Perbekalan Farmasi Di IBS

May 22, 2018 | Author: Nendi Subakti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

iBs...

Description

MOBILITAS OBAT DAN PERBEKALAN FARMASI DI DEPO IBS RSUD CIBABAT CIMAHI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai penuntun untuk melakukan penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Disusun oleh : ESTI AFIANTI NIM P1733511 P17335115037 5037

POLITEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN FARMASI 2018

KATA PENGANTAR 

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyusun proposal penelitian yang  berjudul “Mobilitas Obat dan Perbekalan Farmasi di Depo IBS Cibabat Cimahi” dengan lancar dan tepat waktu. Tujuan Tujuan dari dari penyusu penyusunan nan propos proposal al penelit penelitian ian ini adalah adalah dalam dalam rangka rangka menyediakan gambaran mobilitas obat dan perbekalan farmasi di depo ibs Cibabat Cimahi. Selesainya penyusunan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan, suppor support, t, arahan arahan dan bimbin bimbingan gan banyak banyak pihak. pihak. Oleh Oleh sebab sebab itu penyu penyusun sun ingin ingin sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam  penyusunan proposal ini. Meski Meski demiki demikian, an, penyu penyusun sun merasa merasa masih masih banyak banyak kesalah kesalahan an dan kekura kekuranga ngan n dalam penyusunan proposal penelitian ini. Oleh sebab ini penyusun sangat terbuka menerim menerimaa kritik kritik dan saran saran yang yang memban membangu gun n untuk untuk dijadik dijadikan an sebaga sebagaii bahan bahan evaluasi. Akhir kata, semoga proposal penelitian ini dapat diterima sebagai gagasan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Bandung, Bandung, Februari Februari 2018

Penyusun

i

KATA PENGANTAR 

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyusun proposal penelitian yang  berjudul “Mobilitas Obat dan Perbekalan Farmasi di Depo IBS Cibabat Cimahi” dengan lancar dan tepat waktu. Tujuan Tujuan dari dari penyusu penyusunan nan propos proposal al penelit penelitian ian ini adalah adalah dalam dalam rangka rangka menyediakan gambaran mobilitas obat dan perbekalan farmasi di depo ibs Cibabat Cimahi. Selesainya penyusunan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan, suppor support, t, arahan arahan dan bimbin bimbingan gan banyak banyak pihak. pihak. Oleh Oleh sebab sebab itu penyu penyusun sun ingin ingin sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam  penyusunan proposal ini. Meski Meski demiki demikian, an, penyu penyusun sun merasa merasa masih masih banyak banyak kesalah kesalahan an dan kekura kekuranga ngan n dalam penyusunan proposal penelitian ini. Oleh sebab ini penyusun sangat terbuka menerim menerimaa kritik kritik dan saran saran yang yang memban membangu gun n untuk untuk dijadik dijadikan an sebaga sebagaii bahan bahan evaluasi. Akhir kata, semoga proposal penelitian ini dapat diterima sebagai gagasan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Bandung, Bandung, Februari Februari 2018

Penyusun

i

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN FARMASI HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda bertanda tangan tangan di bawah ini menyatakan bahwa : Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul

MOBILITAS OBAT DAN PERBEKALAN FARMASI DI DEPO IBS DI DEPO CIBABAT CIMAHI

Disusun oleh :  Nama : ESTI AFIANTI  NIM : P17335115037 P17335115037

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang proposal Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing,

MH. Roseno, M.Si, Apt. NIP. 197307012005011008 197307012005011008

Mengetahui : Ketua Jurusan Farmasi

Dra. Mimin Kusmiyati. M.Si NIP. 196308111994032001 196308111994032001

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ I DAFTAR ISI....................................................................................................... III DAFTAR TABEL ................................................................................................V .....................................................................................1

1.1

Latar Belakang .................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................3

1.3

Tujuan Penelitian..............................................................................3

1.4

Manfaat Penelitian............................................................................3 1.4.1

Untuk Penulis.......................................................................3

1.4.2

Untuk Akademik ..................................................................4

1.4.3

Untuk RSUD Cibabat Kota Cimahi .....................................4 .........................................................................5

2.1

Perbekalan Farmasi. .........................................................................5

2.2

Obat ..................................................................................................6

2.3

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ................................7

2.4

Pengelolaan Sediaan Farmasi.........................................................10 2.4.1

Pemilihan ...........................................................................10

2.4.2

Perencanaan Kebutuhan.....................................................12

2.4.3

Pengadaan ..........................................................................13

2.4.4

Penerimaan.........................................................................15

2.4.5

Penyimpanan......................................................................15

2.4.6

Pendistribusian ...................................................................16

2.4.7

Pemusnahan dan Penarikan................................................18

2.4.8

Pengendalian ......................................................................19

2.4.9

Administrasi .......................................................................19

2.5

Mobilitas Obat dan Perbekalan Farmasi ........................................21

2.6

Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral............................................21 2.6.1

Definisi...............................................................................21 iii

2.6.2

Tugas Pokok dan Pelayanan ..............................................21 ..............................................................24

3.1

Desain Penelitian ............................................................................24

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................24

3.3

Populasi dan Sampel ......................................................................24

3.4

Pengambilan Data Dan Rencana Analisis Data .............................24

3.5

Rencana Kegiatan...........................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Definisi Operasional ............................................................................. 22 Tabel 3-1 Rencana Kegiatan Penelitian................................................................ 25

v

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dalam pasal 1 yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan  pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Standar pelayanan kefarmasian merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit (Permenkes nomor 72 tahun 2016). Depo farmasi merupakan unit pelayanan obat-obatan atau alat kesehatan yang berada di ruang perawatan,unit gawat darurat (UGD),intensive care unit (ICU) dan instalansi bedah sentral (IBS) untuk persediaan sesuai dengan kebutuhan unit tersebut. Tugas utama instalasi farmasi rumah sakit adalah pengelolaan mulai dari  perencanaan, pengadaan, penyimpanan, peracikan, pelayanan langsung kepada  penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar  dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (JP Siregar dan Lia Amalia, 2003). Penyediaan obat-obatan yang merupakan bagian dari pelayanan farmasi rumah sakit membutuhkan perhatian khusus agar dapat dikelola dengan  baik, efektif dan efisien. Sebagaimana tujuan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Biaya obat merupakan bagian terbesar dari anggaran kesehatan. Di banyak  negara berkembang seperti Indonesia belanja obat di rumah sakit dapat menyerap 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi yang demikian 1

 besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan (Kemenkes RI dan JICA, 2010). Berdasarkan data obat di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi ditemukan  bahwa ada sekitar (6,21%) obat yang ED pada tahun 2014 sampai tahun 2017. Expired date (ED) adalah tanggal yang menunjukan zat tersebut tidak dapat digunakan atau kadaluarsa. Obat yang mengalami ED terutama cairan dan obat antibiotik yang massa ED cukup singkat. Investasi berlebihan pada farmasi akan meningkatkan biaya penyimpanan sedangkan persediaan farmasi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan biaya kekurangan bahan, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan. Ketidakadaan obat di instalasi farmasi merupakan hal yang dapat menjadi masalah bagi kegiatan operasional suatu rumah sakit tersebut. Apabila ketersediaan obat berlebih akan menyebabkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung, hal ini diakibatkan oleh meningkatnya biaya untuk menyimpan obat tersebut (Mellen dan Pudjirahardjo, 2013). Manajemen persediaan merupakan jantung dari sistem persediaan obat. Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dan penyediaan, serta waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Empat faktor fungsi  persediaan adalah faktor waktu, ketidakpastian waktu datang, ketidakpastian  penggunaan, dan ekonomis. Dalam pengendalian persediaan terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi yakni stokout, stagnant, dan obat yang dibutuhkan sesuai dengan yang ada di persediaan. Stockout adalah sisa stok obat pada waktu melakukan permintaan obat, atau disebut dengan istilah stok kosong. Sedangkan obat dikatakan stagnant apabila sisa obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali ratarata pemakaian obat per bulan (Mellen dan Pudjirahardjo, 2013). Sediaan farmasi yang didistribusikan oleh instalasi farmasi rumah sakit apabila memiliki cukup banyaknya jenis barang dan mobilitas keluar masuk barang dikhawatirkan akan terjadi masalah seperti munculnya perbedaan data antar   persediaan yang ada digudang dengan jumlah yang dicatat dibuku persediaan, kehilangan ataupun pencurian stock barang ( Natasya, 2014). Selanjutnya diperlukan 2

 pengendalin intern dan penerapan catatan persediaan yang baik agar tidak terjadi  penyelewengan dalam menjalankan tugas. Manajemen rumah sakit dapat menerapkan konsep dan prinsip-prinsip pengendalian intern, dengan disertai  prosedur-prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang memadai terhadap persediaan barang secara keseluruhan sehingga akan terjadi efektivitas dalam pelaksanaan unsur-unsur pengendalian intern persediaan barang yang telah ditetapkan. Dari hasil penelitian pendahulu di RSUD Cibabat ternyata sering terjadi kekosongan obat yang diakibatkan oleh adanya perencanaan obat yang realisasinya tidak sesuai.Berdasarkan data rekam medik RSUD Cibabat Cimahi pasien yang dioperasi di IBS tahun 2017 ada sekitar 2700 pasien dan data Instalasi Farmasi RSUD Cibabat Cimahi tahun 2017 menunjukkan 6% obat

tidak terlayani

dikarenakan stok obat kosong.Pengelolaan obat yang baik harus menjadi prioritas utama di depo IBS sehigga perencanaan obat realisasinya sesuai, tidak ada obat kadaluarsa, tidak ada stok obat yang berlebih, kehilangan obat dapat dicegah dan  pencatatan dan pelaporan yang baik.Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk  melakukan penelitian mengenai analisis mobilitas obat dan perbekalan farmasi di depo IBS RSUD Cibabat Cimahi pada tahun 2017.

1.2

Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah  bagaimana mobilitas obat dan perbekalan farmasi di depo Instalasi Bedah Sentral RSUD Cibabat Cimahi.

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mobilitas obat dan perbekalan obat di depo IBS RSUD Cibabat Cimahi pada tahun 2017.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Untuk Penulis

a) Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. 3

 b) Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang gambaran  pengelolaan perbekalan farmasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di depo farmasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Cibabat Kota Cimahi pada tahun 2017.

1.4.2

Untuk Akademik 

a) Sebagai bahan tambahan kepustakaan, khususnya di bidang profil rumah sakit.  b) Sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.3

Untuk RSUD Cibabat Kota Cimahi

Memberikan masukan pengembangan sistem pengelolaan obat di depo Instalasi Bedah Sentral yang optimal di Instalasi Farmasi RSUD Cibabat Cimahi.

4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perbekalan Farmasi.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor  1332/Menkes/SK/X/2002 Bab 1 pasal 1 bahwa perbekalan farmasi adalah obat,  bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Adapun yang dimaksud

dengan

perbekalan

farmasi

menurut

Permenkes

RI

Nomor 

949/Menkes/Per/2000 adalah perbekalan farmasi yang meliputi : a) Obat, yang terdiri dari : 

Obat bebas



Obat bebas terbatas



Obat wajib apotek 



Obat keras



Obat narkotika



Obat psikotropika

 b) Bahan baku obat c) Obat tradisional dan bahan obat tradisional d) Alat-alat kesehatan e) Kosmetika Perbekalan farmasi merupakan bahan atau alat yang digunakan untuk  menunjang kegiatan terapi baik tindakan maupun perawatan terhadap pasien. Mengingat besarnya kontribusi instalasi farmasi dan merupakan instalasi yang memberikan pemasukan terbesar di rumah sakit, maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab. Sebagaimana tujuan dari pelayanan kefarmasian yaitu memberikan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (Putri Ayu Lestary dkk, 2018)

5

2.2

Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan  patologi

dalam

rangka

penetapan

diagnosis,

pencegahan,

penyembuhan,

 peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Penggolongan obat berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah sebagai berikut : (1) Obat Bebas Obat bebas sering juga disebut OTC (over the counter) adalah obat yang dijual  bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam, contoh : vitamin (2) Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter,dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.disertai tanda  peringatan dalam kemasannya : 

P1. Awas!Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya



P2. Awas!Obat Keras. Hanya untuk kumur,jangan ditelan



P3. Awas!Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan



P4. Awas!Obat Keras. Hanya untuk dibakar 



P5. Awas!Obat Keras. Tidak boleh ditelan



P6. Awas!Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan Contoh : antimo, ctm

(3) Obat Keras Dahulu disebut golongan obat ’G’ singkatan dari “Gevarlijk” yang artinya  berbahaya. Berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter  karena dikhwatirkan dapat memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Obat keras tidak dapat dibeli dengan bebas diapotik  melainkan harus menggunakan resep dokter. Kemasan pada golongan obat 6

keras ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam. Pada umumnya,  banyak obat-obatan tertentu yang termasuk dalam golongan ini seperti obat generik, obat wajib apotek dan psikotropika. Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat diabetes. Antibiotika seperti tetrasiklin,  penisillin, ampisilin, sefalosporin. (4) Obat Psikotropika dan Narkotika Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,yang berkhasiat proaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf   pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : diazepam, phenobarbital. Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik  sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyabakan penurunan atau  perubahan kesadaran,hilangnya rasa,mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : pethidin, morphin.

2.3

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh (Permenkes nomor 72 tahun 2016). Berdasarkan jenisnya, alat kesehatan dibagi menjadi 5 (lima) bagian (Alya Safira, 2016), yaitu : a) Alat kesehatan elektromedik radiasi Yang dimaksud alat kesehatan elektromedik radiasi yaitu alat kesehatan yang dalam pengoprasiaanya menggunakan arus listrik AC ataupun DC dan memancarkan zat radioaktif atau radiasi pengion selama digunakan untuk  mencapai tujuan dari penggunaan.  b) Alat kesehatan elektromedik non radiasi Alat kesehatan elektromedik non radiasi yaitu alat kesehatan yang dalam  pengoprasiannya menggunakan arus listrik AC ataupun DC, namun tidak 

7

memancarkan zat radioaktif atau radiasi pengion selama digunakan untuk  mencapai tujuan dari penggunaan. c) Alat kesehatan non elektromedik steril Alat kesehatan non elektromedik steril yaitu alat kesehatan yang dalam  penggunaanya tidak memerlukan arus listrik AC ataupun DC dimana sebelumnya telah mengalami proses sterilisasi pada saat produksinya dan merupakan produk steril. Contoh dari alat kesehatan ini adalah jarum suntik,  benang bedah, infuse set, IV catheter, kasa steril dan lain-lain. d) Alat kesehatan non elektromedik tidak steril Alat kesehatan non elektromedik tidak steril yaitu alat kesehatan yang dalam  penggunaanya tidak memerlukan arus listrik AC ataupun DC dimana sebelumnya tidak mengalami proses sterilisasi pada saat produksinya dan bukan merupakan produk steril. Contoh dari alat kesehatan ini adalah kursi roda, timbangan bayi, plester dan lain-lain. e) Produk diagnostic invitro Produk diagnostic invitro yaitu alat kesehatan yang digunakan pada saat  pemeriksaan specimen yang berasal dari tubuh manusia secara invite yang menyediakan informasi sebagai pemantauan, diagnose ataupun keduanya, termasuk reagen, penampung specimen, kalibator, bahan control, software, dan atau atau bahan kimia lain yang diperlukan. Contoh dari alat kesehatan ini adalah alat gula darah, hematology analyzer, alat tes kehamilan dan lain-lain. Selain berdasarkan jenisnya, alat kesehatan masih dibagi lagi menjadi  beberapa bagian menurut fungsi, sifat pemakaian, kegunaan, macam dan bentuk, umur peralatan, catalog pabrik alat dan kepraktisan penyimpanan.(Alya Safira,2016) Berdasarkan fungsinya terbagi atas : a) Peralatan medis Peralatan medis ini dibagi menjadi dua yatu perlengkapan dan utesilen atau alat  bantu.  b) Peralatan non medis Peralatan non medis ini berupa dapur, laundry, generator dan lain-lain. Berdasarkan kegunaan, terdiri dari :

8

a) Peralatan bedah  b) Peralatan gigi c) Peralatan radiologi d) Peralatan THT, dan lain-lain. Berdasarkan macam dan bentuk  a) Alat kecil dan umum  b) Alat laboratorium c) Alat radiologi d) Alat perlengkapan rumah sakit Berdasarkan kepraktisan menyimpan a) Alat kedokteran umum  b) Alat perawatan c) Alat laboratorium gelas d) Alat X-ray dan perlengkapannya e) Alat bedah f) Alat penyelidikan g) Alat elektromedis h) Alat kedokteran hewan Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk   penggunaan sekali pakai ( single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan  perundang-undangan (Permenkes nomor 72 tahun 2016). Bahan medis habis pakai dapat diartikan juga habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian atau umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Sebagaimana pengelolaan obat dan perbekalan farmasi, perlu adanya  pengelolaan bahan medis habis dengan tujuan agar bahan yang diperlukan selalu tersedia setiap dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin, untuk mendukung pelayanan yang bermutu ( good quality care). Dalam hal ini mampu menyediakan bahan habis pakai sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah, waktu, maupun tempat, dalam keadaan dapat dipakai, dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan harga yang layak,serta dengan memberikan pelayanan yang baik.

9

2.4

Pengelolaan Sediaan Farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.

Kegiatannya

mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,

 penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan, monitoring, dan evaluasi (Kemenkes dan JICA, 2010). Maksud dari pengelolaan perbekalan farmasi adalah agar senantiasa tersedianya sediaan obat, alat kesehatan dan  bahan medis habis pakai pada saat tepat dan bermutu sesuai spesifikasi dan fungsi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengelolaan obat oleh instalasi farmasi rumah sakit mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengelolaan perbekalan farmasi harus dilaksanakan secara multi disiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin mutu dan kendali biaya. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi meliputi pemilihan,  perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,  pemusnahan, penarikan, pengendalian dan administrasi (Permenkes nomor 72 tahun 2016).

2.4.1

Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan: a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;  b. standar yang telah ditetapkan; c. pola penyakit; d. efektifitas dan keamanan; e. pengobatan berbasis bukti; f. mutu; g. harga; dan h. ketersediaan di pasaran.

10

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium  Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf  medis, disusun oleh komite/tim farmasi dan terapi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep,  pemberi obat, dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan  berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar  dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit : a. membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik;  b. mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi; c. membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar; d. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan  balik; e. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF; f. menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit; g. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan h. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan monitoring. Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit: a. mengutamakan penggunaan obat generik;  b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan  penderita; c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas; d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;

11

e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan; f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien; g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan  biaya langsung dan tidak lansung; dan h. obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap Formularium Rumah Sakit, maka rumah sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau

pengurangan

obat

dalam

Formularium

Rumah

Sakit

dengan

mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

2.4.2

Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan  periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat  jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk  menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: a. anggaran yang tersedia;  b. penetapan prioritas; c. sisa persediaan; d. data pemakaian periode yang lalu; e. waktu tunggu pemesanan; dan f. rencana pengembangan.

12

2.4.3

Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan  perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,  jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar  mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari  pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh  bagian lain di luar instalasi farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan  bahan medis habis pakai antara lain: a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.  b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS). c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar. d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung  jawabkan. Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok  Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi tutup. Pengadaan dapat dilakukan melalui: a. Pembelian Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah: 1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.

13

2) Persyaratan pemasok. 3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. 4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

 b. Produksi Sediaan Farmasi Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: 1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran; 2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri; 3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus; 4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking; 5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan 6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut.

c. Sumbangan/Dropping/Hibah Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap  penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan  pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada

pimpinan

Rumah

Sakit

untuk

mengembalikan/menolak 

sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.

14

2.4.4

Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak  atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait  penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

2.4.5

Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Komponen yang harus diperhatikan antara lain: a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.  b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk  kebutuhan klinis yang penting. c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati. d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi. e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi. Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara  benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:

15

a. bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.  b. gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,  bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak  ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi kegawat daruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin: a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan;  b. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain; c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti; d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

2.4.6

Pendistribusian

Distribusi

merupakan

suatu

rangkaian

kegiatan

dalam

rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya

16

 pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara: a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock) 1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi. 2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan. 3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan. 4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock  kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan. 5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.  b. Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi. c. Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. d. Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

17

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk   pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock  atau Resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar  kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan: a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan  b. metode sentralisasi atau desentralisasi.

2.4.7

Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan  perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah  penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh  pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap  produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk  Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila: a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;  b. telah kadaluwarsa; c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau d. dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan terdiri dari: a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;  b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan; c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak  terkait;

18

d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta  peraturan yang berlaku.

2.4.8

Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan  penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk: a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;  b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta  pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah: a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);  b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan  berturut-turut (death stock); c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

2.4.9

Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk  memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari: a. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan

19

kebutuhan,

pengadaan,

penerimaan,

pendistribusian,

pengendalian

 persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik  yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang  berlaku. Pencatatan dilakukan untuk: 1) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM; 2) dasar akreditasi Rumah Sakit; 3) dasar audit Rumah Sakit; dan 4) dokumentasi farmasi. Pelaporan dilakukan sebagai: 1) komunikasi antara level manajemen; 2) penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi Farmasi; dan 3) laporan tahunan.

 b. Administrasi Keuangan Apabila

Instalasi Farmasi harus

menyelenggarakan merupakan

administrasi

pengaturan

anggaran,

mengelola keuangan.

keuangan

maka

Administrasi

pengendalian

dan

perlu

keuangan

analisa

biaya,

 pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak  terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

20

Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang  berlaku Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral

2.5

Mobilitas Obat dan Perbekalan Farmasi

Mobilitas berasal dari bahasa Latin, yaitu   mobilis   yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke tempat lain, yang mana dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “gerak” atau “perpindahan” (no name, 2018). Mobilitas obat dan perbekalan farmasi merupakan   proses keluar dan masuknya obat dan perbekalan farmasi yang diukur dengan penyesuaian data sekunder , seperti dengan surat bukti barang keluar (SBBK) dan kartu stok. Adapun hasil yang akan dicapai dari mobilitas obat dan

 perbekalan farmasi adalah teridentifikasinya barang-barang   expired date,   stock   barang yang berlebih atau penumpukan barang, dan barang yang tidak  termobilisasikan.

2.6

Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral

2.6.1

Definisi

Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral merupakan unit pelayanan dari Instalasi Farmasi yang melayani kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan untuk  kamar operasi dan pasien-pasien operasi.

2.6.2

Tugas Pokok dan Pelayanan

Tugas pokok Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral adalah untuk melakukan  pelayanan terhadap resep obat dan alkes yang digunakan untuk operasi yang  bersifat selektif dan terencana. Operasi terencana yang dilayani ini adalah operasi yang telah mendapatkan rujukan dari poli-poli atau ruangan. Depo farmasi Instalasi Bedah Sentral memiliki 2 orang tenaga tekhnis kefarmasian. Pelayanan untuk Depo Farmasi Instalasi Beda Sentral dibedakan menjadi tiga, yaitu: a)

Pasien Umum Pasien dengan status umum ini harus menanggung semua biaya sendiri yang sebelumnya pasien telah harus menandatangani surat keterangan mampu membayar semua biaya sendiri.

21

 b)

Pasien Askes Untuk pasien dengan status Askes hanya dibebani biaya obat ataupun alkes yang tidak masuk dalam DPHO tetapi sama halnya dengan pasien umum, pasien askes juga harus menandatangani surat penyanggupan membayar

biaya-biaya

diluar

tanggungan

Askes

ditambah

dengan

menyertakan kelengkapan Askes. c)

Pasien Jamkesmas Untuk pasien dengan status Jamkesmas tidak dibebani biaya apapun tetapi harus mengurus kelengkapan administrasi dengan mengikuti prosedur  yang telah ditetapkan seperti adanya kartu JPS atau Jamkesmas, surat  jaminan, surat keterangan tidak mampu dan fotocopy KTP.

Tabel 2-1 Definisi Operasional  No

Variabel

Definisi

Cara Ukur

1

Mobilitas

Mobilitas adalah proses keluar dan masuknya obat dan  perbekalan farmasi.

Hasil Data ditentukan dari sekunder  kebutuhan data seperti  penerimaan dan Surat bukti  pengeluaran  barang dicatat,direkap keluar  dan dihitung % (SBBK) kumulatifnya dan kartu stok 

2

Penerimaan   Kegiatan

untuk  menjamin kesesuaian  jenis, spesifikasi,

Alat Ukur

Hasil ditentukan dengan mencocokan  bukti fisik obat dan perbekalan farmasi dengan

22

Data sekunder  seperti Surat bukti  barang keluar  (SBBK)

Hasil Ukur 

 

Skala Ukur  Kategorik 

Hasil yang akan dicapai dari mobilitas tersebut adalah expired date, stock yang  berlebih atau  penumpukan  barang, dan  barang yang tidak  termobilisasikan . Obat dan  perbekalan farmasi dikelompokan : Fast moving,medium moving,slow moving Data  Numerik   penerimaan obat dan perbekalan farmasi per item obat per bulan

 No

3

Variabel

Pengeluaran

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

surat bukti  jumlah, mutu, waktu  barang keluar  (SBBK)  penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan

dan kartu stok 

Pengeluaran adalah proses obat dan  perbekalan farmasi yang telah melalui  proses  penyimpanan yang mana nantinya akan didistribusikan kepada pasien tertentu sesuai kebutuhan.

Data  pengeluaran obat per   bulan di komputer 

Hasil ditentukan dengan mencocokan kebutuhan obat dengan  persediaan yang ada

23

Hasil Ukur 

 

Skala Ukur 

Data  Numerik   pengeluaran per  item obat per   bulan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan  pengambilan data secara retrospektif.

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Cibabat Cimahi pada  bulan Februari sampai Mei 2018.

3.3

Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah s emua data penerimaan dan  pengeluaran perbekalan farmasi untuk depo IBS RSUD Cibabat pada tahun 2017.

3.4

Pengambilan Data Dan Rencana Analisis Data

Data diambil dari data sekunder secara retrospektif baik dari laporan  penerimaan maupun laporan pengeluaran perbekalan farmasi di depo IBS pada tahun 2017. Data tersebut dicatat nama barang/obat, jumlah dan jenisnya. Data diolah dan disajikan secara dekskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan frekuensi.

3.5

Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan penelitian meliputi 6 (enam) kegiatan dimulai dari menyusun proposal KTI sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian. Rencana kegiatan tersebut ditampilkan dalam bentuk  gant’s chat   dengan disertai waktu berlangsungnya kegiatan penelitian.

24

Tabel 3-1 Rencana Kegiatan Penelitian Februari  No

  Kegiatan Penelitian

1

  Penyusunan Proposal

2

  Persiapan Survey

3

  Pengumpulan Data

4

  Pengolahan Data

6

April

Mei

Minggu ke1

5

Maret

2

3

4

1

2

3

Analisis Data   Penyusunan Laporan

25

4

1

2

3

4

1

2

3

4

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF