Petunjuk Teknis Pengamatan Dan Pelaporan OPT DPI Tahun 2021
August 7, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Petunjuk Teknis Pengamatan Dan Pelaporan OPT DPI Tahun 2021...
Description
Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian 2021
PETUNJUK TEKNIS PENGAMATAN DAN PELAPORAN Organisme Pengganggu Tumbuhan T umbuhan & Dampak Perubahan Iklim (OPT-DPI)
DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2021
Ucapan terima kasih kami sampaikan s ampaikan kepada : Ir. Mustaghfirin, Wayan Murdita, SP., Ir. I r. Arifani Murtajianto, Ir. Agus Riadi, Wito, SP., Suwarman, SP., Ir. Mutiara, MM., Ir. Sri Aswita, MM., Ma’unah Ambarwati, SP., MP., Nur Rahmi Endah,SP., MA., MPA., Wiwik Sugiharti, SP., M.Sc, Novi Muhani, SP. Atas koreksi dan saran s aran masukannya sampai diterbitkannya buku ini.
Revisi Tahun 2021
Tim Penyusun : Lilik Retnowati Asis Purwoko Mochamad Nurhidayat Novi Muhani
Tim Editor : Laili Rahmawati Lilis Lisnawati
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 127/HK.310/C/5/2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAMATAN DAN PELAPORAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN SERTA DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
Menimbang :
a. bahwa dalam peningkatan pertumbuhan pertumbuhan pertanian di Indonesia maka diperlukannya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dan penanggulangan dampak perubahan per ubahan iklim; b. bahwa dalam pelaksanaan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penanggulangan Dampak Perubahan Iklim (DPI) diperlukan pengamatan dan pelaporan secara berkala; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan (b) diatas, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta Dampak Perubahan Iklim (DPI);
i
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4421); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nom Nomor or 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nom Nomor or 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nom Nomor or 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 5. Undang-Undang Republik Indonesia No Nomor mor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5360; 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 131 (Tambahan Lembaran Negara Nomor 5433); 7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara RI Tahun 2019 Nomor 332, Lembaran Negara 7345); 8. Tambahan Peraturan Pemerintah NomorRI8 Nomor Tahun 2006 20 06 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4614); 9. Peraturan P Pemerintah emerintah Nomor 60 Tahun 2 2008 008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4890); ii
10. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5178); 11. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang t entang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara RI Tahun 2015 Nomor 85); 12. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Pertauran Presiden Nomor 3 Tahun 2016 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/3/2014 tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Pertanian Berbasis e-planning; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2018 tentang Dampak Perubahan Iklim; I klim; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU : Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tumbuhan (OPT) serta Dampak Perubahan Iklim (DPI) sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU merupakan dasar bagi ASN baik tingkat Pusat maupun Daerah dalam pelaksanaan kegiatan iii
KETIGA
pengamatan dan pelaporan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). : Segala biaya yang diperlukan sebagai akibat ditetapkan Keputusan ini dibebankan pada DIPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2021.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Mei 2021 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN T ANAMAN PANGAN,
SUWANDI NIP. 196703231992031003 196703231992031003 SALINAN Keputusan ini disampaika di sampaikan n kepada Yth.: 1. Menteri Pertanian RI; 2. Pimpinan Tinggi Madya Madya Lingkup Kementerian Kementerian Pertanian; Pertanian; 3. Pimpinan Tinggi Pratama Pratama lingkup Direktorat Direktorat Jenderal Jenderal Tanaman Tanaman Pangan; Pangan; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Kepala Dinas Provinsi yang melaksanakan urusan Pemerintahan dibidang Tanaman Pangan seluruh Indonesia; 7. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan melaksanakan urusan Pemerintahan Pemerintaha n dibidang Tanaman T anaman Pangan seluruh Indonesia.
iv
KATA PENGANTAR Program peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan melalui pengamanan produksi sangat dipengaruhi oleh serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Penanganan serangan OPT dan DPI merupakan tugas dan fungsi dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam mendukung kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Keberadaan OPT di lapangan dan kondisi iklim harus selalu dipantau d ipantau secara periodik melalui kegiatan pengamatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada instansi vertikal di atasnya. Hasil pemantauan/ pengamatan lapangan selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan serta langkah-langkah operasional di lapangan. Keberhasilan pengamatan dan pelaporan sangat ditentukan oleh metode pengamatan dan pelaporan yang diadopsi atau dipedomani oleh para pelaksana (petugas lapangan). Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT serta DPI yang tersedia saat ini berdasarkan SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 36/ HK.310/C/3/2018 tanggal 26 Maret 2018. Seiring perkembangan situasi dan kondisi lapangan diperlukan kebijakan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dalam pengendalian OPT, sehingga petunjuk teknis ini perlu disesuaikan. Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT dan DPI Tahun 2021 ini merupakan revisi petunjuk teknis tahun 2018. Petunjuk teknis ini disusun sebagai pedoman bagi petugas perlindungan di Pusat maupun Daerah dalam menerapkan sistem perlindungan tanaman pangan secara terpadu. v
Petunjuk Teknis ini hendaknya dilaksanakan dengan baik, sehingga pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan tepat, aman, efektif dan efisien. Jakarta, 27 Mei 2021 Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Dr. Ir. Suwandi, M.Si NIP. 196703231992031003 196703231992031003
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................. .................... ................................................... ................................................... ......................... v DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii DAFTAR TABEL T ABEL ........................ ................................................. ............................................... ............................................... ............................... ...... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi DAFTAR FORMULIR ............................................................................................. xii I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 a. Latar Belakang ................................................... .......................... .............................................. ...................................... ................. 1 b. Tujuan dan Sasaran ...................................................................................... 2 c. Ruang Lingkup ................................................................................................ 2 II. ISTILAH DAN BATASAN ....................................................................... 3 III. PENGAMATAN ...................................................................................... 9 A. Jenis Tanaman, OPT dan DPI DPI ................... ........................................... ............................................... ....................... 9 B. Metode Pengamatan OPT ....................................................................... 10 1. Pengamatan Tetap ............................................................................... 11 a. Pengamatan Petak Tetap ............................................................ 12 1) Persemaian (Tanaman Padi) ........................... ............................................ ................. 12 2) Pertanaman .......................................................... ................................. ............................................ ................... 13 b. Pengamatan Lampu Perangkap Perangkap ....................................... ............................................... ........ 14 c. Pengamatan Unsur Iklim ............................................................. ............................................................. 14 2. Pengamatan Keliling atau Patroli Patroli .................................................. ............................. ..................... 15 C. Penilaian Kerusakan ................................................................................. 21 1. Kerusakan Tanaman Akibat OPT ................................................... ............................................ ....... 21 a. Kerusakan Mutlak ............................. ............................................... ............................................ ............................ 22 b. Kerusakan Tidak Mutlak Mutlak ............................................................ .................................. ............................ 24 2. Kerusakan Tanaman Akibat Akibat DPI ...................................... .................................................... .............. 28 a. Kerusakan Langsung .................................................................... 28 b. Keruskaan Tidak Langsung Langsung ....................................................... ........................................ ............... 29 IV. PELAPORAN ........................................................................................ 31 A. Jenis Laporan ............................................................................................... 31 vii
1. Laporan Harian ........................................................................................... 31 2. Laporan Peringatan Dini ......................................................................... 32 3. Laporan Setengah Bulanan .................................................................... 32 4. Laporan Bulanan ........................................................................................ 32 5. Laporan Musiman ...................................................................................... 32 6. Laporan Tahunan ....................................................................................... 32 7. Laporan Eksplosi ........................................................................................ 33 8. Laporan Khusus/Insidentil ................................................................... 33 B. Prosedur dan Tata Laksana ............................. ....................................................... ............................................. ................... 34 1. POPT ................................................................................................................ 34 2. Koordinator POPT POPT .................................................................. ........................................ .............................................. .................... 34 3. LPHP/LAH ..................................................................................................... 35 4. UPTD-BPTPH ............................................................................................... 35 LAMPIRAN .............................................................................................................. 37-65 37-65 FORMULIR ............................................................................................................ 66-114 66-114
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. 2. Tabel 3. Tabel 4.
OPT Utama pada Komoditas Tanaman Pangan ..................... 9 Contoh Perhitungan 10 rumpun Kerusakan Mutlak ......... 23 Intensitas Kerusakan Mutlak ..................................................... ...................................... ............... 23 Contoh Perhitungan 10 rumpun Kerusakan Tidak Mutlak …………………………………………………………………………….….. 25 Tabel 5. Intensitas Kerusakan Tidak Mutlak ......................................... ..................................... .... 26 Tabel 6. Kategori Penilaian Intensitas Serangan Hama .................... 27 Tabel 7. Kategori Penilaian Intensitas Serangan Penyakit ……...... 27 Tabel 8. Kategori Penilaian Banjir .................................... ............................................................. ......................... 28 Tabel 9. Kategori Penilaian Kekeringan .................................................. ........................... ....................... 28 Tabel 10. Kategori Penilaian Dampak Bencana Alam .......................... 29 Tabel 11. Kategori Penilaian Penilaian Kerusakan Tidak Langsung .................. 30 30
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembagian sub wilayah pengamatan di wilayah kerja (kecamatan) POPT ……………………….…………..……….….... 11 Gambar 2. Penempatan 30 rumpun contoh pada pengamatan petak tetap: (A) bentuk diagonal, (B) bentuk “Zigzag”, dan (C) bentuk “U” ………………..………………………………………….… 13 Gambar 3. Lokasi pengamatan persemaian dalam Hamparan …… 17 Gambar 4. Penyebaran 3 (tiga) petak ccontoh ontoh dalam hamparan hamparan pada pengamatan keliling ……………………………………….……… 18 Gambar 5. Pengambilan Tanaman Tanaman Contoh pada sebaran sebaran OPT yang tidak merata ……………………………………………………..…… 19 Gambar 6. 6. Ilustrasi Wilayah Wilayah Penaksiran Serangan OPT di Salah satu Bagian Kecamatan …………………………….…………………… 20 Gambar 7. 7. Ilustrasi Perh Perhitungan itungan Luas Puso pada satu Hamparan 21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kodefikasi jenis ttanaman, anaman, OPT dan DPI ……………....... 38 38 Lampiran 2. Jenis-jenis musuh alami efektif dan OPT sasarannya …………………………………………………………………….…...… 44 Lampiran 3. Ambang pengendalian/ambang ekonomi OPT pada tanaman padi dan Palawija ………………………....…..…..... 47 Lampiran 4. Nilai Skala Kerusakan masing-masing OPT …...…..…... 60 60 Lampiran 5. Bagan Alur Pelaporan POPT dan THL POPT ………....… 65
xi
DAFTAR FORMULIR Formulir 1 : Laporan serangan OPT Formulir 1.1.a.1 Laporan Harian oleh POPT kepada Koor Koordinator dinator POPT/LPHP (Monitoring) …………………...…..…….. 67 Formulir 1.1.b. Laporan Serangan OPT oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) .... 68 Formulir 1.1.c. Laporan Serangan OPT oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) … 69 Formulir 1.1.d. Laporan Serangan OPT oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) .... 70 Formulir 1.1.e. Laporan Serangan OPT oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Insidentil) ………..…… 71 Formulir 1.1.f. Laporan Insidentil Akibat Serangan OPT …...…... 72 Formulir 1.1.g. Blanko Hasil Pengamatan Lapangan ………………. 73 Formulir 1.1.h. Blanko Hasil Pengamatan Lapangan ………......….. 74 Formulir 1.1.i. Blanko Hasil Pengamatan Lapangan ………….…… 75 Formulir 1.1.j. Blanko Hasil Pengamatan Lapangan ………….…… 76 Formulir 1.1.k. Blanko Hasil Pengamatan Lapangan ………..…...… 77 Formulir 1.1.l. Blanko Hasil Pengamatan Lapangan …………….… 78 Formulir 1.2.a.1 Laporan Harian oleh Koordinator POPT/LPHP kepada BPTPH (Monitoring) ……………………....…. 79
Formulir 1.2.b.
Laporan Serangan OPT oleh Koordinator POPT/ LPHP kepada BPTPH (Setengah bulanan) ....…..... 80 Formulir 1.3.a.1 Laporan Harian oleh BPTPH kepada D Direktorat irektorat Perlindungan Tanaman Pangan (Monitoring) .... 81 Formulir 1.3.b. Laporan Serangan OPT oleh BPTPH kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Setengah bulanan) ………………………………………. 82 Formulir 2 : Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Banjir xii
Formulir 2.1.
Formulir 2.2.
Formulir 2.3.
Formulir 2.4.
Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Banjir oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) .............................................................................. 84 Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Banjir oleh Koordinator POPT/LPHP kepada BPTPH (Setengah bulanan) ........................................................ 85 Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Banjir oleh BPTPH kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Setengah bulanan) ............................. ........................................ ........... 86 Laporan Insidentil Akibat Banjir/Bencana Alam 87
Formulir 3 : Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Kekeringan Formulir 3.1.a. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Kekeringan oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) ………………………………...…..... 89 Formulir 3.2.a. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Kekeringan oleh Koordinator POPT/LPHP kepada BPTPH (Setengah bulanan) …………………………….…....…… 90 Formulir 3.3.a. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Kekeringan oleh BPTPH kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Setengah bulanan) ….…….….. ….…….….. 91 Formulir 3.4.a. Laporan Insidentil Akibat Kekeringan/Ganggu Kekeringan/Gangguan an
Fisiologis …………………………………...…………………. 92 Formulir 4 : Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Gangguan Fisiologis Formulir 4.1. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Gangguan Fisiologis oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) ……….…………... 94 Formulir 4.2. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Gangguan Fisiologis oleh Koordinator POPT/LPHP kepada
BPTPH (Setengah bulanan) bulanan) ……………………..……. 95 xiii
Formulir 4.3.
Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Gangguan Fisiologis oleh BPTPH kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan(Setengah bulanan) ……………………………………………...……..... 96
Formulir 5 : Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Bencana Alam Formulir 5.1. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Bencana Alam oleh POPT kepada Koordinator POPT/ LPHP/LAH ……………………………………...……….…… 98 Formulir 5.2. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Bencana Alam oleh Koordinator POPT/LPHP kepada BPTPH (Setengah bulanan) bulanan) ......................................... ................................. ........ 99 Formulir 5.3. Laporan Kerusakan Tanaman Akibat Bencana Alam oleh BPTPH kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Setengah bulanan) ................. ................. 100 Formulir 6 : Laporan Lampu Perangkap Formulir 6.1. Laporan Lampu Perangkap oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Setengah bulanan) . 102 Formulir 6.2. Laporan Lampu Perangkap oleh Koordinator POPT/LPHP kepada BPTPH (Bulanan) ............... 103
Formulir 7 : Laporan LuasLuas Tambah Tanam Formulir 7.1. Laporan Tambah Tanam oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Bulanan) .................... 105 Formulir 7.2. Laporan Luas Tambah Tanam oleh Koordinator POPT/LPHP kepada BPTPH (Bulanan) ............... 106 Formulir 8 : Laporan Penggunaan Pestisida Formulir 8.1. Laporan Penggunaan Pestisida oleh POPT kepada Koordinator POPT/LPHP (Bulanan) ………..….... 108 xiv
Formulir 8.2.
Laporan Penggunaan Pestisida oleh Koordinator POPT kepada BPTPH (Bulanan) ............................. 109
Formulir 9 : Formulir 9.1.
Laporan Stok Pestisida Laporan Stok Pestisida oleh BPTPH kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Bulanan) …………………………………………...……… 111
Formulir 10 : Laporan Curah Hujan Formulir 10.1. Laporan Keadaan Curah Hujan oleh POPT ke Dinas Pertanian Kab/Kota, LPHP, BPTPH (Bulanan) . 113 Formulir 10.2. Laporan Curah Hujan oleh LPHP/LAH kepada BPTPH (Bulanan) ……………………………………...… 114
xv
I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan unit kerja dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menjalankan tugas penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman pangan sebagaimana diamanatkan dalam Permentan Nomor 40 Tahun 2020. Dalam pelaksanaan tugasnya melakukan (i) penyusunan norma, standar, prosedur prosed ur dan kriteria di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak perubahan iklim, dan (ii) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak perubahan iklim . Pengamanan produksi tanaman Pangan sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan/kebijakan di bidang perlindungan tanaman pangan. Pengambilan keputusan tersebut sangat dipengaruhi oleh data dan informasi yang cepat, tepat, akurat, terkini, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan data dan informasi yang akurat diperlukan petunjuk teknis pengamatan dan pelaporan yang tepat serta aplikatif. ap likatif. Pengamatan dan pelaporan merupakan komponen penting dan mendasar dalam sistem perlindungan tanaman pangan. Pengamatan bertujuan mengetahui jenis dan kepadatan populasi OPT, luas dan intensitas serangan OPT, luas 1
kerusakan akibat DPI, daerah penyebaran, serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Data dan informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk menyusun langkah operasional pengendalian OPT dan penanganan DPI di lapangan. Pelaporan bertujuan memberikan informasi yang diperlukan untuk menyusun rencana operasional perlindungan tanaman pangan, tindakan korektif, penyempurnaan kegiatan pengamatan dan pelaporan serta penyediaan sarana pengendalian OPT dan penanganan DPI. Terlaksananya kegiatan pengamatan dan pelaporan yang baik dan benar memerlukan petunjuk teknis pengamatan dan pelaporan OPT/DPI. Petunjuk teknis ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, aman, efektif dan efisien.
b. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Buku Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT/DPI bertujuan untuk memberikan pedoman bagi petugas perlindungan baik di Pusat maupun Daerah dalam melaksanakan pengamatan dan pelaporan OPT/DPI. 2. Sasaran Sasaran penyusunan buku Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT/DPI adalah tercapainya kegiatan pengamatan dan pelaporan yang baik dan benar. benar .
c. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT/DPI meliputi istilah/batasan, metode pengamatan tetap, metode pengamatan keliling, metode pelaporan dan alur pelaporan.
2
II. ISTILAH DAN BATASAN Istilah dan batasan diperlukan untuk memperoleh kesamaan pengertian dalam melaksanakan pengamatan dan menyusun serta membuat dan membaca laporan perlindungan tanaman pangan. Beberapa istilah dan batasan yang digunakan d igunakan dalam buku ini : 1. Areal Waspada OPT adalah areal pertanaman yang berpotensi terserang OPT berdasarkan populasi/intensitas serangan OPT, rasio musuh alami, kerentanan varietas dan umur tanaman, dan faktor lingkungan lainnya termasuk keadaan serangan OPT di sekitarnya. 2. Banjir adalah tergenangnya areal pertanaman selama periode
3.
4.
5.
pertumbuhan tanaman dengan ketinggian air dan jangka waktu tertentu, sehingga berpotensi menurunkan produksi tanaman. t anaman. Bencana Alam ((disaster disaster ) adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh gejala alam atau akibat ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, menyebabkan kerusakan lingkungan, harta benda, bahkan keselamatan manusia secara serius (di luar kewajaran) dan melampaui kemampuan dan sumberdaya masyarakat untuk menanggulanginya. Dampak Perubahan Iklim (DPI) adalah dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan/variabilitas iklim, antara lain banjir, kekeringan, bencana alam, dan gangguan fisiologis. Eksplosi adalah serangan OPT yang intensitas dan/atau populasinya sangat tinggi, berkembang dan menyebar luas dengan cepat sehingga petani/kelompok tani tidak mampu menanggulanginya.
3
6.
Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap tanaman yang terserang OPT dengan tujuan untuk mencegah penyebaran serangan yang lebih luas atau untuk mencegah serangan pada musim tanam berikutnya. 7. Gangguan Fisiologis adalah gangguan langsung maupun tidak langsung akibat perubahan iklim terhadap proses pertumbuhan tanaman longitude)) adalah garis khayal yang ditarik dari 8. Garis Bujur ((longitude kutub utara ke kutub selatan (untuk memudahkan lokasi suatu tempat yang ditentukan dari garis meridian nol Greenwich); meridian. Format penulisan dengan menggunakan setting default atau pengaturan dasar d asar (contoh: 106.234578 106.234578). ). (latitude)) adalah garis khayal yang melingkari 9. Garis Lintang (latitude bumi, sejajar dengan garis khatulistiwa, baik yang ada di selatan (garis lintang selatan) maupun di sebelah utara (garis lintang utara), penting untuk mengetahui keadaan iklim dan letak geografis suatu tempat; garis paralel; par alel; (format penulisan dengan menggunakan setting default atau pengaturan dasar (contoh: 6.12345). 10. Intensitas Kerusakan Hamparan adalah tingkat kerusakan pada level hamparan yang penghitungannya didasarkan pada penjumlahan luas serangan setelah masing-masing dilakukan
pembobotanSerangan intensitas serangannya. adalah tingkat serangan atau tingkat 11. Intensitas kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT dinyatakan dalam persen. 12. Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan kebutuhan air pada fase tertentu yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal sehingga berpotensi menurunkan produksi tanaman. t anaman. 13. Kepadatan Populasi OPT adalah jumlah populasi OPT yang terdapat pada setiap unit contoh, misalnya banyaknya wereng cokelat per rumpun.
4
14. Kerusakan Mutlak adalah kerusakan pada tanaman/bagian tanaman oleh serangan OPT yang menyebabkan tanaman tersebut tidak menghasilkan. 15. Kerusakan Tidak Mutlak adalah kerusakan pada tanaman/bagian tanaman oleh serangan OPT, tetapi tanaman/bagian tanaman tersebut masih dapat menghasilkan. 16. Kumulatif Terkena adalah penjumlahan luas tambah terkena periode 1 tahun. 17. Kumulatif Puso adalah penjumlahan luas tambah puso dan luas puso pada perubahan kategori puso dalam periode 1 tahun. t ahun. 18. Luas Pengendalian adalah luas tanaman pada lahan terserang OPT yang dikendalikan dengan cara fisik/mekanik, biologis, kimiawi dan kultur teknis yang dinyatakan dalam hektar. 19. Luas Serangan adalah luas tanaman terserang OPT yang dinyatakan dalam hektar. 20. Luas Tambah Serangan adalah luas tanaman terserang OPT yang baru pada periode pengamatan dan belum pernah dilaporkan yang dinyatakan dalam hektar. 21. Luas Keadaan Serangan adalah luas sisa serangan pada periode pengamatan sebelumnya ditambah dengan luas tambah serangan baru yang dinyatakan dalam hektar. 22. Luas Terkendali adalah tidak bertambah/berkembangnya luas serangan OPT (standing crop/tegakan) / populasi/intensitas serangan dibandingkan luas serangan periode sebelumnya sebagai hasil tindakan pengendalian. 23. Luas Sisa Periode adalah luas pertanaman yang masih terkena (OPT/DPI) atau mengalami perubahan kategori pada periode laporan berikutnya yang dinyatakan dalam hektar. 24. Luas Surut adalah adalah luas areal pertanaman yang terkena banjir, pertumbuhannya kembali normal atau mendekati normal dinyatakan dalam hektar. 5
25. Luas Pulih adalah luas areal pertanaman yang terkena kekeringan, pertumbuhannya kembali normal atau mendekati normal dinyatakan dalam hektar. 26. Luas Keadaan Banjir adalah luas areal pertanaman yang terkena banjir sesuai kondisi pada saat periode laporan yang dinyatakan dalam hektar. 27. Luas Tambah Banjir adalah luas kerusakan tanaman akibat banjir yang baru terjadi dan belum pernah dilaporkan yang dinyatakan dalam hektar. 28. Luas Keadaan Kekeringan adalah luas areal pertanaman yang terkena kekeringan sesuai kondisi pada saat periode laporan yang dinyatakan dalam hektar. 29. Luas Tambah Kekeringan adalah luas kerusakan tanaman akibat kekeringan yang baru terjadi dan belum pernah dilaporkan yang dinyatakan dalam hektar. 30. Musuh Alami adalah semua organisme yang ditemukan di alam yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian OPT. Musuh alami antara lain predator, parasitoid dan patogen serangga. 31. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. t umbuhan.
adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan yang 32. OPT selaluUtama ada dan menyebabkan kerugian secara ekonomi dengan persentase luas serangan yang lebih besar daripada d aripada OPT lainnya baik di tingkat nasional n asional maupun lokal. 33. Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT, banjir, kekeringan, bencana alam, dan gangguan fisiologis serta faktor-faktor yang memengaruhinya (varietas, umur tanaman, musuh alami, curah hujan, suhu, kecepatan angin dan radiasi matahari).
6
34. Pengamatan Tetap adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala pada lokasi/alat yang tetap dan mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan. 35. Pengamatan Petak Tetap adalah pengamatan di daerah potensial/sporadis/endemis serangan OPT, mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan dengan kriteria hamparan terluas, t erluas, varietas peka, varietas dominan, umur tanaman, dan perlakuan budidaya yang relatif seragam (homogen). 36. Pengamatan Keliling adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala dengan menjelajahi/mengelilingi wilayah pengamatan untuk mengetahui keadaan serangan OPT, banjir, kekeringan, bencana alam, dan gangguan fisiologis serta informasi tentang penggunaan dan penyimpanan bahan pengendali OPT. 37. Pengendalian OPT adalah tindakan atau upaya untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT terhadap t erhadap tanaman. 38. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) adalah Aparatur Sipil Negara atau petugas lain yang diberi tugas, tanggungjawab, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.
Peramalan OPT 39. memprediksi adalah kegiatanOPT yangserta diarahkan untuk populasi/serangan kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkannya dalam ruang dan waktu tertentu. 40. Peringatan Dini adalah laporan tentang kewaspadaan kemungkinan terjadinya serangan OPT karena adanya kecenderungan peningkatan kepadatan populasi atau tingkat serangan. 41. Perubahan kategori adalah luas tanaman yang mengalami
perubahan kategori (ringan, sedang, berat dan puso) pada 7
42.
43.
44.
45.
46.
periode berikutnya karena adanya pengendalian/pulih dan perkembangan OPT atau DPI (kekeringan/gangguan fisiologis). Puso adalah keadaan dimana suatu pertanaman mengalami kerusakan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan/atau dampak perubahan iklim (DPI) di atas 85%. Luas puso merupakan bagian dari luas terkena. te rkena. Sumber Serangan adalah areal pertanaman yang menunjukkan adanya serangan OPT dan berpotensi menyebar ke areal pertanaman yang lain. Tanaman Terserang adalah tanaman yang mengalami kerusakan akibat serangan OPT pada tingkat populasi dan/atau intensitas serangan di atas atau sama dengan ambang pengendalian. Terkena adalah keadaan dimana d imana suatu pertanaman mengalami kerusakan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan/atau dampak perubahan iklim (DPI). Kategori terkena untuk OPT dan Kekeringan/Gangguan Fisiologis terdiri atas Ringan, Sedang, Berat, Puso. Sedangkan untuk Banjir/Bencana Alam berupa terkena dan puso. Titik Koordinat adalah adalah titik utama pada pedoman atau kompas, yaitu titik utara, selatan, timur, dan barat (contoh: -6.12345, 106.234578).
Wilayahpengamatan. Kerja adalah area kerja POPT meliputi satu atau lebih 47. wilayah 48. Wilayah penaksiran adalah bagian dari wilayah pengamatan di wilayah kerja POPT (Kecamatan) dan digunakan oleh POPT untuk melakukan pengamatan OPT. 49. Wilayah pengamatan adalah wilayah administratif kecamatan yang merupakan area kerja pengamatan/ pengendalian OPT yang menjadi tanggungjawab petugas (POPT).
8
III. PENGAMATAN Pengamatan bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan populasi OPT, luas dan intensitas serangan OPT, luas kerusakan akibat DPI, daerah penyebaran, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil pengamatan dianalisis untuk menentukan langkah-langkah pengendalian OPT dan penanganan DPI yang tepat. A. Jenis Tanaman, OPT dan DPI Jenis tanaman yang diamati adalah jenis tanaman pangan utama, yaitu: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, dan porang. OPT yang menyerang masing-masing
komoditas sangat banyak, sehingga untuk memudahkan pelaporan dan analisa ditetapkan OPT utama saja (intensitas serangan/ kerusakan tertinggi). OPT utama pada komoditas tanaman pangan sebagaimana tercantum pada tabel berikut: Tabel 1. OPT Utama Pada Komoditas Tanaman Pangan No No
Komoditas Komoditas
OPT Utama Utama
1
Padi Padi
Penggerek batang padi, wereng batang coklat, tikus, blast, kresek/BLB, tungro dan kerdil rumput/hampa rumput/hampa
2
Jagung Jagung
Ulat grayak, penggerek tongkol, tikus, penggerek batang, lalat bibit dan penyakit bulai bulai
3
Kedelai Kedelai
Ulat grayak, penggerek polong, tikus, penggulung daun, lalat kacang dan ulat jengkal jengkal
4
Kacang tanah tanah Ulat grayak, bercak daun coklat, tikus, babi hutan, karat daun dan pelipat daun daun
5
Kacang hijau hijau Ulat grayak, penggerek polong, tikus dan lalat kacang kacang
6
Ubi kayu kayu
Tungau merah, bercak daun coklat, tikus, babi hutan dan karat daun daun
7
Ubi jalar jalar
Hama boleng, bercak daun coklat, tikus dan ba babi bi hutan hutan
8
Porang
Penggerek batang, uret, bercak daun Cercospora sp. , , busuk pangkal batang Rhizoctonia sp., busuk batang Sclerotium sp. , , layu Fusarium sp. , , antraknosa antraknosa
9
Disamping OPT utama tersebut di atas, apabila terdapat OPT yang dianggap spesifik, dominan/utama di daerah tertentu, maka perlu dilakukan pengamatan dan pelaporannya. Pengamatan juga dilakukan terhadap kerusakan tanaman akibat dampak perubahan iklim (DPI) yaitu b banjir, anjir, kekeringan, bencana alam dan gangguan fisiologis. Jenis OPT/DPI diberi kode sebagaimana terdapat pada Lampiran 1.
B. Metode Pengamatan OPT Pengamatan OPT pada tanaman pangan dilakukan dengan d engan 2 (dua) metode, yaitu Pengamatan Tetap dan Pengamatan Keliling atau Patroli. Untuk memudahkan pelaksanaan pengamatan, wilayah kerja dibagi menjadi 4 (empat) sub wilayah (Gambar 1). Pada setiap sub wilayah ditempatkan 1 (satu) petak contoh pengamatan tetap, sehingga jumlah petak contoh sebanyak 4 (empat) petak contoh yang terdiri t erdiri dari 3 (tiga) petak contoh untuk tanaman pangan dominan ditambah 1 (satu) petak contoh untuk tanaman pangan lainnya. Apabila tidak ada tanaman pangan lainnya, maka keempat petak contoh merupakan tanaman pangan dominan.
Setelah
melakukan
pengamatan
petak
tetap
dilakukan
pengamatan keliling pada setiap sub wilayah tersebut. Pada kondisi insidentil apabila terjadi kecenderungan peningkatan serangan OPT/DPI di sub wilayah yang lain, perlu dilakukan pengamatan tambahan dan dilaporkan sebagai laporan khusus (insidentil).
10
Gambar 1. Pembagian sub wilayah pengamatan di wilayah kerja POPT Hasil pengamatan dari keempat sub wilayah pengamatan tersebut merupakan hasil pengamatan minggu pertama. Pengamatan untuk minggu kedua dilakukan sebagaimana pengamatan pada minggu pertama. Hasil pengamatan tetap dan keliling pada minggu pertama dan kedua merupakan hasil pengamatan tengah bulan pertama (tanggal 1-15) dan dilaporkan pada akhir periode laporan tengah bulan pertama. Pengamatan tengah bulan kedua (tanggal 16-31) dilakukan dengan metode yang sama dengan pengamatan tengah bulan bulan pertama kedua. dan dilaporkan pada akhir periode laporan tengah 1.
Pengamatan Tetap Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala pada obyek yang tetap meliputi pengamatan petak tetap, pengamatan lampu perangkap dan pengamatan unsur iklim.
11
a. Pengamatan Pengamatan Petak Tetap Tetap Pengamatan petak tetap dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitas serangan. Petak tetap ditentukan di daerah potensial/sporadis/endemis serangan OPT, mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan dengan kriteria hamparan terluas, varietas peka, varietas dominan, umur tanaman, satu kepemilikan atau perlakuan budidaya yang seragam (homogen). Pengamatan petak tetap dilakukan secara berkala sejak persemaian, pertanaman sampai dengan panen. 1) Persemaian (Tanaman Padi) Persemaian merupakan awal infestasi dari OPT dan
musuh alami, sehingga persemaian yang sehat sangat penting untuk awal budidaya tanaman sehat dan mengembangkan populasi musuh alami lebih awal. Kondisi agroekosistem persemaian meliputi tanaman yang masih sangat muda dan rentan terhadap tekanan lingkungan termasuk OPT. Pengamatan Populasi maupun gejala serangan OPT tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: -
-
-
Pada petak persemaian yang akan digunakan untuk petak tetap pertanaman, tetap ditetapkan 3 (tiga) titik contoh berukuran 1 m2 untuk mengamati intensitas kerusakan tanaman oleh OPT. Pada tiap titik contoh 1 m2 diamati 10 tunas tanaman. pengamatan populasi OPT dan musuh alami dilakukan dengan menggunakan jaring serangga sebanyak 10 kali ayunan tunggal. t unggal. Pengamatan tikus dilakukan secara sensus pada seluruh petak persemaian contoh, dengan 12
melakukan pengukuran luas setiap spot terserang dibagi luas persemaian dikali 100%. Intensitas kerusakan :
100%
2) Pertanaman Pengamatan petak tetap pada pertanaman merupakan kelanjutan dari pengamatan petak tetap di persemaian. Tahapan penentuan petak tetap : 1) Lokasi petak tetap merupakan hamparan yang sama dengan petak tetap di persemaian (berkelanjutan). 2) Dalam satu hamparan ditentukan satu petak contoh dalam satu kepemilikan (dapat terdiri dari beberapa petak alami) 3) Pada setiap lokasi pengamatan petak tetap harus ditandai dengan tiang bambu dan plang pengamatan. 4) Pengambilan contoh sebanyak 30 rumpun tanaman dengan metode acak sistematik (diagonal, bentuk bent uk “U”, atau zigzag), disesuaikan dengan kondisi lahan dan sebaran OPT khususnya yang bersifat merata (Gambar 2).
Gambar 2. Penempatan 30 rumpun contoh pada petak pengamatan: (A) bentuk diagonal, (B) bentuk “zigzag”, dan (C) bentuk “U”. 13
Pengamatan Lampu Perangkap b. Pengamatan Kepadatan populasi OPT dan musuh alami efektif yang tertarik cahaya diamati pada satu atau lebih lokasi yang
dapat mewakili wilayah pengamatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui terjadinya migrasi serangga dari satu wilayah ke wilayah lain secara dini. d ini. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap lampu atau dapat juga dilakukan pada tempattempat yang dianggap dapat menggambarkan terjadinya migrasi (misal: lampu di dekat tembok rumah). Serangga yang tertangkap atau hinggap pada tempat yang ditentukan dihitung jumlahnya. Pengamatan dilakukan setiap hari serta dilaporkan setiap satu bulan. c. Pengamatan Pengamatan Unsur Iklim Pengamatan unsur iklim bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini keadaan iklim, dilakukan dengan menggunakan Penakar Hujan Observatorium (OBS) atau Automatic Weather Weather Station (AWS). Pengamatan unsur iklim dilakukan secara rutin tergantung jenis unsur iklim yang diamati, antara lain: curah hujan, suhu, kelembaban,
intensitas matahari, penguapan udara, kecepatan dan arah angin. Hasil pengamatan/ pengumpulan data unsur iklim dilaporkan secara rutin setiap bulan per sepuluh hari (dasarian). Pengamatan unsur iklim tersebut bisa dilakukan dari sumber data lainnya antara lain dari Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK). 1) Pengamatan Penakar Curah Hujan
Curah hujan di wilayah pengamatan diamati/diambil datanya setiap hari dari penakar hujan yang diletakkan di 14
tempat yang dapat mewakili wilayah tersebut. Curah hujan ditakar pada pukul 07.00 pagi waktu setempat. Curah hujan 0,5-0,9 mm dibulatkan menjadi 1 mm, sedangkan 0,1-0,4 mm dibulatkan menjadi 0 mm, tetapi hari yang bersangkutan dihitung sebagai hari hujan. Hasil pengamatan curah hujan dilaporkan setiap bulan per sepuluh harian (dasarian). 2) Pengumpulan Data Automatic Weather Station (AWS) AWS
merupakan salah satu alat pengamatan unsur- unsur cuaca (curah hujan, suhu, kelembaban, intensitas matahari) secara otomatis. Data pengamatan AWS diperoleh secara jam-jaman, sehingga perlu diolah sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Seperti pengamatan penakar curah hujan, nilai curah hujan 0,5-0,9 mm dibulatkan 1 mm, sedangkan 0,10,4 mm dicatat 0 mm, tetapi hari yang bersangkutan dihitung sebagai hari hujan. Hasil pengumpulan dan pengolahan data AWS di laporkan secara rutin setiap bulan per dasarian. 2.
Pengamatan Keliling atau Patroli Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui dan menghimpun informasi tentang luas pertanaman terserang OPT, luas pengendalian, luas areal waspada dan luas kerusakan tanaman akibat DPI, serta penggunaan dan penyimpanan pestisida.
Pengamatan dilaksanakan secara berkala dengan menjelajahi wilayah pengamatan berdasarkan hasil pengamatan petak tetap dan informasi dari petani/kelompok tani/petani pemandu/ petani pengamat, penyuluh atau sumber lain yang layak dipercaya. Informasi digunakan untuk menentukan daerah
yang
diduga
terserang 15
OPT/terkena
DPI
dan
pengamatan difokuskan di wilayah tersebut. Apabila tidak diperoleh informasi, maka penentuan daerah pengamatan didasarkan pada kerentanan varietas terhadap OPT, peta sebaran OPT, peta daerah rawan DPI, umur tanaman tan aman dan jarak terhadap sumber serangan atau daerah yang terkena DPI. Pengamatan di areal yang diduga terserang OPT/terkena DPI dilakukan pada persemaian dan pertanaman. Variabel yang diamati adalah luas persemaian/pertanaman, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT, musuh alami, terkena DPI, umur persemaian/pertanaman, varietas, serta luas pengendalian dan penanganan yang dilakukan. a. Pengamatan keliling di persemaian 1) Pengamatan keliling di persemaian dilakukan apabila ada infomasi dari stakeholder atau hasil pengamatan persemaian di petak tetap terjadi peningkatan populasi atau perkembangan OPT. 2) Pengamatan keliling di persemaian dilakukan dengan menentukan 3 (tiga) petak contoh persemaian yang dipilih untuk mewakili hamparan tersebut. 3) Pada setiap petak contoh persemaian ditentukan 10 (sepuluh) tunas contoh yang terletak pada garis diagonal terpanjang sehingga total 30 tunas. Metode pengamatan pada petak contoh dilakukann seperti pada petak tetap. Pengamatan OPT/DPI di persemaian dalam hamparan dilakukan seperti contoh (Gambar 3). 4) Pengamatan tikus dilakukan secara sensus pada seluruh petak persemaian contoh, dengan melakukan pengukuran luas setiap spot terserang dibagi luas persemaian dikali 100%. Intensitas kerusakan : 100% Intensitas kerusakan :
16
Gambar 3. Lokasi pengamatan persemaian dalam hamparan
b. Tahapan pelaksanaan pengamatan keliling di pertanaman untuk serangan OPT/DPI adalah sebagai berikut: 1) Petak contoh terletak pada perpotongan garis diagonal (B) dan pertengahan potongan garis diagonal terpanjang (A dan C) seperti pada Gambar 4. 2) Pada setiap petak contoh ditentukan 10 (sepuluh) rumpun contoh yang terletak pada garis diagonal terpanjang. Dengan demikian, pada setiap hamparan akan diamati sebanyak 30 rumpun contoh yang tersebar pada 3 (tiga) (t iga) petak contoh. 3) Pengamatan rumpun contoh pertama dimulai pada rumpun kelima dari pematang, pengamatan rumpun contoh berikutnya disesuaikan dengan panjang diagonal petak contoh.
17
Pengamatan serangan OPT pada pertanaman dilakukan sebagai berikut : a. Pengamatan populasi dilakukan dengan menghitung jumlah populasi OPT dan musuh alami. b. Pengamatan intensitas serangan OPT dapat dilakukan dengan cara : 1). Pengamatan kerusakan mutlak dilakukan dengan cara menghitung tunas/ anakan/ rumpun/ bagian tanaman lainnya yang terserang OPT. 2). Pengamatan kerusakan tidak mutlak dilakukan dengan cara menentukan skala kerusakan (skor) akibat serangan OPT.
Gambar 4. Penyebaran 3 (tiga) petak contoh dalam hamparan pada pengamatan keliling dengan persebaran OPT merata Apabila keadaan populasi/serangan OPT pada hamparan contoh bervariasi, maka pengambilan tanaman contoh 18
dilakukan secara berlapis dengan membagi hamparan kedalam 3 (tiga) sub hamparan (Gambar 5). Pada masingmasing sub hamparan diamati sebanyak s ebanyak 30 rumpun.
Gambar 5. Pengambilan Tanaman Contoh pada sebaran OPT yang tidak merata. c.
Penaksiran luas serangan OPT/DPI pada pengamatan keliling dilakukan sebagai berikut: • Menentukan hamparan penaksiran, yaitu hamparan pertanaman dengan batas-batas yang jelas, antara lain: perkampungan, tanaman lain, sungai, jalan, dan lahan kosong. • Membagi hamparan penaksiran menjadi sub hamparan penaksiran yang ditandai oleh batas alami, apabila intensitas serangan OPT bervariasi.
19
• Mengamati keadaan pertanaman untuk mengetahui mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT sasaran, terkena DPI, varietas dan d an umur tanaman. • Menaksir luas serangan OPT berdasarkan intensitas serangan. Apabila terjadi serangan lebih dari satu OPT, maka penaksiran dilakukan terhadap OPT utama dengan intensitas serangan tertinggi. Catatan Jika dalam wilayah pengamatan ditemukan lebih dari 1 (satu) jenis OPT, maka OPT dengan intensitas yang lebih rendah harap diinformasikan juga kepada petani agar dapat dipantau perkembangannya.
Gambar 6. Ilustrasi wilayah penaksiran serangan OPT di salah satu bagian kecamatan. • Menaksir luas puso akibat serangan O OPT PT pada tiap hamparan berdasarkan penjumlahan spot-spot puso yang ditemukan. Apabila ditemukan spot puso (misal 1 m2) yang menyebar dalam satu hamparan, maka spot puso tersebut harus dihitung dulu jumlahnya dan dikeluarkan dari luasan hamparan tersebut.
20
Gambar 7. Ilustrasi Perhitungan Luas Puso pada satu Hamparan Keterangan: Spot puso (intensitas serangan > 85% dari tunas, malai, gabah, leher malai, batang, tongkol, polong, rumpun/bagian tanaman) = 10.000 m2 = 1 Ha Kondisi tersebut terutama untuk hama wbc, tikus, dan sejenisnya Pada Hamparan sawah 20 Ha, ditemukan puso seluas 1 Ha ∑ Puso = 1.000 + 1.000+1.000+1.000+500+500+ 1.000+1.000+1.000+500+500+2.5 2.5 00+2.500 = 10.000 m2 = 1 Ha. Menaksir luas serangan R,S,B = Luas Hamparan – Puso = 19 Ha Intensitas serangan R, S, B dihitung dihi tung dari luas 19 Ha
C. Penilaian Kerusakan 1. Kerusakan Tanaman Akibat OPT Penilaian terhadap kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala serangan OPT yang sifatnya sangat s angat beragam. Kerusakan
21
tanaman oleh serangan OPT dapat berupa kerusakan mutlak dan tidak mutlak. a. Kerusakan Mutlak Kerusakan mutlak adalah kerusakan pada tanaman/ bagian
tanaman oleh serangan OPT yang menyebabkan tanaman tidak menghasilkan, misalnya serangan penggerek batang padi yang menyebabkan gejala sundep/ beluk dan serangan kerdil rumput/ kerdil hampa. Perhitungan intensitas serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak digunakan rumus sebagai berikut : I=
n
x 100%
N Keterangan : I = Intensitas serangan (%) n = Banyak contoh (tunas, malai, gabah, leher malai, batang, tongkol, polong, rumpun/bagian tanaman) yang rusak mutlak N = Banyaknya contoh yang diamati
Rumus tersebut digunakan untuk menghitung intensitas serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada tunas, malai, gabah, leher malai, batang, tongkol, polong, umbi, rumpun/bagian tanaman sebagai berikut : Contoh penghitungan intensitas kerusakan OPT yang bersifat mutlak: Pengamatan dilakukan terhadap 10 rumpun contoh tanaman padi yang terserang tikus dengan hasil sebagai berikut: 22
Contoh hasil pengamatan terhadap 10 rumpun pada tabel 2. Tabel 2. Contoh Perhitungan 10 rumpun Kerusakan Mutlak Rumpun contoh ke
Jumlah tunas/anakan (N)
Jumlah tunas/anakan terserang tikus (n)
1
20
4
2
22
6
3
18
0
4
18
5
5
16
1
6
24
0
7 8
20 20
10 4
9
17
4
10
20
5
Total
195
39
Intensitas kerusakannya adalah : I
39 39 = --------- x 100 % 195 = 20,00 %
Tabel 3. Intensitas Intens itas Kerusakan Mutlak Kode Komoditas Komoditas Kode 01. 01.
Padi Padi
Kerusakan mutlak Penggerek batang (tunas dan malai), ganjur (tunas), tikus (tunas dan malai), walang sangit (bulir (bulir), ), ulat grayak (malai), babi hutan (rumpun), burung (malai), orong-orong (tunas), uret (tunas), siput murbei (rumpun), penyakit busuk leher/neck blast (leher malai dan batang), tungro (rumpun), bercak coklat (bulir (bulir), ), noda palsu ((bulir bulir), ), kerdil rumput/kerdil hampa (rumpun), kerdil kuning (rumpun), daun jingga (rumpun) dan penyakit kembang api (malai). (malai).
23
Kode Komoditas Komoditas Kode
Kerusakan mutlak
02. 02.
Jagung Jagung
Lalat bibit (tunas), penggerek batang (tanaman), penggerek tongkol (tongkol), uret (tanaman), kumbang landak (tongkol), nematoda (tanaman), burung (tongkol), tikus (tongkol), babi hutan (batang dan tongkol), penyakit bulai (tanaman), busuk tongkol (tongkol), dan penyakit gosong bengkak (tongkol). (tongkol).
03. 03.
Ubi kayu kayu
Tikus (tanaman), babi hutan (tanaman), uret (tanaman), tungau (tanaman), penyakit layu (tanaman), dan busuk bakteri batang (tanaman). (tanaman).
04. 04.
Ubi jalar jalar
Hama boleng (umbi), babi hutan (tanaman), dan virus (tanaman) (tanaman)
05. 05.
Kacang tanah tanah
Tikus (rumpun), babi hutan (rumpun), penyakit virus belang (rumpun), sapu (rumpun), gapong (polong), nematoda layu akar (rumpun), nematoda buncak akar (rumpun), layu bakteri (rumpun), virus mosaik (tanaman), virus kacang bergaris (tanaman), dan virus belang (rumpun). (rumpun).
06. 06.
Kedelai Kedelai
Lalat kacang (tunas), kepik hijau (polong), penggerek polong (polong), kepik coklat (polong), nematoda layu (tanaman), penggerek pucuk (tanaman), tikus (tanaman), pengisap polong (polong), babi hutan (tanaman), penggerek batang (tanaman), nematoda buncak akar (tanaman), penyakit busuk pangkal batang (tanaman), virus mosaik (tanaman), virus mosaik kuning kedelai (tanaman), virus belang samar kacang panjang (tanaman), busuk arang (tanaman), busuk Rhizoctonia (tanaman), virus kerdil (tanaman), virus kacang mosaik kuning (tanaman), dan virus katai (tanaman). (tanaman).
07. 07.
Kacang hijau hijau
Lalat kacang (tunas), kepik hijau (polong), penggerek polong (polong), tikus (polong dan tanaman), babi hutan (tanaman), virus mosaik kacang hijau (tanaman), busuk semai (tunas), nematoda layu akar (tanaman), nematoda buncak akar (tanaman), sapu (tanaman), dan penghisap polong (polong). (polong).
08.
Porang
Penggerek batang, uret (akar dan pangkal batang), busuk batang Sclerotium sp., dan bercak daun Cercospora sp.
b. Kerusakan Tidak Mutlak Kerusakan tidak mutlak adalah kerusakan pada tanaman/
bagian tanaman oleh serangan OPT, tetapi tanaman tersebut masih dapat menghasilkan. men ghasilkan. Pengukuran intensitas kerusakannya menggunakan rumus: I=
∑zi=0 (ni x vi)
ZxN
x100%
Keterangan : = Intensitas serangan (%) I ni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan vi
24
vi = Nilai skala kerusakan contoh ke -i N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati Z = Nilai skala kerusakan tertinggi
Contoh penghitungan intensitas kerusakan OPT yang bersifat tidak mutlak: Tanaman yang terpilih sebagai contoh, diamati kemudian diberi nilai skala berdasarkan gejala kerusakan yang tampak (Lampiran 4). Contoh hasil pengamatan terhadap 10 rumpun pada tabel 4. Tabel 4. Contoh Perhitungan 10 rumpun Kerusakan Tidak Mutlak Rumpun contoh contoh 1
Skala kerusakan kerusakan 5
2
3
3 4
3 7
5 6
1 1
7 8
9 1
9 10
3 5
Intensitas kerusakannya adalah : (3x1) + (3x3) + (2x5) + (1x7) + (1x9) I= x 100% 100% (10x9) 38 x 100% = = 42, 2,2 22% 90
25
Ket : Intensitas ini masuk kategori Berat B erat untuk serangan Penyakit dan Sedang untuk serangan Hama (Tabel 4 dan 5).
Berdasarkan cara pengukuran gejalanya, rumus tersebut dapat digunakan untuk menghitung intensitas kerusakan OPT pada tanaman sebagai berikut : Tabel 5. Intensitas Intens itas Kerusakan Tidak Mutlak Kode Komoditas Komoditas Kode
Kerusakan Tidak Mutlak
01. 01.
Padi Padi
Blas (daun), bakteri hawar daun (daun), hawar pelepah (pelepah daun), bakteri daun bergaris (daun), bercak coklat (daun), bercak daun coklat bergaris (daun), bacterial red stripe (daun), ulat grayak (daun), hama putih (daun), hama putih palsu pa lsu (daun), belalang (daun), ulat daun (daun), wereng batang coklat (rumpun), kepinding tanah (rumpun), lalat daun (daun), dan penyakit bakanae (tunas). (tunas).
02. 02.
Jagung Jagung
Belalang (daun), ulat grayak (daun), penyakit karat (daun), hawar pelepah (pelepah daun), penyakit bercak daun (daun), dan penyakit hawar daun (daun). (daun).
03. 03.
Ubi kayu kayu
Hawar ubi kayu (daun), kudis (daun), antraknose (daun), bercak coklat (daun), dan bercak Phylosticta (daun). (daun).
04. 04.
Ubi jalar jalar
Kudis (daun) (daun)
05. 05.
Kacang tanah tanah
Ulat grayak (daun), pelipat daun (daun), penyakit bercak daun coklat (daun), karat (daun), dan wereng (rumpun). (rumpun).
06. 06.
Kedelai Kedelai
Ulat jengkal (daun), kumbang kedelai (daun), belalang (daun), ulat tanah (daun), ulat grayak (daun), kutu daun (daun), kutu kebul (daun), penggulung daun (daun), kumbang tanah kuning (daun), penyakit bisul bakteri (daun), karat (daun), dan hawar bakteri (daun). (daun).
07. 07.
Kacang hijau hijau
Penggulung daun (daun), bercak daun (daun), kudis (batang, daun, polong), hawar bakteri (daun), bisul bakteri (daun), dan embun tepung (daun). (daun).
08.
Porang
Busuk pangkal batang Rhizoctonia sp., Layu Fusarium sp. , , Antraknosa (daun)
Intensitas serangan OPT dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif. Intensitas serangan kuantitatif dinyatakan dalam persen (%) yang menunjukkan tanaman, bagian tanaman, atau kelompok tanaman terserang, sedangkan intensitas serangan secara kualitatif dinyatakan dalam kategori serangan: Ringan, 26
Sedang, Berat dan Puso. Penetapan kategori serangan seran gan OPT dari intensitas serangan kuantitatif (%) ke intensitas serangan kualitatif (Ringan, Sedang, Berat dan Puso), secara umum dapat menggunakan pedoman pada tabel 6 dan 7. Tabel 6. Kategori Penilaian Intensitas I ntensitas Serangan Hama Kategori Kategori
Tingkat Serangan Pada Tanaman Tanaman
Ringan Ringan
− bila tingkat serangan > AP ≤ 25%
Sedang Sedang
− bila tingkat serangan > 25 ≤ 50% 50%
Berat
− bila tingkat serangan > 50 ≤ 85% 85%
Puso Puso
− bila tingkat serangan > 85% 85%
Ket : AP = Ambang Pengendalian
Tabel 7. Kategori Penilaian Intensitas I ntensitas Serangan Penyakit Kategori Kategori
Tingkat Serangan Pada Tanaman Tanaman
Ringan
− bila tingkat serangan > AP ≤ 10%
Sedang
− bila tingkat serangan > 10 ≤ 25%
Berat
− bila tingkat serangan > 25 ≤ 85%
Puso
− bila tingkat serangan > 85%
Ket : AP = Ambang Pengendalian
27
2. Kerusakan Tanaman Akibat DPI Dampak Perubahan Iklim (DPI) dapat mengakibatkan kerusakan pada pertanaman secara langsung maupun tidak langsung. a. Kerusakan Langsung Kerusakan langsung adalah kerusakan tanaman yang secara langsung terjadi akibat perubahan iklim (banjir, kekeringan) dan bencana alam (banjir bandang, erupsi gunung berapi, tanah longsor, dll) yang dapat mempengaruhi produksi. Penilaian kerusakan langsung pada tanaman akibat DPI dan bencana alam adalah seperti pada tabel 8, 9 dan 10.
Tabel 8. Kategori Penilaian Banjir Kategori Kategori
Terkena Terkena
Tingkat Kerusakan dan Gejala Pada Tanaman Tanaman
Tanaman aman tergenang melebihi pangkal daun produktif − Tan paling bawah dan masih dapat berproduksi berproduksi
− Tanaman tergenang melebihi pangkal daun produktif Puso Puso
paling bawah dan menunjukkan kerusakan fisik sehingga tanaman mati dan/atau tidak dapat berproduksi berproduksi
Keterangan : Puso merupakan bagian dari terkena
Tabel 9. Kategori Penilaian Kekeringan Kategori Kategori
Ringan Ringan Sedang Sedang Berat
Tingkat Kerusakan dan Gejala Pada Tanaman Tanaman
− Kerusakan tanaman ≤25% (tanaman layu dan dan air) kembali normal ketika ada air) − Kerusakan tanaman > 25 ≤50% (ujung daun layu mulai menguning dan bagian pinggiran daun menggulung) menggulung)
− Kerusakan tanaman > 50 ≤ 85% (hampir seluruh seluruh daun layu menguning, menggulung dan tanaman mulai kerdil) kerdil)
− Kerusakan tanaman > 85% sehingga tanaman mati Puso Puso
dan/atau tidak dapat berproduksi (seluruh daun menggulung dan mengering) mengering)
Keterangan : Puso merupakan bagian dari terkena
28
Tabel 10. Kategori Penilaian Dampak Bencana Alam Kategori Kategori
Terkena Terkena Puso Puso
Tingkat Kerusakan dan Gejala Pada Tanaman Tanaman
− Tan Tanaman aman terkena bencana alam dan
menunjukkan kerusakan fisik tetapi masih dapat berproduksi berproduksi
−
Tanaman terkenamati dandan/atau menunjukkan kerusakan fisik sehingga tanaman tidak dapat berpr oduksi berproduksi Keterangan : Puso merupakan bagian dari terkena ter kena
b. Kerusakan Tidak Langsung Langsung Kerusakan tanaman tidak langsung adalah kerusakan tanaman yang terjadi secara tidak langsung akibat dampak perubahan iklim yang dapat menyebabkan gangguan fisiologis tanaman (tanaman tumbuh abnormal). Gangguan fisiologis meliputi :
• Asem-aseman : keracunan keracunan zat Fe karena karena tergenang tergenang air melebihi batas waktu ( > 1 minggu). • Tanaman bergejala merah dan merana karena kar ena pembusukan bahan organik yang belum sempurna selama pengolahan tanah (suhu di sekitar perakaran meningkat akibat proses pembusukan bahan organik). • Tanaman bergejala putih pada daun akibat keracunan zat Na+ dan Cl-. Kadar Na+ dan Cl- meningkat karena salinitas tinggi, khususnya tanaman yang berada di daerah dekat pantai. • Gagal penyerbukan akibat angin/hujan sehingga bulir menjadi hampa. Penilaian kerusakan tanaman berupa gejala gangguan fisiologis seperti pada Tabel 11.
29
Tabel 11. Kategori Penilaian Kerusakan Tidak Langsung Lan gsung Kategori Kategori
Tingkat Kerusakan dan Gejala Pada Tanaman Tanaman
Ringan Ringan
− Kerusakan tanaman ≤ 25% (daun berwarna orange dan bercak coklat c oklat bergaris mulai daun muda sampai daun tua) tua)
− Sedang Sedang
Berat
Kerusakan tanaman > 25 ≤ 50%mulai (daunterhambat berwarna orange, bercak coklat bergaris, rumpun pertumbuhannya (kerdil) perakaran hitam dan menimbulkan bau busuk) busuk)
− Kerusakan tanaman > 50 ≤ 85% ( 85% (rumpun rumpun kerdil, sub bagian daun mulai mengering) mengering)
− Kerusakan tanaman > 85% sehingga tanaman mati dan/atau Puso Puso
tidak dapat berproduksi (sebagian besar daun mengering tanaman menunjukan tanda-tanda mematikan) mematikan)
Keterangan : Puso merupakan bagian dari terkena. Keterangan : Catatan : Catatan : Kerusakan fisiologis bisa memicu timbulnya serangan penyakit. Luas serangan yang dilaporkan adalah gejala fisiologis.
30
IV. PELAPORAN Laporan hasil pengamatan merupakan informasi yang diperlukan untuk menyusun rencana operasional perlindungan tanaman pangan yang meliputi peringatan dini, tindakan korektif, penyempurnaan kegiatan pengamatan, penyediaan sarana pengendalian, dan penyusunan program perlindungan tanaman pangan pada periode berikutnya. Laporan tersebut dibuat secara berjenjang disampaikan ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan secara periodik (lampiran 5). A. Jenis Laporan Laporan Perlindungan Tanaman Pangan terdiri dari 8 (delapan) jenis, yaitu Laporan Harian, Laporan Peringatan Dini, Laporan Setengah Bulanan, Laporan Bulanan, Laporan Musiman, Laporan Tahunan, Laporan Eksplosi dan Laporan Khusu Khusus/Insidentil. s/Insidentil. 1. Laporan Harian Laporan harian merupakan laporan pengamatan serangan OPT/DPI dengan menggunakan aplikasi pelaporan OPT/DPI. 2. Laporan Peringatan Dini Laporan Peringatan Dini
dibuat
pada
saat
terjadi
kecenderungan peningkatan populasi/intensitas serangan/sebaran OPT yang harus segera dikendalikan oleh petani. Laporan tersebut berisi varietas, umur/stadia tanaman, jenis OPT, kepadatan populasi, stadia OPT, intensitas serangan, luas tanaman waspada, luas tanaman terserang dan rekomendasi pengendalian. Apabila ditemukan spot serangan, s erangan, POPT memberikan tanda yang mudah dikenal seperti bendera atau tanda lain yang mudah dikenal dan disepakati di wilayah masing-masing. 31
3. Laporan Setengah Bulanan Laporan Setengah Setengah Bulanan Bulanan adalah laporan h hasil asil pengamatan keliling/patroli dan pengamatan petak tetap serta rekapitulasinya yang disampaikan setiap setengah bulan. Laporan tersebut berisi informasi mengenai lokasi pengamatan; komoditas; luas pertanaman; varietas dan umur tanaman; jenis OPT; luas kerusakan akibat OPT, gangguan fisiologis, bencana alam dan banjir/kekeringan; sisa periode sebelumnya; luas terkendali/surut/pulih; luas pengendalian/ upaya penanganan; intensitas serangan; kepadatan populasi OPT dan musuh alami. 4. Laporan Bulanan Laporan bulanan adalah laporan hasil rekapitulasi tangkapan
lampu perangkap, penggunaan pestisida, stok pestisida, kumulatif luas tambah tanaman padi dan palawija dan unsurunsur iklim yang disampaikan setiap bulan. 5. Laporan Musiman Laporan Musiman dibuat setelah musim tanam berakhir, baik Musim Kemarau (MK) maupun Musim Hujan (MH). Laporan tersebut merupakan rekapitulasi hasil pengamatan selama satu musim tanam yang dirinci perbulan, terdiri dari keadaan
serangan, kumulatif luas tambah serangan OPT/terkena DPI, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT, pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman, unsur-unsur iklim. Selain data-data tersebut, juga dilaporkan tentang penggunaan sarana produksi dan pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT. 6. Laporan Tahunan Laporan Tahunan dibuat setiap akhir tahun anggaran, merupakan evaluasi kegiatan perlindungan tanaman secara
menyeluruh selama satu tahun anggaran. Laporan tersebut 32
antara lain berisi luas tanam, kumulatif luas tambah serangan OPT/ terkena DPI tiap bulan, luas pengendalian, hasil pengamatan petak tetap, unsur-unsur iklim, stok pestisida, keadaan sarana kerja POPT dan LPHP/LAH LPHP/LAH serta hasil-hasil kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan perlindungan tanaman. 7. Laporan Eksplosi Laporan Eksplosi dibuat apabila keadaan populasi atau intensitas serangan OPT berkembang dan menyebar secara cepat, sehingga petani baik perseorangan maupun bersamasama tidak mampu mengatasinya dan memerlukan bantuan pemerintah untuk menanggulanginya. Laporan Eksplosi dibuat oleh POPT dilaporkan secara langsung ke BPTPH dan
ditembuskan kepada koordinator POPT dan LPHP. BPTPH melaporkan ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan ditembuskan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten setempat. Laporan terkini (real time) disampaikan melalui aplikasi berbasis teknologi informasi secara kontinyu sampai kondisi serangan OPT terkendali. 8. Laporan Khusus/Insidentil
Laporan khusus/insidentil yang perlu disampaikan sesuai dengan keperluan pimpinan atau instansi vertikal di atasnya. Laporan khusus/insidentil antara lain dapat berbentuk laporan kegiatan khusus perlindungan, hasil surveillance (OPT dan DPI), penggunaan pestisida dan lain sebagainya.
B. Prosedur dan Tata Laksana Tata laksana pelaporan perlindungan tanaman pangan adalah
sebagai berikut :
33
a. POPT Pelaporan yang dibuat oleh POPT sebagai berikut: a. Laporan Harian (formulir 1.1.a.1) dibuat setiap hari sesuai wilayah penaksiran dan disampaikan kepada pimpinan dan atau instansi vertikal lainnya melalui aplikasi pelaporan OPT/DPI.
b. Laporan Peringatan Dini (formulir 1.1.e) disampaikan kepada mantri tani/KCD/UPTD, PPL, koordinator POPT. c. Laporan Setengah Bulanan (formulir 1.1.b/ 1.1.c/ 1.1.d/ 2.1/ 3.1.a/ 4.1/ 5.1/ 6.1) dikirim paling lambat tanggal 1 dan 16 setiap bulan kepada mantri tani/KCD/UPTD dan koordinator POPT. d. Laporan Bulanan (formulir 7.1/ 8.1/ 10.1) dikirim paling lambat tanggal 1 setiap bulan kepada koordinator POPT/LPHP, Dinas Pertanian Kab/Kota, dan UPTD-BPTPH. U PTD-BPTPH. e. Laporan Khusus/Insidentil OPT/DPI (formular 1.1.f/ 2.4/ 3.4.a). 3.4.a). b. Koordinator POPT Pelaporan yang dibuat oleh Koordinator POPT Kabupaten sebagai berikut : a. Laporan Harian Harian (formulir (formulir 1.2.a.1) 1.2.a.1) dikirim dikirim setiap hari dan
disampaikan kepada pimpinan dan atau instansi vertikal lainnya melalui aplikasi pelaporan OPT/DPI. b. Laporan Setengah Bulanan (formulir 1.2.b/ 2.2/ 3.2.a/ 4.2/ 5.2/ 6.2) dikirim paling lambat tanggal 2 dan 17 setiap bulan kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, LPHP dan UPTD- BPTPH. c. Laporan Bulanan (formulir 7.2/ 8.2) dikirim paling lambat tanggal 2 setiap bulan kepada Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, LPHP dan UPTD-BPTPH. 34
Laporan dari Koordinator POPT dapat ditembuskan kepada instansi terkait lainnya apabila diperlukan. c. LPHP/LAH Pelaporan yang dibuat oleh LPHP/LAH sebagai berikut:
a. Laporan Harian (formulir 1 1.2.a.1) .2.a.1) dikirim setiap hari dan disampaikan kepada pimpinan dan atau instansi vertikal lainnya melalui aplikasi pelaporan OPT/DPI. b. Laporan Setengah Bulanan (formulir 1.2.b/ 2.2/ 3.2.a/ 4.2/ 5.2/ 6.2) dikirimkan paling lambat tanggal 3 dan 18 setiap bulan kepada BPTPH. c. Laporan Bulanan (formulir 7.2/ 8.2/ 10.2) dikirim paling lambat tanggal 3 setiap bulan kepada BPTPH. d. Laporan Musiman dibuat setiap akhir musim tanam dan dikirimkan kepada UPTD-BPTPH. e. Laporan Tahunan merupakan evaluasi kegiatan yang dilakukan selama satu tahun. Laporan dikirim paling lambat bulan Februari kepada UPTD-BPTPH. Laporan dari LPHP/LAH dapat ditembuskan kepada instansi terkait lainnya apabila diperlukan. d. UPTD-BPTPH Pelaporan yang dibuat oleh UPTD-BPTPH sebagai berikut: a. Laporan Harian (formulir 1 1.3.a.1) .3.a.1) dikirim dikirim setiap hari dan disampaikan kepada pimpinan dan atau instansi vertikal lainnya melalui aplikasi pelaporan OPT/DPI. b. Laporan Setengah Bulanan (formulir 1.3.b/ 2.3/ 3.3.a/ 3.3.b/ 4.3/ 5.3) dikirim paling lambat tanggal 4 dan 19 setiap bulan kepada Dinas Pertanian Provinsi dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
35
c. Laporan Bulanan (formulir 9) dikirim paling lambat tanggal 4 setiap bulan kepada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. d. Laporan Musiman dibuat setiap akhir musim tanam dan dikirimkan kepada Dinas Pertanian Provinsi. e. Laporan Tahunan dikirim paling lambat bulan Februari kepada Dinas Pertanian Provinsi dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Laporan dari UPTD-BPTPH dapat ditembuskan kepada instansi terkait lainnya apabila diperlukan.
36
37
Lampiran 1. Kodefikasi jenis tanaman, OPT dan DPI No
1
Jenis Tanaman
Padi
No Kode
1
Jen is OPT dan DPI
Penggerek batang padi (Scirpophaga ( Scirpophaga innotata , S. incertulas , Chilo suppressalis dan Sesamia inferens ).
2
Wereng coklat ((Nilaparvata Nilaparvata lugens Stal)
3
Gan ju r (Orseolia oryzae )
4
T iku s (Rattus rattus argentiventer ). argentiventer ).
5
Ulat gr ayak (Spodoptera mauritia , S. litura dan S. exempta )
6
Hama putih/Hama putih palsu (Nymphula depunctalis/Cnaphalocrocis medicinalis)
7
Walang sangit ((Leptocorisa Leptocorisa oratorius )
8
Kepinding tanah ((Scotinophara Scotinophara vermiculata , S. coarctata , S. lurida )
9
Babi hutan ((Sus Sus scrofa L., S. barbadus , S. verrucosus )
10
Burung (bu rung pipit = Munia leucogastroides , burung manyar = Ploceus spp)
11
Blas ((Magnaporthe Magnaporthe oryzae )
12
Hawar pelepah ((Rhizoctonia Rhizoctonia solani )
13
Bercak daun coklat (Cochliobolus m iyabeanus = Drechslera oryzae = Bipolaris oryzae)
14
Bakteri hawar daun/BLB/Kresek ( Xanthomon Xanthomon as campestris pv. oryzae )
15
virus) rus) Tungro ( vi
16
Kerdil rumput (virus)
17
Kerdil kuning (organisme menyerupai mikoplasma = MLO)
18
Daun jingga (organisme menyerupai mikoplasma = MLO )
19
Kerdil hampa (virus)
20
Bercak daun cokla coklatt bergaris (Cercospora ( Cercospora janseana = Cercospora oryzae )
21
Lalat daun ((Hydrellia Hydrellia philippina )
22
Nematoda ((Meloidogyne Meloidogyne graminicola , Hirschmanniella oryzae , dll.)
23
Lapuk daun ((Gerlachia Gerlachia oryzae )
24
Bacterial Red Stripe (BRS) (Pseudomonas sp. ) )
25
Belalang (Locusta migratoria, Oxya spp. dll)
26
Uret/Lundi ((Leucopholis Leucopholis rorida , Phyllophaga ( (Holotrichia Holotrichia ) helleri )
27
Orong-orong/anjing tanah ((Gryllotalpa Gryllotalpa sp.)
28
Siput murbei ((Pomacea Pomacea caniculata )
29
Noda palsu ((Ustilaginoidea Ustilaginoidea virens )
30
Gajah ((Elephas Elephas maximus )
31
Bakanae Bakanae (Fusarium (Fusarium moniliforme)
32
Bakt Bakteri eri daun bergaris ( Xanthomon Xanthomon as campestris pv. oryzicola )
33
Kembang api (Balansia oryzae = Ephelis oryzae)
34
Ulat pemotong malai ((Mythimna Mythimna separata )
35
Trips ((Stencha Stenchaetothrips etothrips bifermis )
36
Fisiologis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik)
98
Bencana banjir
99
Bencana kekeringa kekeringan n
38
1. Lanjutan Lampiran 1. No
2
3
Jenis Tanaman
Jagu n g
Ubi Kayu
No Kod e
Jeni s OPT d an DPI
1
Lalat bibit (Atherigona exigua, A. oryzae, A. orientalis)
2
Penggerek batang (Ostrinia (Ostrinia furnacalis )
3
Kumbang landak (Dactylispa ( Dactylispa balyi (= discoidalis )
4
Tikus (Rattus (Rattus rattus argentiventer ) argentiventer )
5
Penyakit karat (Puccinia ( Puccinia polysora )
6
Penyakit bulai (Peronosclerospora bulai (Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis )
7
Penyakit gosong bengkak (Ustilago (Ustilago maydis )
8
Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia (Rhizoctonia zeae )
9
Babi hutan (Sus hutan (Sus spp.)
10
Burung (bu rung pipit, burun g manyar)
11
Penyakit nematoda layu akar ( Pratylenchus ( Pratylenchus sp.) sp.)
12
Penggerek tongkol (Heliothis (Heliothis armigera )
13
Uret (Phyllophaga (Phyllophaga (= Holotrichia Holotrichia)) helleri )
14
Ulat tanah ( Agrotis Agrotis sp.)
15
Penyakit hawar daun (Bipolaris (Bipolaris maydis )
16 17
Wereng jagung (Peregrinus ( Peregrinus maydis , Stenocranus pacificus ) Belalang (Locusta (Locusta sp., Patanga sp. Valanga spp.)
18
Ulat grayak (Spodoptera (Spodoptera spp.)
19
Penyakit busuk tongkol (Rhizoctonia zeae, Diplodia zeae, Fusarium moniliforme dan Gibberella roseum)
36
Fisiologis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik)
98
Bencana banjir
99
Bencana kekeringan
1
Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus)
2
Penyakit hawar bakteri ( Xanthom Xanthom onas campestris pv. pv.manihotis manihotis )
3
Penyakit layu layu ub i kayu (Pseudomonas (Pseudomonas solanacearum )
4
Tikus
5
Antraknosa (Colle (Colletotrichum totrichum manihotis )
6
Bercak coklat (Cercospora henningsii = C. cassavae cassavae = C.manihotis)
7
Penyakit busuk bakteri batang (Erwinia ( Erwinia carotovora pv zeae)
8
Bercak daun (Phylosticta manihoticola Sydow)
9
Babi hutan
10
Penyakit kudis (Spaceloma ( Spaceloma manihoticola )
11
Busuk Batang (Botryodiplodia ( Botryodiplodia theobromae )
12
Uret (Leucopholis (Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri )
36
Fisiologis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik)
98
Bencana banjir
99 Bencana kekeringan
39
Lanjutan Lampiran 1. No
4
5
Jenis Tanaman
Ub i Jalar
Kac an g Tan ah
No Kod e
Jeni s OPT d an D PI
1
Hama boleng ((Cyla Cylas s f ormicarius )
2
Penggerek batang dan umbi ((Omphisa Omphisa anastomosalis )
3
Bercak cincin, mosaik (Virus)
4
Penyakit kudis daun Sphaceloma batatas/Elsinoe batatas
5
Bercak alternaria ( Alternaria Alternaria spp)
6
Busuk hitam ((Botryodiplodia Botryodiplodia spp)
7
Bercak daun coklat (Cercospora bataticola, C. timorensis)
8
Busuk umbi /lunak (Rhizopus spp.)
9
Babi hutan
10
Pengorok daun Bedellia annuligera Meyr
11
tuberculata Ol. Kumbang Oncocephala tuberculata
12
Ulat keket Agrius convolvuli
13
Ulat grayak Spodoptera litura Fabr.
14
Kepik Aspidomorp Aspidomorp ha miliaris ; A. elevata elevata F; F; A. A. amabilis Boh; Metriona catenata Boh; Kepik Chassida obtusata Boh.
15
Kumbang daun Colaspoma sp.
16
Penggulung daun Tabidia aculealis Wkl.
17
Aphis gossypii G Kutu daun daun Aphis
18
Thrips sp.
19
Tungau merah Tetranychus martianae M.
20
Tikus
21
Layu Fusarium Fusarium oxysporum, F. Batatas
36
Fisiologis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik)
98
Bencana banjir
99
Bencana kekeringan
1
Wereng daun (Amrasca = Empoasca spp.)
2
Pengorok daun ((Biloba Biloba subsecivella )
3
Penyakit nematoda layu akar ((Pratylenchus Pratylenchus sp)
4
Tikus
5 6
Penyakit karat daun ((Puccinia Puccinia arachidis ) (Cercosporidium poridium personatum (= (=Cercospora Cercospora personata ) dan C. Bercak daun coklat (Cercos arachidi cola )
7
virus rus b elang (Peanu t Mottle Mottle Virus = PMV) Penyakit vi
8
Penyakit virus mosaik (virus)
9
Babi hutan
10
Nematoda buncak akar ((Meloidogyne Meloidogyne sp) sp)
11
Penggulung daun ((Lamprosema Lamprosema sp./ sp./ Adoxophyes Adoxophyes sp.)
12
Ulat grayak ((Spodoptera Spodoptera litura )
13
Penyakit sapu (MLO)
14
Penyakit gapong (Aspergillus sp. dan Penicillium sp)
15
Penyakit layu bakteri ((Pseudomonas Pseudomonas solanacearum )
16
Penyakit virus kacang bergaris (Peanut Stripe Virus = PStV)
36
Fisilogis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik)
98
Bencana banjir
99
Bencana kekeringan
40
1. Lanjutan Lampiran 1. No
6
Jenis Tanaman
Kedelai
No Kod e
Jeni s OPT d an DPI
1
Kepik (Piezodorus (Piezodorus rubrofasciatus , P. hybneri )
2
Penggerek polong (Etiella ( Etiella zinckenella )
3
Ulat tanah ( Agrothis Agrothis sp.)
4
Tikus
5
Pengisap polong (Riptortus (Riptortus linearis )
6
Lalat kacang (Ophyiomya (Ophyiomya phaseoli )
7
Kepik hijau (Nezara (Nezara viridula )
8
Ulat grayak (Spodopteralitur (Spodopteralitur a) a)
9
Babi hutan
10
Kumbang kedelai (Phaedonia (Phaedonia inclus a)
11
Kutu daun ( Aphis Aphis gossypii )
12
Kumbang tanah kuning (Longitarsus ( Longitarsus suturillinus )
13
Kutu kebul (Bemisia (Bemisia tabaci )
14
Penggerek pucuk (Melanagromyza ( Melanagromyza dolichostigma )
15
Penggerek batang (Melanagromyza (Melanagromyza sojae )
16 17
Penggulung daun (Lamprosema (Lamprosema indicata ) Penyakit nematoda layu akar (Pratylenchus ( Pratylenchus sp.)
18
Nematoda buncak akar (Meloidogyne ( Meloidogyne sp.) sp.)
19
Hawar bakteri (Pseudomonas ( Pseudomonas syringae )
20 21
Virus mosaik kuning kedelai (Soybean Yellow Mosaic Virus = SYMV) ( Rhizoctonia bataticola, Sclerotium bataticola, Botyodiplodia Penyakit busuk arang (Rhizoctonia phaseoli, Macrophom ina phaseoli )
22
Penyakit karat (Phakopsora ( Phakopsora pachyrhizi )
23
Penyakit Virus Mozaik (Soybean Mozaic Virus, SMV)
24
Penyakit Kerdil (Soybean Stunt Virus, SSV)
25
Virus Kacang Mozaik Kuning (Bean Yellow Mozaic Virus (BYMV)
26
Bisul bakteri ( Xanthom Xanthom onas campestris )
27
Penyakit hawar Rhizoctonia , busuk polong, rebah kecambah (Rhizoctonia ( Rhizoctonia solani )
28
Penyakit busuk pangkal batang (Sclerotium rolfsii)
29
Penyakit virus belang samar kacang tunggak (Cowpea Mild Mottle Virus = CMMV)
30
Ulat jengkal (Chrysodeixis (Chrysodeixis (= Plusia ) chalcites )
31
Ulat buah (Heliothis (Heliothis armigera )
32
Tungau merah (Tetranychus ( Tetranychus cinnabarinus )
33
Busuk akar (Macrophomina (Macrophomina phaseol phaseolina ina )
34
Belalang (Locusta (Locusta sp.) sp.)
35
Pengorok daun (Biloba subsecivella)
36
Fisiologis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik)
98
Bencana banjir
99 Bencana kekeringan
41
1. Lanjutan Lampiran 1. No
7
Jenis Tanaman
Kacang Hij au
No Kode
1 2
8
Por an g
Jen i s OPT d an D PI
Penggerek polong (Maruca (Maruca testulalis , Etiella sp.) Penyakit Mildew (Spaerotheca fuligi fuliginea nea d an Erysiphe Penyakit embun tepung/Powdery Mildew polygoni )
3
Penyakit Penyakit bercak daun (Cercospora canescens) canescens )
4
Tikus
5
Penyakit virus mosaik kacang hijau (Mungbean (Mungbean Mosaic Virus )
6
Nematoda buncak akar (Meloidogyne (Meloidogyne spp.) spp.)
7
Hawar sclerotium (Sclero (Sclerotium tium rolfsii )
8
Hawar bakteri (Pseudomonas (Pseudomonas syringae )
9
Babi hutan
10
Kudis ((Elsinoe Elsinoe iwatae Kajiwaa et al.)
11
Penyakit sapu (MLO)
12
Penyakit nematoda layu akar ((Pratylenchus Pratylenchus sp.)
13
Bisul bakteri ( Xantho Xantho monas campestri s )
14
Lalat kacang ((Ophyiomia Ophyiomia phaseoli = = Agromyza Agromyza phaseoli )
15
Lamprosema indicata ) Penggulung daun ((Lamprosema
16
Kepik hijau ((Nezara Nezara viridula )
17
Pengisa Pengisap p polong (Riptortus linearis )
18
Wereng daun (Emp oasca spp.) spp.)
19
Rebah semai ((Pythium Pythium sp.)
20
Ulat grayak ((Spodoptera Spodoptera litura )
36
Fisiologis
37
Lain-lain Lain-lain (sebutkan secara spesifik )
98
Bencana banjir
99
Bencana kekeringan
1 2
Penggerek batang Uret
3
Ulat tanduk (Theretra (Theretra oldenlandiae) oldenlandiae )
4
Ulat hijau hijau daun (Hippotion celerio )
5
Ulat daun (Hypolimnas (Hypolimnas bolina nerina )
6
Belalang kayu (Valanga (Valanga nigricornis )
7
Ulat daun (Pergesa (Pergesa acteus) acteus )
8
Babi hutan
9
Layu Fusarium sp.
10
Busuk pangkal batang Rhizoctonia sp.
11
Busuk batang Sclerotium sp.
12
Bercak daun Cercospora sp.
42
Lanjutan Lampiran 1. No
8
Jenis Tanaman
Porang
No Kode
Jenis OPT dan DPI
13
Hawar daun Helminthosporium sp.
14
Antraknosa ((Colletotrichum Colletotrichum sp.)
15
Busuk lunak Erwinia sp.
16 17
Konjac Mozaic Virus
18
Nematoda
36
Fisiologis
37
Lain-lain (sebutkan secara spesifik )
98
Bencana banjir
99
Bencana kekeringan
Dasheen Mozaic Virus
43
Lampiran 2. Jenis-jenis musuh alami efektif dan OPT sasarannya OPT Sasaran No
I.
Jenis musuh alami WBC
WPP
WH J
WZG
PB
GJR
WS
HP
H PP
UD
KT
LLT
KP K
BLLG
APH
UT
Amauromorpha accepta metatorica
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Anagrus flaveolus
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Anagrus obtabilis
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Charops brachyterum
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
Copidosomopsis nacoleiae
-
-
-
-
+
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
Cotesia (= Apanteles) angustibasis
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
Cotesia (= Apanteles) flavipes
-
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
Elasmus sp.
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
Gonatocerus spp.
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Haplogonatopus apicalis
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Itoplectis narangae
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Macrosentrus philipp philippinensis inensis
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
Neanastatus oryzae
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Oligosita aesopi
+
+
+
-
+
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
Oligosita naias
+
+
+
-
+
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
Opius sp.
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
Platygaster oryzae
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pseudogonatopus plavifemur
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pseudogonatopus nupus
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Psix locunatus
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
Snellenius (= Microptilis) manilae
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Telenomus cyrus
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
Telenomus rowani
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Temolucha philippinensis
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
Tetrastichus schoenobii
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Trichogramma japonicum
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Trichoma cn aphaloc aphalochrosis hrosis
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
Trichomalopsis apantelociena
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Xanthopimpla flavolineata flavolineata
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
PARASIT A. Hymenoptera
44
Lanjutan Lampiran 2 OPT Sasaran No Jenis musuh alami
WBC
W PP WP
W HJ WH
W ZG WZ
PB
GJR
WS
HP
HPP
UD
KT
LLT
KPK
BLLG BL
APH AP
UT
Argyrophyla Argyrop hylax x nigrotibilis nigrotibilis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pipunculus java javanensis nensis
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pipunculus mutillatus
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tomosvaryella oryzaetora
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
+
+
+
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
+
+
-
-
+
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
+
+
+
-
+
-
-
+
+
-
-
+
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
+
+
-
-
+
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
B. Diptera
C. Streps Strepsiptera iptera Elenchus yasumatsui
II.
PREDATOR A. Coleopter Coleoptera a Coccinella sp.
Harmonia octomaculata
Menochilus sexmaculatus Micraspis sp.
Ophionea indicata O. ishii ishii
Paederus fuscipes
Synharmonia octomaculata
B. Orthopter Orthoptera a Anaxia longipennis longipennis
Conocephalus longipennis
+
C. Hemipter Hemiptera a Cyrtorhinus livi lividipe dipennis nnis Limnogonus spp.
Mesovelia vittigera Microvelia douglasi atrolineata
+
D. Aranae Araneus inustus
Argiope Argiop e catenulata
Atypena (= Callitrichi Callitrichia) a) formasana Lycosa pseudoannulata Oxyopes javanes Tetragnatha maxillosa
45
Lanjutan Lampiran 2. OPT Sasaran No Jenis musuh alami
WBC
WPP WP
WHJ WH
WZG WZ
PB
GJR
WS
HP
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
+
+
+
+
-
-
+
+
+
+
-
-
+
+
+
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
Granulosis viruses
-
-
-
-
Nuclear polyhedrosis viruses
-
-
-
-
HPP
UD
KT
LLT
KPK
BLLG BL
APH AP
UT
+ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
E. Odonata Agriocne Agri ocnemis mis pygm pygmaea aea
A. femina femina femina femina
+
F. Dermaptera Euborellia stalli
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
+
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
G. Hyme Hymenoptera noptera Panstenon sp.
Solenopsis geminata
III. PATOGEN A. Cen Cendawan dawan 1 Moniliales Beauveria bassiana
Hirsutella citriformis
Metarhizium anisopliae M. flavorida flavoridae e
Nomuraea rileyi
+
2 Ehthomopthorales Enthomophthora sp.
B. Vi Viru rus s
Keterangan : WBC WPP WHJ WZG PB
: Wereng batang coklat
WS
: Walang sangit
KPK
: Kepik
: Wereng punggung putih
HP
: Hama putih
BLLG
: Belalang
: Wereng hijau
HPP
: Hama putih palsu
APH
: Aphis
: Wereng zigzag
UD
: Ulat daun
UT
: Ulat tanah
: Penggerek batang
KT
: Kepinding tanah
+
: telah diketahui sebagai musuh alami
: Ganjur
LLT
: Lalat (Hydrellia Hydrellia))
-
: tidak/belum diketahui sebagai musuh alami
GJR
46
a s j i a t w i s a n e l a t P n n I a d n i a l d i a a P d n n a e g m n e a P n a g T n a a d b a m p A i s T P a l O i u p m o o P n o k E g n a b m A / n a i l a T P d n e O n g a n d e n P a g m n a a n b t m a s A i . n 3 e n J a r i p . m o a N L
a y g n a n h u t n a n n a k a g k u r k a a n e t l i a , % d n a m a 0 l n n a i g n 1 a > a a r t e ( p d s e n a d t e d n g o u ) u n p s m m s e t p n u n , o s p a m a g a t s m i s n e a a k a n a r i r d a e a a T m S v p 2 ) m m u r e m i p s r k u a l e m t n k a o k a p m n a o l , e m k a 3 , n a 0 t ( ≥ a r d u l u e t m k n o a p m m a o n l a e T k
> a r r e e ) d p a n k g e a n b s u n u r b r u a n e d u b a a d a i d d 0 1 r p a o , n m a % i g 5 r p n 2 ( a > a r e u k t s a s n s a u t n i r u a s m n p a n u m n e % a u a t 5 n D r T I 4
n ) a a m a s g n a n u n b a u t , r e n t r e b - u p p a i m r d u o r k r o / e m r o t 1 i s r k ≥ ( p e h n C a 0 0 u B u 1 4 p W t > > m u i i r s r s n a u / a m r a m l l o u a u u k p n p r e o a o e p T p b 5
r ) e C k l r e B a k l r W W a r . e ( e t l W s k a k l a l t a a a a l S l k u t a o W W C s g t t r n s s n e o l i e a g n n g t c a n n n e a i i s u a r l s b a a e f t e a a r k g g n B t p a e a i a r h h p a g v e r u p p i n A s g o a o I e m g p p p o r l D M n i a r r a i e i s l A A i e c c h e P H P S S C S W N
I A 1
2
47
e e n e u G
e t e n t n a e r t u s a s i h v i i G l t r D u o s i a n s l p i H n a d g a t e e c u c n r s s n m u f e u l e g s a r i i p u i g c p c v e a r n o j x u u h d h i i i i f t t c a u r H t p a u l t l l g e g u p o l p a h n t n o e e a p a h t e h r p r a m m m p e e e g a y a a n o H N H C W N W S 3
4
5
6
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A
% 5 1 r l ≥ s i a u n n t b a a a i k g u s n a n t n a e i n a n t s a n i , r g % e a I n 5 ) m s m a s a a e > t a a n i n n g ( p n a t T r a u i ( s g n n b l a t e u r u n d n a e b a r u I d b - n e s m m n i a a g s n u a d a a m k r n t a ) i a o t i m s s n s a k u i m a e n e n a r r m n t a e p e a n T m k ( P p I
< i s a t n i a s k a a r n a p a , t a m k a g n i n a t t , ( a % d 0 u ) 1 m m > n u n a m a g m i s n a k % n a a a r e 0 T m S 5 i ) d ) a m n p u e i r i m n l s a u k p b a r t i l a m u a b s n a n a k i a a a n s d p a i , , g 2 n m e m a % p / n 5 ( r a ≥ r o s t i l k ( r a j u e a u d b 0 r e u n n 1 g a a > n m g g i e n n n s m a a a l a g t a u m m n a u n a m p l e o e a r P P b T e s
i s a l u p o P
T P O n a d n a m a n a t s i n e J
. 3 n a r i p m a L n a t u j . n a o L N
e e n e u G a k i a t i y r a r u g a / m a r a a r e t n t e p o I A t d D M t a o A A l p P H U S I A 7
r e k l a W a t a r a p e s a n m i h t y M
s u i c i r b a F s u i r o t a t i r g o n a a x s i g r o n c o a l t a p e W L 8
48
n o s a M d o o W e a z y r o a r i l u j o n e a s r G O 9
) m u m i s k a m n a k a n n a , u p m m a u n r a t ( r e a p d o u g m a m n i a / m r o a k n e a T 5
. k s r s B r e u a t c r i s e i r l e e s b h m i a F ) r n a u r n i a B o h t i c e c s i a t i l t i l S r a c t l a a a p a o t r i r h r l a s n a t o a o u o g H i e m u b a n c i a t t x ( g r i e a m r a e o n h m g t r e i a i a t a d g o a / k g h s n n a r l p i j n p i i o g m i b o o i h c a a d o b i n t u p g l t b u g a n s n o k l i i t r / o i e l n l t l a u t e l a e y o y p a l c p o l r e o e c a h t r h r r e a B L K S L A U P O G K P 0 1
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A
s a t i s n e t n i n a g n e d n a n g a r e s n a k u m e t i d % a 1 l i B >
% 1 > i r e t k a b n u a d r a w a h a l a j e g
1 m a l a d i d a p n u p m u r 2 ≥ o r g n u n t a a k l a a t j e e g p
i s a l u p o P
s o l K & . b o R r e t n e v i t n e g r a A I s s u u t D M k t A A i a P H T R
g n a t e a b a z y k r u o s k . u c v l r b p e a n s m h s a i a a S n r d h t m L e s n u i e g a m K r u p n t g s r e a i t m f o o l a e n a d u n k e l i a m e t . e a l a a k u i s z h l b c i a u n i c e t / t y a o p i i r s c t r s a o p i e n p g l o e a r n / a v a s a b k n s l u m T n a i a r c a f I i o e n a o u a r r u a t a c K e p t o d m F m a k l u o g r l u o A m e r u r o r i s c h n c r u a h a a h a t a i c Y h r r g u c c c w o t c N s i u m b s z r w w r e a i a n a a n s u n E l s r a p a e r u i o u o y h a u S P B S B L P B P B D H R H X H F T
t u p m u r l i d r e K
I A 6 1
7 8 9 B 0 1 1 1 2
6 2
T P O n a d n . 3 a n m a a n r a i t p s m i a n e L J
n a t u j n a L
. o N
49
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
s a t i s
g n a r e s r e t g n o l o p % 5 , 2 >
n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A i s a l u p o P
. 3 n a r i p m a L n a t u j n a L
T P O n a d n a m a n a t s i n e J . o N
i t a m k u c u p % 5 , 2 >
n u p m u r 0 1 r e p o g a m i r o k e 1
n u p m u r 0 1 r e p r o k e 1 >
a l o c i z y r
-
n a g n a r e s a l a j e / g r e b m u s a d a s n u a r d i v t u i t k u a k y a d n e A p
-
n a g n a r e s a l a j e / g r e b m u s a d a s n u a r d i v t u i t k u a k y a d n e A p
f i t k e r k o n a k a d n i t : % 5 , 2 >
n u p m u r / r o k e 2
)
) s i r i a l a l e o u e n s d i s i l u a r t i s h a s V u p i i t c r a r a i a o r y y r t f s i t a r t e t e z a e o p m p i e c r i k n b R i a a o g N u b i a m a s l n ( P y u ( h l b a e t o u u h r a e l p c u l i o i s l d c d s s c a s o e a a r j j k i u e u a p a a n k i P i i r r o k i l b g n n p T g H m H o n p o u a I a r o I C g a y a i d t d s a u b c k k K h e m A k n i s i o n o a o i e a i p p z z p a o d g k i a k b o A l L i n h E A h e e e e s b d I Y d i e i t i P s i u u K K P D N r u t D M g m e t h t m l a K n n a A E e a a E A e . . u h u p u e a . P P K D X K H P a b c K P K A K B L o . v p
8 I B 7 2 2
I I A 1
50
2
3
4
5
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A i
f i t k e r k o n a k a d n i t : % 5 , 2 >
s a l u p o P n u p m u r / t a l u 2
T P O n a d n a m a n a t s i n e J
. 3 n a r i p m a L n a t u j . n o a L N
-
r u l e t k o p m o l e k 2 f ) i u t a a t t a e g n e v u ( p n m u u r p / m u 3 r r 0 a t s 0 1 n i r e 2 p
-
r u l e t k o p m o l e k 4 f ) i t u a a t r e a n n e g u ( p n m u u r p / m u 3 r r 0 a t s 0 1 n i r e 3 p
n u p m u r / t a l u 0 3
0 1 / 2 r a n t s u n i p 5 m 1 u r u a t 0 a 1 / n 3 u r p a t m s u n i r 0 0 1 1 / u a t 1 r a a n t s u n i p 0 m 5 u r
-
-
r a r r r t s u l u u l n l i e e t t e , t 0 f k k k i 2 t o o o u a p p p t a t e m m m a g o l o o ) e l i l j 2 v e e e i k k t 2 4 k b r a n t a 7 a s s u u u d a i a t a t a g n d a a t a n 0 a 2 n n n l p o u u u o 1 ( p p p p u n m m m n a t u p u u a a m r r u r / / / h 1 - u u r r 3 3 3 b a t r r r 0 s 1 a a a m t u n t i r s t s t s r e n n 0 i i n e i p 0 p 2 3 6 ( 2 3
) i j i b n a d g n o l o p n a h u b m u t r e p n a d f i t a r e n e g
a r u t i p L s n a ) l a u l a i e n a a a v n t a i r d e a c e g a d m c k e g n i i o n l o o l s a b d r o l l r H e i u m l a n P e u i o r o n d p g v s = i a p e n ( p k o c x g a s n p i k s s a s k c b n m e e b r s a a I e e h p n e u y p r y r o e i s u s l r t a A h / e i t a z h s u o t p u v L A e p h r p r g g a o a a a t o E o b c o g o l l p g g l l p b x d i o m t i l i t D M n e e n m o l i a l a o E A e i l e e l e a d e l i o t t t p K H P E E P L A P B S U H H U S
s e t i c l a s h c e t i l s c a i l k x i a g e h c n d e a j o s i t y c r a u l h l U C P
I I A 6
0 1
7
8
51
9
n a i l a d n e g n e P g n a b m A
s a t i s n e t n I
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
i s a l u p o P
) i j n i u b p n a ) m d f i u t r g a n t o e 0 l g 1 o e r p e v ( p n n a - h u 3 u p r a b t m s m u n u r i t 0 0 r 1 1 e r r p e e n p p a d 1 2 f r r i a t a t a t s s r n e n i i n 0 0 e g 5 5 (
-
-
-
-
-
-
-
-
T P O n a d n a m a n a t s i n I e J A
. 3 n a r i p m a L n a t u j . n o a L N
a r e g i m r h a s a i L A u h b t E o D M t l a i E A l e K H U H I I A 1 1
g s n u i n n l u i i k r u h t a u n s a s t g u s n r a a t b i m g u n o K L
k u c u p k e r e g g n e P
2 1
3 1
a m g i t s o h c i l o d g n a a t z y a m b k o r e g r o e n g a g l a n e M P 4 1
m u t a c n u r t r a v m u i e t g e n a a a a g j t m n o a i i s e b r i d l s y a i f s z l a r m k o e s i y u g r t a r m T a k n e s h o c n I m a o t r K o i a r p i u b m k g n t a o A k r o b o k t n Y a t o a d u r a N t r l e u u y l s e l l a E n o u c w a e s a M P A C B S H P L
52
B 1
2
3
4
m u r a e c r a a n k a a p l s o s u y s a s u a l h n a c o d n n m t e o o l a d y t u m a e s e r P N P 5
r a k a k a c p n s u b e a n d y o g o t a d i o m l e e N M 6
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A
-
-
n a d
i c a b a g t n a a i s r i e
i s a l u p o P
T P O n a d n a . 3 m a n n a a r t i s p i m n e a J
L n a t u . j a o L N
s
m e e r B t
r n o a t k m e a v n a i t s / a l i s u k p e o f n p i a r d e a b a l i m u B s
n a d
s e g n n a i r c v e l s G . t r e A
-
-
-
-
n a d s i t a t e g e v ( % 0 2 > n a g n a r e s s ) i a f t i t s a n r e e n t n e I g
-
-
-
-
-
-
-
-
-
n a d
s e g n n a i r c v e l s G . t r e A
r n r n o a t o a t m k m k e a e a v n v n a i a i t s / s t a a / i l i s l s u k u k p e p e o f o f n p i n p i a r a r d e d e a b a b a a m l l i m u i u B s B s
-
k h a ) a n / ) g b a K V g / e e ) n ) u r , b M y K V T g M Y S K T o ( n V M B S ( s g o l / i u n M V ( ) ) o a i a C r p V / c ( h ) / ) ) K l ) e a k a D K V M d V s a V K t s S V e k K i u n n S t S u K a i i i r s r t l l l a P K ( V S ( k i r l i ( t a u o o o s ( i a V g ( V s e e a c o i ( u i s l a ) g z e e b m l s s , o m l e n s s z r u n i c p a u V o i i i a a e i a u l i r a a i t a i a r l V e i d M n M i c t h h h h s r m t c i n r n a p p r p e f d V e S u w t t o a o a V d y a o e a a a a h c t l p e t k ( k o a t T M k s e r i o a k n k s k l m s i i s c i b n a n a s l g g a i e k i i l t d l p r a o u y g d u a u a e n b x w i l r m i n i z p i D o a e i n r e T n o m m i r l i d S s i s Y t a a a a a a I t o I a ) M l S t i i o d r k h h n k o a r u i p h r l o o V s K e n n n e a o a h u m A a e e a n a m R b d p k o a t b t k a k a m k m a k o t u L A B T p b o o r i o e K t c k p F i u e e e o o t r o E Y s T p s n s b s b s a s b u o e y r a h l a r m o u r r c r k u a u y u y u z u y s i u t l a D N u B w u z z c s w a t a n i y r r r r r s e c r V o i e i o i o i o i o u h c o a a h i a a e h u a a s E E i u K P V ( C V P V S V S V M V S B R S B M K P B X H k R B M L F I I B 7
8
9
0 1
1 1
2 1
53
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A
i s a l u p o P
T P O n a d n . 3 a n m a a r n a i p t s m i a n e L J
n a t u j n a L
k k k a s s a s a u u r r u r g g g n n n o l o l o l o o o p p p % % % 5 , 5 , 5 , 2 2 2 > > >
-
a l a j e g / r e b m u s a d n n n a s u u u u n i p p p a r v m m m d t i u r u r u r i s k a a 0 0 0 l y 1 1 1 u n e r r r p e e e o p p p p p n r r r a a o o o d g k k k a n e e e a a i r 2 2 2 l > > > B e s
a l a j e g / r e b m u s a d s a u r n i a v d t i i s k a a l y u n p e o p p n a a d g a n a a l i r B e s
t e n a m a n a t : % 5 , 2 >
g n a r e s r e t g n o l o p : % 5 , 2 >
) f i ) f t i t a r a e t e n g e g e ( v ( k k a s a s u r u r n n u a u d a d % % 5 , 5 2 2 1 > >
n u p m u r 0 3 / t a l a l r o k e 2 >
) f i t a r e n e g n a d f i t a t e g e v ( n u p m u r / r o k e 2
) f i t a r e n e g n a d f i t a t e g e v ( n u p m u r / r o k e 3
g n a r e s r
) ) f f i i t ) ) f a i f t i t r t a r a e t a e t n e e e n g g g e g e ( e ( v v ( k k a ( k a s k s a a u s r s u r u r n u r n u n u a n a u d u d a a d % d % % 5 , % 5 , 5 2 5 2 2 1 2 1 > > > >
-
n u p -
m u u n n u n u n r n p u p p u 0 3 m p m m p / u m u u m r r r 1 u u r 0 r 0 0 r a 3 0 1 1 0 t 1 / / 1 s / / 1 2 / n 2 i r 3 r r 3 k t a r t a t a r o s t a s s t a p i n s i n i n s n n m 0 i i 0 0 o l 8 5 0 2 0 e k 1 1 2 1 2 2 > > > > >
) ) y a r g e n n b y ) b u h s r i s r u ) u a g a r e l u i s o u d i n g l d l g l a i s r o n u z i e u e v i t p t s a a P r a ( t e r ( o r t a e i t g a n i l g a t c g p i a o n n z i c u d c e e a o U o m s l u a i l r u R i ( N r A a o r d n p o c o ( P s J t a h a v g a p a I P u u l i a g l p s n b a c p k M H n m e p j a j a k n c u t a a p s a , e h e y u a i i u c r b o a a y r p l s h a p G a i s e a r e s s H H C d c k i a k o e u p u v N A i n r m s h k g g s a o o k k a b A i t l s s p i i i o p g g g l x m p i t i c u i t u a i C M n p p p t e l n n o l h m i r a e A A e e e e u p u e a h e i d o r h l t e m p a K H P K K K K A K B L o P E P L A H T T U H
. o I I A 1 N I
2
3
4
54
5
6
7
8
p p s s i h t o i l e H
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A i s a l u p o P
) s i n a k e m (
) s i n a k e m (
) s i n a k e
n a g n a r e s a l a j e g a d A
n a g n a r e s a l a j e g a d A
( m n a g n a r e s a d a a l i B
-
-
a r o v i c c a r c . A
a i l e s i m / a f i h i p u t u t r e t n u a d % 0 2 >
k a c r e b i p u t u t r e t n u a d % 0 2 >
a l a j e g n a k u j n u n e m n u a d % 0 2 >
-
-
-
-
) s i n a k e m (
-
-
n a g n a r e s a l a j e g a d A
r o t k e v a d A
. 3 n a r i p m a L n a t u j n a L
T P O n a d n a m a n a t s i n e J . o N
) / ) H ) V ) K B K V M M M V ( V M Y s B u M ( i ( c a s j s n a i u r u H u r o s i B r e i V ) g V p a g n s O n g c e n i o L a n c i i c i i c c a a i s n i n r i s r M a s o u e s K y ( a n e U l f i s n g l o c o K e r A o u M k n g i s u o k s J a e i n a c p M I a a y r i a l u t t i a a w u a o k n p a a i a H T n l m s a l s o I m a r s p a o e n e t o w t l t e d o o G K s o i u i b i e i e m p t k k M n h k s N A h c a t e b r M o Y a s a d a s g n s u p A Y a o y o o i i o y r c n b s c n C N b z u u d w u e r i n i n a y r e r u r s a A E e h i e u e l e m e i E E r B C e K l s c V M B V H P K P R R P S E P I I I B 1
2
3
55
4
5
6
7
a l a ) s j e i g n a n k a e k m u ( j n a n u n g e n m a r n e u s a a d l a j % e 0 g a 2 d > A
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A
i s a l u p o P
T P O n a d n . 3 a n m a a r n a i p t s m i a n e L J
n a t u j n a L
. o N
- -
-
-
-
-
n a m a n a t 0 3 / 1 r a t
-
-
n a m a n a t r e p % 5 , 2 1 ≥
i s n a v r a l k o p m o l e k 1 i a l u m t a a s n a m a n t 0 5 r e p k a g a s n u u r b l k o u k t g n e n b o t r e 3 t
g n a y
g n a y
n a g n n a a r k r i e s t a n w a a k h u k m g e n t i e D m
n a g n n a a r k r i e s t a n w a a k h u k m g e n t i e D m
n 2 a m m / a a n v r a t l a 0 r 3 o / k n r u e a l e 2 m t a k ≥ n o k a a t y / p a a m o r v g l r e t a l k l a 1 1 u
u b m a j h r g s s i u r e n r n a r k t i t a b e l u a r s g k l a j r a e e H a m u t l a c k p k W s k i o g g i l a d a m a k a r n n s c a b g e n a n t a a U u p c t n g e l c p n s . i e A s i a r a a s y p u u J o p s a I t m b f b n p i s a l u b e a e k s t a b n a h a n m p H T k r k n k r u a a i I a o y s s e e i e f c t d n d g e y n i G K e s b i r r r s m G i o e t o o a e i a a k m e e i t N A t c o h r b y m l N A d h a g g g u t g m g i a y a i a i n g i A Y a m y h g t o h U o b h M n i t t t r a C N r o n n m t a m l l n n a t G t a y l A E a r e a e r e e e y A A e e e s e s l a e K P K U P X N P N M R P J H P H P S P O U M L I I I B 8
9
0 1
1 1
2 1
56
V I A 1
2
3
4
5
. p s . p a h p n a s o n s g a i i T t r e t o h a r t l g A U A 6
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A
g n a y
g n a y
g n a y
n a g n n a a r k r i e s t a n w a a k h u k m g e n t i e D m
n a g n n a a r k r i e s t a n w a a k h u k m g e n t i e D m
n a g n n a a r k r i e s t a n w a a k h u k m g e n t i e D m
n a d f i t a t e g e v ( % 0 3 > ) n f a i t g a n r e a r n e e S g
g n a y n a g n n a a r k r i e s t a n w a a k h u k m g e n t i e D m
i s a l u p o P
T P O n a d n . 3 a n m a a r n a i p t s m i a n e G L J
n a t u j n a L
w y i a h S s M & ) k a c i P a s i R N ( . m s u s w i i r c r i i d d e c u y y . r d a a t M u m n r s g t m m U n e u i e a t r c a i i a i k G u m e m n i r r r a n c a i g i e r u u a o r o r a g k i d a h v a e b t y l o i p l i J r u n b a l a n l s o t s t p s n r o o u s e m r y a a n n o n l u p s L b p g u h e i g i r e u e s u a o m T l i a s a n e d g a g a o a o I a k m n l p J i u e n D h r K l u a n p c h g g i D D p a o g a a s t t a s r a d m a i h r t k n n t o t i n r c i a l s A p l N A n n r o a i i b a s i i a a a c e y s Y n o o s u r o a c U M r n d l u i m t c a a u t o u m e m l z t N l w w w n l r r c k t E u r a c a l l i G A e e u i u h e a s h e c p u a i a e u x a h e e t o A J H W S L P B L K A K D T R P B P K P H H H E H R B H
. o V A 7 N I
8
9
0 1
1 1
2 1
57
B 1
2
3
4
5
6
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A i s a l u p o P
y b h T s s . t , i t P h A F ) . l . ) i l n t c e O C s b n s P i ) d s l i a ) m n . l d E a a c d a l ( r l a h d e c s s i . e e e r n e a B u M a e a r h ( e n m S m h e K e r e d o h S a c S ( o & u i i t k a c h ) u . l C . t i c p r . r r d k r e h p o e o a a ) s g e p o . o o a m e r s a s n l e s m r f . i z o o B n f . m s o C m a r a r p B u g ( u a e r i i V h V i o l o M e h g D n g m f i ( ( f e D F R N i m i d p e a a i h e J u l l i l l l u l e l a i i n i s s r s i a a t a n o d o n o e o e o z o i a k g e y d d a e s n s k a n s k k o z z k g a s o i r y y c y n l o p o h i g g g g g o n m e n a n m n r n i o a a a r a a a m e p T t i n l a h G n I a a a a o m m t m a r n n e M o o o o o t r e G K B l m a h i o g l m T l l o l o o P T T T A T a J o e u m t p e t k i i u i e g i N A k r k c k o a a n c k d k r k r k c k p d u r s Y i e e o r o o u o h u l o u U N u a u a o l i l b a z u c y b u z u s s s s s s s s s n i s i t t h G E s g p p b a b i u u u o u u u u u i s i e i u y h i h p u A J P B G F D P B R B M P U G S B D B F B G B R B N
. 3 n a r i p m a L n a t u j . n o a L N
V I B 7
8
0 1
9
58
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
s a t i s n e t n I n a i l a d n e g n e P g n a b m A i
r e b m u s / a l a j e g n a d r o t k e v t a p a d r e t a l i b a p A
s a l u p o P
. 3 n a r i p m a L n a t u j n a L
T P O n a d n a m a n a t s i n e J . o N
.
t
m o b e a h S T s l g l s e & n a a o e u g i e H G m i r g s z n . i i a n . u u r o v r i r J a u l p g g e l i s i C y k t a a g . i i j r f r e c n k s k a t r o n p i g i l e g n a g u o i e o t a e t n m i L n n g l r r n B d B k k e u a n u u a r i u d o r i a a c s r P l L g u b o l u i H g e r n v l a l u a g s h k e B o B y y a s J t e a v a o o a J s J i K a t s g t t s k x k r k k a k l L r l i i n o l o g f a u s a i a a a a r k a g a T n s s r i e s n a o n I n m n r g o r d r s a B o t a o o u a c o o t V l C u o e e d i T l i T l B m G K m K i a k G B K m m r k i k l o l o i g N A k i k k i a a d s s s s s a y d u n r a c i u u U Y d c i u u u u u w n u s s e s w r u r s G N E u n u p e o r i r i r i r i r i a e e u r e e s e s s A J P B P B A K M V V V V V H P P B E B P 7 V I B 1
8 1
9 0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 2 2 2 2 2 2 2
59
8 2
9 2
Lampiran 4. Nilai skala kerusakan masing-masing OPT No Kode 01.
Jenis tanaman Pa d i
Organisme pengganggu Wereng coklat (Nilaparvata lugens) Kepinding tanah
Skala kerusakan Contoh tidak menunjukkan gejala kerusakan : tidak ditemukan populasi/ embun jelaga 1
(Scotinophara vermiculata) 3
5
7
Lalat daun (Hydrellia sp.)
9 0 1 3
Seba Se bagi gian an dau daun n pe pert rtam ama a me meng ngun uniing ng,, be belu lum m terj erjad adii ke kela layu yuan an tana ta nama man; n; te tela lah h di dittem emuk ukan an pop popul ulas asii; ad ada a sedikit embun jelaga Sebagian daun pertama dan d an kedua mengunin menguning; g; daun agak layu; banyak ditemukan embun jelaga Sebagian besar daun mengunin menguning; g; daun bagian bawah layu; tanaman agak kerdil; embun jelaga sangat banyak Daun mengeriting dan hampir semua layu; tanaman sangat kerdil Layu Lay u sem sempu purna rna;; ta tana nama man n mat matii Tidak ada kerusakan pada daun Daun/rum Daun /rumpun pun men menunj unjukk ukkan an bek bekas as tusuk tusukan an 2 daun atau lebih tetapi kurang dari 1/3 jumlah daun menunjukkan bekas tusukan 1/3 - 1/2 dari jumlah daun menunjukkan bekas
5
Hama putih
0
tusukan 1/2 jumlah daun menunjuk menunjukkan kan bekas tusukan tetapi daun belum rusak 1/2 jumlah daun menunjuk menunjukkan kan bekas tusukan tetapii daun sudah rusak tetap r usak Tidak Ti dak ada kerusakan pada daun
(Nymphula depunctalis); Hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) ; Belalang; Ulat daun; Ulat grayak
1
Kerusakan daun 1 -- < 20%
3
Kerusakan daun > 21 -- < 40%
5
Kerusakan daun > 41 -- < 60%
7
Kerusakan daun > 61 -- < 80%
9
Kerusakan daun > 81-- 100%
0
Tidak ada inf nfek eksi si/g /gej ejal ala a Bercak berupa tit titik ik jarum atau beberapa mm tetapi belum berbentuk elips Bercak berbentuk elips, ukuran 2mm--20 mm, luas permukaan daun terinfeksi mencapai 2% Luas permukaan daun terinfeksi mencapai > 2 -- < 10% Luas permukaan daun terinfeksi mencapai > 10 -< 50% Luas permukaan per mukaan daun terinfeksi mencapai mencapai > 50 – 100%
7 9
Penyakit blas = leaf blast(Pyricularia oryzae)
1 3 5 7 9
60
Lanjutan Lampiran 4. No Kode
Jenis tanaman
Organisme pengganggu Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani)
Skala kerusakan 0
0
Kerusakan pada pelepah ke-1 (paling bawah) sebesar 25% Kerusakan pada pelepah ke-1, 2, 3 sebesar > 25 -< 50% Kerusakan pd pelepah ke-1, 2, 3 sebesar > 50 -- < 75% Kerusakan pada pelepah ke-1, 2, 3 sebesar > 75 -< 90% Kerusakan pada pelepah ke-1, 2, 3 sebesar > 90 -100% Tidak ada infeksi/gejala
1
Luas gejala pada permukaan daun > 1 -- < 5%
3
Luas gejala pada permukaan daun > 5 -- < 25%
5
Luas gejala pada permukaan daun > 25 -- < 50%
7
Luas gejala pada permukaan daun > 50 -- < 75%
9 0
Luas gejala pada permukaan daun > 75 -- 100% Tidak Ti dak ada kerusakan pada daun
1
Kerusakan daun > 1 -- < 20%
3
Kerusakan daun > 20 -- < 40%
5
Kerusakan daun > 40 -- < 60%
7
Kerusakan daun > 60 -- < 80%
9
Kerusakan daun > 80 -- 100%
0
Tidak ada infeksi/gejala
1
Luas gejala pada daun > 1 -- < 5%
3
Luas gejala pada daun > 5 -- < 25%
1 3 5 7 9
Penyakit bercak coklat (Bipolaris oryzae); bercak daun coklat bergaris (Cercospora sp ) Bakanae; Bacterial Leaf Blight (BLB); Bacterial Red Stripe (BRS); Bacterial Leaf Streak (BLS) = bakteri daun bergaris; 2
Ja gu n g
Belalang; Ulat grayak;
Penyakit karat (Puccinia (Puccinia polysora )
Tidak ada infeksi/gejala
Luas gejala pada daun >25 -- 50 -- 75 -- 100%
61
Lanjutan Lampiran 4. No Kode 03.
04.
05.
Jenis tanaman Ubi kayu
Ubi jalar
Organisme pengganggu Penyakit hawar ubi kayu; Kudis; Antraknosa; Bercak coklat; Bercak Phyllosticta
Kudis
0
Tid idak ak ada ada inf infek eksi si/g /gej ejal ala a
1
Luass gej Lua gejal ala a pad pada a dau daun n > 1 --- < 5%
3
Luass geja Lua gejala la pa pada da da daun un > 5 --- 25 -- 50 -- 75 -- 10 100% 0%
0
Tid idak ak ada ada inf infek eksi si/g /gej ejal ala a
1
Luass gej Lua gejal ala a pad pada a dau daun n > 1 --- < 5%
3
Luass geja Lua gejala la pa pada da da daun un > 5 --- 25 -- 50 -- 75 -- 10 100% 0%
Kacang
Penyakit bercak daun
0
Tid idak ak ada ada inf infek eksi si/g /gej ejal ala a
tanah
(Cercospora sp sp.) .) ; Karat daun (Puccinia arachid arachidis) is)
1
Luass gej Lua gejal ala a pad pada a dau daun n > 1 --- < 5%
3
Luass geja Lua gejala la pa pada da da daun unn n > 5 --- 25 -- 50 -- 75 -- 10 100% 0%
0
Tid idak ak ad ada a keru kerusa saka kan n dau daun n
1
Kerus Ke rusak akan an da daun un > 1 -- 20 0 --- 40 0 --- 60 0 --- 80 0 --- 10 100% 0%
0
Tid idak ak ada ada inf infek eksi si/g /gej ejal ala a
1
Luass gej Lua gejal ala a pad pada a dau daun n > 1 --- < 5%
3
Luass geja Lua gejala la pa pada da da daun un > 5 --- < 25% 25%
5
Luass geja Lua gejala la pa pada da dau daun n >25 >25 -- 50 -- 75 -- 10 100% 0%
Ulat grayak; Pelipat daun
06.
Skala kerusakan
Kedelai
Penyakit karat (Phakopsora pachy pa chyrhiz rhizi) i) ; Bisul bakteri
62
Lanjutan Lampiran 4. No Kode
Jenis tanaman
Organisme pengganggu Ulat jengkal; Kumbang kedelai; Ulat grayak; Ulat tanah; Kumbang tanah; Kumbang tanah kuning;
0
Tida dak k ad ada a ker kerus usak akan an da daun un
1
Kerus Ke rusak akan an da daun un> > 1 -- 50 -- 100 ekor per pucuk
9
>100 ekor per pucuk
0
Tida dak k ad ada a inf nfek eksi si
1
Luass geja Lua gejalla pad pada a dau daun n > 0 -- 5% 5%
3
Luass geja Lua gejalla pad pada a daun daun > 5 --- 25% 25%
5
Luass geja Lua gejalla pada pada dau daun n >25 >25 --- 50 --- 75% % ; dau daun n baru baru pertumbuhannya tidak normal Tida dak k ad ada a ker kerus usak akan an
1
Kerus Ke rusak akan an da daun un > 0 --
View more...
Comments