PERCOBAAN 1

May 3, 2019 | Author: Isma R | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

KIMIA LINGKUNGAN...

Description

PERCOBAAN 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

Dosen Pengampu Dr. Yudhi Utomo, M.Si Dr. Irma Kartika Kusumaningrum, M.Si

OLEH : KELOMPOK 6 IGA PURWITASARI A.

150332600277 150332600277

ISMA RAHAYU

150332600816 150332600816

 NUR FARIDAH

150332607894 150332607894

VIRDIANA LARASATI A.

150332602187 150332602187

YOLANDA FARADILLA F.

150332601656 150332601656

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2018

PERCOBAAN 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

Dosen Pengampu Dr. Yudhi Utomo, M.Si Dr. Irma Kartika Kusumaningrum, M.Si PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SECARA FISIK

OLEH : KELOMPOK 6 IGA PURWITASARI A.

150332600277

ISMA RAHAYU**

150332600816

 NUR FARIDAH

150332607894

VIRDIANA LARASATI A. **

150332602187

YOLANDA FARADILLA F.

150332601656

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2018

PERCOBAAN 1 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SECARA FISIK

1. TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Menetapkan kekeruhan air dari sampel air sungai 1.2 Menetapkan total padatan sampel air dari air sungai atau limbah 1.3 Menetapkan residu tersuspensi sampel air dari air sungai atau limbah

2. DASAR TEORI

Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting  bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan  bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai dan situ mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik. Sebagai contoh pencemaran sungai dan situ dapat berasal dari (1) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya; (2) limbah organik dari manusia, hewan dan tanaman (3) kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan. Ketiga hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan industrialisasi. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan

kekayaan sumberdaya alam. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara  bijaksana. Pemeriksaan kualitas air secara fisik perlu dilakukan untuk mengetahui  pencemaran dan tindakan yang pencegahan pada air sungai. (Hendrawan, 2005) 1.) Penetapan Kekeruhan

Kekeruhan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan sechi disk. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai  padatan tersuspensi suatu perairan akan menaikkan kekeruhan perairan tersebut, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan padatan terla rut total (Santoso, 2008) Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk menguur keadaan air baku dengan skala NTU ( Nephelometric Turbidity Unit ). Dalam penentuan kekeruhan sebaiknya dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila sampel harus disimpan maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24 jam. Penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan yang sifatnya tetap. Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. 2.) Penetapan Total Padatan

Di dalam lingkungan perairan, terlarut berbagai mineral alami sebagai  bahan kimia anorganik dan berdisosiasi di dalamnya sebagai ion-ion. Karena sifatnya sebagai media fisis, ternyata mampu ikut mengangkut berbagai bahan kimia, hingga tidak mustahil air mengalami suatu kontaminasi. Penentuan zat  padat dalam air mempunyai arti penting untuk perencanaan dan pengawasan  proses-proses pengolahan air minum dari bahan baku air sungai atau pengolahan  buangan. Zat padat dalam air dapat merupakan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Zat padat organik berasal dari limbah domestik dan limbah industri.

Sedangkan zat padat tersuspensi dapat berupa suspensi dan koloid dari limbah tanah liat, dan bahan-bahan organik dan anorganik. Gangguan yang ada dalam  penetapan total padatan antara lain: partikel yang besar (partikel yang mengapung dan zat-zat menggumpal yang tidak dapat tercampur dalam air), dan zat cair yang mengapung seperti minyak dan lemak. Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total  Dissolved solid  (TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi didalam air, sedangkan pada musim kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007). Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan ion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total (Boyd, 1988). Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter  No.

1 2 3

Klasifikasi

Ukuran Diameter

Ukuran Diameter

Padatan

(μm)

(mm)

< 10-3

< 10-6

10-3 –  1

10-6 - 10-3

>1

> 10-3

Padatan Terlarut Koloid Padatan Tersuspensi

3.) Penetapan Residu Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,  bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008) . Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-

 bahan tersuspensi (diameter > 1μm) yang tertahan pada saringan milli-pore dengan daiameter pori 0.45μm (Effendi, 2003). Residu tersuspensi merupakan suatu partikel atau material yang dapat dipisahkan dari contoh air dengan cara penyaringan. Cara penyaringan ini dengan menggunakan kertas saring standar atau fiber glass. Prinsip penetapan ini dengan menggunakan telah dikocok dengan baik, disaring dengan kertas saring. Bahan yang tersaring ini merupakan bahan tersuspensi dari contoh air tersebut, dan dikeringkan pada suhu 100 sampai 105 derajat selsius. Sesudah itu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang hingga diperoleh berat yang stabil atau konstan. 3.

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

:



Termometer



Beaker glass



Turbidimeter set



Kuvet



Oven



 Neraca analitik



Desikator



Lampu spiritus



Kaki tiga dan kasa asbes

3.2 Bahan

4.

:



Sampel air



Larutan standar 0 NTU



Larutan standar 40 NTU



Kertas saring

LANGKAH KERJA

4.1 Temperatur

Sampel Air 

   

Disiapkan termometer yang diperlukan untuk mengukur temperatur air sampel sebelum pergi ke lapangan Diletakkan termometer pada cotoh air sungai Dibiarkan beberapa saat hingga diperoleh nilai temperatur yang konstan Dibaca skala pada termometer tersebut Dicatat hasil pembacaan pada termometer  Hasil

4.2 Penetapan Kekeruhan

Sampel Air           

Dikalibrasi terlebih dahulu turbidimetri dengan larutan standar  Dimasukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimetri Ditekan tombol ‘Test’ Diputar tombol ‘Zero’ jika tidak muncul angka 0 di layar  Diganti larutan di dalam photo sel dengan larutan standar 40 NTU Ditekan tombol ‘Test’ Diputar tombol ‘CAL’ jika layar tidak menunjukkan angka 40 NTU Diambil sampel air yang akan diukur  Dimasukkan dalam kuvet hingga penuh Ditekan tombol ‘Test’ Dibaca harga kekeruhan dan dicatat hasil pembacannya Hasil

4.3 Penetapan Total Padatan Sampel Air        

  

Diatur furnance pada suhu 550 derajat selsius Dimasukkan beaker glass 100 ml selama kurang lebih 1 jam Diambil beaker dengan tang krusibel Didinginkan dalam desikator  Ditimbang dan disimpan dalam desikator sampai saat akan digunakan Dituangkan sampel air 50 ml ke dalam beaker  Diuapkan di atas hot platesampai habis Dikeringkan dalam oven pada temperatur 103 sampai 105 derajat selsius selama 1 jam Diambil beaker setelah satu jam, dan didinginkan dalam desikator  Ditimbang beaker setelah dingin Diulangi pengeringan dalam oven dan pendinginan dalam desikator hingga diperoleh berat konstan Hasil

4.4 Penetapan Residu Tersuspensi

Sampel Air 

  

  

Diperlakukan kertas saring seperti beaker glass di percobaan sebelumnya Ditimbang kertas saring Diambil 50 ml sampel air dan disaring dengan kertas saring tersebut Dikeringkan kertas saring dalam oven pada suhu 100 sampai 105 derajat selsius selama 1 jam Didinginkan dalam desikator  Ditimbang kembali Diulangi pengeringan dalam oven dan pendinginan dalam desikator hingga diperoleh berat konstan Hasil

5.

ANALISIS PROSEDUR

 NO. 1.

LANGKAH KERJA

ANALISA

Penetapan Kekeruhan

Dikalibrasi dulu alat turbidimeter

Untuk memastikan bahwa alat tidak

sebelum digunakan

terpengaruh zat lain, dan akan menunjukkan data yang kita inginkan

Dimasukkan sampel air dalam

Agar pengukuran yang dilakukan

kuvet hingga penuh

akurat. Adanya gelembung akan mengganggu pengukuran

Dibaca harga kekeruhan dan dicatat Untuk mendapatkan data kekeruhan hasil pembacaan 2.

sampel

Penetapan Total Padatan

Diatur furnance pada suhu 550

Untuk membersihkan beaker glass

derajat selsius dan dimasukkan

dari kotoran, agar ketika ditimbang

 beaker glass ke dalamnya selama

kita mendapatkan massa bersih

satu jam

 beaker glass

Diambil menggunakan tang

Untuk membantu mempercepat

krusibel, dan dimasukkan dalam

 proses pendinginan

desikator Ditimbang

Untuk mengetahui massa beaker glass sebelum terdapat sampel

Dituangkan 50 ml sampel dalam

Agar air dalam beaker habis dan

 beaker glass, dan dipanaskan

tersisa endapan berupa zat-zat padat

dengan hot plate

saja

Dikeringkan beaker dalam oven

Untuk memastikan bahwa air benar benar kering

Diambil dan dimasukkan dalam

Untuk mempercepat proses

desikator

 pengeringan

Ditimbang beaker glass

Untuk mengetahui massa padatan yang ada dalam sampel melalui  pengurangan hasil timbangan ini

dengan massa beaker awal 3.

Penetapan Residu Tersuspensi

Ditetapkan berat kertas saring

Untuk mendapatkan massa kertas

dengan prosedur yang sama untuk

saring bersih, tanpa ada pengotor

 beaker glass pada percobaan

apapun

sebelumnya Diambil 50 ml sampel dan disaring Untuk memisahkan air dan kotorandengan kertas saring tersebut

kotoran yang terdapat didalamnya

Dikeringkan kertas saring yang

Untuk menghilangkan sisa air pada

 berisi bahan-bahan tersaring dalam kertas saring oven Dimasukkan dalam desikator

Membantu mempercepat proses  pendinginan

Ditimbang kertas saring

Untuk mengetahui berat padatan tersuspensi dalam sampel air

6.

 No.

DATA PENGAMATAN

Lokasi

Temperatur Kekeruhan (oC)

Jalan 1.

Joyomulyo minggu sore

7.

Tidak dilakukan

(NTU)

17,1

Total Padatan (mg/L)

0,44

Total

Total

Suspended  Dissolvved Solid

Solid 

(mg/L)

(mg/L)

0,14

0,34

PEMBAHASAN

Pada percobaan “Pemeriksaan Kualitas Air secara Fisik” bertujuan untuk menetapkan suhu atau temperatur suatu sampel air, menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air sungai,menetapkan total padatan sampel dari air sungai atau limbah dan menetapkan residu tersuspensi dari air sungai atau limbah. Sampel yang digunakan oleh kelompok 6 berasal dari sungai yang berada di Jl. Joyomulyo. Sampel diambil pada hari Minggu sore, 25 Februari 2018.

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain didalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu misalnya air minum, perikanan, perairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisika, biologi atau uji kenampakan. Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu  parameter fisika suhu, kekeruhan, total padatan dan padatan terlarut. Temperatur

Suhu atau temperature pada badan air penerima/sungai dapat berubah karena perubahan musim, perubahan harian dan masukan berupa buangan air limbah yang panas dari industri. Pengukuran

suhu

tidak

dilakukan

oleh

kelompok 6 pada dikarenakan tidak adanya alat thermometer yang tersedia. Suhu memperlihatkan kecenderungan aktivitas kimiawi dan biologis air. Kenaikan suhu air yang melampaui batas akan menimbulkan beberapa akibat seperti jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, kehidupan ikan dan hewan air terganggu. Peningkatan suhu air sungai dapat menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplanton di perairan adalah 20 oC - 30oC (Effendi,H.2003) Pengukuran suhu pada titik yang berbeda akan menghasilkan suhu yang  berbeda. Suhu air yang tinggi disebabkan oleh intensitas sinar matahari yang masuk ke badan air cukup tinggi karena lokasi pengukuran sampel merupakan daerah terbuka yang terkena sinar matahari secara langsung Intensitas paparan radiasi sinar matahari yang masuk ke badan air serta kerapatan vegetasi di sekitar  bantaran sungai juga mempengaruhi suhu air sungai. Semakin banyak intensitas radiasi sinar matahari yang mengenai badan air maka akan membuat suhu air sungai akan semakin tinggi Penentuan Kekeruhan

Kekeruhan air yang disebabkan oleh zat padat tersuspensi bersifat anorganik dan organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis

senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Kuantitas kekeruhan dipengaruhi oleh perubahan musima dan cenderung meningkat di musim dingin karena peningkatan  strom runoff   (limpasan badai) yang disebablan curah hujan tinggi. Kekekruhan air sungai dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan turbidimeter. Hasil pengukuran kekeruhan sungai yang berada di Jalan Joyomulyo yaitu sebesar 17,1 NTU. Nilai kekeruhan sungai yang berada di Jalan Joyomulyo melebihi ambang batas yang telah ditetapkan  berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2010 sehingga air sungai tidak dpat dikonsumsi manusia. Adanya kekeruhan akan manghambat proses masuknya sinar matahari ke dalam perairan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan proses fotosintesis tanaman (fitoplankton) menjadi terhambat. Padahal seperti diketahui bersama, fotosintesis oleh tanaman akan menghasilkan gas O 2 yang banyak dibutuhkan oleh organisme di lingkungan perairan. Jika oksigen hanya sedikit dan maka bakteri aerobic akan cepat mati karena suplay oksigennya sedikit dan bakteri anaerobik mulai tumbuh. Bakteri anaerobik akan mendekompisisi dan menggunakan oksigen yang disimpan dalam moleku lmolekulyang sedang dihancurkan. Hasil dari kegiatan bakteri anaerobikdapat membentuk Hidrogen Sulfida (H 2S), gas yang berbau busuk dan berbahaya, serta beberapa produk lainnya Tingkat kekeruhan yang tinggi pada air sungai akan merugikan pada sector  penyediaan air bersih yang bersumber dari air permukaan sehingga akan meningkatkan biaya pengolahan Kekeruhan air sungai merupakan parameter yang menentukan dalam pembagian golongan air. Makin keruh suatu air maka semakin tidak layak golongan air tersebut. Nilai kekeruhan sungai yang berada di daerah  pegunungan (hulu) sangat rendah dibandingkan sungai yang berada di hilir. Hal ini berkaitan dengan letak lokasi yang berada di daerah yang lebih hilir dan juga mendapat masukan limbah dari aktivitas pertanian, budidaya ikan, bengkel dll

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010(Kementerian Kesehatan, 2010) Penentapan Total Padatan

Penetapan total padatan dilakukan menggunakan metode gravimetric dengan menguapkan 50 mL sampel air sungai dalam gelas beaker selama 1 jam. Gelas beaker ditimbang dan dikurangi dengan berat gelas beaker kosong. Total  padatan yang diperoleh setelah dilakukan percobaan sebesar 0,44 mg/L. Total  padatan ini merupakan jumlah zat padat terlarut (TDS) ditambah dengan jumlah zat padat tersuspensi (TSS). Pada percobaan kali ini digunakan metode gravimetric dan dihasilkan nilai TDS dari sampel sungai yang berada di Jalan Joyomulyo sebesar 0,34 mg/L sedanngkan TSS sampel sebesar 0,14 mg/L.

Penetapan Total D issolvved Solid  (TDS)

Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah bahan bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 - 10-3 mm) yang  berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada k ertas sarng berdiameter 0,45μm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik

yang berupa ion-ion yang biasanya ditemukan di perairan. Adapun ion-ion yang terdapat di perairan Sodium (Na) , Kalsium (Ca) , Magnesium (Mg), Sulfat (SO 4), Klorida (Cl) dll. (Rao, 1992) Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar TDS dalam larutan, yaitu secara gravimetrik dan electrical conductivity (ukuran kemampuan suatu bahan untuk mengahantarkan arus listrik). Prinsip penentuan TDS secara gravimetrik adalah sampel disaring dengan kertas saring yang mempunyai pori maksimum 2µm, kemudian filtrat diambil dengan volume tertentu dan ditempatkan pada cawan, lalu dikeringkan di oven, setelah itu baru ditimbang  beratnya dan dihitung untuk mendapatkan nilai kadarnya. Sedangkan prinsip electrical conductivity adalah alat dicelupkan ke dalam larutan dan secara otomatis akan keluar hasil. Pada percobaan kali ini digunakan metode gravimetric dan dihasilkan nilai TDS dari sampel sungai yang berada di Jalan Joyomulyo sebesar 0,34 mg/L. TDS dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas air, karena mewakili  jumlah ion di dalam air. Kadar TDS yang cukup tinggi biasanya menggambarkan adanya kandungan ion K + , Na+  dan Cl-, dimana ionion ini hanya akan menimbulkan sedikit bahaya dalam waktu singkat. Akan tetapi, mungkin saja dalam sampel air tersebut terdapat pula beberapa logam berat seperti Pb 2+  dan Cd+2 yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (Nugroho & Purwoto, 2013) Air yang mengandung TDS tinggi, sangat tidak baik untuk kesehatan manusia. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Bila terlalu banyak mineral nonorganic di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring  berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya  bagian tubuh. Misalnya bila mengendap di mata akan mengakibatkan katarak, bila di ginjal akan mengakibatkan batu ginjal atau batu empedu, di pembuluh darah akan mengakibatkan pengerasan pembuluh darah , tekanan darah tinggi, stroke, dan lain lain. (Nugroho & Purwoto, 2013) Penetapan Total Suspended Soli d  (TDS)

Total suspended solid atau padatan tersuspensi adalah bahan- bahan yang tersuspensi (diameter > 1 µm) yang terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-

 jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003) Hasil pengukuran parameter TSS yang dilakukan pada sungai yang berada di Jalan Joyomulyo sebesar 0,14 mg/L menunjukan total padatan tersuspensi setiap 1 L sampel air. Nilai residu tersuspensi berlebih dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di perairan. Total suspended solid atau padatan tersuspensi merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, seperti bahan-bahan organik tanah liat. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tarsuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri Keadaan seperti ini mengakibatkan tumbuhtumbuhan perairan menerima cahaya yang sedikit dan intensitas fotosintesis menjadi berkurang, sehingga oksigen yang diproduksi juga berkurang. Hal ini mengurangi kemungkinan organisme untuk bertahan hidup. Padatan tersuspensi dalam air dapat mempengaruhi kehidupan di perairan diantaranya menyumbat insang (saluran  pernapasan)

ikan

dan

menghambat

pertumbuhan

telur

atau

larva.

Senyawasenyawa yang telah tersuspensi dalam waktu lama dalam perairan dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan telur ikan dan organisme perairan lainnya. Padatan tersuspensi yang terkandung dalam perairan dapat muncul sebagai akibat  peristiwa erosi, limbah-limbah industri, perkembangan alga, atau pembongkaran atau penyumbatan limbah perairan. 8.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai  berikut : 1.

Temperatur sampel air dari air sungai di Jalan Joyomulyo tidak dilakukan karena tidak tersedia termometer

2.

Kekeruhan sampel air dari air sungai di J alan Joyomulyo yaitu 17,1 NTU

3.

Total padatan sampel air dari air sungai di Jalan Joyomulyo adalah 0,44 mg/L

4.

Residu tersuspensi sampel air dari air sungai di Jalan Joyomulyo adalah 0,14 mg/L

9.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond . Alabama, USA : Auburn University Agricultural Experimenta Satation. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air . Yogyakarta: Kanisius. Hendrawan, D. (2005). Kualitas Air Sungai Dan Situ Di Dki Jakarta.  Makara, Teknologi, 9(1), 13 – 19. https://doi.org/10.7454/mst.v9i1.315 Kementerian Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia  Nomor 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.  Nugroho, W., & Purwoto, S. (2013). Removal Klorida, TDS, dan Besi pada Air Payau Melalui Penukar Ion dan Filtrasi Campuran Zeolit Aktif dengan Karbon Aktif, 11, 47 – 59. Rao, C.S. 1992.  Environmental Pollution Control Engineering . New Delhi : Wiley Eastern Limited. Santoso, A. D. (2008). Studi Penentuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI ( Morphoedaphic Index ) Analysis, 3(2), 81 – 86. Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan : FMIPA-UNIMED.

JAWABAN PERTANYAN

1)

Bila anda mengukur temperature pada titik A, apakah tempratur pada titik A mempunyai temperature yang sama jika anda mengukur di titik B yang  berjarak 100 meter dari titik A ? Jelaskan Jika mengukur suhu di titik A dan B akan berbeda. Suhu air yang tinggi disebabkan oleh intensitas sinar matahari yang masuk ke badan air cukup tinggi karena lokasi pengukuran sampel merupakan daerah terbuka yang terkena sinar matahari secara langsung Intensitas paparan radiasi sinar matahari yang masuk ke badan air serta kerapatan vegetasi di sekitar bantaran sungai juga mempengaruhi suhu air sungai. Semakin banyak intensitas radiasi sinar matahari yang mengenai badan air maka akan membuat suhu air sungai akan semakin tinggi

2)

Factor apakah yang menyebabkan perbedaan suhu atau temperature pada lingkungan perairan ? jelaskan -

Intensitas paparan sinar matahari : apabila lokasi pengukuran suhu berada  pada tingkat paparan sinar matahari yang tinggi maka suhu pada titik tersebut tinggi.

-

Kerapatan vegetasi disekitar : apabila kerapatan vegetasi disekitar tinggi maka akan sulit radiasi sinar matahari masuk kedalam air sungai sehingga suhu pada titik tersebut rendah.

-

Kedalaman sungai : sungai yang dangkal intensitas sinar matahari akan semakin kuat akibatnya suhu pada titik tersebut juga tinggi dibandingkan  pada sungai yang dalam.

3)

Pertukaran panas antara air dan udara sekeliling

Bila dalam suatu pabrik ada dua bak pembuangan, bak A dan bak B dimana ketinggian kedua bak tersebut berbeda. Apkah harga kekeruhan dari kedua  bak berbeda jelaskan Kedua bak tersebut memiliki tingkat kekeruhan yang berbeda. Pada kedua  bak tersebut memiliki ketinggian yang berbea menyebabkan tingkat kecerahan yang berbeda. Bak dengan ketinggian yang lebih tinggi memiliki tingkat kecerahan yang rendah karena intensitas cahaya yang masuk semakin  berkurang akibatnya tingkat kekeruhan menjadi tinggi. Pada bak dengan

ketinggian yang rendah memilik tingkat kecerahan yang tinggi sehingga kekeruhanya rendah 4)

Bila anda mengukur kekeruhan pad titik A apakah harga kekeruhan sama  pada ttik B yang berjarak 100 meter pada titik A? Kekeruhan tiitk A dna B berbeda karena intensitas cahaya matahari berbeda. Titik dengan intensitas cahaya tinggi akan memiliki kekeruhan yang rendah.

5)

Factor apa saja yang mempengaruhi kekeruhan pada lingkungan perairan -  Nilai kekeruhan sungai yang berada di daerah pegunungan (hulu) sangat rendah dibandingkan sungai yang berada di hilir. Hal ini berkaitan dengan letak lokasi yang berada di daerah yang lebih hilir dan juga mendapat masukan limbah dari aktivitas pertanian, budidaya ikan, bengkel dll -

Kedalaman sungai : sungai yang dalam akan memiliki intesitas sinar matahari rendah akibatnya kekeruhan tinggi.

-

Intensitas sinar matahari : intensitas sinar matahari kurang akan menyebabkan kekeruhan meningkat.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF