Persemaian Dan Pembibitan

October 30, 2017 | Author: Paen Gultom | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

:D...

Description

PERSEMAIAN dan PEMBIBITAN PERSEMAIAN/PEMBIBITAN I. PENDAHULUAN Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu tahapan dalam sistem silvikultur. Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian atau pengadaan bibit. Dalam konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemaian atau pengadaan bibit merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman, baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan kondisi hutan agar mendekati kondisi sebelum dilakukannya pemanenan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutannya fungsi produksi pada rotasi berikutnya. Selain itu, kegiatan persemaian juga dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini, kegiatan persemaian juga berfungsi menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan. Dari aspek penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan persemaian juga merupakan salah satu indikator yang menunjukkan upaya guna mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial. Dalam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TTPI), kegiatan persemaian/pembibitan merupakan tindak lanjut dari hasil inventarisasi tegakan tinggal (ITT) yang dilaksanakan dua tahun setelah pemanenan. Hasil kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas areal yang harus di rehabiitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut, kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang akan digunakan, maka dapat dihitung kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan. II. PENGERTIAN Untuk memberikan pemahaman yang sama menyangkut dalam kaitannya dengan kegiatan persemaian/pembibitan, maka di bawah ini diberikan beberapa pengertian atau definisi menyangkut beberapa istilah yang digunakan dalam persemaian : 1. Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan sarana, prasarana, pengumpulan bibit berkualitas baik berupa biji maupun anakan alam (wilding) ataupun teknik lainnya yang diperuntukkan sebagai penyedia materi (bibit) khususnya dalam kegiatan penanaman, pengayaan (enrichment planting),rehabilitasi hutan maupun peruntukan lainnya. 2. Persemaian adalah suatu areal pemeliharaan bibit yang lokasinya tetap dan dibangun dengan peralatan yang rapi dan teratur yang berkaitan dengan kegiatan penghutanan kembali areal tanah kosong dan rusak ataupun peruntukan lainnya. 3. Bibit adalah tanaman anakan yang akan dibudidayakan. 4. Bedeng tabur adalah suatu bedengan yang berisi media tanah, guna membiakkan biji. 5. Bedeng sapih adalah bedengan tempat diletakannya polybag yang berisi bibit yang berasal dari bedeng tabur maupun anakan yang berasal dari kebun bibit guna mempersiapkan ukuran dan mutu bibit yang memadai untuk pengayaan, rehabilitasi ataupun peruntukan lainnya. 6. Media semai adalah media yang berupa tanah, gambut, sekam yang dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk bibit, biji dapat tumbuh dengan baik. 7. Biji adalah suatu bakal benih yang berasal dari tegakan benih atau pohon induk yang belum dikenai perlakuan khusus atau belum disortir. 8. Pembiakkan vegetatif adalah pembibitan yang menggunakan bahan tanaman stek yang diproduksi dari kebun pangkas.

III. FUNGSI PERSEMAIAN Persemaian atau pembibitan berfungsi untuk menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, tata waktunya tepat dan bibitnya dapat beradaptasi dengan tapak atau kondisi setampat. IV. PERENCANAAN PERSEMAIAN Perencanaan merupakan tahap awal dari setiap proses penyelenggaraan kegiatan. Pada kegiatan persemaian, beberapa pertimbangan yang digunakan dalam merencanakan kegiatan persemaian antara lain penetapan jenis persemaian, lokasi persemaian, kebutuhan bahan, kebutuhan peralatan dan tenaga kerja serta tata waktu yang diperlukan. 1. Jenis Persemaian Pada umumnya persemaian dikelompokkan menjadi 2, yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap. a. Persemaian Sementara (Flying Nursery) Persemaian sementara biasanya merupakan persemaian kecil, dan diletakkan di dekat dengan lokasi yang akan ditanami. Persemaian jenis ini biasanya digunaka tidak melebihi jangka waktu 5 tahun. Keuntungan dari persemaian sementara antara lain :  Kondisi lingkngan mendekati keadaan yang sebenarnya.  Ongkos pengangkutan bibit murah.  Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin.  Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya. Sedangkan kekurangan dari persemaian sementara yaitu :  Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil yang sedikit.  Keterampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas.  Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.  Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan.. b. Persemaian Tetap Persemaian ini biasanya berukuran besar (luas) dan lokasinya menetap di suatu tempat, dengan tujuan untuk melayani areal penanaman yang luas. Keuntungan dari persemaian tetap adalah :  Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan  Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki 3 Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap dan terpilih  Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur  Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih seragam Adapun kekurangan dari persemaian tetap adalah :  Kondisi lingkungan tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.  Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian sementara.  Membutuhkan biaya dan investasi lebih besar dibanding persemaian sementara. 2. Lokasi Persemaian Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi lapangan. Untuk memilih lokasi persemaian persemaian yang baik, beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah : a. Aspek Teknis

a.1. Letak Persemaian Lokasi persemaian sedapat mungkin diusahakan berada di tengah areal penanaman atau berada pada jarak yang dekat denga areal penanaman. Lokai atau areal persemaian harus berada pada lahan yang terbuka dan mendapat sinar matahari yang cukup/langsung, mudah dijangkau setiap saat dan terlindung dari tiupan angin yang kencang. a.2. Jalan Angkutan Lokasi persemaian harus dilalui jalan angkutan atau sarana transportasi, sehingga memudahkan dalam kegiatan pengangkutan dan pengawasan. a.3. Luas Persemaian Luas areal persemaian tergantung pada :  Rencana jumlah semai yang akan diproduksi/tahun  cara penanaman apakah sistem akar telanjang (bare root) atau sistemcontainer yang membutuhkan ruang/tempat lebih luas.  Lamanya semai/bibit dipelihara di pesemaian sampai diperoleh ukuran yang dinginkan . b. Aspek Fisik b.1. Air Keberadaan sumber air dalam jumlah yang cukup amat menentukan berhasil/tidaknya persemaian yang akan dibangun. Pada umumnya sumber air di dalam kawasan hutan berupa sungai, mata air, dalam tanah dan air hujan. b. 2. Media Tumbuh Tanah merupakan salah satu komponen tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan tumbuh subur bila medium tumbuhnya subur dan merana bila medium tumbuhnya tidak subur. Media tumbuh semai memerlukan persyarata sebagai berikut:  Porositas dan drainase baik  Bebas dari batu dan kerikil  pH 5 – 7  Tidak merupakan tanah liat  Banyak mengandung unsur hara (dalam hal media yang digunaka tida subur, dapat dberi pupuk sebagi pengganti) b.3. Topografi/ Kelerengan Lokasi persemaian diusahakan pada areal yang relatif datar. Semakin berat topografinya, maka akan semakin sulit pengerjaan persiapan lapangan dan juga semakin banyak tenaga dan biaya yang dibutuhkan. Kelerengan yang dapat dipertimbangkan sebagai areal persemaian tidak lebih dari 10 %. c. Aspek Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja dalam jumlah yag cukup dan kualitas yang memadai menjadi faktor yang menentukan bagi keberhasilan kegiatan persemaian. Kebutuhan tenaga kerja pada persemaian diusahakan dapat dipenuhi dari masyarakat sekitar atau yang berada dekat dengan persemaian. Kebutuhan tenaga kerja untuk tiap persemaian bergantung pada volume pekerjaan yang ada. Volume kegiatan pekerjaan di persemaian pada umumnya berbeda pada setiap tahap kegiatan, karena itu kebutuhan tenaga kerja juga berbeda. d. Material/Bahan Bahan yang dibututhkan untuk kegiatan persemaian terdiri dari benih, pasir, tanah atau bentuk-bentuk media tumuh yang lain (gambut, sekam dsb), kantong plastik (kontiner) pupuk, fungsida dan pestisida.

d.1. Benih Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian di dalam penyediaan benih adalah kualitas dan kuantitas benih. Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu sangat menentukan keberhasilan persemaian. Sering terjadi kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya jumlah/berat benih yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang jelek. Hal ini dapat terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu sehingga harus didatangkan dari luar. Untuk menyakinkan kualitas benih sesuai dengan yag tercantum dalam label, maka perlu dilakukan pengujian. d.2. Tanah dan Media Pasir dan tanah (jenis medium tumbuh lainnya) Pada dasarnya tanahatau medium tumbuh yang lain untuk medium sapihan dipilih yang baik, bebas batu, kerikil dan benda-benda lain, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan benih yang dikecambahkan maupun pertumbuhan semai hasil sapihan. Benda-benda keras yang dimaksud antara lain kerikil, atau batu. Pasir untuk medium perkecambahan diusahakan sesteril mungkin antara lain dengan cara dijemur pada tempat kena sinar matahari penuh selama 2-3 hari atau disiram air panas atau digoreng untuk menghindari kemungkinan adanya jamur. Dalam usaha untuk memacu pertumbuhan semai hasil sapihan, akhir-akhir ini banyak dilakukan pemberian pupuk yaitu dengan dicampur tanah yang telah dipilih untuk medium sapih. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara mencampur pupuk dan tanah sampai merata (diaduk) baru setelah itu diisikan kekantong plastik yang telah disiapkan. Perbandingan pupuk kandang dengan tanah yaitu 1 : 2, sedang bila menggunakan pupuk TSP biasanya digunakan dosis 4 – 5 gram setiap kantong plastik. Untuk jenis-jenis tanaman tertentu seperti meranti dan pinus media sapih berupa tanah dan pupuk juga dicampur dengan mikoriza. 3. Peralatan dan Tenaga Kerja a. Kantor Persemaian , terdiri dari :  Ruang kerja  Ruang data  Ruang istirahat  Ruang P3K  Gudang. b. Barak Kerja c. Rumah Jaga Rumah jaga disediakan untuk tempat tinggal dan gudang petugas (mandor persemaian). Hal ini sangat penting agar persemaian selalu terjaga dan dapat mengambil tindakan secara apabila terdapat masalah-masalah di persemaian, antara lain masalah adanya gangguan persemaian oleh hama dan penyakit yangbersifat mendadak. d. Sarana Pengairan Sarana pengairan dipersemaian antara lain berupa parit/saluran dan bak penampung air yang cukup memada. Agar tidak tergantung dari air hujan, persemaian perlu dillengkapi dengan peralatan berupa pipa penyalur air. Untuk penyiraman persemaian dengan kurang dari 50.000 semai biasanya dilakukan dengan tangan, yaitu menggunakan gembor. Sedang untuk persemaian dengan produksi bibit/semai dari 50.000 semai akan lebih menguntungkan dengan menggunakan pompa motor dengan penyiraman otomatis. Pada persemaian modern penyiraman dilakukan dengan cara ”sprinkle irrgation” dengan cara ini air disemprotkan lewat spayer yang dapat diputar seperti air mancur e. Jalan Angkutan dan Jalan Inspeksi Jalan angkutan perlu dibuat untuk mengangkut bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan dipersemaian termasuk untuk mengangkut semai pada saat akan ditanam di lapangan. Lebar

jalan angkutan biasanya tidak kurang dari 2,5 meter sedang lebar jalan inspeksi antara 0,751,00 meter. f. Pemagaran Persemaian Persemaian yang membutuhan pagar biasanya dalam kondisi :  seringkali terjadi hembusan angin yang kencang  adanya gangguan ternak  adanya gangguan babi hutan/rusa. g. Naungan Naungan dibuat dengan maksud untuk menghindari kerusakan semai dari cahaya dan suhu udara yang berlebihan serta kerusakan yang disebabkan oleh tempaaan air hujan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan semai dengan pertumbuhan yang baik dengan jalan memberikan cahaya serta suhu sesuai yang dibutuhkannya. Untuk memberikan naungan pada semai hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah sifat jenis semai inti mengenai kebutuhannya akan cahaya. Untuk perkecambahan benih dan pertumbuhannya apakah semai itu memerlukan cahaya penuh ataukah perlu naungan. Dalam praktiknya, naungan diperlukan baik untuk jenis yang perlu naungan maupun yang tidak perlu naungan. Hanya saja untuk jenis-jenis yang tidak perlu naungan atau memerlukan cahaya penuh, diberikan naungan yang ringan, misalnya naungan yang dibuat dari bahan kasa plastik atau alang-alang/daun kelapa sebagai atap yang diatur tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari masih bisa masuk ke bedengan /bak , naungan sering dibuka, kecuali jika ada hujan deras dan matahari begitu terik. Intensitas naungan dikurangi secara berangsur-angsur. Pada umumnya 8 – 10 minggu sebelum semai dipindahkan ke lapangan, naungan sama sekali ditiadakan. Hal ini dimaksudkan agar menjelang penanaman di lapangan semai dapat menyesuaikan diri dari keadaan di lapangan yang biasanya terbuka h. Sarana-sarana lain (cangkul, sabit, sprayer dll). 4. Tata Waktu Penyelenggaraan Persemaian tata waktu kegiatan dipersemaian perlu direncanakan masak-masak mengingat bahwa kegiatan pembuatan tanaman di Indonesia khususnya sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat. Penanaman di lapangan biasanya dilakukan pada permulaan musim penghujan, sehingga sebelum saat itu tata bibit (semai) harus sudah siap. Mengingat musim penghujan untuk masing-masing daerah kemungkinan berbeda-beda, maka permulaan dari pembuatan persemaian juga mengukuti keadaan setempat. Lamanya waktu penyelenggaraan setiap periode persemaian, selain dipengaruhi oleh iklim (musim tanam) setempat, juga dipengaruhi oleh jenis tanaman yang akan disemaikan, karena masing-masing jenis tanaman sampai siap tanam membutuhkan waktu yang berbeda-beda. V. TEKNIK PERSEMAIAN Teknik pengadaan bibit yang dapat dilakukan antara lain : 1. Biji  Biji sebaiknya dikumpulkan dari pohon induk yang berbatang lurus, percabangan tinggi, bertajuk lebat, sehat dan sudah cukup umur. Kalau benih dibeli dari produsen benih yang mempunyai sertifikat yang jelas.  Biji yang telah terkumpul/dibeli segera diangkut ke persemaian dan diseleksi untuk memilih biji yang baik.  Benih yang bermutu baik mempunyai daya kecambah tinggi 80% dengan kemurnian tinggi yang diwujudkan dalam bentuk biji tidak berlubang, tengelam bila dimasukkan air, besar dan bijinya seragam.  Untuk memperoleh benih yang unggul lewat program pemuliaan, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

a. Keperluan benih jangka pendek: Benih-benih yang diperoleh melalui pemilihan dan penunjukan pohon plus, tegakan-tegakan yang baik, tegakan benih dan sumber provenans. b. Keperluan benih jangka panjang: Usaha-usaha memperoleh benih yang benar-benar unggul, lewat serangkaian kegiatan pemuliaan pohon hingga pembuatan kebun-kebun benih. 2. Puteran  Pengadaan bibit dengan sistem puteran dilaksanakan jika ada keperluan bibit tertentu untuk kegiatan penanaman khusus atau pencapaian target bibit.  Sasaran pengadaan bibit adalah penyiapan bahan tanaman bagi kegiatan penanaman, pengayaan dan rehabilitasi.  Jenis bibit yang disemaikan adalah dari jenis pohon yang ditebang atau jenis-jenis yang memiliki keunggulan komersil.  Bahan bibit puteran dapat berasal dari biji, cabutan, atau stek.  Bibit yang sudah diputer dibawa ke persemaian untuk dilakukan penyesuaian lingkungan.  Setelah bibit dirawat di persemaian dan sudah siap tanam, maka bibit puteran tersebut dapat dibawa kelokasi penanaman. 3. Cabutan  Pengumpulan dilakukan terhadap anakan alam disekitar pohon induk dengan radius maksimum 10 meter dari proyeksi tajuk pohon induk.  Anakan alam biasanya memiliki tinggi 15–30 cm dengan jumlah daun 2–5 lembar.  Sebaiknya dilakukan pada saat musim penghujan atau tanah masih basah/lembab.  Anakan dicabut dengan hati–hati yang dilakukan dengan pencabutan lurus sejajar batangnya dan diusahakan agar akarnya tidak putus.  Anakan alam yang telah dipungut hendaknya segera diangkut ke lokasi bedeng sapih.  Anakan yang telah dipungut, diatur, disusun searah dimana akar dengan akar dan daun dengan daun. 4. Stek  Pembuatan bedeng kebun pangkas 1. Ukuran bedeng (1.5–2 meter)x6 meter dengan arah utara–selatan dan jarak antar bedeng 0.6 meter dan disekeliling bedeng agar diberi penahan yang terbuat dari papan dengan tinggi dari permukaan tanah ±15 cm. 2. Setiap bedeng agar diberi atap sebagai pelindung bibit dari matahari dan air hujan secara langsung. Terbuat dari bahan yang tahan lama seperti sarlon, diisi campuran media setinggi ± 20 cm. 3. Media yang digunakan untuk kebun pangkas adalah campuran top soil, sekam , gambut dengan perbandingan 6 : 3 : 1. 4. Perbandingan antara luas lahan untuk keperluan jalan inspeksi dengan luas bedengan adalah 1 : 3 5. Bahan tanaman kebun pangkas sebaiknya bibit – bibit vegetatif atau bibit dari biji yang berasal dari pohon induk yang fenotipnya bagus.  Pembuatan stek 1. Bahan stek diambil dari anakan yang berasal dari kebun pangkas harus bersifat juvenille atau muda dan tunas autotrop bukan cabang. Untuk tahap pertama tiap bibit dapat menghasilkan ± 14 stek .

Untuk meningkatkan mutu bibit stek yang dihasilkan dari kebun pangkas dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai bahan pembuatan kebun pangkas. Dipilih bibit yang pertumbuhannya seragam baik fungsi maupun jumlah daunnya. 3. Ukuran bak stek dengan media padat dan media air (water rooting system) adalah 1 x 2 meter dengan tinggi 0.6 m . Dalam rangka menstabilkan suhu media konstruksi bak stek agar dibuat dengan dinding beton selebar ±10 Cm 4. Naungan perlu diberikan supaya intensitas cahaya yang masuk kedalam stek tidak terlalu tinggi (optimum 50%). Untuk penaungan ini dapat digunakan plastik transparan berwarna putih. 5. Jarak tanam bak stek 5 x 5 Cm.  Bahan vegetatif tanaman (tunas pucuk) untuk pembuatan stek pucuk dapat diperoleh dari beberapa sumber : 1. Kebun Pangkas 2. Persemaian (pemangkasan bergulir) 3. Semai alami 5. Kultur Jaringan  Memilih dan menyiapkan tanaman induk sebagai sumber eksplan.  Menyiapkan media kultur  Sterilisasi eksplan.  Inisiasi kultur atau culture establishment.  Multiplikasi atau perbanyakan propagasi (bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio).  Pemanjangan tunas induksi dan perkembangan akar.  Aklimatisasi ke lingkungan eksternal (green house). VI. PELAKSANAAN KEGIATAN PERSEMAIAN 1. Persiapan Pembuatan Persemaian a. Persiapan Kegiatan 2.

 

Pembersihan lapangan dari rumput, gulma dan semak belukar yang

mengganggu. 

Pengumpulan top soil guna pengisian bedeng tabur, bedeng semai dan polibag.  Pemagaran calon lokasi persemaian, gudang, gubuk kerja, dan sebagainya.  Pembuatan papan/plang nama persemaian, bedeng tabur, bedeng sapih.  pemasangan jaringan pengairan seperti : penentuan sumber air, penyiapan pompa air dan saluran – salurannya. b. Pembuatan bedengan Untuk beberapa jenis biji halus/sangat kecil harus ditabur dalam bak – bak penaburan dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m atau sesuai dengan kebutuhan dan ditempatkan di atas rak berukuran 5 m x 1 m atau sesuai dengan kebutuhan. Untuk biji/benih yang berukurean besar yang memerlukan bedeng tabur maka bedeng tabur dibuat :  Penyiapan tanah untuk bedeng tabur ukuran 5 x 1 meter atau sesuai dengan kebutuhan dengan arah yang seragam.  Tanah dicangkul dan digemburkan sampai menjadi halus, ringan semua akar, batu dibuang.



Pada tepi bedengan diperkuat dengan batu, kayu, bambu dengan permukaan bedeng ditinggikan 10 s/d 15 cm dari permukaan tanah dan sekitarnya.  Jarak antara bedeng bedeng diberi jalur antara selebar 0,5 m dan setiap 5 – 10 bedeng dibuat jalur inspeksi selebar 2 meter.  Saluran air dibuat sepanjang kanan kiri jalan inspeksi.  Bagi benih yang membutuhkan naungan bedeng tabur perlu diberi atap yang dibuat miring.  Apabila tanah kurang gembur bisa dicampur dengan pasir dengan perbandingan pasir dengan tanah = 1:3.  Sebelum biji ditabur sebaiknya lima hari sebelumnya diadakan sterilisasi media yakni dengan mencampur tiap 1 m2 tanah dengan 4 liter campuran formalin dan air (perbandingan campuran satu liter formalin dicampur 14 liter air) kemudian ditutup dan didiamkan selam 3 hari. Setelah lima hari baru benih dicampur. c. Pembuatan bedeng sapih  Menyiapkan tanah untuk bedeng sapih dengan ukuran 5 x 1 meter dan arah bedeng sapih seragam.  Bedeng sapih dibersihkan dari tanaman dan akar–akaran serta diratakan sehingga datar.  Pada tepi bedeng sapih ditandai dengan kayu setinggi 20 cm.  Mengisi polibag dengan tebal 0.4 m meter ukuran 7 cm atau 10 cm tinggi kantong. Pada pengisian kantong untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sapihan dapat ditambahkan pupuk phospat dengan ukuran 1 gram tiap polibag.  Pada bagian pinggir disekitar dasar kantong plastik tersebut masing–masing diberi lubang antara 12–18 lubang.  Untuk jenis yang tidak memerlukan penyapihan maka bibitnya langsung dicabut dari bedeng tabur ke lokasi penanaman.  Untuk mempermudah dalam transportasi bibit dianjurkan untuk memakai kontainer dimaksudkan untuk menghindari kerusakan bibit waktu pengangkutan, sebab kontainer tersebut dapat lansung diangkat tanpa mengubah pot–pot bibit . Selain itu juga berguna memudahkan penyiangan rumput.  Setiap bedeng sapih diberi papan/plang keterangan yang memuat nama, jenis, tanggal penyapihan dan nomor bedengan. 2. Pengadaan dan Persiapan Media Kriteria umum media untuk produksi bibit 1. Aerasi baik 2. Dapat menjaga kelembaban 3. Dapat menahan berdirinya bibit 4. Dapat mendukung perkembangan akar Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan dan persiapan media : a. Media Tabur 1. Media yang umum digunakan adalah gambut dan sekam padi yang sebelumnya sudah disterilisasi. 2. Media diletakkan pada bak tabur dengan ketebalan 3-4 cm. 3. Benih yang sudah mendapat perlakuan ditabur diatas media,kemudian benih ditabur lagi dengan media. b. Media Perakaran Stek

Media yang bisa digunakan untuk perakaran arang sekam atau vermiculite 2. Media diletakkan pada bak perakaran dengan ketebalan 6-10 cm. 3. Bahan stek diletak dengan baik pada media perakaran. c. Media Kultur Jaringan 1. Pembuatan media kultur disesuaikan dengan tanaman yang akan diperbanyak. 2. Komponen media kultur antara lain : air, hara makro dan mikro, gula, vitamin, asam amino,zat pengatur tumbuh, agar-agar, dan lain-lain. d. Media Sapih 1. Media yang umum digunakan untuk penyapihan bibit adalah gambut, sekam padi dan topsoil. 2. Gambut, sekam padi dan topsoil dicampur dengan menggunakan molen. 3. Pada saat pencampuran media tersebut ditambahkan fertilizer berupa Kapur dan TSP. 4. Media yang sudah siap dimasukkan kedalam polybag. Masing-masing jenis berbeda ukuran polybag,contoh: 6,5 x 15 cm untuk Sengon, Akasia dan Nyawai 7,5 x 15 cm untuk Meranti, Kapur, Jati dan Mahoni 10 x 15 cm untuk Aren, Pisang (tananam kehidupan) 5. Polybag yang telah terisi media disusun dalam kantong plastik dan siap untuk penayapihan. 3. Pemeliharaan Bibit Adapun tahapan-tahapan pemeliharaan bibit : 1. Penyapihan Teknik pelaksanaan penyapihan pada prinsipnya sama pada semua teknik/metode pengadaan bibit, yang berbeda adalah perlakuan setelah penyapihan dilakukan. - Biji  Penyapihan dilakukan dibawah naungan dengan hati-hati karena pada proses ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.  Akar atau tunas yang tumbuh ditanam pada polybag, yang sebelumnya telah disiapkan lubang tanam.  Setelah disapih tanaman disiram dengan butiran air yang halus. - Puteran Telah dijelaskan sebelumnya - Cabutan Telah dijelaskan sebelumnya - Stek Pucuk  Penyapihan dilakukan dibawah naungan atau didalam green House. Sekarang telah berkembang teknologi KOFFCO, teknologi ini mengkondisikan iklim dalam green house terjaga terutama kelembaban dan temperature serta cahaya sehingga prosentase jadi tanaman bias tinggi.  Penyapihan dilakukan setelah panjang akar minimal 2,5 cm.  Buat lubang tanam sesuai panjang akar.  Setelah disapih tanam disiram dan tempatkan dalam sungkup. - Kultur Jaringan  Penyapihan yang dilakukan sama dengan penyapihan stek pucuk, yang berbeda hanya perlu dibersihkannya media agar-agar yang digunakan sebelumnya sebagai media perakaran. 1.

  

2. Penyulaman Kegiatan ini dilakukan dengan mengganti semai yang rusak/terserang penyakit/mati agar diperoleh tanaman yang seragam. Penggantian ini dilakukan 2-4 minggu setelah penyapihan. 3. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari, penyiraman harus hati-hati terutama tanaman yang masih kecil. Penyiraman dilakukan agar tanaman benar-benar memperoleh air yang cukup. Penyiraman yang baik parameternya adalah media tanaman harus basah tidak hanya tanamannya saja yang basah. 4. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menambahkan unsur hara atau bahan lainnya agar pertumbuhan tanaman bisa dipacu. Pemupukan dilakukan setiap 2-4 minggu, pemupukan juga disesuaikan dengan kondisi tanaman, jika pertumbuhannya dianggap sudah baik maka frekuensi pemupukan dapat dikurangi, begitu pula sebaliknya. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan kearah media tanaman, beberapa menit kemudian tanaman disiram dengan air untuk membersihkan daun tanaman yang terkena pupuk. 5. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman pengganggu (rumput atau gulma lainnya) sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. 6. Pemberantasan Hama dan Penyakit Pengendalian serangan hama dan penyakit dilakukan dengan cara pengaturan kondisi lingkungan atau penggunaan pestisida. Jenis pestisida dibedakan atas penyebab hama dan penyakit yang menjadi sasaran, yaitu: fungisida (jamur), insektisida (serangga), herbisida (gulma). 7. Hardening off Tanaman yang telah berumur 4-8 minggu dikeluarkan dari naungan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan. 8. Seleksi Kegiatan ini adalah mengelompokkan tanaman yang seragam dalam satu kantong plastik. Tanaman yang memiliki ukuran dan kualitas yang baik siap untuk di kirim ke lapangan. Sedangkan tanaman yang belum memenuhi standar bibit siap tanaman akan mendapat perlakuan tambahan seperti pemupukan sampai bibit tersebut siap untuk ditanam. 9. Mutasi Batas akhir tanggungjawab pihak persemaian adalah saat pengangkutan bibit dari lokasi persemaian ke lokasi penanaman. Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman harus hati-hati agar resiko kerusakan tanaman dapat dikurangi. Setiap kali pengangkutan harus disertai dengan trip ticket. 10. Pelaporan  Laporan Harian Petugas nursery membuat laporan harian yang terdiri dari : - Penggunaan material dan bahan produksi. - Produksi, mutasi, kematian dan pengiriman bibit. - Penggunaan HOK tenaga kerja harian  Laporan Mingguan Petugas Nursery membuat laporan mingguan berdasarkan laporan harian dan dilaporkan kepada Pengawas dan Kasi Nursery.  Laporan Bulanan Pengawas dan Kasie Nursery membuat laporan bulanan kepada Manager Nursery berdasarkan laporan mingguan.

http://sarjanasatu.blogspot.com/2011/06/persemaian-dan-pembibitan.html

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF