasa sangat nyeri, seolah – olah terasa “penuh” dan terasa ada “penebalan” akibat ketegangan otot-otot perut. 4. Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa disertai dengan suhu meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala – gejala pelvio peritonitis generalisata, tenesmus pada rectum disertai diare. 5. Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas, terasa tebal dan sering disangka suatu subserous mioma.

6. Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks, bersama dengan keluarnya cairan purulen. 7. Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, member gambaran yang khas. Rasa nyeri mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat rupture. Dalam waktu singkat seluruh abdomen akan terasa nyeri karena timbulnya gejala peritonitis generalisata. Bila jumlah cairan purulen yang mengalir keluar banyak akan terjadi syok. Gejala pertama timbulnya syok ialah mual dan muntah – muntah, distensi abdomen disertai tanda – tanda ileus perilitik. Segera setelah pecahnya abses, suhu akan menurun atau subnormal dan beberapa waktu kemudian suhu meningkat tinggi lagi. Syok terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin. 8. Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung beberapa minggu. TERAPI Berdasarkan derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi : 1. Pengobatan rawat jalan Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I. obat yang diberikan ialah : 1. Antibiotik : sesuai dengan buku Pedoman Penggunaan Antibiotik RSUD Dr. Soetomo.  Ampisilin 3.5g/sekali p.o/sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o selama 1 hari. Dilanjutkan ampisilin 4x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau  Amoksilin 3g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probonesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan amoksilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari atau  Tiamfenikol 3.5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/sehari p.o selama 7-10 hari atau  Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7 – 10 hari, atau  Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7 – 10 hari, atau  Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7 – 10 hari 2. Analgesik dan antipiretik

 Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau  Metampiron 3 x 500 mg/hari 2. Pengobatan Rawat Inap Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat yang diberikan adalah : a. Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotika RSUD Dr. Soetomo.  Ampisilin 1 g im/iv 4 x sehari selama 5 – 7 hari dan Gentamisin 1.5 mg – 2.5 mg/kg BB im/iv, 2x sehari selama 5 – 7 hari dan Metronidazol 1 g 

rek.sup, 2x sehari selama 5 – 7 hari atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2 – 3 x sehari selama 5 – 7 hari dan

Metronidazol 1 g.rek.sup 2 x sehari selama 5 – 7 hari. b. Analgesik dan antipiretik Khusus untuk abses tubo-ovarial, pada dasarnya adalah pemberian antibiotik lebih dulu dan baru kemudian dilakukan pembedahan. Abses tubo-ovarial yang pecah, dianggap kasus abdomen akut, sehingga perlu segera dilakukan pembedahan untuk dilakukan pengangkatan genitalia interna, pasang drain. EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

KEHAMILAN EKTOPIK (KE) PENGERTIAN Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan dimana ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak pada tempat yang normal, yaitu dalam endometrium rongga rahim (termasuk disini kehamilan servikal dan kehamilan kornual). Terjadinya kehamilan ektopik terutama akibat ganguan transportasi ovum yang telah dibuahi dari tuba ke rongga rahim, disamping itu juga akibat kelainan dari ovum yang dibuahi kehamilan ektopik.

itu sendiri merupakan predisposisi

untuk terjadinya

Penyebab dari kehamilan ektopik dapat dikelompokkan atas : 1.      2.

3.

        

Gangguan transportasi dari hasil konsepsi : Radang panggul (P.I.D) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/I.U.D.) Penyempitan lumen tuba akibat tumor Tindakan operasi pada tuba (pasca bedah mikro) Abortus Kelainan hormonal : Induksi ovulasi Invitro fertilisasi (I.V.F) Ovulasi yang terlambat Transmigrasi ovum Penyebab yang masih diperdebatkan : Endometriosis Cacat bawaan Kelainan kromosom Kualitas sperma Dan lain – lain.

ANAMNESIS Gejala klinik dari suatu kehamilan sangat beraneka ragam, yakni : Kehamilan ektopik yang belum terganggu 

Terdapat gejala – gejala seperti kehamilan normal yakni amenore, mual,



muntah, tes hamil (+) Pada pemeriksaan fisik didapatkan rahim juga membesar, adanya tumor di



daerah aneksa. Trias klasik yang sering didapatkan adalah amenore, perdarahan dan rasa sakit.

Kehamilan ektopik terganggu Disamping gejala – gejala diatas, didapatkan gejala – gejala akut abdomen akibat pecahnya kehamilan ektopik dan gangguan hermodinamik berupa hipovolemik akibat perdarahan. PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING

    

Keradangan Panggul (P.I.D) Appendisitis Abortus Pecahnya korpus luteum atau kista iutein Kista terpuntir

PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI 1. 2.

Resusitasi cairan, bila didapat tanda – tanda shock hipoglikemi. Bila didapat tanda – tanda KE yang belum terganggu dengan primer infertile

3.

disarankan untuk dilakukan laparaskopi (dirujuk). Bila tanda KET disarankan explorasi laparatomi.

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

PREEKLAMSI RINGAN PENGERTIAN Timbulnya hipertensi yang disertai protein urine dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. ANAMNESIS 1. Kenaikan tekanan darah ≥ 30 mmHg atau diastole ≥ 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih, atau systole ≥ 140 (≤160 mmHg), diastole ≥ 90 mmHg (≤110 mmHg) 2. Protein urine : 0,3 gr/lt dalam 24 jam atau secara kwalitatif (++). 3. Edema pada :  Pretibia  Dinding perut  Lumbosakral  Wajah/tangan PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Kehamilan ≥ 20 minggu 2. Kenaikan tekanan darah (≥140/90 mmHg) dengan pemeriksaan 2x selang 6 jam dalam keadaan istirahat. (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2x setelah istirahat 10 menit). 3. Edema : edema tekan pada :  Tungkai (pre tibial)  Dinding perut  Lumbosakral  Wajah/tangan 4. Protein urine - ˃ 0.3 gr/lt/24 jam  Kwalitatif (+ +) DIAGNOSIS BANDING 1. Hipertensi kronik Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan 20 minggu atau menetap setelah 6 minggu pasca persalinan. 2. “Transient” hipertensi Timbul hipertensi saja tanpa gejala lain dan hilang setelah 10 hari pasca persalinan. PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI 1. Rawat Jalan 1. Banyak istirahat (berbaring/tidur miring) 2. Diet sedapat mungkin tinggi protein, rendah karbohidrat 3. Dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin pada kehamilan ≥ 30 minggu, dan diulang sekurang – kurangnya dalam 2 minggu. a. USG (Ultrasonografi) b. NST (Non Stres Tes) 4. Pemeriksaan laboratorium a. PCV, Hb b. Asam urat darah c. trombosit 5. Obat –obatan yang diberikan a. Roboransia, vitamin kombinasi b. Aspirin dosis rendah 1x sehari (87.5 mg) 6. Kunjungan ulang 1 minggu 2. Rawat Tinggal

1.

Kriteria untuk rawat tinggal bagi penderita preeklamsia ringan a. Hasil penilaian kesejahteraan janin ragu – ragu atau jelek (pemeriksaan pada kehamilan ≥ 30 minggu) b. Kecenderungan menuju gejala preeklamsia berat (timbul salah

satu/lebih gejala preeklamsia berat) Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal a. Penderita tirah baring total b. Obat – batan :  Roboransia, vitamin kombinasi  Aspirin dosis rendah 1x sehari c. Pemeriksaan laboratorium  Hb, PCV  Asam urat darah  Trombosit  Fungsi ginjal/hepar  Urine lengkap d. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin 3. Evaluasi hasil pengobatan 2.

Pada dasarnya evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan hasil dari penilaian kesejahteraan janin. Bila didapatkan hasil : 1) Jelek : terminasi kehamilan dengan seksio Sesar (pada kehamilan ≥ 30 minggu 2) Ragu – ragu : dilakukan evaluasi ulang dari NST 1 hari kemudian 3) Baik : penderita dirawat sekurang – kurangnya 4 hari, bila kehamilan premature penderita dipulangkan dan rawat jalan. Pada kehamilan aterm dengan skor pelvik yang matang (≥ 5) dilakukan induksi dengan drip.oksitosin. Bila skor pelvik belum matang (≤ 5) penderita dipulangkan dan rawat jalan, kontrol 1 minggu. 4) Terminasi dari kehamilan juga dikerjakan bila didapatkan tanda – tanda dari impending Eklamsia dari ibunya. EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

PREEKLAMSI BERAT PENGERTIAN Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 disertai protein urine dan atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih. ANAMNESIS Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda : 1. Desakan darah : systole ≥160 mmHg Diastole ≥ 100 mmHg Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di RS dan menjalani tirah baring 2. Protein urine ≥ 5 gr/24 jam atau kwalitatif 4 + (+ + + +) 3. Oliguri jumlah produksi urine ≤ 500 cc / 24 jam atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah 4. Adanya gejala – gejala impending eklamsia: ganguan visus, gangguan serebral, nyeri epigastrum, hiper-refleksia 5. Adanya sindrom Hellp (H : Hemolysis, EL : Elevated Liver Enzymes, LP : Low Pletelet Count) PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Kehamila 20 minggu atau lebih 2. Didapatkan satu atau lebih gejala – gejala pre-eklamsia berat (Gejala Klinis) DIAGNOSIS BANDING 1. Kronik hipertensi & kehamilan 2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik 3. Kehamilan dengan payah jantung PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI I. 1.

Perawatan konservatif Indikasi Pada kehamilan < 37 mg tanpa adanya tanda – tanda impending Eklamsia.

2.

Pengobatan a. Dikamar bersalain (selama 24 jam) a. Tirah baring

b. c.

Infuse RL (Ringer Laktat) yang mengandung 5% dekstrosa, 60-125 cc/jam 10 gr MgSO4 40% i.m. sebagai diulang dengan setiap dosis 5 gr MgSO 4 40% i.m. setiap 6 jam s/d 24 jam pasca persalinan (kalau tidak ada kontra

d.

indikasi pemberian MgSO4) Diberikan antihipertensi : Yang digunakan :  Bila TD ≥180/110 dapat diberikan nifedipine 5mg SL diulang tiap 15 menit.  Tablet Nifedipin 3 x 10 mg (pilihan pertama) atau tablet Metildopa 3

e.

x 250 mg. Dilakukan pemeriksaan lab.tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan produksi

urine 24 jam. f. Konsultasi dengan bagian lain : 1. Bagian Mata 2. Bagian Jantung 3. Bagian lain sesuai dengan indikasi 2.

Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang Bersalin (setelah 24 jam masuk ruangan bersalin). a. Tirah baring b. Obat – obatan :  Roboransia : multivitamin  Aspirin dosis rendah 1 x 87.5 mg/hari  Antihipertensi (Klonidin 0.15 mg i.v dilanjutkan Nifedipin 3 x 10 mg c.

atau Metildopa 3 x 250 mg) Pemeriksaan Lab :  Hb, PCV dan hapusan darah tepi  Asam urat darah  Trombosit  Fungsi ginjal/hepar  Urine lengkap  Produksi urine per 24 jam, penimbangan BB setiap hari  Diusahakan pemeriksaan AT III Pemeriksaan Lab dapat diulang sesuai dengan keperluan.

d. Diet protein, rendah karbohidrat e. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin. 3. Perawatan konservatif dianggap gagal bila :  Adanya tanda – tanda impending ekalmsia

Kenaikan progresif dari takanan darah Adanya sindrom Hellp Adanya kelainan fungsi ginjal Penilaian kesejahteraan janin jelek 4. Penderita boleh pulang bila :  Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda – tanda pre – eklamsia    

ringan, perawatan dilanjutkan sekurang – kurangnya selama 3 hari lagi 

(diperkirakan lama perawatan 1 – 2 minggu) Bila keadaan tetap, tidak bertambah berat/buruk

Catatan : Sebagai pertimbangan : bila perawatan konservatif berhasil dan didapatkan kematangan paru janin (Shake test +) sebaiknya kehamilan diterminasi. II. 1. a) b) c) d) 2. a) b) c) d)

Perawatan aktif Indikasi Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek Adanya gejala – gejala impending eklamsia Adanya sindrom Hellp Kehamilan aterm (>38 mg) Pengobatan Medisinal Segera rawat inap Tirah baring miring kesatu sisi Infuse RL yag mengandung 5% dextrose dengan 60-125 cc/jam Pemberian anti kejang : MgSO4 Dosis awal : MgSO4 20% 4 gr i.v MgSO4 40% 10 gr i.m Pada bokong kanan/kiri (masing-masing 5 gr) Dosis ulangan : MgSO4 40% 5 gr i.m diulang tiap 6 jam setelah dosis awal s/d 6 jam pascapersalinan Syarat pemberian :  Releks patella (+)  Respirasi > 16/menit  Urine sekurang-kurangnya 150 cc/6jam  Harus selalu tersedia kalsium glukonas 1 gr 10% (diberikan i.v pelan -

pelan pada intoksikasi MgSO4) e) Antihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila :

(klonidin i.v. dilanjutkan Nifedipin 3x10 atau Metildopa 3x250 mg)  Systole ≥180 mmHg  Diastole ≥120 mmHg 3. Pengobatan obstetric a. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita dilakukan b.

c.

pemeriksaan “Non Stres Test” Tindakan seksio sesar dikerjakan bila :  “Non Stres Test” jelek  Penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek (Skor Bishop < 5)  Kegagalan dari drip oksitosin Induksi dengan oksitosia dikerjakan bila :  NST baik  Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik (Skor Bishop ≥5)

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

EKLAMSIA PENGERTIAN Eklamsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklamsia. (Hipertensi, edema, proteinuria). ANAMNESIS 1. 2. 3. 4.

Kehamilan > 20 minggu, atau saat persalinan atau masa nifas. Tanda – tanda pre – eklamsia (hipertensi, edema, dan proteinuria). Kejang – kejang dan/atau koma. Kadang – kadang disertai dengan gangguan fungsi organ – organ.

PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Berdasarkan gejala klinis diatas 2. Pemeriksaan laboratorium  Adanya protein dalam air seni  Fungsi organ, hepar, ginjal, jantung  Fungi Hematologi/Hemostasis

3. Konsultasi dengan disiplin lain kalau dipandang perlu  Kardiologi  Optalmologi  Anestesiologi  Neonatologi dan lain - lain DIAGNOSIS BANDING Kehamilan disertai kejang oleh karena sebab – sebab yang lain misal :    

“Febril convulsion” (panas +) Epilepsy (anamnesa epilepsy +) Tetanus (kejang tonik/kaku duduk) Meningitis/ensefalitis (pungsi lumbal)

PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI Prinsip pengobatan 1.

Menghentikan kejang – kejang yang terjadi dan mencegah kejang – kejang

2. 3. 4.

ulangan. Mencegah dan mengatasi komplikasi. Memperbaiki keadaan umum ibu maupun anak seoptimal mungkin. Pengakhiran kehamilan/persalinan mempertimbangkan keadaan ibu.

1.

Obat – obat untuk antikejang MgSO4 (Magnesium Sulfat) Dosis awal : 4 gr 20% i.v pelan – pelan selama 3 menit atau lebih, disusul 10

2.

gr 40% i.m terbagi pada bokong kanan dan kiri. Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50% i.m diteruskan sampai 6 pasca

I.

persalinan atau 6 jam bebas kejang. Syarat :    3.

Reflek patella harus positif Tidak ada tanda – tanda depresi pernapasan (respirasi > 16 kali/menit) Produksi urine tidak kurang dari 25cc/jam atau 150 cc/6jam atau 600cc/hari. Apabila ada kejang – kejang lagi, diberikan MgSO 4 20%, 2 gr/i.v pelan – pelan. Pemberian i.v. ulangan itu hanya sekali saja, apabila masih timbul

4.

kejang lagi, maka diberikan Pentotal 5 mg/kg BB/i.v. pelan – pelan. Bila ada tanda–tanda keracunan, MgSO4 diberikan antidotum Glukonas Kalsikus 10 gr%. 10 cc/i.v pelan – pelan selama 3 menit atau lebih.

5.

Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO4. Mencegah komplikasi Obat – obat anti hipertensi

II. 1.

Lihat pada pre – eklamsia berat 2.

Diuretika Obat – obat diuretika haya diberikan atas indikasi :  

Edema paru Kelainan fungsi ginjal (apabila faktor pre – renal sudah diatasi) diberikan

furosemid inj.40mg/im Kardiotonika

3.

Diberikan atas indikasi :  

Adanya tanda – tanda payah jantung Edema paru

Diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid 4.

Antibiotik Diberikan Ampisilin 3x1 gr/i.v

5.

Antipiretik Xylomidon 2cc/i.m dan/atau kompres alkohol

III. 1. 2.

Memperbaiki keadaan umum ibu Infuse RL/Dextran Pasang CVP untuk :  Pemantauan keseimbangn cairan (pertimbangan pemberian “Low Mol Dextran”) Pemberian kalori (Dextrosa 10%) Koreksi keseimbangan asam – basa (pada keadaan asidosis maka diberikan

  IV.

Na.bic/Meylon 50 mm eq/iv) Pengakhiran kahamilan/persalinan Setelah penderita tenang lebih kurang 15 menit setelah pemberian obat anti kejang dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : 

Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai “Glasgow Pittsburg



Coma Scale” Diukur suhu rektal/kadar hemoglobin/hematokrit



Dipasang kateter tetap dan diukur jumlah urine dan dilakukan pemeriksaan

 

albumin Palpasi dan auskultasi, serta pemeriksaan dalam (VT) untuk evaluasi Pemberian obat – obatan lainnya yang diperlukan.

Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilitasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yang dicapai dalam 4-8 jam setelah salah satu keadaan dibawah ini :  

Setelah pemberian obat anti kejang terakhir Setelah pemberian obat anti hipertensi

Pemeriksaan Obstetri yang lain 1. Apabila pada pemeriksaan syarat – syarat untuk mengakhirir persainan pervaginam dipenuhi maka dilakukan persalinan tindakan dengan trauma yang minimal. 2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif langsung dilakukan amnitomi selanjutnya diikuti sesuai dengan kurva dari Friedman, bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar. 3. Tindakan seksio sesar dikerjakan pada keadaan – keadaan :  Penderit belum inpartu  Fase laten  Gawat janin Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan kondisi ibu. EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

DISTOSIA PENGERTIAN Persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau tidak ada kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan waktu tertentu. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS Distosia terjadi dalam kala I dan II. Beberapa hal yang harus diketahui dalam penerapan penilaian proses persalinan sebagai berikut : 1.

Fase persalinan

2.

Dalam Kala I dan kala II sehubungan dengan proses membukanya serviks ialah : a.

Fase laten : mulai pembukaan 0 sampai diameter 3 cm

b.

Fase akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

c.

Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 cm menjadi 9 cm

d.

Fase deselerasi : pembukaan 9 cm menjadi lengkap (10) cm

e.

Kala II : pembukaan lengkap sampai dengan bayi lahir.

Ukuran satuan waktu 1.

Fase laten : 8 jam

2.

Fase akselerasi : 2 jam

3.

Fase dilatasi maksimal : 2 jam

4.

Fase deselerasi : 2 jam

5.

Kala II : primigravida 1 ½ jam, multigravida 1 ½ jam

Parameter untuk menilai proses kemajuan a.

Pembukaan serviks dihubungkan dengan fase persalinan

b.

Ukuran satuan waktu setiap fase persalinan

c.

Turunnya presentase janin (bidang Hodge atau station)

d.

Perubahan presentase janin

e.

Perubahan posisi janin

f.

Molase dan kaput suksedaneum

g.

Persalinan normal adalah proses yang progresif yang berlangsung dalam batas waktu tertentu. Apabila batas waktu tersebut dilampaui tanpa diikuti oleh kemajuan proses persalinan, maka dianggap telah berlangsung persalinan abnormal atau distosia.

DIAGNOSIS BANDING

Apabila telah dilakukan analisis proses kemajuan persalinan dan dijumpai distosia, maka harus dicari penyebab distosia yang mungkin berasal dari salah satu faktor ataupun gabungan dari beberapa faktor berikut ini : 1.

Kelainan tenaga : kelainan his atau tenaga meneran.

2.

Kelainan janin : kelainan besar janin, bentuk janin (anomali kongenital), jumlah janin, letak janin, presentase janin, atau posisi janin.

3.

Kelainan jalan lahir : kelainan tulang panggul atau jaringan lunak pelvis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.

Ultrasonografi

2.

Partogram

3.

Kardiotokografi

TERAPI Disesuaikan dengan sebab distosia, misalnya : 1.

Akselerasi persalinan

2.

Ekstraksi atau seksio sesarea (pada PK II)

3.

Embriotomi (pada janin mati).

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

ENDOMETRIOSIS DAN ADENOMIOSIS PENGERTIAN Endometriosis adalah tumbuhnya jaringan yang menyerupai endometrium di luar kavum uteri. Endometriosis dapat terjadi di semua organ tubuh karena jaringen endometrium dapat menyebar secara hematogen. Bentuk endometriosis dapat berupa bercak, nodul, maupun kista. Adenomiosis adalah endometriosis yang terdapat di dalam miometrium. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS

DIAGNOSIS 1.

Anamnesis : a.

Dismenorea.

b.

Dispareunia.

c.

Infertilitas / subfertilitas.

d.

Gangguan haid, berupa menoragia, metroragia.

e.

Terdapat nyeri siklik atau perdarahan siklik yang sesuai haid tetapi di organ lain.

2.

Pemeriksaan Fisik : a.

Pembesaran perut.

b.

Perlekatan genitalia interna.

c.

Nyeri tekan.

d.

Teraba massa di pelviks.

Bila ada keluhan di organ non kandungan, harap diperiksa juga. DIAGNOSIS BANDING 1.

Radang panggul.

2.

Kista ovarium.

3.

Dismenore primer.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.

Ultrasonografi.

2.

CA-125 (bila diperlukan).

TERAPI 1.

2.

Konservatif : a.

Hormonal.

b.

Analgetik. Bedah :

a.

Kistektomi.

b.

Kauterisasi bercak endometriosis.

c.

Histerektomi dengan atau tanpa ovarektomi. Pasca bedah, dianjurkan dilanjutkan dengan pengobatan hormonal, baik dengan terapi Kistner atau gonadotropin agonis.

Pada adenomiosis, pendekatan terapi adalah operatif yaitu eksisi atau histerektomi. Bila target pengobatan adalah mengurangi nyeri haid maka dapat diberikan progesterone (depo progestin) atau pil kontrasepsi. EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS Rawat inap bila operasi atau bila dismenorea berat. KEPUSTAKAAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM PENGERTIAN Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai kehamilan 20 minggu. ANAMNESIS Keluhan mual dan muntah hebat. Gejala klinis amenore yang disertai muntah yang hebat, nafsu makan turun, berat badan turun, nyeri epigastrium, lemas, rasa haus yang hebat, gangguan kesadaran. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat 100 x/menit, tekanan darah menurun (pada keadaan berat), subfebris, dan gangguan kesadaran (pada keadaan berat). 2. Pemeriksaan tanda – tanda dehidrasi : mata cekung, bibir kering, turgor berkurang. 3. Pemeriksaan generalis : kulit pucat, sianosis, berat badan turun > 5 % dari berat badan sebelum hamil, uterus besar sesuai usia kehamilan, pada pemeriksaan inspekulo tampak serviks yang berwarna biru. KRITERIA DIAGNOSIS Klasifikasi hiperemesis gravidarum secara klinis dibagi menjadi 3 tingkatan, antara lain:

1. Tingkat 1 Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 x/menit, dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal. 2. Tingkat 2 Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebris, nadi cepat lebih dari 100 – 140 x/menit, tekanan darah sistolik menurun, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun. 3. Tingkat 3 Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jaramg, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirrium – koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan protein dalam urin. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. DIAGNOSIS BANDING 1. Ulkus peptikum 2. Apendisitis akut 3. Inflammatory bowel syndrome 4. Acute fatty liver 5. Diare akut PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.

CBC, gula darah sewaktu, SGOT

2.

Urinalisa (keton, glukosa, dll),

3.

Elektrolit (Na, K, Cl)

4.

USG (dilakukan setelah perbaikan keadaan umum)

TERAPI 

Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu dengan menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula



Makan porsi kecil, tetapi lebih sering



Menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak



Istirahat cukup



Defekasi yang teratur



Farmakologis -

H2 blocker per oral / IV

-

Piridoksin 10 mg per oral tiap 8 jam

-

Antiemetik IV

-

Berikan cairan intravena sesuai derajat dehidrasi

-

Berikan suplemen multivitamin (B kompleks) IV

-

Pada keadaan yang amat berat, sehingga terjadi penurunan kesadaran, ketoasidosis berat, maka dipertimbangkan perawatan di ICU atau terminasi kehamilan.

EDUKASI 1. Memberikan informasi pada pasien, suami, dan keluarga mengenai kehamilan dan persalinan suatu proses fisiologik. 2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 4 bulan. PROGNOSIS Prognosis umumnya bonam dan sangat memuaskan jika dilakukan penanganan dengan baik. Namun jika tidak dilakukan penanganan yang baik pada tingkat yang berat, kondisi ini dapat mengancam nyawa ibu dan janin. INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

1. Prawirohardjo, S. Saiffudin, A. B. Raschimhadhi, T. Wiknjosastro, G. H. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; Hal 814 – 818. 2. Wiknjosastro, H. Hiperemesis Gravidarum dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005; Hal 275 – 280. 3. Ronardy, D. H. Ed. Obstetri Williams. Ed 18. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006; 9, 996.

INFERTILITAS PENGERTIAN Infertilitas adalah kegagalan pasangan suami istri usia reproduksi untuk hamil setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan intim teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi. Infertilitas primer : bila istri belum pernah hamil Infertilitas sekunder : bila istri sudah pernah hamil sebelumnya ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1.

Anamnesis : a.

Keputihan

b.

Dimenorea

c.

Dispareunia

d.

Riwayat KB sebelumnya

e.

Riwayat Diabetes mellitus dan kelainan lain (tiroid, dll)

f.

Riwayat haid

2.

Pemeriksaan Fisik : a.

Galaktorea

b.

Inspekulo : fluor albus, polip serviks, dll.

c.

VT : perlekatan, pembesaran uterus, massa

DIAGNOSIS BANDING

1.

Gangguan ovulasi

2.

Tuba non paten

3.

Kelainan anatomi uterus

4.

Kelainan sperma dan anatomi pria

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.

USG serial

2.

Hormone : FSH, LH, estradiol, testosterone, prolaktin, progesterone.

3.

Histerosalpingografi (HSG).

4.

CBC, SGOT/SGPT, Ureum/kreatinin, HBsAg, Urin lengkap, GTT.

5.

Sperma analisa.

TERAPI 1.

Antibiotik

2. 3.

Anti inflamasi Hidrotubasi

4.

Klomifen sitrat

5.

Metformin

6.

Roboransia

7.

Koitus masa subur

8.

Inseminasi

9.

IVF EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

KEHAMILAN DENGAN BEKAS SEKSIO SESAR PENGERTIAN Kehamilan dengan bekas seksio sesarea sebelumnya. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Anamnesis a.

Tempat operasi seksio sesarea pada kehamilan terdahulu

b.

Parut bekas seksio sesarea

c.

Persalinan pervaginam sebelumnya

d.

Indikasi seksio sesarea terdahulu dan komplikasinya

e.

Jumlah seksio sesarea yang telah dialami

2. Pemeriksaan fisik a.

Usia kehamilan

b.

Jenis insisi, keadaan parut luka terdahulu

3. Pemeriksaan obstetrik  Pelvimetri klinis (bila direncanakan partus pervaginam) DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG USG TERAPI Seksio sesarea apabila : 1. Seksio sesarea terdahulu seksio sesarea klasik/korporal. 2. Penyembuhan luka operasi buruk. 3. Sudah dua kali atau lebih seksio sesarea. 4. Kelainan letak. 5. Kelainan presentasi. 6. Kehamilan lewat waktu . 7. Plasenta previa. 8. Susp. CPD (TBJ > 3500 gram, kepala di atas pap, DBP > 98 mm). 9. Seksio terdahulu < 2 tahun. 10. Permintaan pasien. 11. Disertai ketuban pecah dini, preeklampsia, dll. 12. Seksio primer dilakukan pada minggu ke 38 atau bila pada minggu > 37 minggu didapatkan kontraksi yang sering.

Partus per vaginam bila hal-hal di atas tidak ada, syaratnya : 1. Tidak boleh dilakukan akselerasi / induksi persalinan 2. Kemajuan persalinan baik 3. Bla pada kala II belum lahir dalam 20 menit, dilakukan ekstraksi vakum atau forcep 4. Kamar operasi siap

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

KEHAMILAN LEWAT WAKTU PENGERTIAN Kehamilan telah melewati usia kehamilan 42 minggu. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Anamnesis a.

Usia kehamilan.

b.

Dikatakan lewat waktu bila usia kehamilan di atas 42 minggu, tetapi disarankan terminasi kehamilan pada usia 41 minggu.

c.

Gerak janin

2. Pemeriksaan fisik a.

Keadaan umum

b.

Tanda vital

3. Pemeriksaan obstetrik.  Skor pelvis

DIAGNOSIS BANDING Kehamilan aterm PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. CBC, gula darah sewaktu, urinalisa 2. USG Penilaian jumlah air ketuban dan derajat maturitas plasenta dapat dipakai untuk menilai kehamilan lewat waktu 3. Kardiotokografi Dapat dipakai untuk menilai kesejahteraan janin dan gambaran kardiotokografi akan sangat membantu menilai adanya hipoksia intrauterin (NST, OCT) 4. Amniotomi untuk penilaian warna air ketuban, dilakukan pada pembukaan serviks > 4 cm TERAPI 1. Induksi persalinan : Dengan menggunakan misoprostol, balon kateter, atau oksitosin drip. 2. Seksio sesarea : Merupakan indikasi pengakhiran kehamilan jika telah didapatkan tanda – tanda hipoksia intrauterin. 3. Induksi persalinan : Dengan menggunakan misoprostol, balon kateter, atau oksitosin drip. 4. Seksio sesarea : Merupakan indikasi pengakhiran kehamilan jika telah didapatkan tanda – tanda hipoksia intrauterin.

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS 1. Perlu dirawat bila akan dilakukan tindakan pengakhiran kehamilan atau tindakan induksi persalinan. 2. Segera jika ada hipoksia intrauterin. KEPUSTAKAAN

KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM PENGERTIAN Kematian Janin dalam Rahim adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih dengan usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1.

Kandungan tidak bertambah besar bahkan terasa mengecil, gerakan anak tidak dirasakan, pada pemeriksaan uterus lebih kecil dari usia kehamilan seharusnya, terasa uterus kurang tegas bentuknya dari uterus yang hamil biasa, bunyi jantung janin tidak ada.

2.

Kadang-kadang terasa krepitasi pada pemeriksaan (tanda ada penimbunan gas dalam tubuh) DIAGNOSIS BANDING

1.

Mioma uteri Mola hidatidosa PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

USG:

a.

Gerakan dan denyut jantung janin tidak ada, tampak tulang – tulang janin letaknya tidak teratur/tegas

b.

Tampak tanda spalding dan tulang punggung yang lebih melengkung posisi janin yang abnormal, dan penimbunan gas dalam rongga tubuh janin

2.

CBC, Trombosit, Ureum/kreatinin, SGOT/PT, GDS, CT/BT, fibrinogen bila perlu TERAPI

a.

Bila uterus besarnya kurang dari uterus pada kehamilan 12 minggu dilakukan dilatasi kuretase.

b.

Bila uterus lebih dari kehamilan 12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan misoprostol atau oksitosin dengan atau tanpa

dilakukan pelebaran kanalis servikalis dengan memasang batang laminaria, atau kateter Folley c.

Saat kuretase harus menggunakan infuse oksitosin

d.

Antibiotik

e.

Uterotonik

f. g.

Analgetik Hematinik / roboransia

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

MIOMA UTERI PENGERTIAN Mioma uteri adalah neoplasma jinak otot polos rahim. Mioma terdapat pada 20 – 25 % perempuan usia reproduksi. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS Pembesaran uterus Kehamilan Neoplasma ovarium Endometriosis Kanker uterus

DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Ultrasonografi

2.

Dilatasi/Kuretase (D/K) bertingkat : pada penderita yang disertai dengan perdarahan, untuk menyingkirkan patologi lain pada endometrium (hiperplasia endometrium atau adenokarsinoma endometrium). Patologi anatomi TERAPI

1.

Observasi Bila uterus sama/kurang dari ukuran uterus pada kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit lain.

2.

Miomektomi Bila fungsi reproduksi diperlukan dan secara teknis dimungkinkan

3.

Histerektomi

a. Fungsi reproduksi tidak diperlukan b. Pertumbuhan tumor sangat cepat c. Bila terdapat perdarahan yang membahayakan penderita (tindakan hemostatis) atau keluhan subyektif lainnya. EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS Rawat inap, bila disertai perdarahan hebat/anemia gravis atau bila direncanakan pembedahan. KEPUSTAKAAN

MOLA HIDATIDOSA PENGERTIAN Merupakan keadaan patologis korion dengan sifat : 1.

Degenerasi kistik vili dan perubahan hidrofilik.

2.

Tidak ada pembuluh darah janin.

3.

Poliferasi trofoblas. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1.

Anamnesis

a. Amenore b. Perdarahan pervaginam kadang – kadang disertai gelembung mola. c. Gejala toksemia pada trisemester I – II. d. Hiperemesis gravidarum. e. Mungkin juga ditemukan gejala tirotoksikosis. 2.

Pemeriksaan fisik :

a. Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan. b. Balotement negatif. c. Denyut jantung janin negatif. d. Kista lutein kadang – kadang ditemukan. DIAGNOSIS BANDING 1.

Abortus.

2.

Kehamilan normal.

3.

Kehamilan ganda.

4.

Kehamilan dengan mioma. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

USG: terlihat gambaran badai salju / gelombang mola.

2.

Pemeriksaan HCG serum

3.

TSH, T3 dan FT4 bila ada gejala tirotoksikosis.

4.

Foto toraks. TERAPI Koreksi kelainan hipertiroid Evakuasi dengan kuret isap yang dilanjutkan dengan kuret tajam (setelah dilakukan dilatasi servik dengan laminaria atau busi Hegar). Pemberian uterotonik pada saat tindakan dilakukan (infus oksitosin). Pada penderita mola dengan fungsi reproduksi tidak ada lagi dianjurkan histerektomi Kuretase dapat dilakukan dua kali (selang 1 minggu) bila pada kuret

pertama tidak diyakinkan bersih. Pemantauan kadar HCG serum dilakukan setiap 1 – 2 minggu, sampai dengan 3 kali berturut-turut normal Bila didapatkan titer HCG yang tetap atau meningkat maka dilanjutkan dengan pengobatan dengan metotreksat single dose, dan dipantau HCG tiap minggu Bila dengan metotreksat single dose, kadar HCH tetap atau meningkat maka dilanjutkan metotreksat ke-2 atau kombinasi sitostatika, dan atau dengan histerektomi

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS Rawat inap segera untuk memperbaiki keadaan umum dan evakuasi segera dilakukan bila semua persiapan sudah selesai. KEPUSTAKAAN

NEOPLASMA OVARIUM JINAK PENGERTIAN

Neoplasma Ovarium Jinak Dibagi menjadi : 1. Kistik 2. Kistoma Ovarii Simpleks 3. Kistadenoma Ovarii Serosum 4. Kistadenoma Ovarii Musinosum 5. Kista Endometrioid 6. Kista Dermoid 7. Solid 8. Fibroma

9. Leiomioma 10. Fibroadenoma 11. Papiloma 12. Angioma 13. Limfangioma 14. Tumor Brenner 15. Tumor sisa Adrenal (maskulinovo-blastoma) ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS

1. Anamnesis 

Adanya benjolan di perut, dalam waktu yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid, gangguan buang air besar/kecil, nyeri perut bila terinfeksi.

2. Pemeriksaan fisik 

Ditemukan tumor di rongga perut bagian di bawah dengan ukuran 5 cm. Pada periksa dalam, letak tumor di parametrium kiri/kanan atau mengisi kavum douglasi. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata. DIAGNOSIS BANDING

1. Ultrasonografi CBC, Trombosit, CT/BT, LED, SGOT/SGPT, Ureum/kreatinin, HBsAg PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI

1. Pembedahan

2. Kistektomi bila masih ada jaringan ovarium yang sehat. 3. Oovorektomi bilateral bila ditemukan tumor pada kedua ovarium, pada usia muda uterus dapat ditinggalkan kalau direncanakan dan dapat dilakukan substitusi hormonal. 4. Untuk neoplasma ovarium jinak (setelah dipastikan dengan hasil histopatologis, maka tindakan laparatomi dinyatakan cukup). EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS

1. Rawat inap 2. Bila perlu perbaikan keadaan umum (misalnya anemia) 3. Keadaan kegawatan (misalnya kista pecah atau kista terpuntir, terinfeksi). Pasien sudah siap untuk rencana pembedahan. KEPUSTAKAAN

PERDARAHAN ANTE PARTUM PENGERTIAN 1. Perdarahan per vaginam pada kehamilan > 20 minggu. 2. Solusio plasenta : lepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari tempat insersinya yang normal, sebelum janin lahir. 3. Plasenta previa : plasenta yang menutupi sebagian (parsialis, marginalis, letak rendah) atau seluruh jalan lahir (totalis). ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Anamnesis a. Usia gestasi

b. Perdarahan, disertai nyeri perut atau tidak c. Sakit perut, terus-menerus d. Kausa: darah tinggi, jatuh, diurut, dll 2. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum, anemis b. Tanda vital: TD, nadi 3. Pemeriksaan obstetric a. Janin hidup/mati b. Letak janin c. Inspekulo (tidak boleh periksa dalam) DIAGNOSIS BANDING 1. Solusio plasentae Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir a. Ringan Perdarahan kurang dari 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg %. b. Sedang Perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%. c. Berat  Uterus tegang dan berkontraksi tetanis, terdapat tanda renjatan, biasanya janin sudah mati, pelepasan plasenta bisa terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau seluruh bagian permukaan. 2. Plasenta previa  Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). 3. Vasa previa  Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban tempat pembuluh darahnya berjalan di antara lapisan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. CBC, BT/CT, golongan darah, elektrolit 2. USG : menilai letak plasma, usia gestasi, keadaan janin 3. Kardiotokografi (KTG). TERAPI

A. Kehamilan preterm, berat janin < 2500 gram 1. Solusio plasentae a. Ringan 

Ekspektatif / konservatif (bila janin preterm atau berat janin < 2000 g).



Tirah baring.



Atasi anemi.



Tokolitik: antiprostaglandin, nifedipin, magnesium sulfat, atau beta mimetik.



Asam traneksamat.



USG dan KTG serial, kalau memungkinkan.



Aktif



Mengakhiri kehamilan, bila keadaan memburuk, perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus berlangsung, dapat mengancam ibu/janin.

 

Partus per vaginam (amniotomi/oksitosin infus). Seksio sesarea bila skor pelvis 6 jam.

b. Sedang/berat

 Resusitasi cairan  Atasi anemi (transfusi darah)  Partus per vaginam  Bila diperkirakan partus dapat berlangsung dalam 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin).  Seksio sesarea terutama bila janin hidup 2. Plasenta previa a. Bila perdarahan sedikit  Dirawat sampai usia kehamilan > 36 minggu, mobilisasi bertahap. Bila ada kontraksi, lihat penanganan persalinan preterm. b. Bila perdarahan banyak  Resusitasi cairan.  Atasi anemia (transfusi darah). 3. Vasa previa a. Tes (Apt) positif (terdapat darah janin). b. Pembuluh darah janin dapat diraba melalui pembukaan serviks. c. Vasa previa terlihat melalui spekulum/amnioskop. d. Bila janin mati → partus per vaginam e. Janin hidup → seksio sesarea B. Usia gestasi 37 minggu atau lebih / taksiran berat fetus 2500 g atau lebih 1. Solusio plasentae : seksio sesarea 2. Plasenta previa: seksio sesarea 3. Vasa previa: seksio sesarea, kecuali bila janin mati

EDUKASI PROGNOSIS

INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

PERDARAHAN PASCA PERSALINAN PENGERTIAN Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir sampai 24 jam postpartum, di samping itu ada pula perdarahan pada masa nifas yaitu sesudah 24 jam postpartum yang jumlahnya lebih banyak daripada luka biasa. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1. Anamnesa a. Perdarahan pasca persalinan b. Perdarahan banyak atau terus-menerus setelah anak lahir, mungkin ditemukan tanda-tanda renjatan seperti hipotensi, nadi kecil dan cepat serta ekstremitas dingin dan penderita tampak pucat. 2. Pemeriksaan fisik a. Pasien tampak pucat, mungkin ada tanda-tanda renjatan, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, kecil serta ekstremitas yang dingin, tampak darah mengalir terus keluar dari kemaluan. b. Pemeriksaan obstetri, mungkin kontraksi uterus lembek, uterus membesar. c. Bila ada atonia uteri. d. Pemeriksaan ginekologi, dilakukan dengan sistematis dilihat apakah ada luka

jalan lahir mulai dan vulva sampai ke vagina atas dan porsio. Kemudian dilakukan eksplorasi dengan memasukkan tangan ke dalam kavum uteri dan secara bimanual ditentukan apakah ada robekan jalan lahir, uterus atau sisa plasenta. 3. Faktor risiko adanya riwayat : a. Penggunaan anestesia umum b. Partus presipitatus

c. Uterus yang terlalu tegang (hidramnion) d. Solusio plasentae e. Plasenta previa f. Riwayat perdarahan postpartum sebelumnya g. Persalinan dengan tindakan DIAGNOSIS BANDING 1. Atonia uteri, lebih dari 75 % sebab perdarahan pascapersalinan disebabkan oleh atonia uteri. 2. Luka jalan lahir, biasanya kontraksi uterus baik. 3. Retensi plasenta. 4. Gangguan pembekuan darah, PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. CBC, Trombosit, CT/BT, Na-K USG TERAPI 1. Segera setelah diketahui perdarahan pascapersalinan tentukan ada renjatan atau tidak, dan bila ada, segera berikan transfusi cairan/darah, kontrol perdarahan dan berikan oksigen. 2. Pasang kateter tetap. 3. Bila renjatan tidak ada, atau keadaan umum telah optimal, segera lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi seperti (pemeriksaan dilakukan dalam narkose) : a. Atonia uteri b. Luka jalan lahir c. Retensi plasenta d. Gangguan perdarahan Atonia uteri 1. Masase uterus dan kompresi bimanual 2. Oksitosin 10 unit im dan ergometrin 0.2 mg intravena, serta oksitosin per infus; bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin per infus

diteruskan. 3. Misoprostol 600 – 1000 µg / rektal 4. Dipasang tampon uterovaginal atau balon kateter intrauterin. 5. Kalau cara terakhir ini berhasil, tampon/balon dipertahankan 24 jam. 6. Bila tidak berhasil (kontraksi tetap lembek, perdarahan tetap terjadi) segera lakukan laparatomi, kalau mungkin lakukan ligasi arteri uterina atau hipogastrika (khusus untuk penderita yang belum punya anak/ masih muda sekali), bila tidak mungkin, lakukan histerektomi. Luka jalan lahir  Segera lakukan hemostasis dan reparasi luka. Retensi plasenta/ sisa plasenta 1. Bila plasenta belum lahir, lahirkan plasenta dengan tarikan pada tali pusat/bimanual, bila tidak berhasil dan sangkaan plasenta akreta lakukan histerektomi 2. Bila hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan digital atau kuretase. Gangguan pembekuan darah : 1. Transfusi plasma segar (darah segar, kontrol DIC, dengan heparin). 2. Tampon uterovaginal 3. Histerektomi + ligasi hipogastrika hanya dilakukan bila perdarahan tidak terkontrol, dengan persiapan darah segar

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL (PUD) PENGERTIAN Perdarahan Uterus Disfungsional adalah perdarahan abnormal dari uterus (lamanya, frekuensi, jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan organis dan hematologi, yang merupakan kelainan poros hipotalamus hipofisis-ovarium. ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS 1.

Terjadinya perdarahan pervaginam yang tidak normal (lamanya, frekuensi dan jumlah) yang terjadi di dalam maupun di luar siklus haid.

2.

Tidak ditemukan kelainan organik maupun kelainan hematologi (faktor pembekuan).

3.

Hanya ditemukan kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan organ (= endometrium).

4.

Usia terjadinya :

5.

Perimenars (usia 8 - 16 tahun)

6.

Masa reproduksi (usia 16-45 tahun)

7.

Perimenopause (usia 45 - 65 tahun) DIAGNOSIS BANDING

1.

Kelainan organik

2.

Kelainan hematologi PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Kuretase terapetik dan diagnostik bila tidak ada kontraindikasi

2.

USG

3.

Hematologi: CBC, trombosit, CT/BT, fibrinogen, GD

4.

Hormon Patologi anatomi TERAPI

Operatif : Dilatasi dan kuretase : sudah menikah Life saving untuk yang belum menikah. Histerektomi bila fungsi reproduksi tidak diperlukan Hormonal PUD ovulasi : a. Perdarahan pertengahan siklus : Estrogen 0,625 - 1,25 mg, hari ke 10-15 siklus b. Perdarahan bercak pasca haid : Estrogen 0,625 - 1,25 mg, mulai hari ke 2-7 siklus c. Polimenorea : Progesteron 10 mg, hari ke 18-25 siklus PUD anovulasi : Menghentikan perdarahan segera : a. Kuret medisinalis : 

Estrogen selama 20 hari diikuti progesteron 5 hari



Pil KB kombinasi : 2 x 1 tablet 2 - 3 hari diteruskan 1 x 1 tablet 21 hari



Progesteron : 10 – 20 mg selama 7 - 10 hari

b. Setelah darah berhenti atur siklus : 

Dengan Estrogen + Progesteron selama 3 siklus atau Progesteron 1 x 5-10 mg selama 5-7 hari selama 3 bulan



Pengobatan sesuai kelainan :



Anovulasi : metformin



Hiperprolaktin : bromokriptin



Polikistik ovarii : metformin, bromokriptin, klomifen sitrat Perdarahan banyak, anemia (PUD berat) :

a. Perbaiki keadaan umum, transfuse bila perlu b. Vit. C intravena c. Asam transeksamat d. Estrogen 0.625 2 x 1 tablet atau pil KB 2 x 1 tablet e. Setelah darah berhenti, atur haid : dengan kombinasi estrogen 20 hari diikuti progesteron 5 hari. setelah 3 bulan, pengobatan disesuaikan dengan kelainan hormonal.

EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR MEDIS 1.

Perlu untuk tindakan dilatasi kuretase

2.

Pada PUD berat yang disertai anemia/perdarahan banyak KEPUSTAKAAN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF