Post Partum

September 13, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Post Partum...

Description

 

POST PARTUM DAN BAYI BARU LAHIR Dosen :Angga Arsesiana, SST.,MTr.Keb SST.,MTr.Keb

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK III

Jekicen

2018.C.10a.0970

Jenny Amsal

2018.C.10a.0971 2018.C.10a.0971

Julius

2018.C.10a.0973

Lala Veronica

2018.C.10a.0974 2018.C.10a.0974

Loren

2018.C.10a.0975

Leonardo

2018.C.10a.0976

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat, rahmat, karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Post Partum Dan Bayi Baru Lahir“.  Makalah ini disusun dalam bentuk maupun isinya yang

sangat sederhana.  Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman  bagi para para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga sehingga kedepannya dapat lebih baik.Dan kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah  pengetahuan dan pengalaman bagi teman teman semua, untuk untuk kedepannya dapat memeperbaiki  bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan kekurangan karena pengalaman yang kam kamii miliki sangat kurang. kurang.

Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dalam pengembangan dunia keperawatan dimasa depan.

Palangka Raya, 12 September 2019

Penyusun

ii

 

DAFTAR ISI

................................................................. ......................................... ................... KATA PENGANTAR  ...........................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang ............................................ .................................................................. .................................. ............

1

1.2 Rumusan Masalah................................................ Masalah.............................................................. .............. ............

1

1.3Tujuan Penulisan ........................................... ................................................................. .................................. ............

2

BAB II PEMBAHASAN 

2.1 Fisiologis Postpartum........................................ Postpartum................................................................. ............................. ....

3

2.2 Konsep Dasar Postpartum ........................................... .............................................................. ...................

8

2.3 Home Visit............................................. Visit................................................................... .......................................... ....................

11

2.4 Perubahan Fisiologis Dan Psikologi Postpartum…......................... Postpartum… .........................

13

BAB III PENUTUP 

3.1 Kesimpulan .......................................... ................................................................ ......................................... ...................

24

3.2 Saran ............................................ ................................................................... ............................................. .......................... ....

24

DAFTAR PUSTAKA 

iii

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasca melahirkan (masa nifas) merupakan masa atau keadaan selama enam minggu atau 40 hari. Pada masa ini, ibu mengalami perubahan fisik dan alat-alat ala t-alat reproduksi yang telah kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa laktasi (menyusui), maupun perubahan  psikologis menghadapi keluarga baru. Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancarkan  pengeluaran ASI. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil trimester ke 3 sampai masa menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sendini mungkin. Dimana tujuan perawatan payudara setelah melahirkan, salah satunya untuk meningkatkan  produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan. Pada negara berkembang khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai  perawatan payudara masih kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan  bantuan dari petugas kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara. Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka  penatalaksanaan persalinan persalinan baru dikatakan berhasil jikalau ibu dan bayinya dalam dalam kondisi kondisi yang yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan juga harus dalam keadaan sehat. (Kosim M Sholeh.2003.hal.1) Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti : asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian kematian dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. Sebenarnya penggunaan  peralatan canggih tidak diperlukan untuk menolong sebagian besar bayi ini, melainkan  pelayanan dan penanganan yang yang cepat, tepat, dan aman. 1.2 Rumusan Masalah

1)  Apa itu fisiologi post partum ? 2)  Apa itu konsep dasar post partum ? 3)  Apa itu home visit ? 4)  Bagaimana perubahan fisiologi dan psikologi post partum ? 1

 

1.3 Tujuan Penulisan

1)  Mengetahui pengertian post partum 2)  Mengetahui sangat pentingnya merawat payudara untuk kelancaran produksi ASI pada ibu yang baru melahirkan. 3)  Mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam merawat bayi yang baru lahir. 4)  Mengetahui sikap ibu kepada bayi yang baru lahir.

2

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fisiologis Post Partum A. Pengertian

Post adalah sesudah. (Tiran, Denis, 2006) Partum (partus) adalah persalinan suatu  proses pengeluaran hasil konsepsi yang yang dapat hidup d dari ari dalam uterus melalui vagina vagina ke dunia luar.(Maimunah, Siti, 2005) Partus spontan adalah persalinan pers alinan yang berlangsung dengan tenaga ibu sendiri dengan his dan tenaga mengejan.(Maimunah, Siti, 2005) Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu  berikutnya,disertai dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,yang mengalami

perubahan

seperti

perlukaan

dan

lain

sebagainya

berkaitan

saat

melahirkan.(Suherni, Hesti Widyasih, dan Anita Rahmawati, 2009) Post partum merupakan  periode atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, yang membutuhkan waktu selama 6 minggu (Farrer, Helen, 1999). Persalinan dianggap normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinan selesai dalam 24  jam.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005) Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa post partum spontan adalah suatu periode sesudah s esudah wanita melahirkan 7  janinnya dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar tanpa ada komplikasi, yang yang berlangsung dengan tenaga ibu sendiri dengan his dan tenaga mengejan.

B. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi

Ibu Post Partum Bobak, Lowdermik dan Jensen, (2005) menyatakan bahwa periode  post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan.Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau adaptasi fisiologi serta psikologi wanita setelah melahirkan:

a. Sistem Sistem Reproduksi Involusio  

Uteri Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005). Involusio terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. 3

 

Involusio disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang sebagai air kencing.  

Involusio Tempat Plasenta Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak  pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan  pertumbuhan endometrium baru di bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after  pains ( meriang meri ang atau mules-mules mules -mules ) disebabkan kontraksi rahim biasanya bia sanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan.( Cunningham, F Gary, Dkk, 2005 )

 

Lochea Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis: 9

 

Lochea rubra/cruenta Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

 

Lochea sanguinolenta Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar  pada hari ke –  ke –  3  3 sampai ke-7 pasca persalinan.

 

Lochea serosa Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini  berbentuk serum dan berwarna ber warna merah mer ah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak  berdarah lagi pada hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

 

Lochea alba Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih  berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

     

Lochea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya. 10 Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

 

Vagina dan perineum Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya  berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan spekulum. 4

 

Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang  juga pada persalinan berikutnya.Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih  besar daripada 11 sirkumferensia suboksipito bregmatika.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.   Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.

1)  Oksitosin Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.Selama tahap ketiga  persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. 2)  Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari  bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam  pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui  bayinya, kadar kadar prolaktin tetap tinggi tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi  prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar  bawah depan 12 otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. 3)  Estrogen Dan progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara  penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang mengikatkan volume darah.Di samping itu,  progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan  pembuluh darah.Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

  Sistem kardiovaskuler



Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg.Jika ada perubahan 5

 

 posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di daerah panggul.

  Sistem Urinaria



Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa 13 mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.

  Sistem Gastrointestinal



Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, haemoroid, dan dan laserasi jalan lahir. Sistem Muskuloskeletal Muskuloskeletal Ambulasi  pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk mempercepat involusio rahim. Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan  berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor.Selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang. Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.

  Sistem kelenjar



Mamae Laktasi Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari  putting susu. 14 Kolostrum Dibanding Dibanding dengan dengan susu matur yang yang akhirnya akhirnya disekresi oleh oleh  payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada neonatus melawan infeksi enterik.

6

 

Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim. Air susu Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak. Air susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa  bertanggung jawab terhadap separuh tekanan osmotik. Protein utama di dalam air susu ibu disintesis di dalam retikulum endoplasmik kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino esensial  berasal dari darah, dan 15 asam- asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di dalam kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susu adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin secara aktif disekresi ke dalam air susu. Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam post partum antara lain peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam pengujian glikosuria.Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari glukosa. Butirbutir lemak disekresi dengan proses semacam apokrin. Semua vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusia tetapi dalam jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing meninggi dengan pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K,  pemberian vitamin K pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah penyakit penyakit  perdarahan pada neonatus. Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi di dalam air susu manusia absorpsinya lebih baik dari pada besi di dalam susu sapi. Simpanan  besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi di dalam dala m air susu. Kelenjar mamae, 16 seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium, yang muncul di dalam air susu. (Cunningham, F Gary, Dkk, 2005) h. Sistem Integumen Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan  berkurangnya hiperpigmentasi kulit.Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah melahirkan.

7

 

2.2 Konsep Dasar Post Partum 1. Definisi Post Partum

Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum hamil dengan waktu waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

2. Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)

Tujuan Asuhan Postpartum (masa nifas) normal dibagi dua yaitu : a.

Tujuan Umum Membantu ibu dan pasanagannya selama masa transasi awal mengasuh anak.

 b.

Tujuan Khusus 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. 2) Melaksanakan Skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,Menyusui, Pemberian imunisasi,dan perawatan bayi sehat. 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Ambarwati, 2009)

c. Tahapan Postpartum (masa nifas) Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu sebagai  berikut : 1) Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia uteri.Oleh karna itu, bidan dengan teratur n pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu. 2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

8

 

3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu) Periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konsling KB. (Saleha, 2009) d.

Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) normal Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) terbagi menjadi 4 kunjungan, yaitu : 1.) Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan: a. Mencegah perdarahan masa masa nifas (postpartum) karna karna atonia uteri  b. Pemantau keadaan umum ibu c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatchment) d. ASI eksklusif 2.)

Kunjungan II : Asuhan 6 jam setelah melahirkan, yang yang bertujuan: a.Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal  b. Menilai adanya adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

3.)

Kunjungan III : 2 Minggu setalah Postpartum, yang bertujuan : a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal  b. Menilai adanya adanya tanda-tanda demam, infeksi infeksi dan perdarahan abnormal abnormal c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

9

 

4.)

Kunjungan IV: 6 Minggu setelah postpartum a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami  b. Memberikan konsling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas, dan tand-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. (Ambarwati, 2009)

10

 

2.3 Home Visit 1. Definisi Home Visit

Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit terminal(Warhola,1980). Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian integral dari  pelayanan keperawatan, yang yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi(Sherwen,1991). Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medical bedah. Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier tersie r yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah adalah sebuah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidak mampuan dan membantu klien menyembuhkan yang menderita penyakit kronik (NAHC,1994). Dari beberapa definisi di atas at as komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah adala klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional (multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu klien kembali ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan dari kegiatan kegiatan home visit dengan indikator kehamilan resiko tinggi ini adalah sebagai  berikut: 1)  Untuk mengetahui kondisi ibu hamil dengan resiko tinggi yang akan menjadi binaan dalam kegiatan home visit yang ada di wilayah desa terpencil. 2)  Untuk melakukan pemeriksaan dan pendidikan kesehatan terkait kehamilan beresiko tinggi kepada ibu hamil dengan resiko tinggi di wilayah desa terpencil.

11

 

arakteristik pelayanan kesehatan rumah antara lain: K arakteristik a. Pelayanan kesehatan rumah memiliki karakteristik karakteristi k sebagai bentuk pelayanan kesehatan  promotif dan preventif yang menjadi prioritas prioritas utama dengan tidak mengabaikan upaya  pengobatan, pencegahan kecacatan yang dilakukan dilakukan dalam bentuk kegiatan komun komunikasi, ikasi, informasi dan edukasi.  b. Tatacara pelayanan tidak diselenggarakan secara terpisah –  terpisah –  pisah,  pisah, namun dilkukan secara terpadu (interdisiplin) dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. c. Pendekatan penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh. Agen adalah pengelola yang bertanggung jawab terhadap ter hadap seluruh pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan.Sejak awal berdirinya pelayanan kesehatan rumah, banyak organisasi yang telah membuat program pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan klien. 

12

 

2.4 Perubahan Fisiologis Dan Psikologi Postpartum Postpartum 1. Adaptasi Fisiologis

Pada masa nifas, akan terjadi proses perubahan pada tubuh ibu dari kondisi hamil kembali ke kondisi sebelum hamil, yang terjadi secara bertahap. bertahap.1Perubahan ini juga terjadi untuk dapat mendukung perubahan lain yang terjadi dalam tubuh ibu karena kehamilan, salah satunya adalah proses laktasi, agar bayinya dapat ternutrisi dengan nutrisi yang paling tepat yaitu ASI. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses ini, misalnya tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, tenaga kesehatan kesehata n dan asuhan yang diberikan, maupun suami dan keluarga disekitar ibu nifas. Adapun perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi  pada masa nifas antara lain perubahan perubahan yang terjadi pad padaa organ reproduksi, reproduksi, system pencernaan, system perkemihan, system musculoskeletal, system endokrin dan lain sebagainya yang akan dijelaskan berikut ini. a.  Perubahan Pada Sistem Reproduksi

Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yaitu pada vagina, serviks uteri, dan endometrium.

  Perubahan pada Vagina dan Perineum



Kondisi vagina setelah persalinan akan tetap terbuka lebar, ada kecenderungan vagina mengalami bengkak dan memar serta nampak ada celah antara introitus vagina. Tonus otot vagina akan kembali pada keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan celah vagina tidak lebar pada minggu 1-2 hari pertama postpartum. Pada minggu ketiga posrpartum rugae vagina mulai pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina menjadi lebih lunak serta lebih besar dari biasanya sehingga ruang vagina akan sedikit lebih besar dari keadaan sebelum melahirkan. Vagina yang bengkak atau memar dapat juga diakibatkan oleh trauma karena proses keluarnya kepala bayi atau trauma persalinan lainnya jika menggunakan instrument seperti vakum atau forceps. Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala janin, sehingga perineum menjadi kendur dan teregang. Tonus otot perineum akan pulih pada hari kelima postpartum mesipun masih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil. Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi robekan saat melahirkan bayi, ibu tetap merasa memar pada perineum dan vagina pada beberapa hari pertama persalinan.Ibu mungkin merasa malu untuk membuka perineumnya untuk diperiksa oleh bidan, kecuali jika ada indikasi klinis.Bidan harus memberikan asuhan dengan memperhatikan teknik asepsis dan antisepsis, dan lakukan investigasi jika terdapat nyeri perineum yang dialami.Perineum yang mengalami robekan atau di lakukan episiotomy dan dijahit perlu di periksa keadaannya minimal satu minggu setelah persalinan.

13

 

  Perubahan pada Serviks Uteri



Perubahan yang terjadi pada serviks uteri setelah persalinan adalah menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka seperti corong.Korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks uteri tidak  berkontraksi sehingga seolah-olah terbentuk seperti cincin pada perbatasan antara k korpus orpus uteri dan serviks uteri. Tepi luar serviks yang berhubungan dengan ostium uteri ekstermun (OUE) biasanya mengalami laserasi pada bagian lateral.Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah persalinan ostium uteri hanya dapat dilalui oleh 2 jari.Pada akhir minggu pertama, ostium uteri telah menyempit, serviks menebal dan kanalis servikalis kembali terbentuk. Meskipun proses involusi uterus telah selesai, OUE tidak dapat kembali pada bentuknya semula saat nullipara. Ostium ini akan melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri khas servis pada wanita yang  pernah melahirkan/para.

  Perubahan pada Uterus



Perubahan fisiologi pada uterus yaitu terjadi proses involusio uteri yaitu kembalinya uterus  pada keadaan sebelum hamil baik ukuran, tonus dan posisinya.Proses involusio juga juga dijelaskan sebagai proses pengecilan ukuran uterus untuk kembali ke rongga pelvis, sebagai tahapan  berikutnya dari proses recovery pada masa nifas. Namun demikian ukuran tersebut tidak akan  pernah kembali seperti keadaan nullipara. Hal ini disebabkan karena proses pagositosis  biasanya tidak sempurna, sehingga masih tertinggal sedikit sedi kit jaringan elastis. Akibatnya ketika seorang perempuan pernah hamil, uterusnya tidak akan kembali menjadi uterus pada keadaan nullipara. Pada jam-jam pertama pasca persalinan, uterus kadang-kadang bergeser ke atas atau ke kanan karena kandung kemih.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum mengkaji tinggi fundus uteri (TFU) sebagai indikator penilaian involusi uteri, agar dapat memperoleh hasil  pemeriksaan yang akurat. Uterus akan mengecil menjadi separuh dalam satu minggu, dan kembali ke ukuran normal  pada minggu kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera setelah  persalinan TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka hal ini perlu dikaji labih la bih  jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri disertai perdarahan atau retensi bekual darah dan darah, serta distensi kandung kemih, tidak bisa berkemih. Ukuran uterus dapat dievaluasi melalui pengukuran TFU yang dapat dilihat pada table dan gambar berikut ini.

14

 

Sementara itu, tinggi fundus uteri dilaporkan menurun kira-kira 1 cm per hari, yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Proses Involusio Uteri Pasca Persalinan. Proses involusi terjadi karena :  

Iskemia: terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus, yang membatasi aliran darah ke uterus

 

Phagositosis: proses penghancuran serat dan elastisitas jaringan

 

Autolisis: digestasi jaringan otot oleh ensim proteolitik

 

Semua buangan proses masuk ke peredaran darah dan dieliminasi melalui ginjal

 

Lapisan desidua uterus dikeluarkan melalui darah vagina (Lochia) dan endometrium yang baru dibentuk selama 10 hari setelah persalinan dan selesai pada minggu ke 6  postpartum 15

 

Involusi uterus lebih lambat terjadi pada persalinan dengan tindakan seksio sesarea, demikian juga akan terlambat pada kondisi retensio plasenta atau gumpalan darah (stoll cell) yang tertinggal biasanya berhubungan dengan infeksi, sereta keadaan lain misalnya adanya mioma uteri. Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua uterus.Lokia berisi serum dan darah serta lanugo, verniks kaseosa juga berbagai debris dari hasil produksi konsepsi.Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel dan  bakteri. Mikroorganime ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian  besar kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran /dischargediambil pada pada rongga uterus.Jumlah total pengeluaran seluruh periode lokia rata-rata 240-270ml. Lokia bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan hingga minggu ke 4-8 pasca  persalinan yaitu:  

Lokia Rubra (merah): hari pertama sampai hari ketiga /keempat mengandung cukup  banyak darah.

 

Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7 postpartum, berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

 

Lokia Serosa (pink): hari 8-14, mengandung serum, lekosit dan robekan/laserasi  plasenta.

 

Lokia Alba (putih): hari 14 –  14 –  minggu  minggu ke 6/8 postpartum, berwarna putih karena banyak ban yak mengandung sel darah putih dan berkurangnya kandungan cairan.

Sumber lain mengatakan bahwa terdapat bermacam-macam variasi dari jumlah, warna dan durasi pengeluaran lokia.Oleh karena itu, teori tersebut diatas belum tentu dialami oleh semua ibu nifas secara tepat.

 

Perubahan pada Endometrium

Stratum superfisial menjadi nekrotik bersama lokia, sedangkan stratum basal yang  bersebelahan dengan myometrium tetap utuh dan yang menjadi sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stroma  jaringan ikat antar kelenjar tersebut. Proses pembentukan kembali endometrium berlangsung secara cepat selama masa nifas, kecuali pada tempat insersi plasenta. plas enta. Dalam satu minggu atau lebih permukaan bebas menjadi tertutup kembali oleh epitel endometrium dan pulih kembali dalam waktu 3 minggu.

16

 

 

Perubahan sistem pencernaan

Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa lapar dan haus akibat  banyak tenaga yang terkuras dan juga stress yang tinggi karena melahirkan bayinya.Tetapi tidak jarang juga ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena kelelahan melahirkan  bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu, perlu menjadi perhatian bidan agar dapat memotivasi ibu untuk makan dan minum pada beberapa jam pertama postpartum, juga kajian lebih lanjut terhadap keadaan psikologis ibu. Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam setelah persalinan, waspada terhadap masalah perdarahan, dan komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada masa nifas. Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya setempat yangmasih diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan makan dan minum setelah melahirkan bayinya. Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang mengalami penurunan pada masa nifas  juga dapat menyebabkan ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari  postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh, dan gejala heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa hilang.Sembelit hilan g.Sembelit dapat tetap menjadi masalah umum pada ibu nifas selama periode postnatal. Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang menyebabkan ibu takut untuk BAB. Oleh karena itu bidan perlu memberikan edukasi agar keadaan ini tidak menyebabkan gangguan BAB pada ibu nifas dengan banyak minum air dan diet tinggi serat serta informasi  bahwa jahitan episiotomy tidak akan terlepas jika ibu BAB.  

Perubahan sistem perkemihan

Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis setelah persalinan terjadi  pada hari 2-3 postpartum, tetapi seharusnya tidak terjadi dysuria.Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode posrpoartum.Diuresis  juga dapat dapat tejadi karena estrogen yang meingkat pada masa kehamilan yang menyebabkan sifat retensi pada masa postpartum kemudian keluar kembali bersama urine.Dilatasi pada saluran  perkemihan terjadi karena peningkatan volume vascular menghilang, dan organ ginjal secara  bertahap kembali ke keadaan pregravida. Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya pembengkakan kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam pertama postpartum.Jika Keadaan ini masih menetap maka dapat dicurigai adanya adan ya gangguan saluran kemih. Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses persalinan, yang menyebabkan kurangnya sensasi untuk mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini dapat menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat meningkatkan nyeri perut bagian bawah dan ketidaknyamanan, infeksi saluran kemih dan sub involusi uterus, yang menjadi kasus  primer dan sekunder dari perdarahan postpartum.

17

 

 

Perubahan sistem muskuloskeletal/ diastasis recti abdominis

Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan sebelum hamil dalam  periode waktu selama 3 bulan setelah persalinan.Kembalinya tonus otot dasar panggung dan abdomen pulih secara bersamaan.Pemulihan ini dapat dipercepat dengan latihan atau senam nifas. Otot rectus abdominismungkin tetap terpisah (>2,5 cm) di garis tengah/umbilikus, kondisi yang dikenal sebagai Diastasis Recti Abdominis (DRA), sebagai akibat linea alba dan  peregangan mekanis pada dinding abdomen yang berlebihan, juga karena pengaruh hormone ibu.

Gambar 2. Diaktasis Rekti Abdominal  Kondisi ini paling mungkin terjadi pada ibu dengan grandemultipara atau pada ibu dengan kehamilan ganda atau polihidramnion, bayi makrosomia, kelemahan abdomen dan  postur yang salah.Peregangan salah.Pere gangan yang berlebihan dan berlangsung lama ini menyebabkan seratser atserat elastis kulit yang putus sehingga pada masa nifas dinding abdomen cenderung lunak dan kendur.Senam nifas dapat membantu memulihkan ligament, ligament, dasar panggung, otot-otot dinding  perut dan jaringan penunjang lainnya. lainnya. Mahalaksimietal (2016) melaporkan bahwa latihan yang diberikan untuk mengoreksi diaktasis rekti pada penelitian yang dilakukan di India terbukti secara signifikan bermanfaat mengurangi diaktasis rekti, demikian juga nyeri pinggang atau low back pain.Low back  painjuga merupakan masalah postnatal umum pada ibu nifas. nifas. Selain senam nifas atau berbagai latihan dan tindakan fisioterapi yang diberikan untuk mengoreksi DRA. Michalsa et al (2018) menginformaskan Teknik seperti a cruch exercise  pada posis supine, tranversus abdominis training dan Nobel techniquedilaporkan dapat memperbaiki kondisi DRA.Sesuai dengan budaya di Indonesia, ibu dapat dianjurkan menggunakan stagen, namun demikian exercise lebih signifikan pengaruhnya terhadap  pemulihan DRA.

18

 

Dampak dari diaktasis rekti ini dapat menyebabkan hernia epigastric dan umbilikalis.Oleh karena itu pemeriksaan terhadap rektus abdominal perlu dilakukan pada ibu nifas, sehingga dapat diberikan penanganan secara cepat dan tepat.  

Perubahan sistem endokrin

Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan kadar hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami perubahan pada ibu nifas adalah hormone estrogen dan progesterone, hormone oksitosin dan prolactin. Hormon estrogen dan  progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi peningkatan kadar hormone prolactin dan oksitosin. Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga memancarkan ASI, sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI.Keadaan ini membuat proses laktasi dapat berjalan dengan baik. Jadi semua ibu nifas seharusnya dapat menjalani proses laktasi dengan baik dan sanggup memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hormone lain yang mengalami perubahan adalah hormone plasenta. Hormone plasenta menurun segera setelah plasenta lahir. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke tujuh postpartum.  

Perubahan tanda-tanda vital

Terjadi perubahan tanda-tanda vital ibu nifas yakni:  

Suhu: normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga 37,5°C karena kelelahan dan pengeluaran cairan yang cukup banyak. Peningkatan suhu tubuh hingga 38°C harus merupakan tanda adanya komplikasi pada masa nifas seperti infeksi/sepsis puerperalis.

   

 Nadi: normal 65-80 dpm, peningkatan peningkatan nadi menandakan adanya infek infeksi si Pernapasan: Normal 12-16 kali/menit. Jika J ika suhu tubuh dan nadi meningkat, maka akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu. Jika respirasi r espirasi meningkat hingga 30kali/menit merupakan tanda-tanda shock.

 

Tekanan darah: sudah harus kembali normal dalam 24 jam pertama postpartum (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF