PKM-P 2015 Daun Simpur
December 9, 2018 | Author: Anonymous b3qYYIrQkO | Category: N/A
Short Description
pkm...
Description
DAFTAR ISI BAB 1. PENDAHULUAN ............................................ ................................................................... ............................. ...... 2 1.1
Latar Belakang .......................................... ................................................................. .................................... ............. 2
1.2
Perumusan Masalah ............................... ..................................................... ........................................ .................. 3
1.3
Tujuan Penelitian ........................... .................................................. .............................................. ......................... .. 3
1.4
Luaran yang Diharapkan ......................................... ............................................................... ...................... 3
1.5
Manfaat Penelitian ............................. ................................................... ............................................ ...................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. ................................................................ ... 4 2.1
Diabetes Mellitus tipe 2 ........................................... ................................................................. ...................... 4
2.2
Beta-Pankreas .............................................................. ................................................................................ .................. 4
2.3
Alloxan ........................................... ................................................................. ............................................ ......................... ... 5
2.4
Insulin ............................................. ................................................................... ............................................ ......................... ... 5
2.5
Antioxidant ........................................................... .................................................................................. ......................... .. 5
2.6
Phenolic .......................................... ................................................................ ............................................ ......................... ... 6
2.7
Glukosa Darah ........................................... .................................................................. .................................... ............. 6
2.8
Daun simpur (Dillenia suffruticosa) ............................................ .............................................. .. 7
BAB 3. METODE PENELITIAN.............. Error! Bookmark not defined. 3.1
Desain Penelitian .......................... .......................... Error! Bookmark not defined.
3.2
Populasi dan Sample .................... Error! Bookmark not defined.
3.3
Variabel Penelitian Penel itian ....................... Error! Bookmark not defined.
3.4
Definisi Operasional ..................... ..................... Error! Bookmark not defined.
3.5
Instrumen Penelitian ..................... ..................... Error! Bookmark not defined.
3.6
Alur Jalannya Penelitian ............... Error! Bookmark not defined.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................... .......................................... ........... 7 4.1
Biaya.......................................................... ................................................................................ .................................. ............ 11
4.2
Jadwal Kegiatan ........................................... .................................................................. ............................... ........ 11
BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah kondisi tubuh yang memiliki kadar glukosa darah tinggi dalam jangka waktu yang lama. Diabetes mellitus terdiri dari 2 tipe, yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin sehingga penderita Diabetes Tipe 1 disebut juga insulin-dependent diabetes, juvenile diabetes atau early-onset diabetes. Sedangkan Diabetes mellitus Tipe 2 disebabkan karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin untuk mencukupi kebutuhan fisiologis atau sel di dalam tubuh tidak bereaksi te rhadap insulin (Nordqvist, 2015). Jumlah penderita diabetes mengalami pertambahan di seluruh dunia. The International Diabetes Federation memperkirakan akan ada peningkatan penderita diabetes dari 366 juta pada tahun 2011 menjadi 522 juta pada tahun 2030. Indonesia termasuk ke dalam 10 negara teratas dalam jumlah diabetes saat ini, yaitu India, China, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brasil, Italia, dan Bangladesh. Sebanyak 80% penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, serta jumlah penderita terbesar diabetes berusia antara 40-59 tahun (IDF, 2011). Pada orang dewasa, pasien dengan diagnosa diabetes tipe 1 berjumlah sebanyak 5% dari total kasus diabetes dan pasien dengan diagnosa diabetes tipe 2 berjumlah sebanyak 90-95% dari total kasus diabetes, sehingga diperlukan perhatian lebih pada penyakit Diabetes tipe 2 (CDC, 2011). Pada dewasa ini, terdapat beberapa pilihan cara terapi untuk penderita Diabetes Mel litus tipe 2, yang utama adalah Lifestyle Management. Namun jika target glikemik tidak tercapai dalam 2 sampai 3 bulan, maka agen antihiperglikemik harus mulai diberikan. Obat-obatan antihiperglikemik yang ditujukan untuk menerapi penderita penderita Diabetes Mellitus tipe 2 juga telah banyak ditemukan, salah satunya adalah Metformin. Metformin adalah obat oral yang telah menjadi rekomendasi sebagai obat pilihan pertama untuk kebanyakan penderita berdasarkan tingkat efektivitas dalam menurunkan glukosa darah, efek samping yang relatif rendah, track record tingkat keamanannya, risiko hipoglikemia yang tidak berarti, dan rendahnya kemungkinan untuk menyebabkan kenaikan berat badan (Harper MD et al, 2013). Walaupun obat ini mempunyai efek samping minimal, tetapi efek samping tersebut harus mendapat perhatian karena bisa menyebabkan sesuatu yang merugikan bagi penderita Diabetes Mellitus tipe 2, terutama yang mempunyai gangguan fungsi ginjal atau gangguan lain yang merupakan kontraindikasi dari Metformin. Oleh karena itu, maka penggunaan Metformin tidak bisa diberikan kepada semua penderita Diabetes Mellitus tipe 2, dimana hal ini menjadi sebuah kelemahan bagi penggunaan Metformin. Efek samping dari penggunaan Metformin di antaranya adalah Metformin-Associated Metabolic Acidosis (MALA) dan Metformin-Induces Hepatotoxicity. Insidensi MALA sebanyak 0.03 per 1000 penderita per tahun dengan tingkat kematian yang tinggi (sekitar 50%). Sedangkan beberapa kasus Metformin-Induced Hepatotoxicity telah dilaporkan dalam literatur. Patofisioloi dari kasus ini masih belum jelas, tapi Hepatitis Akut dicurigai disebabkan oleh suatu reaksi merugikan Metformin yang istimewa. Dicurigai Metformin dapat menginduksi peradangan jaringan portal dan jaringan parenkim akut, sehingga bisa menurunkan derajat kesehatan seorang penderita Diabetes
Melllitus tipe 2. Hal ini juga diperberat bahwa sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk mengobati Metformin-Induced Hepatotoxicity (Aksay, E et al, 2007). Telah ditemukan bahwa pengobatan pengobatan dengan antioksidan akan mengurangi area fibrosis pada tikus OLETF, yang mungkin telah memberi kontribusi dengan hasil peningkatan sekresi insulin, massa sel beta dan pancreas insulin (Lee a et al, 2011). Antioksidan digunakan dalam penelitian ini karena memiliki aktivitas anti-oksidatif yang efektif (S.H. Hansen, 2001). Bahkan, kadar plasma lipid peroksida dan ekspresi 8-OHdG, penanda untuk stres oksidatif, di islet pankreas secara signifikan berkurang pada tikus OLETF (T. Nassar et al, 2002). Sekresi insulin yang cacat mengalami perbaikan secara signifikan setelah injeksi glukosa, sementara sensitivitas insulin tidak berubah, massa sel beta pankreas dan insulin meningkat pada tikus OLETF diobati dengan antioxidan. Antioxidan mengurangi apoptosis sel beta tanpa mempengaruhi proliferasi sel beta. Data ini menunjukkan bahwa peningkatan toleransi glukosa terutama disebabkan oleh efek menguntungkan dari anti-oksidan pada kelangsungan hidup sel beta dan fungsinya, yang konsisten dengan laporan sebelumnya (Y. Tanaka et al,1999). Dengan adanya stress oxidative yang menyerang sel β pankreas dapat membentuk jaringan parut pada islet pankreas. Pembentukan jaringan parut pada islet pankreas membuat kegagalan fungsi sel β pankreas yang memperparah perjalanan penyakit Diabetes tipe 2. Maka dibutuhkan antioxidant untuk menghentikan stress oxidative, salah satunya adalah phenolic compunds (Martin et al, 2013). Phenolic compounds dapat ditemukan pada akar dari tanaman Daun Simpur ( Dillenia suffruticossa). Akar tanaman ini mengandung kadar phenolic compounds sangat tinggi (Armania et al, 2013). Tanaman ini dapat ditemukan dengan mudah di sekitar tanah Bangka (Adam, 2015), selain itu juga penyebaran tanaman ini terletak di Sri Lanka, Peninsular Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo. Karena masih ada obat-obatan farmasi untuk diabetes tipe 2 dengan efek merugikan, maka diperlukan pengobatan lain yang memiliki efek merugikan minimal dan mudah diperoleh. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: apakah ekstrak akar tanaman daun simpur ( Dillenia suffruticosa) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetes mellitus tipe 2? Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan pemberian ekstrak akar tanaman daun simpur dapat mengurangi kadar glukosa darah pada tikus diabetes mellitus tipe 2. Luaran yang Diharapkan
Dihasilkan artikel ilmiah yang akan dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.
Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai pengobatan herbal untuk diabetes mellitus tipe 2. 2. Subyek Penelitian dan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk herbal bagi penderita diabetes mellitus tipe 2. 3. Ilmu Kedokteran Hasil penelitian diharapkan menjadi bagian dari proses pengembangan ilmu kedokteran. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Mellitus tipe 2
Diabetes Mellitus merupakan sebuah penyakit kronis yang mengancam nyawa penderita. Berdasarkan berita yang dipublikasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Diabetes Mellitus ini sendiri sering disebut sebagai penyakit kencing manis oleh masyakat Indonesia. Menurut artikel berjudul " Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus" yang dilansir American Diabetes Association Diabetes adalah suatu kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemi yang dihasilkan adanya defek dalam sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemi kronis yang terjadi pada penderita berhubungan dengan kerusakan, disfungsi dan kegagalan jangka panjang berbagai organ seperti mata, ginjal, syaraf, hati dan pembuluh darah. Beberapa proses patogenik diduga terlibat dalam berkembangnya penyakit diabetes, mulai dari kerusakan s el beta pankreas yang menyebabkan defisiensi insulin sampai keadaan abnormal yang menyebabkan resistensi insulin. Insulin sendiri merupakan zat penting agar glukosa darah dapat digunakan. Kerusakan sel beta pankreas ditandai dengan adanya auto-antibodi terhadap sel islet, auto-antibodi terhadap insulin, auto-antibodi terhadap GAD (GAD65) dan auto-antibodi terhadap tirosin fosfatas e IA2 dan IA-2β. K erusakan ini berdampak dengan kurangnya sekresi insulin, dimana hal ini terjadi pada Diabetes Mellitus tipe 1. Sedangkan adanya dominasi resistensi insulin dengan defisiensi insulin atau dominasi defek sekresi insulin dengan resist ensi merupakan hal yang banyak terjadi pada Diabetes Mellitus tipe 2 (ADA, 2009) Beta-Pankreas
Kelenjar endokrin pankreas tersusun atas pulau Langerhans yang merupakan cluster yang tersebar di sepanjang kelenjar eksokrin pankreas. Unit endokrin yang disebut sebagai pulau Langerhans memiliki 4 macam sel, yaitu sel alfa, sel beta, sel delta, dan sel PP (polipeptida pankreas) (Seungbum et al, 2007) Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut (Sloane, 2003): a) Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activit y.
b) c) d) e)
Sel beta menyekresi insulin yang menurunkan kadar gula darah. Sel delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon Pertumbuhan yang menghambat sekresi glukagon dan insulin. Sel F menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang tidak jelas.
Alloxan
Alloxan (2,3,4,5-tetraoxypyrimidine;2,3,4,5-pyrimidinetetrone) adalah sebuah turunan pyrimidine teroksidasi yang terdapat pada larutan aquades alloxan hydrate. Alloxan dilaporkan menjadi zat diabetogenik yang kuat saat diberikan secara parenteral, seperti intravena, intraperitoneal atau subkutan (Rohilla et al, 2012). Dosis yang dibutuhkan untuk membuat tikus menjadi diabetes adalah 80mg/kg berat badan tikus (Yarsono et al, 2003) Insulin
Insulin merupakan hormon anabolik yang mempromosikan penyerapan glukosa, glikogenesis, lipogenesis, dan sintesis protein otot rangka dan jaringan lemak melalui jalur reseptor tirosin kinase (Buppajarntham, 2014). Dalam fisiologi normal, sekresi insulin yang diinduksi oleh kadar glukosa plasma meningkat. Glukosa berdifusi ke sel beta melalui transporter glukosa 2 (GLUT2) dan mengaktifkan jalur glikolisis, yang mengarah ke peningkatan adenosine triphosphate (ATP). Meningkatkan tingkat ATP menginduksi ATP sensitif K + channel untuk menutup dan kemudian merangsang depolarisas i membran sel - beta. Kemudian, Ca2 + saluran tegangan - gerbang dibuka untuk meningkatkan sitosol Ca2 + dan memicu eksositosis insulin (Service FJ. Hypoglycemic disorders. N Engl J Med . 1995 Apr 27. 332(17):1144-52.) Resistensi insulin akan menyebabkan hiperglikemia dan hiperinsulinemia. Hiperglikemia yang terus menerus akan merangsang sel beta untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap resistensi insulin tersebut. Tetapi apabila sel beta tidak kuat mengimbangi proses ini maka akan terjadi gangguan toleransi glukosa yang apabila tidak diatasi maka selanjutnya akan terjadi diabetes mellitus. Semua diabetes melitus tipe 2 didahului oleh gangguan toleransi glukosa, maka keadaan ini disebut juga dengan prediabetes(Gustaviani, 2006) Antioxidant
Antioksidan adalah senyawa atau sistem yang menunda autoksidasi dengan menghambat pembentukan radikal bebas atau dengan mengganggu propagasi dari radikal bebas oleh satu (atau lebih) dari beberapa mekanisme: (1) pencarian jenis dimulai dari peroksidasi, (2) logam clat ion tidak dapat menghasilkan jenis yang reaktif atau menguraikan peroksida lipid, (3) pendinginan O2 mencegah pembentukani peroksida, (4) pemecahan reaksi berantai autoxidative, dan / atau (5) mengurangi konsentrasi O2 lokal (Nawar, 1996). Antioksidan yang paling efektif adalah mereka yang mengganggu radikal bebas reaksi berantai. Biasanya mengandung cincin aromatik atau fenolik, antioksidan ini menambah H+ ke radikal bebas yang terbentuk selama oksidasi menjadi radikal itu sendiri. Radikal intermediet
distabilkan oleh resonansi delokalisasi dari elektron dalam cincin aromatik dan pembentukan struktur kuinon (Nawar 1996). Karena transisi ion logam bivalen, Fe2 + khususnya, dapat mengkatalisis proses oksidatif, yang menyebabkan pembentukan radikal hidroksil, dan dapat terurai menjadi hidroperoksidan melalui reaksi Fenton, pengkhelat logam ini secara efektif dapat mengurangi oksidasi (Halliwell et al, 1987). Bahan makanan yang mengandung sejumlah besar logam transisi ini (daging merah) dapat sangat rentan terhadap reaksi katalisasi logam. Phenolic
Antioksidan fenolik sintetik (butylated hydroxyanisole [BHA], butylated hydroxytoluene [BHT], dan propil gallate) secara efektif mampu menghambat oksidasi, agen chelating, seperti Etilen Diamin Tetra Asam Asetat (EDTA), dapat mengikat logam untuk mengurangi kontribusi terhadap proses. Beberapa vitamin (asam askorbat [AA] dan αtokoferol), banyak bumbu dan rempah-rempah (rosemary, thyme, oregano, sage, basil, lada, cengkeh, kayu manis, dan pala), dan ekstrak tumbuhan (teh dan biji anggur) juga mengandung komponen antioksidan (Hinneburg et al, 2006). Tanaman fenolat dengan antioksidan utama dapat dibagi menjadi 4 kelompok umum: asam fenolik (gallic, protochatechuic, caffeic, dan asam rosmarinic), diterpenes fenolik (carnosol dan asam carnosic), flavonoid (quercetin dan catechin), dan minyak atsiri (eugenol, carvacrol, thymol, dan mentol). Asam fenolik umumnya bertindak sebagai antioksidan dengan menjebak radikal bebas, flavonoid dapat mengikat radikal bebas dan logam kelat juga (Engeseth dan Geldof 2001). Glukosa Darah
Menurut Canadian Diabetes Association, glukosa darah adalah jumlah dari glukosa yang terkandung dalam darah pada waktu tertentu (CDA, 2015). Glukosa memiliki beberapa fungsi terutama sebagai sumber zat untuk menghasilkan energi oleh sel-sel dala m organ tubuh. Konsentrasi glukosa dalam darah harus dijaga dalam batas normal, keadaan yang kekurangan atau berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Pemeliharaan konsentrasi normal glukosa normal membutuhkan keseimbangan antara penggunaan glukosa dan produksi glukosa secara endogen atau konsumsi dari glukosa sendiri. Glukosa didapatkan dari 3 sumber, yaitu Intestinal Absorption, Glycogenolysis, dan Gluconeogenesis (Giugliano, 2010). Menurut American Diabetes Association kadar glukosa dikatakan normal apabila konsentrasi glukosa tersebut mencapai target glikemik, yaitu konsentrasi A1C kurang dari 7%, konsentrasi glukosa darah preprandial terletak diantara 80mg/dL sampai 130mg/dL atau konsentrasi glukosa darah puncak 1 sampai 2 jam postprandial terletak kurang dari 180mg/dL (ADA, 2015). Apabila konsentrasi zat ukur tersebut terlalu rendah disebut hipoglikemik, dimana keadaan tersebut bahkan bisa menyebabkan kematian (Egi MD, 2010). Apabila konsentrasi zat ukur tersebut terlalu tinggi maka disebut hiperglikemi, dimana keadaan tersebut merupakan sebuah marker bagi penyakit Diabetes Mellitus.
Daun simpur (Dillenia suffruticosa)
Daun simpur merupakan famili dari Dilleniaceae, memiliki nama latin Dillenia suffruticosa. Di masyarakat daun simpur ini dipercaya mampu menyembuhkan pertumbuhan kanker dan untuk mempercepat penyembuhan luka. Pada bagian akar tanaman ini mengandung kadar antioxidant yang sangat tinggi (Armania et al, 2013). Antioxidant yang dikandung daun simpur adalah Phenolic compounds yang bermanfaat untuk perbaikan sel β pankreas (Ramos et al, 2013).
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan pre test , post test dan controlled group design terhadap hewan uji. 3.2 Populasi dan Sample
Subjek penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Spargue Dawley. Subjek yang di teliti memiliki kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Memiliki berat badan 150-250 gram 2. Berjenis kelamin jantan 3. Usia 2-4 bulan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 ekor yang di acak dan di bagi menjadi 6 kelompok, masing masing kelompok terdiri dari 5 ekor obyek. 3.3 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Extract daun Dillenia suffruticosa berbagai konsentrasi 2. Variabel terikat : kadar glukosa darah puasa 3. Variabel terkendali : a. Obyek penelitian adalah tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Spargue Dawley . b. Proses pengambilannya menggunakan sistem randomisasi. c. Faktor hormonal menggunakan tikus jantan agar tidak terpengaruh oleh siklus hormonal seperti menstruasi dan kehamilan yang akan menganggu hasil penelitian. d. Kondisi pakan dan kandang sama pada tiap kelompok.
e. Lama penelitian dan takaran sampel yang di uji adalah 30 hari dengan takaran sampel yang berbeda untuk masing masing obyek yaitu 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB. f. Suhu dan kelembaban udara diusahakan normal. 3.4 Definisi Operasional
a. Tikus diabetes melitus diinduksi alloxan
Alloxan adalah senyawa organic yang tidak stabil, memiliki afinitas tinggi terhadap air oleh karenanya tersedia dalam bentuk monohidrat. Zat ini memiliki keselektifan yang sangat tinggi sehingga penting dalam penelitian diabetes mellitus. Alloxan bekerja dengan merusak secara selektif sel β pancreas pulau langherhans, sehingga produksi insulin di hambat. Alloxan akan diinduksikan pada masing masing tikus secara intraperitoneal dengan dosis 120 mg/kgBB tikus agar menderita diabetes mellitus tipe II . Untuk menjadikan tikus putih diabetik maka tikus tersebut diinduksi alloxan 120 mg/kgBB dalam waktu dua hari. b. Extract Dillenia suffruticosa Extract Dillenia suffruticosa dibuat dengan cara : Daun Simpur ( Dillenia suffruticosa)dikeringkan kemudian diblender dan disaring. Serbuk kemudian dimaserasi dengan menggunakan etanol. Serbuk tanaman dimasukkan ke dalam erlemenyer dan ditambahkan etanol sampai terendam sempurna, kemudian erlemenyer ditutup dengan menggunakan aluminium foil. Maserasi dilakukan selama 48 jam sambil sesekali diaduk. Setelah 48 jam sampel disaring menggunakan corong buncher yang telah dilapisi kertas saring, kemudian filtrat dipisahkan. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan menggunakan evaporator sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kemudian dikeringkan dioven hingga diperoleh ekstrak kering (Rahmawati & Rifqiyati, 2014). c. Gula darah puasa pada tikus Kadar gula darah puasa pada tikus adalah kadar gula darah tikus yang diambil setelah puasa 12 jam. Diukur dengan metode glucometer. 3.5 Instrumen Penelitian
Bahan : a. Alloxan b. Aquades c. Glibenklamid d. Dillenia suffruticosa
Alat :
a. Spuit b. Timbangan c. Alat pengukur gula darah
3.6 Alur Jalannya Penelitian
a. Pengadaan tikus Tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan masing-masing 5 ekor tiap kelompok. Masing-masing kelompok akan di beri perlakuan sebagai berikut : 1.
Kelompok 1 sebagai kontrol negatif (tanpa perlakuan), hewan uji yang sudah diinduksi alloxan 120 mg/kgBB sehingga menjadi diabetik dan hanya di beri perlakuan aquades dan makanan biasa tanpa di beri 30 hari .
2.
Kelompok 2 sebagai kontrol positif, hewan uji yang sudah diinduksi alloxan 120mg/kgBB sehingga menjadi diabetik dan diberikan perlakuan glibenklamid 1 kali sehari selama 30 hari masing masing 0,09 mg/200grBB/hari/tikus
3.
Kelompok 3 sebagai kelompok kontrol normal, hewan uji ta npa diinduksi alloxan dan hanya diberikan perlakuan aquades dan makanan biasa selama 30 hari.
4.
Kelompok 4 sebagai kelompok uji yang diinduksi alloxan 120 mg/kgBB sehingga menjadi diabetik dan di berikan perlakuan Extract Dillenia suffruticosa 1 kali sehari selama 30 hari masing masing 100 mg/kgBB/hari/tikus
5.
Kelompok 5 sebagai kelompok uji yang diinduksi alloxan 120 mg/kgBB sehingga menjadi diabetik dan di berikan perlakuan Extract Dillenia suffruticosa 1 kali sehari selama 30 hari masing masing 200 mg/kgBB/hari/tikus
6.
Kelompok 6 sebagai kelompok uji yang diinduksi alloxan 120 mg/kgBB sehingga menjadi diabetik dan di berikan perlakuan Extract Dillenia suffruticosa 1 kali sehari selama 30 hari masing masing 400 mg/kgBB/hari/tikus
b. Tikus diadaptasikan selama 3-6 hari. c. Ukur gula darah awal
d. Tikus putih diinduksi alloxan 120mg/kgBB e. Ukur gula darah setelah penginduksian. f.
Pemberian Extract Dillenia suffruticosa pada tikus selama 30 hari.
g. Ukur kadar gula darah pada tiap kelompok. h. Analisis data Hasil yang ada di jadikan nilai rata – rata . Dari nilai rata-rata dianalisis apakah ada perbedaan hasil pada tiap kelompok , yang akan membuktikan bahwa Extract Dillenia suffruticosa berkhasiat menurunkan kadar gula darah pada tikus putih.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Biaya
4.2 Jadwal Kegiatan
View more...
Comments