Pk Formalin (Asidimetri)
November 15, 2017 | Author: AnisSyakira | Category: N/A
Short Description
Pk Formalin (Asidimetri)...
Description
PRAKTIKUM IV PENETAPAN KADAR FORMALIN METODE ASIDIMETRI TITRASI KEMBALI Kamis, 10 April 2014 Nama : Anis Syakiratur Rizki NIM
: P07134012 005 I.
TUJUAN
Untuk mengetahui kadar formalin pada sampel tahu dan ikan asin dengan metode asidimetri titrasi kembali. II.
DASAR TEORI Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air.
Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan karena berbahaya untuk kesehatan manusia. Bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan formalin bermacam-macam, misal mual, muntah, bahakan dapat menyebabkan kanker. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain : • Formol • Morbicid • Methanal • Formic aldehyde • Methyl oxide • Oxymethylene • Methylene aldehyde • Oxomethane • Formoform • Formalith • Karsan • dan lain-lain. 1
Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut berperan dalam pola makan sehari-hari sebagai lauk pauk maupun sebagai makanan ringan. Kacang kedelai sebagai bahan dasar tahu mempunyai kandungan protein sekitar 30-45%. Dibandingkan dengan kandungan protein bahan pangan lain seperti daging (19%), ikan (20%) dan telur (13%), ternyata kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein tertinggi. Penggunaan CaSO4 merupakan cara penggumpalan tradisional yang dapat menghasilkan tahu yang bermutu baik (Tim Pengajar Pendidikan Industri Tahu, 1981). Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan-makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein agak rendah. Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet rendah (Hamid, 2012). Tabel 1. Kandungan gizi tahu Unsur gizi No 1 Energi (kal) 2 Protein (g) 3 Mineral (g) 4 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 6 Zat besi (mg) 7 Vitamin A (mcg) 8 Vitamin B (mg) 9 Air Sumber : (Bayuputra, 2011)
III.
Kadar/100 g bahan tahu 79 7,8 2,2 124 63 0,8 0 0.06 12,5
PRINSIP KERJA Sampel yang mengandung formalin dilarutkan dalam aquades kemudian ditambahkan H2O2 dan NaOH. Dititrasi dengan larutan Asam Sulfat setelah penambahan indicator. End point ditandai dengan adanya perubahan warna larutan dari biru menjadi kuning.
IV.
ALAT-ALAT DAN REAGENSIA A. Alat-Alat 1. Waterbath 2. Neraca analitik 3. Buret 4. Labu erlenmeyer volume 250 ml 5. Gelas beker 2
6. Gelas ukur 7. Pipet filler 8. Botol timbang 9. Corong B. Reagensia 1. Natrium Hidroksida 1,0000 N 2. Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O ) 3. Asam Sulfat (H2SO4) 1,0000 N 4. Sampel tahu dan ikan asin 5. Indikator Phenol Phtalein 6. Indikator BTB 7. Aquadest V.
CARA KERJA A. Standarisasi Larutan NaOH 1,0000 N dengan Baku Primer Larutan H2C2O4.2H2O 1,0000 N 1. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret dengan menggunakan corong hingga skala batas volume 00,00 ml. Jangan lupa memperhatikan miniskus larutan. Karena larutan NaOH merupakan larutan tidak berwarna maka miniskus yang digunakan adalah miniskus dasar atau bawah. 2. Dipipet 10,0 ml larutan H2C2O4.2H2O kemudian masukkan ke dalam labu erlenmeyer volume 250 ml. 3. Ditambahkan dengan aquadest 25 ml. 4. Tambahkan 3 sampai 5 tetes indikator Phenol Phtalein dengan menggunakan pipet tetes. 5. Titrasi larutan H2C2O4.2H2O dengan larutan NaOH hingga larutan berubah warna menjadi merah muda (end point) kemudian hentikan titrasi. 6. Hitung normalitas larutan NaOH tersebut. B. Standarisasi Larutan H2SO4 1,0000 N dengan Larutan NaOH 1. Dipipet 10,0 ml larutan Asam Sulfat dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. 2. Tambahkan 25 ml aquadest. 3. Ditambahkan 3-4 tetes indicator phenol phtalein. 4. Dititrasi dengan larutan NaOH sampai end point. 5. Dihitung normalitas Asam Sulfat tesebut. C. Penetapan Kadar 1. Ditimbang secara seksama 3 g sample yang mengandung formalin. 2. Dilarutkan dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml H2O2 3%. 3. Ditambahkan 25,0 ml NaOH 1 N dan panaskan selama 15 menit di dalam waterbath sambil ditutup dengan corong. 4. Ditambahkan 3-5 tetes indikator BTB. 5. Dititrasi sampel dengan larutan Asam Sulfat sampai end point larutan berubah dari biru menjadi kuning. 6. Hitung kadar formalin pada sampel.
VI.
RUMUS PERHITUNGAN Normalitas H2C2O4 (N1) 3
=
W BE x V ( L )
=
0,3169 63 x 0,05
=
0,1006 N
Normalitas NaOH (N2)
=
N 1 xV 1 Vt
Normalitas H2SO4
=
N . NaOH x Vt . NaOH 10,0 mL
%Formalin
=
{ ( ml NaOHxN . NaOH )− ( ml H 2 SO 4 xNH 2 SO 4 ) }x 30,03 x 100 w(mg)
VII.
Keterangan : N1 : Normalitas larutan baku primer (Asam Oksalat) W : Penimbangan lar. Baku primer (Asam Oksalat) BE : Berat ekivalen (asam Oksalat) = 63 V : Volume larutan baku primer yang dibuat (dalam Liter) N2 : Normalitas larutan baku sekunder (NaOH) DATA PERCOBAAN A. Data titrasi standarisasi larutan NaOH dengan Asam oksalat.2H2O 1,0000 N No 1 2 3
Volume Bp dipipet (ml) 10,0 10,0 10,0
Pembacaan buret (ml) 0,00 – 9,50 9,50 – 19,00 19,00 – 28,50
Volume Titrasi (ml) 9,50 9,50 9,50
B. Data titrasi standarisasi larutan H2SO4 1,0000 N dengan larutan NaOH No 1 2 3
Volume Bp dipipet (ml) 10,0 10.0 10,0
Pembacaan buret (ml) 0,00 – 13,30 13,30 – 26,60 28,50 – 41,60
Volume Titrasi (ml) 13,30 13,30 13,10
C. Data hasil penetapan kadar formalin (HCHO) pada tahu No 1 2 3
Berat spl ditimbang (gr) 3,0917 3,0130 3,0217
Pembacaan buret (ml) 0,00 – 19,00 19,10 – 37,90 0,00 – 19,00
Volume Titrasi (ml) 19.00 18,80 19,00
D. Data hasil penetapan kadar formalin (HCHO) pada ikan asin No 1 2
Berat spl ditimbang (gr) 3,1508 3,1884
Pembacaan buret (ml) 0,00 – 19,80 19,80 – 38,80 4
Volume Titrasi (ml) 19,80 19,00
VIII. PERHITUNGAN 1. Normalitas larutan baku primer (Asam Oksalat) Dik : berat penimbangan Asam Oksalat = 6,3163 gram Dibuat dalam 100 ml (0,1 L) BE As. Oksalat = 63 Dit : Normalitas Asam Oksalat . . . ? Jawab : Normalitas Asam Oksalat (H2C2O4) W Normalitas (H2C2O4) = BE x V ( L ) =
6,3163 63 x 0,1
= 1,0026 N
5
2. Normalitas larutan baku sekunder (NaOH) Dik : Volume titrasi rata-rata (standarisasi) = 9,50 ml Dit : Normalitas rata-rata . . . ? Jawab : Normalitas rata-rata ( NaOH) N 1 xV 1 Normalitas ( NaOH) = Vt 1,0026 x 10,0 9,50
=
= 1,0553 N 3. Normalitas larutan H2SO4 Dik : Volume titrasi rata-rata (standarisasi) = 13,23 ml Normalitas NaOH = 1,0553 N Dit : Normalitas rata-rata . . . ? Jawab : Normalitas rata-rata (H2SO4 ) N . NaOH x Vt . NaOH Normalitas (H2SO4) = 10,0 mL 1,0553 x 13,23 10,0
= =
1,3962 N
4. Penetapan kadar formalin pada tahu %Formalin 1 { ( ml NaOHxN . NaOH )− ( ml H 2 SO 4 xN . H 2 SO 4 ) } x 30,03 x 100 w(mg)
= = =
=
{ ( 25,0 x 1,0553 )−( 19,00 x 1,3962 ) } x 30,03 x 100 3091,7
{ ( 26,3825 )−( 26,5278 ) } x 30,03 x 100 3091,7
(−0,1453 ) x 30,03 x 100 3091,7
= - 0,14 % %Formalin 2 { ( ml NaOHxN . NaOH )− ( ml H 2 SO 4 xN . H 2 SO 4 ) } x 30,03 x 100 w(mg)
= = =
{ ( 25,0 x 1,0553 )−( 18,80 x 1,3962 ) } x 30,03 x 100 3013,0
{ ( 26,3825 )−( 26,2486 ) } x 30,03 x 100 3013,0 0,1339 x 30,03 x 100 3013,0 6
=
= 0,13 % %Formalin 3 { ( ml NaOHxN . NaOH )− ( ml H 2 SO 4 xN . H 2 SO 4 ) } x 30,03 x 100 w(mg)
=
=
=
=
{ ( 25,0 x 1,0553 )−( 19,00 x 1,3962 ) } x 30,03 x 100 3021,7
{ ( 26,3825 )−( 26,5278 ) } x 30,03 x 100 3021,7
(−0,1453 ) x 30,03 x 100 3021,7
= - 0,14 % % Formalin rata-rata =
(−0,14 ) +0,13 + (−0,14 ) 3
= - 0,05 % 5. Penetapan kadar formalin pada ikan asin %Formalin 1 { ( ml NaOHxN . NaOH )− ( ml H 2 SO 4 xN . H 2 SO 4 ) } x 30,03 x 100 w(mg )
=
=
=
=
{ ( 25,0 x 1,0553 )−( 19,80 x 1,3962 ) } x 30,03 x 100 3150,8
{ ( 26,3825 )−( 27,6448 ) } x 30,03 x 100 3150,8
(−1,2623 ) x 30,03 x 100 3150,8
= - 1,2 % %Formalin 2 { ( ml NaOHxN . NaOH )− ( ml H 2 SO 4 xN . H 2 SO 4 ) } x 30,03 x 100 w(mg )
=
{ ( 25,0 x 1,0553 )−( 19,00 x 1,3962 ) } x 30,03 x 100 3188,4 7
=
=
=
{ ( 26,3825 )−( 26,5278 ) } x 30,03 x 100 3188,4 (−0,1453) x 30,03 x 100 3188,4
= - 0,14 % % Formalin rata-rata =
(−1,2 ) +(−0,14 ) 2
= - 0,67 % IX.
PERSYARATAN Kadar Formalin = 0 % (tidak ada)
X.
HASIL PERCOBAAN DAN KESIMPULAN A. Hasil Percobaan Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa normalitas NaOH yang sebenarnya yaitu 1,0553 N, normalitas H2SO4 yang sebenarnya yaitu 1,3962 N dan kadar formalin pada sampel tahu dan ikan asin yaitu -0,05% dan -0,67 %. B. Kesimpulan Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sampel tahu dan ikan asin tidak terdapat formalin.
XI.
PEMBAHASAN Dari yang kita ketahui bahwa tahu merupakan salah satu makanan yang sering kita konsumsi baik pada campuran sayur maupun pada lauk pauk. Tahu sama halnya seperti tempe yang mungkin sudah menjadi salah satu lauk pokok. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar formalin dari suatu sample. Pada pengujian ini dilakukan uji pada 2 sampel yaitu pada tahu dan ikan asin. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa sampel tahu dan ikan asin tersebut tidak mengandung formalin sama sekali karena kada formalin pada sampel tesebut yaitu sebagai berikut: 1. Sampel tahu : - 0,05 % (tidak mengandung formalin) 2. Sampel ikan asin : - 0,67 (tidak mengandung formalin) Berikut adalah ciri-ciri tahu yang mengandung formalin, yaitu : 1. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (250C) dan bertahan sampai 15 hari pada suhu lemari es (100C). 2. Tahu terlampau keras namun tidak padat . 8
3. bau agak menyengat XII.
DOKUMENTASI A. Standarisasi
(Gambar 1. Sebelum titrasi)
(Gambar 2. Sesudah Titrasi)
B. Penetapan kadar formalin (HCHO) pada tahu
Sebelum titrasi
Penambahan indikator
C. Penetapan kadar formalin (HCHO) pada ikan asin 9
Setelah titrasi
Sebelum titrasi
Penambahan indikator
Setelah titrasi
Mataram, 20 April 2014 Dosen Pembimbing,
Praktikan,
(Anis Syakiratur Rizki) NIM. P07134012005
(H. Haerul Anam,SKM)
10
View more...
Comments