February 21, 2017 | Author: Kang Tris | Category: N/A
Sebuah perjalanan terindah bagi seorang muslim tatkala ia bisa menapakinya dengan indah pula, keindahan itu akan terwuju...
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Email :
[email protected] 0
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Bismillahirrahmanirrahim
Terima kasih saya haturkan kepada almarhumah ibunda tercinta Satimah binti H. Mukheri, yang dengan penuh tulus ikhlas membesarkan ananda
Email :
[email protected] 1
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Waftar \si Daftar Isi Pendahuluan Isra’ Mi’raj Kejadian Sebelum Isra’ Mi’raj Peristiwa Isra’ Mi’raj Penafsiran Isra’ Mi’ raj Memahami Isra’ Mi’raj Wudhu Kewajiban Wudhu Keutamaan Wudhu Menuju Wudhu Bacaan & Gerakan Wudhu Hikmah Wudhu Pendahuluan Shalat Pengertian Shalat Keutamaan Shalat Kehadiran Hati Makna Batin dalam Shalat Adzan & Iqomah Menutup Aurat Tempat Orang Shalat Menghadap Kiblat
Email :
[email protected] 2
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Bacaan & Gerakan Shalat Berdiri Niat Takbiratul Ihram & Mengangkat Kedua Tangan Do’a Iftitah Membaca Ta’awwudz Membaca Surat Al Fatikhah Membaca beberapa ayat dari Al Qur’an Ruku’ Iti’dal ( Berdiri dari Ruku ) Sujud Dufuk Iftirasy ( Duduk diantara 2 Sujud ) Tasyahud Awal dan Akhir Salam Daftar Pustaka
Email :
[email protected] 3
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
cendahuluan “Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya bertasbih kepada Allah siapa pun yang ada di langit dan bumi, dan burung dengan mengembangkan sayapnya. Sungguh setiap sesuatu mengetahui cara shalatnya dan cara tasbihnya masing-masing. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka kerjakan.” ( QS. An Nuur : 41 )
Beberapa waktu-waktu terakhir kita bisa bersyukur, karena telah
banyak
membahas
buku-buku
mengenai
yang
shalat,
beredar
termasuk
di
masyarakat
didalamnya
yang
pelatihan
shalat “khusyu’” yang diadakan oleh beberapa pihak.
Penegakkan shalat
harus diawali dengan sebuah pengetahuan
tentang hal – hal yang menyertainya. Karena amal sedikit dibarengi ilmu pengetahuan, adalah lebih baik daripada amal banyak
penuh
kebodohan,
tentang
syarat,
rukun
sehingga
termasuk
adab
pengetahuan lahir
mendalam
maupun
batin
menjadi hal mutlak, bila ingin menapaki “perjalanan dalam shalat”.
Wudhu merupakan tahap pendahuluan dalam proses “penyucian yang agung” dengan menggunakan “air yang merupakan rahasia kehidupan dan hidup itu sendiri” laksana proses penyucian yang dilakukan Jibril kepada Rasulullah dengan menggunakan air suci “zamzam” dengan membelah dada hingga hilang segala hasud dan dengki, bahkan terisi dengan berbagai ilmu, iman Email :
[email protected] 4
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah dan hikmah, sehingga
bisa diperjalankan dalam “Isra’ dan
Mi’raj” sebuah perjalanan spiritual yang menjadi titik balik kemenangan, setelah diterpa berbagai ujian dalam kehidupan Rasulullah beserta kaumnya pada saat itu.
Proses penyucian dalam wudhu tak sekedar siraman air yang tanpa makna, namun hakikatnya melebihi dari ritualnya itu sendiri,
karena
wudhu
yang
sebenarnya
merupakan
proses
pembersihan jiwa dari segala noda dan cela yang dilakukan oleh
nafsu
–
nafsu
dunia
yang
telah
memperalat
tangan,
wajah, kepala dan kaki.
Setelah
terbersihkan
diperbolehkan
mulai
menghadiri “pertemuan
dari
segala
memasuki agung
noda
halaman
baru
si
hamba
halaman
untuk
keagungan
bahkan
–
dari segala
jauh – jauh melebihi batas keagungan yang terbersit oleh fikiran dan akal manusia itu sendiri”.
Kemudian
saat
undangan
suci
“menuju
kemenangan”
diperdengarkan, maka sang hatipun begitu bergejolak untuk mendatanginya, sekalipun dengan “merangkak” karena begitu menggelora keinginan rindunya, untuk mendatangi pertemuan dengan Sang Kekasih.
Dengan
berpakaian
“kesombongan”
si
“tawadhu” hambapun
dan
membuang
tertatih
–
pakaian-pakaian
tatih
melangkah
ke
halaman “tempat pertemuan” dengan penuh kegelisahan “akan tertolaknya
penghadapannya”
dan
rasa
malu
yang
begitu
tinggi, atas ditutupinya keburukan – keburukan perangai dan tindak lakunya, dengan pakaian “hijab malakut” oleh Sang Kekasih, sehingga orang lain tidak mengetahui kejelekannya.
Email :
[email protected] 5
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Kemudian, ditengah keputusasaan dan harapan akan rakhmat dan kasih sayang yang begitu agung dari Sang Kekasih, si hamba mulai
berdiri
dengan
lurus,
menghadapkan
wajahnya
kepada
Sang Kekasih dan menutup semua kekerdilan – kekerdilan di belakangnya, hanya satu menatap Sang Maha Agung dari Segala Keagungan Yang Ada, hingga terbukalah pintu pertama saat lisan terbata – bata berucap, “Allahu Akbar ( Allah Maha Besar )”, kemudian si hambapun melangkah dengan penuh rasa malu, dan tawadhu karena melihat keagungan yang belum pernah tergambarkan oleh dirinya.
Iapun terus menerus memuji – muji Sang Kekasih, karena telah memberi “tanpa
“perkenan-Nya” perkenan-Nya”
terkutuk.
Iapun
untuk ia
masuk,
termasuk
tersungkur
karena
sesungguhnya
golongan
jatuh
tak
setan
tersadarkan
yang diri,
karena begitu ngeri yang tanpa batas melihat kengerian di hari
“yaumid diin”,
“limpahan
kemudian
rakhmat-Nya”
hingga
Sang si
Kekasihpun hamba
melimpahkan
diberi
kemampuan
untuk memohon supaya digolongkan ke dalam “orang-orang yang beruntung dan bukan golongan orang – orang yang sesat”
Demikianlah, si hamba terus melangkah dan melangkah sampai “mendengar dan menyaksikan” semua sujud dan tasbihnya semua makhluk
di
langit
dan
bumi
hingga
iapun
terjatuh
dan
terjatuh lagi karena tidak sanggup melihat keagungan dan keluasan yang ia saksikan.
Ini adalah sekelumit lintasan yang tergambar melalui tulisan ini,
dan
sebenarnya
tulisan
inipun
tidak
akan
menampung
begitu maha luas dan mendalamnya “keindahan perjalanan dalam shalat”. Yang tertulis disinipun hanya kata dan ungkapan Email :
[email protected] 6
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah dari penulis, karena saya sendiripun belum sampai pada tahap anugerah seperti itu.
Namun ingatlah, bahwa perjalanan itu sungguh bukan merupakan perjalanan yang
mudah,
mutlak
dibutuhkan
bimbingan
“sang
mursyid mukammil” untuk bisa berjalan dengan benar. Karena godaan di kiri kanan perjalanan itu sendiri banyak jumlah dan variasinya.
Tulisan
berikut
mengawali
saya
lahirnya
Pemaparan
tersebut
mulai
dari
perintah saya
kutip
peristiwa
“shalat” dari
dari
berbagai
agung
yang
Allah
SWT.
sumber
yang
layak dipercaya, termasuk didalamnya “bagaimana cara terbaik untuk bisa memahami peristiwa isra’ mi’raj”.
Kemudian
dilanjutkan
dengan
apa
yang
disebut
proses
“pembersihan diri” yaitu wudhu dari adab batin menuju wudhu sampai
proses
wudhu
itu
sendiri,
dengan
lebih
menitikberatkan kepada proses penyucian dari noda-noda batin manusia.
Setelah tahap penyucian kemudian mulailah tahap persiapan menuju
pertemuan
persiapan
menuju
agung shalat
itu
sendiri,
seperti
saat
dimulai adzan
dan
berbagai iqomah,
pakaian dalam shalat sebagai penutup aurat batin dan lahir, tempat pelaksanaan shalat serta kiblat dalam shalat.
Setelah hal tersebut terpenuhi, barulah mulai menuju tahap – tahap dalam perjalanan menuju Allah yaitu shalat. Diawali dengan “qiyam” yang merupakan simbol lurus sesuai syari’ah dan
tetap
istiqomah
tidak
terganggu
godaan
kanan
kiri,
Email :
[email protected] 7
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah sampai peristiwa salam, yakni ketika kita kembali setelah melalui berbagai tahapan perjalanan.
“Ya Allah jauhkan dari diri kami sum’ah dan mahbubiyyah, jadikanlah setiap hembusan tarikan nafas kami adalah nafas untuk mengingat nama-Mu…. Jadikanlah setiap lintasan fikiran kami adalah anugrah untuk bertafakur kepada-Mu…. Jadikanlah setiap
tetesan
keringat
kami
adalah
tetesan
upaya
untuk
menggapai jalan-Mu….”
“Ya
Allah
jadikalan
akhir
segala
urusan
kami
sebagai
kebaikan.”.
Amiin.
Bandung, 29 Desember 2006 Imam Sutrisno
Email :
[email protected] 8
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
\sra’ Mi’raj Kejadian Sebelum Isra’ Mi’raj
Sebelum terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasululloh SAW mengalami
tahun
–
tahun
yang
sangat
memprihatinkan
dan
menyedihkan. Pertama, pemboikotan total yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Pemboikotan ini,
yang
hampir
membuat
berlangsung selama tiga beliau
Siti
beliau,
Khadijjah
bersama
kaum
tahun. yang
dalam
Muslimin
suka
kelaparan,
meninggalnya
Kedua
sangat
mati
mensupport
maupun
duka,
isteri
perjuangan
juga
sempat
mengalami berbagai tekanan dari Kaum Kafir. Siti Khadijah menjadi isteri sejak beliau belum diangkat menjadi Rasul. Ketiga
meninggalnya
paman
beliau
yang
aman
dicintai
Abu
Thalib. Seorang paman yang selalu memberikan perlindungan terhadap
Rasul
dari
tekanan
dan
serangan
Kaum
Qurays.
Kesedihan semakin mendera ketika melihat, bahwa paman yang beliau cintai meninggal “tidak dalam keadaan islam”.
Rangkaian memaknai wanita.
kejadian sebagai
Harta
yang
menyedihkan
tercabutnya
tergambarkan
simbol
oleh
tersebut,
ada
yang
harta,
tahta
dan
“pemboikotan
kaum
kafir
hingga kelaparan (unsur ekonomi)”, tahta tergambarkan dari “meninggalnya Abu Thalib” yang selalu melindungi Rasul dari tekanan kaum kafir Quraisy, serta wanita tergambarkan dari
Email :
[email protected] 9
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah “meninggalnya isteri beliau Siti Khadijah”. Hal ini yang dimaknai pula sebagai “upaya hamba untuk mencabut 3 hal tersebut dari hati, tatkala akan menuju
sebagai “mi’rajnya
orang-orang beriman”.
Peristiwa Isra’
Mi’raj
Di dalam QS. Al-Isra':1 Allah menjelaskan tentang Isra' :
“Ï%©!$# $|Áø%F{$# ωÉfó¡yϑø9$# ’nóx« ¨≅ä. Ï!$yϑø9$# zÏΒ $oΨù=yèy_uρ ( "Dan kami jadikan dari air setiap sesuatu yang hidup" (Al Anbiyaa' : 30).
Sebagaimana Dia menghidupkan setiap sesuatu nikmat dunia, demikian pula dengan karunia dan rahmatNya Dia menjadikan kehidupan hati dengan ketaatan.
Renungkanlah
kejernihan,
kelembutan,
kebersihan,
dan
keberkahan air serta kelembutan percampurannya dengan setiap sesuatu
dan
menyucikan
didalam
setiap
anggota-anggota
sesuatu, tubuh
pergunakanlah
yang
dalam
diperintahkan
oleh
Allah untuk kau sucikan, penuhilah dengan adab-adabnya, baik yang fardhu maupun yang sunnah, karena didalam setiap adab itu terdapat faedah yang banyak. Jika engkau menggunakannya dengan penghormatan,
maka
mata
air
faedah-faedahnya
akan
terpancar bagimu dari dekat.
Kemudian
bergaullah
dengan
makhluk
Allah
Ta'ala
seperti
percampuran air dengan segala sesuatu, seraya memberikan hak segala
sesuatu,
jangan
berubah
dari
maknanya,
dengan
Email :
[email protected] 30
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah meyakini sabda Rosululloh SAW : "Perumpamaan orang Mukmin yang
khusus adalah
seperti
air".
Jadikanlah
kejernihanmu
bersama Allah di dalam semua ketaatanmu seperti kejernihan air ketika diturunkan dari langit, dan dinamai "yang bersih (thohuran)". Sucikanlah hatimu dengan takwa dan yakin saat menyucikan anggota-anggota tubuhmu dengan air. ( Shalat Ahli Makrifat hal. 131).
Sebuah
penemuan
terbaru
tentang
rahasia
air
oleh
Masaru
Emoto, membuktikan bahwa air memiliki "kesadaran". Ia mampu merespon kata-kata bahkan pikiran kita, baik positif maupun negatif.
Ini
membuktikan
bahwa
adanya
keterkaitan
yang
begitu erat antara alam dan jiwa kita.
Manusia itu sendiri sebenarnya air. Pada konsep terbentukmya manusia, telur yang dibuahi 96 % nya adalah air. Setelah lahir 80 % tubuh seorang bayi adalah air. Semakin tubuh manusia sampai
berkembang, prosentase batas
70
%
ketika
air
manusia
berkurang mencapai
dan
menetap
usia
dewasa.
Dengan kata lain, selama ini kita hidup sebagai air. Jadi sebenarnya manusia adalah air. ( True Power of Water hal. 17 )
Sadarilah bahwa air yang begitu agung rahasianya diciptakan Allah
Azza
wa
Jalla
sebagai
wasilah
melalui
perenungan,
"menghidupkan" kejernihan, kelembutan, kesucian, keberkahan dan kelembutan percampurannya.
Hidupkanlah
lahir
dengan
kesucian,
dengan
berkahnya
dijauhkan dari kemalasan, kelemahan dan rasa kantuk dalam diri.
Hidupkanlah
batin
dengan
perenungan
tentang
tempat
Email :
[email protected] 31
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah bermula
(mabda'),
tempat
berakhir
(muntaha'),
tempat
kejadian (mansya') dan tempat kembali (marja').
Sebuah alinea yang begitu agung dan indah merupakan tujuan puncak dari harapan para 'arif terdapat dalam Al Munajat asy Sya'baniyyah, "Illahi, berilah aku keterputusan yang sempurna (dari segala
sesuatu
agar
dapat
terangilah mata
hati
kami
menghadap) dengan
kilau
kepada-Mu
;
pandangannya
kepada-Mu hingga mata hati itu dapat membakar tabirtabir cahaya, lalu ia sampai pada mutiara keagungan, dan ruh kami menjadi terikat pada kemuliaan kudus-Mu”.
Bacaan & Gerakan dalam Wudhu
Niat
Niat merupakan salah satu fardlu dalam Wudhu, dan Wudhu tidak akan sah apabila tidak disertai dengan niat. Niat adalah kemauan
dan
keinginan
hati
untuk
berWudhu,sebagai
wujud mentaati perintah Allah SWT.
Rasululloh SAW, bersabda : "Sesungguhnya amal perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan masing-masing orang bergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
maka
hijrahnya
itu
bernilai
karena
Allah
dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia dan karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu bernilai karena apa yang ditujunya". (HR. Jamaah ; Fiqih Wanita hal. 44) Email :
[email protected] 32
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Membaca Basmallah
Membaca
basmallah
merupakan
Rasulloh SAW : "Tidak sah
sunnah
dalam
Wudhu.
Sabda
orang yang tidak berWudhu dan
tidak sempurna Wudhu sesorang yang tidak menyebut nama Allah (dalam berWudhu)" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Hadits
ini
periwayatan
dha'if dari
(lemah),
hadits
dan
ini,
karena
sebagian
banyaknya ulama
jalur
berpendapat
untuk mengamalkannya (fadlail amal). (Fiqih Wanita hal. 50)
Membasuh Kedua Pergelangan Tangan
Membasuh
kedua
merupakan
sunnah
pergelangan dalam
tangan
Wudhu.
Hal
sebanyak ini
tiga
kali
berdasarkan
Sabda
Rasululloh SAW : "Aku pernah melihat Rasululloh berWudhu , beliau mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali". (HR. Ahmad dan An Nasa'i).
Sebelum membasuh pergelangan tangan, bermunajatlah kepada Allah, "Ya Allah, kami mohon anugerah dan barokah, dan kami berlindung kepadaMu dari keburukan dan kehancuran"
Membasuh dari
pergelangan
segala
dosa-dosa
tangan, yang
merupakan telah
upaya
dilakukan
pembersihan oleh
tangan-
tangan kita. Sadarilah dari pergelangan tangan kita pernah tergores tinta - tinta syetan yang menghasilkan nyanyiannyanyian "syahwat", atau mungkin "pahatan-pahatan analisa manipulatif dalam penyusunan strategi keangkaramurkaan".
Email :
[email protected] 33
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Sadarilah,
sudah
berapa
banyak
korban-koran
dari
esensi
"tidak bersyukur" kita atas anugerah Allah berupa "telapak tangan". berapa
Andaikan
lama
kita
kita "tidak
sekarang
berumur
mensyukuri"
30
tahun,
anugerah
sudah
Allah
ini.
Padahal 30 tahun itu artinya 30 X 365 hari sama dengan 10.950 hari. Yakinkah kita ada hari-hari yang bersih dari kejahatan kita lewat "telapak tangan" ini ? Renungkanlah. Ini belum kita hitung-hitung dosa yang kita perbuat lewat jari-jemari kita.
Berkumur Tiga Kali
Berkumur sebanyak tiga kali merupakan sunnah dalam Wudhu. Rasululloh pernah bersabda : "Apabila engkau berWudhu maka berkumurlah" (HR. Abu Dawud dengan Isnad shahih).
Mulut adalah alat dari mulut hati kita. Mulut kita banyak kotoran
kata-kata,
banyak
ucapan-ucapan
berbusakan
hawa
nafsu dan syahwat kita, lalu mulut kita adalah mulut syetan.
Mulut kita lebih banyak menjadi lobang besar bagi loronglorong yang beronggakan semesta duniawi. Yang keluar dan masuknya hanyalah hembusan panasnya nafsu dan dinginnya hati yang membeku.
Betapa
banyak
dalil-dalil
Al-Qur'an
dan
Hadits,
betapa
berlimpah ruahnya fatwa amar ma'ruf nahi mungkar, tetapi karena keluar dari mulut yang kotor, hanyalah berbau anyir dalam sengak hidung jiwa kita. Karena yang mendorong amar ma'ruf
nahi
mungkarnya
bukan
Alllah,
tetapi
hasrat
hawa
nafsunya, lalu ketika keluar dari jendela bibirnya, kataEmail :
[email protected] 34
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah kata
indah
hanyalah
Sesungguhnya
bau
mulut-mulut
anyir
itu
najis
dalam
sudah
membisu,
ketika
berkumur,
hatinya.
karena
yang
berkata adalah hawa nafsu.
Bermunajatlah kepada
Allah,
"Oh,
Tuhan,
masukkanlah padaku tempat masuk yang benar, dan keluarkanlah diriku di tempat keluar yang benar, dan jadikanlah diriku dari DiriMu, bahwa Engkau adalah Kuasa Yang Menolongku". (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Memasukkan dan Mengeluarkan Air dari Lobang Hidung
Dari Abu Huraira, bahwa Nabi SAW pernah bersabda : "Apabila salah seorang diantara kalian berWudhu, maka hendaknya ia memasukkan
air
ke
dalam
rongga
hidungnya
dan
kemudian
mengeluarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim ; Fiqih Wanita hal. 53).
Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali
jika
dalam
mengeraskannya, tenggorokan. menghirup
keadaan
karena
di-khawatirkan
Rasulullah
air
dengan
berpuasa
bersabda: hidung,
maka
air
ia
masuk
"Keraskanlah
kecuali
jika
tidak
ke
dalam
di
dalam
kamu
sedang
berpuasa". [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam
shahih
Abu
Dawud
629
;
Tata
Cara
Wudhu
dalam
www.akmaliah.com)
Sadarilah, Hidung yang suka mencium aroma wewangian syahwat dunia, lalu jauh dari aroma syurga. Hidung yang menafaskan ciuman
mesra,
tetapi
tersirnakan
dari
kemesraan
ciuman
Email :
[email protected] 35
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah hakiki
di
SinggasanaNya.
Oh,
Tuhan,
aromakan
wewangian
syurgaMu dan Engkau melimpahkan ridloMu…
Semburkan air itu dari hidungmu, sembari munajatkan, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari aroma busuknya neraka, dan bau busuknya". (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Membasuh Muka
Membasuh muka sekali merupakan fardlu, sedangkan tiga kali merupakan
sunnah.
Batas
membasuh
muka
adalah
dari
dahi
tempat tumbuh rambut hingga dagu, dan dari antara dua anak telinga kanan dan kiri menurut lebarnya. Air Wudhu harus mengalir
pada
wajah,
karena
membasuh
disini
berarti
mengalirkan.
Firman Allah SWT : "Wahai orang - orang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan , maka basuhlah muka" (Al Maidah : 6)
Dengan menyucikan hatimu dengan air pengetahuan yang manfaat yang
suci
dan
menyucikan,
baik
itu
bersifat
pengetahuan
syariat, maupun pengetahuan hakikat, serta pengetahuan yang bisa menghapus seluruh penghalang-penghalang, hijab, antara dirinya dan Allah.
Faktanya setiap hari kita Wudhu' membasuh muka kita, tetapi wajah-wajah ainamaa
kita
tuwalluu
tidak
hadir
fatsamma
menghadap
wajhullah…"
Allah,
(kemana
tidak pun
"Fa
engkau
menghadap, wajah hatimu menghadap arah Allah).
Email :
[email protected] 36
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Kenapa wajah dunia, wajah makhluk, wajah-wajah kepentingan nafsu kita, wajah-wajah semesta, wajah dunia dan akhirat, masih terus menghalangi tatapmuka hati anda kepada Allah Ta'ala?
Ini
kebatilan
semua
dibalik
karena
kebatilan
wajah
batil
demi
maupun
kebatilan, kebatilan
baik
dengan
selimut wajah kebenaran, telah membatalkan Wudhu jiwa kita, dan sama sekali tidak kita sucikan dengan air pengetahuan ma'rifatullah
dan
pengetahuan
yang
menyelamatkan
dunia
akhirat kita.
Hijab-hijab
yang
menutupi
wajah
jiwa
kita
untuk
melihat
Allah, sudah terlalu tua untuk menjadi topeng hidup kita. Kita
bertopeng
kebusukan,
bertopeng
rekayasa,
bertopeng
kedudukan dan ambisi kita, bertopeng fasilitas duniawi kita, bertopeng hawa nafsu kita sendiri, bahkan bertopeng ilmu pengetahuan kita serta imajinasi-imajinasi kita atau jubahjubah agama sekali pun.
Lalu wajah kita bopeng, wajah ummat kita penuh dengan cakarcakar nafsu kita, torehan-torehan noda kita, flek-flek hitam nafsu kita, dan alangkah bangganya kita dengan wajah-wajah kita
yang
dijadikan
landasan
syetan,
yang
begitu
bebas
menarikan tangan-tangannya untuk melukis hati kita dengan tinta hitam yang dipanggang di atas jahanam.
Karena
wajah
kita
lebih
senang
berpaling,
berselingkuh
dengan dunia, berpesta dalam mabuk syetan, bergincu dunia, berparas dengan olesan-olesan kesemuan hidup, lalu memakai cadar-cadar hitam kegelapan semesta kemakhlukan.
Banyak orang yang mata kepalanya terbuka, tetapi matahatinya tertutup.
Banyak
orang
yang
mata
kepalanya
tertutup,
Email :
[email protected] 37
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah matahatinya terbuka. Banyak orang yang matahatinya terbuka tetapi
bertabur
debu-debu
kemunafikan
duniawinya.
Banyak
orang yang sudah tidak lagi membuka matahatinya, dan ia kehilangan
Cahaya
Ilahi,
matahatinya
dalam
kegelapan,
lalu
menikmati
yang
menyangka
kepejaman ia
dalam
kebenaran dan kenikmatan.
"Oh, Allah, bersihkan wajahkku dengan cahayaMu, sebagaimana di
hari
janganlah
Engkau Engkau
putihkan hitamkan
wajah-wajah wajahku
KekasihMu.
dengan
Ya
Allah
kegelapanMu,
di
hari, dimana Engkau gelapkan wajah-wajah musuhMu".
"Tuhan, sibakkan cadar hitamku dari tirai yang membugkus hatiku untuk memandangMu, sebagaimana Engkau buka cadar para KekasihMu…" (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Membasuh Kedua Tangan, dari Ujung Jari hingga Siku
Membasuh kedua tangan satu kali wajib hukumnya, sedangkan tiga kali merupakan sunnah. Firman Allah SWT : "Kemudian tangan kalian sampai ke siku" (Al Maidah : 6)
Kedua tangan kita yang sering menggapai hasrat nafsu syahwat kita, berkiprah di lembah kotor dan najis jiwa kita, sampai pada tahap siku-siku hakikat kita dan manfaat agung yang ada di sana.
Tangan kita telah mencuri hati kita, lalu ruang jiwa kita kehilangan khazanah hakikat Cahaya hati. Tangan nafsu kita telah mengkorupsi amanah-amanah Ilahi dalam jiwa, lalu kita
Email :
[email protected] 38
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah mendapatkan
pundi-pundi
duniawi
penuh
kealpaan
dan
kemunafikan.
Tangan-tangan kita telah merampas makanan-makanan kefakiran kita, kebutuhan hati kita, memaksa dan memperkosa hati kita untuk dijadikan tunggangan liar nafsu kita. Tangan-tangan kita telah memukul dan menampar wajah hati yang menghadap Allah,
menuding
muka-muka
jiwa
yang
menghadap
Allah,
merobek-robek pakaian pengantin yang bermahkotakan riasan indah para Sufi.
Maka
basuhlah
beningnya
cermin
tanganmu
dengan
ma'rifat,
dari
air mata
kecintaan, air
dari
dengan bengawan
syurga.
Basuhlah tangan kananmu, sembari munajat: "Oh, Allah..berikanlah Kitabku melalui tangan kananku, dan hitanglah amalku dengan hitungan yang seringan-ringannya".
Basuhlah tangan kirimu dengan munajat: "Oh, Allah, aku berlindung kepadaMu, dari pemberian kitabku dari
tangan kiriku
atau
dari
belakang
punggungku…"(Wudhu
Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Mengusap Kepala
Pengertian mengusap disini adalah membasahi kepala dengan air. Firman Allah : "Dan usaplah kepala kalian" (Al Maidah : 6)
Email :
[email protected] 39
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dari
Ali
bin
Abi
Thalib
Radhiyallahu
Anhu
diriwayatkan
mengenai sifat Wudhu Nabi SAW, dimana ia mengatakan :"Beliau mengusap kepalanya satu kali". (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasai dengan isnad shahih) (Fiqih Wanita hal 45)
Kepala kita telah bertabur debu-debu yang mengotori hati kita,
memaksa
sampai
hati
hati
kita
kita
bukan
mengikuti lagi
selera
menghadap
pikiran
kepadaNya,
kira, tetapi
menghadap seperti cara menghadap wajah di kepala kita, yaitu menghadap dunia yang hina dan rendah ini.
Pada kepala kita yang sering menunduk pada dunia, pada wujud semesta, tunduk dalam pemberhalaan dan perbudakan makhluk, tanpa hati kita menunduk kepada Allah Ta'ala, kepada AsmaasmaNya yang tersembunyi dibalik semesta lahir dan batin kita, lalu kepala kita memalingkan wajah hati kita untuk berpindah ke lain wajah hati yang hakiki.
Mari
kita usap
dengan
air
Cahaya,
agar
wajah
hati
kita
bersinar kembali, tidak menghadap ke arah remang-remang yang menuju gelap yang berlapis gulita, tidak lagi menengok pada rimba
duniawi
yang
dipenuhi
kebuasan
dan
liar
kebinatangannya.
Kepala-kepala kita sering menunduk pada berhala-berhala yang mengitari hati kita. Padahal hati kita adalah Baitullah, Rumah Ilahi. Betapa kita sangat tidak beradab dan bahkan membangun kemusyrikan, mengatasnamakan Rumah Tuhan, tetapi demi
kepentingan
berhala-berhala
yang
kita
bangun
dari
tonggak-tonggak nafsu kita, lalu kita sembah dengan ritualritual
syetan,
imajinasi-imajinasi,
kebanggaan-kebanggan,
lalu begitu sombongnya kepala kita terangkat dan mendongak. Email :
[email protected] 40
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Mari kita usap kepala kita dengan usapan Kasih Sayang Ilahi. Karena
kepala
duniawi,
kita
terpanaskan
telah oleh
terpanggang ambisi
panasnya
amarah
dan
neraka
emosi
nafsu
syahwati, terjemur di hamparan mahsyar duniawi.
Sembari kita mengusap, mesti munajat: "Oh Allah, payungi kepalaku dengan berkahMu, ArasyMu, payungMu.
dan
Payung
lindungi
dihari Oh,
RahmatMu, turunkan diriku
ketika
dengan
tidak
Tuhan….jauhkan
ada
padaku
berkah-
perlindungan lagi
rambutku
payung
dan
payung kecuali
kulitku
dari
neraka " (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Mengusap Daun Telinga
Disunnahkan dalam dalam
maupun
berWudhu
luar.
mengusap
Rasululloh
SAW
telinga, bersabda
baik :
bagian
"Didalam
Wudhunya, Rasululloh mengusap kepala dan kedua telinganya, yaitu bagian luar dan dalamnya. Beliau memasukkan kedua jari (tangan kanan dan kiri) ke dalam lubang kedua telinganya." (HR. Abu Dawud)
Telinga yang sering mendengarkan paraunya dunia, yang anda kira sebagai kemerduan musik para bidadari syurga. Telinga yang
berbisik
kebusukan
dan
kedustaan,
telinga
yang
menikmati gunjingan demi gunjingan.
Telinga yang fantastik dengan mendengarkan indahnya musik duniawi, lalu menutup telinga ketika suara-suara kebenaran bersautan. Amboi, kenapa telingamu seperti telinga orang-
Email :
[email protected] 41
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah orang munafik ? Apakah anda lebih senang menjadi orang-orang yang tuli telinga hatinya?
Munajatlah: "Oh
Tuhan,
jadikan
diriku
tergolong
orang-orang
yang
mendengarkan ucapan yang benar dan mengikuti yang paling baik.
Tuhan,
perdengarkan
telingaku
panggilan-panggilan
syurga di dalam syurga bersama hamba-hambaMu yang baik." (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Membasuh Kedua Kaki
Membasuh kaki dilakukan hingga mencapai kedua mata kaki. Firman Allah: "Basuhlah kaki kalian sampai kedua mata kaki" (Al Maidah : 6)
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, dimana ia menceritakan : "Rasulullah pernah tertinggal di belakang kami dalam suatu perjalanan. Pada saat itu kami telah mengetahui datangnya waktu
Ashar. Kemudian kami berWudhu dan membasuh kedua kaki
kami. Sembari melihat ke arah kami beliau berseru dengan suara keras mengatakan, dua atau tiga kali ! Celaka bagi tumit-tumit (yang tidak kena air) dari siksaan api neraka" (HR. Muttafaqun "Alaih dalam Fiqih Wanita hal. 47)
Kaki-kaki
yang
melangkahkan
pijakannya
ke
alam
dunia
semesta, yang berlari mengejar syahwat dan kehinaan, yang bergegas dalam pijakan kenikmatan dan kelezatan pesonanya.
Kaki-kaki yang sering terpeleset ke jurang kemunafikan dan kezaliman, terluka oleh syahwat dan emosinya, oleh dendam, Email :
[email protected] 42
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah iri
dan
akhlaq,
dengkinya, air
yang
haruslah
berumber
segera
dari
dibasuh
adab,
dan
dengan
air
bermuara
ke
samudera Ilahiyah.
Basuhlah kedua kakimu sampai kedua matakakimu. Agar langkahlangkahmu menjadi semangat baru untuk bangkit menuju Allah, menapak
tilas
Jalan
Allah,
secepat
kilat
melesat
menuju
Allah. Basuhlah dengan air salsabila, yang mengaliri wajah semesta menjadi jalan lurus lempang menuju Tuhan. (Wudhu Kaum Sufi dalam www.sufinews.com)
Tertib (Bersusun)
Artinya akhir.
mendahulukan Firman
Allah
yang :
dahulu
"Wahai
dan
mengakhirkan
orang-orang
yang
yang
beriman,
apabila kalian hendak mengerjakan , maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai ke siku. Kemudian sapulah kepala kalian serta
basuhlah
kaki
kalian
sampai
kedua
mata
kaki"
(Al
Maidah : 6 )
Wudhu merupakan sebuah proses pembersihan lahir dan batin, penyucian jiwa di lembah Istighfar.
Lihat Alur Proses Pembersihan dalam Wudhu
Email :
[email protected] 43
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Email :
[email protected] 44
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Hikmah Wudhu
Wudhu dan Kesehatan
Kalau
diperhatikan,
anggota
badan
yang
dibasuh
ketika
berWudhu adalah anggota-anggota badan yang sering terbuka. Anggota
badan
kita
yang
terbuka
sangat
rentan
didatangi
kuman, selain memang kulit kita dihuni oleh kuman-kuman yang normal keberadaannya, kuman-kuman yang bersifat simbiotik mutualisme sistem
(keberadaannya
pertahannan
komensalisme
membantu
tubuh)
juga
kulit
kuman-kuman
(keberadaanya
kerugian/penyakit) (opportunistic)
juga
(kuman
tidak
yang
yang
akan
misalnya
dalam
simbiotik menimbulkan
patogen
potensial
menimbulkan
penyakit),
kuman-kuman ini yang dikenal dengan flora normal kulit.
Menurut
ilmu
bacteria
(mikrobakteriology),
1
cm
meter
persegi dari kulit kita yang terbuka bisa dihinggapi lebih 5 juta
bakteri
yang
perkembangannya
sangat
paling
mempengaruhi
bermacam-macam. cepat
dan
salah
perkembangannya
Bakteri satu
adalah
faktor
ini yang
keseimbangan
asam-basa (pH). PH permukaan kulit sangat berperan dalam memproteksi tubuh dan membatasi perkembangan kuman yang akan menimbulkan penyakit.
Ketika membasuh kulit dengan air, maka keseimbangan pH dan kelembaban
itu
akan
terkoreksi
kembali
dan
diharapkan
kembali normal. Kulit kita terdiri atas beberapa lapisan, salah satunya adalah epidermis pada lapisan terluar (yang mengadakan kontak
langsung
dengan
lingkungan
luar).
Pada
lapisan ini terdapat lapisan sel tanduk (stratum corneum) yang selalu mengalami deskuamasi (penggantian dan pembuangan Email :
[email protected] 45
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah sel-sel kulit mati pada stratum korneum) dan kadang sel-sel kulit yang mati dan mengelupas itu akan menyumbat pori-pori yang juga bermuara pada lapisan epidermis, hal inilah yg dapat menimbulkan penyakit pada kulit. Ketika berWudhu, maka air akan membantu membuang kotoran-kotoran, sisa-sisa sel kulit
mati
tadi
dan
meminimalisir
jumlah
kuman
pada
permukaan kulit kita.
Menurut para ahli pada lembaga riset trombosis di London (Inggris), jika seseorang selalu mandi atau membasuh anggota tubuhnya,
maka
akan
memperbaiki
dan
melancarkan
sistem
peredaran darah, air yang mengandung elektrolit-elektrolit akan membuat pembuluh-pembuluh darah mengalami vasodilatasi (pelebaran) sehinggga memperlancar peredarannya.
Juga yang lebih penting adalah efek air pada tubuh kita, yaitu meningkatkan produksi sel-sel darah putih (leukosit) yang sangat berperan penting dalam system pertahanan tubuh (immunitas).
Bahkan
dari
bunyi
gemericik
air
dan
kesejukannya, saraf-saraf tubuh yang mengalami ketegangan akibat aktifitas sebelumnya akan mengalami relaksasi juga mengembalikan kemampuan kerja otot-otot tubuh kita.
Ketika berwudhu,
kita
juga
dianjurkan
berkumur,
bersiwak
(gosok gigi), membersihkan hidung, dan membersihkan selasela
jari
tangan
dan
kaki.
Rasulullah
s.a.w.
pernah
mengingatkan kepada umatnya :"Alangkah baiknya orang-orang yang mau menyela-nyela? Mereka bertanya: Siapa mereka wahai Rasulullah? menyela-nyela
Beliau dalam
menjawab wudhu
:
dan
Mereka dari
adalah
makanan,
yang
dalam
mau wudhu
adalah dengan berkumur, menghisap air hidung dan menyelanyela
jari-jemari
mereka
pada
saat
berwudhu,
sedangkan
Email :
[email protected] 46
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah menyela-nyela
gigi
adalah
membersihkannya
dari
bekas
makanan.
Sesungguhnya
yang
paling
menjengkelkan
kedua
malaikat
(pencatat) adalah ketika mereka melihat bekas makanan di sela-sela gigi mereka sedangkan mereka mendirikan Shalat" (H.R. Ahmad dari Abu Ayub).
Kalau kita tahu, mulut dan hidung kita ini merupakan sarang bakteri
berbahaya. Bila
kita
tidak
rajin
membersihkannya
bisa menimbulkan berbagai macam penyakit.
Bakteri-bakteri makanan
yang
bersihkan. mereka
tersebut ada
di
Penelitian
yang
semakin
oleh
bekas-bekas
gigi
yang
tidak
sela-sela
subur
pernah
menderita
membuktikan
kerusakan
bahwa
gigi,
kita
90%
adalah
dari
karena
keteledoran dalam melakukan kebersihan mulut. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri yang ada di mulut kita tidak hanya mengancam
gigi
dan
gusi,
tetapi
juga
mengancam
sistem
pencernaan kita, ini karena air liur yang kita telan berasal dari mulut.
Ada
beberapa
penyakit
yang
dapat
disebabkan
kurang
diperhatikannya kesehatan gigi dan mulut dan efeknya adalah timbul penyakit pada organ lain, misalnya sinusitis causa kerusakan senantiasa
gigi
(geraham
menjaga
atas).
kebersihan
Akhirnya,
dan
marilah
kesehatan
badan
kita kita
dengan rajin berwudhu dengan air yang suci dan bersih, dan dengan
tata
cara
yang
benar.
(Dewan
Asatidz
dalam
www.pesantrenvirtual.com)
Email :
[email protected] 47
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Wudhu dan Titik Biologis
Dalam
sebuah
artikel
yang
ditulis
oleh
Dr.
Magomedov,
asisten pada lembaga General Hygiene and Ecology (Kesehatan Umum
dan
Ekologi)
dijelaskan
di
bagaimana
Daghestan wudhu
State
dapat
Medical
Academy'
menstimulasi/merangsang
irama tubuh alami. Rangsangan ini muncul pada seluruh tubuh, khususnya pada area yang disebut Biological Active Spots (BASes) atau titik-titik aktif biologis. Menurut riset ini, BASes mirip dengan titik-titik refleksologi Cina.
Bedanya, terang Dr. Magomedov, untuk menguasai titik-titik refleksi Cina dengan tuntas paling tidak dibutuhkan waktu 15-20 tahun. Bandingkan dengan praktek wudhu yang sangat sederhana. Keutamaan lainnya, refleksologi hanya berfungsi menyembuhkan
sedangkan
wudhu
sangat
efektif
mencegah
masuknya bibit penyakit.
Menurut peneliti yang juga menguasai ilmu refleksologi Cina ini, 61 dari 65 titik refleks Cina adalah bagian tubuh yang dibasuh air wudhu. Lima lainnya terletak antara tumit dan lutut, di mana bagian ini juga, merupakan area wudhu yang tidak diwajibkan.
Sistem metabolisme tubuh
manusia terhubung
dengan
jutaan
syaraf yang ujungnya tersebar di sepanjang kulit. Guyuran air wudhu dalam konsep pengobatan modern adalah hidromassage alias
pijat
dengan
memanfaatkan
air
sebagai
media
penyembuhan.
Membasuh area wajah misalnya, pijatan air akan memberi efek positif
pada
usus,
ginjal,
dan
sistem
saraf
maupun
Email :
[email protected] 48
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah reproduksi. Membasuh kaki kiri berefek positif pada kelenjar pituitari,
otak
yang
mengatur
fungsi-fungsi
kelenjar
endokrin (kelenjar yang bertugas mengatur pengeluaran hormon dan mengendalikan pertumbuhan). Di telinga terdapat ratusan titik
biologis
yang
akan
menurunkan
tekanan
darah
dan
mengurangi sakit.
Wudhu dan Pengobatan Medis
Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers: a Sport for the Body and Soul (Olahraga untuk jasmani dan Rohani) menjelaskan bahwa wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Cara paling efektif mengenyahkan risiko ini adalah membersihkannya secara rutin. Berwudhu lima kali sehari adalah antisipasi yang lebih dari cukup.
Menurut Salem, membasuh wajah meremajakan sel-sel kulit muka dan membantu mencegah munculnya keriput. Selain kulit, wudhu juga meremajakan selaput lendir yang menjadi gugus depan pertahanan tubuh. Peremajaan menjadi penting karena salah satu tugas utama lendir ibarat membawa contoh benda asing yang masuk kepada dua senjata pamungkas yang sudah dimiliki, manusia secara alami, yaitu limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B).
Keduanya
bersiaga
di
jaringan
limfoid
dan
sistem
getah
bening dan mampu menghancurkan penyusup yang berniat buruk terhadap
tubuh.
Bayangkan
jika
fungsi
mereka
terganggu.
Sebaliknya, wudhu meningkatkan daya kerja mereka. Email :
[email protected] 49
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Pintu
masuk
lain
yang
tak
kalah
penting
adalah
lubang
hidung. Dalam wudhu disunatkan menghirup air dari hidung dan dikeluarkan lewat mulut. Cara ini adalah penangkal efektif ISPA
(Infeksi
Saluran
Pernapasan
Akut),
TBC,
dan
kanker
secara dini. (www.bisnis-syariah.com)
Email :
[email protected] 50
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
cendahuluan fhalat Pengertian Shalat
Secara etimologis,
shalat berarti do’a seperti difirmankan
Allah :
ª!$#uρ 3 öΝçλ°; Ös3y™ y7s?4θn=|¹ ¨βÎ) ( öΝÎγø‹n=tæ Èe≅|¹uρ $pκÍ5 ΝÍκUÏj.t“è?uρ öΝèδãÎdγsÜè? Zπs%y‰|¹ öΝÏλÎ;≡uθøΒr& ôÏΒ õ‹è{ íΟŠÎ=tæ ìì‹Ïϑy™ “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan Berdo’alah untuk mereka.
Karena
sesunggunya
do’a
kalian
itu
menjadikan
ketentraman bagi jiwa mereka “. ( At Taubah : 103).
Sedangkan
menurut
syara’
shalat
adalah
menyembah
Allah
Ta’ala dengan beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dan wajib melakukannya
pada
waktu-waktu
yang
telah
ditentukan.
Rasululloh SAW bersabda : “Islam ditegakkan dia atas lima dasar, syahadah (menyaksikan) bahwa tiada Tuhan selain Allah
Email :
[email protected] 51
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah dan
Muhammad
adalah
Rasululloh,
mendirikan
shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menunaikannya.” (HR. Bukhari ).
Keutamaan Shalat
Sesungguhnya Shalat yang diperintahkan Allah Ta’ala memiliki banyak sekali keutamaan, diantaranya adalah : ( Abdullah Gymnastiar :
1. Shalat
Best of The Best )
merupakan
sarana
khusus
pertemuan
hamba
dengan
Sang Khaliq. Firman Allah SWT :
∩⊇⊆∪ ü“Ìò2Ï%Î! nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r&uρ ’ÎΤô‰ç6ôã$$sù O$tΡr& HωÎ) tµ≈s9Î) Iω ª!$# $tΡr& ûÍ_¯ΡÎ) “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
untuk
mengingatku”. (Thaahaa : 14). Sabda Rasululloh SAW : “ Shalat adalah mi’rajnya seorang mukmin” (al Hadits)
2. Shalat menjadi sarana pencarian atas problema kehidupan. Firman Allah SWT : Firman Allah Allah SWT :
∩⊇∈⊂∪ tÎÉ9≈¢Á9$# yìtΒ ©!$# ¨βÎ) 4 Íο4θn=¢Á9$#uρ Îö9¢Á9$$Î/ (#θãΨ‹ÏètGó™$# (#θãΖtΒ#u zƒÏ%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ “Hai sabar
orang-orang sebagai
yang
beriman,
jadikanlah
penolongmu,sesungguhnya
shalat
Allah
dan
beserta
orang-orang yang sabar. ( Al Baqarah : 153)
Email :
[email protected] 52
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
3. Membina Kedisiplinan Firman Allah :
∩⊇⊃⊂∪ $Y?θè%öθ¨Β $Y7≈tFÏ. šÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tã ôMtΡ%x. nο4θn=¢Á9$# ¨βÎ) 4 “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang beriman.” (An Nisa : 103)
4. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Rasululloh SAW bersabda : “Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai dekat pintu rumah seseorang yang airnya mengalir dan melimpah, dan ia mandi di sungai itu lima kali setiap harinya, maka tidaklah kamu melihat lagi kotorannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Mendapat Keunggulan Mental Firman Allah SWT :
∩⊄∇∪ Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# Ìò2É‹Î/ Ÿωr& 3 «!$# Ìø.É‹Î/ Οßγç/θè=è% ’È⌡uΚôÜs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# “ (Yaitu) Orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” ( Ar Ra’d : 28)
6. Mempermudah Rezeki Berkah Firman Allah SWT :
∩⊂∪ ... 4 Ü=Å¡tFøts† Ÿω ß]ø‹ym ôÏΒ çµø%ã—ötƒuρ ∩⊄∪ %[`tøƒxΧ …ã&©! ≅yèøgs† ©!$# È,−Gtƒ tΒuρ ...
Email :
[email protected] 53
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah “… Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” ( Ath Thalaq :2-3).
Rasululloh
SAW
bersabda,
“Sesungguhnya
Allah
Ta’ala
berfirman : “Wahai Anak Adam ! Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada ) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim).
7. Bukti Rasa Syukur Firman Allah SWT :
∩⊂∪ çtIö/F{$# uθèδ š t∞ÏΡ$x© HχÎ) ∩⊄∪ öptùΥ$#uρ y7În/tÏ9 Èe≅|Ásù ∩⊇∪ trOöθs3ø9$# š ≈oΨø‹sÜôãr& !$¯ΡÎ) “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka
berkorbanlah.
dirikanlah
shalat
Sesungguhnya
karena
orang-orang
Tuhanmu
yang
dan
membecimu
dialah yang terputus.” (Al Kautsar : 1-3). Sabda
Rasulullah
SAW
:
“Dari
Aisyah
ra,
ia
berkata,
“Sesungguhnya Nabi SAW selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam hingga kedua kakinya bengkak.” Aisyah ra bertanya,
“Wahai
Rasululloh,
mengapa
engkau
berbuat
demikian sedangkan Allah telah mengampuni semua dosamu, baik yang telah lampau maupun yang akan datang ?” Beliau menjawab,
“Apakah
tidak
sepantasnya
jika
aku
menjadi
seorang hamba yang selalu bersyukur ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Email :
[email protected] 54
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Kehadiran Hati
Rasululloh SAW bersabda : “Sesungguhnya di dalam jasad ada suatu
gumpalan,
bila
gumpalan
ini
baik
maka
baik
pula
seluruh jasad dan apabila rusak maka rusak pula seluruh jasad.
Ketahuilah
bahwa
gumpalan
itu
adalah
hati.”
(HR.
Bukhari dan Muslim)
Menurut Imam Ghazali, Kehadiran Hati dalam Shalat adalah Mengosongkan hati dari hal – hal yang tidak boleh mencampuri dan
mengajaknya
perbuatan
berbicara,
senantiasa
berkeliaran
kepada
terpalingkan
dari
sehingga
pengetahuan
menyertainya selainnya.
apa
yang
tentang
dan
pikiran
tidak
Selagi
pikiran
tidak
tengah
ditekuninya
sedangkan
hatinya masih tetap mengingat apa yang tengah dihadapinya dan
tidak
ada
kelalaian
di
dalamnya
maka
berarti
telah
tercapai kehadiran hati.
Kehadiran hati merupakan ruh . Batas minimal keberadaan ruh ini ialah kehadiran hati pada saat takbiratul ihram. Bila kurang dari batas minimal ini berarti kebinasaan.
Fakta menyatakan, bahwa
shalat yang khusyu’ ( kehadiran
hati ) merupakan hal yang tidak mudah, dan termasuk barang langka
di
jaman
ini,
padahal
“kelalaian
dari
mengingat
Allah” sebagai manifestasi ketidakhadiran hati, hanya akan mendapatkan,
apa
yang
disebut
Rasul
sebagai
“letih
dan
payah”. Rasululloh SAW, bersabda : “Betapa banyak orang yang menegakkan
shalat hanya memperoleh letih dan payah” (HR.
Nasai).
Email :
[email protected] 55
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Allah SWT berfirman :
∩⊇⊆∪ ü“Ìò2Ï%Î! nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r&uρ …….. “… dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku” (Thaahaa :
14), lahiriah perintah shalat adalah wajib, sedangkan lalai adalah lawan ingat. Siapa yang lalai dalam semua nya maka bagaimana
mungkin
dia
bisa
mendirikan
mengingat-Nya ? Orang yang sedang bermunajat orang
kepada
yang
lalai
Tuhannya, tidak
untuk
adalah orang yang tengah
sedangkan
bisa
shalat
disebut
pembicaraan munajat.
dengan
Demikian
keterangan dari Imam Ghazali (Sa’id Hawwa dalam Mensucikan Jiwa).
Makna Batin dalam Shalat
Menurut
Imam
Ghazali,
makna
batin
dalam
Shalat
memiliki
banyak ungkapan, namun terangkum dalam enam perkara, yaitu kehadiran hati, taffahum (kefahaman), ta’dzim (rasa hormat), haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat), raja’ (pengharapan), dan haya (rasa malu).
Kehadiran hati , Maksudnya mengosongkan dan menjaga dialog hati, dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan amalan yang sedang dikerjakan. Juga pikirannya tidak boleh memantau dari selain perbuatan dan hati, yang sedang terkait dengan amalan .
Faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah atau perhatian utama. undangan
Dengan lain perkataan hati bisa hadir, bila ada kepada
“perhatian
utama”.
Kehadiran
hati
dalam
Email :
[email protected] 56
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah terwujud
bila
perhatian
utama
diarahkan
kepada
setiap
perilaku .
Himmah bisa terarah bila, mengetahui secara jelas tujuan yang
akan
merupakan
dicarinya, sarana
yakni
menuju
Allah
kepadaNya.
Azza
Wa
Akal
Jalla,
sehatpun
dan akan
mengatakan “bagaimana mungkin, hati tidak hadir sedangkan yang dihadapan adalah Raja Diraja, yang di tanganNya segala kerajaan, kekuasaan, manfaat dan bahaya”.
Hadirnya
hati
bukan
sebuah
“keterpaksaan”
bahkan
bukan
sesuatu yang “diusahakan”, karena hati akan hadir kepada “perhatian
utama”.
Ketidakhadiran
hati
dalam
karena “perhatian utama” tidak tertuju kepada
perilaku
itu sendiri.
Bila demikian maka hati akan menuju perhatian- perhatian nafsu duniawi.
Inilah yang disebut “kelalaian”, karena bagaimana mungkin kita sedang bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan hati kita tidak “menghadap-Nya”.
Email :
[email protected] 57
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Email :
[email protected] 58
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Taffahum ( Kefahaman )
berarti Peliputan hati terhadap pengetahuan lafadz dan gerak dalam
Shalat.
dalam
yang
sebuah
hikmah
Pengetahuan terbenam
terhadap
dalam
akhlaqul
lubuk
karimah
setiap hati
dalam
ucapan,
akan
gerak
memancarkan
kehidupan.
Dalam
lafadz dan gerak yang terkontrol oleh kehadiran hati akan dapat mengendalikan fikiran dan akal dalam setiap ucapan dan gerak
itu sendiri.
Terapi
untuk
taffahum
adalah
menghadirkan
hati
disertai
konsentrasi berfikir dan kesiagaan untuk menolak berbagai lintasan pikiran ( yang liar ). Sedangkan untuk menolak lintasan fikiran yang menyibukkan adalah dengan membebasan diri
dari
kepadanya.
sebab
–
Siapa
sebab yang
yang
membuat
mencintai
fikiran
sesuatu
tertarik
pasti
banyak
mengingatnya, sehingga dengan demikian ingatan kepada yang dicintai pasti melanda hati.
Ta’dzim ( Rasa Hormat )
Rasa hormat akan hadir dari ma’rifah kepada keagungan dan kemuliaan Allah. Siapa yang tidak diyakini keagunganNya maka jiwa tidak akan mau mengagungkanNya. Buah dari ma’rifah ini akan
menghasilkan
ma’rifah
khusyu’
tersebut,
(tunduk)
penyebab
kepada
timbul
rasa
Allah.
Selain
hormat
juga
disebabkan oleh ma’rifah akan kehinaan dirinya, karena tidak mempunyai
kuasa
apa
–
apa.
Buah
dari
ma’rifah
ini
menghasilkan rasa pasrah dan tidak berdaya. Rasa pasrah dan tidak berdaya akan menghasilkan rasa hormat.
Email :
[email protected] 59
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Haibah ( Rasa Takut dari Rasa Hormat )
Rasa Takut merupakan keadaan jiwa yang lahir dari ma’rifat akan
kekuasaan
Allah,
padanya.
Allahpun
terdahulu
dan
kerajanNya.
hukuman-Nya,
seandainya
kemudian,
Semakin
tidak
dalam
pengaruh
kehendakNya
menghancurkan
orang-orang
akan
berpengaruh
pengetahuan
terhadap
terhadap
Allah
menjadikan semakin takut kepadaNya.
Raja’ ( Harap )
Harap akan muncul karena telah adanya keyakinan terhadap janji – janji Allah dan pengetahuan tentang kelembutanNya, keindahan ciptaannya, keluasan nikmatNya.
Haya’ ( Rasa Malu )
Rasa
malu
akan
muncul
melalui
perasaan
serba
kekurangan
dalam beribadah dan pengetahuannya akan ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak Allah. Rasa malu tersebut semakin kuat dengan mengetahui cacat dirinya, kurang ikhlas dalam beribadah, keburukan batinnya serta kecenderungan terhadap duniawi
dalam
perbuatan
ibadatnya.
Selain
itu
rasa
malu
muncul juga disebabkan oleh pengetahuan bahwa Allah Maha Mengetahui
segala
rahasia
dan
lintasan
hati
sampai
yang
sekecil-kecilnya.
Email :
[email protected] 60
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Adzan & Iqomah
Rasululloh SAW masjid
sebelum
bersinar
bersabda, adzan
bagaikan
panggilan
“Apabila
seseorang
berkumandang,
matahari.
maka
Apabila
pergi
orang datang
menuju
tersebut memenuhi
ketika adzan berkumandang, maka orang tersebut
seperti cahaya bulan. Dan apabila dia datang segera setelah selesi adzan, maka dia bercahaya seperti bintang-bintang.” ( Al Hadits )
Imam
Al
Ghazali,
menasehati,
“Ketika
mendengar
seruan
mu’adzin maka hadirkanlah di dalam hati tentang dahsyatnya seruan hari kiamat dan bersegeralah dengan lahir dan batin untuk segera memenuhinya, karena orang-orang yang bersegera memenuhi seruan ini adalah orang-orang yang dipanggil dengan penuh lemah lembut pada hari “pagelaran akbar”. Arahkan hati kepada
seruan
kegembiraan dan
ini.
Jika
kita
kesenangan,
penuh
mendapatkannya dengan
keinginan
penuh untuk
memulainya maka ketahuilah bahwa akan datang kepadamu seruan berita gembira dan kemenangan pada hari pengadilan.” ( Sa’id Hawwa dalam Mensucikan Jiwa )
Ketika berjalan menuju tempat , disunnahkan berdo’a : “Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hati, lidah, pendengaran dan pandanganku, serta jadikanlah cahaya di belakang, depan, atas dan bawahku. Berikanlah cahaya itu padaku” (HR. Muslim)
Bacaan-bacaan dalam adzan menggambarkan, sebuah pemberitaan atas keagungan Allah, segala puji hanya milik Allah yang Agung (takbir), melalui wasilah risalah Rasul kita menuju kepada-Nya. Apabila segala persiapan batin telah terpenuhi,
Email :
[email protected] 61
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah bersegeralah menuju perjumpaan (hayya ‘ala shalah), marilah menuju
kemenangan
yang
hakiki
(hayya
‘ala
al
falah).
Kemudian kembali ke ruh Illahi bahwa segalanya hanya karena keagungan Allah (takbir) semata,
karena manusia tidak punya
keberdayaan diri. Dialah Allah Yang Maha Awal dan Maha Akhir (tahlil).
Dalam Iqomah, sekali lagi melalui pengulangan-pengulangan atas keagungan Allah, serta memperkuat permintaan syafaat dan tawasul, ketika sampai disini, maka Qad qomatish shalah ( telah ditegakkan). Proses ini dilalui dengan mengumpulkan semua
kekuatan
yang
tersebar
di
berbagai
arah
dan
menjadikannya sebagai penyempurna untuk menuju Allah.
Menutup Aurat
Menutup
aurat
seseorang,
merupakan
tidak
bisa
salah
dikatakan
satu sah,
syarat bila
syahnya
aurat
tidak
tertutup. Firman Allah SWT :
7‰Éfó¡tΒ Èe≅ä. y‰ΖÏã ö/ä3tGt⊥ƒÎ— (#ρä‹è{ tΠyŠ#u ûÍ_t6≈tƒ * “Hai Anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid” ( Al A’raf : 31 )
Email :
[email protected] 62
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Dzhohir kita dalam menutupi aurat mempergunakan pakaian yang memenuhi kriteria suci dari hadats dan suci dari status kepemilikan,
artinya
pakaian
yang
dipakai
halal
adanya.
Apabila dua kriteria tersebut tidak terpenuhi maka secara hukum Shalat kita tidak sah.
Email :
[email protected] 63
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Pahamilah,
pakaian
lahir
adalah
nikmat
dari
Allah
yang
menutup aurat anak Adam. Pakaian merupakan kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan hamba-hambaNya, keturunan Adam a.s (kemuliaan) yang tidak pernah diberikan-Nya kepada yang lain. Pakaian juga merupakan alat bagi kaum mukmin untuk menunaikan kewajiban mereka yang telah dilekatkan oleh Allah kepada mereka.
Renungkanlah secara mendalam, bahwa Allah memulikan manusia dengan menutup aib lahiriah badani dengan berbagai jenis pakaian. Allah pula menutup aib-aib perbuatan dengan tabir malakut.
Seandainya
perilaku,
akhlak
tidak
kita
ada
akan
“tabir
nampak
malakut”,
bentuknya
dan
maka “al
fadhilah” serta kehinaan pun akan melekat pada kita di dunia ini.
Tetapi
Allah
SWT
menutupi
dari
pandangan
seluruh
penghuni alam ini dengan penutup milik-Nya. Allah menutupi keburukan
akhlak
membentuk
raga
kita
kita,
dengan dengan
“bentuk bentuk
malakut”,
yang
serta
seimbang
dan
simetris. Renungkan dengan bentuk makhluk lain di dunia ini.
Tatkala kita hendak menghadap-Nya, tutuplah aib – aib ruhani kita dengan berbagai terapi. Hadirkan keburukan – keburukan akhlak kita, kemudian tutupi dengan penyesalan, rasa malu dan takut terhadap Allah SWT. Bangkitkan berjuta – juta tentara rasa takut dan malu, taklukan jiwamu untuk bersiapsiap berdiri menghadap Allah sebagai hamba yang berdosa, berbuat
jahat
dan
lalai
yang
menyesal
kemudian
kembali
kepada pelindung-Nya.
Pakaian terindah bagi kaum mukmin adalah taqwa, sedangkan pakaian ternikmat adalah iman. Sedangkan yang terbaik adalah Email :
[email protected] 64
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah yang tidak membuat lalai dari Allah Azza wa Jalla, bahkan mendekatkan kepada syukur, dzikir dan ketaatan kepada-Nya, bukan pakaian yang membuat bangga diri, riya,
terlebih lagi
sombong.
Imam Ash Shadiq a.s. berkata :
“ Apabila engkau mengenakan pakaianmu, maka ingatlah tabir Allah Ta’ala rakhmatNya. sebagaimana
yang
Tutuplah engkau
Jadikanlah batinmu
menutupi batinmu
menutup berada
dosa-dosamu dengan
lahirmu dalam
kebenaran,
dengan
tabir
dengan
pakaian.
ketakutan
dan
lahirmu dalam tabir ketaatan”.
“Pikirkanlah karunia Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan bahan-bahan pakaian untuk menutupi aurat lahiriah, yang membuka pintu-pintu tobat untuk menutupi aurat batin dari dosa-dosa dan akhlak buruk. Jangan membuka aib siapapun, karena Allah telah menutup aibmu, itu lebih baik.”
“Sibukkanlah dirimu dengan mencari aib diri sendiri, berpalinglah dari sesuatu yang tidak berguna bagimu. Waspadalah untuk
agar
pekerjaan
mengembangkan dirimu
engkau orang
modalmu,
sendiri.
tidak
menyia-nyiakan
lain,
sementara
Sungguh,
lupa
dan
orang
engkau pada
usiamu lain
membinasakan
dosa
merupakan
hukuman terbesar dari Allah di dunia ini dan sebab tercepat yang mendatangkan siksa di akhirat.”
“Selama hamba sibuk dalam ketaatan kepada Alloah SWT, mengenali
aib
dirinya
dan
meninggalkan
sesuatu
yang
Email :
[email protected] 65
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah mendatangkan keburukan pada agama Allah, maka ia berada di
tempat
yang
terhindar
dari
segala
penyakit
dan
tenggelam di samudera rahmat Allah Azza wa Jalla serta memperoleh
bermacam-macam
mutiara
faedah
hikmah
dan
bayan. Dan sebaliknya selama ia lupa pada dosa-dosanya, tidak mengenal
aib-aib
dirinya,
dan
masih
bersandar
pada kekuatannya sendiri, maka ia tidak akan pernah beruntung untuk selamanya.”
Tempat Orang Shalat
Sabda Rasululloh SAW : “Aku telah diberi lima perkara yang belum
diberikan
kepada
seorangpun
sebelumku.
“Beliau
menuturkan, “Dan bumi itu telah dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan alat bersuci, sehingga dimanapun (waktu) itu sampai padaku, maka shalatlah aku.” ( Al Hadits ).
Mengenai
tempat-tempat
yang
boleh
dipergunakan
untuk
mengerjakan shalat, sebagian ulama ada yang memperbolehkan di segala tempat yang bersih dari najis. Diantara mereka ada yang
mengecualikan
tujuh
tempat
diantara
tempat-tempat
tersebut, yaitu tempat pembuangan kotoran, tempat pemotongan hewan, kuburan, di tengah jalan, kamar mandi, tempat-tempat menderum unta ( di sekitar air), dan diatas atap Baitullah. ( Ibnu Rusyid ; Terjemah Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid hal. 197 )
Dalam Mishbah asy Syariah, Imam Ash Shadiq a.s. berkata :
Email :
[email protected] 66
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah “Jika engkau sampai di pintu masjid, ketahuilah bahwa engkau bermaksud memasuki pintu Raja Yang Maha Agung yang hamparan-Nya hanya bisa dipijak oleh orang-orang yang disucikan, tidak ada yang diizinkan duduk bersamaNya
selain
karena
orang-orang
itu,
jadikanlah
pengkhidmatan-Nya engkau
yang
(shidiqun).
kedatanganmu
dengan
menghormati
benar
penuh
Raja.
Jika
ke
hormat engkau
Oleh
hamparan
sebagaimana
lalai,
engkau
sungguh berada dalam bahaya yang sangat besar.”
“Ketahuilah bahwa Dia Maha Kuasa untuk mengadili atau mengutamakanmu, sesuai kehendak-Nya. Jika Dia menaruh kasihan kepadamu, maka dengan keutamaan dan rahmat-Nya Dia akan menerima ketaatan yang sedikit darimu, dan dengan keduanya
Dia
melimpahkan pahala
yang
banyak.
Jika Dia meminta hak-Nya untuk mendapatkan ketulusan dan keikhlasan darimu, sebagai keadilan-Nya untukmu, maka
Dia
akan
menabirimu
dan
menolak
ketaatanmu,
sekalipun amal ketaatanmu itu banyak. Dia Maha Kuasa untuk melaksanakan apapun yang dikehendaki-Nya.”
“Akuilah kelemahan, ketakberdayaan, dan kefakiranmu di hadapan-Nya, untuk
karena
beribadah
Tampakkanlah mengetahui
engkau
dan
telah
bersikap
rahasia-rahasiamu. segala
hal
yang
menghadapkan ramah
Ketahuilah
dirahasiakan
diri
kepada-Nya. bahwa dan
Dia yang
ditampakkan oleh seluruh makhluk.”
“Jadikanlah dihadapan-Nya sebagai hamba-Nya yang paling fakir.
Kosongkan
hatimu
dari
segala
kesibukan
yang
menghalangimu dari Tuhanmu, karena Dia hanya menerima hati yang paling suci dan paling ikhlas.” Email :
[email protected] 67
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
“Jika engkau telah merasakan manis bermunajat kepadaNya, lezat berdialog dengan-Nya, dan telah minum dengan cawan rahmat dan karamah-Nya kepadamu
, berarti engkau
telah layak untuk berkhidmat kepada-Nya. Maka masuklah, karena engkau telah mendapatkan izin dan keamanan. Jika tidak, maka diamlah sebagai orang yang amat butuh dan telah kehabisan
akal,
kehilangan harapan,
dan
telah
mendapat ketetapan ajal.”
“Apabila
Allah
ketulusan
mengetahui
untuk
memandangmu
bahwa
berlindung
dengan
tatapan
dalam
hatimu
kepada-Nya, kasih,
Dia
sayang,
ada akan dan
kelembutan. Dia akan menunjukkanmu pada sesuatu yang Dia cintai dan ridhai, karena Dia adalah Yang Maha Mulia, Yang mencintai kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya yang sangat membutuhkan-Nya, yang terbakar di pintu-Nya untuk mencari ridha-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
…….. 3 ÇÚö‘F{$# u!$x.n=äz öΝà6è=yèôftƒuρ uþθI¡9$# ß#ϱõ3tƒuρ çν%tæyŠ #sŒÎ) §sÜôÒßϑø9$# Ü=‹Ågä† ¨Βr& ∩∉⊄∪ “Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila
menghilangkan
ia
kesusahan
berdoa dan
kepada-Nya yang
dan
yang
menjadikan
kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi” (An Naml : 62). ( Ahli Makrifah hal. 157 – 158)
Email :
[email protected] 68
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Menghadap Kiblat
Firman Allah SWT :
( ÏΘ#tysø9$# ωÉfó¡yϑø9$# tôÜx© y7yγô_uρ ÉeΑuθsù |Mô_tyz ß]ø‹ym ôÏΒuρ “Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.” (QS. Al Baqarah : 149).
Menghadap ke arah kiblat menjadi salah satu syarat sahnya shalat
kita.
Apabila
tidak
mengetahui
arah
kiblat,
maka
harus bertanya kepada orang yang mengetahuinya. Jika tidak ada
orang
melakukan
yang
dapat
ijtihad
menunjukkan,
menentukan
mengerjakan shalat
maka
arah
dibolehkan
kiblat
untuk
tersebut
dan
dengan menghadap ke arah yang dianggap
sebagai kiblat. Dalam keadaan seperti ini nya tetap sah. (Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah ; Fiqih Wanita hal. 117)
Secara lahiriah menghadap kiblat ialah memalingkan lahiriah wajah dari seluruh arah ke arah Baitullah. Gerakah lahiriah, pengendalian dari
anggota
memalingkan
badan
hati
seharusnya
dari
semua
merupakan perkara
pantulan
dan
hanya
mengarahkan kepada Allah. Sadarilah bahwa wajah tidak akan dapat menghadap ke arah Baitullah kecuali
berpaling dari
selainnya, begitu pula hati tidak bisa menghadap ke Allah kecuali mengosongkan dari selain-Nya.
Penetapan
arah
tertentu
(kiblat)
merupakan
bentuk
penampakkan sirr kesatuan (sirr al wahdah). Ini mengandung makna yang mendalam tentang konsep menjaga persatuan dan kesatuan umat muslim. Makna menghadap Allah sebenarnya tidak dibatasi
oleh
tabir
ruang
dan
waktu
karena
sesungguhnya
Email :
[email protected] 69
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah seluruh hamparan di muka bumi ini adalah tempat menghadap Allah.
4 «!$# çµô_uρ §ΝsVsù (#θ—9uθè? $yϑuΖ÷ƒr'sù 4 Ü>ÌøópRùQ$#uρ ä−Ìô±pRùQ$# ¬!uρ “Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap, di situlah wajah Allah” ( Al Baqarah : 115).
Segala Puji bagi Allah Yang Awal, Yang Terakhir, Yang Lahir dan Yang Batin.
Email :
[email protected] 70
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Uacaan 9 Zerakan walam fhalat 1. Berdiri
Allah SWT telah berfirman :
∩⊄⊂∇∪ tÏFÏΨ≈s% ¬! (#θãΒθè%uρ 4‘sÜó™âθø9$# Íο4θn=¢Á9$#uρ ÏN≡uθn=¢Á9$# ’n?tã (#θÝàÏ.≈ym “Peliharalah
semua
berdirilah
shalat
dengan
dan
shalat
tenang
wustha
karena
dan
Allah."
( Al Baqarah : 238)
Hal
pertama
yang
kita
lakukan
adalah
berdiri,
dengan
posisi tegak, lurus dan kokoh laksana kokohnya sebuah pohon.
Biarkan kaki kita sampai merasakan sentuhan yang nyata dengan badan
bumi, kita
tangan
dari
kita
segala
kendurkan,
kekakuan
(
lepaskan
rileks
).
anggota Kemudian
bernafaslah secara alami tanpa keterpaksaan apapun.
Kemudian
tundukanlah
kepala
kita
menghadap
ke
tempat
sujud dengan melepaskan segala fikiran – fikiran duniawi kita.
Kemudian
sadarkanlah
dalam
diri
ini,
sadarkan
Email :
[email protected] 71
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah lagi….bahwa
kita
sebenarnya
bukanlah
tubuh
ini…,
kita
bukan kepala ini…, kita bukan mulut ini, dan bukan pula fikiran dan perasaan ini. Kita sebenarnya adalah diatas semua itu, kita yang mengendalikan instrumen ragawi ini… kita lepaskan, laksana melepas baju dari tubuh kita.
Lepaskan…
kemudian
menghadap
Allah
Azza
wa
Jalla,
dimana
tidak
ada
setetes
Semesta, pepohonan
tanpa
hayati,
kuasa-Nya
sadarilah,
dan
bahwa
Sang air
tiada
kita
akan
Penguasa
Alam
yang
jatuh
lintasan
di
fikiran
sekecil apapun tanpa pengetahuanNya.
Sadarilah bahwa, begitu banyak anugerah telah tercurah kepada kita berupa badan ini, jari ini, tangan ini, wajah ini…. namun kita sering lalai kepadaNya, bagaimana kita sanggup menghadapi persidangan di Padang Mahsar ?
Sadarilah hina….. hilangkan
bahwa
tubuh
menunduklah kesombongan,
kita
berasal
pandanglah karena
dari
bumi
sesuatu
tempat
kesombongan
milik
yang
sujud, Allah
semata.
Saat ruh kita menghayati itu semua, bangkitkan kepada “harapan ampunan” dari Allah sangat luas tiada terkira. Berdirilah selurus-lurusnya “diantara keputus-asaan dan harapan, diantara kegelisahan dan kesabaran”.
Email :
[email protected] 72
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah 2. Niat
Niat
secara
melaksanakan
umum
berarti
ketaatan,
baik
karena ketakutan. Dalam mengerjakan
,
ketetapan
karena
hati
pengharapan
untuk ataupun
niat berarti kesengajaan untuk
menghambakan
diri
kepada
Allah
serta
menguatkannya di dalam hati.
Tempat
niat
berada
di
dalam
hati
bukan
terdapat
di
ucapan. Tanpa niat maka nya dianggap tidak sah. Sabda Rasulullah SAW : "Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap
orang
akan
mendapat
(balasan)
sesuai
dengan
niatnya." (HR. Bukhari, Muslim)
Ketetapan hati dalam melaksanakan ketaatan selain karena pengharapan dan rasa takut, juga karena peng-agungan akan kekuasaan Allah, “Sembahlah Allah seakan engkau melihatNya.
Kalaupun
engkau
tidak
melihat-Nya,
Dia
sungguh
melihatmu”.
Ketetapan
hati
dalam
melaksanakan
niat,
juga
harus
dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas dalam niat merupakan hal yang
amat
penting.
Bentuk
keikhlasan
tersebut
yakni
terbebasnya niat dari berbagai bentuk syirik, baik yang tampak
maupun
yang
tersembunyi
seperti
riya,
ujub,
sombong.
Oleh karena itu, ketika tubuh kita telah berdiri dan ruh kitapun telah berdiri, tekadkan hati untuk melaksanakan perintah Allah berupa
hanya karena mencari ridha Allah,
takut akan siksa-Nya dan berharap terhadap ampunan dan pahala-Nya. Email :
[email protected] 73
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
3. Takbiratul Ihram & Mengangkat Kedua Tangan
Setelah
niat
“takbiratul diucapkan,
kita
ihram”. yakni
lakukan,
kita
Takbiratul
“Allahu
akan
Ihram
Akbar
“.
melakukan
harus
Saat
dengan
mengucapkan
takbiratul ihram dibarengi dengan mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga. Inilah pembuka dari
kita.
Sabda Rasulullah SAW : “"Sesungguhnya
shalat
seseorang
dia berwudhu' dan melakukan
tidak
sempurna
wudhu' sesuai ketentuannya,
kemudian ia mengucapkan Allahu Akbar." juga
sabda
Rasulullah
SAW
sebelum
:
(HR. Thabrani),
“"Apabila
engkau
hendak
mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'mu terlebih dahulu
kemudian
menghadaplah
ke
arah
kiblat,
lalu
ucapkanlah takbiratul ihrom." (Muttafaqun 'alaihi).
Dalam
hadis
lain,
“"Rasulullah
shallallahu
alaihi
wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai shalat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya." (Muttafaqun 'alaihi).
Ketika lisan kita mengucapkan “Allahu Akbar”( Allah Maha Besar), maka hati kita kita tuntun dan yakinkan seyakinyakinnya untuk menutup segala hal selain Allah. Ketika kita mengucapkan “Allahu Akbar” itu berarti tidak ada keagungan apapun selain Allah. Ketika hati kita tidak berkata
“Allahu
dikategorikan
Akbar”
kita
berhati-hatilah,
“berdusta”,
padahal
karena
yang
bisa
“didustai”
adalah Allah Azza wa Jalla, bagaimana mungkin kita bisa Email :
[email protected] 74
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah melanjutkan perjalanan, sedangkan awal perjalanan dilalui dengan dusta ?. Segera iringi dengan istighfar, taubat, dan berprasangka baik akan pemurah dan pema’afan-Nya.
Ketahuilah,
bahwa
keutamaan
“takbir”
dalam
takbiratul
ihram tujuh kali lipat dibanding takbir di luar . Dalam ‘Ilal asy Syara’i diriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Hisyam bin al Hakam, dari Abu al Hasan Musa a.s : (Hisyam
berkata,
Hasan),’Karena (takbiratul
“Aku
alasan
ihram)
tujuh
bertanya apa
(kepada
takbir
pada
lipat
lebih
kali
Abu
al
pembukaan utama
dari
takbir (biasa) ?
Imam a.s. menjawab, “Wahai Hisyam, Allah telah menciptkan langit tujuh lapis, bumi tujuh lapis, dan hijab tujuh lapis.
Ketika
beliau
dari
Dia
meng-israkan
Tuhannya
Nabi
sangat
SAW,
dekat,
dan
(jarak)
untuknya
Dia
mengangkat satu hijab dari hijab yang tujuh itu. Lalu, Rasulullah SAW pun bertakbir dan mulai mengucapkan katakata yang terdapat dalam pembukaan
Ketika
hijab
bertakbir.
yang
Demikian
kedua
(iftitah).
dihilangkan,
seterusnya
hingga
beliau melewati
juga tujuh
hijab, sehingga beliau bertakbir tujuh kali.” ( Shalat Ahli
Makrifat
;
Terjemah
Sirr
as
Shalah
:
Mi’raj
as
Salikin wa Shalah al ‘Arifin).
Imam Ash Shadiq a.s. berkata :
“Jika engkau bertakbir, maka anggaplah semua yang ada di
antara
langit
dan
bumi
sebagai
remeh,
kecuali
kebesaran-Nya. Karena, Jika Allah melihat hati hamba Email :
[email protected] 75
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah yang sedang bertakbir, sementara di dalamnya terdapat sesuatu yang memalingkannya dari hakikat takbir, maka Dia
berkata
:
“Wahai
menipuku
?
haramkan
bagimu
engkau
Demi
dari
pendusta,
kemuliaan manis
kedekatan
apakah
dan
engkau
akan
keagungan-Ku,
berzikir
kepada-Ku,
kepada-Ku,
dan
Aku
Kutabiri
dari
munajat
kepada-Ku.“ Oleh karena itu, ujilah hatimu ketika .
Jika engkau mendapati rasa manis , di dalam dirimu terdapat
kebahagiaan
dibahagiaakan
dengan
ketahuilah bahwa kepada-Nya.
dan
munajat
engkau
Jika
keindahan,
telah
tidak
dan
hatimu
kepada-Nya,
benar
maka
dalam
engkau
maka
bertakbir
tahu
bahwa
dicabutnya kelezatan bermunajat dan tidak didapatnya manis beribadat menunjukkan bahwa Allah mendustakanmu dan mengusirmu dari pintu-Nya…..”
4. Do’a Iftitah
Setelah
kita
sedekapkan kiri,
melewati
dengan
seperti
“takbiratul
posisi
sabda
tangan
Rasululloh
ihram”,
kanan SAW
:
di
tangan atas
kita
tangan
“Rasulullah
SAW
pernah berjalan melewati seseorang yang sedang . Orang tersebut meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanan. Lalu
beliau
melepaskan
tangan
tersebut
dan
meletakkan
tangan kanan di atas tangan kirinya .” (HR. Ahmad dengan isnad shahih). Kemudian dengan hati penuh tawadhu, cemas dan harap mulailah membaca do’a iftitah.
Rasulullah seseorang
SAW
bersabda
sebelum
ia
:
“"Tidak
bertakbir,
sempurna
mengucapkan
shalat pujian,
Email :
[email protected] 76
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah mengucapkan kalimat keagungan (doa iftiftah), dan membaca ayat-ayat al Qur-an yang dihafalnya…"
(HR. Abu Dawud
dan Hakim, disahkan oleh Hakim, disetujui oleh Dzahabi).
Salah satu do’a iftitah adalah : “Allaahu
akbar
kabiiraa
walhamdu
bukrataw
wa
wasubhaanallaahi
lillaahi
ashiilaa.
katsiiraa
Innii
wajjahtu
wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardha haniifam muslimaw wa maa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil’aalamiin. Laa
syariikalahu
wa
bi
dzaalika
umirtu
wa
ana
lagi
Sempurna
Kebesaran-Nya,
Maha
Suci
minal
muslimiin.”
Artinya : “Allah puji
Maha
Besar
bagi-Nya
dan
Allah
sepanjang
segala
pagi
dan
sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit
dan
keselamatan
bumi dan
dengan aku
keadaan
bukanlah
lurus dari
dan
memberi
golongan
kaum
musyrikin. Sesungguhnya ku, ibadatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada
sekutu
bagi-Nya
dan
dengan
itu
aku
diperintahkan
untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin.”
Tatkala lisan kita mengucapkan, “Innii wajjahtu wajhiya lilladzii (kuhadapkan
fatharassamaawaati muka
hatiku
kepada
Dzat
wal
ardha
yang
menciptakan
langit dan bumi)”, wajah lahir kita menghadap ke kiblat, namun
wajah
hati
kita
harus
dihadapkan ke Allah Azza wa
dengan
kesadaran
penuh
Jalla, Pencipta Alam Semesta
dengan segala kekuasaannya. Email :
[email protected] 77
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Berusahalah untuk memalingkan semua angan, fikiran dari selain penghadapan wajah ke Allah, ingat kita berkata “kuhadapkan muka hatiku kepada Allah”.
Jika hati kita tidak menghadap, padahal kita mengucap demikian, maka kita telah “berdusta”, segera berjuanglah dengan sekeras-kerasnya karena yang kita hadapi adalah Allah Azza wa Jalla. Menurut Imam Ghazali, apabila engkau tidak
mampu
melakukannya
terus
menerus
maka
hendaklah
hanifan
musliman
ucapanmu jujur dan benar adanya.
Ketika
lisan
kita
mengucapkan,”…
(berlaku lurus dan memberi keselamatan)” hendaklah hati kita beritikad bahwa kaum muslimin adalah saudara, dan memberi keselamatan dari segala gangguan tangan dan lidah kita….
Sadarilah
bahwa
bila
kita
telah
melakukan
gangguan
tersebut bertaubatlah, dan perbaiki di masa yang akan datang. Bila kita tidak menyadari akan hal ini, berarti kita telah “berdusta”.
Saat lisan kita berucap, “wa maa ana minal musyrikiin (dan
aku
tidak
termasuk
orang-orang
musyrik)”.
Hati-
hatilah ketika mengucapkan ini, karena kita berkata di depan
Allah,
bahwa
“aku
tidak
termasuk
orang-orang
musyrik”, sadarilah kemusyrikan yang telah kita lakukan, terutama yang tersembunyi.
Bertobatlah “harta”
dan
dari
dosa-dosa
instrumen
pen-Tuhanan
lainnya.
Belum
atas lagi
“jabatan”, kesombongan
Email :
[email protected] 78
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah yang
menyertainya.
Ingatlah
bahwa
kita
bisa
melakukan
“takbir” pun bukan karena kemampuan fisik kita, tenaga kita, fikiran kita, namun karena limpahan “anugerah Allah semata”.
Ketika
kita
musyrikkin”
padahal
tersembunyi
yang
menyatakan,”wa
kita
kita
masih
maa
banyak
lakukan,
ana
minal
syirik-syirik
segeralah
malu
dan
bertobat kepada Allah SWT.
Ketika
kita
mengucapkan,
“….wa
mahyaaya
wa
mamaatii
lillaahi rabbil’aalamiin (hidup dan matiku untuk Allah)”, maka
hayatilah
“kekuasaan”
ini
atas
sebuah
dirinya
pernyataan
sendiri,
akan
karena
ketiadaan
sesungguhnya
diri kita ini tidak punya apa – apa, termasuk ibadah kita sendiri merupakan limpahan “rahmat-Nya”.
Apabila
lisan
kita
mengucap,
“hidup
dan
mati
untuk
Allah”, sedangkan rukuk, sujud dan hidup kita sendiri karena hal – hal duniawi, maka kita termasuk orang yang “berdusta’ kepada Allah. Segera bersihkan, buang jauhjauh
berbagai
tabir
duniawi
yang
akan
menabiri
kita
menghadap Allah Azza wa Jalla.
5. Membaca Ta’awwudz
Firman Allah SWT,
∩∇∪ ÉΟŠÅ_§9$# Ç≈sÜø‹¤±9$# zÏΒ «!$$Î/ õ‹ÏètGó™$$sù tβ#uöà)ø9$# |Nù&ts% #sŒÎ*sù “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada
Allah
dari
syaitan
yang
terkutuk”
( An Nahl : 98 )
Email :
[email protected] 79
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Rasulullah SAW
biasa membaca ta’awwudz yang berbunyi,
“A’uudzubillahi minasy syaithaanir rajiim min hamazihi wa nafkhihi
wa
naftsihi”
artinya
“Aku
berlindung
kepada
Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya (yang menyebabkn
gila),
dari
kesombongannya,
dan
dari
hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq)." (Hadits diriwayatkan
oleh
Al
Imam
Abu
Dawud,
Ibnu
Majah,
Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).
Syetan
merupakan
musuh
yang
sangat
nyata
bagi
kita,
mereka selalu berupaya untuk memalingkan hati kita dari Allah. Mereka mendengki terhadap ruku’ dan sujud serta munajat kita kepada Allah Azza wa Jalla. Tatkala hati kita berpaling dari Allah maka sesungguhnya syetan telah mencuri hati kita. Hakikat permohonan perlindungan dari syetan yang terkutuk, adalah dengan meninggalkan apa-apa yang disenangi syetan itu sendiri.
6. Membaca Surat Al Fatikhah
Membaca Surat Al Fatikhah merupakan salah satu rukun , sehingga
seseorang tidak sah apabila tidak membaca Surat
Al Fatikhah.
∩⊂∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# ∩⊄∪ šÏϑn=≈yèø9$# Å_Uu‘ ¬! ߉ôϑysø9$# ∩⊇∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0
Email :
[email protected] 80
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
tΛÉ)tGó¡ßϑø9$# xÞ≡uÅ_Ç9$# $tΡω÷δ$# ∩∈∪ ÚÏètGó¡nΣ y‚$−ƒÎ)uρ ߉ç7÷ètΡ x‚$−ƒÎ) ∩⊆∪ ÉÏe$!$# ÏΘöθtƒ Å7Î=≈tΒ ∩∉∪ ∩∠∪ tÏj9!$Ò9$# Ÿωuρ óΟÎγø‹n=tæ ÅUθàÒøóyϑø9$# Îöxî öΝÎγø‹n=tã |Môϑyè÷Ρr& tÏ%©!$# xÞ≡uÅÀ
Dari Ubadah bin Shamit ia bercerita, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak ada artinya Al
Fatikhah.”
(HR.
orang yang tidak membaca
Daruquthni,
dan
beliau
mengatakan
bahwa isnad hadits ini shahih).
Ketika
kita
niatkan
mengucapkan,
tabarruk
untuk
“Bismillahirrahmaanirrahiim” memulai
bacaan
Kalamullah.
Fahamilah “Dengan menyebut nama Allah”, dengan menyebut “Yang
Maha
Semesta”.
Kuasa”,
dengan
Sadarilah
bahwa
menyebut “Wujud
“Pencipta muncul
Alam dengan
“bismillahirrahmanirahim”.
Alam semesta dan seluruh isinya, termasuk kita karena Allah jualah yang menciptakan. Jagalah hati kita, arahkan dan selalu arahkan. Jangan sampai lisan kita menyebut, “Dengan menyebut nama Allah”, tapi hati kita “menyebut selain
Allah,
menyebut
nafsu
dunia,
menyebut
aroma
duniawi”.
Karena segala yang ada karena Allah semata, maka sudah semestinya
“Alhamdulillah
“Alhamdulillah”
merupakan
(segala
puji
milik
pujian
sebagai
Allah).”
bentuk
rasa
syukur atas segala anugerah yang telah dilimpahkan kepada
Email :
[email protected] 81
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah kita.
Yakinkanlah, bahwa kenikmatan yang kita terima
mutlak berasal dari Allah semata. Sadarilah akan hal ini.
Tatkala
mengucapkan
kelembutan
kasih
“ar-Rahmanirrahim”
sayang-Nya
dalam
hadirkan
relung
hati
yang
terdalam, sehingga jelas bagi kita untuk melihat begitu luas rakhmat-Nya. Kesadaran
ini akan menumbuhkan harapan
yang besar kepada-Nya.
Hati
kitapun
akan
merasakan
begitu
kerdil
melihat
keagungan Allah Azza wa Jalla, rasa takutpun hadir karena dahsyatnya hari pembalasan ada ditangan-Nya, saat itulah lisan kita berkata “Maaliki yaumiddiin”. Kemudian hati kita
sadar
diri
akan
ketidak
berdayaan
dirinya,
ketidakmampuan dirinya, sadar diri akan segala hal hanya karena
Allah
semata,
sadar
diri
bahwa
yang
mutlak
disembah hanyalah Allah semata, “Iyyaaka na’budu”.
Kemudian “Iyyaaka nasta’iin” karena melalui pertolonganNya
maka
kita
diberi
kemauan
dan
kemampuan
untuk
beribadah, untuk berada dalam “ketaatan”. Sadarilah bahwa ketaatan kita terwujud mutlak karena perkenan-Nya. Karena perkenan-Nya meminta kita untuk
beribadah, bermunajat
kepada-Nya. Seandainya Allah tidak mem”perkenankan” kita, niscaya kita terseret dalam godaan syetan yang terkutuk. Renungilah.
Kemudian
hati
kita
memohon
kepada
Allah,
“Ihdinash
shiraatal mustaqiim (tunjukilah kami jalan yang lurus)”. Jalan yang menuju ridha Allah. Yakni jalan yang telah Allah
limpahkan
ni’mat
hidayahnya
kepada
para
nabi,
shiddiqin, syuhada dan shalihin, bukan jalan mereka yang Email :
[email protected] 82
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah telah
Allah
sesat.
murkai
Lisanpun
dan
bukan
terucap
pula
jalan
“shirathal
mereka
ladziina
yang
an’amta
‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin”. Kemudian mohonlah jawaban seraya mengucapkan “Aamiin”.
Rasulullah SAW bersabda,“ dibagi antara Aku dan hamba-Ku. Jika maka
hamba-Ku Allah
mengucap,
SWT
“Bismillahirrahmaanirrahiim”,
berfirman,”Hamba-Ku
telah
menyebut-Ku.”
Jika ia berucap,”Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin”, Allah berfirman, tersebut
“Hamba-Ku
telah
mengucapkan,
memuji-Ku.”
Jika
“Arrahmaanirrahiim”,
hamba Allah
berfirman, “Hamba-Ku telah mengagungan-Ku.”
Jika ia mengucap, “Maaliki yaumiddiin”, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah memuliakan-Ku”. Jika ia berkata, “Iyyaaka na’budu’”, kepada-Ku”.
Allah
berfirman,
Apabila
ia
“Hamba-Ku
mengucap,
telah
“waiyyaka
beribadah
nasta’iin”,
Allah berfirman, “Hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku”…. dalam riwayat lain Jika ia berkata, “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin”, Allah berfirman, “Ini adalah bagian untuk-Ku dan
hamba-Ku”,
Dan
jika
ia
mengucapkan,
“Ihdinash
shiraatal mustaqiim”, Allah berfirman, “Ini adalah untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang diminta.” (HR. Muslim).
7. Membaca Beberapa Ayat Al Qur’an
Rasululloh
SAW
bersabda
:
"Rasulullah
Shallallaahu
‘alaihi Wasallam ketika
dzuhur membaca Ummul Kitab (Al-
Fatihah)
pada
beliau
dan
dua
membaca
surat Ummul
Kitab
dua
rakaat
saja
pada
pertama, dua
dan
rakaat
Email :
[email protected] 83
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah berikutnya dan terkadang beliau perdengar-kan ayat (yang dibacanya) kepada para sahabat."
(Muttafaq 'alaih).
Contohnya, kita membaca surat Al Ikhlas
7‰ymr& #·θà.à2 …ã&©! ä3tƒ öΝs9uρ ∩⊂∪ ô‰s9θムöΝs9uρ ô$Î#tƒ öΝs9 ∩⊄∪ ߉yϑ¢Á9$# ª!$# ∩⊇∪ î‰ymr& ª!$# uθèδ ö≅è% ∩⊆∪ 1.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. 3.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Saat lisan membaca ayat dari Al Qur’an, sudah seharusnya hati kita memamahi dan selalu mengarahkan hati kepada Allah. Hayati maknanya, resapi kandungannya, dan selalu dalam sadar bahwa ayat yang dibaca adalah Kalam Allah.
8. Ruku’
Setelah selesai membaca beberapa ayat Al Qur’an, kemudian mengangkat membaca badan,
kedua
belah
“takbir”, serta
kedua
tangan
kemudian
setinggi
ruku’
tangannya
telinga
yakni
memegang
seraya
membungkukkan lutut,
antara
punggung dan kepala ditekankan supaya rata.
Email :
[email protected] 84
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dari
Abdullah
bin
Umar,
ia
berkata:
"Aku
melihat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdiri dalam shalat mengangkat kedua tangannya sampai setentang kedua bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk
dan
ketika
mengangkat
kepalanya
(bangkit)
dari
ruku' …." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari, Muslim dan Malik)
Dalam sebuah lokakarya “Shalat sebagai Mi’rajnya Orangorang Beriman, 6 Oktober 2004, di Jakarta Islamic Center, Zamzam A. Jamaluddin dan Kuswandani Yahdin, menggambarkan bahwa
posisi
seseorang
ketika
sedang
ruku’
terlihat
seperti gambar berikut :
Warna merah melambangkan akal / rasio, sedangkan warna biru melambangkan qalb. Posisisi Ruku’ menggambarkan posisi seseorang dimana akal sejajar dengan qalb. Pemikiran dan Petunjuk Allah saling membantu, dan bekerjasama secara sejajar. (Herry ; Shalat dan Transformasi Fitrah Diri, dalam http : // suluk .blogsome.com)
Dalam ‘Ilal asy Syara’i’ disebutkan, peristiwa Rasulullah ketika mi’raj. “Setelah disuruh ruku’, Rasulullah disuruh memandang Arasy-Nya.
Rasulullah
bersabda,
“….Maka,
aku
pun
memandang ke keagungan hingga nafs-ku lenyap dan aku pingsan. Kemudian,
aku
diilhami
untuk
mengucapkan
:
Email :
[email protected] 85
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah “Subhaana rabbiyal ‘adhiimii wa bi hamdih” ( Maha Suci Rabb-ku
Yang
Maha
Agung
dan
dengan
puji-Nya),
demi
keagungan yang aku lihat. Setelah aku mengucapkan katakata itu, aku siuman sampai aku mengucapkannya tujuh kali.
Kata-kata
itu
telah
diilhamkan
kepadaku,
dan
kesadarankupun pulih kembali seperti sedia kala….”
Dalam
Mishbah
asy
Syari’ah,
terdapat
petikan
ungkapan
Imam Ja’far Ash Shadiq as., ”Ruku’ adalah yang pertama dan sujud adalah yang kedua. Barangsiapa
memenuhi
makna
pertama,
maka
yang
kedua
menjadi benar. Di dalam ruku’ terdapat adab dan di dalam
sujud
terdapat
kedekatan.
Barangsiapa
tidak
membaguskan adab, ia tidak layak untuk dekat. Maka, ruku’lah dengan ruku’ orang yang tunduk kepada Allah, dengan hati yang merasa hina dan malu dibawah kuasaNya, dan merendah kepada-Nya, dengan seluruh anggota tubuhnya,
sebagaimana
orang
yang
takut
dan
berduka
karena luput mendapat faedah orang-orang yang ruku’” (Shalat Ahli Makrifat hal. 227).
Ketika ruku’ perbaguslah adab-adabnya, sebagai berikut : Pertama, hati harus takut dan khusu’ selama dalam ruku’. Rendahkanlah
diri
dan
batin,
karena
sedang
ruku’
di
hadapan Allah Azza Wa Jalla. Takutlah akan kebesaran dan keagungan-Nya. Kedua, meluruskan punggung ketika ruku’. Bersihkan hati dari kebengkokan – kebengkokan kuasa nafsu ke-aku-an dan keiginan. Selama diri kita “masih merasa mampu
melaksanakan
perintah
dan
menganggap
dirinya
berjalan diatas ‘keinginannya’, maka kita masih terhalang menikmati hasil dari ruku”. Ketika “nafsu atas ke-aku-an dan
keiginan
telah
binasa
dan
sirna”,
maka
kita
bisa
Email :
[email protected] 86
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah masuk kedalam naungan “pertolongan Ilahi”. Ingatlah, “Dan tiada daya serta kekuatan selain dengan Allah.” Ketiga, menjaga hati dari bisikan dan tipu daya setan.
Oleh karena itu, setelah selesai dari membaca beberapa ayat dari Al Qur’an, selalu jagalah hati untuk mengingat akan kesombongan Allah, kebesaran Allah, keagungan Allah, seraya mengangkat kedua belah tangan saksikan kebesaran Allah
……………
(Allah
hingga
Maha
meluruskan
lisanpun
Besar),
punggung
berkata,
kemudian
dan
kedua
“Allahu
Akbar”
ruku’
dengan
mulailah telapak
tangan
memegang
kedua lutut.
Kemudian,
hatipun
menunduk….saksikan
kehinaan
dan
kerendahan diri serta takutlah terhadap kekuasan Illahi Rabbi.
Lenyapkan
segala
nafsu
ego
kita……nafsu
keinginan……….hingga ruh kita menyaksikan,”tiada daya dan kekuatan selain dari Allah”. Saat kesadaran dari “tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata” muncul, maka lisanpun
berucap,
“Subhaana
Rabbiyal
‘Adhiimii
wa
bi
hamdih” ( Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya).
Kemudian
sadarkan
lagi…
sadarkan
lagi…..
,
hati
kita
terhadap penyaksian keagungan Allah, Sang Pemilik dari Segala Keagungan, hingga lisanpun mengucapkan, “Subhaana Rabbiyal ‘Adhiimii wa bi hamdih” ( Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya).
Email :
[email protected] 87
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
9. I’tidal ( Berdiri dari Ruku’)
Setelah
selesai
melakukan
ruku’,
kemudian
melakukan
I’tidal yakni mengangkat punggung dan kepala ke posisi semula ( berdiri ) dengan tegak.
Sabda Rasulullah SAW, “Jika kepala diangkat, angkat pula tulang punggungmu, dan angkat pula kepalamu agar tulangtulang atau sendi-sendi kembali pada posisi semula. Tidak sempurna shalat siapapun jika tidak melakukan itu.”( HR. Muttafaq ‘Alaih )
Ketika kesadaran yang muncul saat ruku’ bahwa “tiada daya dan
kekuatan
kecuali
dari
Allah”
maka
hati
kita
bisa
melihat, sungguh seluruh gerakan, bacaan kita semata-mata anugerah Allah semata. Tanpa anugerah Allah kita tidak bisa melakukan shalat.
Penyaksian keagungan
tersebut hanyalah
akan milik
memperlihatkan Allah
semata,
kepada
segala
segala
puji
hanyalah milik Allah semata, dan hatipun akan melihat bahwa
segala
makhluk
yang
berada
langit
dan
bumi
ini
bersujud, “atas penyaksian tersebut” hingga tunduk atas keagungan Allah SWT, seperti tertuang dalam QS. An Nuur : 41
…çµs?Ÿξ|¹ zΝÎ=tæ ô‰s% @≅ä. ( ;M≈¤.¯≈|¹ çö©Ü9$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# ’Îû tΒ …çµs9 ßxÎm7|¡ç„ ©!$# ¨βr& ts? óΟs9r& 3 …çµys‹Î6ó¡n@uρ
Email :
[email protected] 88
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
∩⊆⊇∪ šχθè=yèø.tƒ $yϑÎ/ 7ΛÎ=tæ ª!$#uρ “Tidakkah
engkau
mengetahui
bahwa
sesungguhnya
bertasbih kepada Allah siapa pun yang ada di petala langit
dan
sayapnya.
bumi, Sungguh
dan
burung
setiap
dengan
sesuatu
mengembangkan
mengetahui
cara
shalatnya dan cara tasbihnya masing-masing. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka kerjakan.” Kemudian, hati pun tertunduk dan hanya bisa berharap atas limpahan rakhmat Allah, ulangi – ulangi dan ulangi akan harapan
atas
limpahan
rakhmat
Allah.
Saat
hati
telah
“mendengar” pujian segala makhluk di langit dan di bumi, maka lisanpun terucap, “Sami’allahu liman hamidah” (Allah sungguh mendengar para pemuji-Nya).
Kemudian
punggung
dan
kepalapun
terangkat,
kembali
ke
posisi berdiri tegak lurus dan bertu’maninah, kemudian hatipun mengharap lagi akan limpahan rakhmat-Nya, hingga lisan berkata, “Rabbanaa lakal hamdu mil ‘us samaawaati wa mil ul ardhi wa mil ‘u maa syi’ta (Ya
Allah
Tuhan
kami
!
Bagi-Mu
min syai’in ba’du”
segala
puji,
sepenuh
langit dan bumi dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu)
10.
Sujud
Setelah melakukan I’tidal kemudian kita melakukan sujud, yaitu meletakkan dahi dan hidung di atas tempat shalat
Email :
[email protected] 89
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah setelah kedua telapak tangan, lutut serta ujung jarijemari kaki dan bertuma’ninah.
Rasulullah
SAW
bersabda,
“Sedekat-dekatnya
hamba
dari
Tuhannya adalah seseorang yang bersujud. Oleh karena itu, banyak-banyaklah
berdo’a”(HR.
Muslim,
Abu
Dawud,
dan
Nasa’i). Dalam sebuah hadis diceritakan, Dari Abu Wail bin
Hujr,
Rasulullah,
ia
menceritakan,
apabila
bersujud
“Aku
pernah
beliau
menyaksikan
meletakkan
kedua
lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya, sedang apabila bangkit dari sujud beliau mengangkat kedua tangan sebelum kedua lututnya” (HR. Khamsah, kecuali Ahmad).
Menurut
Zamzam
A.
Jamaluddin
dan
Kuswandani
Yahdin,
posisi sujud dalam shalat menunjukan posisi qalb diatas rasio, seperti nampak dalam gambar berikut :
Warna merah melambangkan akal / rasio, sedangkan warna biru melambangkan qalb. Posisisi Sujud menggambarkan posisi seseorang dimana qalb diatas rasio . Petunjuk Allah berkedudukan diatas pemikiran. Rasio menjadi instrumen untuk menjalankan petunjuk Allah (Herry ; Shalat dan Transformasi Fitrah Diri, dalam http : // suluk .blogsome.com)
Email :
[email protected] 90
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dalam ‘Ilal asy Syara’i’ disebutkan, peristiwa Rasulullah ketika Mi’raj,beliau bersabda,
“ … lalu Dia berfirman, “Angkatlah kepalamu !” maka, aku mengangkat kepalaku hingga aku melihat sesuatu yang membuat nalarku lenyap. Lalu, aku menghadap ke tanah dengan wajah dan kedua tanganku. Kemudian, diilhamkan kepadaku agar aku mengucapkan, “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)” karena betapa luhur yang kulihat itu. Lalu, aku mengucapkannya tujuh kali. Setelah itu, aku tersadar.
Setiap
kali
aku
mengucapkannya,
ketaksadaranku berangsur hilang.
Lalu
aku
rabbiyal
duduk. a’la
wa
Jadilah
dalam
bihamdih”.
sujud
Dan
itu
duduk
“Subhana
itu
menjadi
istirah dari ketenggelaman dan keluhuran yang kulihat. Tuhanku
mengilhamkan
kepadaku
dan
diriku
menuntutku
agar aku mengangkat kepala. Maka, aku pun mengangkatnya hingga kulihat keluhuran yang membuatku pingsan. Aku tersungkur dendan wajahku dan menghadapkan wajah dan kedua tanganku ke tanah sambil mengucapkan, “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih”.
Aku mengucapkannya
tujuh
kali.
Lalu,
aku
mengangkat
kepala. Kemudian, aku duduk sejenak sebelum berdiri, menatap keluhuran itu untuk kedua kalinya. Karena itu, jadilah
dua
sujud
dan
satu
rukuk.
Dan
karena
itu,
jadilah duduk sebelum berdiri itu sebagai duduk yang ringan…”(Shalat Ahli Makrifat hal. 242)
Email :
[email protected] 91
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dalam Mishbah asy Syari’ah, Imam Ja’far Ash Shadiq a.s., berkata :
“Orang yang mengalami hakikat sujud demi Allah, tidak akan merugi, meski hanya sekali seumur hidup. Orang yang khalwatnya bersama Allah dalam keadaan seperti ini mirip
dengan
nafsunya,
khalwatnya
serta
dijanjikan Allah
lalai bagi
bersama
muslihat-muslihat
terhadap
apa
yang
telah
orang-orang
yang
sujud
berupa
keakraban di dunia dan ketenangan di akhirat, tentu tidak akan meraih kemenangan.
Tidak ada jauh dari Allah bagi orang yang memperbaiki kedekatan diri kepada-Nya di dalam sujud. Tidak ada dekat
dengan-Nya
menyia-nyiakan
bagi
orang
kemuliaannya
yang
beradab
dengan
buruk
mengaitkan
dan hati
kepada selain Allah di dalam sujudya. Oleh karena itu, bersujudlah dengan sujud orang-orang yang tunduk dan menghinakan diri kepada Allah Ta’ala, karena tahu bahwa dirinya
diciptakan
dari
tanah
yang
menjadi
injakan
makhluk, dan bahwa Dia mengambilmu dari nutfah yang dipandang kotor oleh siapapun, lalu menjadikannya dari ketiadaan.
Allah
telah
menjadikan
makna
sujud
sebagai
sebab
mendekat kepada-Nya dengan hati, sirr, dan ruh. Siapa yang
dekat
dengan-Nya,
tentu
jauh
dari
selain
Dia.
Tidakkah engkau lihat keadaan lahiriahnya, bahwa sujud dipandang
sempurna
hanya
jika
tertutup
dari
segala
sesuatu dan tertabir dari setiap yang terlihat mata.
Email :
[email protected] 92
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Demikian pula masalah shalat hatinya
batin.
bergantung
Barangsiapa
pada
sesuatu
yang
dalam
selain
Allah
Ta’ala berarti ia dekat pada sesuatu itu dan jauh dari hakikat sesuatu yang dikehendaki Allah dalam shalatnya. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Allah tidak menjadikan dua hati bagi seseorang di dalam rongganya.” Rasulullah SAW, bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, “Apabila Aku melihat
hati
seorang
hamba,
lalu
Aku
tahu
bahwa
didalamnya ada cinta ikhlas untuk taat kepada-Ku, untuk Wajah-Ku,
dan
karena
menguasai
diri
dan
mengharap
siasatnya.
ridha-Ku,
Sebaliknya
maka siapa
Aku yang
sibuk dengan selain-Ku (sehingga lalai kepada-Ku), maka ia termasuk orang-orang yang memperolok-olok dirinya sendiri dan namanya tertulis pada daftar orang-orang yang merugi””(Shalat Ahli Makrifat hal. 244)
Bagi kita, yang paling layak dilakukan adalah mengarahkan segala pandangan terhadap kelemahan, kelalaian, kehinaan dan
kerendahan
bersedih
hati
diri atas
kita, cara
menyesali
ketertabiran
ketercegahan kita,
dan
berlindung
kepada al Haqq dari kerugian serta kuasa nafsu dan setan. Mudah – mudahan kita berada dalam keadaan “keterpaksaan” hingga Allah mengabulkan doa orang dalam keterpaksaan. Seperti firman Allah :
…. uþθI¡9$# ß#ϱõ3tƒuρ çν%tæyŠ #sŒÎ) §sÜôÒßϑø9$# Ü=‹Ågä† ¨Βr& “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila
ia
berdoa
kepada-Nya,
dan
yang
menghilangkan kesusahan” ( QS : An Naml : 62 )
Email :
[email protected] 93
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dengan melumuri kepala kita dalam keadaan gelisah dan sempit
dan
dalam
hati
yang
tanah
hina
yang
merupakan
berduka asal
dan
sedih,
penciptaan
dengan
kita.
Dan
mengingat asal kejadian kita yang hinda dina. Lalu dengan menunduk kepala berdo’a :
“Ya Allah, kami telah jatuh dalam hijab gelap alam tabiat dan jaring besar penghambaan kepada nafsu dan cinta diri. Setan menguasai urat, kulit, dan darah kami hingga seluruh raga kami berada dalam kuasanya. Tidak ada jalan bagi kami untuk membebaskan diri dari musuh yang kuat ini selain berlindung kepada Dzat-Mu Yang Maha Kudus.
Ya Allah, gengamlah tangan kami, tolonglah kami, dan jadikan hati kami menghadap kepada-Mu… Ya Tuhan kami, penghadapan kami kepada selain Engkau bukanlah untuk memperolok.
Kami
menyombongkan diri
sama dan
sekali
bergurau
tidak di
bermaksud
tempat
kehadiran
suci Sang Maha Raja. Namun, ketakberdayaan diri dan kekurangan – kami
yang
kekurangan
terhijab
kami
dari-Mu.
telah
memalingkan
Kalaulah
bukan
hati
karena
pemeliharaan dan perlindungan-Mu, tentu kami akan abadi di
dalam
kesengsaraan
berkesudahan,
dan
kami
kami tidak
hingga
waktu
memiliki
yang
jalan
tak
untuk
menyelamatkan diri.
Ya Allah, inilah keadaan kami, dan Dawud a.s. pernah berkata, “Andaikan tiada ada pemeliharaan-Mu, tentu aku telah membangkang kepada-Mu”
Email :
[email protected] 94
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Oleh
karena
itu,
lakukan
sujud
dengan
sesungguh-
sungguhnya yaitu dengan meletakkan tujuh anggota badan (dahi dan hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan dua telapak
kaki)
berasal ( dari
ke
tanah,yakni
ke
tempat
dimana
tanah ) yang rendah dan hina,
kita
dan ke
tempat itu pula tubuh kita akan dikembalikan.
Sungguh ketika kita tersadar akan tempat asal dan tempat pengembalian kita maka, maka kesombongan dan kecongkakan akan terhindar dari kita. Hati akan tersadar bahwa kita hanya bisa berserah diri dalam kerendahan yang sungguhsungguh rendah. Tanpa limpahan rakhmat dari Allah Azza wa Jalla, maka kita tidak punya daya apa-apa. Keagungan, Keluhuran,
Ketinggian
dari
segala
Yang
Tinggi
adalah
milik Allah semata.
Penuhilah hati untuk selalu dan selalu, mengulang-ulang permohonan atas limpahan rakmat Allah. Tatkala hati kita menatap kerendahan diri kita dan menyaksikan ke- Maha Luhur –an Allah Azza wa Jalla , maka lisanpun berucap, “ “Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)”.
Lisanpun
terus
mengulang
–
ulang
atas
pernyataan,
“Subhana rabbiyal a’la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)”.
Email :
[email protected] 95
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah 11.
Duduk Diantara Dua Sujud ( Duduk Iftirasy )
Duduk diantara dua sujud, dilakukan antara sujud yang pertama dengan sujud yang kedua pada roka’at yang pertama sampai roka’at yang terakhir.
Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki
yang
syaithan."
kanan,
baliau
melarang
dari
duduknya
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim)
Menurut
Syaikh Al-Albani, “duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai.”
Dari Rifa'ah bin Rafi' - dalam haditsnya - dan berkata Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam : "Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri." (Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadz Abu Dawud)
Saat kita melakukan duduk iftirasy, selalu hiasi hati dengan kerendahan hati, ketundukan jiwa dan kepasrahan total terhadap Allah Azza wa Jalla. Pada posisi ini, hati kita
melakukan
permohonan
dalam
sebuah
do’a,
melalui
lisan mulailah dengan membaca : “Robighfirlii ……… ( Ya Allah,
Ampunilah
kasihanilah Cukupkanlah
aku
aku……….) ……………….
segala
warfa’nii…………………..( warzuqnii ……………….
warhamnii……….. )
wajburnii
kekuranganku Angkatlah
(
Belas
………………..
…..……………..
derajatku
………..…
( ) )
( Berilah rezeki kepadaku
…. ) wahdinii……………..…( Berilah petunjuk kepadaku …. )
Email :
[email protected] 96
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah wa’aafinii
………….
(
Berilah
kesehatan
kepadaku
…
)
wa’fu ‘annii…….…( dan berilah ampunan kepadaku …. )
12.
Tasyahud Awal & Akhir
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : "Dahulu kami membaca di dalam shalat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud adalah :
“Kesejahteraan atas Allah,
kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.” bersabdalah
Rasulullah
shallallaahu
alaihi
Maka
wasallam:
“Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera,
tetapi
hendaklah
kamu
membaca:
"Segala
penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi Allah.
Semoga
kesejahteraan,
rahmat
dan
berkah
Allah
dianugerahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang shalih. Aku
bersaksi
bahwa
tidak
ada
sesembahan
yang
hak
melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya." (HR. An-Nasai, Ad-Daruquthni dan AlBaihaqi dengan sanad shahih)
Dan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: "Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia mengucapkan: 'Segala penghormatan, shalawat dan
kalimat-kalimat
yang
baik
bagi
Allah'."
(HR.
Abu
Daud, An-Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan
pula
dalam
dalam
"Shahih
Al-Bukhari
dan
Shahih Muslim")
Email :
[email protected] 97
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Abi
Humaid
As-Sa'idiy
tentang
sifat
shalat
Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berkata, “Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam dua roka'at
(tasyahhud
awwal)
kirinya
dan
duduk
bila
beliau dalam
duduk
diatas
roka'at
yang
kaki akhir
(tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll).” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Dari Ibnu 'Umar berkata Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa
sallam
bila
duduk
didalam
shalat
meletakkan
dua
tangannya pada dua lututnya dan mengangkat telunjuk yang kanan lalu berdoa dengannya sedang tangannya yang kiri diatas
lututnya
padanya."(Hadits
yang
kiri,
dikeluarkan
oleh
beliau Al
Imam
hamparkan Muslim
dan
Nasa-i).
Dalam Kitab Durratun Nasihin, disebutkan tentang kisah mi’raj. Rasulullah SAW, berkata, “ Tatkala saya sampai di Arsy, maka saya dapatkan dia lebih luas dari segala sesuatu, dan Allah Ta’ala telah mendekatkan saya kepada tiang Arsy itu, maka setetes air dari Arsy terjatuh di mulut saya, tidak ada orang yang pernah merasakan lebih manis dari padanya, maka Allah memberitahu kepada saya berita orang - orang yang terdahulu dan yang kemudian.
Dan menjadi lancarlah
lisan
saya
sesudah
keadaannya
yang lemah dari sebab takut kepada Allah. Maka kata saya,
“Attahiyyaatul
thoyyibaatu”
(
Segala
lillaahi
wash
penghormatan
shalawaatu
wath
itu
bagi
hanya
Email :
[email protected] 98
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Allah, dan begitu juga semua shalawat dan kebaikan). Maka
Allah
nabiyyu
berfirman,
“Assalaamu
warahmatullaahi
‘alaika
wabarakaatuh”
ayyuhan (Segala
keselamatan tetap untuk engkau, hani Nabi, dan demikian juga rahmat Allah dan berkahNya), jawab saya, “Assalamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiina” (Mudah – mudahan keselamatan tetap untuk kami sekalian dan untuk para hamba Allah yang shalih-shalih).
Tasyahud
merupakan
posisi,
dimana
kita
mengakui
dan
menyatakan tentang kehambaan kita di depan Allah Azza wa Jalla
Penguasa
Allah
semata
Alam kita
Semesta.
Sadarilah
diciptakan
sebagai
bahwa,
karena
seorang
hamba,
kemudian menyuruh kita untuk menghamba kepada-Nya dengan hati, dengan lisan dan seluruh anggota tubuh kita dan merealisasikan kehambaan kepada-Nya.
Kemudian diberi pengetahuan, “bahwa ubun – ubun seluruh makhluk
berada
di
tangan
–
Nya”.
Sungguh
kita
tidak
memiliki kemampuan atas sedetik nafaspun tanpa kuasa – Nya, segalanya atas kehendak dan ijin dari Allah Azza wa Jalla. Saat hati kita tersadar atas penyaksian tersebut, maka lisan kita berkata, “ At tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth
thayyibaatulillaah
(
Segala
kehormatan,
keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah )”
Kemudian sadarilah bahwa, jika tidak ada ketersingkapan yang sempurna dari Rasulullah SAW, maka siapapun tidak akan memperoleh perjalanan penghambaan kepada Al Haqq. Demikian juga karena melalui wasilah hamba – hamba yang shaleh, kita bisa mengenal Allah.
Email :
[email protected] 99
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dalam Kitab Sirr As Shalah, Imam Khumaini menyebutkan, “Nabi SAW dan para imam suci yang ma’shum adalah teman dalam
perjalanan
makrifat
dan
mi’raj
hakiki
di
permulaan shalat, demikian pula di akhir safar ini. Seorang penguasa
salik
harus
nikmat,
ingat
bahwa
wasilah
para
mereka ahli
adalah
makrifat
para untuk
memperoleh wushul dan perantara turunnya berkah hadirat rububiyah dan manifestasi-manifestasinya. “Kalau tidak ada mereka, maka ar Rahman tidak akan disembah dan ar Rahman tidak akan dikenal.””
Oleh karena itu, dalam tasyahud hadirkan pribadi nabi dengan segala kemuliaannya, kemudian berikan salam, “As salamu
‘alaika
barakaatuh”
ayyuhan
(Salam,
nabiyyu
rahmat
dan
wa
rahmatullaahi
berkah-Nya
wa
kupanjatkan
kepadamu wahai nabi (Muhammad)), dengan sungguh – sungguh memberi
salam
dan
hati
berharap
do’a
tersebut
pasti
sampai kepada-Nya, dan Allah akan membalas salam kita dengan balasan yang lebih baik.
Kemudian berilah salam kepada diri kita sendiri dan hamba – hamba yang shaleh, dengan ucapan, “As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin” (Salam (keselamatan) semoga
tetap
untuk
kami
seluruh
hamba
yang
shaleh-
shaleh), berharaplah dalam hati bahwa Allah akan membalas salam
kita
dengan
sepenuh
jumlah
hamba-hamba-Nya
yang
shaleh-shaleh.
Kemudian perbaharui kesaksian atas wahdaniyah-nya Allah dan
kerasulan
Nabi
Muhammad
SAW,
dengan
membaca
dua
kalimah syahadat, “ Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu
anna
Muhammadar
Rasuulullaah”
(
Aku
bersaksi
Email :
[email protected] 100
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad
bershalawatlah
adalah kepada
utusan
Nabi,
Allah).
“Allaahumma
Kemudian
shalli
‘alaa
sayyidinaa Muhammad” (Ya Allah, Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad).
Kemudian bila tasyahud akhir, lanjutkan dengan do’a – do’a berikut : “Wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad” ( Ya Allah, Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad), kemudian “Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim wa ‘alaa
aali
sayyidinaa
Ibraahim”
(Sebagaimana
pernah
Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya), “
Wa
baarik
‘alaa
sayyidinaa
Muhammad
wa’alaa
aali
sayyidinaa Muhammad” ( Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya), “Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa Ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa Ibraahiim” (Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya),
kemudian,
“Fil
‘aaalamiina
innaka
hamiidum majiid” (Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji dan Maha Mulia ).
13.
Salam
Rasulullah
SAW
bersabda,
bersuci,
pembatas
antara
tidaknya
dilakukan
waktu
“"Pembuka
shalat
perbuatan shalat
itu
yang
adalah
adalah
boleh
dan
takbir,
dan
pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )
Email :
[email protected] 101
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi
shallallahu
'alaihi
wa
sallam
memberi
salam
ke
sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim
dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)
Dari 'Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): "As
Salamu'alaikum
kesebelah
kiri:
Wa
"As
Rahmatullahi
Wa
Salamu'alaikum
Barakatuh."
Wa
Dan
Rahmatullahi."
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Dalam hadis shalat mi’raj, Rasulullah saw. bersabda, “ …. Kemudian, aku menoleh ke kanan. Tiba – tiba aku mendapati barisan-barisan para malaikat, para nabi, dan para
rasul
salam
!”
Allah menyuruhku, maka
warahmatullah rahmat
dan
wa
aku
berucap
barakatuh”
keberkahan
“Hai
Allah
Muhammad,
“
Assalam
(salam atas
berilah ‘alaikum
sejahtera
kalian).
serta
Lalu
Dia
berfirman, “Ya Muhammad, Akulah as Salam, at Tahiyyah, dan ar Rahmah, sedangkan keberkahan adalah engkau dan keturunanmu. ….”
Posisi salam, merupakan penutup dari seluruh rangkaian perjalanan
dalam
shalat
kita.
Lakukan
salam
dengan
menengok ke kanan dengan tujuan memberi salam kepada para malaikat dan hamba –hamba yang shaleh, seraya berkata, “ Assalam
‘alaikum
warahmatullah
wa
barakatuh”
(salam
sejahtera serta rahmat dan keberkahan Allah atas kalian), kemudian menengok ke kiri dengan memberi salam dengan
Email :
[email protected] 102
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah ucapan,
“
Assalam
‘alaikum
warahmatullah”
(salam
sejahtera serta rahmat atas kalian)
Dalam Sirr As Sholah, mengutip perkataan Imam Ja’far Ash Shadiq as. dalam Mishbah asy Syari’ah, dikatakan, “
Makna
Artinya
salam
di
akhir
barangsiapa
setiap
shalat
melaksanakan
adalah
perintah
aman.
Allah
dan
sunnah Nabi-Nya saw. dengan hati yang khusuk, ia akan memperoleh aman dari bencana dunia dan bebas dari siksa akhirat. As Salam adalah salah satu nama Allah ta’ala yang
dititipkan
kepada
makhluk-Nya
agar
mereka
menggunakan maknanya dalam berbagai muamalah, amanat, hubungan, dan menegaskan persahabatan diantara mereka serta mengesahkan pergaulan mereka.
Apabila engkau ingin meletakkan salam pada tempatnya dan menunaikan
maknanya,
maka
takutlah
kepada
Allah
agar Dia menyelamatkan agama, hati, dan akalmu. Jangan mengotorinya memberi
dengan
gelap
salam kepada
para
maksiat.
Hendaklah
penjagamu.
Jangan
engkau membuat
mereka bosan dan jemu, dan jangan menjadikan mereka berlepas
diri
darimu
dengan
perlakuanmu
yang
buruk
terhadap mereka, lalu terhadap temanmu, lalu musuhmu.
Karena orang yang tidak memberi salam kepada dia yang paling
dekat
dengannya,
tidak
akan
memberi
salam
terhadap dia yang paling jauh darinya. Dan barangsiapa yang tidak meletakkan salam pada tempat-tempatnya ini, maka tidak ada salam dan taslim, dan ia telah berdusta dalam
salamnya
walaupun
ia
menyebarkannya
kepada
makhluk”
Email :
[email protected] 103
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Sebagaimana
diketahui,
shalat
merupakan
mi’rajul
mukminin. Dalam shalat kita bisa berdialog, berkomunikasi dengan
Allah
tangga
–
Azza
tangga
wa
Jalla.
perjalanan
Dalam ruhani
shalatpun
terdapat
seseorang.
Ketika
shalat akan berakhir, maka “permohonan akan aman” dari segala “hijab” terhadap penyaksian Allah adalah hal yang sangat didambakan. Inilah makna “aman yang sebenarnya”.
Bagi
yang
menghayati
shalat
secara
utuh,
maka
tempat
shalat yang sesungguhnya tidak hanya di dalam “masjid”, namun di seluruh hamparan bumi ini. Ketika kita bekerja, berhubungan
dengan
orang
lain,
ketika
kita
melakukan
aktivitas keduniaan, dipandang sebagai aktivitas berjalan memenuhi undangan Allah dan senantiasa menegakkan jalan yang lurus. Semua makhluk, kejadian yang ada di muka bumi adalah hamparan bukti – bukti terhadap kekuasaan Allah Azza
wa
Jalla.
Adanya
segala
makhluk
justru
menjadi
wasilah untuk lebih mengenal Allah.
Email :
[email protected] 104
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah
Waftar Pustaka Alfaqih
Abu
Laits
Samarqandy.
Tanbighul
Ghafilin
( diterjemahkan dalam Tanbighul Ghafilin : Pembangunan Jiwa
dan
Moral
Umat
oleh
Abu
Imam
Taqyuddin,
BA).
Surabaya : Mutiara Ilmu,tanpa tahun Abdullah Gymnastiar. KH. Shalat Best of The Best. Bandung : Khas MQ, 2005 Abul
Fadhel
Ahmad
bin
Muhammad
bin
Abdul
Karim
bin
Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Alhusain bin Atha’ Allah Al Iskandary. Al Hikam ( diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy ) Surabaya : Balai Buku, 1984 Ali Umar Badahdah. Sujud ( diterjemahkan oleh M. Thoha Anwar ) Jakarta : Studio Press, 2002 Abu
Sangkan.
Pelatihan
Shalat
Khusyu’.
Jakarta
:
Baitul
Ihsan, 2004 Imam Ruhullah al Musawi al Khumaini, Sirr as Shalah : Mi’raj as Salikin wa Shalah al ‘Arifin,
( diterjemahkan
dalam Shalat Ahli Makrifat : Seputar Makna batiniah Gerakan & Bacaan dalam Shalat oleh Irwan Kurniawan ). Bandung : Pustaka Hidayah, 2006
Email :
[email protected] 105
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah Ibnu
Rusydi.
Bidayatul
Mujtahid
wa
Nihayatul
Muqtashid
( diterjemahkan oleh Drs. Mad ‘Ali ). Trigenda Karya, 1997 Lukman
Hakim,
MA,
KH.
Wudlu
Kaum
Sufi.
Risalah
Tuntunan
Shalat
Lengkap.
http://www.sufinews.com Mohammad
Rifa’i,
Drs.
Semarang : Karya Toha Putra, 2004 Muhammad ‘Uwaidah. Syaikh Kamil Muhammad. Al Jami’ Fii Fiqhi An Nisa’ ( diterjemahkan dalam Fiqih Wanita oleh M. Abdul Ghaffar E.M ). Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2002 Mustofa Bisri, KH. Antara Isra' dan Mi'raj, Roh dan Jasad, Kuil
dan
Mesjid,
Perintah
dan
www.pesantrenvirtual.com/fk/007.shtml
Bilangan
Shalat.
: 1999
Masaru Emoto. The True Power of Water ( diterjemahkan oleh Azam Translator ) Bandung, MQ Publishing, 2006 Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa. Al Mustakhlash fii Tazkiyatil Anfus, ( diterjemahkan dalam Mensucikan Jiwa oleh Aunur Rafiq Shaleh tamihid,Lc ). Jakarta : Robbani Press, 2001 Usman
Alkhaibawi.
Durratun
Nasihin
(diterjemahkan
oleh
Abdullah Shnhadji ). Semarang : Al Munawar, tanpa tahun Raghib As Sirjani, Dr. Kaifa Nurhafidzu
‘Alas Shalatil
Fajri (diterjemahkan dalam Misteri Shalat Shubuh oleh Ahmad Munaji, Lc ) Solo : Aqwam, 2006
Email :
[email protected] 106
As Sholah – Perjalanan Menuju Allah T.
Djamaluddin. Pentingnya.
Isra
‘
Mi’raj,
http
:
//
Salah
Tafsir,
dan
Makna
/
islam
media.isnet.org
/etc/isramiraj.html UstazSyed Hasan Alatas. Isra’ dan http://www.shiar-islam.com/doc8.htm
Zamzam
A.
Jamaluddin
dan
Transformasi Fitrah
Kuswandani
Diri
(
Mi’raj.
Yahdin.
Makalah
yang
Sumber
Shalat
:
dan
disampaikan
dalam sebuah lokakarya Shalat sebagai Mi’rajnya Orangorang
Beriman,
6
Oktober
2004,
di
Jakarta
Islamic
Center ). http://suluk.blogsome.com : 2004
Email :
[email protected] 107