Planning, Delivering and Assessing Instruction

November 4, 2017 | Author: ema | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Landasan Pendidikan...

Description

PLANNING, DELIVERING, AND ASSESSING INSTRUCTION

MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan yang dibina oleh Ibu Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd

Oleh Kelompok 2/ Offering C Ahmad Mundzir Romdhani 170341864552 Arwinda Probowati

170341864533

Muhammad Khalil

170341864514

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI OKTOBER 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur ke khadirat Allah Swt. atas segala rahmat, taufiq, serta inayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Planning, Delivering, and Assessing Instruction. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad Saw. Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd selaku pembina mata kuliah Landasan Pendidikan 2. Orang tua yang selalu memberikan semangat untuk menuntut ilmu tiada batas 3. Teman-teman Pascasarjana Offering C Program Studi Pendidikan Biologi, Universtitas Negeri Malang 4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang berlipat ganda. Akhirnya tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap kritik membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, 31 Oktober 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................

ii

Daftar Isi....................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................

2

1.3 Tujuan ..........................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perencanaan (Planning)................................................................

3

2.2 Penyampaian (Delivering.............................................................

16

2.3 Penilaian (Assessing) ...................................................................

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................

24

Daftar Rujukan .......................................................................................

25

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di dunia pendidikan guru merupakan aset yang berharga bagi siswa. Selain sebagai fasilitator guru juga merupakan pembentuk atau pengembang dari sebuah perencanaan pembelajaran. Dalam hal pembelajaran, selain metode dan strategi penyampaian pembelajaran (delivering), perencanaan (planning), penilaian dan evaluasi (assessing) sangatlah diperlukan. Penyampaian pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan siswa yang telah ditetapkan. Penyampaian pembelajaran akan menggambarkan tentang penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakikatnya kegiatan ini merupakan implementasi dari strategi dan pendekatan yang dirancang pada perencanaan pengajaran. Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan suatu tugas. Jadi, perencanaan pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Karena dengan perencanaan itu, maka seorang guru akan bisa memberikan pelajaran dengan baik karena ia dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara tegas, mantap, dan fleksibel. Penilaian dan evaluasi hasil belajar merupakan salah satu kegiatan dalam dunia pendidikan yang penting, pada satu sisi dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan dengan baik dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa, kekurangan, kelebihan, dan posisi siswa dalam kelompok. Idealnya, penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan prosedur dan instrumen yang standar. Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis membuat makalah yang berkaitan dengan ketiga hal di atas yang berjudul “Planning, Delevering, and Assessing Inctruction”.

1

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran (Planning)? 2. Bagaimana proses penyajian/penyampaian pembelajaran (Delivering)? 3. Bagaimana proses penilaian pembelajaran (Assessing)?

C. Tujuan 1. Menjelaskan bagaimana proses perencanaan pembelajaran (planning). 2. Menjelaskan bagaimana penyajian/penyampaian pembelajaran (delivering). 3. Menjelaskan bagaimana proses penilaian pembelajaran (assessing).

BAB II PEMBAHASAN

2

A. Perencanaan (Planning) 1. Konsep Dasar Perencanaan Pengajaran Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Gaffar menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Sagala, 2005). Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda-beda satu dengan yang lain. Cunningham misalnya, mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan sumsi untuk masa yang akan dating denagn tujuan memvisualisasi dan mempformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam batasbatas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan dating serta usaha untuk mencapainya (Uno, 2008). Definisi lain menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Dari rumusan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Degeng (1993) pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Selanjutnya (Sagala, 2005) menyebutkan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: Pertama, proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,

3

tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam proses pembelajaran dibangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantunya untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Perencanaan

pengajaran

merupakan

satu

tahapan

dalam

proses

pembelajaran yang sangat bergantung kepada kompetensi keguruan seorang guru. Guru yang baik berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah bahwa sebelum masuk ke dalam kelas, guru senantiasa membuat perencanaan pengajaran sebelumnya. Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell menjelaskan, dalam proses pengajaran di sekolah (kelas) peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam pengertian yang sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan guru adalah sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar (Hamalik, 2007). Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan operasional. Dalam perencanaan itu murid perlu dilibatkan sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka. Peranan tersebut menuntut agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya (Hamalik, 2007). Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus diketahui arti dan tujuannya, serta menguasai teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh guru, dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pembelajaran (Darmadi, 2009). Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah

4

menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik. 2. Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru dan bantuan pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran, yaitu sesuai dengan cara siswa mempelajarinya, dan pada akhirnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Penjelasan ini memberi gambaran bahwa kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sengaja dipersiapkan dalam bentuk perencanaan pengajaran. Persiapan pengajaran ini sebagai kegiatan integral dari proses pembelajaran di sekolah. Penyusunan program pembelajaran dapat dibedakan menjadi program tahunan, program semester, program mingguan dan program harian. Program tahunan merupakan rencana pembelajaran yang disusun untuk setiap mata pelajaran yang berlangsung selama satu tahun ajaran pada setiap mata pelajaran dan kelas tertentu yang disusun menjadi bahan ajar. Untuk mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, maka secara teknis dan operasional dijabarkan dalam program mingguan dan juga harian. Pada dasarnya rencana pengajaran adalah manifestasi dari pikiran-pikiran dan konsep-konsep dasar yang tertuang pada kurikulum dan GBPP. Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan

yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi member makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada peserta didik; sedangkan PBK berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan

5

tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi dasar belum terbentuk atau belum tercapai. (Darmadi, 2009). Darmadi (2009) selanjutnya juga menegaskan bahwa perencanaan persiapan mengajar sesungguhnya bertujuan mendorong guru agar lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib melakukan persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Dosa hukumnya bagi guru yang mengajar tanpa persiapan, dan hal tersebut hanya akan merusak mental dan moral peserta didik. Perencanaan pengajaran (Instructional Design) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: 1) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini kebutuhan dianalisis dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitasaktivitas pengajaran. 2) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi-strategi tersebut. 3) Perencanaan pengajaran sebagai sains (Science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala kompleksitasnya. Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.

6

Kurikulum khususnya GBPP menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar serta kondisi siswa dan guru merupakan hal-hal penting yang harus diperhatikan (Sudjana, 2001). 3. Komponen-komponen Pembelajaran Dalam pandangan (Hamalik, 2007) model perencanaan pengajaran terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: a) Tujuan instruksional (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar; b) Material pengajaran; c) Motivasi; d) Prosedur; e) Perkiraan waktu; f) Penilaian, dan; g) Kerja mandiri dan tingkat lanjut. a. Tujuan instruksional (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi pendidikan. Robert F. Magner (1962) dalam Hamalik (2007) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) dalam Hamalik (2007) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) dalam Hamalik (2007) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan/keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. b. Materi Belajar Dalam pemilihan bahan ajar ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan (Aunurrahman). Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran harus relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan.

7

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Dengan kata lain, materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. c. Metode Metode dan media yang digunakan juga menjadi patokan penyusunan kegiatan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Bila dalam langkah kegiatan pembelajaran mempergunakan metode penugasan, maka kegiatan siswa melaksanakan apa yang ditugaskan, umpamanya membaca buku, maka kegiatan siswa adalah membaca buku. Demikian halnya dalam langkah kegiatan pembelajaran memakai media cd umpamanya, maka kegiatan siswa menonton cd. d. Sumber Belajar Penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, juga dilandasi kepada sumber belajar, berbeda sumber belajarnya, maka berbeda pula kegiatan pembelajarannya. Kalau sumber belajarnya media cetak seperti buku, maka kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca. Kalau sumber belajarnya berpusat pada alat peraga, maka kegiatan pembelajarannya, kegiatan pembelajarannya dimulai dengan mendengarkan atau meniru, mengamati dan begitulah seterusnya. e. Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data yang ingin diperoleh. 4. Jenis-Jenis Perencanaan Pengajaran a. Program Tahunan

8

Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (KI dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh sisiwa. penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa. Komponen-komponen program tahunan meliputi: a) Identitas (mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran). b) Format isian (semester, kompetensi inti, kompetensi dasar, matei pokok, dan alokasi waktu). 

Langkah Penyusunan Program tahunan Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program

tahunan adalah: a) Melihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dan struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah, analisis berapa minggu efektif dalam satu semester, seperti yang telah ditetapkan dalam gambar alokasi waktu efektif. b) Melalui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa minggu waktu yang tersedia untuk pelaksanan proses pembelajaran. c) Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif, belajar, waktu pembelajaran efektif (per minggu). d) Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam satu tahun dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia. e) Medistribusikan olokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup cakupan maeri, tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi. b. Program Semester Menurut KBBI, program adalah program dalam sistem persekolahan yang mempersiapkan sejumlah mata pelajaran yang diperuntukkan bagi siswa yang ingin melanjutkan studi. Sedangkan semester adalah satuan waktu yang

9

digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Program semester ialah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam satu semester. Komponen-komponen program semester meliputi: a) Identitas (satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas, semester), b) Kompetensi inti, c) Kompetensi dasar, d) Materi pokok, e) Kegiatan pembelajaran, f) Indikator, g) Penilaian (teknik, bentuk instrumen, contoh instrumen), h) Alokasi waktu, i) Sumber belajar, dan karakter. Langkah-langkah Penyusunan Program Semester a) Memasukkan KD, topik dan sub topik bahasan dalam format Program Semester. b) Menentukan jumlah jam pada setiap kolom minggu dan jumlah tatap muka per minggu untuk mata pelajaran. c) Mengalokasikan waktu sesuai kebutuhan bahasan topik dan sub topik pada kolom minggu dan bulan. d) Membuat

catatan

atau

keterangan

untuk

bagian-bagian

yang

membutuhkan penjelasan

c. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen belajar untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar. Teknik penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran silabus, mempergunakan analisis sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran berpusat pada indikator, (2) kegiatan yang ditulis hanya kegiatan siswa, (3) langkah-langkah yang disusun beranjak dari sumber belajar yang dipergunakan, (4) langkah-langkah yang disusun disesuaikan dengan

10

media dan metode yang dipergunakan, (5) kegiatan pembelajaran harus memadai, yakni adanya exsplorasi, elaborasi dan konfirmasi. (6) kalimat kegiatan pembelajaran mengandung komponen A (audience), B ( behavior), C (condition ) D (degree), (7) volume narasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu. Kegiatan pembelajaran berpusat pada indikator artinya bahwa proses kegiatan pembelajaran itu untuk mencapai kompetensi indicator, baik tuntutan kompetensi kata kerjanya maupun kompetensi materinya. Tuntutan kompetensi kata kerja, baik kata kerja ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Contoh kata kerja kognitif: menjelaskan, artinya kompetensi yang harus dimiliki siswa kemampuan menjelaskan, maka rumuskan kegiatan siswa yang dapat membuat siswa mampu menjelaskan, seperti kegiatan presentasi dan menyusun laporan secara tertulis. Selain penguasaan kompetensi seperti menjelaskan ada lagi penguasaan materi indikator, apakah materi faktual, konsep, prisip atau prosedur. Penguasaan materi ada sifatnya mengingat, ada sifatnya menghafal, ada sifatnya pemahaman, ada sifatnya melakukan, ada sifatnya penyontohan. Sehubungan dengan demikian maka kedua kompetensi ini dipadukan dalam sebuah kegiatan pembelajaran, yang menghasilkan kompetensi yang dimaksud. Penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, juga dilandasi kepada sumber belajar, berbeda sumber belajarnya, maka berbeda pula kegiatan pembelajrannya. Kalau sumber belajarnya media cetak seperti buku, maka kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca. Kalau sumber belajarnya berpusat pada alat peraga, maka kegiatan pembelajarannya, kegiatan pembelajarannya dimulai dengan mendengarkan atau meniru, mengamati dan begitulah seterusnya. Dari keseluruhan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, memuat adanya tiga unsur, yakni exsplorasi, elaborasi dan komfirmasi. Exsplorasi dan elaborasi merupakan kegiatan siswa, sementara komfirmasi merupakan kegiatan guru. Exsplorasi adalah merupakan kegiatan siswa dalam berupaya mencari dan mengidentifikasi materi pembelajaran dari sumber/ media pembelajaran, tanpa

11

ada kajian pendalaman dan pengembangan materi pembelajaran, baik dilakukan secara individu maupun secara kelompok. Disamping kegiatan exsplorasi dan elaborasi, ada kegiatan konfirmasi, yakni kegiatan guru dalam menanggapi produk hasil pembelajaran siswa yang telah diserahkan kepadanya atau menanggapi presentasi yang disampaikan oleh siswa. Dalam tanggapan guru ini tidak terlepas dari dua hal, yaitu memberikan penjelasan tentang produk hasil pembelajaran siswa, jika hasilnya benar, diberi penguatan dengan pernyaan benar serta berikan riwet/ penghargaan kepada siswa dan bila salah jangan dicerca apalagi dimaki, akan tetapi diberi harapan dan bimbingan semestinya, sehingga yang belum benar menjadi benar, yang belum sempurna menjadi sempurna. Tahapan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, diatur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, karenanya mesti dijadikan alokasi waktu menjadi pertimbangan dalam penyusunan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran.

Dengan

menjadikan

alokasi

waktu

menjadi

pertimbangan, diharapkan supaya jangan terjadi dilapangan proses kegiatan pembelajaran belum habis, sementara waktu sudah habis. d. Program Harian/ Mingguan a) Perencanaan Mingguan Disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatankegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah yang berisi kegiatankegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema. b) Perencanaan Harian Disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan. SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran,

baik

mingguan.

SKH

memuat

kegiatan-kegiatan

pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. Program Harian/ Mingguan misalnya : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). e. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

12

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasra yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indicator atau beberapa indicator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaran, RPP paling sedikit memuat: a) Tujuan Pembelajaran b) Materi pembelajaran c) Sumber belajar d) Penilaian Dalam kegiatan pembelajaran silabus, langkah kegitannya, terdiri dari kegiatan exsplorasi, elaborasi dan komfirmasi, demikian halnya pada kegiatan inti RPP, juga terdiri dari Exsplorasi, elaborasi dan komfirmasi, hanya saja penulisan kata exsplorasi, elaborasi dan komfirmasi, pada silabus harus jelas mana exsplorasi, mana elaborasi dan mana komfirmasi, sementara di RPP, tidak dimestikan demikian, akan tetapi dapat dipadukan/berelaborasi, sesuai dengan urutannya. Teknik penyusunan kegiatan pembelajaran RPP, sesuai dengan tahapannya. Mulai daritahapan awal, tahapan inti dan tahapan penutup/ akhir. Pada tahapan awal mencerminkan proses pembelajaran mengarah kepada bagaimana supa peserta didik siap, baik lahir maupun batin untuk mengikuti kegiatan inti. Banyak hal yang dapat dilakukan pada kegiatan awal, akan tetapi yang mesti hanya dua unsur, yakni apersepsi dan motivasi. Apersepsi adalah mengaitkan pengalaman peserta didik/ pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan dipelajari, sehingga peserta didik merasa bahwa pengalamannya yang ada/ pembelajaran yang lalu belum memadai tanpa ikut serta pembelajaran yang akan dipelajari. Apersepsi dapat dilakukan dengan melalui pertanyaan-pertanyan kepada peserta didik tentang pengalamannya/ pelajaran yang lalu, setelah itu kaitkan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Motivasi adalah memberi sugesti atau dorongan kepada peserta

13

didik, melalui kegunaan dan manfaat materi yang akan dipelajari dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga peserta didik merasa penting dan menjadi kebutuhannya. Dengan kondisi ini peserta didik sudah siap mengikuti kegiatan pembelajaran inti. Penulisan apersepsi dan motivasi dalam tahap pembukaan/ awal di RPP adalah menuliskan secara singkat, padat dan tepat, apersepsi dan motivasi apa yang akan disampaikan/ dikatakan kepada peserta didik, dengan tujuan, memberi kemudahan kepada guru pengganti untuk melaksankan kegiatan pembelajaran sebagaimana mestinya. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa kegiatan inti RPP merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang ada di silabus. Oleh karenanya, seluruh kegiatan pembelajaran yang ada disilabus dipindahkan kedalam kolom kegiatan siswa, tanpa menuliskan kata exsplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sementara dikolom kegiatan guru, dirancang kegiatan guru yang sesuai dengan kegiatan siswa, sehinga nampak jelas adanya kolerasi antara kegiatan guru denga kegiatan siswa, artinya kegiatan guru dengan kegiatan siswa menyambung/ relevan. Kegiatan pembelajaran pada tahap akhir/ penutup, dimuat tiga hal, yakni: kesimpulan/ simpulan, pitback, dan tindak lanjut. Simpulan disusun oleh guru, tapi dalam proses kegiatan pembelajaran yang membuat simpulan adalah peserta didik, guru hanya membimbing supaya simpulannya sesuai atau mendekati dengan simpulan yang dibuat oleh guru dalam RPP. Pitback adalah umpan balik, yakni menagih peserta terhadap apa yang telah dipelajarinya, dengan melalui pertanya/ soal, yang telah dipersiapkan di RPP. Pitback dilakukan untuk mengetahui siswa mana yang sudah tuntas dan siswa mana yang belum tuntas. Hasil dari pitback ini ditindak lanjuti dengan pengayaan bagi yang telah tuntas dan remedial bagi yang belum tuntas dan jangan lupa beritahu kepada peserta tema pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kegiatan pembelajaran pada RPP dilengkapi dengan estimasi waktu. Estimasi waktu adalah perincian dari alokasi waktu, kepada kegiatan tahap awal, tahap inti dan tahap penutup. 5. Jenis-jenis Perencanaan Program Pengajaran

14

a. Program untuk Jangka Waktu Agak Panjang (Program Belajar Semester) Semester merupakan satu periode waktu belajar. Program belajar semester disusun dengan tujuan siswa diharapkan menguasai satu-kesatuan pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu.pada akhir semester diadakan evaluasi hasil belajar yang biasa disebut tes sumatif. Tes sumatif dapat dijadian tolok ukur keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru pada semester tersebut. Semua program jangka waktu agak panjang disusun dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran). Dalam GBPP telah tertulis dengan jelas tujuantujuan dan pokok bahasan yang disediakan untuk setiap semester. Adapun unsur-unsur atau isi yang terkandung dalam program semester meliputi : Tujuan, pokok atau satuan bahasan, metode mengajar, media dan sumber, evaluasi pengajaran, waktu dan format program (judul, tingkatan semester,kelas dan nama sekolah serta nama mata pelajaran). b. Program untuk Jangka Waktu Singkat Program untuk setiap pokok atau satuan bahasan pada dasarnya merupakan program mingguan atau harian dan dewasa ini lebih dikenal dengan nama satuan pelajaran. Isi dan alokasi waktu setiap pelajaran tergantung pada luas atau sempitnya pokok atau satuan bahasan yang dicakupnya. Penyusunan program untuk setiap pokok satuan bahasan ini dapat menggunakan berbagai format, salah satunya ialah satuan pelajaran. Satuan pelajaran merupakan suatu satuan atau unit program pengajaran terkecil yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu jadi sebaiknya waktunya tidak terlalu panjang atau pendek.

B. Penyampaian (Delivering) Saat pembelajaran, guru seringkali hanya berfokus pada target pembelajaran tanpa berusaha selaras dengan siswa dan melibatkan siswa. Dalam hal ini, guru harus secara efektif melibatkan peserta didik dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar individu (Coulson, 2001). Penyajian pembelajaran adalah proses dimana guru menerapkan strategi pembelajaran untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik di seluruh konten akademik. Metode pembelajaran yang berbeda diterapkan pada kondisi

15

yang berbeda memiliki pengaruh yang lebih baik. Karena penyampaian pembelajaran didukung oleh penyesuaian metode yang digunakan dalam kondisi tertentu. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan metode pembelajaran antara lain: (1) jumlah siswa, (2) jumlah tenaga pengajar/guru, (3) gaya mengajar guru, (4) keterampilan dan kebiasaan guru mengajar, (5) karakteristik mata kuliah, dan (6) kompetensi yang diajarkan. Untuk mempermudah siswa mencapai kompetensi belajar, perlu adanya suatu metode pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan materi yang akan diajarkan.. Urutan penyajian pembelajaran teori umumnya dapat dibagi menjadi 3 langkah, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. 1.

Pendahuluan Pendahuluan merupakan tahapan pembelajaran untuk membangkitkan

kesiapan siswa untuk menerima materi pelatihan, meliputi: a.

Membangkitkan minat (daya tarik) siswa

b.

Memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran

c.

Mengutarakan

kompetensi

dasar

dan

relevansi

(pentingnya)

kompetensi dasar d.

Menghubungkan materi ajar yang lalu dengan materi ajar yang akan disampaikan

e. 2.

Mempersiapkan pikiran, perhatian dan psikologi siswa

Tahapan penyajian Di tahapan penyajian ini guru menyampaikan fakta, konsep, prinsip dan

prosedur kepada siswa. Pembagian proporsi waktu guru mengajar dan siswa belajar sangat ditentukan oleh model pembelajaran yang dipilih guru. Pada tahapan ini meliputi: a.

Guru menyampaikan pesan dan informasi secara menarik, logis, bertujuan dengan cara yang bervariasi

b.

Guru harus dapat membangkitkan/menumbuhkan siswa untuk belajar

c.

Mendorong siswa melakukan proses berpikir

16

d.

Membangkitkan siswa agar memberikan informasi dari pengalamannya

e.

Hindarkanlah setting klas yang pasif

f.

Berikanlan pengalaman belajar yang mengaktifkan siswa

g.

Buatlah situasi belajar yang memadai

h.

Setiap langkah dalam pengembangan sebaiknya diikuti contoh atau aplikasinya.

3.

Tahapan penutup Pada tahapan penutup, guru perlu mengecek kemajuan kompetensi siswa.

Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah dapat menangkap subtansi materi yang telah dikuliahkan, oleh karena itu guru bisa melontarkan pertanyaan lisan, tertulis, gambar-gambar, atau tugas yang relevan. Selain itu, guru memberikan kesimpulan atau butir-butir penting dari pembelajaran yang telah disajikan. Kesimpulan bisa disampaikan secara verbal maupun visual. Kesimpulan harus sederhana dan singkat, kadang-kadang kesimpulan bisa diganti dengan tanya jawab. Yang terakhir perlu mengutarakan kaitannya dengan perkuliahan yang akan datang. Penyajian pembelajaran juga berkaitan sangat erat dengan strategi pembelajaran, karena strategi merupakan suatu cara bagaimana bahan ajar disajikan pada lingkungan pembelajaran. Cara yang dimaksud meliputi sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang memberikan pengalaman belajar (Gerlach and Ely,1980). Strategi pembelajaran harus dapat menyampaikan tujuan yang telah ditentukan dan mengelola kegiatan belajar siswa. Pada konteks yang sama, strategi pembelajaran merupakan pengelolaan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien Suparman (2007). Seels dan Richey (1996) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah perincian untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan kegiatan dalam pembelajaran.

C. Penilaian (Assessing) Istilah asesmen (Assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumono (2001) sebagai “The process of Collecting data

17

which shows development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Gabel (1993: 388-390) mengkatagorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisonal dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non tes) adalah essay/uraian, pilihan praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assesment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkapkan penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil belajar dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya. 1.

Pengertian Tes Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk

mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992; Alwasilah, 1996). Jawaban yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak ada jawaban atau cara pengerjaan

18

yang benar dan salah maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut. Sedangkan tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakkan pengertian antara tes, testing, testee, tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat pengambilan tes). Sementara itu Gabel (1993) menyatakan bahwavtesting menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah responden yang mengerjakkan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuannya. Sedangkan tester adalah seseorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden. 2. Pengertian Pengukuran Menurut

Cangelosi

(1995)

yang

dimaksud

dengan

pengukuran

(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu 1) penggunaan angka atau skala tertentu, 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka

19

terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli. Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. 3. Pengertian Evaluasi Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan telah dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Cronbach dalam (Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi merupakan pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai akibat dilaksanakannya suatu program. Sementara itu Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

20

Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990). 4. Persamaan dan Perbedaan Assessmen dan Evaluasi Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen lebih berpihak kepada kepentingan siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan, kelemahan, dan perbaikan kepada kepentingan evaluator. Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (Evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program pembelajaran. 5. Perbedaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi Pengukuran, Tes, dan Evaluasi dalam pendidikan berperan dalam seleksi, penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing. Baik tes maupun pengukuran keduanya terkait dan menjadi bagian istilah evaluasi. Meski begitu, terdapat perbedaan makna antara mengukur dan mengevaluasi. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan demikian pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara itu evaluasi adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk. Dengan demikian pengambilan keputusan tersebut lebih bersifat kualitatif (Arikunto. 2003: Zainul & Nasution, 2001). Setiap butir pertanyaan atau tugas dalam tes harus selalu direncanakan dan mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Jacobs & Chase,

21

1992). Sementara itu tugas ataupun pertanyaan dalam kegiatan pengukuran (measurement) tidak selalu memiliki jawaban atau cara pengerjaan yang benar atau salah karena measurement dapat dilakukan melalui alat ukur non tes. Maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes. Selain dari itu, tes mengharuskan subyek untuk menjawab atau mengerjakan tugas, sementara itu pengukuruan (measurement) tidak selalu menuntut jawaban atau pengerjaan tugas. 6. Hubungan antara Asesmen, Evaluasi, Pengukuran dan Tes Kumano (2001) mengungkapkan bahwa meskipun terdapat perbedaan makna/pengertian, asesmen dan evaluasi memiliki hubungan. Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat pula diperoleh tidak melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating, dan lain-lain. Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai kemampuan

siswa.

Apabila

guru

melangkah

lebih

jauh

dalam

menginterprestasikan skor sebagai hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas dasar pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah melangkah labih jauh menjadi evaluasi. Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen dan evaluasi, Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Sementara itu Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa asesmen merupakan bagian dari evaluasi. Apabila kita membericakan tentang evaluasi, maka asesmen sudah termasuk di dalamnya. Untuk lebih memperjelas hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi diberikan contoh tes, non tes, pengukuran, dan evaluasi dalam praktek pembelajaran sehari-hari.

22

BAB III PENUTUP

A. 1.

Kesimpulan Perencanaan pengajaran merupakan satu tahapan dalam proses pembelajaran yang sangat bergantung kepada kompetensi keguruan seorang guru. Jenisjenis dari perencanaan pengajaran antara lain: (1) Program Tahunan, (2) Program Semester, (3) Program Harian/ Mingguan, dan (4) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sementara jenis-jenis perencanaan program pengajaran antara lain: (1) Program untuk jangka waktu agak panjang (program belajar semester) (2) Program untuk jangka waktu singkat.

2.

Penyajian pembelajaran adalah proses dimana guru menerapkan strategi pembelajaran untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik di seluruh konten akademik. Urutan penyajian pembelajaran teori umumnya dapat dibagi menjadi 3 langkah, yaitu: (1) pendahuluan, (2) penyajian, dan (3) penutup.

3.

- Asessment atau penilaian merupakan sarana yang digunakan sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa.

-

- Kaitan antara tes, pengukuran, dan evaluasi adalah evaluasi dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya.

24

DAFTAR RUJUKAN

Aswasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry Of Education Culture Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Calongesi, J.S. 1995. Merencanakan Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB Darmadi, Hamid, 2009. Kemampuan Dasar Mengajar, Cet.I, Bandung: Alfabeta. Degeng, N.S., 1993. Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka, Jakarta: Depdikbud RI, Dirjen Dikti, Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York: Maccmillan Company Gerlach, Vernon S and Ely, P Donald. 1980. Teaching and Media: Systematic Approach. New Jersey: Prentice Hall Inc. Hamalik, Oemar, 2007. Proses Belajar Mengajar, Cet. VI, Jakarta: Bumi Aksara, Harris, B.M. (1985). Supervisory Behaviour in Education. New Jersey: Prentice Hall Rustaman, N. (2003). Assesmen Pendidikan IPA. Makalah penataran guru-guru NTT di Jurusan pendidikan Biologi. Sagala, Syaiful, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. II, Bandung: Alfabeta. Seels, Barbara C. and Richey, Rita. 1994. Instructional Technology: The Definition and Domain of the Field. Washington DC: AECT Sujdana, N. & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo Suparman. 2007. Model Kurikulum Satuan SMP dan MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Uno, Hamzah B., 2008. Perencanaan Pembelajaran, Cet. III, Jakarta: Bumi Aksara. Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya Jakarta.

25

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF