Post Concussion Syndrome
May 28, 2018 | Author: Adi Suryadarma Moo | Category: N/A
Short Description
Pcs...
Description
2nsiden edera kepala yang nyata yang memerlukan pera"atan di 3S dapat diperkirakan 40.000 kasus pertahun ('00 kasus100.000 orang) yang meliputi onussion !raktur tengkorak perdarahan intrakranial laserasi otak hematoma dan edera serius lainnya. ,ari total ini 56-46% adalah onussion dan sekuele edera kepala ringan. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki berumur antar antaraa 1616- ' tahu tahun n dan dan bias biasan anya ya karen karenaa kee keela laka kaan an kend kendar araan aan berm bermot otor or.. $enurut 3imer et al dari 1'00 pasien yang dira"at di 3S dengan edera kepala tertutup 66% diobati untuk edera kepala ringan (minor) '. 7anyak pasien-pasien dengan edera ringan yang datang kedokter untuk pertama kalinya karena gejala yang terus berlanjut dikenal sebagai sindroma postonussion. 7erdasarkan in!ormasi statistik yang diketahui masalah edera kepala ringan adalah gangguan sekuele pasa trauma dan dengan akibat gangguan produkti/itas'.
'
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Post concussion syndrome
Post concussion syndrome atau ost concussi!e syndrome (PCS) adalah sekelompok gejala yang di alami seseorang setelah seminggu sebulan atau bahkan setahun setelah suatu trauma (gegar) ringan dari trauma otak (traumati brain injury 872). PCS juga bisa terjadi pada trauma otak sedang dan berat. 9ejala-gejala PCS biasanya didiagnosis pada orang yang menderita 872 dan #440% biasanya terjadi pada trauma kepala ringan. ,iagnosis dibuat berdasarkan gejala yang ditimbulkan dari ri"ayat trauma # bulan setelah mendapat trauma yang terakhir bisa juga didiagnosis dalam hitungan minggu bahkan 10 hari setelah trauma. Pada trauma yang sudah lama terjadi (latepersistent atau prolonged PCS PPCS) biasanya didiagnosis setelah menderita #- bulan setelah terjadi trauma#. Sindroma postonussion adalah kumpulan gejala yang terdiri atas nyeri kepala pusing (di&&iness) iritabilitas mudah lelah ansietas gangguan memori menurunnya konsentrasi dan insomnia yang merupakan sekuele setelah edera kepala ringan tertutup. 2stilah lain yang digunakan untuk keadaan ini adalah ost traumatic insta"ility, ost traumatic headache, traumatic neurasthenia,traumatic sychasthenia, ost traumatic syndrome. :ang dimaksud dengan edera kepala ringan adalah suatu trauma yang terjadi dengan gangguan kesadaran sesaat atau gangguan !ungsi neurologik lain (misalnya memori penglihatan) dengan 9CS 1#-16 '6. Post concussional syndrome seara umum dide!inisikan sebagai kondisi yang munul setelah edera kepala yang berakibat de!isit pada tiga area !ungsi SSP ; 1) somatik (neurologis-umumnya berupa nyari kepala keenderungan merasa epat lelah) ') psikologis (perubahan a!ek kurangnya moti/asi ansietas atau emosi yang labil) #) kogniti! (kelemahan dalam mengingat perhatian dan konsentrasi). Post concussional syndrome sulit dide!inisikan seara medis karena gejalanya berupa keluhan subjekti!. $unul beberapa kriteria diagnosis yang bentuk oleh spesialisasi dari dokter yang mera"at (neurologis psikiater #
rehabilitasi medik dan lain-lain) lokasi klinis pasien tersebut diperiksa (29, rumah sakit e/aluasi !orensik dan lain-lain) dan ada atau tidaknya penerapan kriteria yang lebih teliti. Penelitian menunjukkan bah"a gejala ostconcussional umumnya munul dalam #4 sampai 40% orang yang mengalami edera kepala ringan. 8he Amerian Psyhiatri Assoiation 4 sampai #'% dilaporkan masih mengalami nyeri kepala 1 tahun setelah trauma kepala. +mumnya tipe nyeri kepala (misalnya 4
tension migrain) yang dirasakan oleh indi/idu dengan ost concussional syndrome serupa dengan nyeri kepala yang mereka rasakan sebelum trauma. Pasien dengan ost concussional syndrome umumnya mengatakan bah"a nyeri kepala terasa lebih lama dan munul lebih sering bila dibandingkan dengan sebelum mengalami trauma. 8he international headahe soiety kriteria diagnostik untuk nyeri kepala post trauma membagi menjadi dua kategori yaitu akut dan kronis. Byeri kepala akut munul dalam ' minggu setelah trauma dan sembuh dalam ' bulan. Byeri kepala post trauma kronik munul dalam ' minggu setelah trauma dan berlangsung selama lebih dari 4 minggu. 46 % dari nyeri kepala berhubungan dengan ost concussional syndrome digambarkan sebagai terus menerus nyeri dan tension type headahe. Byeri kepala tersebut diyakini diakibatkan oleh edera pada jaringan lunak dan keras seperti edera mio!asial edera sendi temporomandibular edera diskus inter/ertebralis dan spasme otot trape&ius."alaupun lebih jarang migrain dengan atau tanpa aura dilaporkan dapat munul dalam beberapa jam atau hari setelah gegar otak. $igrain sering ditemukan pada de"asa muda yang berpartisipasi dalam oleh raga yang menyebabkan edera kepala minor multipel seperti sepakbola tinju dan hoki. *enis nyeri kepala ini sering disebut foot"aller*s migraine+. Cluster headahe jarang berkembang setelah edera kepala sedang@. eluhan kedua yang sering ditemukan pada ost concussional syndrome adalah pusing yang dilaporkan sekitar 60% pada kasus dalam 1 tahun pre/alensi sekitar 1@-'6%. +mur diketahui sebagai !aktor resiko. Semakin tua indi/idu tersebut semakin besar kemungkinan mengalami pusing baik bersumber dari sentral atau peri!er (misalnya gegar labirin benigna positional /ertigo edera batang otak)@. Post concussional syndrome sering menimbulkan gangguan pada pana indera. Pandangan kabur munul pada 1% dari pasien dan umumnya disebabkan gangguan !okus penglihatan. 10% dari pasien dengan ost concussional syndrome dilaporkan mengalami lebih sensiti! pada ahaya dan bunyi> 6% mengalami kerusakan pada ner/i kranialis 2 dan menyebabkan sensiti!itas pada
indera
pembauan dan perasa10. 2.%.2 Ge&aa Psi'ia#ri
@
Setengah dari pasien yang mengalami gegar otak dilaporkan mengalami gejala psikologis non spesi!ik seperti perubahan kepribadian ansietas dan depresi. Sering perubahan ini terjadi dalam # bulan pertama setelah edera dan mempunyai C8 san yang normal . 9angguan ansietas berkaitan dengan gangguan ansietas seara umum diantaranya gangguan panik gangguan obsesi! kompulsi! dan gangguan stress post trauma telah dilaporkan munul pada 11% sampai 50% dari penderita edera kepala. :ang sering dilaporkan berupa gejala adalah !ree-!loating ansietas keemasan yang berlebihan menarik diri dari sosial sensiti! yang berlebihan dan bermimpi tentang keemasan. 9angguan ansietas dilaporkan terjadi pada edera trauma pada kedua hemis!er otak . Apatis umum didapatkan pada ost concussional syndrome&Apatis dapat berupa sindrom isolasi primer atau akibat sekunder dari depresi. Apatis primer dapat dide!inisikan sebagai kurangnya moti/asi dengan berkurangnya emosi kogniti! dan perilaku yang tidak mengarah kepada gangguan keerdasan distress emosional dan berkurangnya tingkat kesadaran. Apatis primer sering ditemui didapatkan pada 10% penderita edera kepala tertutup sedangkan apatis sekunder munul hanya sementara terjadi pada 0% pasien dengan edera kepala tertutup. erusakan neurologis pada regio subortial-!rontal ganglia basalis dan talamus telah dihubungkan dengan patogenesis dari apatis primer . Dalaupun jarang ditemukan pada ost concussional syndrome namun psikosis juga didapatkan pada edera kepala berat. Psikosis mirip-ski&o!renia didapatkan pada 05 sampai @4% pada penderita edera kepala berat. ?aktor resiko dapat berkembang menjadi psikosis adalah benturan hebat pada trauma a"al ri"ayat epilepsi pada lobus temporal adanya kelainan neurologis sebelum trauma dan ada trauma kepala pada usia remaja. Pengobatan kondisi ini masih sulit karena obat antipsikotik atipikal seperti haloperidol kurang e!ekti! bila dibandingkan pada penggunaan kondisi psikosis lainnya. bat tersebut dapat berpengaruh pada pemulihan neuron setelah trauma. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bah"a obat risperidon dan lo&apin mempunyai e!ek yang bagus terhadap psikosis post trauma.
10
rang yang sebelumnya dengan diagnosis gangguan a!ekti! (depresi gangguan bipolar) gangguan ansietas seara umum gangguan somato!orm gangguan kepribadian lebih tinggi kemungkinan mengalami keluhan ost concussional syndrome
daripada tanpa gangguan mental sebelumya. 7anyak
gejala berupa gangguan a!ek seperti perubahan mood mood yang labil gangguan pada perhatian dan konsentrasi gangguan tidur dan ansietas memiliki gejala yang sama yang terlihat pada ost concussional syndrome. eadaan penyakit tersebut sebelum trauma dapat mengarah kepada diagnosis yang salah pada ost concussional syndrome. Pasien mengatakan keluhan lebih buruk bila membandingkan keadaan sebelum dan sesudah trauma. eadaan tersebut dinamakan =reall biasesE atau !enomena =good old daysE didapatkan bila pasien tidak mampu mengingat seara akurat le/el !ungsinya serebelum terjadi trauma. Sangatlah penting terutama bila terdapat perkara yang terlibat untuk dokter mendapat tes keji"aan sebelumnya rekaman akademik keadaan penilaian !ungsi kerja dan berbiara dengan keluarga dan teman pasien untuk menentukan seara akurat tingkat !ungsi pasien saat sebelum dan sesudah trauma. 2.%." Defisi# Ko!ni#if
ogniti! dapat dide!inisikan sebagai proses yang melibatkan !ungsi otak dalam menerima menganalisis data dan mengatur in!ormasi. ?ungsi kogniti! yang klasik adalah perhatian memori bahasa penjabaran !ungsi penilaian dan tingkat persepsi. ,e!isit pada kogniti! dide!inisikan sebagai ketidak mampuan untuk berkonsentrasi memproses in!ormasi kesulitan menentukan kata yang tepat dan ketidakmampuan proses menyatukan pendapat. Pasien dengan ost concussional syndrome terbukti mengalami penurunan dalam keepatan memproses in!ormasi perhatian dan "aktu reaksi yang dapat ditemukan melalui tes neuropsikologis. 2ndeks menunjukkan bah"a tes Stroop olor test dan 'F5 Proessing speed test memiliki spesi!itas yinggi dan nilai prediksi yang positi! untuk menilai de!isit kogniti! dari ost concussional syndrome kedua tes tersebut menilai proses keepatan mental. 8he Continous Per!ormane 8est o! Attention merupakan tes lain yang mempunyai sensiti!itas tinggi untuk memprediksi hasil negati! dari de!isit kogniti! setelah gegar otak. ,i 29, pemeriksaan ,igin Span ?or"ard dan
11
opkins Gerbal earning menunjukkan mampu memprediksi perkembangan dari ost concussional syndrome dan dalam populasi tertentu juga memprediksi durasi dari gejala tersebut. ,e!isit kogniti! yang paling umum ditemukan setelah edera kepala adalah gangguan memori /erbal dan non/erbal. 8ergantung pada tingkat keparahan edera kepala tertutup persentase orang yang menderita gangguan memori berkisar '0-5@%. 8elah dapat diperkirakan bah"a -'6% penderita ost concussional syndrome akan mengalami de!isit memori setelah 1 tahun. Satu penjelasan bah"a penurunan dalam membentuk memori baru akan mengurangi e!ekti!itas pengumpulan memori. ,e!isit pada memori jangka pendek (sebagai ontoh lupa menempatkan barang kesulitan mengingat pembiaraan) adalah hal sering ditemui pada ost concussional syndrome. 7ila indi/idu dengan de!isit memori dihubungkan dengan edera kepala berat menjalani tes neuropsikologis episodik memori atau deklarati! memori mengalami gangguan sedangkan prosedural memori tidak terganggu. Pasien dengan edera otak juga mengalami gangguan dalam perhatian menerus dan terbagi sedangkan perhatian selekti! jarang terganggu. al ini terlihat jelas berupa pasien yang kesulitan berkonsentrasi masalah dalam mem!okuskan pada satu tugas dan mudah dialihkan atau terganggu. ,is!ungsi kolinergik
yang
mengarah
kepada
gangguan
mengatur
sensoris
dan
ketidakmampuan untuk menghentikan stimulus diduga sebagai penyebab de!isit perhatian.,e!isit kogniti! dianggap sebagai akibat dari kerusakan kortikal terutama gangguan yang melibatkan lobus anterotemporal dan orbito!rontal yang sering munul karena dekatnya lobus tersebut pada protuberantia pada tulang tengkorak. amanya munul de!isit ini ber/ariasi mengikuti jenis trauma yang akan pulih sempurna dalam bulan. 9angguan dalam memori perhatian berbahasa dan !ungsi keputusan yang munul lebih menetap dan akan pulih dalam "aktu setelah 1 tahun setelah mengalami trauma kepala .
2.( Dia!nosa Post Concussion Syndrome
1'
9ejala ostconcussional syndrome (PCS) dapat munul segera setelah edera kepala terjadi atau baru munel beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Semakin lama munulnya gejala PCS sejak terjadinya edera kepala maka semakin keil tingkat se/eritasnya. Pola gejala yang munul dapat berupa gejala !isik mental atau emosional dan dapat berubah menurut dimensi "aktu. Pola yang umum adalah munul gejala !isik terlebih dahulu segera setelah terjadi edera selanjutnya gejala akan berubah menjadi gejala psikologis yang lebih dominan411. 9ejala yang munul pada post onussion syndrom terbagi menjadi tiga yaitu; (1) Somatik (') ogniti! dan (#) Hmosional. Seara rini dapat dilihat pada table 1; 8abel 1. 9ejala-gejala yang sering munul pada PCS Tipe Somatik
Ge&aa Byeri kepala di&&iness pandangan kabur diplopia nausea
/omitus gangguan tidur mudah keapaian hipersensiti! ogniti!
terhadap suara dan ahaya tinitus. 9angguan atensi memori biara slo" thingking gangguan
Hmosional
!ungsi eksekuti! 2nstabilitas emosional sedih anIietas apatis
9ejala seperti menjadi lebih sensiti! terhadap kegaduhan gangguan konsentrasi dan memori iritabel depresi ansietas !atiJue dan gangguan dalam pengambilan keputusan (judgment) dapat dikatakan sebagai gejala =late onsetE karena gejalagejala tersebut tidak munul segera setelah edera kepala terjadi namun munul beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Bausea dan rasa kantuk (dro'siness) sering munul segera setelah edera kepala terjadi namun tidak berlangsung lama sementara nyeri kepala dan di&&iness munul segera setelah edera kepala dan biasanya berlangsung lama. 411 Seara umum pemeriksaan pasien dengan PCS akan didapatkan hasil pemeriksaan !isik yang normal. Pasien dengan PCS kadang hanya didapatkan kelainan neurologi yang sangat minimal namun bila didapatkan adanya de!isit motorik !okal maka harus dipikirkan adanya perdarahan intrakranial. 7eberapa hal yang dapat ditemukan pada pasien dengan PCS antara lain;
1#
a.
Adanya tanda-tanda depresi
b.
Adanya penurunan kemampuan membau dan merasakan (lidah).
.
Adanya neurasthenia atau hiperesthesia (tapi bukan dermatomal).
d.
9angguan kogniti! antara lain; naming (/oabularies) short-term memori dan intermediate memori atensi in!ormasi proessing reall menggambar dan !ungsi eksekuti!.
riteria dignosis untuk PCS pertama kali disampaikan dalam 2nternational Classi!iation o! ,isease re/isi ke sepuluh (2C,-10) pada tahun 1@@'. ode untuk PCS adalah ?05.' (7oake et&al, '006)11. $enurut 2C,-10 tersebut kriteria diagnostik untuk PCS adalah adanya ri"ayat edera kepala (traumatic "rain in$ury 872) dan disertai dengan # atau lebih dari 4 gejala berikut ini yaitu; 1.
Byeri kepala (headahe)
'.
,i&&iness
#.
?atiJue
.
2ritabel
6.
2nsomnia
.
9angguan konsentrasi
5.
9angguan memori
4.
2ntolerane dari stress emosi atau alkohol.
Selain berdasar pada 2C,-10 terdapat kriteria lain yang juga telah dikenalkan yaitu menurut ,iagnosti and Statisti $anual o! $ental ,isorder (,S$) yang telah menapai re/isi ke empat. $enurut ,S$-2G kriteria untuk PCS meliputi; a.
3i"ayat trauma kepala yang menyebabkan adanya konkusi serebral yang signi!ikan.
b.
de!isit kogniti! dan atau memori
.
8erdapat # dari 4 gejala (!atiJue gangguan tidur nyeri kepala di&&iness iritabel gangguan a!ekti! perubahan kepribadian apatis) yang munul setelah trauma dan menetap selama # bulan.
d.
9ejala-gejala munul pada saat injuri atau memburuk setelah injuri.
e.
$engganggu !ungsi sosial
1
!.
,ieksklusi adanya demensia paska trauma atau kelainan lain yang menerangkan gejala yang munul.
riteria dan d mensyaratkan bah"a munulnya gejala atau perburukan gejala harus mengikutisetelah trauma kepala dibedakan dengan gejala yang munul sebelum trauma dan minimal durasinya adalah # bulan. 11 Pembanding kedua kriteria PCS berdasarkan 2C,-10 maupun ,S$-2G didapatkan hasil bah"a pre/alensi PCS menurut 2C,-10 lebih besar sekitar enam kali lipat dibandingkan dengan menggunakan ,S$-2G. Perbedaan tersebut sangat signi!ikan baik untuk pasien 872 maupun ekstrakranial trauma kepala. al tersebut menyebabkan kriteria berdasarkan 2C,-10 lebih inklusi! dan ini dikarenakan kriteria yang lebih sedikit dibandingkan bila menggunakan ,S$-2G. Bamun kedua kriteria tersebut masih menjadi perdebatan oleh para ahli sehingga sampai saat ini masih diperlukan penyesuaian dan belum didapatkan kesepakatan untuk kriteria yang baru 11. riteria pada 2C,-10 dan ,S$-2G terdapat beberapa poin yang o/erlaping yaitu; nyeri kepala !atiJue gangguan tidur iritabel dan di&&iness. elima kriteria ini memiliki nilai kesepakatan yang tinggi. +ntuk menegakkan diagnosa PCS tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesi!ik. Adapun pemeriksaan laboratrium yang dilakukan lebih kepada penarian underlying disease yang lain yang mungkin sebagai penyebab munulnya gejala yang menyerupai PCS. 7eberapa kondisi yang mungkin dapat memberikan gejala yang mirip PCS yang dapat disingkirkan dengan pemeriksaan laboratorium antara laian adalah adanya toksisitas dan penyakit metabolik. Selain itu pemeriksaan laboratorium juga dilakukan bila ada keurigaan adanya penyakit lain yang menyertai adanya PCS.1' Pemeriksaan imaging yang dapat dilakukan pada pasien PCS adalah C8 sanning dan $32 namun harus dengan indikasi yang jelas. C8 Sanning digunakan untuk mengetahui adanya kelainan intrakranial dan adanya !raktur tulang tengkorak. Pada pasien yang tidak disertai adanya episode pingsan (C) dan dari pemeriksaan neurologinya dalam batas normal hasil C8 San biasanya tidak didapatkan gambaran yang patologis 1'.
16
7ila pemeriksaan C8 San telah dilakukan segera setelah edera kepala terjadi maka C8 san ulang sudah tidak diperlukan pada pasien yang tidak ada de!isit neurologi keuali pasien yang memiliki risiko perdarahan yang tertunda (lucid inter!al ). Pasien dengan ri"ayat pingsan (C) dan memiliki kesadaran yang baik (9CS 16) sebagian besar akan memberikan gambaran C8 san yang normal meskipun terdapat sejumlah keil yang didapatkan adanya lesi struktural yang membutuhkan nter/ensi bedah. Seara umum pemeriksaan C8 San tunggal (sekali) masih bisa diterima (reasonable) epat dan merupakan alat skrinning yang e!ekti! yang dapat dilakukan pada pasien trauma kepala dengan gejala klinis yang nyata. 8idak adanya pingsan dan atau hasil C8 san yang normal tidak serta merta menyatakan bah"a tidak ada kerusakan pada otak. Adanya puntiran atau peregangan akson dan neuron yang akan menyebabkan diffuse a%onal in$ury dapat munul tanpa kelainan yang nyata pada gambaran C8 san kepala. al ini diduga oleh adanya penguatan (strained) dari jaringa lunak sekitar leher yang melindungi batang otak dan menegah terjadinya pingsan (C) 41'. Pemeriksaan $32 lebih sensiti! dibandingkan C8 san pada kasus edera kepala ringan atau kasus PCS. esi di daerah !rontotemporal adalah lesi yang paling sering ditemui dan nampaknya berhubungan dengan de!isit yang ditemui pada pemeriksaan neuropsykologi. $32 yang dilakukan ' jam setelah terjadinya edera kepala dapat melihat adanya bekas kontusi yang lama kaburnya batas antara "hite matter dan gray matter dan adanya kontur otak yang irreguler. $32 yang dilakukan pada !ase akut (segera setelah terjadinya edera kepala) hanya memiliki sedikit man!aat saja sehingga disarankan dilakukan obser/asi terlebih dahulu sampai paling tidak ' jam dan dilakukan !ollo" up untuk melihat adanya de!isit neurologis ataupun adanya gejala klinis yang menetap atau bahkan memberat sebagai salah satu indikasinya1'.
2.). Pena#aa'sanaan Post concussion syndrome
7iasanya PCS tidak diterapi terapi hanya ditujukan pada gejala-gejala yang munul misalnya penderita diberi penghilang nyeri untuk keluhan nyeri kepala dan obat-obat untuk mengurangi depresi di&&iness atau muntah. Penderita
1
disarankan istirahat yang ukup karena hal ini ukup e!ekti!. 8erapi !isik dan tingkah laku juga dilakukan untuk masalah kehilangan keseimbangan atensi dan respon. 2.).1 *ba#+oba#an
Pengobatan dari ost concussional syndrome tergantung pada gejala yang munul pada tiap-tiap pasien. Salah satu pengobatan yang paling e!ekti! adalah melakukan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang ost concussional syndrome menjelaskan bah"a gejala tersebut akan pulih sempurna dalam "aktu bulan. Penelitian menunjukkan bah"a keterlambatan mendiagnosa dan kurangnya edukasi kepada pasien mengarah kepada perburukan gejala psikogenik penyakit dan memperpanjang "aktu pemulihan. +ntuk keluhan nyeri kepala yang terus menerus terapi standar nyeri kepala dapat dimulai dari BSA2, sampai terapi pro!ilaksis migrain seperti !luoIetine dan /erapamil dikatakan dapat membantu. 7ila perlu terapi !isik dan 8ransutaneus Hletrial Ber/e Stimulators (8HBS) dapat digunakan pada pasien dengan tension headahe yang berhubungan dengan kekakuan otot. Pasien dengan gejala psikologis dapat diberi terapi psikoterapi suporti! edukasi dan !armakoterapi seperti obat antidepresi atau antiansietas diberikan dalam "aktu yang terbatas 1'. Seleti/e serotonin inhibitor merupakan antidepresan pilihan pada sebagian besar kasus dan dapat mengatasi gejala nyeri kepala ansietas tekanan dan depresi. Agonis dopamin psikostimulan amantadine dan holinestrase inhibitor telah digunakan dalam mengobati penurunan kemampuan !okus atau memori dan de!isit dalam !ungsi kogniti! tapi hanya memberikan keuntungan setengah dari pasien yang mengalami edera kepala. ,okter harus berhati-hati dalam meresepkan obat yang mempengaruhi SSP seperti phenitoin haloperidol barbiturat dan ben&odia&epin. bat ini dapat memberikan e!ek samping seperti terhambatnya penyembuhan neuron dan gangguan pemulihan memori yang dapat memperburuk gejala ost concussional syndrome atau memperpanjang "aktu pemulihan1'.
15
2.).2 Psi'o#erapi
Psikoterapi pada sekitar 0% penderita PCS dapat mengurangi gejala-gejala. 8erapi ini membantu penderita agar dapat melakukan akti/itas kerjanya. Protokol terapi PCS dibuat berdasarkan prinsi! yang terdapat dalam Cogniti! 7eha/ioral 8herapy (C78) suatu metode psikoterapi yang berpengaruh untuk gangguan emosional yang munul atas dasar pikiran dan tingkah laku. C78 membantu menegah timbulnya gejala iatrogenik persisten . ,alam situasi seperti keelakaan kendaraan bermotor gejala PCS bisa menyebabkan penyakit stress pasa trauma (P8S,) yang sangat penting untuk diterapi dengan benar. Penderita dengan P8S, depresi dan emas dapat diterapi dengan obat-obatan dan psikoterapi . 2.)." Ed,'asi
Salah satu pengobatan yang paling e!ekti! adalah melakukan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang ost concussional syndrome menjelaskan bah"a gejala tersebut akan pulih sempurna dalam "aktu bulan. Hdukasi mengenai gejala sangat e!ekti! dilakukan segera setelah edera. Sejak stress mulai munul sebagai gejala PCS edukasi diperlukan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Hdukasi dini dapat mengurangi gejala pada anak dengan baik .
2.- Pro!nosis
Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami penyembuhan total. *enis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi. 7erbagai !ungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan !ungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. 8etapi semakin tua umur penderita maka kemampuan otak untuk menggantikan !ungsi satu sama lainnya semakin berkurang. emampuan berbahasa pada anak keil dijalankan oleh beberapa area di otak sedangkan pada de"asa sudah dipusatkan pada satu area. jika hemis!er kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 4 tahun maka hemis!er kanan bisa mengambil alih !ungsi bahasa. erusakan area bahasa pada masa de"asa lebih enderung menyebabkan kelainan yang menetap.
'#11
14
7eberapa !ungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan lengan dan tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak. erusakan pada area ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap. ,ampak dari kerusakan ini bisa diminimalkan dengan menjalani terapi rehabilitasi. Penderita edera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat peristi"a sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran. *ika kesadaran telah kembali pada minggu pertama maka biasanya ingatan penderita akan pulih kembali.'11 Status /egetati! kronis merupakan keadaan tak sadarkan diri dalam "aktu yang lama yang disertai dengan siklus bangun dan tidur yang mendekati normal. eadaan ini merupakan akibat yang paling serius dari edera kepala yang non!atal. Penyebabnya adalah kerusakan pada bagian atas dari otak (yang mengendalikan !ungsi mental) sedangkan talamus dan batang otak (yang mengatur siklus tidur suhu tubuh perna!asan dan denyut jantung) tetap utuh. *ika status /egetati! terus berlangsung selama lebih dari beberapa bulan maka kemungkinan untuk sadar kembali sangat keil.
1@
BAB III PENUTUP
Sindroma postonussion adalah suatu keadaan yang merupakan akibat dari edera kepala ringan tertutup. 9ejala-gejalanya ber/ariasi namun mempunyai suatu pola yang tertentu. 8erdapat banyak !aktor yang terkait dalam sindroma ini yang dapat memberikan prognosa yang berbeda-beda dari yang baik sampai yang menimbulkan gangguan yang berkepanjangan sehingga menyebabkan gangguan psikososial. +paya penanggulangannya dilakukan seara menyeluruh baik terhadap gejalanya maupun terhadap !aktor-!aktor yang menjadi latar belakang yang memperberat keadaan penyakit. Pato!isiologi dari postonussion syndrome masih belum sepenuhnya jelas. Bamun tidak bisa lepas dari pato!isiologi proses edera kepala itu sendiri. al ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya kelainan organik pada pasien dengan gejala PCS yang nyata di sisi lain terdapat gejala yang munul membaik dalam "aktu tiga bulan juga dengan tidak adanya kelainan organik yang nampak pada pemeriksaan. 9ejala yang munul pada post onussion syndrom terbagi menjadi tiga yaitu somatik kogniti! dan emosional dengan pemeriksaan !isik yang normal. riteria diagnosis PCS menggunakan 2C,-10 pada tahun 1@@' dan ,S$-2G. $anajemen PCS masih menjadi banyak perdebatan para ahli. 8erapi Pada Pasien Post Concussion Syndrome hanya ditujukan pada gejala-gejala yang munul misalnya penderita diberi penghilang nyeri untuk keluhan nyeri kepala dan obatobat untuk mengurangi depresi di&&iness atau muntah. Penderita disarankan istirahat yang ukup karena hal ini ukup e!ekti!. 8erapi !isik dan tingkah laku juga dilakukan untuk masalah kehilangan keseimbangan atensi dan respon.
'0
View more...
Comments