Percobaan 3 (Urine) Lapter Fix

March 31, 2018 | Author: Ranu Lutfi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan...

Description

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN III URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE Disusun Oleh: Mia Audina

2403014120003

Helena Krey

24030114120004

Dieny Choirunissa’

2403014120005

Nugraheni Rekno W

2403014120006

Miratun Nafisah

2403014120007

Ranu Lutfi A

2403014120009 Asisten: Oke

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam urine. Metode yyang digunakan dalam identifikasi senyawa organik dalam urine adalah pemecahan ureum oleh urease ,tes adanya gula pereduksi ,tes adanya kreatinin dengan JAFFE dan WEYL tes adanya asam urat dan garamnya dengan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa, tes adanya protein uji ini negatif karena tidak terbentuk endapan. Sedangkan tes adanya senyawa anorganik adalah tes adanya amonia tes adanya klorida menunjukan uji positif karena endapan nya larut, tes adanya fosfat dan kalsium ,tes adanya sulfat . Hasil yang diperoleh di dalam sampel urine mengandung urease,kreatinin,asam urat dan garamnya,keton,amoniak,klorida,fosfat dan kalsium,sulfat.

Keyword : identifikasi urine, urease, ekskresi

PERCOBAAN III URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE I. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urine Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zatzat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat. (Anonim, 2008)

Jenis urine adalah sebagai berikut a. Urine sewaktu Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan. b. Urine pagi Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli malnini dan sebagainya. c. Urine pasca prandial Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai untuk pemeriksaan reduksi. d. Urine 24 jam Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk analisa kuantitatif. (Tim DepKes RI, 1994) 2.2 Pemeriksaan pada Urine 2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang berpenyakit atau tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai reagen benedict, tablet khusus dan tes pita. Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut : Warna biru (tidak berubah)

(-)

Warna biru kehijauan

(+)

Warna hijau (kekuningan)

(+ +)

Warna kuning kemerahan

(+ + +)

Warna merah bata

(+ + + +)

2.2.2 Pengambilan bahan urine Pengambilan

urine

sebagai

bahan

pemeriksaan

untuk

mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine secara bertahap untuk pemeriksaan ureum. 2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam Meliputi: 

Pengukuran berat jenis urine



Pemeriksaan jumlah dalam urine



Pengujian pemekatan



Pengambilan bahan creatinin clearence test (Tim DepKes , 1994)

2.3 Sifat Urine Sifat-sifat urine diantaranya adalah a. volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari b. volume urine berkurang pada iklim panas c. berat jenis antara 1,003 – 1,030 d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0 e. urine menjadi alkali bila dibiarkan f. urine berwarna kuning pucat apabila normal g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada dalam makanan (Harper, 1961) 2.4 Ciri- ciri Urine Normal Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia cukup aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028. (Harper, 1961)

2.5 Komponen Utama Urine Manusia Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari : Komponen

Garam per 24 jam

Perkiraan nisbah kons.

Glukosa

< 0,05

Urine < 0,05

Asam amino

0,80

1,0

Amoniak

0,80

100

Urine

25

70

Kreatinin

1,5

70

Asam urat

0,7

20

H+

pH 5-8

Sampai 300

Na+

3,0

1,0

K+

1,7

15

Ca2+

0,2

5

Mg2+

0,15

2

Cl-

6,3

1,5

HPO42-

1,2 g P

25

SO42-

1,4 g S

50

HCO3-

0,3

0,2

Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam spesimen dengan total volume 1.200 mL. (Harper, 1961) 2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine a. Protein Proteinuria (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin dalam urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekstraksi setiap hari dalam urine.

b. Glukosa

Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat menunjukkan adanya diabetes. c. Benda-benda keton Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak 3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis. (Harper, 1961) 2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine a.Urea Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia. Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah, protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau aktivitas korteks berlebih. (Harper, 1961) b. Amonia Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat tinggi. (Harper, 1961) c. Kreatin dan kreatinin Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan menambahkan alkali pikrat dalam urine. (Harper, 1961) d. Asam urat Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.

(Harper, 1961) e. Asam amino Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas urine untuk zat ini sangat tinggi. (Harper, 1961) 2.8 Pengujian pada Urine 2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict akan tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata, maka menunjukkan adanya gula pereduksi. (Harper , 1961) 2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat. (Harper , 1961) 2.8.3 Uji adanya protein Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik, setelah

disentrifus

untuk

menghilangkan

sedimen,

kemudian

ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara kolorimetri maupun analisis. (Harper , 1961) 2.9 Komposisi urine Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh

misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat. (Anonim, 2008) 2.10 Penyakit pada urine Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria. Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih. Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan dinding saluran kencing. (Anonim, 2008) 2.11 Ginjal Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah, yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH. (Bettelhem, 1995)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan. (Anonim, 2008) 2.12 Sistem Ekskresi Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal. 1. Ginjal Fungsi utama

ginjal adalah

mengekskresikan

zat-zat

sisa

metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan, serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urine. Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu: a. korteks (bagian luar) b. medulla (sumsum ginjal) c. pelvis renalis (rongga ginjal)

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.

Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal

Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urine sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urine melewati saluran yang disebut uretra. 2. Hati (hepar) Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, dan setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil

pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning. ( Anonim, 2008) 2.13 Mekanisme Pembuangan Urine Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. 1. Penyaringan (filtrasi) Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya. 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal

mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. 3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine. (Anonim, 2008) 2.14 Siklus Urea Siklus urea adalah alur terjadinya urea. Kelebihan asam amino yang tidak digunakan dalam proses metabolisme akan dioksidasi guna memperoleh energi. Biasanya kandungan atom karbon dan hidrogen lambat laun akan membentuk CO2 dan H2O. Kandungan atom nitrogen akan mengalami berbagai proses hingga menjadiurea untuk diekresi. Setiap metabolisme memiliki lintasan metabolisme masing-masing lengkap dengan perangkat enzimatiknya. Pada eukariotik, siklus urea merupakan bagian dari nitrogen yang meliputi reaksi konversi amonia menjadi urea. Siklus ini ditemukan pertama kali oleh Hans Krebs dn Kort Hanselit pada tahun 1932. Pada mamalia siklus urea terjadi didalam hati. Produk urea kemudian dikirimkan kan ke organ ginjal dieksresi. Dua jenjang reaksi pada siklus urea terjadi didalam mitokondria. Ringkasan siklus urea adalah : 2NH3 + CO3 + 3 ATP  NH2NH2CO + H2O + 3 ADP

2.15 Analisa Bahan 2.15.1 Aquades Sifat fisik : berat molekul 18 g/mol titik beku 00C titik didih 1000C berwarna jernih Sifat kimia : bersifat polar larut dalam dimetil alkohol dan etil etanoat mempunyai ikatan hidrogen mempunyai tetapan dielektrik tinggi (Basri , 1996) 2.15.2 Phenolphtalein Sifat fisik : kristal tak berwarna dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan Sifat kimia: rumus molekul C20H14O4 larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda dalam larutan basa perubahan pH

8,2-10,0 (Mulyono, 2001)

2.15.3 Fenol merah Sifat fisik : titik leleh 42 0C titik didih 182 0C densitas 1,1 g/mL Sifat kimia : senyawa yang bersifat asam C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink) bila terkotori atau terkena cahaya (Mulyono, 2001) 2.15.4 Natrium karbonat (Na2CO3) Sifat fisik : padatan kristal putih titik leleh 851 0C (anhidrous) densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)

Sifat kimia: larut dalam air mudah melapuk oleh udara sebagai soda pembersih (Mulyono, 2001) 2.15.5 Reagent benedict Sifat fisik : menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi Sifat kimia : reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula pereduksi terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri sulfat dan air (Pringgodigdo, 1973) 2.15.6 Asam asetat (CH3COOH) Sifat fisik : merupakan asam tak berwarna bau menyengat kemurniannya 99,52 % titik didih 118,5 0C titik beku 117 0C Sifat kimia: larut dalam air dan asam pekat (Pringgodigdo, 1973) 2.15.7 Natrium hidroksida (NaOH) Sifat fisik : titik leleh 318 0C titik didih 139 0C densitas 2,1 g/mL padatan putih Sifat kimia: senyawa basa kuat higroskopis, korosif mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3 (Mulyono, 2001) 2.15.8 Asam nitrat (HNO3) Sifat fisik : zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan titik leleh – 41 0C titik didih 83 0C density 1,5 g/mL

Sifat kimia: asam anorganik berasap dan korosif sebagai oksidator kuat (Mulyono, 2001) 2.15.9 NH4OH Sifat fisik : titik leleh -78 0C titik didih -33,5 0C berbentuk cairan tidak berwarna, berbau tajam Sifat kimia: merupakan senyawa basa (Mulyono, 2001) 2.15.10 AgNO3 Sifat fisik : titik leleh 212 0C densitas 4,3 g/mL padatan kristal tak berwarna Sifat kimia: menghasilkan cermin perak dan debagai reagen analitik. (Mulyono, 2001) 2.15.11 HCl Sifat fisik : titik leleh 114 0C titik didih -85 0C densitas 1,27 (udara = 1) gas tak berwarna, berbau tajam Sifat kimia: asam kuat sangat larut dalam air merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4 (Mulyono, 2001) 2.15.12 Asam pikrat Sifat fisik : padatan kristal kuning titik leleh 122 0C density 1,8 g/mL Sifat kimia: 2,4,6 trinitro fenol asam C6H3N3O7 beracun, mudah meledak

(Mulyono, 2001) 2.15.13 Amonium sulfat padat Sifat fisik : merupakan padatan kristal orthorombik berwarna putih berat molekul 132,4 g/mol densitas 1,67 g/mL Sifat kimia: sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. (Basri, 1996) 2.15.14 Urine Sifat fisik : berwarna agak kekuningan, berbau berat jenis antara 1,003-1,030 Sifat kimia: bersifat agak asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0 (Harper, 1961) 2.15.15 Sodium nitroprusid Sifat fisik : cairan jernih, garam Na (Basri, 1996) 2.15.16 BaCl2 Sifat fisik : kristal putih titik leleh 963 0C titik didih 1560 0C Sifat kimia: digunakan dalam ekstraksi barium melalui elektrolisis dibuat

dengan

melarutkan

BaCO3

dalam

asam

hidroklorida dan mengkristalkan hidrat. (Daintith, 1990) 2.15.17 Tepung kedelai Sifat fisik : berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan Sifat kimia: merupakan produk olahan dari kacang kedelai sebagai sumber protein (Anonim, 2008) 2.15.18 K2C2O4 Sifat fisik : berbentuk kristal tidak berwarna Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi larut dalam air

senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan bahan pembersih. (Basri, 1996) 2.15.19 Amonium molibdat Sifat fisik : berbentuk cairan bening Sifat kimia: senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam molibdat rumus molekul (MH4)6MoO7O24 . H2O (Arora, 2004) III.

METODE PENELITIAN

3.1Alat dan Bahan 3.1.1Alat -Tabung reaksi

-kaki tiga

-gelas ukur

-gelas beker 250 mL

-pipet tetes

-drop plate

-spatula

-kertas saring

-pengaduk

-corong

-pemanas listrik

-erlenmeyer

-penangas air

-cawan porselin -sampel urine -akuades -phenolftalein -fenol merah -reagen benedict -CH3COOH 0.1 M

3.1.2

Bahan

-tepung kedelai

-amonium sulfat

-HNO3 pekat

padat

-NaCO3 -NH4OH -BaCl2 -K2C2O3

-amonium molibdat -NaOH 2 M

-HCl pekat

3.2 Skema Kerja 3.2.1

Senyawa Organik dalam urine

3.2.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease 3 mL urine Tabung reaksi I Penambahan 4 tetes indikator fenol merah Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan berwarna kuning Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai Pengocokan dan pendiaman beberapa saat Pengamatan perubahan hasil 3 mL akuades Tabung reaksi II -

Penambahan 4 tetes indikator fenol merah

-

Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda

-

Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan berwarna kuning

- Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC - Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai - Pengocokan dan pendiaman beberapa saat - Pengamatan perubahan hasil

3.2.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi 1 mL urine Tabung reaksi Penambahan 5 mL reagen benedict Pemanasan sampai terjadi perubahan warna Penambahan tetes demi tetes CH3COOH Pengamatan perubahan hasil 3.2.1.3 Tes Adanya Kreatinin a. Percobaan JAFFE 5 mL urine Tabung reaksi penambahan 1 mL asam pikrat jenuh penambahan 1 mL NaOH 2M pengamatan perubahan warna hasil 5 mL Aquades Tabung reaksi penambahan 1 mL asam pikrat jenuh penambahan 1 mL NaOH 2M pengamatan perubahan warna hasil

c. Percobaan WEYL 5 mL urine Tabung reaksi penambahan 5 tetes sodium nitroprusid penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis penambahan tetes demi tetes CH3COOH pengamatan perubahan warna hasil

3.2.1.4 Tes adanya Asam Urat dan Garamnya a. Percobaan Muroksid 0,5 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat Cawan petri Pemanasan di atas penangas air sampai kering Pengamatan perubahan hasil

b. Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF) 5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 Drop2% plate

Kertas saring Pembasahan dengan AgNO3 Hasil Penambahan dengan campuran dalam drop plate Pengamatan perubahan warna Hasil

3.2.1.5 Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten) 10 mL urine Tabung reaksi Penambahan (NH4)2SO4 padat (sambil pengocokkan) hingga larutan jenuh Penambahan 3 tetes larutan nitroprusid 5% + 2 mL NH4OH jenuh Pengocokkan hingga bercampur rata Pendinginan selama 30 menit Pengamatan perubahan warna hasil

3.2.1.6 Tes Adanya Protein 10 mL urine penyaringan

residu

Filtrat urine pengambilan 5 ml filtrat 5 ml filtrat urine Tabung reaksi pemanasan diatas penangas air penambahan 3-5 tetes CH3COOH 2M pengamatan perubahan hasil

3.2.2

Senyawa Anorganik dalam Urine

3.2.2.1 Tes Adanya Amoniak 2 mL urine Tabung reaksi Penambahan 2 tetes indikator PP + 2 tetes Na2CO3 2% hingga terbentuk warna merah muda Pemanasan di atas penangas air hingga mendidih Peletakkan kertas saring basah oleh indikator PP di atas mulut tabung reaksi (tidak menutupi semua mulut tabung) Pengamatan perubahan warna pada kertas saring

hasil

3.2.2.2 Tes Adanya Klorida 2 mL urine Tabung reaksi penambahan 2 tetes HNO3 pekat + 2 tetes larutan AgNO3 pengamatan perubahan warna penambahan NH4OH berlebihan pengamatan hasil

3.2.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium 10 mL urine Tabung reaksi penambahan 1 mL NH4OH hingga larutan bersifat alkalis pemanasan larutan di atas penangas air hingga ada endapan putih penyaringan dengan kertas saring

filtrat

residu (endapan putih) pencucian dengan akuades pelarutan dalam 1 mL CH3COOH 2% pembagian dalam 2 tabung

tabung I

tabung II

penambahan 1 tetes HNO3 pekat

penambahan 3 tetes K2C204

penambahan 3 tetes amonium molibdat pemanasan pengamatan perubahan hasil

hasil

pengamatan perubahan

3.2.2.4 Tes Adanya Sulfat 2 mL urine Tabung reaksi penambahan dengan 1 tetes HCl pekat penambahan 3 tetes BaCl2 0,1 M pengamatan perubahan hasil

IV. DATA PENGAMATAN No 1

Perlakuan

Hasil

Ket

Pemecahan Ureum menjadi Urease -3 mL urine + 4 tetes fenol merah + -Terbentuk larutan Na2CO3 2% -penambahan CH3COOH -pemanasan hingga 60oC

-Warna larutan menjadi kuning

-penambahan tepung kedelai

kemerahan

+

-pengocokan, pendiaman Aquades -3 mL akuades + 4 tetes fenol

Terbentuk warna kuning memudar

+

merah + Na2CO3 2% -penambahan CH3COOH -pemanasan hingga 60oC

Larutan kuning agak keruh

-penambahan tepung kedelai -pengocokan, pendiaman 2

Endapan coklat

Tes Adanya Gula pereduksi - 1 mL urine + 5 mL Benedict

-Terbentuk larutan berwarna biru

- pemanasan - pendinginan dengan cepat - pendiaman selama 30 menit 3

- pengamatan Tes Adanya Kreatinin a.Percobaan JAFFE

Terbentuk larutan biru

-

-5 mL urine + 1 mL asam pikrat

-terbentuk warna jingga kemerahan

jenuh + 1 mL NaOH 2 M

+ +

-5 mL akuades + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M

-Pada akuades berwarna kuning

b. Percobaan WEYL -5 mL urine + 5 tetes Na-

+

nitropusid -penambahan NaOH hingga alkalis -penambahan 5 tetes CH3COOH

- Larutan berwarna merah dan memudar menjadi kuning kembali - Terbentuk warna kuning

4

Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya a. Percobaan Muroksid -0.5 mL urine + 3 tetes HNO3

+ terbentuk bercak kecoklatan kering

pekat -pemanasan sampai kering

kristal kuning kecoklatan

b. Percobaan Reduksi Perak -penetesan dengan campuran 5

larutan berwarna kuning

tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2% -pembasahan kertas saring dengan Terbentuk bercak kehitaman AgNO3 5

Tes Adanya Senyawa Keton -10 mL urine + (NH4)2SO4 padat -pengocokan

-Larutan menjadi keruh

+

-penambahan 3 tetes Na-nitropusid

6

- Urine,Terbentuk warna tetap

5% + 2 mL NH4OH jenuh

kuning keruh

-pengocokan, pendiaman 30 menit Tes Adanya Protein

Larutan berwarna jingga

+

-penyaringan 10 mL urine

7

-pemanasan

-Warna urine menjadi pudar

-penambahan 3-5 tetes CH3COOH

-Urine wanita tetap berwarna kuning

-pengamatan

pudar jernih

-

Tes Adanya Amino -2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes Na2CO3 2%

-Terbentuk larutan urine berwarna merah muda pada kertas saring

+

-pemanasan sampai mendidih -peletakkan kertas saring basah oleh PP di atas mulut tabung reaksi -pengamatan perubahan pada 8

kertas saring Tes Adanya Klorida -2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+

Larutan kuning keruh

2 tetes larutan AgNO3

terbentuk endapan yang larut dengan

-pengamatan 9

Kertas saring berwarna merah muda

amonium hidroksida berlebih

Tes Adanya Fosfat dan Kalsium -10 mL urine + 1 mL NH4OH hingga alkalis

Larutan berwarna merah

-pemanasan

Endapan putih

-penyaringan

Residu putih

+

-pencucian endapan dengan akuades -pelarutan endapan dalam 1 mL

Larutan putih

CH3COOH 2% -pembagian ke dalam 2 tabung -tabung I + 1 tetes HNO3 pekat + 3 Larutan berwarna putih

+

tetes amonium molibdat

10

-pemanasan

Endapan kuning

-tabung II + 3 tetes K2C2O4

Endapan putih keruh

+

-pengamatan Tes Adanya Sulfat -2 mL urine + 1 tetes HCl pekat + 3 Larutan kuning keruh tetes BaCl2 -pengamatan

- Terbentuk endapan

V. HIPOTESA Pada percobaan ini senyawa-senyawa dan unsur-unsur sekarang yang terkandung dalam protein. Identifikasi meliputi senyawa organik serta senyawa anorganik dalam urine. Identifikasi senyawa organik dalam urine yang akan dilakukan adalah pemecahan ureum oleh urease, tes adanya gula pereduksi, tes

+

kreatinin yaitu percobaan JAFFE dan WEYL, tes asam urat dan garamnya, yaitu percobaan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes senyawa keton, tes protein. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dalam urine meliputi tes adanya ammonia, adanya klorida, tes adanya fosfat dan kalsium, dan tes adanya sulfat. Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula pereduksi akan menunjukkan kekeruhan atau endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji positif untuk senyawa keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein jika timbul endapan, tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah muda, pada percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes muroksid dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk cincin perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna merah muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan keruh dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat yaitu adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya endapan keruh.

VI PEMBAHASAN Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine. Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dikeluarkan oleh tubuh melalui proses. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil.Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi khas

pada masing-masing percobaan.Metode yyang digunakan dalam identifikasi senyawa organik dalam urine adalah pemecahan ureum oleh urease ,tes adanya gula pereduksi ,tes adanya kreatinin dengan JAFFE dan WEYL tes adanya asam urat dan garamnya dengan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa, tes adanya protein uji ini negatif karena tidak terbentuk endapan. Sedangkan tes adanya senyawa anorganik adalah tes adanya amonia tes adanya klorida menunjukan uji positif karena endapan nya larut, tes adanya fosfat dan kalsium ,tes adanya sulfat. Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan adanya identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan tidaknya suatu penyakit dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut. 6.1 Senyawa Organik Dalam Urine 6.1.1 Pemecahan Ureum Oleh Urease Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percoban ini adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah tepung kedelai. Prosedur pertama yang dilakukan adalah menambahkan indikator fenol merah pada urine pria dan wanita serta pada akuades sebagai pembanding. Penambahan indikator fenol merah ini bertujuan untuk menandai perubahan pH yang terjadi pada larutan.

Reaksi fenol merah:

Insuasana basa (merah)

HIn Suasana asam (kuning)

(Anonim, 2008) Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4 dan pada suasana asam membentuk warna kuning, (Underwood, 1986). Penambahan natrium karbonat berfungsi untuk mencapai pH yang diinginkan yaitu pH enzim urease bekerja optimum pada suasana basa dengan pH 7,4. (Kusnawidjaya,1987). Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan warna. Penambahan asam asetat akan menghasilkan larutan berwarna kuning, baik pada urine maupun akuades. Fungsi asam asetat adalah untuk memberikan suasana asam lalu dipanaskan agar

mencapai

suhu

optimal

enzim

urease

yaitu

370C.

(Kusnawidjaya,1987). Pada suhu optimal, enzim akan bekerja secara optimal pada proses pemecahan ureum. Kemudian penambahan

tepung kedelai

kedalam sampel urine dan akuades. Fungsi tepung kedelai adalah sebagai sumber enzim urease. Pada sampel urine menghasilkan larutan kuning kemerahan, sedangkan pada akuades menghasilkan larutan

kuning yang lebih bening. Dari percobaan didapatkan hasil yang positif pada kedua sampel urine. Reaksi yang terjadi adalah: O

urease H2N

C

NH 2

H 2O

CO2

2NH3

(Kusnawidjaya, 1987) 6.1.2

Tes Adanya Gula Pereduksi Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu2O. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Selanjutnya dilakukan penambahan reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: O

O

C

C H

H

C

OH

HO

C

H

H

C

H

C

OH H

C

OH

HO

C

H

OH

H

C

OH

OH

H

C

OH

Cu2+

H 2O

CH 2OH

Cu2O

H+

CH2 OH

(Martoharsono, 1993)

Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Hal itu dikarenakan adanya penambahan energi kinetik partikel sehingga parikel lebih cepat bergerak dan mengakibatkan tumbukan terjadi. Setelah dipanaskan, dalam larutan tetap berwarna dan tidak terbentuk endapan merah bata. Tidak digunakan fehling pada percobaan ini karena benedict lebih peka daripada fehling untuk mengidentifikasi adanya asam urat atau kreatinin sedangkan jika digunakan fehling maka asam urat atau kreatinin akan mereduksi fehling sehingga gula pereduksi tidak bisa teridentifikasi(Poedjiadi, 1994) Dari hasil percobaan didapatkan sampel urine menunjukkan uji negatif tidak mengandung gula pereduksi. Hal itu disebabkan karena

sampel urin yang digunakan berasal dari sampel urine ibu hamil tidak mengandung gula pereduksi.

6.1.3

Tes Adanya Kreatinin

6.1.3.1 Percobaan JAFFE Uji ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin menjadi kreatin dan garam asam pikratnya .Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Selanjutnya sampel urine ditambah dengan asam pikrat jenuh, penambahan asam pikrat untuk memecah kreatinin menjadi kreatin untuk memprotonkan hidrogen.

Reaksi yang terjadi adalah: H N C

OH HN

N

C

O

O2N

H N

NO 2

NH2+

C CH 2

N

CH3

NO 2

NH2

C

O

CH 2

CH 3

OH

C

NH

N

CH3

CH2 COOH

H2N

NO 2

NO 2

(Martoharsono, 1993) Setelah ditambahkan asam pikrat, urine dan aquades menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH untuk pengkondisian

suasana basa dan membentuk kreatinin rantai lurus. Setelah ditambahkan NaOH urinemenghasilkan warna jingga kemerahan pada dan pada aquades berwarna kuning.Terbentuknya warna jingga kuning ini menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah terpecahnya kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam pikrat. (Harper, 1961). Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada kedua sampel urine positif mengandung kreatinin. Kreatinin disintesis dalam tubuh untuk simpanan tenaga penting bagi sintesis ATP. Bila kreatinin meningkat maka berdampak infusidensi ginjal yang akut atau kronis dan ganngguan fatal ginjal yang diakibatkanoleh beberapa jenis obat. Kreatinin sendiri merupakan zat racun dalam darah yang terdapat pada ginjal seseorang yang sudah tidak berfungsi dengan normal.

6.1.3.2 Percobaan WEYL Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa untuk menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan NaOH bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa dan menunjukkan warna merah. Pada urine menunjukan warna merah begitu pula dengan aquades. Perubahan warna menunjukan perubahan warna atau hasil yang didapat positif Selanjutnya pada penambahan asam asetat berfungsi agar kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda terhadap suasana asam yaitu kembali menjadi berwarna kuning. Uji positif yang

menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna menjadi merahsaat ditambahkan larutan basa dan kembali berwarna kuning saat penambahan asam. Dan warna pada hasil akhirnya adalah kuning kemerahan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: H N C

H N HN

N

C

O

Na2Fe(CN) 5NO .2H2O CH 2

CH 3

HN C

C

H

HN

C

O

+

N

CH2

CH 3

Fe(CN)5 NO.2H2 O NH

2Na+

NH CH2 COOH

(Martoharsono, 1993)

6.1.4

Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya

6.1.4.1 Percobaan Muroksid Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa asam urat dan garamnya dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah pemutusan ikatan rangkap pada asam urat. Penambahan HNO3 pekat dalam percobaan ini adalah untuk memutus ikatan rangkap pada asam urat (C=O ) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan tunggal C-H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan senyawa berwarna kuning kecoklatan. Reaksinya:

H O

N C

C

O

C

H N

HNO3 C

H

N

C

HO

N

C

OH

C

C

N

N

C

N

O

N H

H

NO2 C

OH

(Martoharsono, 1993) Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi yang terjadi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil terbentuknya endapan bercak kecoklatan pada sampel urine. Hal ini berarti bahwa dalam sampel urine tersebut mengandung asam urat. Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garamnya anorganik dibuang melalui saluran ginjal, kantung kemih. Kegagalan ginjal dalam poses pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal ini menyebabkan komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dan kristal asam urat.

6.1.4.2 Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF) Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat dan garamnya dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion Ag+ menjadi Ag. Penambahan larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam urat. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mereaksikan AgNO3 tersebut dengan garam dari asam urat dan membentuk lapisan warna perak pada kertas saring

akibat adanya reduksi Ag+ menjadi Ag oleh garam sodium (Na+) dari asam urat tersebut. Reaksi yang terjadi adalah: 2AgNO3 + Na2CO3  Ag  + 2NaNO3 + CO3 + O2 (Kusnawidjaya, 1987) Dari hasil percobaan didapat hasil bercak perak kehitaman pada sampel urine. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut mengandung asam urat. Enzim yang mensintesis pada asam urat adalah Xantioksidase. Mekanisme : Hipoxantin Xantin xantin Xantin asam urat oxidase

6.1.1

oxidase

Tes Adanya Senyawa Keton Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton yang terkandung dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah pengoksidasian gugus

keton.

Penambahan

(NH4)2SO4

padat

bertujuan

untuk

mengkondisikan larutan urine yang asam menjadi netral. Selanjutnya, ditambahkan dengan larutan nitroprusid dan NH4OH jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi gugus keton dapat berlangsung dalam suasana basa. Karena keton hanya dapat bekerja atau melakukan oksidasi pada basa dan pada suasana asam tidak bisa mengalami oksidasi. Reaksi yang terjadi:

O

CH 3 C

O

Fe(CN)5NO

2-

OH

-

-NH 4OH

(NC)5Fe

O

N

C H

C

4CH 3

N 2O

CH 3

(Kusnawidjaya,1987) Dari hasil percobaan didapatkan hasil sampel urine tersebut berwarna jingga. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut positif urine mengandung keton.

6.1.2

Tes Adanya Protein Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya protein dalam urine.Sampel yang digunakan adalah urine setelah ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah denaturasi dengan penambahan asam

dan

pemanasan.

Pertama

kali

yang

dilakukan

adalah

menyaringan urine dengan tujuan agar pengotor-pengotor dalam urine bisa terpisah. Pengotor-pengotornya antara lain Mg, Na. Kemudian urine tersebut dipanaskan dan ditambahkan asam asetat 2N. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Penambahan asam asetat berfungsi untuk membuat protein yang ada dalam urine terdenaturasi. Karena penambahan asam, garam, atau panas akan menyebabkan denaturasi protein yang mengakibatkan sifat alamiah strukturnya pecah, maka adanya protein ditandai dengan terbentuknya endapan. Reaksi yang terjadi:

R H

H2O,H+

C

COOH

NH 2

CHCHO2NH2

NH2CHCOOH R

R

(Kusnawidjaya,1987) Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine larutan tetap kuning keruh dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung protein.

6.2 Senyawa Anorganik dalam Urine 6.2.1

Tes Adanya Amoniak Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa amonia yang terdapat dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah reduksi NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah kan pp pada sampel untuk menunjukan perubahan pH dan asam menjadi basa. Karena pada suasana basa reaksi reduksi dapat terjadi, kemudian dilakukan penambahan Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya warna merah muda pada kertas saring.

Reaksi phenolftalein (PP) adalah: OH

OH

C

O

OH

H 2O

C

C

C

O

O

H2In, tidak berwarna

OH

OH

H 3O+

O

HIn- tidak berwarna

Fenolftalein

O-

C C

O

H 3O+

O

O

In2-, merah (Underwood, 1986) Saat penambahan PP terbentuk warna merah muda. Hal tersebut menunjukan suasana basa, karena PP akan memberikan warna bening pada suasana asam. Selanjutnya dilakukan pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah muda. sehingga dapat diketahui bahwa sampel urine yang digunakan mengadung amonia karena terdapat warna merah muda pada kertas saring. Reaksi yang terjadi:

Na2CHO3

NH4HCO3

NaCH2O3

(NH4)CO3

2NH4 + CO32-  2NH3  + CO2  + H2O (Martoharsono, 1993)

6.2.2

Tes Adanya Klorida Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks dan reaksi pengendapan. Pada percobaan ini urine ditambah dengan HNO3 pekat dan AgNO3. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl- menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada sampel urine terbentuk endapan dan warna merah muda keruh yang kemudian larut dengan adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut positif mengandung klorida. Dampak bagi tubuh adalah klor dapat membahayakan pernapasan. Reaksi yang terjadi: NaCl + HNO3  NaNO3 + HCl HCl + AgNO3  AgCl  + HNO3 AgCl  + NH4OH

 [Ag(NH4OH)]+ + Cl-

(Martoharsono, 1993) 6.2.3

Tes Adanya Fosfat dan Kalsium Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat dan kalsium dalam urine.Sampel yang digunakan adalah urine ibu hamil. Prinsip percobaan ini adalah reaksi pengendapan. Uji positif adanya fosfat dalam urine ditandai dengan terbentuknya endapan warna kuning. Sedangkan Uji positif adanya kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada percobaan ini urine ditambah dengan larutan amonium hidroksida yang berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis yaitu bersifat basa. Kemudian larutan tersebut dipanaskan untuk mempercepat reaksinya. Pada saat pemanasan larutan terbentuk endapan keruh sehingga urine positif mengansung kalsium, pada saat pemanasan setelah ditambahkan HNO3 dan ammonium molibdat terdapat warna bening yang menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut mengandung fosfat Reaksi yang terjadi: HPO42- + 12MoO42- + 3NH4+ + 23H+  (NH3)[P(Mo3O4)4]  + 12H2O Ca2+ + K2C2O4  CaC2O4  + 2K+ (Kusnawidjaya,1987)

6.2.4

Tes Adanya Sulfat Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada

larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl pekat

dan

BaCl2.

Penambahan

HCl

pekat

bertujuan

untuk

mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut. Reaksi yang terjadi: SO42- + 2H+  H2SO4 H2SO4 + BaCl2  BaSO4  + 2HCl (Kusnawidjaya,1987) Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada sampel mengandung sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan. Dampak bagi tubuh adalah gangguan otak dan gangguan kulit.(Anonim, 2008).

VII. PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Unsur-unsur yang terkandung dalam urine antara lain: a. Senyawa Organik: Ureum, gula pereduksi, kreatinin, asam urat dan garamnya, keton dan protein. b. Senyawa Anorganik Amonia, klorida, fosfat dan kalsium serta sulfat 

Identifikasi senyawa dalam urine bisa dilakukan dengan uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk uji senyawa Organik.



Identifikasi senyawa Anorganik dilakukan dengan Tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium

7.1.2

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:

a. Pemecahan ureum oleh urease pada sampel urine didapat uji positif terbentuk endapan coklat. b. Tes adanya gula pereduksi juga memberi uji negatif pada sampel urine yaitu larutan berwarna biru dan tidak ada endapan. c. Tes

adanya

kreatinin

pada

percobaan

JAFFE

sampel

urine

menunjukkan uji positif mengandung kreatinin yaitu berwarna

kemerahan sedangkan pada percobaan WEYL kedua sampel memberi uji positif mengandung kreatinin yaitu berwarna kuning kemerahan. d. Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF) sampel urine memberi uji positif yaitu warna cokelat dan adanya cincin perak. e. Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein pada sampel urine memberi uji positif yaitu larutan berwarna jingga. f. Tes adanya protein menunjukan hasil negatif yaitu tidak ada endapan. g. Tes adanya amonia pada sampel urine memberi uji positif yaitu berwarna merah muda pada kertas saring. h. Tes adanya klorida pada sampel urine memberi uji positif yaitu menghasilkan larutan berwarna kemerahan keruh i. Tes adanya fosfat dan kalsium memberi uji positif adanya kalsium yaitu endapan keruh, dan uji positif pada fosfat yaitu larutan bening. j. Tes adanya sulfat memberi kan uji positif yaitu larutan kuning keruh. 7.2 Saran 7.2.1

Cucilah alat sebelum digunakan.

7.2.2

Lakukan pengamatan dengan cermat.

7.2.3

Pakailah alat keselamatan laboratorium.

Daftar Pustaka

Anonim, 2008, Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata, www.ilmupedia.com. , 2008, Ginjal, www.wikipedia.com. Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors (Regd.), Delhi. Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta. Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby Year Book Inc, Missouri. Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta. Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada. Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung. Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung. Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta. Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.

LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 2 Oktober 2016 Praktikan

Anjar Adidharma 24030110130065

Jaka Dwi Pamungkas 24030110120028

Linda Karlina 24030110110039

Irma Yunitasari 24030110120021

Kartika Eka Prasetia 24030110120044

Kustiyaningsih 24030110130061

Mengetahui, Asisten

Dharma P J2C009046

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF