Permasalahan Orang dengan HIV/AIDS dari Aspek Sosial, Ekonomi, politik dan Budaya
August 30, 2017 | Author: M Rheza Ardhyansyah | Category: N/A
Short Description
Permasalahan Orang dengan HIV/AIDS dari Aspek Sosial, Ekonomi, politik dan Budaya...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang HIV dan AIDS menjadi salah satu isu permasalahan di dunia, sehingga menjadi satu agenda dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015, disamping pengurangan angka kemiskinan dan masalah sosial lainnya (Friedmann, Kippax, Mafuya, Rossi and Newman, 2006; Poindexter, 2010). Masalah HIV dan AIDS menjadi masalah kontemporer yang berkaitan dengan perilaku berisiko manusia, karena masalah ini bukanlah masalah kesehatan semata, tetapi juga sebagai masalah sosial yang berkaitan dengan relasi seseorang dengan lingkungannya. Tak hanya permasalahan sosial saja namun permasalahan dari berbagai aspek seperti ekonomi, budaya, dan politik orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Permasalahan yang dihadapi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan hanya masalah medis atau kesehatan, tetapi juga menyangkut permasalahan sosial, politik, dan ekonomi (baba, 2005; Nurul Arifin, 2005). Banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu setelah terinfeksi HIV/AIDS. Perubahan fisik akibat gejala-gejala penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh pada diri ODHA mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, belajar, karir dan bahkan kehidupan keluarga. Selain itu juga isu-isu stigma dan diskriminasi yang dialami ODHA, baik dari keluarga, tetangga, dunia kerja, sekolah, dan anggota masyarakat lainnya, semakin memperparah kondisi dirinya dan bahkan lebih sakit daripada dampak penyakit yang dideritanya. Perubahan yang terjadi di dalam diri dan di luar diri ODHA membuat mereka memiliki persepsi yang negatif tentang dirinya dan mempengaruhi perkembangan konsep dirinya. ODHA cenderung menunjukkan bentuk-bentuk reaksi sikap dan tingkah laku yang salah. Hal ini disebabkan ketidakmampuan ODHA menerima kenyataan dengan kondisi yang dialami. Keadaan ini diperburuk dengan anggapan bahwa HIV merupakan penyakit yang belum ada obatnya.
1|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
Beberapa masalah yang dialami ODHA baik secara fisik maupun psikologis, antara lain: muncul stress, penurunan berat badan, kecemasan, gangguan kulit, frustasi, bingung, kehilangan ingatan, penurunan gairah kerja, perasaan takut, perasaan bersalah, penolakan, depresi bahkan kecenderungan untuk bunuh diri. Kondisi ini menghambat aktivitas dan perkembangan ODHA sehingga kehidupan efektif sehari-harinya terganggu. Kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat mengenai HIV/AIDS menambah buruk situasi yang dialami penderita. HIV/AIDS masih dianggap sebagai momok menyeramkan, karena saat divonis sebagai ODHA, yang terbayang adalah kematian. Di masyarakat penderita sering menerima perlakuan yang tidak adil atau bahkan mendapatkan diskriminasi dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Diskriminasi yang dialami ODHA membuat mereka menarik diri dari lingkungan sekitar, serta stigmatisasi yang berkembang dalam masyarakat mengenai HIV/AIDS merupakan suatu vonis mati bagi mereka sehingga membatasi ruang gerak dalam menjalankan aktivitas mereka sebelumnya. Permasalahan yang dihadapi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan hanya masalah medis atau kesehatan, tetapi juga menyangkut permasalahan sosial, politik, dan ekonomi (baba, 2005; Nurul Arifin, 2005). Banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu setelah terinfeksi HIV/AIDS. Perubahan fisik akibat gejala-gejala penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh pada diri ODHA mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, belajar, karir dan bahkan kehidupan keluarga. Selain itu juga isu-isu stigma dan diskriminasi yang dialami ODHA, baik dari keluarga, tetangga, dunia kerja, sekolah, dan anggota masyarakat lainnya, semakin memperparah kondisi dirinya dan bahkan lebih sakit daripada dampak penyakit yang dideritanya. Perubahan yang terjadi di dalam diri dan di luar diri ODHA membuat mereka memiliki persepsi yang negatif tentang dirinya dan mempengaruhi perkembangan konsep dirinya. ODHA cenderung menunjukkan bentuk-bentuk reaksi sikap dan tingkah laku yang salah. Hal ini disebabkan ketidakmampuan ODHA menerima kenyataan dengan kondisi yang dialami. Keadaan ini diperburuk
2|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
dengan anggapan bahwa HIV merupakan penyakit yang belum ada obatnya. Beberapa masalah yang dialami ODHA baik secara fisik maupun psikologis, antara lain: muncul stress, penurunan berat badan, kecemasan, gangguan kulit, frustasi, bingung, kehilangan ingatan, penurunan gairah kerja, perasaan takut, perasaan bersalah, penolakan, depresi bahkan kecenderungan untuk bunuh diri. Kondisi ini menghambat aktivitas dan perkembangan ODHA sehingga kehidupan efektif sehari-harinya terganggu. Kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat mengenai HIV/AIDS menambah buruk situasi yang dialami penderita. HIV/AIDS masih dianggap sebagai momok menyeramkan, karena saat divonis sebagai ODHA, yang terbayang adalah kematian. Di masyarakat penderita sering menerima perlakuan yang tidak adil atau bahkan mendapatkan diskriminasi dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Diskriminasi yang dialami ODHA membuat mereka menarik diri dari lingkungan sekitar, serta stigmatisasi yang berkembang dalam masyarakat mengenai HIV/AIDS merupakan suatu vonis mati bagi mereka sehingga membatasi ruang gerak dalam menjalankan aktivitas mereka sebelumnya. Keterlantaran ODHA pada umumnya selain karena penolakan dari keluarga juga disebabkan kondisi keluarga yang cenderung tidak memiliki kemampuan untuk merawat anggota keluarganya. Ketidakmampuan keluarga selain karena faktor ekonomi sehingga tidak mampu membiayai perawatan kesehatan penderita HIV dan AIDS. Penderita memerlukan perawatan kesehatan yang memadai karena Infeksi HIV juga memerlukan penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan CD 4 sehingga penderita tidak drop kondisinya. Ketidakmampuan keluarga lainnya karena keluarga tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyakit HIV dan AIDS, sehingga keluarga menolak merawat dengan cara mengisolasi, atau membatasi interaksi dengan penderita. Fleishman (1998) mengemukakan bahwa orang yang terjangkit HIV/AIDS akan berhadapan dengan situasi dimana dia harus berhadapan dengan hasil tes HIV yang positif, berhadapan dengan stigma dan diskriminasi, menghadapi rasa sakit akut yang terus menerus, dan berhadapan dengan berbagai sistem pelayanan medis,
3|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
sosial dan hukum yang kompleks yang menghasilkan kecemasan dan hambatan secara berlebihan diluar kemampuan mereka. Oleh karena itu, individu, pasangan atau keluarga yang menghadapi penyakit dan masalah HIV seringkali membutuhkan seorang manajer kasus dan pembela untuk dapat membimbing mereka dalam menghadapi lingkaran masalah kehidupan yang menyulitkan tersebut. Assesmen kebutuhan dan assesmen permasalahan apa saja yang dihadapi orang dengan HIV/AIDA (ODHA) menjadi kunci utama dalam memberikan pertolongan atau intervensi kepada ODHA. Dengan memahami permasalahan dari berbagai aspek seperti aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya, pekerja sosial dapat menggunakan pendekatan yang tepat bagi ODHA. Maka dari itu, didalam makalah ini penulis akan mencoba menjabarkan apa saja permasalahan yang dihadapi orang dengan HIV/AIDS dari berbagai aspek. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pengertian HIV/AIDS dan ODHA? 2. Bagaimana Penularan dan Penanggulangan HIV/AIDS 3. Bagaimana permasalahan HIV/AIDS dilihat dari aspek sosial? 4. Bagaimana permasalah HIV/AIDS dilihat dari aspek ekonomi? 5. Bagaimana permasalahan HIV/AIDS dilihat dari aspek politik? 6. Bagaimana permasalahan HIV/AIDS dilihat dari aspek budaya? 7. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS? C. Tujuan Penulisan Tujuan Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang: 1. Pengertian HIV/AIDS dan ODHA 2. Penularan dan Penanggulangan HIV/AIDS 3. Permasalahan HIV/AIDS dilihat dari aspek sosial 4. Permasalah HIV/AIDS dilihat dari aspek ekonomi 5. Permasalah HIV/AIDS dilihat dari aspek politik 6. Permasalah HIV/AIDS dilihat dari aspek budaya 7. Dampak yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS
4|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS dan ODHA Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benarbenar bisa disembuhkan. AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4 (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4 secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4 dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4 hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL)darah,maka kekebalandi tingkat selakan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. InfeksiakutHIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasidengan memeriksa jumlah sel T CD4 di dalam darah serta adanya infeksi tertentu. Tanpa terapi antiretrovirus,rata - ratalamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.
5|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya. ODHA adalah sebutan untuk orang-orang yang telah mengidap HIV/AIDS. ODHA merupakan kepanjangan dari “Orang Dengan HIV/AIDS” Adapun gejalagejala seseorang kemungkinan terjangkit HIV diantaranya adalah sebagai berikut :
Rasa Lelah Berkepanjangan
Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan
Berat badan turun secara menyolok
Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
Sering demam (lebih dari 38 derajat Celcius) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
Pada awal-awal kasus terjangkitnya HIV, kebanyakan orang tersebut cenderung menunjukkan reaksi-reaksi keras seperti menolak hasil tes, menangis, menyesali dan memarahi diri sendiri, bahkan mengucilkan diri sendiri. Saat-saat seperti itu merupakan gejala psikologis yang justru dapat membuat orang tersebut semaikin terpuruk. Pembinaan terhadap ODHA diperlukan agar selanjutnya ODHA kembali melanjutkan hidup. ODHA bukan berarti akhir. ODHA masih dapat bertahan hidup selama 5-10 tahun. Sekarang tinggal bagaimana ODHA itu sendiri mengisi hidupnya yang lebih berguna bagi diri sendiri.
6|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
B. Penularan HIV/AIDS dan Penanggulangannya 1. Penularan HIV/AIDS Penularan Virus HIV/AIDS dapat melalui berbagai macam cara, yaitu: a. Seks Bebas serta seks yang kurang sehat dan aman Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman adalah peringkat pertama terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS, transmisi atau penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam hubungan seksual peluang terjadinya sangat besar, karena pada saat terjadi kontak antara sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin. Hubungan seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko. b. Penggunaan Jarum Suntik yang tidak Steril Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong seseorang terkena penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang saling bertukar jarum suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena penularan HIV AIDS sangat besar presentasenya terjadi karena cairan pada tubuh penderita yang terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat). c. Penyakit Menurun Seseorang ibu yang terkena AIDS akan dapat menurunkan penyakitnya pada janin yang dikandungnya, transmisi atau penularan HIV melalui rahim pada masa parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan pada saat kehamilan, tingkat penularan virus ini pada saat kehamilan dan persalinan yaitu sebesar 25%. Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat dirutunkan oleh sang ibu terhadap anaknya, menyusui juga dapat meningkatkan resiku penulaan HIV AIDS sebesar 4%. d. Tranfusi darah yang tidak steril Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan
7|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan penyakit AIDS, Resiko penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya di negaranegara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju keamanan dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat. 2. Penanggulangan HIV/AIDS Cara penanggulangan Aids upaya cara penanggulangan Aids upaya pencegahan program cara Penanggulangan Aids pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi : 1) Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang mendatangkan risiko terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan. 2) Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks atau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi. Pada situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang melakukan hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan dasar air dapat menurunkan risiko penularan melalui hubungan seks. 3) Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi penularan HIV. Begitu pula Program “Harm reduction”yang menganjurkan para pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.
8|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
4) Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus serta menyediakan tempattempat untuk melakukan pemeriksaan darah. Faslitas tersebut saat ini telah tersedia di seluruh negara bagian di AS. Konseling, tes HIV secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin pada klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari pengobatan yang tepat bila menderita Penyakit Menular Seksual (PMS). 5) Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovudine (ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal. 6) Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya. Hanya darah dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi, sel atau jaringan (termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank sperma, bank susu atau bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV harus dilakukan terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang harus dibekukan dan disimpan selama 3 – 6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu dapat di asumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi donor. 7) Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan teliti apakah ada indikasi medis untuk transfusi. Transfusi otologus sangat dianjurkan.
9|Pekerjaan Sosial dengan HIV/AIDS
8) Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di seleksi dan yang telah diperlakukan dengan semestinya untuk menonaktifkan HIV yang bisa digunakan. 9) Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah. Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus di lakukan pada semua pasien dan semua prosedur laboratorium (tindakan kewaspadaan universal). 10) WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI (Expanded Programme On Immunization); anak-anak yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.
C. Permasalahan HIV/AIDS Dari Aspek Sosial (Djoerban, 1999) jurnalis dari media baik media cetak maupun elektronik dalam peliputan mengenai ODHA dan hal-hal yang terkaitan dengan HIV / AIDS adakalanya tidak empati dan jauh dari nilai-nilai humanismeantara lain: 1. Diskriminasi, memperlakukan orang secara berbeda-beda dan tanpa alasan yang tidak relevan, misalnya diskriminasiterhadap ras, gender, agama dan politik. Dalam kasus pemberitaan HIV / AIDS, media sering melakukan pembedaan atas seseorang menurut kehendaknya sendiri. Misalnya orang
10 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
jahat (ODHA) versus orang baik-baik. Orang bermoral versus orang tidak bermoral, perempuan pekerja seks versus orang baik. 2. Kekerasan Pada kasus pemberitaan terhadap seorang pekerja seks misalnya, media melakukan kekerasan karena telah mengekspose seorang pekerja seks tanpa meminta ijin. Akibatnya ia dikucilkan hidupnya setelah pemberitaan tersebut. 3. Stigmatisasi Proses pelabelan (stereotip) yang dilakukan pada orang lain ini sering dilakukan oleh media ketika memberitakan tentang pekerja seks dan HIV / AIDS. Misalnya pekerja seks adalah orang tidak baik sebagai penyebar HIV/AIDS, untuk itu mereka harus dijauhi. 4. Sensasional Dalam pemberitaan HIV / AIDS, seringkali judul berita menampilkan sesuatu yang sangat bombastis, tidak sesuai dengan realitas sebenarnya. Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagaian mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah tersendiri. Oleh sebab itu keterbukaan dan hilangnya stigma dan diskriminasi sangat perlu mendapat perhatian dimasa mendatang. Fenomena orang-orang dengan HIV positif masih dianggap sebagai sesuatu yang asing tapi menarik bagi kebanyakan masyarakat. Kita sering dengar bahwa orang dengan HIV/AIDS menghadapi banyak masalah sosial. Di perlakukan berbeda oleh orang lain. dalam pergaulan dikucilkan oleh temantemannya, bahkan oleh keluarga sendiri. Ketakutan akan perlakuan yang dibedakan ini pun membuat orang HIV+ susah menjembatani diri dengan orang lain. Takut untuk membagi pengalamannya, bahkan untuk menyatakan bahwa dirinya sakit dan perlu pertolongan kepada orang lain. Ia senantiasa khawatir akan reaksi dan penerimaan orang lain atas dirinya. Sebaliknya, orang lain pun menjaga jarak. Lebih dari itu, mereka membuat pagar. Orang HIV+
11 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
menyebabkan keresahan. Baik dalam kelompok kecil, maupun dalam skala yang amat besar. Hidup dengan HIV/AIDS memang pada kenyataannya sulit dan menyedihkan. Menerima kenyataan bahwa kita mengidap suatu virus yang tak bisa disembuhkan bukan hal bisa dianggap biasa-biasa saja, terutama secara psikologis. Selain itu, ODHA seringkali harus menutup-nutupi status HIV jika mau aman. Ada resiko diskriminasi di lingkungan di tempat kerja, dalam mendapatkan pelayanan, bahkan di rumah dan di tempat perawatan kesehatan. Belum lagi pandangan masyarakat yang merendahkan dan penuh ketakutan yang masih kuat di sekeliling ODHA. Selain itu, ingin menjaga kesehatan fisikpun sulit. Obat-obatan tidak tersedia ataupun tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan minim dan terbatas, kesediaan dan kemampuan para tenaga kesehatan dan perawatan juga minim dan terbatas, dan jaminan kerahasiaan yang meragukan adalah beberapa contohnya.
Beberapa dampak sosial dari epidemi HIV/AIDS antara lain adalah: • Menurunnya produktivitas masyarakat Salah satu masalah sosial yang dihadapi ODHA adalah menurunnya produktivitas mereka. Daya tahan tubuh yang melemah, dan angka harapan hidup yang menurun, membuat daya produktivitas ODHA tidak lagi sama seperti orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan kebanyakan dari mereka kehilangan kesempatan kerja ataupun pekerjaan tetapnya semula. Hal ini juga berpengaruh terhadap permasalahan dalam aspek ekonomi yang mereka dihadapi. • Mengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan Berkaitan dengan point yang pertama, ketika ODHA mengalami penurunan produktivitas, mereka akan kehilangan pekerjaan mereka dan mulai menggantungkan hidupnya kepada keluarganya ataupun orang lain. Tanpa disadari hal ini akan menganggu terhadap program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. • Meningkatnya angka pengangguran
12 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
Meningkatnya angka pengangguran ini juga merupakan salah satu dampak sosial yang ditimbulkan HIV/AIDS. Daya tahan tubuh yang melemah, antibody yang rentan dan ketergantungan kepada obat membuat ODHA merasa di diskriminasi dalam hal pekerjaan, sehingga mereka susah untuk mencari pekerjaan yang sesuai. • Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat Pola hubungan sosial di masyarakat akan berubah ketika masyarakat memberikan stigma negatif kepada ODHA dan mulai mengucilkan ODHA. Hal ini bukan saja terjadi pada diri ODHA namun berdampak juga pada keluarga ODHA yang terkadang ikut dikucilkan oleh masyarakat sekitar. • Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial Kesenjangan sosial dapat terjadi ketika masyarakat di sekitar tempat ODHA tinggal mulai memperlakukan beda atau mendiskriminasi, memberi stigma negatif dan mengkucilkan ODHA. • Munculnya
reaksi
negatif
dalam bentuk;
deportasi,
stigmatisasi,
diskriminasi dan Isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV dan penderita AIDS.
D. Permasalahan HIV/AIDS Dari Aspek Ekonomi Dampak HIV dan AIDS di bidang ekonomi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dampak secara langsung dan secara tidak langsung. Dampak ini dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat dan akhirnya pada negara dan mungkin dunia.
Dampak Ekonomi secara Langsung
Epidemi HIV dan AIDS akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak penderita maupun pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum ditemukan. Sehingga biaya harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan dan memperpanjang usia penderita. Di lain pihak, penelitian harus terus menerus dilakukan dan biaya lainnya sangat dibutuhkan seperti biaya untuk upaya-upaya pencegahan.
Dampak Ekonomi secara tidak Langsung
13 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
Sumber daya alam yang besar menjadi kurang mampu dikelola oleh sumber daya manusia baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai konsumen potensial akibat terganggunya kesehatan mereka. Hal ini tentu akan mengakibatkan menurunnya produksi dari berbagai investasi. HIV
dan
AIDS
memperlambat
pertumbuhan
ekonomi
dengan
menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital). Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.
E. Permasalahan HIV/AIDS Dari Aspek Politik Dampak HIV dan AIDS pada bidang politik merupakan akibat yang ditimbulkan oleh dampak HIV dan AIDS pada bidang lainnya seperti kesehatan, sosial, ekonomi, budaya dan agama Akibat sosial yang disebabkan oleh wabah HIV dan AIDS berdampak secara langsung pada bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan dalam semua segi, mutu pelayanan yang menurun, terjadinya diskriminasi di masyarakat dan menurunnya moral akan berdampak di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat dan hal ini akan berakibat luas pada segi pembangunan yang akhirnya akan berdampak politik. Dampak negatif HIV dan AIDS pada kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, budaya dan agama yang merupakan sendi-sendi vital kehidupan
14 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
suatu negara akan melemahkan ketahanan nasional negara yaitu edeologi, politik,
ekonomi,
sosial,
budaya
dan
pertahanan
keamanan
(IPOLEKSOSBUDHANKAM). Hal demikian akan berakibat terjadinya ketidakstabilan politik dan kemelut politik yang panjang. Hal ini tentunya akan menghambat laju pembangunan nasional. Jika dikaitkan HIV dalam ranah politik, maka pembahasannya adalah mengenai bagaimana peran dan tanggungjawab pemerintah di dalam menangani HIV ini. yang menjadi pokok utama konsentrasi pemerintah sebagai pelaku politik adalah dua hal yaitu preventif dan kuratif. Preventif adalah mencegah bagaimana virus ini tidak sampai menular dari penderitanya ke orang sehat normal. Kuratif adalah tindakan pemerintah untuk melakukan penanganan dan penyembuhan penderita virus ini. Kegiatan preventif haruslah dapat untuk menyentuh akar permasalahan yang ada. penularan virus HIV ini kebanyakan adalah dari hubungan seksual dan juga penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian. Maka, dua hal inilah yang harusnya diberantas untuk memberantas HIV dari akarnya.
F. Permasalahan HIV/AIDS Dari Aspek Budaya. Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan
dengan
perubahan
kebudayaan
masyarakat
yang
bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan interaksi sesama warga menjadi semakin rasional; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi menjadi makin komersial; perubahan tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam; Perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien, dan lain-lainnya. Perubahan sosial dalam suatu masyarakat diawali oleh tahapan perubahan nilai, norma, dan tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan, yang juga dapat disebut dengan perubahan nilai sosial. Berlangsungnya
15 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh tindakan diskriminasi dari masyarakat umum terhadap penderita HIV/AIDS, serta pengabaian nilai-nilai dari kebudayaan itu sendiri. Perilaku seksual yang salah satunya dapat menjadi faktor utama tingginya penyebaran HIV/AIDS dari bidang budaya. Ditemukan beberapa budaya tradisional yang ternyata meluruskan jalan bagi perilaku seksual yang salah ini. Meskipun kini tidak lagi nampak, budaya tersebut pernah berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat. Seperti budaya di salah satu daerah di provinsi Jawa Barat, kebanyakan orangtua menganggap bila memiliki anak perempuan, dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak perempuan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan meningkatkan penghasilan keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya menjadi PSK, sebagian warga wilayah Pantura tersebut bisa menjadi orang kaya di kampungnya. Hal tersebut merupakan permasalahan HIV/AIDS dalam aspek budaya, dan budaya adat seperti ini seharusnya dihapuskan.
G. Dampak yang Ditimbukan oleh HIV/AIDS Selain menimbulkan masalah pada diri ODHA, adapun dampak-dampak lain yang ditimbulkan dari HIV AIDS yaitu : 1. Dampak Demografi Salah satu efek jangka panjang endemi HIV dan AIDS yang telah meluas seperti yang telah terjadi di Papua adalah dampaknya pada indikator demografi. Karena tingginya proporsi kelompok umur yang lebih muda terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya akan menurunkan angka harapan hidup. Karena semakin banyak orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang lebih pendek, kontribusi yang diharapkan dari mereka pada ekonomi nasional dan perkembangan sosial menjadi semakin kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi masalah yang penting karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah besar tidak akan mudah dapat digantikan. Pada tingkat makro, biaya yang berhubungan dengan kehilangan seperti itu, seumpama meningkatnya
16 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
pekerja yang tidak hadir, meningkatnya biaya pelatihan, pendapatan yang berkurang, dan sumber daya yang seharusnya dipakai untuk aktivitas produktif terpaksa dialihkan pada perawatan kesehatan, waktu yang terbuang untuk merawat anggota keluarga yang sakit, dan lainnya,juga akan meningkat. 2. Dampak Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa pelayanan kesehatan. Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka aktu yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan. Biaya langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan menjadi semakin besar. Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif. Waktu dan sumber daya yang diberikan untuk merawat pasien HIV dan AIDS sedikit demi sedikit dapat mempengaruhi program lainnya dan menghabiskan sumber daya untuk aktivitas kesehatan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh John Kaldor dkk pada tahun 2005 memprediksi bahwa pada tahun 2010, bila upaya penanggulangan tidak ditingkatkan maka 6% tempat tidur akan digunakan oleh penderita AIDS dan di Papua mencapai 14% dan pada tahun 2025 angka – angka tersebut akan menjadi 11% dan 29%. Meningkatnya jumlah penderita AIDS berarti meningkatnya kebutuhan ARV. Rusaknya sistem kekebalan tubuh telah memperparah masalah kesehatan masyarakat yang sebelumnya telah ada yaitu tuberkulosis. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian TB telah meningkat secara nyata di antara kasus HIV. TB masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia dimana setiap tahunnya ditemukan lebih dari 300.000 kasus baru, maka perawatan untuk kedua jenis penyakit ini harus dilakukan secara bersamaan. 3. Dampak Terhadap Ekonomi Nasional
17 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
Mengingat bahwa HIV lebih banyak menjangkiti orang muda dan mereka yang berada pada umur produktif utama (94% pada kelompok usia 19 sampai 49 tahun), epidemi HIV dan AIDS memiliki dampak yang besar pada angkatan kerja, terutama di Papua. Epidemi HIV dan AIDS akan meningkatkan terjadinya kemiskinan dan ketidakseimbangan ekonomi yang diakibatkan oleh dampaknya pada individu dan ekonomi. Dari sudut pandang individu HIV dan AIDS berarti tidak dapat masuk kerja, jumlah hari kerja yang berkurang, kesempatan yang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur masa produktif yang lebih pendek. Dampak individu ini harus diperhitungkan bersamaan dengan dampak ekonomi pada anggota keluarga dan komunitas. Dampak pada dunia bisnis termasuk hilangnya keuntungan dan produktivitas yang diakibatkan
oleh
berkurangnya
semangat
kerja,
meningkatnya
ketidakhadiran karena izin sakit atau merawat anggota keluarga, percepatan masa penggantian pekerja karena kehilangan pekerja yang berpengalaman lebih cepat dari yang seharusnya, menurunnya produktivitas akibat pekerja baru dan bertambahnya investasi untuk melatih mereka. HIV dan AIDS juga berperan dalam berkurangnya moral pekerja (takut akan diskriminasi, kehilangan rekan kerja, rasa khawatir) dan juga pada penghasilan pekerja akibat meningkatnya permintaan untuk biaya perawatan medis dari pusat pelayanan kesehatan para pekerja, pensiun dini, pembayaran dini dari dana pensiun akibat kematian dini, dan meningkatnya biaya asuransi. Pengembangan program pencegahan dan perawatan HIV di tempat kerja yang kuat dengan keikutsertaan organisasi manajemen dan pekerja sangatlah penting bagi Indonesia. Perkembangan ekonomi akan tertahan apabila epidemi HIV menyebabkan kemiskinan bagi para penderitanya sehingga meningkatkan kesenjangan yang kemudian menimbulkan lebih banyak lagi keadaan yang tidak stabil. Meskipun kemiskinan adalah faktor yang paling jelas dalam menimbulkan keadaan resiko tinggi dan memaksa banyak orang ke dalam perilaku yang beresiko tinggi, kebalikannya dapat
18 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
pula berlaku pendapatan yang berlebih, terutama di luar pengetahuan keluarga dan komunitas dapat pula
menimbulkan resiko yang sama.
Pendapatan yang besar (umumnya tersedia bagi pekerja terampil pada pekerjaan yang profesional) membuka kesempatan bagi individu untuk melakukan perilaku resiko tinggi yang sama: berpergian jauh dari rumah, pasangan sex yang banyak, berhubungan dengan PS, obat terlarang, minuman keras, dan lainnya. 4. Dampak Terhadap Tatanan Sosial Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagaian mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah tersendiri. Oleh sebab itu keterbukaan dan hilangnya stiga dan diskriminasi sangat perlu mendapat perhatian di masa mendatang. 5. Dampak Sosial Ekonomi Dampak ekonomi yang akibat dari HIV / AIDS sendiri terjadi bukan hanya semata-mata karena dikarenakan jumlah orang yang terinfeksi HIV yang tinggi, tetapi juga karena orang yang terinfeksi kebanyakan berada pada usia yang produktif yaitu antara 15 – 40 tahun. Dalam rentan usia yang produktif tersebut, terdapat ODHA yang tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk mencari nafkah, membesarkan anak, memberikan pendidikan terhadap anak dan lain – lain. Dampak sosial ini tidak hanya terjadi pada saat orang yang terinfeksi HIV berupa kehilangan pekerjaan, tetapi juga mempunyai dampak ekonomi karena memerlukan biaya perawatan dan biaya pengobatan yang cukup besar. Demikian juga untuk masa yang akan datang dampak ini akan terasa pada generasai penerus yakni akan terjadi kemiskinan yang lebih berat bagi keluarga maupun bagi negara. Anak – anak dari orang tua yang terinfeksi HIV akan menjadi yatim piatu, kehilangan pendidikan dan sebagainya.
19 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ini juga merusask otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan pada otak pengidap AIDS yang telah meniggal mengungkapkan bahwa virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan otak. Pada waktu yang bersamaan, peneliti lain telah berusaha untuk mengisolasi HIV dengan cairanl dari orang yang tidak menunjukkan gejala-gejala terjangkit AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat risau. Sementara para peneliti masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan, semua orang yang terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS atau penyakit yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang telah terinfeksi virus Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. Dalam upaya penanggulangan masalah HIV / AIDS, khususnya masalah- masalah yang dihadapi oleh ODHA dituntut adanya kesediaan masyarakat memberi pelayanan sosial dan dukungan dalam perawatan serta pendampingan. Hal ini dikarenakan permasalahan yang dihadapi oleh ODHA berkaitan dengan status HIV positif dan bernagai penyakit penyerta atau infeksi oportunistik yang mungkin memperburuk derajat kesehatan mereka, membutuhkan penanganan secara lintas sektoral yang melibatkan unsur LSM atau orsos dan masyarakat serta Kelompok Dukungan Sebaya. Upaya kerjasama lintas sektoral ini juga diduking dengan adanya pergeseran paradigma dalam penyelenggaraam pemerintah di Indonesia yang memberi peluang kepada masyarakat untuk aktif ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penanganan masalah sosial, termasuk penanganan masalah HIV / AIDS. Selain itu kemampuan pemerintah sangat terbatas, sementara jumlah pertambahan kasus HIV positif masaih masih terus meningkat. Sehubungan dengan itu perlu di upayakan strategi baru dengan menempatkan partisipasi masyarakat di depan.
20 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
Penanganan ODHA berbasis masyarakat dan keluarga akan lebih diarahkan pada pelayanan sosial yang berkaitan dengan upaya – upaya pencegahan, perawatan, dan dukungan serta pendampingan soasial secara langsung maupun tidak langsung, terutama daerah – daerah yang dinilai rawan atau beresiko tinggi penularan HIV / AIDS seperti daerah wanita penjaja seks, daerah mangkal supir – supir truk, daerah rawan penyalahgunaan NAPZA suntik, daerah miskin, beberapa aerah yang memiliki nilai tertentu, yang cenderung menikahkan anaknya pada usia muda, serta tingkat penceraian yang cukup tinggi.
21 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun
penyakit
ini
belum
benar-benar bisa
disembuhkan. Permasalahan yang dihadapi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan hanya masalah medis atau kesehatan, tetapi juga menyangkut permasalahan sosial, politik, dan ekonomi (baba, 2005; Nurul Arifin, 2005). Kita sering dengar bahwa orang dengan HIV/AIDS menghadapi banyak masalah sosial. Di perlakukan berbeda oleh orang lain. dalam pergaulan dikucilkan oleh teman-temannya, bahkan oleh keluarga sendiri. Ketakutan akan perlakuan yang dibedakan ini pun membuat orang HIV+ susah menjembatani diri dengan orang lain. Dampak HIV dan AIDS pada bidang politik merupakan akibat yang ditimbulkan oleh dampak HIV dan AIDS pada bidang lainnya seperti kesehatan, sosial, ekonomi, budaya dan agama. Akibat sosial yang disebabkan oleh wabah HIV dan AIDS berdampak secara langsung pada bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Perilaku seksual yang salah satunya dapat menjadi faktor utama tingginya penyebaran HIV/AIDS dari bidang budaya. Seperti budaya di salah satu daerah di provinsi Jawa Barat, kebanyakan orangtua menganggap bila memiliki anak perempuan, dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak perempuan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan meningkatkan penghasilan keluarga. Pada aspek ekonomi, HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital).
22 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
DAFTAR PUSTAKA
Aritohang, A. Nelson, et al.(2014) Konsep Diri Orang Dengan HIV/AIDS, Pusat Kajian HIV/AIDS, STKS Bandung.
Susilawati, Ellya, et al. (2012) Manajemen Kasus Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Rumah Perlindungan Sosial Phalamartha Sukabumi. Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Volume 11 Nomor 2.
Cannon, Cynthia, (2010) Handbook of HIV and Social Work, New Jersey. John Wiley & Sons, Inc.
Rahmat, box. (2013) Analisis Masalah Sosial HIV (online), Tersedia di http://rachmatbox.blogspot.co.id/2013/09/analisis-masalah-sosiahiv.html. Diakses pada tanggal 22 Sept 2016.
23 | P e k e r j a a n S o s i a l d e n g a n H I V / A I D S
View more...
Comments