percobaan 2

December 3, 2017 | Author: M Nur Salim | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download percobaan 2...

Description

PERCOBAAN 2 PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN SERTA REAKSI ASAM BASA

I. Pendahuluan 1.1. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat larutan NaOH dan larutan H2SO4 serta pengenceran larutan. 2. Menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan. 3. Menentukan konsentrasi larutan asam dengan larutan Na2CO3. 1.2.

Latar Belakang Praktikum di laboratorium tak lepas dengan pembuatan dan pengenceran larutan serta reaksi asam-basa. Penting bagi seorang praktikan untuk

memahami

dan

mengerti

prinsip

pembuatan

larutan

serta

pengencerannya. Demikian pula dengan satuan konsentrasi larutan. Seorang praktikan dituntut untuk mengerti bagaimana membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, baik molaritas, molalitas, persen berat, persen volume dan sebagainya. Reaksi asam basa juga reaksi yang umum dilakukan dalam praktikum kimia. Salah satunya adalah titrasi asam terhadap basa atau sebaliknya. Berawal dari pentingnya konsep pembuatan serta pengenceran larutan dan reaksi asam basa inilah maka dilakukan percobaan 2 dengan tujuan agar praktikan dapat memahami dan menerapkan prinsip pembuatan larutan dalam praktikum di laboratorium. II. Dasar teori Apabila dua zat yang berbeda dimasukkan kedalam wadah maka ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu bereaksi, bercampur dan tidak bercampur. Campuran yang membentuk satu fase yaitu yang mempunyai sifat dan

komposisi yang sama antara satu bagian yang lain. Campuran homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan alkohol dalam air (Respati, 1992). Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom atau ion yang berasal dari dua zat atau lebih.Suatu larutan disebut sebagai suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen, permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah (Keenan, 1991). Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang besar jumlahnya. Komponen yang besar disebut pelarut dan yang lain disebut zat terlarut. Contohnya 1 gram gula dicampur dengan 1 liter air membentuk larutan gula dalam air. Berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut, larutan dibagi atas tujuh macam pelarut. Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam larutan, tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat membentuk larutan sdalam pelarut berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan membentuk campuran heterogen. Macam larutan berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut Gas Gas Gas Cair Cair Padat Padat (Syukri, 1999).

Pelarut Gas Cair Padat Cair Padat Padat Cair

Contoh Udara (Nitrogen + Oksigen) Oksigen dalam air Hidrogen dalam serbuk platina Alkohol dalam air Raksa dalam amalgam padat Emas dalam perak Gula dalam air

Perbedaan antara pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solute (zat terlarut) dan pada saat lain merupakan solvent (medium pelarut). Biasanya kita mengambil zat yang

banyak sebagai pelarut dan zat yang sedikit sebagai zat terlarut. Misalnya, dalam alkohol 15 %, maka alkohol merupakan zat terlarut dan air merupakan pelarut. Hanya sukar diterima adanya larutan padat atau cair dalam gas karena bila zat ini terpecah manjadi molekul-molekulnya berarti terbentuk gas di dalam gas (Respati, 1992). Menyebutkan komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memerikan larutan secara lengkap. Informasi tambahan diperlukan, yaitu konsentrasi larutan yang menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem konsebtrasi harus menyatakan butir-butir sebagai berikut : 1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut. 2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan. 3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua. (Petrucci, 1999). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat, persen volume, molalitas, molaritas, ppm, fraksi mol, persen miligram, normalitas dan lain-lain. Persen berat (w/w) menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Persen volume (v/v) menyatakan ml zat terlarut dalam 100 ml larutan. Persen lab atau persen campuran menyatakan gram zat terlarut dalam 100 ml larutan. Molaritas menyatakan mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Ppm menyatakan miligram zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan. Fraksi mol menyatakan mol zat terlarut per mol total. Persen miligram merupakan konsentrasi larutan biologis, yairu jumlah miligram zat terlarut dalam tiap 100 mL larutan. Normalitas menyatakan jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan (Anonim, 2006). Dalam menyatakan konsentrasi larutan, sistem molaritas dan normalitas paling sering digunakan karena berdasarkan pada volume larutan, besaran yang diukur dalam titrasi. Sistem persentase berat dipergunakan secara umum untuk menyatakan konsentrasi yang diperkirakan dalam reagen laboratorium (Underwood, 2002).

Untuk

membuat

larutan

dengan

konsentrasi

tertentu

harus

diperhatikan: 1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volume atau massa larutan yang akan dibuat. 2. Apabila larutan yang lebih pekat, sesuaikan aturan konsentrasi larutan yang akan diketahui dengan satuan yang diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan: V1.M1 = V2. M2 (Anonim, 2006). Untuk menentukan konsentrasi (normalitas) asam atau basa dapat dipergunakan cara titrasi. Sejumlah volum tertentu asam yang tidak diketahui normalitasnya dapat dititrasi dengan larutan standar basa atau sebaliknya (Respati,1992). Titrasi yaitu penambahan secara tepat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang volumenya belum diketahui, yang mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi, yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna yang mengalami perubahan. Pada titik akhir jumlah zat kimia Ayang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan bahan kimia B yang tidak diketahui yang semula ada.,berdasarkan persamaan titrasi. Titrasi memungkinkan untuk menentukan jumlah zat yang ada dalam sampel. Dua penerapan yang paling lazim melibatkan netralisasi asam – basa dan reaksi redoks (Oxtoby, 2001). Untuk titrasi asam – basa, biasanya orang mempersiapkan larutan asam dan basa dari konsentrasi yang kira–kira diinginkan dan kemudian menstandarisasikan salah satunya dengan sebuah standar primer. Larutan yang telah distandarisasikan dapat dipergunakan sebagai sebuah standar sekunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnya (Underwood, 2002). Untuk mengetahui titik ekivalen digunakan indikator, yaitu suatu zat yang dapat mengalami perubahan warna pada pH tertentu (pH range). Selain

itu, indikator juga digunakan untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen atau pH larutan encer, sejumlah besar indikator yang berisi ion hidrogen, berisi juga gugus asam dan basa yang akan berubah warna pada ion hidrogen tertentu. Larutan indikator yang biasa digunakan adalah phenolphtalein (pp), kuning alizarin, methyl merah, methyl orange, brom timol biru dan indikator universal (Respati, 1992). Sejauh ini, relatif sedikit reaksi kimia yang dapat dipergunakan untuk basis titrasi. Sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, yaitu: 1. Reaksi tersebut harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalen. 2. Reaksi tersebut harus diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu. 3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Harus tersedia beberapa indikator atau metode instrumental agar dapat menghentikan penambahan dari titran. 4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat diselesaikan dalam beberapa menit (Underwood, 2002).

III. Metodologi Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, buret, statif, gelas arloji, corong, gelas piala, labu ukur, pipet tetes, pipet gondok, pipet mohr dan termometer. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan H 2SO4 pekat, larutan Na2CO3, 2 butir NaOH, larutan HCl 0,1 N, akuades, indikator methyl orange, indikator methyl merah dan phenolpthalein (pp). 3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 1. Menimbang labu takar 50 ml kosong (a gram). Mengisi labu takar 50 ml dengan akuades samapi kira-kira ¾ nya dan menimbang (b gram), kemudian mengukur suhunya (t1). 2. Menimbang gelas ukur kosong (c gram) dan mengisi sejumlah tertentu H2SO4 pekat (2 ml) ke dalam gelas ukur dan menimbang (d gram) dan mengukur volumenya serta mengukur suhu dengan termometer (t2). 3. Menuangkan H2SO4 pekat dengan perlahan-lahan ke dalam labu takar. Menepatkan labu takar dengan akuades sampai 50 ml. Mengocok agar homogen. Menimbang larutan H2SO4 yang terjadi (e gram) serta mengukur suhu dengan termometer (t3). 4. Menentukan sifat pelarutan asam sulfat dan konsentrasinya dalam satuan % (w/w), % (v/v), molaritas dan molalitas. 3.2.2 Pembuatan larutan NaOH 1. Menimbang 2 butir (± 0,3 gram) NaOH dan melarutkan dalam gelas piala dengan sedikit air yang baru dihangatkan. 2. Merasakan larutan apakah terasa lebih panas, tetap atau lebih dingin dari sebelumnya. 3. Memindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 50 ml. Membilas gelas piala dengan akuades.

4. Mengencerkan dan menepatkan sampai tanda tera. Mengocok supaya homogen. 5. Menentukan konsentrasi NaOH yang dibuat dalam molaritas dan % (w/v). 3.2.3 Pengenceran Larutan H2SO4 1. Memipet 5 ml larutan H2SO4 yang telah dibuat pada percobaan A dan memasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. 2. Mengencerkan dan menepatkan sampai tanda tera. Mengocok supaya homogen. 3. Menentukan konsentrasi H2SO4 hasil pengenceran. 3.2.4 Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH) 1. Mengambil 10 ml larutan NaOH dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. 2. Menambahkan 3 tetes indikator methyl merah. 3. Mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 N. Mencatat pembacaan awal buret. 4. Menitrasi larutan NaOH dengan larutan HCl 0,1 N dan mencatat pembacaan volume akhir. Titik akhir diperlihatkan jika indikator berubah dari warna kuning menjadi merah muda. Mengulangi titrasi hingga 2 kali dan meratakan hasilnya. 5. Menghitung konsentrasi larutan NaOH. 3.2.5 Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl) 1. Mengambil 10 ml larutan HCl 0,1 N ke dalam erlenmeyer. Menambahkan 3 tetes indikator pp. 2. Menitrasi larutan dengan larutan NaOH. Mencatat pembacaan awal dan akhir buret. Mengulangi titrasi 2 kali dan meratakan hasilnya. Menghitung konsentrasi NaOH. 3. Membandingkan hasilnya dengan percobaan pertama. 3.2.6 Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3 1. Mengambil 15 ml larutan H2SO4 encer dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.

2. Menambahkan 3 tetes indikator methyl orange. Menitrasi dengan larutan standar Na2CO3 0,1 M sampai terjadi perubahan warna 3. Menghitung molaritas H2SO4 hingga 4 desimal. 4. Mengulangi

titrasi

dengan

menggunakan

indikator

pp.

Mengamati hasilnya. IV. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Pembuatan Larutan H2SO4 Tabel 2.1 Hasil Pembuatan Larutan H2SO4 No

Langkah Kerja

Hasil

Mengukur labu takar kosong 50 ml (a gr) Berat labu takar + akuades (b gr)

Pengamatan m = 48,22 gr. m = 84,40 gr

Berat gelas ukur kosong (c gr) Berat gelas ukur + 2 ml H2SO4 (d gr)

t1 = 28 ° C m = 30,09 gr m = 33,10 gr

5

Berat larutan H2SO4 yang terjadi

t2 = 39 ° C m = 99,16 gr

6

Labu takar + H2SO4 + 50 ml akuades Sifat larutan H2SO4

t3 = 35 ° C endotermal

1 2 3 4

4.1.2 Pembuatan Larutan NaOH Tabel 2.2 Hasil Pembuatan Larutan NaOH No Langkah Kerja 1 Berat 2 butir NaOH 2 NaOH + 50 ml H2O panas

Hasil Pengamatan m = 0,35 gr Suhu larutan yang terjadi lebih hangat

4.1.3 Pengenceran Larutan H2SO4

Tabel 2.3 Hasil Pengenceran Larutan H2SO4 No Langkah Kerja 1 5 ml H2SO4 + akuades Dikocok hingga homogen

Hasil Pengamatan Volume larutan yang terjadi menjadi

50

ml.

H2SO4

mengencer. 4.1.3 Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH) Tabel 2.4 Hasil Titrasi Asam terhadap Basa (0,1N HCl terhadap 0,1N NaOH) No Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1 10 ml NaOH + 3 tetes metil Larutan berwarna kuning 2

merah Menitrasi dengan HCl dari buret Titrasi 1

Miniskus awal = 26,4 ml Miniskus akhir = 34,4 ml Volume titrasi = 12 ml

Titrasi 2

Miniskus awal = 34,4 ml Miniskus akhir = 43,5 ml

3

Volume titrasi rata-rata

Volume titrasi = 9,1 ml V = 10,55 ml

4.1.4 Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl) Tabel 2.4 Hasil Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl) No Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1 10 ml HCl + 3 tetes pp Larutan berwarna bening 2 Menitrasi dengan NaOH dari buret

Miniskus awal = 22,4 ml

Titrasi 1

Miniskus akhir = 33,8 ml Volume titrasi = 11,4 ml

Miniskus awal = 34,2 ml

3

Titrasi 2

Miniskus akhir = 45,3 ml

Volume titrasi rata-rata

Volume titrasi = 11,1 ml V = 11,25 ml

4.1.6 Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3 Tabel 2.6 Hasil Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3 No

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

1

15 ml H2SO4 encer + 3 Larutan berwarna merah muda

2

tetes methyl orange Menitrasi dengan Larutan berubah menjadi warna Na2CO3 0,1 M dari kuning buret

Miniskus awal = 24,4 ml Miniskus akhir = 33,5 ml Volume titrasi = 9,1 ml

3

15 ml H2SO4 encer + 3 Larutan berwarna bening

4.

tetes pp Menitrasi

dengan Larutan berubah menjadi warna

Na2CO3 0,1 M dari merah buret

Miniskus awal = 33,5 ml Miniskus akhir = 44,4 ml Volume titrasi = 11,1 ml

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 H2SO4 merupakan asam kuat, cairannya tidak berwarna seperti minyak yang bening dan bersifat higroskopis. Pembuatan larutan H2SO4 menggunakan prinsip pengenceran larutan. Melalui perhitungan, didapatkan data harga molaritas larutan H2SO4 sebesar

0,59 M. Artinya sebanyak 0,59 mol H2SO4 terlarut dalam 1 liter larutan. Harga molalitas H2SO4 yang terjadi sebesar 0,64 m. Artinya sebanyak 0,64 mol zat H2SO4 terlarut dalam 1 kg pelarut. Adapun persamaan reaksi pembuatan H2SO4 adalah :

H2SO4 (pekat) + H2O

H2SO4 (encer)

Reaksi pelarutan H2SO4 ini bersifat endotermal karena suhu larutan yang terjadi (t3 = 35°C) lebih rendah dari suhu H2SO4 pekat (t2 = 39 °C). Dengan kata lain terjadi pelepasa panas dari reaksi ini. 4.2.2 Pembuatan Larutan NaOH NaOH merupakan salah satu basa kuat yang dapat bereaksi hebat dalam air. Garam-garamnya akan membentuk senyawa yang tidak berwarna, ecuali jika anionnya berwarna. Pada pembuatan larutan NaOH, dilarutkan 2 butir NaOH seberat 0,35 gr dalam 50 ml H2O yang telah dipanaskan sebelumnya. Selanjutnya diperoleh larutan NaOH dengan konsentrasi sebesar 0,175 M, artinya sebanyak 0,175 mol zat NaOH terlarut dalam 1 liter larutan. Konsentrasi % w/v yang didapat adalah sebesar 0,7 %. Reaksi pelarutan NaOH ini bersifat eksotermal, dimana suhu larutan terasa lebih hangat. Adapun reaksi pembuatan NaOH adalah:

NaOH (padat) + H2O

NaOH (pekat)

NaOH (pekat) + H2O

NaOH (encer)

4.2.3 Pengenceran Larutan H2SO4 Larutan H2SO4 yang diencerkan disini adalah larutan H2SO4 yang sudah dibuat pada bagian A. Proses pengenceran bertujuan untuk menurunkan konsentrasi agar dalam proses titrasi asam basa tidak diperlukan waktu lama dan jumlah titran yang diperlukan juga sedikit. Sehingga dapat mempermudah perhitungan data.

Reaksi pengenceran H2SO4 ditulis dengan persamaan:

Akuades + H2SO4 (pekat)

H2SO4 (encer)

Hasil pengenceran yang diperoleh dalah larutan H2SO4 dengan konsentrasi sebesar 0,059 M. Dengan kata lain sebanyak 0,059 mol H2SO4 terlarut dalam 1 liter larutan. 4.2.4 Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH) Dalam proses ini, Basa NaOH diberi indikator methyl merah sebanyak 3 tetes. Larutan yang terjadi berubah menjadi warna kuning. Selanjutnya di lakukan titrasi dengan HCl dari buret. Titrasi dilakukan 2 kali dengan volume titrasi pertama = 8ml dan volume titrasi kedua = 9,1 ml. Volume titrasi rata-rata yang didapat sebesar 8,55 ml. Konsentrasi NaOH yang terjadi sebesar 0,0855 N. Persamaan reaksi dari titrasi ini adalah NaOH (Aq) + HCl (aq)

NaCl (aq) + H2O (l)

Indikator pp dipilih karena zat yang akan dititrasi merupakan basa kuat. Reaksinya dapat ditulis dengan persamaan : HCl (aq) + NaOH (Aq)

NaCl (aq) + H2O (l)

Konsentrasi HCl yang terjadi dari percobaan ini adlah sebesar 0,1125 N. 4.2.5 Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl) Pada proses ini, HCl sebanyak 10 ml ditambahkan dengan 3 tetes indikator phenolphtalein (pp). Larutan yang terjadi tetap bening. Setelah larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 dari buret. Titrasi dilakukan 2 kali. Volume titrasi pertama = 11,4 ml dan volume titrasi kedua = 11,1 ml. Volume titrasi rata-rata yang didapatkan yang didapatkan sebesar 11,25 ml. Indikator pp dipilih karena zat yang akan dititrasi merupakan basa kuat. Reaksinya dapat ditulis dengan persamaan : HCl (aq) + NaOH (Aq)

NaCl (aq) + H2O (l)

Konsentrasi HCl yang terjadi dari percobaan ini adalah sebesar 0,1125 N. 4.2.5 Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3 Dalam proses ini, 15 ml H2SO4 encer yang dibuat pada percobaan C ditambahkan dengan 3 tetes indikator methyl orange. Larutan berubah warna menjadi merah muda. Perubahan warna ini terjadi karena H2SO4 merupakan asam kuat. Setelah titrasi mencapai titik ekivalen, warna larutan berubah menjadi kuning. Volume titrasi yang diperoleh sebesar 9,1 ml. Proses titrasi ke dua menggunakan indikator pp. Warna larutan H2SO4 tetap berwarna bening, namun setelah dititrasi warna larutan berubah menjadi merah muda. Volume titrasi yang diperoleh sebesar 11,1 ml. Jika dibandingkan, volume larutan Na2CO3 yang diperlukan pada titrasi kedua (dengan indikator pp) lebih besar dari pada volume titrasi pertama (dengan indikator methyl orange). Demikian pula denga konsentrasi H2SO4 yang terjadi. Pada titrasi pertama H2SO4 yang terjadi memililki konsentasri 0,06 M, sedangkan titrasi kedua konsentrasinya sebesar 0,074 M. Ini karena terjadi adannya perbedaan jangkauan daerah pH dari kedua jenis indikator yang digunakan. Indikator pp mencakkup daerah pH yanng lebih tinggi (8 – 9,6) dibanding indikator methyl orange (3 – 4,5). Sehingga indikator pp yang sesuai untu larutan basa memerlukan konsentrasi H2SO4 yang lebih besar untuk mencapai titik ekivalen titrasi dalam rangka mengimbangi pengaruh sifat basa. Reaksinya : Na2CO3 (s) + H2SO4 (l)

Na2SO4 (s) + H2O (g) + CO2 (g).

V. PENUTUP Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain :

a.

Untuk membuat larutan H2SO4 dilakukan dengan mencampur H2SO4 pekat dengan akuades dengan jumalah tertentu, sehingga diperoleh konsentrasi larutan sebesar 0,59 M.

b.

Untuk membuat larutan NaOH dilakukan dengan melarutakan kristal NaOH dengan akuades secukupnya sehingga diperoleh larutan NaOH dengan konsentrasi sebesar 0,17 M.

c.

Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa satuan antara lain % (w/w), % (v/v), molaritas dan molalitas.

d.

Konsentrasi H2SO4 sebagai larutan standar hasil titras dengan Na2CO3 menggunakan indikator methyl orange adalah 0,06 M. Warna berubah dari merah muda menjadi kuning. Dengan indikator PP konsentrasi adalah 0,072 dan larutan berubah warna dari bening menjadi merah muda.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Day, R.A. Jr. dan Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Anorganik, Erlangga, Jakarta. Keenan, C.W. dan Donald, CK dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Oxtoby, Gillis, 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta. Petrucci, Ralph.H., 1999, Kimia Dasar Jilid 2, Gelora Aksara Pratama, Bogor. Respati, 1992, Dasar-dasar Ilmu Kimia, Rineka Cipta, Jakarta. Syukri, S., 1999, Kimia Dasar Jilid 1, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

LAMPIRAN (PERHITUNGAN)

A.Pembuatan Larutan H2SO4 Diketahui : Massa labu takar kosong 50 ml Massa labu takar + akuades Massa gelas ukur kososng Massa gelas ukur + 2 ml H2SO4 Massa gelas ukur + 2 ml H2SO4 + akuades Volume H2SO4 BM H2SO4 BM akuades Volume pengenceran

= 48,22 gram = 82,40 gram = 30,09 gram = 33,10 gram = 99,16 gram = 2 ml = 98,08 gr/mol = 18 gr/mol = 50 ml

Ditanya : a. % (w/w).....? b. % (v/v) ......? c. Molaritas (M).....? d. Molalitas (m)......? Jawab : Massa H2SO4 a. % (w/w) H2SO4 =

X 100 % Massa Campuran 2,9197 gr

=

X 100 % = 5,73 % 50,94 gr

Volume H2SO4 b. % (v/v) H2SO4 = X 100 % Volume Campuran 2 ml = X 100 % = 4 % 50 ml

Mol H2SO4 c

Molaritas H2SO4

=

Volume Campuran Massa H2SO4 / BM H2SO4 = Volume Campuran 2,9197 gr / 98,08 gr/mol =

= 0,59 M 0,05 liter

1000 gr X massa H2SO4 d. Molalitas H2SO4

=

P

X BM H2SO4

1000 gr X 2,9197 gr =

= 0,62 molal 47,93 gr X 98,08 gr/mol

B. Pembuatan Larutan NaOH Diketahui : Massa NaOH Volume pengenceran BM NaOH

= 0,35 gram = 50 ml = 40 gr/mol

Ditanya : a. Molaritas NaOH.....? b. % (w/v).......? Jawab : Mol NaOH a. Molaritas H2SO4 = Volume Pengenceran Massa NaOH / BM NaOH = Volume Pengenceran 0,35 gr / 40 gr/mol =

= 0,175 M 0,05 liter

Massa NaOH b. % (w/v) NaOH =

X 100 % Volume pengenceran 0,35 gr =

X 100 % = 0,7 % 50 ml

C. Pengenceran Larutan H2SO4 Diketahui : V1 M1 V2

= 5 ml = 0,59 = 50 ml

Ditanya : konsentrasi H2SO4.........?

Jawab : V1 M1 = V2 M2 5 ml X 0,59 M M2 =

= 0,059 M 50 ml

D. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH) Diketahui : Titrasi 1 Vo HCl Vt HCl ∆ V1 HCl Titrasi 2 Vo HCl Vt HCl ∆ V2 HCl V HCl rata-rata V NaOH

= 26,4 ml =34,4 ml = 8 ml = 34,4 ml = 45,3 ml = 9,1 ml = 8,55 ml = 10 ml

N HCl

= 0,1 N

Ditanya : Konsentrasi (N) NaOH.....? Jawab : V NaOH. N NaOH = V HCl . N HCl 5 ml X 0,59 M N NaOH =

= 0,0855 N 50 ml

E. Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl) Diketahui : Titrasi 1 Vo NaOH Vt NaOH ∆ V1 NaOH Titrasi 2 Vo NaOH Vt NaOH ∆ V2 NaOH V NaOH rata-rata V HCL N NaOH

= 22,4 ml =33,8 ml = 11,4 ml = 34,2 ml = 45,3 ml = 11,1 ml = 11,25 ml = 10 ml = 0,1 N

Ditanya : Konsentrasi (N) HCl.....? Jawab : V HCl. N HCl = V NaOH . N NaOH 11.25 ml X 0,1 M N HCl =

= 0,1125 N 10 ml

F. Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3

a. Menggunakan indikator Methyl Orange Diketahui : Vo Na2CO3 Vt Na2CO3 ∆ V Na2CO3 V H2SO4 Massa Na2CO3

= 24,4 ml = 33,5 ml = 9,1 ml = 15 ml = 0,1 M

Ditanya : Konsentrasi molaritas H2SO4 ......? Jawab : Volume Na2CO3 X M Na2CO3 M H2SO4 = =

Volume H2SO4 9,1 ml X 0,1 M = 0,0606 M 15 ml

b. Menggunakan indikator PP Diketahui : Vo Na2CO3 Vt Na2CO3 ∆ V Na2CO3 V H2SO4 Massa Na2CO3

= 33,5 ml = 44,4 ml = 11,1 ml = 15 ml = 0,1 M

Ditanya : Konsentrasi molaritas H2SO4 .......? Jawab : Volume Na2CO3 X M Na2CO3 M H2SO4 = =

Volume H2SO4 11,1 ml X 0,1 M = 0,074 M 15 ml

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF