Percobaan Darah i

December 12, 2017 | Author: Elok Azka | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

percobaan darah...

Description

TUGAS PRAKTIKUM 7 FISIOLOGI MANUSIA PERCOBAAN DARAH I Hitung Eritrosit, Hitung Leukosit, Hitung Kadar Hemoglobin, dan Penentuan Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus

Disusun oleh: Elok Azkawati 163112620120099

FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK UNIVERSITAS NASIONAL 2016

LATIHAN 7 PERCOBAAN DARAH I

A. Tujuan : Pada akhir latihan in mahasiswa harus dapat: 1. Menghitung jumlah se darah merah (eritrosit) 2. Menghitung jumlah sel darah putih (leukosit) 3. Menentukan kadar hemoglobin darah (Hb) 4. Menentukan golongan darah

B. Dasar Teori Eritrosit Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah merah berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel eritrosit aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam tubuh, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang dihancurkan akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berfungsi untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berfungsi untuk mengikat

oksigen dan karbon dioksida. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.

Leukosit Sel darah putih (lekosit) berwarna bening atau tidak berwarna,bentuknya lebih besar dari sel darah merah (eritrosit), tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter lekosit sekitar 10µm. Batas normal jumlah lekosit berkisar 4.000-10.000/mm3 darah. Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benta-benda asing (foreign agents) termasuk kuman – kuman penyebab penyakit infeksi. Lekosit yang berperan adalah monosit, netrofil, limfosit. Lekosit juga memperbaiki kerusakan vaskuler. Lekosit yang memegang peranan adalah eosinofil. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel lekosit di golongkan menjadi dua golongan: 1. Lekosit bergranula a. Eosinofil Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma bergranula kasar, refraktil dan berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu eosin. Walaupun mampu melakukan fagositosis, eosinofil tidak mampu membunuh kuman. b. Basofil Mempunyai bentuk bulat, dan intinya sukar dilihat sebab tertutup oleh granula. Granulanya sangat besar bulat berwarna ungu tua, jumlahnya banyak tetapi letaknya tidak begitu rapat. Kadang – kadang vakuol tampak berwarna pucat dalam sitoplasma. c. Netrofil Sel–sel

ini

di

sebut

lekosit

polimorfonuklear

karena

bentuk

intinya

bermacam – macam. Ada dua jenis netrofil yaitu netrofil batang dan netrofil segmen. Ciri– ciri netrofil batang: inti berbentuk seperti batang, bentuk ginjal atau huruf S, warna ungu tua. Sitoplasma kemerahan dan granula kecil – kecil halus, warna lembayung muda. Sedangkan netrofil segmen berbentuk bulat, sitoplasma kemerah– merahan banyak. Mempunyai inti terdiri 2-5 lobus yang di hubungkan dengan benang

kromatin, warna ungu tua padat. Granulanya kecil – kecil ,warna lembayung muda banyak tetapi terpisah

2. Lekosit tidak bergranula a. Limfosit Sel limfosit mempunyai ukuran yang kecil, kira-kira hampir sama dengan eritrosit. Limfosit adalah sel lekosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah lekosit netrofil. Antara 25% dan 35% dari jumlah seluruh lekosit darah adalah limfosit, mempunyai ciri–ciri sebagai berikut : diameter antara 8– 10 μm, nukleous bulat atau lonjong, berlekuk atau berbentuk seperti ginjal dengan kromatin kasar, sitoplasma sedikit, berwarna biru muda dan tanpa granula. b. Monosit Monosit adalah sel darah yang kasar. Konsentrasi sel monosit ini didalam darah antara 5% sampai 10%. Sel monosit ini hanya berada dalam darah selama 24 jam, selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana dan berubah menjadi sel dengan sitoplasma yang lebih besar dan kerap kali berlekuk-lekuk, dengan diameter antara 1620 μm, nukleous bervariasi biasanya berbentuk ginjal, kromatin tersusun dalam untaian dengan

warna

lembayung

muda,

sitoplasma

banyak berwarna

biru

keabu – abuan.

Hemoglobin Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Molekul hemoglobin terdiri dari: globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Fungsi hemoglobin dalam darah adalah 1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh. 2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan baku 3. Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.

4. Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah. Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan Hb juga disertai dengan eritrosit yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal. Hemoglobin diidentifikasi dengan huruf atau letak atau tempat ditemukannya : 

Hb A : hemoglobin dewasa normal



Hb F : hemoglobin fetus



Hb S : hemoglobin pada penyakit sel sabit



Hb : Memphis. Hb A (Adult=Dewasa) mulai diproduksi pada usia 5 - 6 bulan kehidupan intrauterine

janin, pada usia 6 bulan postnatal kosentrasi Hb A 99%. Hb A terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai β. Hb F (Foetus= janin) mulai ditemukan dalam darah pada minggu ke dua puluh usia kehamilan. Pada bayi Hb F dan sebelum usia 2 tahun jumlahnya tinggal sedikit, diganti oleh Hb A. Karena sifatnya yang resisten terhadap alkali, Hb F ini mudah dipisahkan dari Hb A. Hb F terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai T. Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porifin yang menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porifin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari hemedan globin. Globin sebagai istilah generik untuk protein globural. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 sub unit protein) yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul ± 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki kapasitas empat molekul oksigen.

Golongan Darah ABO dan Rhesus Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut

aglutinogen.

Sebaliknya,

antibodi

yang

terdapat

dalam

akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan

plasma

aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibody yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut: 

Seseorang yang memiliki golongan darah A dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen (Aglutinogen) A, dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) B.



Seseorang yang memiliki golongan darah B dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen (Aglutinogen) B, dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) A.



Seseorang yang memiliki golongan darah AB dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen (Aglutinogen) A dan B, dan plasma darah tidak mengandung Antibodi (Aglutinin). Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut Resipien universal (orang yang menerima darah). Namun, orang dengan golongan darah ABpositif tidak dapat mendonorkandarah kecuali pada sesama AB-positif.



Seseorang yang memiliki golongan darah O dalam eritrosit (sel darah merah) tidak mengandung Antigen (Aglutinogen), dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut Donor Universal (Orang yang mendonorkan darah). Namun orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah darisesama O-negatif. Pada

sistem

rhesus,

terdiri

dari Rhesus Positif dan Rhesus Negatif.

Sebagian besar orang Asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus negatif pada umumnya dimiliki oleh orang luar. Seseorang yang memiliki rhesus positif darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan rhesus negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidak cocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan. Jika terdapat perbedaan rhesus pada pasangan suami istri, pada kehamilan kedua dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim, atau jika lahir akan menderita hati yang

bengkak,

anemia,

kuning

(jaundice),

dan

gagal

jantung.

Hal

ini

karena

anti rhesus(penghancuran sel arah merah) atau hemolitik.

C. Bahan dan Alat : Hemositometer Neubauer atau merek lainnya terdiri atas : 1. Bilik hitung dan kaca penutupnya 2. Pipet thoma (pengencer eritrosit) dengan tanda didalamnya terdapat butiran berwarna merah dan skala pada pipet tersebut adalah 0,5-101. 3. Pipet leuko (pengenceran leukosit) dengan tanda didalamnya terdapat butiran berwarna putih dengan skala pada pipet 0,5-11. Kedua pipet tersebut dilengkapi dengan karet penghisap (aspirator). 4. Mikroskop cahaya dengan objektif 10x dan 45x; okuler : 10x 5. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan hayem untuk eritrosit dan larutan turk untuk leukosit. 6. Alat pengambil darah : lanset/jarum suntik biasa. 7. Alcohol 70%, kertas atau kain penyerap yang halus/kertas tissue/kapas. 8. Cawan kecil atau gelas arloji untuk tempat larutan pengencer. 9. Alat penghitung (counter).

D. Cara kerja : 1. Menghitung jumlah eritrosit/ sel darah merah : a. Hisap darah vena/ perifer dengan pipet thoma samapai angka 0,5 lalu diencerkan dengan larutan hayem sampai angka 101, jangan sampai ada gelembung udara. b. Kocok selama 5 – 30 detik dan diamkan pada suhu kamar. c. Siapkan biik hitung dengan hati-hati bersihkan dengan kain yang bersih dan halus, juga siapkan mikroskop. d. Amati bilik hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x (obyektif 10x dan okuer 10x). e. Kemudian hitung jumlah sel darah pada 5 kotak R kecil yang terletak di bagian tengah bilik hitung, masing-masing kotak kecil ini terdiri atas 16 kotak dengan ukuran isi : 1/20 mm x 1/20 m = 1/400 mm2 luasnya, dan dalamnya 1/10 mm sehingga jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya adalah : 5 x 16 x 1/400 x 1/10 mm3 = 1/50 mm ( F bilik hitung) jadi jumlah sel eritrosit adalah : 5RxFxP

Dimana : R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5 kotak) F = Faktor bilik hitung P = Pengenceran pipet

2. Menghitung jumlah sel darah putih a. Hisap darah vena/perifer dengan pipet leuco sampai angka 0,5 selanjutnya lanjutkan dengan menghisap reagen turk untuk mengencerkan, sampai angka 11, hindari jangan sampai ada gelembung. b. Kocok selama 15 – 30 detik dan diamkan pada suhu kamar. c. Siapkan bilik hitung dan gelas penutupnya. d. Setelah sampai waktunya, buang larutan diujung pipet 3 – 4 tetes, lalu diisikan kedalam bilik hitug, lalu periksa dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 x dan 40 x. Jumlah sel darah putih yang di hitung adalah : 4 W x F x P Dimana : W = Banyak sel yang dihitung F = Faktor bilik hitung P = Pengenceran pipet leuko

3.

Menentukan kadar hemoglobin darah (Hb) a. Menentukan kadar Hb dengan cara Sahli : Cara ini didasarkan pada perubahan Hb dengan HCl 0,1 N menjadi hematin asam yang berwana tengguli. Campuran ini diencerkan dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna standard yang ada pada tabung Sahli. 

Tabung hemoglobinometer Sahli diisi dengan HCl 0,1 N sampai angka 2.



Siapkan darah perifer, hisap dengan pipet Sahli sampai angka 20, kemudian masukkan ke dalam larutan HCl 0,1 N pada tabung hemoglobinometer Sahli yang telah disiapkan, bilas dengan pipet 2-3 kali sehingga pipet bersih dari darah.



Kocok tabung sampai homogeny lalu berdirikan di tengah tabung Sahli.



Perlahan-lahan encerkan isi tabung dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna standard pada tabung Sahli.



Hasilnya dibac dengan melihat tanda batas meniscus cairan.



Skala pada tabung Sahli menunjukkan kadar Hb dengan gram/dL

b. Cara Talquist : Cara ini biasa digunakan di BKIA, metodenya berdasarkan pada perbedaan warna yag terserap pada kertas saring atau kertas Talquist yang dibandingkan dengan bermacam-maca warna standard yang tertera pada buku Talquist. Pembacaan kadar Hb dinyatakan dalam angka Talquist. Pada cara ini darah yang keluar dari jari dihisap dengan kertas saring/kertas Talquist dan segera setelah kering disesuaikan dengan warna standard yang ada pada buku Talquist.

c. Menentukan kadar Hb dengan larutan CuSO4 : 

Siapkan larutan CuSO4 dengan BJ 1,016 dalam beker glass.



Tusuk ujung jari dengna lanset secara legeartis.



Hisap darah tersebut dengan pipet Pasteur secukupnya.



Teteskan kedalam larutan CuSO4 dan biarkan selama 15 detik, kemudian baca.



Bila tetesan darah tenggelam maka kadar Hb lebih dari 12,5 gram/dL. Bila darah melayang maka kadar Hb sama/kurang lebih 12,5 gram /dL. Bila tetesan darah mengapung pada permukaan larutan maka kadar Hb kurang dari 12,5 gram/dL

4. Menentukkan Golongan Darah 1. Tuliskan terlebih dahulu identitas orang yang akan diperiksa golongan darahnya pada kartu gologan darah yang akan diperiksa. 2. Tambahkan pada masing-masing tetesan darah, setetes serum yang mengandug antibody Anti-A, antibodi Anti-B, dan antibodi Anti-AB. Teteskan darah yang akan diperiksa golongan darahnya dari ujung jar yang telah ditusuk dengan lanset steril pada kartu golongan darah yang tersedia. Serum yang mengandung Antibodi anti-A, antibodi Anti-B, antibodi AntiAB, dan antibody Anti-D (Anti-Rhesus).

3. Aduk pelan-pelan masing-masing campuran daran dan serum dengan pengaduk yang berbeda. 4. Amati masing-masing ada/tidaknya aglutinasi. 5. Tentukan golongan darahnya.. 6. Tempelkan hasil pemeriksaan pada lembar praktikum.

E.

Pembahasan Pada praktikum “Darah I” yang terdiri dari hitung jumlah eritrosit, hitung jumlah

lekosit, hitung kadar Hb, dan penentuan golongan darah dengan menggunakan OP Bambang Ardianto yang berjenis kelamin laki laki didapatkan hasil jumlah sel darah putih 5.150 sel/μL darah, jumlah sel eritrosit 7.920.000 sel/μL darah, kadar Hb 17,8 g/dL, dan golongan darah A rhesus positif. Pada

perhitungan

jumlah

leukosit

cara

yang

dilakukan

sama

dengan praktikum menghitung jumlah eritrosit hanya saja larutan yang dipakai adalah larutan Turk. Larutan Turk berfungsi untuk pengenceran,

melisiskan

eritrosit,

dan

mencegah

koagulasi darah, selain itu larutan Turk berfungsi sebagai pewarna leukosit karena adanya gentian violet yang terkandung dalam larutan Turk tersebut. Untuk leukosit karena jumlah leukosit sedikitdibandingkan dengan jumlah eritrosit, maka pengenceran yang dilakukan juga lebih kecil yaitu 20 kali. Akibatnya pipet thoma yang digunakan memiliki skala maksimumyang lebih kecil, yaitu 11. Pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan menyulitkan perhitungan. Sel darah putih atau leukosit berwarna bening, ukurannya lebih besar daripada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Dalam setiap mm3 darah terdapat 4.000-10.000 sel/μL darah. Fungsi umum dari sel darah putih yaitu melindungitubuh dari infeksi. Pada percobaan hitung jumlah lekosit didapatkan hasil 5.150 sel/μL darah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa OP tersebut memiliki jumah leukosti yang normal. Perhitungan jumlah eritrosit menggunakan larutan Hayem. Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Hayem terdiri dari 5 gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5gr HgCl2 dan 200 ml aquadest. Larutan NaCl 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit. Kandungan lain adalah formalin 40 % yang berfungsi

untuk

mengawetkan/mempertahankan

bentuk

discoid

eritrosit.

Kandungan larutan Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai Formasitrat.

Larutan

hayem yang

memiliki fungsi

larutan

antara lain mengencerkan

darah, mencegah pembekuan, bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan leukosit dan mbosit akan lisis, mempertahankan bentuk eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi.

tro

Setelah darah dicampurkan dengan larutan hayem dalam pipet, 3-4 tetes dalam pipet dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar dalam hemaecitometer benar-benar mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam hemacytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrosit. Sel darah merah dihitung pada 5 kotak R kecil yang terletak dibagian tengah bilik hitung yang terdiri atas 1

1

1

16 kotak dengan ukuran 20 mm x 20 mm x 10 mm. 1

1

1

1

Sehingga faktornya adalah 5 x 16 x 20 mm x 20 mm x 10 mm = 50 mm3 1 50

mm3 = R butir

1 mm3 = R x 50 butir Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian yang tidak tercampur (dibuang), sehingga pengencerannya menjadi 200x. sehingga jumlah sel darah merah per mm3 darah adalah 200 x 50 x R = R x 104 butir. Menurut literatur jumlah eritrosi tnormal pada wanita antara 4-5 juta eritrosit /µl darah dan pada pria 4,5–5,5 juta eritrosit/ µl darah. Jika mengacu pada literatur tersebut OP memiliki jumlah eritrosit melebihi rentang normal yaitu 7.920.000 sel/μL darah. Peningkatan jumlah eritrosit melebihi melebihi 6 juta/µl darah dapat mengindikasikan suatu kelainan yang disebut Polisitemia, namun perlu pemeriksaan lebih lanjut Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit pada seseorang, yaitu : a. Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi. . b. Usia/umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml. Ketika bayi tersebut tumbuh eritrositnya berkurang menjadi sampai 4 juta / ml, kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta / ml. c. Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein yang mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap oksigen dan karbondioksida. d. Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.

e. Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit daripada laki– laki, hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan ketika menstruasi. Pada pengukuran kadar Hb manusia metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang paling canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera beraksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar. Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran menggunakan akuades sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkannya secara makroskopis menggunakan mata, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Disamping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Kadar hemoglobin pada pria adalah 13-18 g/dL sedangkan pada wanita 12-16 g/dL. Hemoglobin memiliki beberapa fungsi yaitu: mengambil oksigen dari paru-paru, lalu memberikannya kepada jaringan tubuh, membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paruparu, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, dan merupakan sumber bilirubin yang akan diubah menjadi urobilin. Kadar hemoglobin pada OP yaitu 17,8 g/dL kadar tersebut masih normal dan mendekati 18 g/dL. Kadar hemoglobin yang cukup tinggi ini bisa dikarenakan jumlah eritrosit yang tinggi yaitu 7.920.000 sel/μL darah. Selain itu ada beberapa faktor yang menyebabkan hemoglobin tinggi yaitu 1. Polistemia, peningkatan kadar hemoglobin melebihi 18 g/dL harus menjalani flebotomi atau mengurangi darah. 2. Faktor eksternal Kadar

hemoglobin

yang

tinggi

dapat

disebabkan

karena

keadaan

yang

mempengaruhinya seperti:  Merokok  Memiliki tekanan darah tinggi (normal sisitole 110-160 mmHg dan diastole 70100 mmHg)  Penyakit paru-paru

Kesalahan-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara Sahli: 1. Tidak tepat mengambil 20 µl darah. 2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas. 3. Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu mengecerkan. 4. Tidak

memperhatikan

waktu

yang

seharusnya

berlalu

untuk

mengadakan pembandingan warna. 5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya, tabung itudibolakbalikkan dengan menutupnya memakai ujung jari. 6. Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca 7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang 8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai Pada penentuan golongan darah terjadi gumpalan ketika darah OP ditetesi dengan serum yang mengandung antibody Anti-A dan antibody Anti-AB. Tejadinya gumpalan atau aglutinasi disebabkan karena pada permukaan eritrosit OP terdapat antigen A dan pada serum terdapat antibody Anti-A, terjadinya ikatan antigen dan antibody tersebut menyebabkan terjadinya aglutinasi, hal tersebut juga terjadi ketika ditetesi serum yang mengandung antibody Anti-AB. Sehingga OP tersebut memiliki golongan darah A karena terjadi gumpalan ketika ditetesi dengan serum yang mengandung antibody Anti-A dan antibody Anti-AB. Selain adanya penentuan darah berdasarkan sistem ABO ada juga penentuan sistem darah berdasarkan Rhesus (Rh). Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus

yang diketahui memiliki faktor ini pada

tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh- (Rhesus Negatif). Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif). Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO dengan menambahkan “+” bagi pemilik faktor rhesus atau “-“ bagi yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-. Delapan puluh lima persen penduduk dunia memiliki faktor rhesus (Rh+) dalam darahnya, sementara 15% nya tidak memiliki faktor rhesus (Rh-) dalam darahnya.

Pada pemeriksaan golongan darah rhesus OP terjadi gumpalan hal ini berarti OP memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya sehingga memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif).

F. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa OP yang bernama Bambang Ardianto yang berjenis kelamin laki memiliki jumlah sel leukosit 5.150 sel/μL darah yang masih termasuk kedalam jumlah normal leukosit, jumlah sel eritrosit yang cukup tinggi yaitu 7.920.000 sel/μL darah hal tersebut bisa terjadi karena OP tersebut berusia 27 tahun sehingga memiliki banyak aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak. Selain itu OP tersebut memiliki jenis kelamin laki-laki sehingga jumah sel eritrosit lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Lalu pada pengukuran kadar Hb didapatkan hasil 17,8 g/dL pada kadar tersebut masih dikategorikan normal. Pada penentuan golangan darah berdasarkan sistem ABO dan Rhesus, OP tersebut memiliki golongan darah A rhesus positif. Hal ini terjadi karena pada permukaan eritrosit OP terdapat antigen A dan pada serum terdapat antibody Anti-A, terjadinya ikatan antigen dan antibody tersebut menyebabkan terjadinya aglutinasi. Sehingga OP tersebut memiliki golongan darah A karena terjadi gumpalan ketika ditetesi dengan serum yang mengandung antibody Anti-A dan antibody Anti-AB.

Saran Pada saat praktikum sebaiknya mahasiswa berkonsentrasi pada praktikum yang dikerjakan, sehingga praktikum cepat selesai dan tertib. Apabila pekerjaannya sudah selesai dapat memperhatikan praktikum yang dikerjakan oleh temannya sehingga suasana lab tetap tertib.

G. DAFTAR PUSTAKA Afriani, Astie. 2014. Penentuan Golongan Darah Manusia. Online. Tersedia dalam https://www.scribd.com/doc/241692119/Penentuan-Golongan-Darah-Manusia-pdf Anggara, Nulur. 2012. Eritrosit. Online. https://www.scribd.com/doc/92386981/makalah-eritrosit

Tersedia

Aristi, Anggi Dyah. 2014. Eritrosit. Online. https://www.scribd.com/doc/216093505/Laporan-Eritrosit

dalam

Tersedia

dalam.

Harna. 2012. Hemoglobin. Online. Tersedia https://www.scribd.com/doc/111545985/Laporan-Praktikum-Psg-Hemoglobin

dalam.

Hasbulloh, Yulita. 2012. Eritrosit. https://www.scribd.com/doc/92588997/eritrosit

dalam

Online

tersedia

Juwita. 2014. Penentuan Golongan Darah. Online. Tersedia https://www.scribd.com/doc/210783012/Laporan-Praktikum-Golongan-Darah

dalam

Morse, Nina. 2014. Leukosit. Online. https://www.scribd.com/document/249387200/leukosit-pdf

dalam

Tersedia

Natalina. 2015. Pemeriksaan Sederhana Golonga Darah dan Rhesus. Online. Tersedia dalam http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=157 Ramdani, Fahmy. 2015. Kelebihan dan Kekurangan Hemoglobin. Online. Tersedia dalam https://fahmyramdani.blogspot.co.id/2015/12/kelebihan-dan-kekuranganhemoglobin.htmlValen, Tirtamana, Ayu. 2014. Pemeriksaan Hb Sahli. Online. https://www.scribd.com/doc/213717489/Pemeriksaan-Hb-Sahli http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=157

Tersedia

dalam

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF